Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

Anggaran Komprehensif

Rencana Subtansif

Merupakan rencana yang mencerminkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (baik
jangka pendek maupun panjang), yang menggambarkan strategi, rencana spesifik dan program
organisas, serta komitmen manajemen yang sejalan dengan pencapaian jangka panjangdari
tujuan dan perencanaan. Secara umum rencana subtansif dicirikan dengan bentuk narasi dari
rencana, bukan dalam bentuk bilangan rencana yang biasanya terdapat dalam rencana keuangan.

1) Tujuan umum perusahaan


2) Sasaran-sasaran khusus perusahaan
3) Strategi-strategi perusahaan
4) Instruksi perencanaan menajemen eksekutif

Rencana Keuangan

Merupakan langka-langka bilangan yang direncanakan dengan menerapkan tujuan


manajemen, strategi yang direncanakan, perencanaan, dan kebijakan. Sehingga rencana
keuangan ini menyajikan secara terperinci semua tujuan, rencana dan strategi manajemen ke
dalam satuan uang untuk periode waktu tertentu.

1. Rencana Laba Strategik Jangka Panjang.

Rencana laba strategik jangka panjang merupakan suatu perencanaan perusahaan untuk jangka
waktu yang relatif lama, yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih dari lima atau sepuluh
tahun. Rencana ini menjadi satu kesatuan yang utuh dari rencana-rencana yang. disusun untuk
kegiatan setiap tahun, dibuat sesuai dengan tujuan umum perusahaan, sasaran spesifik, dan
strategi jangka panjang yang telah digambarkan sebelumnya.

Jadi, rencana laba jangka panjang meliputi semua bidang aktivitas utama yang
diantisipasi, antara lain:

a. Penjualan, harga pokok, dan laba


b. Proyek besar dan penambahan investasi modal
c. Arus kas dan pembiayaan
d. Persyaratan personel

2. Rencana Laba Taktis Jangka Pendek (Tahunan)


Rencana laba taktis merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan suatu perusahaan. Secara
khusus, manajer, pemilik, dan pihak lain yang berkepentingan biasanya memerlukan jadwal,
hasil dari rencana laba secara periodik, laporan kinerja, dan evaluasi mengenai progress
perusahaan.

Rencana laba taktis ini dikelompokkan ke dalam dua jenis (1) rencana operasional
(anggaran operasional) dan (2) rencana posisi keuangan (anggaran keuangan).

a. Rencana Operasional
Anggaran operasional merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahan. Anggaran ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian:
1. Anggaran Proyeksi Laba Rugi
Dalam anggaran ini dihitung besarnya perkiraan laba menurut bagian, produk
maupun laba keseluruhan.
2. Anggaran Pembantu Laporan Laba/Rugi
Anggaran ini meliputi seluruh rencana kegiatan-kegiatan yang mendukung
penyusunan laporan laba rugi (income statement), meliputi:
a. Rencana penjualan
b. Rencana produksi
c. Anggaran biaya distribusi
d. Anggaran biaya administrasi
e. Anggaran type appropriasi

a. Rencana Penjualan

Anggaran penjualan menggambarkan tingkat pendapatan (revenue) yang bakal diterima


sebagai akibat dilakukannya penjualan-penjualan di masa yang akan datang. Rencana
penjualan menjadi unsur dasar dilakukannya penyusunan anggaran anggaran lainnya.

Anggaran penjualan ini meliputi data sebagai berikut:

 Jenis produk yang dijual


 Volume produk yang dijual
 Harga produk per satuan
 Wilayah pemasaran

b. Rencana Produksi (atau biaya persediaan)


Langkah selanjutny adalah membuat rencana produksi. Kuantitas yang dirinci dalam
rencana pemasaran disesuaikan untuk memenuhi kebijakan produksi dan persediaan,
menentukan volume barang yang harus diproduksi menurut produk, dan menurut periode
waktu. Rencana produksi ini terdiri dari beberapa subanggaran:
01. Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi

Anggaran ini menspesifikasi kuantitas barang yang diinginkan untuk produksi selama
periode anggaran. Dalam anggaran produksi diperlukan pengembangan kebijakan
mengenai tingkat produksi yang efisien, penggunaan fasilitas yang produktif, dan tingkat
persediaan (barang jadi dan persediaan barang dalam proses). Dengan demikian anggaran
produksi disajikan dengan cara:

Formula:

Kebutuhan= volume +/- perubahan persediaan


Produksi penjualan bara jadi

02. Anggaran Bahan mentah

Dalam suatu program anggaran yang komprehensif, diperlukan perencanaan dan


pengendalian bahan mentah dan komponen yang digunakan untuk menghasilkan produk
jadi. Untuk menjamin jumlah yang tepat dari bahan mentah dan komponennya benar-
benar tersedia pada saat dibutuhkan, dan untuk merencanakan jumlah biayanya, maka
rencana laba taktis harus mencakup: (1) anggaran yang terinci yang menentukan jumlah
dan biaya bahan mentah, dan (2) anggaran pembelian bahan mentah yang saling terkait.
Perencanaan bahan mentah membutuhkan empat subanggaran berikut:

 Anggaran kebutuhan bahan mentah


 Anggaran pembelian bahan mentah
 Anggaran persediaan bahan mentah
 Anggaran biaya bahan mentah yang habis dipakai untuk produksi

03. Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran Tenaga Kerja Langsung mencakup kebutuhan atas tenaga kerja langsung yang
direncanakan untuk memproduksi berbagai jenis dan kuantitas keluaran yang
direncanakan dalam anggaran produksi. Meskipun beberapa perusahaan mempersiapkan
anggaran tenaga kerja mencakup tenaga kerja langsung dan tidak langsung, namun
umumnya perusahaan lebih menyukai untuk mempersiapkan anggaran secara terpisah
antara tenaga kerja langsung dan tidak langsung, dan memasukkan tenaga kerja tidak
langsung dalam anggaran biaya overhead pabrik. Alasan untuk penggunaan anggaran
tenaga kerja langsung secara terpisah ini adalah untuk menyediakan data perencanaan
tentang jumlah tenaga kerja langsung yang dibutuhkan, biaya tenaga kerja langsung
untuk setiap unit produk, dan kebutuhan alur kas. Anggaran tenaga kerja langsung dapat
disajikan dalam beberapa cara. Anggaran terpisah biasanya dibuat menurut:
 Jam tenaga kerja langsung
 Biaya tenaga kerja langsung

04. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Sesudah rencana produksi selesai, anggaran BOP disusun bersamaan dan digabungkan dalam
sebuah rencana yang disebut rencana Harga Pokok Produk.

Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik secara
langsung maupun melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga kategon biaya yang tercakup
dalam anggaran harga pokok produk meliputi: (1) biaya bahan mentah, (2) biaya tenaga kerja
langsung, dan (3) biaya overhead pabrik. Anggaran biaya overhead pabrik merupakan
anggaran untuk semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk selain biaya
bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya overhead pabrik adalah bagian dari biaya produksi total yang tidak dapat secara
langsung diidentifikasi (ditelusuri) pada produk atau pekerjaan tertentu. Biaya ini mencakup:

 Biaya bahan mentah tidak langsung (bahan penolong)


 Biaya TK tidak langsung
 Semua jenis biaya seperti pajak, asuransi, penyusutan, biaya barang persediaan,
perbaikan, dan pemeliharaan.
c. Anggaran Biaya Pemasaran
Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan penjualan, distribusi, dan
pengiriman barang kepada pelanggan. Rencana biaya distribusi yang terpisah harus
dibuat untuk masing-masing pusat tanggung jawab dalam fungsi distribusi. Anggaran
biaya distribusi harus membedakan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan yang
tidak dapat dikendalikan, dan harus dibuat secara rinci untuk setiap periode. Anggaran
yang disiapkan oleh manajer penjualan ini harus didasarkan pada volume produksi atau
keluaran yang telah direncanakan.
d. Biaya-biaya Administrasi & Keuangan
Biaya-biaya mencakup biaya-biaya di luar biaya produksi dan biaya pemasaran. Biaya-
biaya ini timbul pada pusat-pusat tanggung jawab yang menyediakan pengawasan dan
jasa kepada semua fungsi yang ada dalam perusahaan dan bukan pada salah satu fungsi
saja. Oleh karena sebagian besar biaya ini bersi tetap maka cenderung tidak dapat
dikendalikan.
e. Anggaran Tipe Appropriasi
Anggaran ini merupakan anggaran biaya yang tidak termasuk dalam kategori anggaran-
anggaran sebelumnya.

Contoh:

 Anggaran penelitian dan pengembangan


 Anggaran promosi
 Anggaran pemeliharaan, dan lain-lain

b. Rencana Posisi Keuangan

Rencana posisi keuangan disusun sebagai akibat terjadinya perubahan kekayaan, utang, dan
piutang perusahaan. Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh kegiatan yang dilakukan
perusahaan.

Anggaran ini meliputi:

1) Anggaran Proyeksi Neraca


Anggaran ini mencerminkan perkiraan semua aktiva dan pasiva yang akan dimiliki
perusahaan pada akhir suatu periode produksi.

Aktiva:

 Aktiva Lancar
 Aktiva Tetap

Pasiva:

 Utang Jangka Pendek


 Utang Jangka Panjang
 Modal

2) Anggaran Pembantu Proyeksi Neraca


Anggaran ini merinci masing-masing pos yang ada dalam neraca, terutama pos-pos yang
berhubungan dengan masalah likuiditas perusahaan. Pos-pos tersebut antara lain:
a. Anggaran Kas
Anggaran ini terdiri dari dua arus kas, (1) Aliran Kas Masuk dan (2) Aliran Kas Keluar.
Aliran kas masuk dapat berasal dari penjualan produk secara tunai, penagihan-penagihan
piutang dari penjualan kredit, penerimaan-penerimaan lain (bunga, dividen), penjualan
aktiva maupun pinjaman-pinjaman yang dilakukan. Aliran kas keluar dapat bersumber
dari pembelian bahan mentah. untuk keperluan produksi, pembayaran upah buruh, biaya-
biaya overhead pabrik seperti biaya listrik, bahan penolong, serta pengeluaran-
pengeluaran untuk kepentingan ekspansi seperti pembelian mesin-mesin baru, perluasan
bangunan atau pabrik dan lain-lain.
b. Anggaran Piutang
Anggaran piutang mendasarkan diri pada anggaran penjualan. Dalam kebijakan penjualan
produk, sebagian dilakukan secara kredit dengan ditentukan syarat-syarat pembayaran
tertentu (term of sales).
c. Anggaran Utang
Anggaran Utang disusun dengan mendasarkan diri pada:
• Besarnya pembelian-pembelian secara kredit
• Besarnya bunga pinjaman yang belum dibayar
d. Anggaran Penambahan Modal
Anggaran penambahan modal pada dasarnya disusun untuk jangka panjang.
e. Anggaran Penyusutan Aktiva
Anggaran depresiasi perlu disusun secara khusus, karena aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan lebih dari satu, dengan umur ekonomis yang berbeda dan metode perhitungan
penyusutan dapat ditentukan secara berlainan pula.
f. Rencana Arus Kas

Anggaran Biaya Variabel (Rumus Biaya-output)

Anggaran ini berupa informasi realistis mengenai biaya yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah anggaran untuk berbagai macam volume keluaran atau tingkat aktivitas dalam setiap
pusat tanggung jawab. Anggaran variabel menyediakan rumus untuk setiap biaya dalam pusat
tanggung jawab. Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara biaya terhadap keluaran
(volume kerja). Setiap rumus mencakup faktor biaya yang konstan dan tarif biaya variabel.

Dalam proses penganggaran rumus anggaran biaya variabel tersebut digunakan dalam 2 (dua)
tahap yakni (1) laporan pengendalian kinerja dan (2) untuk mengembangkan biaya yang
termasuk dalam pembuatan rencana laba taktis. Apabila rumus biaya variabel dikembangkan.
bersamaan dengan rencana laba strategis dan taktis, maka dapat digunakan untuk menghitung
jumlah biaya yang dianggarkan dalam rencana laba yang taktis. Perhitungannya dilakukan
dengan cara mengalikan keluaran atau aktivitas yang direncanakan dari setiap pusat tanggung
jawab dengan tarif biaya variabel yang berhubungan untuk setiap pusat dan kemudian tambahkan
biaya tetap untuk pusat tersebut.

Data Pelengkap

Contoh dari data pelengkap ini berupa Analisis Biaya, Volume, dan Keuntungan (Analisis Cost
Profit-Volume/Analisis Break Even). Dengan analisis ini dapat menilai apakah sasaran penjualan
yang telah ditentukan dapat memberikan keuntungan atau tidak, dan seberapa jauh kemunduran
penjualan dapat ditolerir. Analisis ini juga berguna untuk menentukan penjualan yang seharusnya
diperoleh perusahaan yang dapat memberikan sejumlah laba tertentu. Untuk menentukannya
dilakukan dengan cara jumlah penjualan yang diperoleh sama dengan jumlah penjualan pada
keadaan break even ditambah sejumlah penjualan lain yang diperlukan untuk memperoleh laba
yang dimaksud. Keadaan Break Even merupakan suatu keadaan dimana penghasilan dari
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat
tetap.

Analisa ini juga mampu menunjukkan bagaimana jumlah keuntungan yang diperoleh akan
berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau lebih dari faktor berikut ini:
 Harga jual produk: naik atau turunnya harga jual akan berpengaruh terhadap penghasilan dari
penjualan.
 Jumlah unit yang terjual: juga perubahan dari jumlah unit terjual akan secara langsung
memengaruhi penghasilan penjualan.
 Biaya produksi dan/atau biaya usaha: yang terakhir ini akan memengaruhi biaya keseluruhan
yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan.

Oleh karena laba adalah selisih antara penghasilan penjualan dengan keseluruhan biaya, maka
perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan memengaruhi laba yang
diperoleh. Oleh karena itu analisis ini kerap dikenal sebagai Analisis Cost-Profit-Volume.

Asumsi Analisis Break Even

Analisa Break Even membutuhkan asumsi tertentu sebagai dasar, antara lain:

Biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan
demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.

Biaya yang diperkirakan dapat dipisahkan antara yang bersifat variabel dan fixed.

Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi. Dengan tingkat persediaan tidak perubahan.

1. Harga jual produk pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan.
2. Efisiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya
variabel untuk setiap unit sama untuk berbagai volume produksi.
3. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung
berpengangaruh terhadap beban tetap keseluruhan.
4. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Apabila dalam
kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap
sama.

Cara Penentuan Tingkat Break Even

Terdapat tiga cara pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung tingkat break event
perusahaan untuk suatu periode. Tiga pendekatan itu adalah:

1. Pendekatan secara tabelaris, yaitu dengan cara menghitung jumlah jumlah penghasilan dan
biaya pada berbagai tingkat atau volume penjualan/produksi.
2. Pendekatan secara grafis, jumlah penghasilan, biaya tetap, dan biaya total pada berbagai
tingkat penjualan dan produksi.
3. Pendekatan secara arithmatic, yaitu dengan menggunakan rumus berikut:

a. pendekatan Total

BE= TFC

1-TVC

TR

BE= Biaya tetap keseluruhan


Laporan Kinerja

Laporan kinerja dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan laporan bulanan. Laporan ini berisi (1)
perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan, dan (2) memperlihatkan
setiap perbedaan sebagai varians kinerja yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan.

Perbedaan yang jelas harus dibuat antara laporan keuangan eksternal dan internal.
Laporan internal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) laporan statistik yang memberikan statistik kuantitatif internal dasar mengenai operasi
b) laporan manajerial yang khusus mengenai masalah yang tidak berulang dan masalah khusus
c) laporan kinerja periodik

Laporan harus memusatkan pada pengendalian yang dinamis dan terus-menerus disesuaikan
untuk menentukan tanggung jawab manajerial. Laporan ini umumnya berulang, laporan jangka
pendek dibuat untuk setiap pusat tanggung jawab dan penting untuk pengendalian yang efektif.

Tindak Lanjut, Tindak Perbaikan, dan Laporan Perencanaan Ulang

Setelah laporan kinerja dibuat berdasar pada tanggung jawab, maka laporan tersebut akan
menjadi dasar untuk ditentukannya tindak lanjut yang efektif. Sangat penting bagi perusahaan.
untuk menentukan sebab dan akibat. Variasi kinerja merupakan hasil (akibat), sehingga
manajemen lebih lanjut harus dapat menentukan sebab apa yang mendasarinya. Identifikasi
sebab ini menjadi tanggung jawab utama manajer lini.

Analisis sebab-sebab yang mendasari suatu variasi kinerja yang menguntungkan ataupun
yang tidak menguntungkan harus menjadi prioritas perusahaan. Pada kasus varians yang tidak
menguntungkan, identifikasi penyebab dasar akan memberikan suatu alternatif tindakan
perbaikan yang diperlukan. Demikian juga pada kasus varians yang menguntungkan, penyebab
dasar perlu diidentifikasi. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk memberikan informasi yang bernilai
peningkatan efisiensi dan bagi pengembangan dukungan yang positif pada operasi dan karyawan
yang kurang berhasil.
ANGGARAN KOMPREHENSIF

Dari pembahasan singkat enam komponen dasar anggaran di atas bermanfaat untuk memberikan
Secara ringkas alur dari Anggaran Komprehensif ditunjukkan oleh Bagan 4.1 berikut:

Tujuan Umum

Sasaran Khusus

Strategi Dasar

Memorandum Alasan Perencanaan

Ikhtisar Pengajuan Proyek

Rencana Laba Strategi Jangka Panjang

Anggaran Penjualan

Produksi & Persediaan barang jadi Harga pokok penjualan

Bahan Mentah Langsung Biaya Pemasaran

Pembelian Bahan baku Mentah Biaya Administrasi

Persediaan Bahan Mentah

Buruh Langsung Pendapatan dan Biaya lain-lain

Overhead Pabrik Tambahan Modal

Rencana Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi Laporan arus kas

Laporan Laba Ditahan Neraca

KASUS ANGGARAN KOMPREHENSIF

Gambaran Umum Perusahaan.

CV. KUSEN RATTAN FURNITURE adalah salah satu perusahaan ekspor mebel rotan di
daerah Cirebon Jawa Barat. Produk yang dihasilkan terdiri dari 2 jenis mencakup: Meja dan
Kursi Rotan, dengan berbagai model sesuai pesanan. Beberapa model yang pernah diproduksi
adalah Arm Chair (Meja & Kursi tamu), Love Chair (Sofa), dan Dining Chair (Meja & Kursi
Makan). Perusahaan berdiri pada tahun 1975 di Jl. Semambu 97 Tegalwangi Cirebon.

CV. KUSEN RATTAN FURNITURE didukung 100 karyawan, yang terdiri dari 20 karyawan
manajer dan staf, serta 80 tenaga buruh pabrik yang sebagian besar merupakan tenaga borongan.
Sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan berdisiplin dan dedikasi kerja yang tinggi yang
menjadikan perusahaan terdukung untuk menghasilkan produk-produk berkualitas. Dengan
kualitas produk, distribusi dan pengiriman tepat waktu, serta harga yang bersaing, CV. KUSEN
RATTAN FURNITURE tetap dapat bertahan dan berkembang.

(lanjut di EXCEL)

Anda mungkin juga menyukai