Anda di halaman 1dari 11

PENGGUNAAN RADAR SEBAGAI ALAT NAVIGASI

ELEKTRONIK DI ATAS KAPAL

Serwil Han Yon Pirade1

Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas lebih dari 14.000 pulau besar
dan kecil dengan luas lautan nasionalnya 3,1 juta kilometer persegi, sedangkan luas
daratannya hanya 1,9 juta kilometer persegi. Ditambah dengan perairan ZZE (Zona
Ekonomi Ekslusif) seluas 2,7 kilometer persegi, maka luas lautan yang dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya adalah lebih dari 5 juta kilometer persegi.
Namun kita praktis baru memanfaatkan lautan kita sebagai ladang perburuan ikan, media
transportasi dan sedikit penambangan minyak bumi. Lautan yang begitu luasnya dapat
dimanfaatkan untuk peternakan ikan, untuk pertanian tumbuhan laut, dan sebagainya. Laut
juga memiliki sumber-sumber mineral yang sangat dibutuhkan manusia. Mineral tersebut
dapat berada di dalam air laut itu sendiri dalam bentuk berbagai jenis garam, dapat pula
berada didasar laut sebagai nodul-nodul yang kaya akan mangan dan besi, dapat pula dalam
bentuk bahan tambang dari bawah dasar laut. Menurut para ahli kelautan, perkilometer
persegi lautan dapat menghasilkan produk kebutuhan manusia lebih besar dari pada per
kilometer persegi tanah daratan (Soekarso, 1994).

Dengan semakin meningkatnya teknologi di bidang perkapalan khususnya dalam


sistem navigasi kapal laut, penggunaan radar sebagai alat bantu navigasi sangatlah penting.
Yang mana radar berfungsi untuk mendeteksi target yang tidak terlihat langsung oleh mata
manusia, misalnya karena jauhnya jarak target maupun karena adanya gelombang laut yang
tinggi, dan lain-lain. Pengunaan radar navigasi mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan dengan alat bantu lain seperti radio, satelit navigasi, speed lock maupun
echosounder, yang mana alat tersebut hanya mempunyai fungsi yang terbatas (Hasan,
1997).

1
Mahasiswa Departemen Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

1
Agar diperoleh pelayaran samudera yang aman, maka alat bantu navigasi pada kapal
laut harus memakai alat bantu yang tepat, dalam arti pemakaian radar yang sesuai dengan
keperluannya. Secara umum prinsip kerja dari system radar terdiri dari sebuah pemancar
(transmitter) yang mengirimkan sinyal dengan frekuensi tinggi ke suatu arah dimana target
berada. Benda-benda yang di lewati oleh sinyal yang dikirimkan, kemuadian sinyal pantul
(echo signal) akan diterima oleh penerima (receiver). Dengan mengetahui perbedaan waktu
antara sinyal kirim dengan sinyal pantul. Maka dapat diketahui, jarak maupun posisi target
terhadap radar. Selain itu, karena adanya factor kelengkungan bumi dan tingginya
gelombang laut yang menyulitkan navigator mengetahui posisi kapalnya terhadap kapal-
kapal lain, untuk itu peranan radar sebagai alat bantu sangat dibutuhkan. Dengan
menggunakan radar, navigator akan mengetahui secara cepat, tepat dan akurat tentang jarak
serta posisi target terhadap radar ketika sedang berada di tengah pelayaran (Hasan, 1997).

Pembahasan

Radar merupakan nama dari sebuah sistem elektronis yang digunakan untuk
pendeteksian lokasi dari sebuah obyek. Dalam teknologi radar maka selanjutnya obyek
radar akan diberi nama target. Kata radar itu sendiri merupakan sebuah akronim dari radio
detection and ranging. Pada awalnya ”radar” muncul dengan berbagai nama di dunia
sebelum distandarisasi oleh ITU menjadi Radar seperti sekarang. Fungsi dari sebuah radar
sangat erat hubunganya dengan sifat dari gelombang elektromagnetis yang bersinggungan
dengan obyek fisik (target). Semua teknologi radar pada awalnya menggunakan gelombang
radio sebagai media transmisinya, namun seiring dengan perkembangan jaman media
transmisi yang dikembangkan berbentuk fiber optics atau laser (Pamungkas & A. T. T. S,
2006).

Teknologi Radar dipelopori oleh penemuan Maxwell pada tahun 1865 yang meneliti
tentang karakteristik perambatan gelombang elektromagnetik dan selanjutnya
dikembangkan oleh percobaan Hertz pada tahun 1886. Inti dari pengembangan konsep

2
Maxwell tersebut adalah gelombang radio dapat dipantulkan oleh suatu obyek yang
berbentuk fisik. Inilah yang selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah aplikasi Radar di
mana fungsinya dengan mendeteksi keberadaan sinyal pantul, Radar dapat menentukan di
mana obyek (target) radar berada (Pamungkas & A. T. T. S, 2006).

Bentuk Radar pertama kali dikembangkan pada kurun waktu 1902 sd 1925 yang
sudah bisa mendeteksi jarak target di samping fungsi utamanya adalah mendeteksi
keberadaan target tersebut. Pada tahun 1925 Brief dan Tuve (1926) pertama kali
mengaplikasikan metode Pulse-Wave yang sampai sekarang digunakan sebagai
pengembangan radar modern. Selanjutnya dengan adanya perang dunia II perkembangan
radar semakin cepat berkembang dan sampai sekarang penggunaanya banyak dirasakan
manfaatnya (Pamungkas & A. T. T. S, 2006).

FUNGSI-FUNGSI RADAR

Menurut Matarru, Hari (2018). fungsi radar adalah suatu alat pembantu navigasi elektronik
yang gunanya :
1. Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu. Dalam menentukan posisi kapal
dengan radar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menggunakan baringan
dengan baringan, menggunakan baringan dengan jarak dan menggunakan jarak dengan
jarak.
2. Memandu kapal keluar – masuk pelabuhan atau perairan sempit. Pada posisi Head Up,
radar sangat efektif dan efisien untuk membantu para nakhoda atau 28 pandu dalam
melayarkan kapalnya keluar-masuk pelabuhan, sungai atau alur pelayaran sempit.
3. Membantu menemukan ada atau tidaknya bahaya tubrukan. Dengan melihat pada layar
Cathoda Ray Tube (CRT) adanya pantulan atau echo dari awan yang tebal.

3
4. Membantu memperkirakan hujan melewati lintasan kapal. Dengan melihat pada layar
radar (Cathoda Ray Tube) adanya pantulan atau echo dari awan yang tebal.

SISTEM KERJA RADAR

Pada dasarnya radar menggunakan prinsip pancaran gelombang elektronik. Alat


pemancar khusus akan memancarkan pulsa gelombang radio pendek yang dipancarkan
dalam alur sempit (narrow beam) oleh antena berarah (directional antenna). Pergerakan
gelombang radio ini diumpamakan bergerak secara lurus pada kecepatan yang tetap dan
apabila pulsa gelombang yang dikirimkan mengenai sasaran seperti kapal, pantai sebuah
pulau atau obyek lain, gelombang radio akan dipantulkan lagi dan diterima kembali oleh
unit penerima (receiver unit) di kapal pemancar dengan segera. Gema yang dipantulkan
disebut gema radio (radio echo). Dengan mengukur beda waktu pengiriman/pancaran dan
penerimaan gema dan dengan diketahuinya kecepatan peramabatan gelombang radio, jarak
antara kapal dengan sasaran dapat diketahui. Informasi jarak ini akan ditunjukkan dalam
screen radar oleh tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube-CRT). Pulsa gelombang radio
yang dipancarkan akan mengalami dua kali jarak yaitu jarak dari kapal pengamat (own
ship) ke sasaran ketika pemancaran dan jarak untuk kembali ke penerima (receiver) dari
sasaran (Matarru, 2018).

Untuk menentukan jarak dan kedudukan sasaran, hanya setengah waktu perjalanan
yang diperhitungkan. Gelombang radio yang dipancarkan oleh pemancar radar (Radar
transmitter) bergerak dengan cepat sehingga pengukurannya menggunakan mikrodetik (m/?
s). Perambatan gelombang radio bergerak dengan kecepatan 300 m/?s. Untuk menghitung
jarak dari kapal kepada sasaran sangat mudah misalnya ; selang waktu pengiriman dan
penerimaan kembali gelombang radio adalah 100 ?s, jarak pergi dan pulang gelombang
radio adalah 100 x 300 = 30.000 m dan jarak antara kedua kapal adalah setengahnya yaitu
15.000 m = 8,1 mil laut. Jarak jangkau minimum radar adalah sama dengan jarak yang
dapat dilihat oleh mata manusia dan jarak maksimum tergantung kepada jenis dan

4
kemampuan radar. Meskipun demikian, target dibalik sudut tidak akan tampak di radar
(Matarru, 2018).

Informasi sasaran seperti pulau dan kapal didalam skrin radar ditunjukkan dalam
bentuk indikator kedudukan (Plan Position Indicator-PPI). Dengan metode ini informasi
sasaran seperti pulau, kapal lain dll yang 27 ada disekeliling kapal pengamat dapat
ditunjukkan pada screen radar. Pengukuran waktu pada radar dimulai dengan bermulanya
isyarat picu (trigger signal) yang dikirim kepada pemancar (magnetron) dan tabung sinar
katoda (CRT). Magnetron terdiri dari magnet berkekuatan tinggi yang dapat menghasilkan
getaran dan frekuensi yang sangat tinggi yang sesuai dan sangat diperlukan oleh radar.
Frekuensi tinggi hanya akan diperoleh apabila modulator mengirimkan voltase kepada
magnetron berulang-ulang dengan selang waktu antara 0.05 – 1 ?s (mikro detik). Pada saat
pemancaran, gelombang radio akan dipancarkan melalui antena (scanner) melalui pemandu
gelombang (wave guide) yang dikendalikan oleh switch pancar/terima elektronik (T/R
electronic switch). Begitu juga pada saat penerimaan, gema radio akan diterima oleh
receiver melalui T/R electronic switch (Matarru, 2018).

BAGIAN – BAGIAN RADAR KAPAL

Menurut Arso Martopo, Capt, (1992 : 65) maka bagian - bagian Radar atau alat pemancar
dan alat - alat penerima suatu pesawat radio kapal dibangun dalam kesatuan - kesatuan
yang dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Main Consule Adalah suatu kotak yang berisi kesatuan – kesatuan yang terdiri dari
pemancar, penerima, dan tombol pemancar – penerima.
2. Aerial Unit Adalah kesatuan yang terdiri dari waveguide, reflector dengan motor untuk
memutarnya, dan berbagai schekel-elemant.
3. Display Unit pada Radar Adalah unit kesatuan yang terdiri dari Cathoda Ray Tube
(CRT) dan macam - macam tombol pengatur, biasanya ditempatkan dianjungan

5
SIMBOL – SIMBOL DALAM TOMBOL RADAR

Menurut Arso Martopo, Capt, (1992 : 65) Adapun simbol-simbol pada radar dan cara
penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Radar off. Tekan radar off dan tekan tombol power maka radar dalam posisi off,
fungsinya untuk mematikan radar.
2. Radar on. Tekan radar on dan tekan tombol power maka radar dalam posisi on,
fungsinya untuk menghidupkan radar.

FUNGSI – FUNGSI TOMBOL RADAR

Menurut Arso Martopo, Capt, (1992 : 65) Adapun fungsi dari tombol pada radar adalah
sebagai berikut:
1. Radar stand-by yaitu berfungsi untuk membuat radar dalam keadaan stand by atau siap
digunakan.
2. Aerial rotating yaitu berfungsi untuk menunjukan putaran antena dalam posisi on.
3. Nort-up presentation yaitu berfungsi untuk menunjukan posisi arah utara sesuai dengan
arah kompas.
4. Head-up presentation yaitu berfungsi untuk menunjukan posisi suatu benda dibagian
depan dari arah depan kompas.
5. Heading marker aligment yaitu berfungsi untuk memuncul tampilan garis lurus kearah
utara yang dapat dipindahkan ke arah mana saja.
6. Range selector yaitu berfungsi untuk menjelaskan tempat - tempat yang dideteksi oleh
radar.
7. Short pulse (SP) yaitu dengan memutar tombol SP ke arah kanan maka akan tampil
suatu titik yaitu posisi kapal .
8. Long pulse (LP) yaitu dengan memutar tombol ke posisi LP maka akan tampak dilayar
daya jangkau dari radar tersebut.

6
9. Tuning yaitu dengan memutar tombol tuning ke kanan maka gambar akan nampak lebih
jelas.
10. Gain berfungsi untuk membuat gambar nampak lebih jelas pada layar radar.
11. Anti cluter rain minimum (FPT) yaitu dengan memutar tombol FPT ke tengah maka
akan tampak lebih jelas gambar radar pada waktu hujan deras.
12. Anti cluter maximum (FPT) yaitu befungsi untuk menambah lebih jelas gambar radar
pada waktu hujan deras.
13. Anti Cluter Sea Minimum dan Maximum yaitu dengan memutar tombol STC ke tengah
maka akan timbul di radar gambar atau bentuk benda pada saat bergelombang.
14. Scale Iluminator yaitu berfungsi untuk memperjelas suatu jarak antara kapal dengan
benda.
15. Display Briliance yaitu berfungsi untuk memperjelas gambar atau sebagai penerang.
16. Variable Range Marker yaitu berfungsi untuk mengetahui jarak dari suatu benda.
17. Range Rings Marker yaitu berfungsi untuk memperjelas gambar dan jarak suatu benda.
18. Bearing Marker yaitu berfungsi untuk menampilkan seluruh keterangan keterangan
yang diperlukan dari suatu radar.
19. Transmitet Power Monitor yaitu berfungsi untuk mengetahui kekuatan pulsa yang
dipancarkan oleh radar secara maksiimal.
20. Transmitet / Receive Monitor yaitu berfungsi untuk mengetahui penerimaan pulsa dari
suatu monitor radar.

RADAR SEBAGAI PENGAWAL LAUTAN NUSANTARA

Selama ini radar yang dibeli Indonesia dari negara lain berada dalam kisaran harga
delapan mi liar rupiah. Ambil contoh perangkat pengawas buatan Polandia yang per
unitnya di jual 780 ribu dollar AS atau sekitar 7,4 miliar rupiah. Lantas, mengapa radar laut
begitu penting untuk dikedepankan Mashury Wahab, peneliti dari PPET LIPI, mengatakan
wilayah Indonesia lebih kurang terdiri dari 17.504 pulau, dua pertiga nya laut an. Namun,
kelengkapan perangkat modern untuk pengawasan dan pengamanannya masih sangat

7
kurang. Jarak dari Sabang di Aceh hingga Jayapura di Papua sekitar 5.556 kilometer. Dari
luas tersebut, jumlah kapal untuk pengawasan wilayah perairan hanya satu banding 72 ribu
mil persegi, jelasnya. Karena kekurangan itu, wilayah Nusantara rawan tindakan pencurian
ikan, pelanggaran wilayah oleh kapal asing, pembajakan kapal, dan penyelundupan.
Konsekuensinya, Indonesia mengalami kerugian mencapai hampir 188 triliun rupiah setiap
tahunnya. Dengan minimnya sumber daya manusia untuk mengawal pertahanan negara ini,
seharusnya ru jukan utama adalah mengedepan kan sistem kerja pengawasan oto matis,
seperti radar. Karena itu, Mashury bersama timnya condong mengutamakan perakitan dan
peng ujian untuk membuat Indonesian Radar Generasi Kedua (INDRA-2). Sebelumnya,
diluncurkan INDRA- 1 buatan PT Solusi 247-RCS yang fokus sebagai radar navigasi kapal
(lipi.go.id, 2010).

ISRA merupakan salah satu jenis radar yang menjadi bagian dari sistem INDRA-2.
Kemampuan ISRA Dengan berbagai alasan, ekonomis maupun teknologi, para peneliti
PPET LIPI percaya diri ISRA bisa diandalkan. Fitur utama ISRA ada pada konsumsi daya
yang rendah, sekitar dua watt. Selain itu, ISRA menjadi quiet radar karena sangat rendah
probabilitas gangguannya saat menangkap sinyal. Ditambah lagi, ISRA tidak mengganggu
sistem radar lain di sekitarnya, tidak terdeteksi radar scanner, memiliki sistem target
tracking sesuai Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) yang ditetapkan Orga nisasi Maritim
Internasional (IMO), dan memiliki kemampuan Doppler. Selain itu, radar itu dapat naik
tingkatan untuk terintegrasi dalam jaringan radar guna memperluas daerah liputan. Radar
pengawas pantai LIPI itu menggunakan teknologi Frequency- Modulated Continuous Wave
(FMCW). Sistem tersebut menerapkan frekuensi gelombang radio berkelanjutan yang stabil
dan diatur dengan sinyal modulasi triangular. Dengan demikian, sistem itu akan mengubah
secara bertahap dan bercampur bersama sinyal yang terefl eksikan dari objek dengan sinyal
transmisi untuk memproduksi denyut sinyal. Variasi dari modulasi bisa bebas tanpa
patokan, namun yang perlu diutamakan adalah jarak dan kecepatan dari objek yang hendak
dipantau. Pada teknologi modern ini, proses sinyal digital digunakan untuk proses deteksi.
Sinyal denyut pertama harus melewati pengon versi analog ke dalam bentuk digital. Dan
akhirnya bentuk sinyal denyut dapat terlihat di monitor dalam bentuk digital (lipi.go.id,

8
2010).

Menurut Hiskia, Kepala PPET LIPI, pertimbangan penggunaan FMCW untuk


sebuah sistem radar navigasi maritim murni karena penggunaan daya yang rendah sehingga
menghindarkan ISRA dari komplikasi perangkat berat seperti yang umum terjadi pada
radar denyut. Dua antena pemancar dan penerima yang bekerja bersamaan dan berbentuk
modular memunyai daya pancar maksimum dua watt dengan penguatan mencapai 30
desibel. Karena radar memakai frekuensi gelombang radio, sistem transmitter (pemancar)
ISRA dipakai frekuensi kerja 9,4 gigahertz pita X Band. X Band mengacu pada frekuensi
gelombang yang dipancarkan dengan jangkauan delapan sam pai 12 gigahertz. Untuk
daerah ca kupan frekuensi, dapat diatur pada kisaran dua, empat, delapan, 16, 32, dan 64
megahertz. Untuk jangkauan pemancar, ditetapkan pada jarak 64, 32, 16, delapan, empat,
dan dua kilometer. Jarak tersebut ditetapkan dengan maksimal agar radar dapat mendeteksi
kapal yang tinggi dan jauh dari kaki langit. Jika pemancar sudah dipasang, dibutuhkan
penerima (receiver) yang serasi dan sama kuat (lipi.go.id, 2010).

Di sini ditetapkan bahwa untuk dapat menerima satu jarak jangkauan, dipersiapkan
512 posisi yang bisa diidentifikasi. Pemancar ini akan menerima sinyal berupa data analog
dan mengonversikan dalam bentuk digital di personal computer (PC). Konsep Kerja Sama
seperti sistem kerja radar biasa, radar pengawas laut ini menggunakan prinsip penyebaran
tenaga elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik yang tersebar pada radius tertentu itu,
pada suatu saat, akan bertumbukan dengan benda yang melintas. Saat menangkap
keberadaan benda tersebut, sinyal akan kembali memantul dan ditangkap oleh antena
penerima. Setelah diterima antena receiver, agar dapat dihitung letak dan ke ber adaan dari
benda itu, diukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak itu didapat dengan cara
mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang selama penjalarannya mulai dari sensor ke
target dan kembali ke sensor. Masa jeda dari saat gelombang dikirim hingga diterima
kembali merupakan data yang akan dianalisis, ungkap Purwoko Adhi, peneliti dari PPET
LIPI. Yang perlu diperhatikan, untuk mengukur jarak yang jauh, dibutuhkan frekuensi
rendah. Begitu pula sebaliknya, jika objek yang hendak dideteksi berada dalam jangkauan

9
yang dekat, frekuensi yang digunakan harus tinggi. Dipilihnya frekuensi di jaringan pita
lebar (bandwidth) karena, dirasa Purwoko, posisi ini relatif aman dari jammer (penghalang
sinyal agar tidak dapat ditangkap oleh antena penerima). Bagi pulse radar (radar denyut)
yang hanya menggunakan satu frekuensi, risiko untuk terkena jammer sangat tinggi karena
mudah tertutup Sedangkan jika menggunakan jaringan pita lebar, walau risiko jammer
bandwidth tetap ada, bisa diakali dengan pengodean radar. Ini bisa diibaratkan seperti
sinyal CDMA (Code Division Multiple Access). Walau berada dalam satu jaringan pita
lebar yang sama, karena menggunakan kode tersendiri, jaringan telepon lain tidak bisa
masuk untuk mengganggu (lipi.go.id, 2010).

Kesimpulan

1. Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan


dari Radio Detection and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah
suatu sistem gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur
jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan
bermotor dan informasi cuaca (hujan).
2. Dalam mengambil posisi, radar dapat mengambil posisi lebih akurat dibandingkan
menggunakan kompas, jadi radar lebih unggul dari kompas saat mengambil posisi akurat
kapal, dimana radar pun memiliki jangkauan lebih jauh dibandingkan kompas saat
mengambil posisi, dikarenakan kemampuan mata penilik untuk melihat tampak benda
tidak sejauh kemampuan radar dalam mendeteksi benda–benda disekitar kapal.

10
Daftar Pustaka

Pamungkas, W., & Putra, A. T. T. S. (2006). Diktat Kuliah Radar dan Navigasi.
Purwokerto. Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra.
http://lnnk.in/@wahyu

Hasan, Achmad.(1997). Radar Navigasi Kapal Laut. Jakarta. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. http://lnnk.in/@Achmad

Matarru, Hari. (2018). Analisis perbandingan sistem navigasi kompas dan radar dalam
menentukan posisi kapal diatas MT.Athena. Samarinda. Politeknik Negeri
Samarinda. http://lnnk.in/@HariMatarru

Mashury. (2010). Radar Pengawal Lautan Nusantara di http://lnnk.in/@Mashury


diakses pada tanggal (11 April 2019).

Soekarso, W. (1994). Sistem Deteksi Bawah Air. Universitas Kristen Krida Wacana.
Jakarta. http://lnnk.in/@soekarso

Martopo, Arso. (1992). Ilmu Navigasi. Universitas Diponogoro. Semarang.

11

Anda mungkin juga menyukai