Tenaga Kerja berdasarkan UU No.13 tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Angkatan Kerja bagian dari tenaga kerja yang aktif (digolongkan dalam usia kerja
yaitu 15 tahun ke atas) dalam kegiatan ekonomi baik yang sudah bekerja maupun
yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran).
Kesempatan Kerja kebutuhan tenaga kerja yang kemudian secara riil diperlukan
oleh perusahaan atau lembaga penerima kerja pada tingkat upah, posisi dan syarat
kerja tertentu, yang diinformasikan melalui iklan dan lain².
Pekerja setiap orang yang menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai nilai
ekonomis baik yang menerima gaji atau bekerja sendiri yang terlibat dalam kegiatan
manual. Atau, sebagai tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada
pengusaha dengan menerima upah dan atau imbalan dalam bentuk lain.
Ilmu ekonomi tenaga kerja mencoba untuk memahami fungsi dan dinamika dari pasar
untuk upah tenaga kerja. Pasar tenaga kerja berfungsi melalui interaksi antara tenaga kerja
dan pemberi kerja. Ilmu ekonomi tenaga kerja melihat kepada penawaran dari jasa tenaga
kerja (pekerja), permintaan dari jasa tenaga kerja (pemberi kerja), dan mencoba untuk
memahami pola yang dihasilkan oleh upah, pekerjaan, dan penghasilan. Dalam ilmu
ekonomi, tenaga kerja adalah sebuah pengukuran dari pekerjaan yang diselesaikan oleh
manusia. Ia secara konvensional kontras dengan faktor produksi lainnya seperti tanah dan
modal. Ada teori yang telah mengembangkan konsep yang dinamakan modal manusia
(berhubungan dengan skill yang dimiliki oleh pekerja, tidak harus pekerjaan aktual mereka).
Ada dua sisi dari ilmu ekonomi tenaga kerja. Ilmu ekonomi tenaga kerja bisa secara umum
dilihat sebagai aplikasi dari teknik ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro terhadap
pasar tenaga kerja. Teknik ilmu ekonomi mikro mempelajari peran dari individual dan
perusahaan di dalam pasar tenaga kerja. Teknik ilmu ekonomi makro melihat kepada
interrelasi antara pasar tenaga kerja, pasar barang, pasar uang, dan pasar perdagangan luar
negeri. Ia terlihat pada bagaimana interaksi-interaksi ini mempengaruhi variabel-variabel
makro seperti misalnya tingkat penyerapan tenaga kerja, tingkat partisipasi tenaga kerja,
pemasukan agregat dan produk domestik bruto.
Para ekonom neoklasik memandang pasar tenaga kerja adalah sama dengan pasar-
pasar lainnya dalam bahwa kekuatan dari penawaran dan permintaan bersama-sama
menentukan tingkat harga (dalam hal ini tingkat upah) dan kuantitas (dalam hal ini jumlah
orang yang dipekerjakan).
Tapi, pasar tenaga kerja berbeda dengan pasar lainnya (seperti misalnya pasar untuk
barang atau pasar finansial) dalam beberapa hal. Mungkin yang paling penting dari
perbedaan-perbedaan ini adalah fungsi dari penawaran dan permintaan dalam menentukan
harga dan kuantitas. Dalam pasar untuk barang-barang, jika harganya tinggi maka ada suatu
tendensi dalam jangka panjangnya untuk memproduksi barang yang lebih banyak sampai
permintaan telah terpuaskan. Dalam hal tenaga kerja, penawaran secara overall tidak bisa
dimanufaktur secara efektif karena orang-orang memiliki jumlah waktu yang terbatas setiap
harinya, dan orang-orang tidak bisa diproduksi.
TeoriKeynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam
serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari
penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai
keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada
gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya
beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of
productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan
labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas
hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih
kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun
drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan
jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi
semakin luas.
TeoriHarrod-domar
Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas
produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus
akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
Kesempatan Kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat baik
yang telah ditempati (employment) maupun jumlah lapangan kerja yang masih kosong
(vacancy). Kesempatan kerja menggambarkan tersedianya lapangan kerja di masyarakat.
Oleh karena itu, sering diartikan sebagai permintaan akan tenaga kerja di pasar tenaga kerja
(demand for labour force).
Kesempatan kerja erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan
dalam menampung atau menyerap sumber daya manusia dalam kaitannya dengan proses
produksi. Bayangkan jika tidak ada orang-orang yang bisa menjadi pengusaha maka para
penganggur pun semakin banyak jumlahnya.
Kesempatan Kerja
a.) Angkatan kerja adalah setiap orang yang memiliki pekerjaan, baik yang benar-benar
sedang bekerja, ataupun yang sedang berhenti bekerja sementara dikarenakan berbagai alasan
(seperti petani yang tidak bekerja karena hujan, pegawai yang sedang cuti, dll). Selain itu,
angkatan kerja juga mencakup setiap orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk
bekerja yang sedang berusaha untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Angkatan kerja ini
disebut juga dengan pengangguran.
Menurut UU No.20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2 angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
(15 tahun dan lebih) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun sementara tidak bekerja
dan penganggurana.
b.) Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan. dan tidak sedang mencari pekerjaan (pelajar, mahasiswa, ibu-ibu
rumah tangga) serta menerima pendapatan, tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas
suatu kegiatan produktif (pensiunan, veteran perang, dan penderita cacat yang menerima
santunan).
Penjelasan Lainnya
Produktivitas Kerja
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan:
1. Kualitas dan kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Sarana pendukung.
3. Supra sarana meliputi kebijaksanaan pemerintah, hubungan antara atasan dengan bawahan.
Menurut balai pengembangan produktivitas daerah yang dikutip oleh Soedarmayanti bahwa
ada enam faktor ytama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah :
1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work) dapat
menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam manajemen
supervise serta keterampilan dalam tehnik industri.
3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama
antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas
melalui lingkaran pengawasan mutu (Quality control circles).
4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efesien mengenai sumber dan
sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas
5. Efesiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam
berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha’
Disamping hal tersebut terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja,
diantaranya adalah :
1. Sikap mental, berupa: motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja
2. Pendidikan, pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingya produktivitas dapat
mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.
3. Keterampilan, pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih
mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih menjadi
terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan pengalaman (Experience) yang cukup.
4. Manajemen, pengertian manajemen ini berkaitan dengan sistem yang dikaitkan oleh
pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya.
Apabila manajemennya tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat
mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
5. Hubungan industrial pancasila
Dengan penerapan hubungan industrial pancasila, maka akan :
Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Terselubung golongan angkatan kerja yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja atau golongan yg melakukan pekerjaan tetapi hasilnya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pengangguran Terbuka pengangguran yang timbul karena kurangnya kesempatan
kerja.
– Pengangguran Kronis / Friksional pengangguran temporer yang terjadi
karena atas perubahan dan dinamuka ekonomi
– Pengangguran Musiman pengangguran yang terjadi secara musiman
4. Pengangguran Konjungtural pengangguran yang terjadi karena
berkurangnya permintaan barang dan jasa (biasanya saat terjadi resesi)
5. Pengangguran Struktural pengangguran yang muncul akibat terjadinya perubahan
struktur ekonomi, misal dari agraris ke industri
6. Pengangguran Sukarela pengangguran yang terjadi karena adanya orang yang
sesungguhnya masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela dia tidak mau bekerja
(malas atau sudah kaya)
7. Pengangguran Deflasioner pengangguran yang disebabkan lowongan pekerjaan
tidak cukup untuk menampung pencari kerja
8. Pengangguran Teknologi pengangguran yang disebabkan karena kemajuan
teknologi.
DAMPAK PENGANGGURAN
• Dampak Ekonomi biaya peluang yang timbul karena hilangnya pendapatan dan
menurunnya hasil produksi (seperti GDP), menurunkan ketrampilan tenaga kerja,
faktor waktu menyulitkan pencari kerja mendapatkan pekerjaan baru.
• Dampak Sosial naiknya tingkat kriminalitas, naiknya jumlah orang bunuh diri,
retaknya keluarga,dsb.
• Dampak Individu dan Keluarga turunnya status sosial, hilangnya harga diri, dsb