Eman
Yolanda Mokuan
Edwin. Kolinu
BAB I
PENDAHULUAN
Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa
Jerman pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris yang
berjudul The Theory of Economic Defelopment. Kemudian Joseph Alois Schumpeter
menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama
yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang berjudul Business Cycles pada tahun
1939.
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan teori pembangunannya
yaitu keyakinannya bahwa system kapitalisme merupakan system yang paling baik untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan
secara pesimis bahwa dalam jangka panjang system kapitalisme akan mengalami kemandegan
(stagnasi). Pendapat ini sama dengan kaum klasik.
Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan
perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau
entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan
dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan
sebagai peningkatan output total masyarakat.
Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber
peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan
“teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan out put yang disebabkan oleh
pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh inovasi
yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perabaikan “teknologi” dalam arti
luar, miasalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb. Inovasi tersebut
menyangkut perbaikan kuantitatif dari system ekonomi itu sendiri yang bersumber dari
kreatifitas para wiraswastanya.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan social, polotik, dan teknologi
yang menunjang kreatifitas para wiraswastanya. Adanya lingkungan yang menunjang
kreatifitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide
ide baru dalam kehidupan ekonomi. Mungkin tidak semua perintis tersebut akan berhasil
dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut akan menimbulkan
posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas
keuntungan normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi. Keuntungan
monopolistis ini merupakan imbalan bagi para innovator dan sekaligus juga merupakan
rangsangan bagi para calon innovator. Hasrat untuk berionovasi terdorong oleh adanya
harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.
Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal)
oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa :
1. Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para innovator
2. Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi
menjadi monopoli pencetusnya.
Kesemua proses yang dijelaskan di atas meningkatkan out put masyarakat dan secara
keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber
kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.
Menurut Schumpeter hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide
baru yang bisa disebut entrepreneur sedangakan pengusaha yang secara hanya mengelola
secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci
dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang inovasi tersebut.
Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh lembaga-
lembaga social politik yang sesuai merupakan lingkungan yang paling subur bagi timbulnya
innovator dan inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya semangat berinovasi paling
tinggi.
Selain itu ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu :
1. Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai
2. Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para entrepreneur
merealisir ide-ide tersebut jadi kenyataan.
Runtuhnya Kapitalisme
1. System kapitalis merupakan system yang paling cocok bagi timbulnya inovasi,
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dengam demikian menurut
Schumpeter bagi Negara-negara sedang berkembang yang berusaha mengejar kemajuan
ekonomi (pertumbuhan out put) maka system kapitalisasi tersebut sangat sesuai untuk
diterapkan.
2. Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan meningkatkan
pendapatan perkapita masyarakat sekaligus distribusi pendapatannya merata. Distibusi
pendapatan yang semakin merata ini disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan
mengarah kepada barang-barang yang di konsumsi oleh orang banyak sehingga barang-
barang menjadi melimpah.
3. Menurut Schumpeter bahwa dalam jangka panjang system kapitalis akan “runtuh” karena
adanya transformasi gradual di dalam system tersebut menuju kearah system yang lebih
sosialistis. Ciri dari system kapitalis itu sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya
dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin makmurnya
masyarakat maka akan terjadi proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan
masyarakat yang semakin jauh dari system kapitalis asli.
2.3.1. Inovasi
Terdiri atas 5 unsur :
1. Pengenalan barang baru ;
2. Pengenalan metode produksi baru
3. Pembukaan pasar baru
4. Penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur,dan
5. Pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli.
Menurut schumpeter, pengenalan produk baru dan perbaikan terus-menerus pada produk
inilah yang membawa kepada pembangunan.
100%
O Waktu
Gambar . (1)
3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat inovasi juga tidak benar.
Kenyataanya, fluktuasi siklis bisa karena sebab-sebab psikologis, natural, dan
finansial.
4. Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
Tapi ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada
inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.
6. Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar.
Dia tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah menjadi sosialis.
Dia menyatakan secara naif bahwa kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis berubah
dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi pengusaha. Analisanya mengenai berakhirnya
kapitalisme agak emosional dari pada riil. Akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat “Analisa
sosio-ekonomi Schumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan.
Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima kesimpulannya.
2. Kurangnya Kewiraswastaan
Analisa Schumepeter bergantung pada adanya kaum pengusaha.akan tetapi, negara
terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta yang memadai. Pada perekonomian seperti itu,
rendahnya harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat
inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnnya tenaga yang memadai,
angkutan, tenaga terampil, dan lain-lain bertindak sebagai penghambat kegiatan wiraswasta.
6. Asimilasi Inovasi
Menurut Henry Walich, proses pembangunan di negara terbelakang didasarkan tidak
pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi yang ada.
Karena, pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi mengadakan inovasi.
Malahan, mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara maju.
7. Mengabaikan Konsumsi.
Proses Schumpeter ‘berorientasi produksi’ sementara proses pembangunan
‘berorientasikan konsumsi’. Penilaian ini sekarang terlihat pada adanya kecenderungan
menuju negara kesejahteraan di mana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
8. Mengabaikan Tabungan
Penekananutama Schumpeter pada arti kredit bank mengabaikan arti tabungan rill
dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti penting anggaran belanja defisit, tabungan
anggaran kerja, kredit umum dan langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.
3.1. Kesimpulan
Walaupun teori Schumpeter mendapat kritikan dan tidak sesuai untuk negara
terbelakang namun menggarisbawahi pentingnya pembiayaan inflasioner dan inovasi sebagai
faktor utama dalam pembangunan ekonomi. Pembiayaan inflasioner merupakan satu metode
tepat untuk diterapakan oleh setiap negara terbelakang. Analisanya relevan dengan negara
terbelakang dilihat dari segi kenaikan jangka panjang produktivitas dan penyerapan surplus
tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang menguntungkan sebagai akibat dari inovasi.
Meskipun teorinya dimaksudkan untuk mengalisa masalah Kapitalisme Barat “namun dapat
memberikan petunjuk mengenai masalah yang mungkin timbul di negara terbelakang, sekali
suatu proses industrialisasi mulai, serta memberi pelajaran untuk menghindari kesulitan
tambahan dan tidak perlu yang menyertai suatu pembangunan yang tak terkoordinasikan dan
tak terencana”
3.2. Saran
Berinovasi dan menguasai teknologi dewasa ini merupakan kunci utama dalam
pembanguna ekonomi negara. Maka dari itu, ciptakanlah inovasi yang mampu membangun
ekonomi negara, serta manfaatkan teknologi yang ada untuk mendukung pembangunan
tersebut.