Anda di halaman 1dari 7

Gambaran pelaksanaan pembelajaran Luring masa pandemi di daerah tertinggal

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 yang masih berlanjut memunculkan paradigma baru di lingkungan


masyarakat sebagai upaya menyesuaikan diri dengan aktivitas yang mengharuskan mematuhi
protokol kesehatan. Hal itu membuat hampir semua aspek kehidupan mengalami dampak dari
pandemi, salah satunya adalah pendidikan yang mengalami dampak serius baik di Indonesia atau
secara global (Purwanto et al, 2020). World Health Organization (WHO) juga menganjurkan
untuk sementara waktu kegiatan yang memancing adanya kerumunan harus dihentikan
(Handarini dan wulandari , 2020). Erni et al (2020) menjelaskan pembelajaran biasanya
dilakukan secara konvensional atau tatap muka antara murid dengan guru, diganti dan
menyesuaikan dengan kondisi yang mewajibkan aktivitas sekolah dilakukan secara daring dan
luring dengan berpatokan pada surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud :2020). Sehingga dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar yang berpotensi
menimbulkan kerumunan juga harus dihentikan dan diubah cara penyajianya menjadi daring
maupun luring.

Inovasi-inovasi mulai bermunculan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang


dilakukan secara daring maupun yang secara luring. Menurut Giks dan Grant (2013) Untuk
pembelajaran daring memerlukan perangkat pendukung seperti handphone, tablet, dan komputer
yang dapat mengakses informasi di segala tempat dan waktu, sehingga dapat mengakses aplikasi
pendukung kegiatan daring. Aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp, dan aplikasi lain
yang dapat diunduh, kemudian digunakan sebagai sarana berkomunikasi secara kelompok
maupun individu melalui daring (Wilson, 2020), hal ini menjadi pilihan alternatif yang
digunakan sebagai tempat pembelajaran berlangsung. Untuk pembelajaran secara luring
dilakukan dengan media yang tidak terhubung dengan internet (Malyana, 2020) seperti radio,
televisi, dan modul yang dimanfaatkan oleh daerah yang sama sekali tidak mendapatkan sinyal
internet atau untuk sekolah yang karena kendala tertentu tidak bisa melakukan kegiatan belajar
secara daring.
Kegiatan belajar mengajar daring dan luring meski sudah dianjurkan oleh pemerintah
untuk digunakan sebagai metode pembelajaran yang baru, namun perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba membuat guru dan peserta didik mengalami masalah untuk menyesuaikan diri.
Menurut Gusty et al (2020) infrastruktur teknologi komunikasi, multimedia dan informasi adalah
syarat utama berlangsungnya pembelajaran online, tetapi keharusan mempunyai perangkat
handphone serta laptop yang tidak bisa dipenuhi oleh peserta didik menjadi permasalahan yang
membuat pembelajaran daring tidak bisa dilakukan. Penelitian Erni et al (2020)juga menjelaskan
bahwa sinyal menjadi salah satu kendala pembelajaran daring. Kondisi tersebut dialami di
beberapa daerah yang tidak memiliki infrastruktur yang menyediakan sinyal sebagai syarat dari
pembelajaran daring, sehingga pembelajaran dilakukan secara luring karena itu satu-satunya
metode yang masih bisa dilakukan untuk keberlanjutan proses pembelajaran.

Untuk daerah dengan penerapan pembelajaran luring, perubahan metode belajar secara
tiba-tiba memberikan dampak yang signifikan pada guru dan peserta didik. Ada dampak baik
seperti beberapa peserta didik lebih menyukai pembelajaran luring karena bisa bertatap muka
dengan guru (Pratama dan Mulyati, 2020), ada juga dampak buruk seperti ketidaktahuan orang
tua peserta didik tentang kegiatan luring sehingga menganggap kegiatan sekolah diliburkan
dikarenakan pandemi. Akibat dari ketidaktahuan itu membuat beberapa peserta didik tidak pergi
kesekolah untuk mengambil dan mengumpulkan tugas, maka langkah yang dilakukan oleh guru
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengunjungi peserta didik secara door to door.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Mulyati (2020), menjelaskan bahwa pembelajaran
luring dilakukan dengan: 1) pembelajaran luring dibantu orang tua/wali sesuai dengan jadwal; 2)
guru berkunjung ke rumah peserta didik untuk melakukan pengecekan dan pendampingan belajar
dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19; dan 3) berdoa bersama sebelum dan sesudah
belajar.

Pembelajaran dengan cara luring, sama halnya dengan pembelajaran tatap muka yang
dipakai sebelum pandemi terjadi, namun dalam pelaksanaannya dilakukan sedikit modifikasi
dengan menerapkan protokol kesehatan. Ketidaksiapan guru dan peserta didik dalam beradaptasi
dengan kebiasaan baru menjadi kendala bagi pembelajaran luring karena metode tersebut belum
efektif menggantikan pembelajaran konvensional yang selama ini dipakai. Hasil penelitian juga
menunjukan masih minim penulisan terkait metode pembelajaran luring pada masa pandemi
dibandingkan dengan metode pembelajaran daring. Penelitian oleh Putri et al (2020) menunjukan
pembelajaran luring menjadi pilihan yang baik untuk tempat yang tidak bisa melakukan
pembelajaran dengan daring ketika pandemi berlangsung. Walau dikatakan demikian,
pembelajaran luring juga memiliki kendala seperti kondisi geografis yang mempersulit guru dan
peserta didik untuk bertemu. Dalam ambarita et al (2020) dikatakan bahwa kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran luring di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) adalah ketika
akan menjangkau tempat tinggal peserta didik. Letak geografis dan jarak antara rumah peserta
didik dan sekolah yang cukup jauh dan minimnya transportasi mengharuskan berjalan kaki
sebagai alternatif yang digunakan untuk berpergian. Kondisi seperti itu membuat peserta didik
merasa malas jika pergi ke sekolah hanya mengambil tugas kemudian dipulangkan tanpa
melakukan kegiatan lain. Hal serupa juga berlaku kepada guru yang harus pergi mengunjungi
peserta didik yang tidak pernah datang mengambil tugas atau yang tidak mengumpulkan tugas,
ada kemungkinan untuk tersasar.

Hal lain yang juga berpengaruh besar pada kelancaran pembelajaran luring adalah
ketersedian sumberdaya yang kurang memadai dalam memenuhi kegiatan pembelajaran. Seperti
halnya sumberdaya sekolah yaitu guru yang tidak siap dan tidak update dalam mengatasi
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Guru sendiri merupakan komponen penting dalam
menentukan jalanya proses pendidikan dan hasil pendidikan yang bermutu (Samsuardi, 2016),
apabila guru tidak siap dan tidak bisa beradaptasi dengan kondisi maka pembelajaran tidak akan
berjalan dengan baik.

Dalam berita harian Pos Kupang (2020) dijelaskan bahwa beberapa daerah melakukan
pembelajaran dengan metode luring di masa pandemi Covid-19 dengan mengikuti surat edaran
dari pemerintah daerah. Tetapi tidak ada bimbingan dari dinas pendidikan terkait pembelajaran
luring seperti apa yang harus dilakukan. Dalam pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah
yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2020), dijelaskan bahwa salah satu tugas dinas pendidikan
adalah melakukan bimbingan teknis kepada tenaga pendidik yang memerlukan pendampingan
terkait pembelajaran jarak jauh (daring). Dari penjelasan tersebut maka sekolah yang
menerapkan pembelajaran luring tidak mendapatkan pelatihan dan bimbingan teknis dari dinas
pendidikan. Dalam pelaksanaanya, sekolah secara mandiri memodifikasi pedoman pembelajaran
luring yang dirasa cocok untuk daerah sekolah mereka. Ada yang berkunjung ke rumah peserta
didik ada juga sekolah yg mengumpulkan peserta didik dan memberikan tugas pada satu hari
tertentu.

Melihat kondisi pembelajaran luring yang sedang dan masih terjadi sekarang,
menunjukan bahwa pembelajaran luring perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat bagaimana
pembelajaran luring berlangsung di daerah yang mengharuskan pembelajaran luring dijadikan
sebagai metode pembelajaran semetara pada masa pandemi COVID-19. Hal ini yang menjadi
dasar peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pelaksanaan pembelajaran
Luring masa pandemi di daerah tertinggal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kegiatan pembelajaran luring yang terjadi di daerah tertinggal selama pandemi
Covid-19 berlangsung.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan
ini dipilih berdasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan kegiatan
pembelajaran luring yang terjadi di daerah tertinggal selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Target penelitian ini adalah guru-guru tingkat Sekolah Menengah Pertama yang sedang
melaksanakan pembelajaran luring di beberapa kecamatan di kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sekolah yang menjadi target antara lain SMP N ,SMP N, SMP N. Narasumber dalam penelitian
ini adalah sembilan guru yang mengajar di sekolah yang menerapkan pembelajaran luring (tiga
guru dari masing-masing sekolah).

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah Probability sampling dengan
memilih secara acak sampel dimana data nantinya akan dikumpulkan melalui proses wawancara
dan pemberian angket. Angket digunakan untuk mendapatkan gambaran kegiatan pembelajaran
luring selama ini berlangsung, sedangkan wawancara digunakan untuk lebih memperjelas hasil
dari angket terkait proses pembelajaran luring yang dilakukan selama ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisa diperoleh tiga temuan penting yang perlu di sampaikan dalam
artikel ini. Pertama, …… . Selanjutnya, ……. . Yang terakhir, ……
Pembelajaran luring adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara offline dengan
tidak menggunakan perangkat yang terhubung dengan internet. Luring sendiri merupakan
kebalikan dari Daring yang menggunakan jaringan internet sedangkan luring tidak
memerlukannya dan dilakukan dengan media radio, TV, dan modul (Gilang ,2020).

Pada pelaksanaan pembelajaran luring di daerah Timor Tengah Selatan, ada beberapa
metode yang digunakan seperti, guru berkunjung ke rumah peserta didik, peserta didik
berkunjung ke sekolah dan pembagian shift kelas pagi dan kelas siang. Metode-metode tersebut
diterapkan dengan berpatokan pada surat edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten
Timor Tengah Selatan dengan mengikuti perkembangan kasus penyebaran Covid-19. Sekolah
yang menerapkan metode tersebut adalah SMP N Sakteo, SMP Kristen 1 Mollo Utara, SMP
Yapenram Kapan. Ketiga sekolah tersebut menerapkan pembelajaran luring dan bukan
pembelajaran daring dikarenakan beberapa hal seperti, fasilitas sekolah yang tidak mendukung,
tidak ada akses untuk internet, dan peserta didik tidak mempunyai perangkat.

Pada awal penyebaran Covid-19, sekolah melakukan rapat dengan orangtua peserta didik
untuk memilih alternatif pembelajaran yang bisa dilakukan saat pandemi dan memutuskan untuk
menggunakan pembelajaran luring dengan metode awal yaitu guru melakukan kunjungan ke
rumah/home visit yang dijadikan titik berkumpul. Metode tersebut dipilih dengan pertimbangan
karena jarak sekolah dengan rumah beberapa peserta didik yang jauh, sehingga perlu untuk
mengumpulkan peserta didik di satu titik untuk memberikan materi serta tugas agar guru tidak
perlu berkunjung ke rumah masing-masing peserta didik. Kunjungan ke rumah merupakan salah
satu opsi yang bisa dipilih untuk pembelajaran luring dimana pelaksanaanya mirip dengan
homeschooling (ambarita et al, 2020). Kegiatan kunjungan rumah ini dilakukan sekali dalam
seminggu pada hari yang sudah disepakati bersama antara guru dan peserta didik. Hal tersebut
sama dengan penelitian oleh Saputra (UNINUS, 2020) yang pelaksanaan kunjungan dilakukan
seminggu sekali (hari jumat). Tapi dalam pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik karena
beberapa hal seperti, banyak peserta didik yang tidak datang dengan bermacam-macam alasan
seperti tidak mendapatkan informasi, ada yang pergi membantu orangtua di kebun, dan ada yang
sengaja tidak datang. Kemudian masalah lainnya adalah kondisi jalan yang buruk sehingga guru
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjangkau tempat berkumpul.
Kendala tersebut membuat pihak sekolah memutuskan untuk menggunakan metode baru
yang dirasa lebih mudah untuk mengumpulkan peserta didik. Metode yang digunakan yaitu
peserta didik diharuskan untuk mengambil tugas di sekolah karena akan dilakukan absensi bagi
peserta didik. Kegiatan tersebut berjalan lebih baik daripada kegiatan sebelumnya karena peserta
didik diharuskan ke sekolah untuk mengambil dan mengumpulkan tugas dengan menerapkan
protokol kesehatan sehingga guru lebih bisa mengontrol peserta didik. Untuk metode ini, guru
sudah menyiapkan materi dalam bentuk rangkuman bahan ajar semua mata pelajaran yang berisi
materi dan tugas agar lebih mempermudah peserta didik dalam mengerjakannya.

Pada pertengahan tahun 2020, kabupaten Timor Tengah Selatan masuk ke zona hijau dan
pemerintah melalui dinas pendidikan memberikan surat edaran baru untuk pelaksanaan
pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Pihak sekolah kemudian membuat strategi
pembelajaran dengan membuatkan pembelajaran dengan pembagian shift pagi dan siang.
Metode shift membantu guru agar bisa bertatap muka dengan peserta didik tetapi dengan
menerapkan protol kesehatan (Ambarita dan Yunita, 2020), hal tersebut juga dilakukan oleh
pihak sekolah dengan membagi waktu untuk satu mata pelajaran adalah 20-30 menit dan guru
secara bergantian masuk untuk mengajar dan peserta didik tetap di dalam kelas tanpa ada waktu
istirahat agar tidak ada kerumunan. Kegiatan tersebut berlangsung selama beberapa bulan saja
karena kasus Covid-19 mulai meningkat.

Dari ketiga metode yang diterapkan di atas, sekolah secara mandiri menyusun serta
membuat pedoman pembelajaran luring dengan tanpa bantuan dari dinas pendidikan. Dalam
surat edaran untuk pedoman belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020) tugas dinas pendidikan
adalah membimbing guru dan tenaga kependidikan, tapi yang terjadi dilapangan adalah sekolah
secara mandiri mencari dan menyusun pedoman pembelajaran luring. Tidak ada Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) khusus yang digunakan pada pembelajaran luring sehingga
pihak sekolah memutuskan untuk melakukan modifikasi pada RPP yang sudah ada untuk bisa
diterapkan di metode luring. Modifikasi RPP dilakukan pada bagian pengurangan jam serta
pengurangan materi dan diganti menjadi pemberian tugas.

Walaupun RPP sudah dimodifikasi tetapi dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada
guru, 44% menjawab mengalami kesulitan untuk menyiapkan pembelajaran. Lalu 67 %
menjawab mengalami kesulitan untuk menilai peserta didik. Hal tersebut terjadi karena
kebanyakan peserta didik mulai tidak betah dengan pembelajaran luring, dimana 67% guru
menerima keluhan peserta didik terkait pembelajaran luring yang dirasa tidak menyenangkan.

SIMPULAN

Pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 khususnya pembelajaran luring masih


memiliki banyak masalah yang membutuhkan perhatian lebih dari dinas pendidikan. Tidak
adanya pembimbingan dan pelatihan membuat pihak sekolah seperti dilepas begitu saja untuk
mencari metode. Dari metode yang diterapkan oleh sekolah, semuanya memiliki permasalahan
yang berefek pada pelaksanaan pembelajaran luring seperti, peserta didik yang tidak
mengumpulkan tugas, peserta didik tidak datang saat kunjungan guru atau saat disuruh
berkunjung ke sekolah.

Anda mungkin juga menyukai