Anda di halaman 1dari 17

J

JJjjagghg

Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

Muqarramah Sulaiman Kurdi


UIN Antasari Banjarmasin
Muqarramah@uin-antasari.ac.id

Info Artikel Abstract


Religious education is the most crucial thing for the growth and the development of Muslim children namely to become
Diterima: Juli pious children. Good religious teaching will produce a generation of true Muslims, because aqeedah is the substance of
2020 morality and the implementation of religious law. The teaching of Islam cannot only be in the cognitive realm, because
Disetujui: September what is taught is a matter of the faith and daily life of a Muslim. In this case, how to teach Islamic aqeedah and etiquette
2020 for today's generation is a challenge, especially for the digital native generation, which means that religious education
Dipublikasikan: also needs to continue to develop and innovate in the way of its doctrine. In addition, in this present time, the global
Desember 2020 world has experienced difficult times due to the impact of the Corona Virus which requires children to learn at home or
blended learning. This paper is a part of the study of the reconstruction of the doctrinal methodology for children related
to how to instill aqeedah, the cultivation of morality and sharia (including also reciting and memorizing the Koran),
Keyword without ignoring their essence as a digital native generation and challenges in the era pandemic.

How to teach religion;


young learners;
doctrine; Islamic
teachings; Muslim
generation; pandemic.

Kata Abstrak
Kunci
How to teach religion; Pendidikan agama adalah hal yang paling krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan anak muslim yakni
young learners; agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Pengajaran agama yang baik akan menghasilkan generasi
doktrin; ajaran Islam; muslim yang benar, karena aqidah adalah substansi dari bisa berakhlakul karimah dan implemetasi syariat
generasi muslim; agama. Pengajaran agama Islam tidak bisa hanya pada ranah kognitif semata, karena yang diajarkan adalah
pandemi. perkara keimanan dan keseharian seorang muslim. Dalam hal ini bagaimana mengajarkan aqidah dan adab
Islami bagi generasi dewasa ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya untuk generasi digital native, yang
artinya pendidikan agama pun perlu terus berkembang dan berinovasi dalam cara doktrinnya. Selain itu di
masa sekarang ini dunia global telah mengalami masa sulit karena dampak Virus Corona yang
mengharusnya anak-anak belajar di rumah maupun blended learning. Tulisan ini merupakan bagian kajian
rekonstruksi metodologi doktrin untuk anak-anakb terkait bagaimana menanamkan ke-aqidah-an,
penanaman akhlakul karimah serta syariah/fiqh (termasuk juga membaca dan menghafal Alquran), dengan
tidak mengenyampingkan esensi mereka sebagai generasi digital native dan tantangan di masa pandemi.

Alamat Korespodensi:
159 | J u r n a l H a w a Jalan Raden Fatah, Pagar Dewa,
Kota Bengkulu
Gedung Pelatihan lantai II
E-mail: Hawa@iainbengkulu.ac.id.
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

Pendahuluan

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan 2010). Era digital telah menghantarkan


zamannya, karena mereka hidup bukan di anak-anak muslim berinteraksi dengan
zamanmu” (Ali Bin Abi Thalib). Perkataan peralatan digital. Mereka terbiasa
Ali bin Abi Thalib tersebut menyegarkan beraktivitas secara Online. Sebagai bagian
orangtua dan guru-guru bagaimana generasi digital native, anak-anak muslim
mendidik agama kepada anak-anak dengan berinteraksi di media sosial sebagai ruang
tuntunan yang sesuai dengan agama yang mereka kuasai, kehidupan dianggap
dengan inovasi pendidikan dengan sebagai suatu permainan yang dijalani.
masanya. Sebagaimana diketahui, Tantangan hidup dihadapi dengan penuh
pendidikan adalah suatu sarana tuntunan ekspresif, cepat, interaktif dan kolaboratif.
dari tiap individu untuk meraih tingkat Bahkan eksistensi di ruang maya menjadi
kedewasaan ataupun pemahaman sehingga hal yang penting. Oleh karena itu, kebijakan
ilmu yang didapat mampu pemerintah terkait Study at Home bagi anak-
diimplementasikan dalam rangka anak dalam rangka memutus rantai
pembentukan karakter-nilai multikultural penularan Corrona Virus Disssease (Covid-
(Kurdi, Mardiah, Kurdi, Usman, & 19) menjadikan guru dan orang tua
Taslimurrahman, 2020: 68) dan berjibaku dan harus lebih berinovasi dalam
mengarahkan jalan hidup menjadi pribadi sistem pembelajaran berbasis teknologi dan
yang baik. Pembentukan karakter di dalam internet. Pendidikan agama yang umumnya
Islam lahir dari kebiasaan, akhlak muncul di dapat di sekolah harus diganti dengan
dari pembiasaan. Pembiasaan merupakan pendidikan agama transformatif yang
proses penanaman kebiasaan, mendorong mengakomodir dunia anak-anak generasi
seseorang agar mengupayakan digital native (Prensky, 2001; Mardina 2019),
pengulangan suatu tindakan agar ia tanpa menghilangkan diksi edukasi.
terbiasa melakukannya sehingga terkadang Orangtua memiliki peran dan
seseorang tidak menyadari apa yang amanah dalam tanggungjawab dan
dilakukannya karena sudah menjadi kewajiban mendidik anak-anak agar
kebiasaan baginya (Shihab, 2016: 90). Oleh senantiasa menjaga Aqidah dan berakhlakul
karena itu, kondisi lingkungan yang tepat karimah. Dengan kebijakan untuk
akan mengantarkan sedikit banyak melakukan kerja, ibadah, dan belajar di
pergaulan yang baik untuk penanaman rumah di masa pandemi sekarang ini,
Aqidah dan pembiasaan akhlakul karimah artinya dengan serta merta telah
bagi anak-anak. mengembalikan “khittah” peran orangtua
Sekarang dunia dan lingkungan dan tanggungjawab mereka dalam
dikelilingi dengan stimulus media dan mendidik anak-anak dan beribadah kepada
visual, dan begitu juga anak-anak, mereka Allah Swt. Sebagaimana Allah Swt telah
adalah bagian dari generasi digital (digital memerintahkan orangtua untuk menjaga
generation) (Jukes, McCain, and Crockett, diri dan keluarga dari siksa api neraka. “Hai

160 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu pola/model pendidikan yang transformatif


dan keluargamu dari api neraka yang bahan kontekstual. Di mana pendidikan berbasis
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya teknologi sudah seharusnya dioptimalkan.
malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak Dalam masa pandemi Covid-19, guru dan
mendurhakai Allah terhadap apa yang orangtua tidak bisa menolak realitas
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu tentang pengajaran yang bersifat daring dan
mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. 66. beradaptasi secara totalitas dengan dunia
At-Tahrim ayat 6) anak-anak generasi digital native. Tujuan,
Berdasarkan hal tersebut, perlu doktrin, dan metodologi pengajaran agama
adanya kajian narasi ilmiah terkait menjadi barometer corong utama dalam
bagaimana mengajarkan ajaran agama melakukan reformulasi pengajaran agama
Islam bagi anak-anak muslim di masa bagi anak-anak zaman “generasi Z” di masa
pandemi Covid-19 dengan mengoptimalkan pandemi terkait bagaimana menanamkan
pada media teknologi (digital). Hal ini ke-aqidah-an, penanaman akhlakul karimah
ditujukan untuk memberikan worldview serta syariah/fiqh (termasuk juga membaca
aktivitas digital teaching/learning bagi dan menghafal Alquran). Diharapkan
generasi muslim saat ini dengan ketika menggunakan sarana seperti e-
mengafirmasi tiga domain dari pengajaran learning, webinar, media sosial, aplikasi
agama, kognitif, afektif, dan psikomotorik. audio-visual, blogging, e-book, smartbook dan
aplikasi game tidak mengenyampingkan
Metode Penelitian dunia anak-anak muslim sebagai bagian
Kajian ini merupakan sebuah mini generasi digital native dengan
research dalam bentuk penelitian memperhatikan tiga perspektif (teknis,
kepustakaan (library research) dengan literasi kritis, dan literasi sosial-emosional)
menekankan pada meaning of creatifity dan juga sebagai bagian dari pengamalan
(Muhajir, 2011: 318) dengan jenis penelitian beragama dalam sosio religius-kultur
kualitatif interpretatif (intersubjektif). demografinya
Tulisan ini merupakan deskripsi analisis
interstruktualitas interpretatif bersumber Pembahasan
dari buku – buku dan sumber daring yang Pendidikan adalah alat pencetak
relevan dengan tulisan ini. Adapun tujuan peradabana manusia (Hamid, 2011: 11).
penelitian ini adalah memberikan wacana Oleh karena itu dunia pendidikan memiliki
nalar deskripsi dalam bentuk konstruksi peran yang signifikan dalam kehidupan
pengajaran agama di tengah pandemi umat manusia. Jika merujuk pada
Covid-19 bagi anak-anak muslim yang sarat dinamika sejarah umat manusia sejak
dengan budaya digital dan melek teknologi. manusia mengenal dirinya, dapat diketahui
bahwa manusia menyadari bahwa ia harus
Hasil dan Temuan berusaha mengetahui jalan yang benar dan
Dari penelitian ini diketahui bahwa tepat untuk meraih kemaslahatan diri dan
dunia pendidikan Islam dalam kerangka kelompoknya serta mengetahui pula yang
mengajarkan ajaran agama mengintrodusir buruk untuk menghindarinya, dan sejalan

161 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

dengan perkembangan kehidupan pembentukan akhlak mulia, bekal


bermasyarakat, upaya mereka mulai terarah kehidupan dunia akhirat, menumbuhkan
pada hal-hal non-materi demi ketenangan semangat ilmiah dan profesionalisme
dan kesempurnaan hidup (Shihab, 2016:1- (Syafe’i, 2015: 156). pengamalan ini
2). Usaha dalam memperoleh pengetahuan merupakan proses pendidikan yang tidak
didapat melalui pendidikan. Anak-anak bisa instan, ia hadir dari pembiasaan. Anak-
harus diberi bekal berupa ilmu anak perlu dibekali ilmu agama sesuai
pengetahuan, khususnya akhlak (Anisah, dengan tuntutan zamannya, terlebih anak-
2017: 70). Hal ini sebagai wujud afirmasi anak adalah aset sumber daya manusia
juga dari Undang-Undang Sistem yang merupakan masa depan suatu bangsa,
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 03 Nomor sebagai generasi pemuda merekalah
20 Thaun 2003, yakni: harapan untuk memajukan bangsa
“Pendidikan nasional (Mawardi, 2000). Signifikansi penanaman
berfungsi mengembangkan ilmu agama bagi anak-anak menjadikan
kemampuan dan membentuk watak barometer utama dalam memahami
serta peradaban bangsa yang
bagaimana pengajaran agama yang baik
bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk anak-anak muslim.
bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia Pengajaran Agama
yang beriman dan bertakwa kepada Pengajaran agama merupakan
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak bagian penting di dalam proses pendidikan.
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, Pendidikan (Tarbiyah) erat kaitannya
mandiri dan menjadi warga Negara
dengan pengajaran (Ta’lim). Pendidikan dan
yang demokrat serta bertanggung
jawab” pengajaran di dalam bahasa Arab disebut
sebagai Tarbiyah wa ta’lim, dan pendidikan
Pendidikan nasional tersebut Islam disebut sebagai tarbiyah Islamiyyah
memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan (Daradjat, 1996: 25). Kedua diksi ini
dalam paradigma pendidikan Islam, yakni mengafirmasi transfer doktrin agama.
menjadi insan kamil, bermoral, berbudi Mentransfer ilmu agama tidak bisa
pekerti luhur, berakhlakul karimah, dan sembarangan. Sebagaimana Azman
menjadi manusia yang beriman dan menyebutkan bahwa mengusai ilmu yang
bertaqwa kepada Allah Swt. Mediasi dalam akan diajarkan saja tidaklah cukup dan
implementasi tujuan pendidikan dalam tidak akan menjamin prestasi yang tinggi
Islam tidak hanya sebatas pada aspek bagi anak-anak yang diajar. Seorang
pengetahuan, tapi juga diharapkan anak- pendidik harus menguasai metodologi dan
anak setelah mampu mengetahuai, teknik bagaimana caranya menyampaikan
memahami, dan selanjutnya juga isi pelajaran, sehingga ilmu tersebut
mengamalkan dalam kehidupan sehari- bermakna (Azman, 1987; Lubis dan Aspar,
hari, karena secara umum tujuan 2015: 142-143). Dalam perspektif pedagogis,
pendidikan Islam adalah dalam rangka dalam mengajar ada dua kemampuan

162 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

pokok yang harus dikuasai oleh seorang pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,


pendidik, yaitu : menguasai materi atau pengawasan, dan pengembangan
bahan ajar yang akan diajarkan ( what to potensinya guna mencapai keselarasaan
teach ) dan menguasai metodologi atau cara dan kesempurnaan hidup di dunia dan di
untuk membelajarkannya ( how to teach ) akhirat. Di sini ditekankan bahwa tugas
(Gilcman, 1991: 12). Kedua hal tersebut pendidikan Islam adalah dalam rangka
menjadi bagian perfeksi pendidikan. Materi membantu mengembangkan potensi anak-
yang diajarkan penting, begitu juga dengan anak muslim agar sejalan dengan fitrah
metode pengajarannya. Karena metode yang dibawa sejak lahir, yakni
yang tepat dalam pengajaran agama akan kecenderungan manusia untuk berbuat
menghantarkan anak didik kepada esensi kebaikan dan kebajikan (Arifin, 1987;
dari tujuan pendidikan Islam. Sebagaimana Syafe’i, 2015: 154-155).
Zakiyah Drajat menyebutkan bahwa Ada beberapa model pengajaran
pendidikan agama merupakan usaha agama yang bisa dilakukan sebagai
bimbingan dan usaha terhadap anak agar stimulus dalam perannya sebagai sarana
kelak setelah selesai pendidikannya dapat terlaksananya tugas pendidikan agama.
memahami dan mengamalkan ajaran Islam Model-model tersebut adalah bagian teori
serta menjadikannya pandangan hidup pendidikan dan dipandang sebagai
(way of life) (Daradjat, 1996: 86). framework yang mampu membuat guru
Adapun dalam ajaran Islam banyak agama (dan orang tua) mengintegrasikan
menggunakan cara pembiasaan guna elemen-elemen yang berbeda dari teori
meraih akhlak mulia atau meninggalkan pendidikan, dan sebagai hasil,
akhlak buruk (Shihab, 2016: 93) Bentuk mengkonstruksi dan mengartikulasi basis
pembiasaan seperti yang diajarkan oleh yang lebih solid aktivitas pengajaran.
Rasulullah Saw., yakni memerintahkan Tujuan utama dari pendidikan agama
orangtua agar menyuruh anak-anaknya adalah sebagai pengembangan kapabilitas
shalat sejak berusia tujuh tahun (Shihab, anak-anak dalam membuat keputusan
2016). Hal ini menunjukkan betapa dalam keberagamaan dan moral mereka,
pengamalan ajaran agama bagi anak-anak dan yang paling utama adalah mereka
muslim sangat dipengaruhi dengan apa akhirnya mengetahui tentang agama
yang ada pada diri dan sekitarnya. Hal ini mereka. Ada empat model yang mampu
sebagaimana disebutkan bahwa ada banyak merepresentasikan tujuan dari pendidikan
faktor dalam berperilaku, misal: faktor agama, yakni: (1) model pendidikan
pembawaan, faktor keluarga, dan faktor terbuka (the open education model); (2) model
pengalaman dalam masyarakat sekitar akademik (the academic model); (3) model
(Gunarsa, 2015: 69). pendidikan teknologi (the educational
Faktor-faktor tersebut mendukung technology model); (4) model keadilan sosial
dalam ajaran agama Islam, di mana (the social justice model) (Newton, 1981: 2).
pendidikan Islam adalah proses Model-model pengajaran agama tersebut
transinternalisasi pengetahuan dan nilai merupakan bagian afirmasi dari
Islam melalui upaya pengajaran, pendekatan humanistik. Pendekatan

163 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

humanistik mengintrodusir penekanan Agama merupakan hal yang


pada pentingnya emosi dan dikembangkan mendasar yang diajarkan kepada anak-anak
kualitas semua domain, yakni domain muslim, secara sosial psikologis, agama
kognitif, domain afektif, dan psikomotorik sangat diperlukan oleh tiap individu bagi
(Kurdi, 2018: 128). Domain-domain tersebut kehidupannya. Selain itu, sebagai affirmative
menjadi inti dalam metodologi pengajaran action manusia juga dipandang sebagai
agama. homo religious atau makhluk yang beragama
Berdasarkan metodologi pengajaran (Djalaluddin dan Ramayulis, 1998: 70).
agama oleh Kementerian Agama Perwujudan agama dalam perilaku
khittah/esensi dari tujuan pengajaran agama lahiriyah merupakan bagian warna dari
(dengan prinsip pendidikan Islam) adalah pengaruh nilai-nilai agama yang dipegang
“kepribadian muslim” yakni kepribadian teguh. Pendidikan dan pengalaman yang
yang semua aspek kehidupan dijiwai oleh dilalui anak-anak sangat menentukan
ajaran agama Islam, dengan kata lain perkembangan agama anak dari usia 0-12
pengajaran diarahkan agar tiap individu tahun (Daradjat, 1976: 58-59). Menurut
menjadi muttaqien atau manusia yang Ernest Harms yang disebutkan oleh
bertaqwa (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Jalaluddin dalam psikologi agama bahwa
Agama Islam, 1982: 61). Oleh karena itu, agama bagi anak-anak dalam
dalam pengajaran agama terhadap generasi perkembangannya melewati tiga fase,
muslim diarahkan pada tujuan membentuk yakni:
akhlakul karimah, memperkenalkan posisi 1. The fairy tale stage (tingkat
manusia dan tanggungjawabnya dalam dongeng; usia 3-6 tahun): konsep
hidup, mengenalkan anak-anak bahwa mengenai Tuhan lebih banyak
mereka adalah bagian dari makhluk sosial, dipengaruhi oleh fantasi dan
dan mengenalkan dan memahamkan emosi. Penghayatan konsep ke-
tentang penciptanya, alam semesta dan Tuhanan sesuai dengan tingkat
memanfaatkan alam dengan sebaik- perkembangan intelektualnya
baiknya, serta mempersiapkan anak-anak yang diliputi oleh dongeng-
muslim dengan berbuat kebaikan dan dongeng yang kurang masuk
kebajikan untuk kehidupan dunia dan akal;
akhirat. Kebaikan dan kebajian yang 2. The realistic stage (tingkat
dilakukan adalah dalam kerangka relasinya kenyataan; usia sekolah dasar
kepada Allah Swt, relasinya kepada sesama hingga usia adolesense): ide ke-
manusia, dan relasinya kepada alam Tuhanan sudah mencerminkan
semesta. Dengan pengajaran agama konsep yang didasari pada
tersebut anak memahami secara kenyataan atau realis. Lembaga
komprehensif substansi bagaimana keagamaan dan pengajaran
beragama. agama berpengaruh besar pada
fase ini. Segala amaliyah
Agama bagi Anak-Anak

164 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

keagamaan diikuti dan dipelajari rumah, sekolah, dan masyarakat. Oleh


dengan penuh minat; karena itu, setidaknya menurut Quraish
3. The individual stage (tingkat Shihab ada beberapa hal yang menjadi
individu; tingkat kepekaan perhatian bagi guru dan orangtua dalam
emosi yang paling tinggi sejalan memahami agama bagi anak-anak dalam
dengan perkembangan usia memahamkannya kepada mereka (Shihab,
mereka). Konsep keagamaan 2014), yaitu:
bersifat individualis, dan fase ini Pertama, memahami pertanyaan
terbagi dalam tiga kelompok anak-anak dan meluruskannya jika keliru.
dalam hal konsep ke-Tuhanan, Banyak pertanyaan yang tidak wajar dan
yaitu: (a) Konvensional dan bahkan salah jika ditanyakan. Misalnya
konservatif; (b) Murni bersifat pertanyaan “Siapa yang menciptakan
personal; (c) Bersifat etos- Allah”. Meluruskan pertanyaan ini sejak
humanistik (Jalaluddin, 1996: 66- semula lebih penting daripada
67). menjawabnya.
Dari fase tersebut, dapat dilihat juga Kedua, pemahaman agama yang
bahwa sifat agama pada diri anak-anak diberikan kepada anak-anak harus
yakni: (1) unreflective (tidak mendalam); (2) disesuaikan dengan kemampuan nalar dan
egosentris (terkait keagamaan anak rasa mereka. Pemahaman agama harus
menonjolkan kepentingan dirinya dan telah sesuai dengan daya tangkap anak. Contoh
menuntut konsep keagamaan yang perumpamaan adalah salah satu cara yang
dipandang dari kesenangan pribadinya); (3) sangat membantu dalam memahamkan
Anthromorphis (konsep ke-Tuhanan agama kepada anak. Misalnya
menggambarkan aspek kemanusiaan, menganalogikan kenikmatan surga jauh
berasal dari hasil pengalaman berinteraksi melebihi kenikmatan es krim.
dengan orang lain); (4) Eksperimental, Ketiga, memahamkan agama kepada
inisiatif, spontanitas (kesadaran tentang anak tidak dapat mengelak dari
makna keagamaan ataupun konsep Tuhan keterjerumusan dalam pilihan kata-kata
didengar anak dari orangtua, keadaan, yang dapat dinilai bertentangan/tidak
tempat, dan situasi serta mimik dibenarkan oleh ketentuan aqidah/syariah.
kesungguhan. Semula tidak menjadi Misalnya menggunakan kalimat
perhatian utama, kemudian menjadi menyangkut Allah yang sepintas terbaca
perhatian dan bertambah rasa ingin tahu); sebagai “mempersamakan Allah dengan
(5) Ucapan dan praktik (verbalis dan makhluk”. Contohnya “Allah turun” “Dia
ritualis), (6) Suka meniru (imitatif, tindak yang Dilangit” atau gambaran
keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak “kegembiraan” Allah terhadap orang yang
diperoleh dari hasil melihat perbuatan bertaubat bahwa Allah bergembira melebihi
lingkungan) (Jalaluddin, 2004). Berdasarkan kegembiraan seseorang di padang pasir
hal tersebut, menjadi hal yang perlu yang kehilangan unta bersama bekalnya,
digarisbawahi bahwa agama bagi anak- tapi tak lama kemudian yang kehilangan
anak sangat ditentukan oleh lingkungan unta dan bekal itu muncul di hadapannya.

165 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

Contoh-contoh tersebut serasa Kelima, sejak dini sudah ditanamkan


menyamakan allah dengan makhluk. kepada anak, bahwa kemampuan menalar
Keempat, sebagaimana Imam Al- sesuatu dan membuktikan kebenaran tidak
Ghazali dalam kitab al-Istiqad yang sama dengan kemampuan
menyatakan bahwa keyakinan tentang menggambarkannya dalam benak. Bisa jadi
kebenaran kebenaran satu ide oleh pihak seseorang dapat membuktikan sesuatu
yang diyakinkan dapat berhasil dengan secara ilmiah yang didukung oleh nalar
berbagai cara selama sesuai dengan sikap yang lurus, tetapi benak tidak dapat
yang hendak diyakinkan, karena ada orang menggambarkannya kendati sudah dewasa
yang yakin bukan berdasarkan argumentasi dan berpengetahuan, apalagi anak-anak.
akliyah, tetapi karena apa yang hendak Hal ini harus ditekankan bahwa menalar
diyakinkan kepadanya sejalan dengan adalah menjangkau sesuatu dengan nalar,
kecenderungan hatinya. Ada lagi yang sedangkan menggambarkan sesuatu adalah
percaya tanpa argumentasi akibat menghadirkan nya dalam benak.
kepercayaan dan kekagumannya terhadap Berdasarkan hal tersebut di atas,
siapa yang menyampaikan. Oleh karena itu, membangun sisi spiritual anak merupakan
guru dan orangtua sangat berperan dalam hal yang tidak bisa dipandang sederhana.
hal memperoleh kepercayaan dan Kompleksitas dari spiritualisme anak
kekaguman anak. Agama bagi anak-anak merupakan hal yang perlu menjadi
bisa jadi tidak memuaskan bagi orang perhatian utama, karena dengan pondasi
dewasa, tetapi itu dalam pemahaman religius yang kuat akan memberi pengaruh
mereka agama yang dimengerti bisa yang besar bagi anak-anak dalam menjalani
mengafirmasi hilangnya masalah agama kehidupan secara positif. Dengan demikian,
yang dialami oleh Anak. dapat dipahami bahwa doktrin ajaran Islam
Masih menurut Iman Al-Ghazali, bagi anak-anak muslim di era digital dan
banyak argumentasi akliyah, walau dalam pandemi haruslah dicapai dengan kacamata
Alquran, yang jika diteliti lebih jauh, kontekstual dan tidak menghilangkan
sifatnya tidak sepenuhnya meyakinkan karakter anak dalam beragama.
ilmuwan, kendati argumentasi itu
meyakinkan banyak orang. Sebagaimana Pembahasan
juga Syekh Abdul Halim Mahmud dalam Budaya telah melakukan transisi,
kitabnya al-Islâm wa al-‘Aql yang begitu pula karakteristik generasi sekarang.
menyebutkan seseorang tidak perlu Diksi gadget, handphone, dan media sosial
bertepuk tangan kepada orang-orang yang tidak asing di telinga anak-anak, karena itu
membuktikan wujud Tuhan melalui nalar, adalah bagian dari mereka, di mana
karena dengan nalar juga orang lain dapat teknologi telah menjadi satu kesatuan dan
membuktikan sebaliknya. Jadi, agama yang melekat dalam kehidupan mereka sehari-
dipahami anak-anak boleh jadi tidak hari. Generasi yang sedari lahir sudah
memuaskan bagi orang dewasa, tapi terbiasa hidup dan dikelilingi teknologi
membuat anak-anak paham. sebagai alat bantu dalam aktivitas

166 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

kehidupan keseharian disebut sebagai Berdasarkan hal tersebut, maka penulis


generasi digital native (Prensky, 2001). memetakan doktrin ajaran Islam bagi
Berdasarkan pendapat penggagas teori generasi digital native di masa CoVid-19 ini
generasi digital native tersebut, menyatakan dengan dideskripsikan dalam 3 (tiga) hal
bahwa generasi yang lahir pada era 80-an utama, sebagaimana grafik visual berikut:
dan sesudahnya adalah generasi yang lahir
pada lingkungan teknologi digital. Generasi
yang paling melekat dengan istilah generasi
digital native adalah generasi Z (Internet
Generation yang lahir tahun 1994 hingga
sekarang). Karena itu pendekatan doktrin
Cara mengajar Agama
yang dilakukan kepada generasi digital bagi Generasi digital
native di masa pandemi
native haruslah menggunakan pendekatan
yang komprehensif karena doktrin ajaran
agama terhadap anak-anak tidak hanya
dilihat pada ranah fase perkembangan dan Bahan pengajaran
karakteristiknya saja, namun juga aspek Agamai

lingkungan dan perubahan yang


mempengaruhinya. Berdasarkan hal
tersebut Zakiah Daradjat menekankan
bahwa multi approach adalah pendekatan Tujuan dari Pengajaran Agama
dalam metode yang bisa dilakukan, yakni bagi generasi digital native

pendekatan religius (fitrah), pendekatan


filosofis (rasionalitas), sosio-kultural, dan
pendekatan scientific yang mewujudkan
munculnya domain kognitif, afektif dan
psikomotorik (Daradjat, dkk, 2001: 72).
Pendekatan-pendekatan tersebut
merupakan afirmasi daalm mendukung
doktrin ajaran Islam bagi anak-anak muslim Gambar 1. Grafik Visual Doktrin
sekarang ini. Ajaran Islam
Lingkungan sekarang ini adalah bagi Generasi Digital Native di masa
lingkungan millenial, di mana teknologi Pandemi
telah menjadi “makanan sehari-hari” bagi
anak-anak. Peningkatan dan akrabnya Dari gambar tersebut di atas, model
dalam penggunaan teknologi digital, media, pendidikan agama berbasis teknologi
dan komunikasi yang sifatnya daring menjadi kerangka aplikatif dalam
menjadi hal yang wajar. Oleh karenanya implementasi doktrin ajaran agama bagi
pendekatan multi approach harus menjadi generasi digital native di tengah wabah
tolak ukur dalam implementasi bagaimana CoVid-19. Model pendidikan teknologi (the
mengajarkan agama kepada anak-anak. educational technology model) dalam

167 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

mendoktrin ajaran Islam terhadap generasi Tuhanan, ibadah ritual dan interaksi dalam
digital native ini dalam tujuannya adalah ibadah sosial, dan contoh/ keteladan bagi
menghasilkan perubahan religiusitas anak anak-anak muslim dalam beragama bisa
dalam berperilaku, berprinsip pada tujuan didukung melalui teknologi informasi,
yang jelas, penekanan pada hal-hal positif visual, audio, literasi media, literasi
dalam rangka pertumbuhan agama, komunikasi dan media interaktif. Hal ini
pergerakan pembelajaran yang mudah dan sejalan dengan sosio religius-kultur
efektif, dan penilaian berfokus pada demografi anak-anak muslim dalam
perubahan sikap. Model ini memiliki konteksnya sebagai generasi digital native.
paradigma ynag kuat karena outcomes dari Berdasarkan sosio religius-kultur
model ini adalah sikap anak-anak yang bisa demografi, dalam memberi pemahaman
diamati dan doktrin yang efektif sesuai agama kepada anak-anak, setidaknya ada
zaman—dalam rangka menjadi individu tiga dimensi yang diimplementasikan,
yang religius—dengan cara yang aman dan yaitu: (1) dimensi modeling force
tidak menghilangkan kewajiban protokol (memberikan contoh dalam mendoktrin);
kesehatan dalam pendidikan di masa (2) dimensi cognitive force (pembentukan
pandemi. Model ini mengafirmasi nilai pengetahuan agama bersifat eksklusif semi-
interaktif, edukatif, inovatif dan efektif di totalistik untuk kaitannya tentang ke-
tengah pandemi dalam pengajaran agama Tuhanan, dan inklusif –humanis-komunal
tanpa mengaburkan esensi doktrin agama. dalam aspek sosial bermasyarakat); (3)
Seiring perkembangan teknologi Conditional force (kultur yang dibangun
banyak inovasi yang bisa dilakukan dengan kental dengan nuansa aktivitas keagamaan).
akses daring dalam pengajaran agama. Dengan kata lain, dalam memahamkan
Mengajar/mendidik tentang ajaran Islam ajaran agama adalah dengan kerangka
kepada anak-anak di masa CoVid-19 bisa doktrin yang positif. Artinya, doktrin
dilakukan dengan aman tanpa dilakukan berdasarkan prinsip objektif,
menghilangkan esensi karakteristik anak reflektif, observatif, tidak dogmatis, dan
concrete operational thought (Desmita, 2005: tidak fanatik buta (Kurdi, 2018: 239)
156), dunia bermain (Hogg & Blau, 2004: Dimensi pemahaman agama bagi
112), literasi digital (Ng, 2012; Martin, 2006) anak-anak digital native tersebut secara tidak
dan pembelajaran yang bermakna (Ausubel, langsung juga mengharuskan generasi
; Gunstone, 2015). Gadget dan internet bisa muslim memiliki kompetensi multi literasi.
dijadikan sebagai sarana positif dalam Penguasaan menggunakan
doktrin ajaran agama Islam kepada generasi komputer/program, mengakses internet
digital native. Partisipasi anak-anak dalam dan website, membaca teks dari screen,
lingkungan yang serba digital bisa memahami informasi dan pengetahuan
diupayakan dalam kerangka meningkatkan agama secara audio-visual, dan etika dalam
pengetahuan atau wawasan dalam dunia cyber menjadi satu kesatuan
beragama serta amaliyah dalam religiusitas simpulan perhatian dalam implementasi
mereka. Aktivitas keagamaan, konsep ke- doktrin ajaran Islam kepada anak-anak

168 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

generasi generasi Z. Berdasarkan data yang Moodle, Itslearning,


dikumpulkan setidaknya ada beberapa Skillshare, KelasKita,
macam sarana dan cara yang bisa dilakukan Edublogs, Skype, Brainly,
dalam pengajaran agama Islam bagi anak- Wikispaces, Schoology,
anak “kekinian” secara menarik dan Classdojo, Aku Pintar,
menyenangkan (edutainment) dengan tetap Hangouts, Openstudy,
berpedoman pada nilai-nilai ajaran Islam Quora, Pinterest,
dan memperhatikan Surat Edaran Nomor 4 SEVIMA Edlink, Zoom,
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Google Meet atau akses
Pendidikan dalam Masa Darurat Claroline, Dokeos. Diskusi
Penyebaran Covid-19, protokol kesehatan, kelas Online, membuat
masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala materi pelajaran agama,
Besar), lockdown, isolasi, physical distancing, upload dan berbagi
social distancing, dan role usaha memutus catatan/file/dokumen,
rantai penyebaran virus Corona dalam pemberian tugas dan
kerangka Study from Home (SFH) maupun kuis, sharing
bagian usaha blended learning di dalam pengaalaman terkait
kerangka model pendidikan teknologi (the agama, dll.
educational technology model),. Adapun 2. Media Mengajarkan anak
sarana dan cara tersebut bisa dilihat pada Sosial tentang agama lewat
Tabel 1 berikut: media aplikasi Facebook,
Instagram, Line,
Tabel 1. Sarana dan Cara Pengajaran Whatsapp, Twitter,
Agama Islam Telegram, Ask.fm,
Bagi Generasi Digital Native di Era Snapchat, Skype, dll.
CoVid-19 Dengan inovasi untuk
menyampaikan materi
N Sarana/Me Keterangan ajar, berdiskusi/
o. dia Sarana/Cara bertanya/
1. E-Learning Membuat sebuah sarana berkomentar/berkomun
dan setting kelas dan ikasi, video
Webinar kelompok diskusi call/conference,
dengan cara bersosial/pertemanan/
membangun jaringan silaturahmi, berbagi
lewat aplikasi LMS kreasi
(Learning Management foto/video/gambar/
System) dan informasi dan sharing
microblogging seperti thread serta pusat
Ruang Guru, Google informasi
Classroom, Rumah Belajar, 3. Aplikasi Membuat Video
Qupper, Zenius, Edmodo, Audio- ataupun menonton

169 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

Visual YouTube dan situs web wawasan Islam dan cara


berbagi video lainnya. beribadah, sketsa lucu
Dengan cara mengakses islami, mengenalkan
informasi/pengetahuan perilaku Islami, bermain
agama untuk anak-anak puzzle islami, dan
dan film edukasi meneladani kisah moral
animasi/kartun berkarakter. Adapun
bernuansa islami aplikasi untuk mebuat
seperti: Upin dan Ipin, video kreatifitas terkait
Nussa Official, Syamil ajaran Islam, sosial
dan Dodo, Adit Sopo experiment adab dan
Jarwo, Omar dan Hana, akhlak, dan pengamalan
Ali and Sumaya, Riko ibadah misalnya: Adobe
the series, Alif Alya, Premier Clip, Corel Video
Joseph the King of Studio, Camtasia, AVS
Dreams, Kisah Nabi, Video Editor, Windows
Muslim Kids TV, Yufid Movie Maker, OpenShot
Kids, Kastari Sentra VideoShow, Snack Video,
Animation dll) . Inovasi Vidio, TikTok, InShot,
doktrin agama Islam FunVideoApp,
dengan cara mengakses KineMaster,
tontonan dan film VivaVideo,VideoShow,
edukasi islami (dan Filmorago, dll
memperhatikan 4. Blogging, E- Menulis tugas, opini,
keterangan usia yang Book dan cerita, pengalaman
bisa mengakses channel) buku pintar inspiratif, diskusi dan
memberikan nilai sharing ilmu agama
edukasi anak Islami, serta membaca dan
kesempatan belajar mendengarkan
agama dengan basis wawasan Islami dan
edutainment misal pendidikan agama
belajar membaca Islam/ibadah di dalam
Alquran, belajar huruf Open access, e-book,
hijaiyyah, belajar bahasa WordPress, Medium,
Arab,mengikuti dan Penzu, Webs, Weebly,
Wix, Bogger, Postach.io,
menyanyi lagu religi
Pen.io, Tumblr,
dan lagu islami anak,
Livejournal, Buku Sekolah
menghafal Alquran,
Digital, E-Book, Buku
menghafal Asmaul
pintar layar sentuh
Husna, menambah

170 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

Pengetahuan agama Islam, Islam dengan metodologi pengajaran yang


Smartbook Alquran, jauh dari unsur konvensional. Aplikasi,
Murottal Audio Digital, game dan situs-situs tersebut juga sebagai
Buku digital Islami, Buku affirmative action dalam menghargai ruang
Playpad Edukasi Islami, Online bagi generasi digital native. Guru dan
Buku Aktivitas Seru Anak orangtua harus adaptif dengan perubahan
Islam, Buku Aktivitas zaman dan harus memiliki kesadaran tinggi
Anak Sholeh, Komik anak dalam memberi rasa aman bagi anak-anak
Islam Pdf , Pinterest baca untuk belajar agama di masa pandemi
Buku Online, dll. Covid-19. Zaman berubah maka
5. Aplikasi Game Anak Islami bisa pendekatan juga berubah, kontekstual
Game (Game digunakan agar tidak dalam doktrin agama tidak bisa dipaksakan
Mobile) menghilangkan esensi dengan tradisi ceramah saja, namun juga
anak-anak dalam dengan inovasi dan reformulasi metodologi
bermain sambil belajar pembelajaran agama. Analoginya
agama Islam. Aplikasi sebagaimana mobil dan handphone selalu
game tersebut misalnya: berubah dengan fitur dan fasilitas yang
Game Anak Sholeh, semakin canggih dari tahun ke tahun demi
Rumah Amalia, Marbel efektifitas dan kenyamanan dalam
MuslimKids, Marbel Doa beraktivitas. Maka begitu pula dengan
Islam, Game Tajwid, pengajaran agama Islam, doktrin tetap
Belajar Huruf Hijaiyah,
sama, sumber utama Alquran dan hadits
Game Tajwid Petualangan,
tetap menjadi pegangan, namun metode
Moslem Kids Puzzle,
pengajaran semakin dikembangkan,
Game Edukasi Belajar Iqro,
sehingga ilmu agama yang didapat terpatri
Marbel Mengaji / Marbel
dalam hati, bermakna dan bermanfaat bagi
Learns Quran for Kids,
keseharian anak-anak muslim.
Islamic Girl Puzzle
Mengajarkan ajaran agama Islam
Toodlers, Video Lagu Anak
kepada anak-anak muslim di masa pandemi
Islam, Asah Otak anak
Muslim, Muslim dengan melibatkan kebermanfaatan
Millionaire Quiz, Kuis teknologi menurut pemikiran penulis
Anak Muslim, Islamic merupakan kekuatan besar bagi
Puzzle Game, Soleh Super pendidikan agama Islam, karena secara
Jump, Belajar Bahasa Arab implisit dapat dilihat bahwa aplikasi, game
+ Suara, dll. online islami, dan situs-situs pendukung
Data bersumber dari berbaga sumber website pengajaran agama sebagaimana yang
dan playstore disebutkan dalam tabel 1 mampu
memunculkan proses edukatif. Dengan
Platform digital berbasis teknologi inovasi dalam pengajaran agama ataupun
di atas merupakan sarana yang bisa pembelajaran agama akan terlihat
dimanfaatkan dalam pengajaran agama mengedepankan nilai-nilai proses edukatif

171 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

yakni proses interaksi multiarah, proses anak-anak generasi digital native di era
komunikasi verbal dan tulisan, proses pandemi.
refleksi makna agama dan beragama, dan 1. Dalam perspektif teknis: (1)
proses eksplorasi pengetahuan agama Perlu adanya pengetahuan yang
hingga proses aktivasi karakter dalam baik dalam penggunaan
kehidupan sehari-hari. komputer dan program; (2)
Proses pengajaran daring di rumah Efektifitas, efisiensi dan
maupun blended learning di masa pandemi optimalisasi waktu yang
ini tidak akan menghilangkan makna digunakan harus diperhatikan,
pembelajaran layaknya di sekolah, namun tidak boleh digunakan dalam
malah menjadi nilai plus karena pendidikan kurun durasi waktu yang lama
yang bermakna akan lebih muncul ketika dan terus menerus tanpa batasan
ada support di lingkup keluarga. Dengan karena akan mengganggu
mengoptimalkan platform digital yang ada kesehatan fisik dan indera jika
memungkinkan untuk muncul tidak hanya tidak ada batasan, dan bahkan
ranah akademik intelektual saja, tetapi juga berdampak pada kecanduan
life skill dan karakter (akhlakul karimah) gadget/game; oleh karenanya,
yang didukung dengan uswah, qudwah dan manajemen waktu beribadah,
mauidzah dari orangtua. Keteladan dan belajar dan bersosial/bermain
nasihat dari orangtua memungkinkan menjadi perhatian (3)
orangtua menjadi role model dalam Diperlukan variasi dalam
beragama dan pengamalan Aqidah, implementasi pengajaran agama
akhlakul karimah, dan Syariah. Tidak ada dengan platform digital yang
yang paling bisa diikuti dalam beragama tersedia;
bagi anak-anak kecuali dengan mencontoh 2. Dalam perspektif literasi kritis:
dan didampingi, diarahkan, dan (1) Terbangunnya pemahaman
dikembangkan oleh orangtuanya. Oleh dengan gaya belajar yang varian
karenaya, hal positif yang diperoleh dengan dan bersifat multiple intelligence,
mengoptimalkan sarana tersebut adalah dengan begitu tantangannya
maka pengajaran agama akan memiliki adalah tingkat kematangan
nuansa yang menarik, menyenangkan, beragama, tingkat intelektual,
edutainment, kreatif, interaktif, edukatif, dan perbedaan karakteristik
muncul rasa koriusitas yang cukup tinggi, individu anak patut menjadi
inspiratif, meaningful learning dan nilai-nilai pertimbangan; (2) Keterampilan
positif lainnya. dalam membaca teks melalui
Berdasarkan keseluruhan hal di atas, layar gadget/ screen
ada 3 (tiga) perspektif yang menjadi memungkinkan anak menjadi
perhatian sebagai analisis akhir, yakni kritis dalam berpikir,
teknis, literasi kritis, dan literasi sosial- mereproduksi karya
emosional dalam pengajaran agama bagi (lisan/tulisan/aksi), dan

172 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

melakukan konstruksi dan dengan koridor etika beragama


sintesa dari dan dasar Ahli Sunnah wal
bacaan/pengetahuan; Jamaah, inklusifitas beragama,
3. Dalam perspektif literasi sosial- penuh kehati-hatian, selektif dan
emosional, (1) Virtual Reality dan digunakan dalam hal dan cara
Augmented reality positif/bermanfaat.
memungkinkan anak menjadi
tidak bisa bersosial secara offline, Kesimpulan
oleh karena itu manajemen Berdasarkan uraian di atas dapat
penggunaan gadget/internet disimpulkan bahwa dunia pendidikan
harus diimplementasikan secara Islam dalam kerangka mengajarkan ajaran
optimal, karena dalam faktanya agama mengintrodusir pola/model
dunia realitas tidak akan sama pendidikan yang transformatif kontekstual.
dengan dunia virtual, Di mana pendidikan berbasis teknologi
manajemen emosi dalam intra- sudah seharusnya dioptimalkan. Dalam
personal dan interpesonal akan masa pandemi Covid-19, guru dan
memungkinkan anak-anak orangtua tidak bisa menolak realitas
ketika pengajaran agama tentang pengajaran yang bersifat daring dan
memiliki sisi kepekaan yang beradaptasi secara totalitas dengan dunia
positif dalam memecahkan anak-anak generasi digital native. Tujuan,
masalah bagi dirinya maupun doktrin, dan metodologi pengajaran agama
ketika di masyakat; (2) menjadi barometer corong utama dalam
Pengunaan platform situs dan melakukan reformulasi pengajaran agama
aplikasi/game seyogyanya bagi anak-anak zaman “generasi Z” di masa
berperspektif adil gender dan pandemi terkait bagaimana menanamkan
memperhatikan anak-anak ke-aqidah-an, penanaman akhlakul karimah
disabilitas; (3) Bijak serta syariah/fiqh (termasuk juga membaca
menggunakan platform yang dan menghafal Alquran). Diharapkan
ada sehingga tidak ketika menggunakan sarana seperti e-
menghadirkan dampak negatif learning, webinar, media sosial, aplikasi
dari penggunaan flatform yang audio-visual, blogging, e-book, smartbook dan
ada khususnya dalam kerangka aplikasi game tidak mengenyampingkan
doktrin agama bagi anak-anak. dunia anak-anak muslim sebagai bagian
Literasi Etika Online dan Literasi generasi digital native dengan
Cyber safety dalam hal surfing, memperhatikan tiga perspektif (teknis,
browsing, dan menggunakan literasi kritis, dan literasi sosial-emosional)
platform gaming harus dan juga sebagai bagian dari pengamalan
berdasarkan etika dunia internet, beragama dalam sosio religius-kultur
sehingga informasi yang diserap demografinya.
murni untuk menimba ilmu
agama yang sifatnya sesuai Daftar Pustaka

173 | J u r n a l H a w a
Muqarramah Sulaiman Kurdi :
Doktrin Ajaran Islam untuk Generasi Muslim Di Masa Pandemi

Anisah, Ani. Siti. 2017. Pola asuh orang tua Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta:
dan implikasinya terhadap PT Raja Grafindo Persada.
pembentukan karakter anak. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 5(1), 70-84. ________. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
As. Gilcman. 1991. Keterampilan Dasar
Mengajar Guru. Jakarta: Rineka Jukes, I., McCain, T., dan Crockett, L. 2010.
Cipta. Understanding the Digital Generation:
Teaching and Learning in the New
Cornu, B. 2011. Digital Natives: How Do Digital Landscape. Thousand Oaks,
They Learn? How to Teach Them? USA: Corwin Press.
Moscow, Russian Federation:
UNESCO Institute for Information Juliane, C., Arman, A. A., Sastramihardja,
Technologies in Education. H. S., & Supriana, I. 2017. Digital
Teaching Learning for Digital Native;
Daradjat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Tantangan dan Peluang. Jurnal Ilmiah
Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Rekayasa dan Manajemen Sistem
Informasi, 3(2), 29-35.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kurdi, M. S., 2018. Madrasah Ibtidaiyah
dalam Pandangan Dunia: Isu-Isu
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagan Kontemporer dan Tren dalam
Agama Islam. 1982. Metodologi Pendidikan. Al Ibtida: Jurnal
Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Pendidikan Guru MI, 5(2), pp.231-
Pembinaan Sarana dan Prasarana 248.
Perguruan Tinggi Islam.
Kurdi, M. S., 2018. Evaluasi Implementasi
Gunstone, Richard. 2015. Meaningful Desain Pendidikan Karakter
Learning. Australia: Monash Berbasis Pendekatan
University Humanistik. Elementary: Jurnal
https://www.researchgate.net/pu Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(2),
blication/302567262. pp.125-138.

Hamid, Sholeh Moh. 2011. Metode Edu Kurdi, M. S., Mardiah, M., Kurdi, M. S.,
Tainment, Yogyakarta: Diva Pres. Usman, M. I. G., &
Taslimurrahman, T. T. 2020.
Jalaluddin & Ramayulis. 1998. Pengantar Speaking Activities In Madrasah
Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Ibtidaiyah: A Meta Narrative
Mulia. About Character Building And

174 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

Multiculturalism Point Of University Libraries.


View. Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan http:hdl.handle.net/2345/2429
Dasar Islam, 12(1), 55-82.
Ng, W. 2012. Can We Teach Digital Natives
Lubis, M. A., & Aspar, R. 2005. Kaedah Digital Literacy?. Computers &
pengajaran pengetahuan agama Education, 59. hlm. 1065-1078
Islam di Brunei Darussalam. Jurnal
Pendidikan, 30, 141-150. Prensky, M. 2001. Digital Natives, Digital
Immigrant on the Horizon. MCB
Mardina, R. 2019. Literasi Digital Bagi University Press, Vol. 9 No. 5
Generasi Digital Natives. Diakses
dari https://www. researchgate. Singgih D.Gunarsa. 2015. Psikologi Untuk
net/publication/326972240_Literasi_D Membimbing. Cet. VII. Jakarta: PT.
igital_bagi_Generasi_Digital _Natives Gunung Mulia.

Martin, A. 2006. Literacies for the Digital Age: Syafe'i, Imam. 2015. Tujuan Pendidikan
Preview of Prt 1. In Martin, A., (Ed). Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Digital Literacies Learning. London: Pendidikan Islam, 6(2), 151-166.
Facet Publishing. hlm. 3-25
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Mawardi. 2000. IAD,ISD,IBD. Bandung: Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Pustaka Setia. dalam Masa Darurat Penyebaran
Covid-19.
Muhadjir, Noeng. 2011. Metodologi
Penelitian, Jakarta: Rake Sarasen. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem pendidikan nasional dan
Newton, Robert R. 1981. Four Models of Penjelasnnya. Yogyakarta, Media
Teaching Religion. PACE. Volume Wacana Press, 2003.
11, 17. USA: Boston College

175 | J u r n a l H a w a

Anda mungkin juga menyukai