Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH REVOSLUSI INDUSTRI 4.

0 TERHADAP KUALITAS
PEMBELAJARAN AKHLAKUL KARIMAH DI KELAS ULA PUTRA SANTRI
QAMARUL HUDA BAGU

PROPOSAL

Penyusun:

M SOPIAN HALIL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA BAGU
2022/ 2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................................................6
C. Tujuan penelitian.............................................................................................................6
D. Manfaat penelitian...........................................................................................................6
E. Definisi Operasional........................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................9
KAJIAN TEORI.......................................................................................................................9
A. Penelitian terdahulu.........................................................................................................9
B. Landasan Teoritis..........................................................................................................12
C. Kerangka berfikir..........................................................................................................18
D. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................20
BAB III....................................................................................................................................22
METODE PENELITIAN......................................................................................................22
A. Rancangan penelitian....................................................................................................22
B. Teknik pengumpulan data.............................................................................................25
C. Teknik analisis data.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan, dan hambatan terusmenerus


mengalami perkembangan dan perubahan terutama dalam pendidikan.Hal ini
disebabkan dari waktu ke waktu tuntutan dan kebutuhan manusia terus mengalami
perubahan.Dengan demikian, era globalisasi ini pendidikan tidak hanya dituntut
fungsi dan perannya saja melainkan juga harus menyesuaikan dengan kondisi dan
tantangan di era globalisasi.Diperlukannya kesiapan untuk mengubah visi pendidikan
menjadi smart people, bekerja untuk mencapai keunggulan, dan pemberdayaannya.

Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.Teknologi misalnya banyak menghasilkan mesin dan alat-alat seperti jam,
mesin jahit, mesin cetak, mobil, kapal terbang, dan lain sebagainya, agar manusia
dapat hidup lebih mudah, aman, dan senang dalam lingkungannya.Alat-alat tersebut
juga menimbulkan macam-macam bahaya yang dapat merusak dan membahayakan
hidup manusia. Hasil teknologi telah sejak lama dimanfaatkan dalam pendidikan.

Saat ini arus perkembangan globalisasi telah banyak membawa perubahan


terutama dalam persoalan pendidikan karakter. Di abad ke 21 ini kita telah memasuki
era generasi revolusi industri 4.0 atau dikenal dengan generasi millennial. Adanya
gawai menjadi salah satu hal yang menandai lahirnya generasi millennial. 1 Gawai
sebenarnya lebih tepat diartikan sebagai peralatan teknologi canggih, sehingga
kehidupan masyarakat saat ini tidak terlepas dari unsur teknologi informasi. Ini
menunjukan seolah-olah berbagai macam peralatan high technology tersebut telah
menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini.2

1
Meti hendayani, problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0, ( Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2, 2019, Di akses di: https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368 ) hlm. 185

3
Penemuan kertas, mesin cetak, radio, film, TV, komputer dan lain-lain itu
dimanfaatkan bagi pendidikan. Pada hakikatnya alat-alat tersebut tidak dibuat khusus
untuk keperluan pendidikan, akan tetapi alat-alat tersbut ternyata dapat dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di
era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia
pendidikan.

Disisi lain, era revolusi 4.0 selalu memberikan perubahan-perubahan secara


cepat yang terkadang sulit untuk diikuti oleh masyarakat awam.Untuk mengantisipasi
adanya dampak negatif/buruk dari kemajuan IPTEK dan laju arus modernisasi yang
sangat cepat,maka individu harus segera sadar dan melindungi diri dengan berbagai
kemampuan ilmu pengetahuan disetiap diri individu.Individu dituntut untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang berbasis pendidikan karakterdan
menjadi pilar utama bagi pendidikan nasional, sehingga dapat mengambil peran
sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang profesional dibidang pendidikan yang
menjunjung tinggi konsep akhlaqul karimah. 3

Nilai-nilai karakter (character building) peserta didik menjadi poin yang


sangat penting dari tugas pendidikan. Istilah karakter (character) berasal dari bahasa
Yuanani “charassian” yang berarti ”to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga jika orang itu rakus, tukang bohong, korupsi, pemarah, semena-mena dan
berperilaku jelek lainnya, maka dikatakan orang tersebut memiliki karakter yang
buruk. Begitupun sebaliknya, jika orang tersebut berperilaku sesuai dengan norma dan
kaidah moral maka disebut dengan orang yang berkarakter mulia.4
Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi
perhatian utama dalam rangka memajukan generasi dengan tuntutan masyarakat,
pembelajaran sebagai proses belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Terwujudnya
kehidupan masyarakat yang berpegang teguh kepada akhlak tidak bisa lain kecuali

2
Anwar, S. Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Bangsa di Era Milenial. (jurnal: Al-
Tazkiyyah, vol.9,No.2, 2018 ) hlm. 233–247.
3
Muhammad Mushfi El Iq Bali, Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0, (
momentum: Jurnal Sosial dan Keagamaan Volume 09 No. 1 Mei 2020) hlm. 44
4
Meti hendayani, problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0, ( Jurnal: Penelitian
Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2, 2019 DOI: https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368 ) hlm. 184

4
dengan pendidikan, khususnya pendidikan agama islam. Secara umum pendidikan
agama islam membentuk kepribadian muslim, sehingga nabi menempati posisi yang
sangat penting dalam pendidikan.
Terkait dengan nilai-nilai agama islam identik sekali dengan akhlak yang ada
pada lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Namun
lingkungan ini telah dicemari oleh zaman jahiliyah modern yang memerosotkan
akhlak, yang seringkali fenomena-fenomena sekarang ini berbicara tentang siswa
yang melakukan kegiatan negatif yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan
islam.5
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa sistem pendidikan nasional memberikan kesempatan belajar yang
seluasluasnya kepada setiap warga negara, mengembangkan manusia yang
sepenuhnya, ialah manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi luhur, serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mandiri serta memiliki rasa bertangung jawab kemasrakatan dan kebangsaan.Dalam
dunia pendidikan, Pendidikan Agama Islam merupakan termasuk salah satu
komponen penting dan strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
memiliki mutudi era revolusi industri ini.Diharapkan bangsa Indonesia
mempertahankan dan mengembangkan potensi didalam dirinya secara bertahap dan
terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya, untuk mencapai cita-cita dan
tujuan nasional. 6
Pendidikan yang sudah modern tentu ikut turut andil dalam terciptanya
karakter pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman, namun juga berakhlakul
karimah.Bagaimana upaya seorang guru berperan aktif demi terwujudkan hal tersebut,
bagaimana seorang guru menyediakan langkah-langkah untuk meningkatkan
kompetensinya, mengingat kualitas seorang guru adalah pelaku utama dalam dunia
pendidikan.7

5
atkhulloh Abdul Malik,et all, Tantangan Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Siswa pada Era
Revolusi Industri 4.0 di SMP Islam Muallimin Kepung Kediri, ( journal of Education and Management Studies
Vol. 5, No. 1, Februari 2022 ) hlm. 9
6
Undang-undang RI No. 2 Tahun, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Gunung Jati,
1989).hlm. 4.
7
Muhammad Mushfi El Iq Bali, Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0, (
momentum: Jurnal Sosial dan Keagamaan Vol.9, No. 1 Mei 2020) hlm. 44

5
Pentingnya guru agama islam dalam penguatan pendidikan karakter dan
akhlak siswa terhadap siswa akan berdampak pada kehidupan nanti sebagai penerus
bangsa yang akan bijaksana yang akan menggunakan teknologi sebagai bagian dari
revolusi industri. Lingkungan yang berbasis agama merupakan salah satu penentu
keberhasilan siswa. Seorang guru agama islam harus memiliki hubungan yang baik
terhadap siswanya. Tugas seorang guru agama islam adalah melakukan asesmen dan
diagnostik. Asesmen disini dapat di artikan sebagai penilaian.

Berangkat dari fakta tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
akan di tuangkan dalam bentuk jurnal dengan judul “PENGARUH REVOSLUSI
INDUSTRI 4.0 TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN AKHLAKUL KARIMAH
DI KELAS ULA PUTRA SANTRI QAMARUL HUDA BAGU “

B. Rumusan masalah

1. Seberapa besar dampak revolusi industri 4.0 terhadap kualitas penbelajaran


akhlak santri qamarul huda bagu?
2. Apakah pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap kualitas pembelajaran
akhlakul karimah santri qamarul huda bagu?
3. Bagaimana pembelajaran aklakul karimah setelah di pengaruhi perkembangan
revolusi industri 4.0 ?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk dapat mengetahui seberapa besar dampak perkembangan revolusi


industri tehadap kualitas pembelajaran akhlakul karimah santri qamarul huda
bagu.
2. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh perkembangan revolusi industri
terhadap kualitas pembelajaran aklakul karimah
3. Untuk menetahui seberapa efektif pembelajaran ahlakul karimah jika di
adukan dengan teknologi industri 4.0

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian tentang revolusi industri 4,0 dapat dikategorikan kedalam


dua bagian yakni:
1. Manfaat teoretis

6
a. penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat
dijadikan bahan kajian bagi pembaca khususnya mengenai
pengaruh perkembangan revolusi industri terhadap kualitas
pembelajaran akhlak siswa.
b. Serta mengembangkan studi dan memperluas wawasannya
mengenai akhlak siswa pada saat ini, terkait dengan perkembangan
teknologi komunikasi smartphone.
c. Penelitian ini juga dapat menjadi informasi tambahan atau acuan
literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi
para akademisi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami
pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap pembelajaran akhlak siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti: dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam suatu
kegiatan penelitian sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan
sehingga dapat membantu memberikan input yang bermanfaat bagi
pribadi peneliti.
b. Bagi orang tua: dapat menjadikan bahan masukan dan pengarahan
kepada anak
dalam memberi pengertian akan kegunaan dan manfaat revolusi
industri terhadap pembelajaran akhlakul karimah.
c. Bagi tenaga pendidik: untuk dijadikan pemahaman terhadap begitu
besarnya danpak positif revolusi industri terhadap ke-efektifan
pembelajaran akhlakul karimah.
d. Bagi siswa: dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh
revolusi industri 4.0 terhadap pembelajaran terhadap akhlak.
e. Bagi umum: sebagai bahan masukan agar tidak lagi
menyalahgunakan dari kegunaan dan pengaplikasian revolusi
teknologi tersebut.
f. Bagi pemerintah: sehingga lebih memperhatikan dan paham dan
memberikan kebijakan relevan mengenai fenomena baru yang
muncul.

E. Definisi Operasional

7
1. Pengaruh: adalah suatu daya yang ada atau timbul dari suatu orang atau benda
yang ikut membentuk watak, karakter, bahkan sampai perbuatan seseorang
2. Pembelajaran: suatu kegiatan intraksi antara seorang tenaga pendidik dan peserta
didik yang dilakukan di suatu ruang khusus, yang di rencanakan secara sistematis,
dan membahas suatu jenis keilmuan.
3. Aklakuk karimah: akhlak adalah sebuah komponen lengkap yang didalamnya
memiliki karakteristik-karakteristik yang membuat seorang menjadi istimewa.
4. Revolusi industri 4.0: adalah suatu bentuk perkembangan teknologi yang dipicu
oleh perkembangan zaman dan tujuan diadakannya adalah untuk mempermudah
manusia dalam mengerjakan suatu kegiatan.
5. Kelas ula: adalah kelas pertama ketika masuk di Pondok Pesantren Qamarul Huda
Bagu, baik yang santri baru yang MTs, MA, ataupun yang Perkuliahan di IAIQH
dan UNIQHBA.
6. Qamarul huda: adalah salah satu pondok pesantren yang letaknya sangat strategis
( bagu- peringgarata- lombok tengah ) dan memiliki santri yang cukup banyak,
didirikan oleh TGKH. Turmudzi badaruddin pada tahun 1965.

8
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian terdahulu

Untuk menentukan arah yang tepat bagi penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
menilik dan menela’ah hasil kajian-kajian terdahulu yang paling muta’akhir dan
relevan dengan perkembangan saat ini. Pengkajian penelitian terdahulu ini dijadikan
peneliti sebagai salah satu bahan refrensi yang di ambil oleh peneliti adalah
mengambil dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dengan judul yang sama dan
hampir sama yang telah dilakukan penelitian terdahulu akan tetapi berbeda, serta
tujuan dari pendeskripsian penelitian terdahulu adalah unutk mengetahui objek-objek
yang prnah dikaji oleh peneliti terdahulu untuk dijadikan pembeda dengan penelitian
ini. Diantara hasil penelitian yang dipakai sebagai refrensi peneliti, antara lain:

1. Fatkhullah abdul malik, et all, ( 2022 )

Penelitian yang dilakuakan oleh fatkhullah abdul malik, et all,


berorientasi pada tantangan guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan
akhlak siswa di era revolusi 4.0, serta pengajian mengenai peranan guru dalam
mengimplementasika hasil dari revolusi 4.0 kedalam pendidikan agama islam,
khususnya pembelajaran akhlak. Adapaun penelitian yang dilakukan oleh
fatkhullah abdul malik, et all, menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif, data bisa di peroleh dengan cara wawanca,
observasi, angket, dan quesioner. Adapun hasil yang di dapatkan dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif adalah data yang
berupa kata-kata tertulis, maupun dilontarkan langsung oleh responden atau

9
berupa sifat yang diamati. Peneilitian ini di publikasikan oleh jurnal: joEMS
( journal of education and management studies: Vol. 5, No. 1, Februari 2022 ).
penilitian tersebut dipublikasikan di jurnal joEMS dengan judul: Tantangan
Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Siswa pada Era Revolusi Industri 4.0
di SMP Islam Muallimin Kepung Kediri.

Dalam jurnal ini peneliti mencoba mengkaji tentang tantangan guru


pendidikan agama islam dalam menata akhlak siswanya di era revolusi 4.0,
dalam jurnalnya, ia menulis tantangan guru pai dalam menata akhlak siswanya,
antara lain: (a) adanya efek negatif dari kebebasan yang diberikan oleh dunia
digital dalam hal komunikasi dan informasi, (b) masuknya budaya barat, (c)
moral, adab dan tingkah laku mengalami kepunahan, (d) kritisnya
kemasyarakatan, (e) belum adanya kesesuaian kurikulum dan kebijakan
pendidikan di Indonesia serta (f) kemajuan IPTEK.8

Dari prmaparan materi diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan


bahwa, perkembangan revolusi industri 4.0 sangat besar pengaruhnya terhadap
peserta didik, bukan hanya dalam hal etika dan akhlaknya akan tetapi
kesehariannya juga juga dipengeruhi oleh perkembangan revolusi industri 4.0.
disamping itu juga terdapat faktor-faktor external yang mempengaruhi
kemerosotan akhlak peserta didik.

2. Muhammad Mushfi El Iq Bali dan Hilya Banati Hajriyah ( 2020 )

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mushfi El Iq Bali dan Hilya


Banati Hajriyah, tertuang dalam sebuah jurnal yang di publikasikan di:
MOMENTUM ( jurnal sosial dan keagamaan: Volume 09 No. 1 Mei 2020 )
dengan judul: Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri
4.0. dalam tulisan ini, Peneliti mencoba mengkaji tentang perlu dilakukan
modernisasi pendidikan agama islam di era revolusi industri 4.0, tujuannya
untuk mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi yang akan
disampaikan, dan mempermudah peserta didik untuk menangkap materi yang
di jelaskan oleh si pendidik.

8
Fatkhullah abdul malik, et all, Tantangan Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Siswa pada
Era Revolusi Industri 4.0 di SMP Islam Muallimin Kepung Kediri. ( joEMS: journal of education and
manaement studies, Vol. 5, No. 1, Februari 2022 )

10
Adapaun Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan
( library research ). Pendekatan penelitian semacam ini menghasilkan data
yang Sumber-sumber data yang digunakan sepenuhnya berasal dari
perpustakaan atau dokumentatif, yakni mengkaji sumber data yang terdiri dari
literatur-literatur yang berkaitan dengan tema Modernisasi Pendidikan Agama
Islam di Era Revolusi Industri 4.0.

Melalui pendekatan analisis kajian keputusan dapat dijadikan dasar


dalam mengembangkan pendidikan agama Islam, dalam keilmuan aspek
teoritas dapat dijadikan acuan di dalam menghadapi perkembangan zaman
yang terus berkembang khususnya didalam dunia pendidikan agama Islam
yang dapat mengubah caraberpikir manusia bisaterwujud dalam karya-karya
yang inovatif untuk menjawab tantangan yang dibutuhkan masyarakat dalam
era revolusi industri 4.0. dari fakta-fakta yang di deskripsikan penulis, maka
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, sistem pendidikan pada era revolusi
industri tidkak bisa menutup ruang bagi iptek dalam praktik pembelajarannya.
Itu sebabnya perlu dilkukan modernisasi sistem pembelajaran agama islam
dengan memberikan ruang bagi iptek untuk membantu keefektifan
pembelajaran agama islam.9

3. Farida Asyari ( 2019 )

Penelitian yang dilakuakan oleh Farida Asyari , berorientasi pada sistem


pembelajaran agama islam dalam meningkatkan akhlak siswa yang efesien di
terapkan di era revolusi industr 4.0 , serta pengajian mengenai peranan guru
dalam mengimplementasika hasil dari revolusi 4.0 kedalam pendidikan agama
islam, khususnya pembelajaran akhlak. Peneilitian ini di publikasikan oleh
jurnal: Jurnal Muslim Heritage.( vol. 4 No 2, November 2019 ). penilitian
tersebut dipublikasikan di jurnal joEMS dengan judul: Tantangan Guru Pai
Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Meningkatkan Akhlaq Siswa Di
Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat.

Dalam jurnal ini peneliti mencoba mengkaji tentaang strategi


pembelajaran pendidikan agama islam dan pendekatan pembelejaran
pendidikan agama islam, dalam jurnalnya, ia menulis: Keberhasilan
9
Muhammad Mushfi El Iq Bali, Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0, (
momentum, Jurnal Sosial dan Keagamaan Volume 09 No. 1 Mei 2020)

11
pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi
pelajaran, akan tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses
belajar mampu mengubah tingkah laku siswa sesuai tujuan yang akan dicapai.
Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin
terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Perbedaan
yang dominan dari pengertian dan aktivitas di atas. Hanya menunjukkan
kepada perbedaan tugas-tugas dan perlakuan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.

Di samping itu, ia juga menyinggung mengenai pendekatan-pendekatan


dalam pembelajaran pendidikan agama islam, ia mengategorikan pendekatan-
pendekatan tersebut kedalam tiga bagian besarnya, yakni: Pendekatan hukum
Jost, Pendekatan Ballard dan Clancy, dan Pendekatan Biggs.10 Dari pemaparn
diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tulisan farida syari lebih
menekankan pada pentingnya guru mengetahui dan memahami hakikat dari
pendiaikan itu sendiri, khususnya pendidika agama islam, tujuannya untuk
dapat menoptimalkan fungsi era revolusi industri 4.0 kedalam pendidikan
agama islam.

B. Landasan Teoritis

Dalam hal ini penulis menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan pengertian
perkembangan revolusi industri 4.0 dan pembelajaran akhlak. Dimana teori-teori ini
digunakan sebagai pedoman dan pijakan dalam membahas masalah yang ada.

1. Pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap pendidikan akhlakul karimah

Era globalisasi, berdampak pada kemajuan industri dan telah menuntut


masyarakat untuk memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menghadapi segala
tantangan serta tuntutan zaman yang ada saat ini. Tidak luput pula pendidikan juga
dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0. oleh sebab itulah, pendidikan diharapkan bisa
memaksimalkan perannya dan menempatkan dirinya sebagai suatu lembaga
pendidikan yang mempunyai kontribusi yang urgen dalam memperjuangkan
eksistensi dan esensi dunia pendidikan. Lembaga pendidikan, khususnya pendidikan
agama islam diharapkan tangguh dan tidak menutup mata dari perubahan-perubahan
10
Farida Asyari, Tantangan Guru Pai Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Meningkatkan
Akhlaq Siswa Di Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat.( .( jurnal muslim heritage, vol. 4 No 2,
November 2019 )

12
zaman yang ada. dalam menghadapi hambatan dan tantangan ini, pendidikan harus
melakukan sinkronisasi/sinerrgitas anatara pendidikan dan tantangan dari era revolusi
industri 4.0.

Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan
yang menyebutkan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa
kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. “11

Dalam dunia pendidikan, Tidak bisa dipungkiri Pendidikan Agama Islam


( pendidikan akhlak ) merupakan termasuk salah satu komponen yang sangat urgen
dan strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( SDM ) yang memiliki
mutu serta relevan di era revolusi industri ini. Diharapkan bangsa Indonesia dapat
mempertahankan dan mengembangkan potensi dan inivasi didalam dirinya secara
bertahap dan terus menerus /berkesinambungan dari satu generasi ke generasi
berikutnya,tujuannya tidak lain untuk mencapai cita-cita dan tujuan pendidikan
nasional yang tertera dalam undang-undang. Pendidikan yang sudah modern tentu
memiliki andil yang sangat urgen dalam terciptanya karakter pendidikan yang
mengikuti perkembangan zaman ( relevan ), namun juga manusia berakhlakul
karimah sebagaimana yang dicita-citakan bangsa indonesia.
Disamping itu, revolusi industri tidah hanya mempengaruhi pembelajaran
akhlakul karimah akan tetapi lebih luas dari itu. Dalam revolusi ini, guru memiliki
peran/ andil yang cukup urgen untuk Membentuk peserta didik yang mampu
memahami dan juga mengaplikasikan serta mengimplementasikan bentuk nilai-nilai
ajaran agama Islam dalam kehidupan kesehariannya merupakan sarana dan proses
pembimbingan pendidikan agama Islam. Dalam hal ini, guru dituntut menjadi
tauladan, figur bagi peserta didik. Guru sebagai figur dari siswa semestinya
memiliki kemampuan yang cukup sehingga mampu menolong dan membantu siswa
yang mengalami permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya terkait dengan
11
Kementerian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan
(Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, 2010), hlm. 15-17

13
masalah akhlakul karimah. Muhammad Mushfi El Iq Bali, dalam jurnalnya
berpendapat bahwa Guru dalam bidang pendidikan agama Islam harus dibekali
kemampuan teknologi yang cukup agar mampu mengakses teknologi informasi
dengan baik dan mampu mengaplikasikannya dalam praktik pembelajaran aklhakul
karimah.12
Selanjutnya, tugas yang semestinya disadari dan dilakukan dalam
Pendidikan Agama Islam di era revolusi industri 4.0 ini adalah menanamkan nilai-
nilai dasar meng-esakan tuhan dan akhlakul karimah. Tugas lainnya guru sebagai
agen of change dalam proses perubahan hidupnya dari tahap ke tahap lainnya
dengan seimbang, serta meluruskan dengan berlandaskan tauhid dan nilai akhlakul
karimah. Tujuannya, yakni untuk memelihara, menjaga, dan mengamalkan ajaran
yang dihasilkan oleh para tokoh agama, para ahli, penelitian, dan sebagainya.
Dengan demikian, ada hal-hal baru yang relevan/bersinergi dengan pendidikan
akhlakul karimah yang dihasilkan di era revolusi industri dan dapat diterima oleh
masyarakat luas.

2. Pengertian Revolusi industri 4.0


Revolusi industri tercipta dengan bertahap-tahap, Revolusi industri pertama
terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19
di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan
produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur
mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. 13
Revolusi industri terdiri dari dua kata yaitu revolusi dan industri.Revolusi
industri adalah sebuah perubahan didalam proses produksi yang berlangsung sangat
cepat untuk mempermudah mengerjakan sesuatu .Dalam KBBI, revolusi memiliki arti
perubahan yang bersifat sangat cepat dan mendasar, sedangkan industri ialah usaha
pelaksanaan proses produksi menggunakan sarana dari peralatan mesin.14 Perubahan-
yang disebbkan revolusi industri ini tidak hanya bertujuan memperbanyak hasil

12
Muhammad Mushfi El Iq Bali, Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0, (
momentum, Jurnal Sosial dan Keagamaan Volume 09 No. 1 Mei 2020) hlm. 47
13
Hoedi prasetyo, Wahyudi Sutopo, Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan
Riset, ( J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 ) hlm.17
14
Tim penyusun, KBBI V 0.4.1 ( Diakses pada: rabu 2 november 2022, di: https://github.com/
yukuku/ kbbi4, 2016-2022 )

14
barang yang telah diproduksi, tetapi juga meningkatkan mutu hasil produksi
(kualitas).
Dengan begitu, tingkat efektifitas dan efesiensi waktu bisa meningkat, serta
mengurangi tenaga kerja, dimana waktu adalah hal yang sangat vital dalam dunia
perindustrian. Terjadinya perkembangan pengetahuan dan teknologi besar-besaran
( revolusi industri )memberikan dampak yang besar pula terhadap keberlangsungan
hidup manusia. disamping Banyak kemudahan yang lebih luas yang ditawarkan
dengan datangnya era revolusi industri ini ada sisi negatifnya juga, yakni direduksinya
fungsi-fungsi dari manusia itu sendiri. Perubahan yang begitu besar dalam kehidupan
menuntut untuk hadirnya wajah-wajah baru dalam interaksi sosial masyarakat.
Semakin canggihnya teknologi digital, maka terjadi kompetensi yang sangat ketat di
lingkungan masyarakat baik individu maupun kelompok, semua elemen dapat
memanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Menurut Friedman, sebagaimana yang di kutip oleh anuPrasetyo danUmi
Trisyanti mencatat bahwa sejarah globalisasi terjadi dalam tiga periode: Globalisasi
1.0, Globalisasi 2.0, dan Globalisasi 3.0. Setiap periodisasi globalisasi tersebut selalu
tersigkap kekuatan yang membuat dunia terus menerus berubah. Dunia yang bulat dan
memiliki geografi yang luas, dalam perkembangannya berangsur-angsur menjadi
datar karena beberapa peristiwa sejarah, sehingga pada akhirnya membuat bumi
semakin datar (The World Is Flat), karena sudah tidak ada lagi sekat-sekat penghalang
yang membatasi interaksi.
Fenomena revolusi industri bukanlah hal yang baru terjadi melainkan kali
keempat, sehingga penyesuaian adalah hal yang fardu dilakukan agar tidak terlindas
dan tertinggal oleh teknologi yang sifatnya fleksible yang terus-menerus mengalami
perkembangan. Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat
diadakan Hannover Fair pada tahun 2011. Negara Jerman memiliki kepentingan yang
besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi bagian dari kebijakan rencana
pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy 2020.
Menurut Angela Merkel, yang dikutip oleh Hoedi Prasetyo dan Wahyudi
Sutopo dan jurnalnya yang berjudul industri 4.0: telaah klasifikasi aspek dan arah
perkembangan riset, berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah transformasi
komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan
teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Selanjutnya, mereka juga
mengutip pendapat dari Schlechtendahl dkk menekankan definisi kepada unsur

15
kecepatan dari ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana
seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang
lain.15
Sebagian besar pendapat mengenai potensi manfaat Industri 4.0 adalah
mengenai perbaikan kecepatanfleksibilitas produksi, peningkatan layanan kepada
pelanggan dan peningkatan pendapatan. Terwujudnya potensi manfaat tersebut akan
memberi dampak positif terhadap perekonomian suatu negara. Industri 4.0 memang
menawarkan banyak manfaat, namun juga memiliki tantangan yang harus dihadapi.
Dari beberapa defini industri 4.0 yang di paparkan beberapa ahli diatas, maka
dapat ditarik benang merah mengenai industri. Bahwa industri adalah adalah
gabungan teknologi digital yang melakukan transfortasi secara komperehensif yang di
dalamnya mencakup cyber physical system, internet of things, dan services.
3. Pembelajaran akhlakaul karimah

Agama Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi asas moralitas
dalam tatanan tatanan kehidupan manusia. Sehingga, salah satu pilar utama yang
menjadi kebanggaan umat islam adalah dibangunnya pendidikan yang memberi
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan dalam berperilaku
yang menjadi modal dasar seorang muslim untuk menjalani kehidupan. Hal Ini sejalan
dengan tugas diutusnya nabi Muhammad SAW kedunia ini, sebagaimana hadis yang
di riwayatkan oleh imam bukhari:

‫انمابعثت التمم مكارم االخالق‬

Artinya: Sesungguhnya tiada lain aku diutus untuk menyempurnakan


akhlak-akhlak yang baik. ( HR. Bukhari )

Ilmu akhlak/adab sudah menjadi suatu disiplin ilmu yang dimasukkan dan
wajib dipelajari siswa mulai jenjang SD sampai perguruan tinggi. Dalam
pembelajaran akhlak, pendidik harus mampu memberikan contoh yang baik bagi
peserta didiknya, karena guru bukan hanya sebagai pengajar, akan tetapi lebih luas
lagi yakni sebagai tauladan bagi muridnya. Di era revolusi industri 4.0, akhlak sangat
perlu untuk dipelajri dan di implementasikan di kehidupan sehari-harinya, tujuannya

15
Hoedi prasetyo, Wahyudi Sutopo, Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan
Riset, ( J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 ) hlm.19

16
adalah untuk menopang terciptanya manusia yang adil dan beradap, sebgaimana yang
tertera dalam pancasila pada poin kedua.

Pembelajaran akhlak menurut hamka, sebagai mana yang dikutip oleh farida
syari, ia mengategorikan pembelajaran akhlak kedalam tiga poin, yakni: pertama:
Metode Keteladanan yakni memberi contoh kepada anak didiknya atau guru sebagai
teladan yang baik, metode ini menekankan peranan fisik berupa tingkah laku,sifat,cara
berfikir dan sebagainya. Kedua: Metode Alami, yakni pembelajaran yang
menekankan pada peran dari peserta didik itu sendiri, karena memandang bahwa
setiap manusia memiliki insting dn naluri kebaikan di dalam hatinya. Artinya akhlak
yang baik bukan melalui pendidikan, pengalaman ataupun riyadhah, tetapi akhlak
diperoleh murni melalui insting atau naluri. Ketiga: Metode Mujahadah dan Riadhah,
metode ini penengah anatara metode yang pertama dan kedua, artinya metode ini
memandang bahwa peranan guru dalam pembelajaran akhlak tidak dipungkiri begitu
juga dengan pembelajaran akhlak yang didapatkan melalui naluri, namun keduanya
tidak terlepas dari metode latihan atau riyadhah.16

4. Pengertian Akhlak

Peran dan Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat


yang sangat urgen penting, baik sebagai individu maupun sosial dan nasional. Jatuh
bangunnya ( baik buruknya ) suatu bangsa ditentukan oleh akhlak masyarakat yang
menghuninya. Perilaku-prilaku keseharian mencerminkan akhlak seseorang, prilaku
yang dimaksud antara lain diwujudkan dalam bentuk kesadaran, kejujuran,
kesederhanaa, kemandirian, kepedulian, kecermatan, ketekunan dan lain-lain.

Islam mengajarkan prilaku-prilaku yang baik, yang di manipestasikan di


dalam diri nabi Muhammad, hal ini tercermin di dalam ayat-ayat al-qur’an, salah satu
contohnya surah al-ahzab ayat 21:

‫لقدكان لكم في رسول هللا اسوةحسنةلمن كان يرجواهللا واليوم االخروذكرهللا كثير‬

Artinya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
16
Farida Asyari, Tantangan Guru Pai Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Meningkatkan
Akhlaq Siswa Di Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat.( .( jurnal muslim heritage, vol. 4 No 2,
November 2019 ) hlm. 228

17
Disamping itu, agama dan nabi diutus kedunia in, dengan misi untuk
memperbaiki ahklak manusia, hal ini diliht dari salah satu hadisnya yang driwayatkan
oleh imam bukhari:
‫انمابعثت التمم مكارم االخالق‬

Artinya: Sesungguhnya tiada lain aku diutus untuk menyempurnakan


akhlak-akhlak yang baik. ( HR. Bukhari )

Adapun defini akhlak itu sendiri, para ahli berbeda dalam mendefinisikannya, hal
ini menunjukkan sifat universal dari ahlak itu, imam al-ghazali mendefinisikan ahklak
sebgai berikut: “Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya
lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan, jika sikap itu darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi
akal maupun syara’, maka ia di sebut akhlak yang baik dan jika yang lahir darinya
perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak buruk”.17

Disamping itu, kata ‫ اخالق‬adalah jamak dari kata ‫ خلق‬dua kata yang sering di
pakai dan mirip struktur hurufnya namun berbeda maknanya, kata ‫ خلق‬menurut imam al-
ghazali menunjukkan pada sifat yang terpantri dalam jiwa yang darinya tercipta
perbuatan-perbuatan. Sedangkan secara terminology kata akhlak ini merujuk pada sifat,
karakter, budi, dan prilaku yang berasal dari dalam jiwa, berangkat dari fakta tersebut,
maka dapat didefinikan bahwa Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat)
dengan jelas, baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan yang terpantri dalam jiwa
dan termotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak aspek yang
berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak kepada allah, manusia, dan
kepada lingkungan.

C. Kerangka berfikir

Akhlak adalah sebuah perbuatan manusia yang bersumber dari dalam hati yang
baik dan harus dilakukan dan mendiskriminasi perbuatan yang kurang baik yang
berdasar nilai moralitas. Disamping itu, menurut Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Dari pendapat imam al-ghazali di

17
Ali abdul halim Mahmud, at-tarbyah al-khuluqiyah, ( penj )abdul hayyie al-kattani,et all ), ( Jakarta:
gema insani, 2004 ) hlm. 32

18
atas maka dapat di simpulkan bahwa akhlak adalah respon dari seseorang yang dilakukan
secara spontan tanpa melalui proses berfikir ( alamiah ).

Akhlak seseorang seing di pengaruhi faktor luar jika tidak didasari keyakinan yang
kokoh. Semakin sering orang berteman dan bergaul dengan orang yang akhlaknya
kurang tanpa dibekali ilmu agama yang kokoh maka dapat dipastikan orang tersebut
terpapar dampak buruk dari pergaulan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah
revolusi industry yang sedang marak dibincangkan. Disamping sisi positifnya paparan
revolusi industry yang sering tidak disadari oleh pihak-pihak tertentu maka yang akan
mendominasi adalah sisi negatifnya. Salah satu konten tersebut ialah perkembangan
teknologi yang sangat pesat.

Segelintir orang dalam pembelajaran akhlak tidak memperhatikan perkembangan


revolusi industri dan hanya menggunakan pembelajaran akhlak secara manual, hal ini
dapat menghabiskan waktu dan menghabiskan tenaga untuk menyalurkan edukasi hanya
di dalamruang kelas saja, sehingga banyak peserta Didik yang masih sangat kurang
dalam akhlaknya, terelebih lagi ketika bersentuhan langsung dengan tekhnologi yang
sifatnya modern. Banyak peserta Didik yang sering kali luput untuk
mengimpelementasikan nilai-nilai luhur akhlak dalam bermedia social. Berdasarkan
landasan teori yang di paparkan diatas maka peneliti menduga terdapat pengaruh revolusi
industry khususnya perkembangan teknologi terhadap religiusitas. Dalam penelitian ini,
peneliti akan membahas mengenai pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap pembelajaran
akhlak. Adapun kerangka berfikirnya sebagai berikut:

Gambar

Kerangka Berfikir

X1
r1
r3 R
Y
r2
X2

19
Dengan keterangan:

X1 : Variabel Revolusi Industri

X2 : Variabel Pembelajaran

Y : Variabel Akhlak

R : Korelasi antara X1 dan X2 dengan Y

r1 : korelasi antara X1 dengan Y

r2 : korelasi antara X2 dengan Y

r3 : Korelasi antara X1 dengan X2.18

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau kesmipulan sementara dari rumusan masalah


penelitian, di mana rumusan masalah penelitian di disain dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara, karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori-teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang di kumpulkan peneliti dengan cara terjun langsung ke objek penelitian. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban empirik.19

Jadi, hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara ( belum valid ),
karena prasangka itu memiliki dua sisi yang bertentang, yakni bisa benar, bisa juga
salah, oleh karena hipotesis ini bias berubah jika data-data empiris yang didapatkan dari
hasil penelitiantidak sesuai denganhipotesis yang diajukan. Adapun Jenis hipotesis yang
digunakan peneliti adalah:

1. Hipotesis revolusi industry terhadap pembelajaran (Ha1):

Terdapat pengaruh yang signifikan antara revolusi industry terhadap


pembelajaran Akhlak.

18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm.44
19
Ibid, hlm 63

20
2. Hipotesis revolusi industry terhadap Akhlak (Ha2):
Terdapat pengaruh yang signifikan antara revolusi industry terhadap akhlak
siswa.

3. Hipotesis revolusi industry terhadap pembelajaran Akhlak (Ha3):


Terdapat pengaruh yang signifikan antara revolusi industry terhadap
pembelajaran Akhlak di sekolah.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu proses berfikir dan menentukan secara


matang terkait hal-hal yang akan dilakukan ketika melakukan penelitian. Di dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang
merupakan metode pendekatan penelitian yang beralaskan pada aliran filsafat
positivisme,yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,
pengumpulan data dalam penelitian kuantiatif menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk mensinkronkan
hipotesis dengan data yang telah ditetapkan.Pendekatan penelitian kuantitatif
memiliki tujuan untuk menguji teori-teori, membangun fakta empiris, mensinergikan
hubungan antar variabel, memberikan dan memaparkan statistik, meraba serta
meramalkan hasilnya.

Desain penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif harus


memiliki sifat terstruktur, sistematis, baku, formal dan membutuhkan rancangan
sematang mungkin sebelumnya. Jenis penelitian kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian
yang mencari dan mendiagnosa hubungan antar satu variabel dengan variabel lain.
Adapun Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini bentuk
teknik simple random sampling, yaini teknik pengambilan sampel yang memberikan
ruang yang sama bagi keseluruhan populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai yang melekat pada dari
seseorang, obyek atau kegiatan yang memiliki variabel tertentu yang dipilih dan
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan di telisik lebih dalam serta ditarik

22
kesimpulannya.20 Dalam penelitian ini, peneliti memilih tiga variabel yang digunakan
yaitu:

1. variabel independent ( variabel bebas ) merupakan variabel yang ada atau


terjadi terlebih dahulu sebelum variabel yang diikatnya. Variabel bebas
didalam penelitian ini adalah revolusi industri 4.0 (X1) dan pembelajran
(X2).

2. variabel dependent ( variabel terikat ) merupakan variabel yang yang


dipengaruhi atau diikat oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah Akhlak (Y).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah sebuah objek ( benda hidup maupun benda mati )
yang memiliki karakteristik dan sifat tertentu yang akan dijadikan sebagai
informan namun masih bersifat umum. Sedangkan Menurut Sugiono dalam
bukunya metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D Acetakan Ke 23, Ia
mendefinisikan populasi sebagai wilayah yang generalisasi yang di dalamnya
terdapat objek atau subjek yang memiliki karakteristik dan kualitas khusus yang
ditetapkan oleh peneliti dan kemudian akan ditarik kesimpulannya. Populasi tidak
hanya berbentuk amnusia saja, akan tetapi dapat juga berbentuk kurikulum, alat-
alat pengukur, cara mengajar, cara pengadministrasian, kepemimpinan,
kemampuan manajemen, peristiwa dan lain sebagainya. 21
adapun dalam
penelitian ini, populasinya berbentuk manusia yakni peserta didik di kelas ula
putra pondok pesantren qamarul huda yang berjumlh 50 orang .

Penelitian yang memiliki populasi yang besar, tidak mungkinan untuk


peneliti memberikan kuesionar kepada seluruh anggota populasi yang ada.
Dengan begitu peneliti memerlukan menentukan jumlah anggota populasi yang
dijadikan sumber data. Responden yang telah dipilih inilah yang kemudian
dijadikan sebagai sampel. Maka dapat dikatakan bahwa sampel merupakan
populasi itu sendiri, karena dalam populasi terdapat sampel.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm.218
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm.44

23
2. Sampel penelitian

Sampel merupakan individu yang menjadi objek responden dan merupakan


bagian dari populasi. Alasan pengambilan sampel di dasari oleh faktor
keterbatasan waktu, dana, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, biasanya dalam
penelitian yang jumlah populasi besar maka pengambilan sampel adalah alternatif
terbaik yang harus dilakukan peneliti. Namun apabila peneliti sekiranya dapat
menjangkau seluruh populasi dengan keterbatasan yang ada maka tidak perlu
peneliti melakukan pengambilan sampel.

Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah


simple random sampling, dikatakan simple karena sifat pengambilan sampel
secara sederhana, artinya dalam pengambilan sampel peneliti mengambil sampel
secara acak tanpa memperhatikan stratifikasi yang terdapat dalam populasi itu.
Jadi, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari anggota kelas ula putra
santri qamarul huda secara acak.

C . Instrumen penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mememrlukan alat bantu untuk mempermudah


praktik penelitiannya, mempersingkat waktu dan menvalidkan data yang di dapat. Menurut
riduan, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.22 Pada umumnya penelitian berhasil jika mengimpelementasikan instrumen dalam
penelitiannya. Instrumen di jadikan sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-betul
dirancang dan dibuat secara sistematis dan terstruktur sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana yang di harapkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan intrumen
sebagai berikut:

TABEL INSTRUMEN PENELITIAN

Judul Penelitian Variabel Indikator Penelitian Objek Teknik


Penelitian Penelitian
Variabel X1: pengaruh 1.pendidik 1.wawancara
revolusi revolusi industri 2.Peserta 2.observasi
22
Riduawan, Pengantar Statistika Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 37.

24
industri terhadap didik 3.angket
pembelajaran 4.dokumentasi
PENGARUH Variabel X2: 1.jumlah waktu 1.pendidik 1.observasi
Pembelajaran 2.dampak 2.Peserta 2. wawancara
REVOSLUSI
pembelajaran didik 3.dokumentasi
INDUSTRI 4.0 3.hubungan
pembelajaran
TERHADAP
akhlak dengan
KUALITAS revolusi
industri 4.0
PEMBELAJARA
N AKHLAKUL
KARIMAH DI
KELAS ULA
PUTRA SANTRI
QAMARUL
HUDA BAGU
Variabel Y: 1.terhadap allah Peserta 1.wawancara
akhlak 2.terhadap didik 2.observasi
sesama 3.angket
3.terhadap
makhluk

B. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui dan


memahami kriteria data yang baik dan benar serta mampu menentukan metode
pengumpulan data yang tepat dengan data yang dibutuhkan, tujuannya untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan fakta empiri dan valid. Teknik pengumpulan
data ini harus disusun secara sistematis dan tepat dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus di tentukan oleh peneliti
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian ialah untuk mendapatkan data yang
empiris dan valid.
Menurut sugiono, Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan

25
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 23 Sedangkan menurut Arikunto
sebagaimana yang dikutip oleh wiratna, arikunto mendefinisikan instrumen
pengumpulan data sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data supaya kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Pembuatan instrumen harus bersinergi dengan variabel penelitian, definisi
operasional dan skala pengukurannya.24
Sugiono dalam buku metode penelitiannya mendeskripsikan teknik
pengumpulan data kedalam empat poin yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi,
dan triagulasi atau gabungan. Namun dnalam penelitiannya ini, peneliti hanya
menggunakan sebagian teknik pengumpulan karena terkendala oleh waktu,
diantaranya:
1. Interview
Interview ( wawancara ) adalah salah satu metode penelitian yang paling
formal digunakan peneliti dalam penelitiannya. bukan tanpa alasan, wawancara
memiliki kelebihan tersendiri, diantaranya data yang didapatkan valid, tidak
menghabiskan terlalu banyak waktu, dan antara peneliti dan responden
melakukan intraksi fisik secara langsung.
Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan ( terstruktur atau tidak terstruktur ) kepada objek ( orang )yang
berkaitan dengan judul yang diangkatnya. Tidak semua data yang di butuhkan
bisa di dapatkan dengan teknik observasi. Oleh sebab itu peneliti perlu
mempraktikkan teknik wawancara, dengan cara mengajukan bebrapa persoalan
kepada responden.menurut raco Pertanyaan sangat penting utnuk mendapatkan
data yang berbentuk pikiran, persepsi, pendapat, peristiwa, perasaan orang atau
segala suatu gejala, , fakta dan lsemacamnya. 25 Teknik Wawancara ini memiliki
tujuan untuk mendapatkan data-data yang tidak bisa didapatkan melalui
observasi ( yang sifatnya tersembunyi ).
2. Observasi
Observasi berarti pengumpulan data yang menuntut peneliti untuk
langsung ke lapangan. Data yang di perlukan tidak akan dapat diperoleh hanya
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm.224
24
Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis & Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015),
hlm. 98.
25
Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakter dan Keunggulannya), ( PT Grasindo, Jakarta,
2010),hal. 112

26
dengan duduk dibelakang meja, tetapi peneliti harus langsung terjun lapangan,
organisai, dan komunitas. Fokus objek pengumpulan data menggunkan metode
diobservasi berupa sikap, kelakuan, perilaku, tindakan,( keseluruhan interaksi
antar manuisa ). Menurut sugiono, dalam observasi peneliti terlibat secara
langsung dengan kegiatan sehari-hari objek penelitiannya.26
Dalam Proses observasi peneliti memulai dengan mengidentifikasi tempat
yang hendak dijadikan objek penelitian. Setelah data dari identifikasi tempat
penelitian di dapatkan, maka peneliti melanjutkan dengan proses membuat
pemetaan tempat penelitian, sehingga peneliti memperoleh gambaran secara
umum mengenai sasaran penelitian. kemudian langkah selanjutnya peneliti
mengidentifikasi objek yang akan diobservasi, dimana, siapa ,berapa lama dan
bagaimana.
3. Quesioner
Quesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang menitik
beratkan pada reaksi responden dan dilakukan dengan cara memberi beberapa
bentuk pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Teknik angket ini, biasanya digunkan untuk mendapatkan data valid yang
langsung di berikan oleh responden kepada peneliti lewat jawaban tertulisnya.
Alat ukur dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
angket yang berisi butir-butir pertanyaan yang selanjutnua diberikan kepada
responden. Skala penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
skala Likert, yakni skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang maupun kelompok tentang fenomena sosial.

TABEL SKALA PENGUKURAN

skor
Kategori positif negatif
SS (sangat setuju) 4 2
S (setuju) 3 4
TS (tidak setuju) 3 4
STS (sangat tidak setuju 2 2
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm.145

27
4. Dokumentasi

Metode dokumentasi bisa diartikan sebagai suatu teknik pengumpulan data


yang menekankan pencari data yang berkaitan dengan variable yang berupa
catatan, buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Data yang di dapatkan
lewat dokumentasi ini kemudian dijadikan data penopang dari pengumpulan
data dengan metode wawancara,angket,dan observasi.

C. Teknik analisis data

Analisis data berarti mengatur dan mengategorikan secara sistematis data yang di
telah di dapatkan dari observasi,wawancara,angket, dan dokumentasi, tujuannya untuk
memilih data mana yang harusnya di deskripsikan dan mana yang akan di diskriminasi.
Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Uji validitas

Menurut Sugiyono, valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang


sebenarnya terjadi pada obyek dengan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.
Dalam menentukan valid atau tidaknya suatu item yang akan digunakan biasanya
dilakukan uji signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05. 27

Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan dan keabsahan butir-
butir data dalam bentuk suatu pertanyaan atau pernyataan dalam mendefinisikan
suatu variabel. Keabsahan, kesahihan atau validitas dibatasi sebagai tingkat dasar
kemampuan suatu instrumen.

2. Uji reliabilitas

Reabilitas secara harfiahnya berarti penelitian yang dapat dipercaya.


Penelitian yang relibilitas atau dependability adalah penelitian yang apabila
penelitian dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan
memperoleh hasil yang sama pula.untuk menolak hal itu terjadi, maka perlu bagi
peneliti untuk melakukan pengecekan terhadap reliabilitas penelitiannya.
27
Ibid, hlm.154

28
Setelah peneliti melakukan uji validitas dan di pastikan semua data sudah
valid maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Suatu pertanyaan atau pernyataan
dikatakan reliabel.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hendaya ni,Meti, 2019, problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0,
( Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2. Di akses di:
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368 )
S, Anwar, 2018, Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Bangsa di Era Milenial.
(jurnal: Al-Tazkiyyah, vol.9,No.2 )
Mushfi El Iq Bali, Muhammad, 2020, Modernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi
Industri 4.0, ( momentum: Jurnal Sosial dan Keagamaan Volume 09 No. 1)
Abdul Malik, Fatkhulloh,et all, 2022,Tantangan Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak
Siswa pada Era Revolusi Industri 4.0 di SMP Islam Muallimin Kepung Kediri,
( journal of Education and Management Studies Vol. 5, No. 1 )
Undang-undang RI No. 2 Tahun, 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Gunung Jati )
Asyari,Farida, 2019, Tantangan Guru Pai Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam
Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat,
( jurnal muslim heritage, vol. 4 No 2 )

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010,Bahan Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan


Kewirausahaan (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum )
Prasetyo,Hoedi, Sutopo, Wahyudi, 2018, Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah
Perkembangan Riset, ( J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1 )
Tim penyusun, 2016-2022,KBBI V 0.4.1 ( Diakses pada: rabu 2 november 2022, di:
https://github.com/ yukuku/ kbbi4, )
Ali abdul halim Mahmud, 2004,at-tarbyah al-khuluqiyah, ( penj )abdul hayyie al-kattani,et
all ), ( Jakarta: gema insani )
Sugiyono, 2004,Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, ( Bandung: Alfabeta )
Riduawan, 2014,Pengantar Statistika Sosial, ( Bandung: Alfabeta )
Wiratna Sujarweni, 2015,Metode Penelitian Bisnis & Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press )
Raco, 2010, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakter dan Keunggulannya), ( PT
Grasindo, Jakarta )

30

Anda mungkin juga menyukai