Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN

SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Pandemi covid 19 telah memengaruhi seluruh sendi kehidupan manusia secara global.
Dunia pendidikan tidak luput dari situasi ini. Banyak pihak berupaya mengatasinya demi
kelancaran kerja. Salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran covid 19 adalah
mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah untuk para pelajar dan mahasiswa. Selama masa
pandemic covid 19, SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo (tempat penulis mengabdi)
menerapkan 3 bentuk pembelajaran, yakni :
1) Pembelajaran dalam jaringan (daring).
Media pembelajaran yang digunakan adalah google classroom, zoom, google form
dan whatsapp group. Awalnya tingkat keikutsertaan peserta didik sangat rendah (20% -
40%), tetapi pelan-pelan partisipasi mereka meningkat hingga mencapai angka 90% -
100%. Namun, tingkat partisipasi yang tinggi berbanding terbalik dengan tingkat
ketercapaian indikator pada setiap KD (Kompetensi Dasar). Masih banyak siswa yang
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) bahkan ada siswa yang tidak
menyelesaikan tugas sama sekali.
Menanggapi keadaan di atas, penulis merefleksikan proses pembelajaran daring
juga menanyakan beberapa peserta didik alasan mengapa mereka belum dapat mencapai
KKM. Hasil refleksinya adalah sebagai berikut:
a) Pendidik belum terbiasa mengajar daring, sehingga penyajian materi ajar kurang
menarik.
b) Peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran daring, sehingga mereka malas
mengikuti proses pembelajaran.
c) Peserta didik terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan oleh setiap guru mata
pelajaran. Tugas yang diberikan oleh guru pada masa covid 19 sedikit lebih sulit dan
banyak dibandingkan pada saat tatap muka.
d) Peserta didik tidak mempunyai smart phone atau laptop, tidak ada jaringan listrik dan
internet di tempat tinggal mereka sehingga komunikasi terganggu.
e) Beberapa siswa harus pergi mencari signal dan listrik ke kampung-kampung tetangga
yang jaraknya terbilang jauh.
2) Pembelajaran tatap muka dengan menerapkan sistem shift.
Menyadari hasil refleksi di atas, menimbang jumlah pasien Covid-19 di Manggarai
Barat yang sudah menurun sambil memperhatikan protokol kesehatan, maka dewan
pendidik di SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo memutuskan untuk melaksanakan
pembelajaran tatap muka dengan menerapkan sistem shift. Cara ini sedikit lebih efektif,
karena selain tatap muka, para peserta didik juga mengikuti pembelajaran daring.
Kendala pada penerapan pembelajaran shift adalah tidak semua orang tua menyetujui
anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka dengan sistem shift. Pihak sekolah juga
tidak memaksa, namun para guru wajib memenuhi hak-hak siswa untuk mendapat
pelajaran. Konsekuensinya, para siswa tidak diperlakukan sama, karena ada yang tatap
muka plus pembelajaran daring dan ada yang hanya daring saja. Tingkat partisipasi siswa
dan ketercapaian indikator setiap KD pada proses ini (shift) lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pembelajaran daring tanpa tatap muka.
3) Pembelajaran tatap muka tanpa shift.
Sejak April 2021 hingga awal Juni 2021, SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo
melaksanakan pembelajaran tatap muka tanpa shift. Semua peserta didik hadir. Tidak ada
lagi orang tua yang keberatan. Sekolah normal seperti biasa dengan tetap memperhatikan
protokol kesehatan. Tidak ada lagi pembelajaran daring. Meski demikian, semua kegiatan
ekstrakurikuler yang biasanya dilaksanakan pada sore hari, ditiadakan.
Lebih lanjut, penulis menyimpulkan dampak positif dan negatif dari pembelajaran
selama masa pandemi covid 19, terutama pembelajaran daring. Dampak positif antara lain:
1) Para pendidik terpacu untuk mempelajari informasi teknologi (IT) dan langsung
mengimplementasikannya.
2) Peserta didik mendapatkan pengalaman baru yaitu pembelajaran daring.
3) Mengingatkan kembali bahwa proses pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam
ruangan kelas.
4) Menyadarkan pendidik dan peserta didik untuk beradaptasi dengan perkembangan
IPTEK yang semakin canggih agar mampu berkompeten secara global.
Sementara itu dampak negatifnya adalah:
1) Para pendidik kurang mengenal peserta didik, begitu pun sebaliknya, peserta didik
kurang mengenal gurunya.
2) Tugas guru sebagai pendidik, tidak bisa berjalan secara efektif.
Mengakhiri laporan observasi ini, izinkan penulis mengutip pernyataan R.E. Indrajit;
”teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru, tetapi guru yang tidak
menggunakan teknologi akan tergantikan.”

Anda mungkin juga menyukai