Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

EKONOMI TENAGA KERJA

JUWITA JANEKE EMAN

PASCA SARJANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH


UNIVERSITAS SAM RATTULANGI
MANADO
Konsep ilmu ekonomi tenaga kerja

Tenaga Kerja  berdasarkan UU No.13 tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Angkatan Kerja  bagian dari tenaga kerja yang aktif (digolongkan dalam usia kerja
yaitu 15 tahun ke atas) dalam kegiatan ekonomi baik yang sudah bekerja maupun
yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran).

Kesempatan Kerja  kebutuhan tenaga kerja yang kemudian secara riil diperlukan
oleh perusahaan atau lembaga penerima kerja pada tingkat upah, posisi dan syarat
kerja tertentu, yang diinformasikan melalui iklan dan lain².

Pekerja  setiap orang yang menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai nilai
ekonomis baik yang menerima gaji atau bekerja sendiri yang terlibat dalam kegiatan
manual. Atau, sebagai tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada
pengusaha dengan menerima upah dan atau imbalan dalam bentuk lain.

Pengangguran  seseorang yang sedang tidak bekerja tetapi sedang mencari


pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha baru, tidak memiliki pekerjaan karena
merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discouraged worker) sudah mendapat
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Ilmu ekonomi tenaga kerja mencoba untuk memahami fungsi dan dinamika dari pasar
untuk upah tenaga kerja. Pasar tenaga kerja berfungsi melalui interaksi antara tenaga kerja
dan pemberi kerja. Ilmu ekonomi tenaga kerja melihat kepada penawaran dari jasa tenaga
kerja (pekerja), permintaan dari jasa tenaga kerja (pemberi kerja), dan mencoba untuk
memahami pola yang dihasilkan oleh upah, pekerjaan, dan penghasilan. Dalam ilmu
ekonomi, tenaga kerja adalah sebuah pengukuran dari pekerjaan yang diselesaikan oleh
manusia. Ia secara konvensional kontras dengan faktor produksi lainnya seperti tanah dan
modal. Ada teori yang telah mengembangkan konsep yang dinamakan modal manusia
(berhubungan dengan skill yang dimiliki oleh pekerja, tidak harus pekerjaan aktual mereka).
Ada dua sisi dari ilmu ekonomi tenaga kerja. Ilmu ekonomi tenaga kerja bisa secara umum
dilihat sebagai aplikasi dari teknik ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro terhadap
pasar tenaga kerja. Teknik ilmu ekonomi mikro mempelajari peran dari individual dan
perusahaan di dalam pasar tenaga kerja. Teknik ilmu ekonomi makro melihat kepada
interrelasi antara pasar tenaga kerja, pasar barang, pasar uang, dan pasar perdagangan luar
negeri. Ia terlihat pada bagaimana interaksi-interaksi ini mempengaruhi variabel-variabel
makro seperti misalnya tingkat penyerapan tenaga kerja, tingkat partisipasi tenaga kerja,
pemasukan agregat dan produk domestik bruto.
Para ekonom neoklasik memandang pasar tenaga kerja adalah sama dengan pasar-
pasar lainnya dalam bahwa kekuatan dari penawaran dan permintaan bersama-sama
menentukan tingkat harga (dalam hal ini tingkat upah) dan kuantitas (dalam hal ini jumlah
orang yang dipekerjakan).
Tapi, pasar tenaga kerja berbeda dengan pasar lainnya (seperti misalnya pasar untuk
barang atau pasar finansial) dalam beberapa hal. Mungkin yang paling penting dari
perbedaan-perbedaan ini adalah fungsi dari penawaran dan permintaan dalam menentukan
harga dan kuantitas. Dalam pasar untuk barang-barang, jika harganya tinggi maka ada suatu
tendensi dalam jangka panjangnya untuk memproduksi barang yang lebih banyak sampai
permintaan telah terpuaskan. Dalam hal tenaga kerja, penawaran secara overall tidak bisa
dimanufaktur secara efektif karena orang-orang memiliki jumlah waktu yang terbatas setiap
harinya, dan orang-orang tidak bisa diproduksi.

Teori-Teori Tenaga Kerja Menurut Para Ahli


• Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian
dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa
alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah
ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar
ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan
syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
 Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik
yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert
Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan
produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai
dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret
hitung. Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara
alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.

 TeoriKeynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam
serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari
penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai
keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada
gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya
beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of
productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan
labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas
hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih
kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun
drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan
jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi
semakin luas.
 TeoriHarrod-domar
Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas
produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus
akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

Kesempatan Kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat baik
yang telah ditempati (employment) maupun jumlah lapangan kerja yang masih kosong
(vacancy). Kesempatan kerja menggambarkan tersedianya lapangan kerja di masyarakat.
Oleh karena itu, sering diartikan sebagai permintaan akan tenaga kerja di pasar tenaga kerja
(demand for labour force).
Kesempatan kerja erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan
dalam menampung atau menyerap sumber daya manusia dalam kaitannya dengan proses
produksi. Bayangkan jika tidak ada orang-orang yang bisa menjadi pengusaha maka para
penganggur pun semakin banyak jumlahnya.

Jenis-jenis kesempatan kerja yaitu sebagai berikut:

a. Full Employment (Kesempatan Kerja Penuh)


    Full employment adalah keadaan yang terjadi atau berlangsung di suatu
perekonomian yang ditandai oleh semua orang yang mampu dan bersedia dapat
bekerja, baik dipekerjakan maupun mempunyai kesempatan untuk bekerja. Full
employment yang ditandai oleh jumlah pekerja yang tersedia atau kesempatan kerja
sama besarnya dengan atau melebihi jumlah pekerjaan yang tersedia atau kesempatan
kerja sama besarnya dengan atau melebihi jumlah orang-orang yang mencari
pekerjaan. Jadi, setiap pekerja yang mencari pekerjaan, baik itu seorang lulusan yang
baru lulus atau pekeja yang mencari pekerjaan baru dapat memperoleh pekerjaan
dengan mudah.

Kesempatan Kerja

b. Under Employment (Kesempatan Kerja yang Berkurang)


Hal ini terjadi apabila jumlah lapangan kerja tidak cukup untuk menampung
banyaknya tenaga kerja. Under employment juga bisa terjadi di negara-negara
sangat maju, seperti sering terjadi di negara-negara industri.
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-
aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus /
kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.

Menurut jenis kegiatannya penduduk dapat dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu :


1. Tenaga Kerja
     Tenaga kerja penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.

Tenaga kerja terbagi atas 2 yaitu:

a.) Angkatan kerja adalah setiap orang yang memiliki pekerjaan, baik yang benar-benar
sedang bekerja, ataupun yang sedang berhenti bekerja sementara dikarenakan berbagai alasan
(seperti petani yang tidak bekerja karena hujan, pegawai yang sedang cuti, dll). Selain itu,
angkatan kerja juga mencakup setiap orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk
bekerja yang sedang berusaha untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Angkatan kerja ini
disebut juga dengan pengangguran. 
Menurut UU No.20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2 angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
(15 tahun dan lebih) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun sementara tidak bekerja
dan penganggurana. 
b.) Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan. dan tidak sedang mencari pekerjaan (pelajar, mahasiswa, ibu-ibu
rumah tangga) serta menerima pendapatan, tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas
suatu kegiatan produktif (pensiunan, veteran perang, dan penderita cacat yang menerima
santunan).

2. Bukan Tenaga Kerja


    Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan
berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia)
dan anak-anak.

Penjelasan Lainnya

1. Menganggur atau pengangguran adalah orang yang tidak mendapat kesempatan


bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin memperoleh pekerjaan.
2. Bekerja adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, dengan lama
bekerja paling sedikit 1 jam secara terus-menerus dalam seminggu yang lalu
(termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu kegiatan
ekonomi). Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar yang
membantu dalam usaha atau kegiatan ekonomi.
3. Bekerja setengah pengangguran adalah orang yang bekerja namun belum memenuhi
kriteria pekerja penuh. Misalnya di indonesia, kriteria pekerja penuh itu adalah 8 jam
bekerja dalam satu hari, jika ada orang yang hanya 4 jam bekerja dalam satu hari
disebut dengan setengah menganggur / pengangguran.
4. Bekerja penuh adalah orang atau bisa juga sih disebut tenaga kerja yang sudah bekerja
dan sudah memenuhi syarat pekerja.
5. Setengah pengangguran kentara (visible underemployment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari jam normal (kurang dari 35 jam/minggu). Petani-petani di
Indonesia banyak yang termasuk sebagai setengah pengangguran kentara karena
petani yang hanya memiliki lahan yang sempit biasanya bekerja kurang dari 35
jam/minggu
6. Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) atau
pengangguran terselubung (disguised unemployment) yaitu mereka yang
produktivitas kerja rendah dan pendapatannya rendah.
7. Kesempatan kerja adalah kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja.
Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga disebut sebagai kesempatan kerja.
Kesempatan kerja itu sendiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya
lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi pencari kerja. Kesempatan kerja di Indonesia
dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi UUD 1945
pasal 27 ayat 2 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia untuk menciptakan lapangan
kerja bagi anggota masyarakat karena hal ini berhubungan dengan usaha masyarakat
untuk mendapat penghasilan.

Produktivitas Kerja

    Produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan


input yang digunakan, seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila mampu
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau
tepat.
Terdapat 4 bentuk peningkatan produktivitas:
1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang
sedikit.
2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas.
3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang
sama.
4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang
relatif lebih kecil.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan:
1. Kualitas dan kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Sarana pendukung.
3. Supra sarana meliputi kebijaksanaan pemerintah, hubungan antara atasan dengan bawahan.

Menurut balai pengembangan produktivitas daerah yang dikutip oleh Soedarmayanti bahwa
ada enam faktor ytama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah :

1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work) dapat
menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam manajemen
supervise serta keterampilan dalam tehnik industri.
3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama
antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas
melalui lingkaran pengawasan mutu (Quality control circles).
4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efesien mengenai sumber dan
sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas
5. Efesiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam
berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha’

Disamping hal tersebut terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja,
diantaranya adalah :
1. Sikap mental, berupa: motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja
2. Pendidikan, pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingya produktivitas dapat
mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.
3. Keterampilan, pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih
mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih menjadi
terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan pengalaman (Experience) yang cukup.
4. Manajemen, pengertian manajemen ini berkaitan dengan sistem yang dikaitkan oleh
pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya.
Apabila manajemennya tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat
mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
5. Hubungan industrial pancasila
Dengan penerapan hubungan industrial pancasila, maka akan :

 Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara produktif


sehingga produktifitas meningkat.
 Menciptakan hubungan kerja yang serasi dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi
dalam usaha meningkatkan produktivitas.
 Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong diwujudkannya jiwa
yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas.

6. Tingkat penghasilan, apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan


konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktivitas.
7. Jaminan sosial, jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
dimaksudkan untuk menigkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial
pegawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja. Sehingga
mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
8. Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan dan iklim yang kerja yang baik akan mendorong
pegawai akan senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas. 
9. Sarana produksi, mutu sarana produksi sangat berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik kadang-kadang dapat
menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
10. Teknologi 
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan tingkatannya maka akan memungkinkan:

 Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi


 Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
 Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa
Dengan memperhatikan hal termaksud, maka penerapan teknologi dapat mendukung
peningkatan produktivitas.
11. Kesempatan berprestasi, Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir
atau pengembangan potensi yang pribadi yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya
maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan
menimbulkan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang
dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Terselubung  golongan angkatan kerja yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja atau golongan yg melakukan pekerjaan tetapi hasilnya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pengangguran Terbuka  pengangguran yang timbul karena kurangnya kesempatan
kerja.
– Pengangguran Kronis / Friksional  pengangguran temporer yang terjadi
karena atas perubahan dan dinamuka ekonomi
– Pengangguran Musiman  pengangguran yang terjadi secara musiman
4. Pengangguran Konjungtural  pengangguran yang terjadi karena
berkurangnya permintaan barang dan jasa (biasanya saat terjadi resesi)
5. Pengangguran Struktural  pengangguran yang muncul akibat terjadinya perubahan
struktur ekonomi, misal dari agraris ke industri
6. Pengangguran Sukarela  pengangguran yang terjadi karena adanya orang yang
sesungguhnya masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela dia tidak mau bekerja
(malas atau sudah kaya)
7. Pengangguran Deflasioner  pengangguran yang disebabkan lowongan pekerjaan
tidak cukup untuk menampung pencari kerja
8. Pengangguran Teknologi  pengangguran yang disebabkan karena kemajuan
teknologi.

SEBAB SEBAB PENGANGGURAN


• Menurunnya permintaan Tenaga Kerja
• Kemajuan Teknologi
• Kelemahan dalam Pasar Tenaga Kerja
– Serikat Pekerja meminta upah terlalu tinggi
– Adanya tunjangan pengangguran menurunkan niat unutk bekerja
– Asuransi pekerja terlalu berat bagi perusahaan
– Kurangnya informasi mengenai lowongan kerja
– Ketidakmampuan pekerja untuk mencari pekerjaan

DAMPAK PENGANGGURAN
• Dampak Ekonomi  biaya peluang yang timbul karena hilangnya pendapatan dan
menurunnya hasil produksi (seperti GDP), menurunkan ketrampilan tenaga kerja,
faktor waktu menyulitkan pencari kerja mendapatkan pekerjaan baru.
• Dampak Sosial  naiknya tingkat kriminalitas, naiknya jumlah orang bunuh diri,
retaknya keluarga,dsb.
• Dampak Individu dan Keluarga  turunnya status sosial, hilangnya harga diri, dsb

CARA MENGATASI PENGANGGURAN


1. Cara mengatasi pengangguran terselubung
- Membuka lapangan kerja baru diberbagai sektor
2. Cara Mengatasi Penggangguran Terbuka
- Peningkatan SDM (sumber daya manusia), yaitu dengan mengadakan pelatihan
kewirausahaan kepada masyarakat yang sesuai dengan kemampuan kebanyakan
masyarakat tersebut ditambah dengan sumberdaya yang tersedia. Selain itu diberikan
modal yang akan digunakan untuk menunjang usaha tersebut. 
- Memperluas kesempatan kerja dengan cara memanfaatkan usaha- usaha yang mampu
menampung pekerja yang banyak. 
- Mempermudah ijin usaha, terutama UMKM yang dimana saat ini masih sangat
membutuhkan dukungan dari masyarakat. 
3. Cara Mengatasi Pengangguran Konjungtural:
– Meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan
menambah jumlah permintaan
– Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga investor lebih suka
menginvestasikan uangnya
4. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural:
– Menyediakan lapangan kerja baru
– Pelatihan tenaga kerja
– Menarik investor
5. Cara mengatasi Pengangguran Sukarela:
– Menarik Investor baru
– Pengembangan transmigrasi
– Memberikan bantuan pinjaman lunak untuk UKM
6. Cara mengatasi pengangguran Deflasioner:
– Pelatihan tenaga kerja
– Menarik investor baru
7. Cara Mengatasi Pengangguran Teknologi:
– Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
dg cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi di sekolah.
– Pengenalan teknologi sejak dini
– Pelatihan tenaga pendidik untuk penguasaan teknologi

Anda mungkin juga menyukai