Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Tek

Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun


hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Pemanfaatan Min
inyak Goreng Bekas Menjadi Detergen
De Alami
Melalui Kombin
binasi Reaksi Trans-esterifikasii dan
da Sulfonasi

Aga Aulia Rahman an(L2C607002) dan Galih Satrio Lelono (L2C607026)


(L2
Jurusan Tekni
nik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Dipon
onegoro
Jln. Prof. Sudharto,
to, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
(02
Pembi
bimbing : Dr. Mohamad Djaeni, S.T., M.Eng
Abstrak

Deterjen adalah pproduk yang banyak digunakan oleh masyarakat untu ntuk membersihkan pakaian.
Mengingat efek buruk dete etergen sintetis bagi alam yaitu susah terdegradasi oleh
leh alam, maka perlu di cari
inovasi pengganti bahann ppembuatan detergen yang ramah lingkungan dann juga j pengurangan limbah
minyak goreng bekas yang ng cukup melimpah. Dengan dilakukannya studi ini dih iharapkan dapat mengetahui
kondisi optimum pembuata atan detergen alami dari minyak goreng bekas dengann teknologi
t tepat guna, serta
mengetahui variabel yangg bberpengaruh dalam pembuatannya.
Penelitian dilakuk
ukan dengan memproduksi Metil ester sulfonat (MES) S) sebagai bahan aktif dalam
detergen dengan proses kom ombinasi trans-esterifikasi dan sulfonasi dengan bahann baku
b minyak goreng bekas
yang selanjutnya di pelajari
jari kondisi operasi dalam pembuatan detergen alami dar
dari MES yang di campurkan
bahan lain sebagi kompo posisi detergen tersebut. Penelitian ini mengkaji suhusu operasi, %zeolit, dan
kecepatan pengadukan sehi ehingga di dapat kondisi operasi optimum dalam pemb mbuatan detergen alami dari
minyak goreng bekas.
Variabel tetap yan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume MES ME sebanyak 100ml, berat
CMC sebanyak 20%, berat rat soda ash sebanyak 45%, dan jenis bahan penunjangg yyaitu zeolit Na . Sedangkan
variabel berubahnya adalahlah suhu operasi pada 60oC, 80oC dan 100oC, % zeolit lit sebanyak 10%, 20%, dan
30%, serta kecepatan peng ngadukan 120 rpm, 180 rpm dan 240 rpm. Hasil penel nelitian menunjukkan bahwa
kondisi optimum pada suhuuhu 105°C, kecepatan pengadukan 260 rpm, dan % zeol eolit sebanyak 32% sehingga
menghasilkan daya deterge rgensi sebesar 46% mendekati daya detergensi surfak faktan LAS murni sehingga
detergen dari minyak gorinring bekas ini layak di gunakan. Variabel bebas yangg ppaling berpengaruh adalah
kecepatan pengadukan, dii ikuti
i oleh %zeolit kemudian suhu.
Kata kunci : Sulfo
ulfonasi, MES, metil ester sulfonat, detergen, zeolit

Abstract

Detergent is a prod
roduct that is widely used by people to clean clothes. Given
G the adverseeffects of
synthetic detergents for nature
nat that is difficult to be degraded by nature,, innovation is needed to
find substitute materials are environmentally friendly manufacture of detergen ents and waste reduction are
also used frying oil which
whi is relatively abundant. By doing this study expe xpected to find the optimum
condition ofmaking a naturtural detergent used waste cooking oil with appropriate
ate technology, and know the
variables that influence in the
t making.
Research done byy producing Methyl ester sulfonate (MES) as the aactive ingredient with the
combination of trans-esteri
terification and sulfonation with the raw material usedd frying
f oils that the further
study of operating conditioitions in the manufacturing of natural detergent fromm MES in the mix of other
materials such as a deterg
ergent composition. The research studied about opera rating temperature, %zeolit,
and stirring speed so thatt th
the optimum operating conditions to the making of nat
natural detergent from waste
cooking oil.
Fixed variable used
ed in this study is the volume of MES as much as 100 00ml, CMC weight20%, the
weight of soda ash by 45%,%, and type of supporting material
nging variable is the operating temperature of 60oC, 80oC
is zeolite Na. While changi
o
and 100 C, %zeolite as much as 10%, 20%, and 30%, and stirring
s speed 120 rpm,
180 rpm and 240rpm. The results showed that the optimum condition at a tempe perature of 105 ° C, stirring
speed 260 rpm, and 32% zeolite
ze to produce power by 46% detergency,
det detergency
power approaching that of pure LAS surfactant detergent of cooking oil used us is feasiblein use. The
independent variables are most influential are the stirring speed, follo ollowed by percent of
zeolite and temperature.

84
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Keyword : sulfona
nation, MES, metal ester sulfonat, detergent, zeolite
1.Pendahuluan
Deterjen adalah prododuk yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk tuk membersihkan pakaian.
Penggunaan deterjen bubuk di Indo donesia mulai mengalami peningkatan drastis pada tahu ahun 1990-an seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk da dan perkembangan industri tekstil, manufacture dan industri
in laundry. Pada lima
tahun terakhir pemakaian deterjenn bbubuk mengalami peningkatan yang cukup signifika ikan yaitu sebesar 10% per
tahun. Pada tahun 2007, kapasitas as penggunaan detergen indonesia mencapai 500,0000 to ton per tahun dimana baru
62% dipenuhi dari produksi domesti stik.(survey euromotor)
Dari semua detergenn yang
y digunakan itu hampir 80% adalah detergen yang ng terbuat dari bahan sintetis
yang tidak ramah lingkungan. Baha hayanya yaitu apabila di perairan, tidak dapat terdegra
gradasi oleh alam yang akan
menurunkan kualitas perairan, tanahah beserta biota yang didalamnya (ikan,tumbuhan, dll).l). A
Apabila hal ini tidak dicari
solusi, maka manusia sebagai konsunsumen terakhir akan menjadi akumulator dari limbahh detergen tersebut. Limbah
surfaktan dan bahan pembentuk lainlainnya pada detergen sintetis susah di degradasi olehh aalam, oleh karena itu akan
menumpuk dan menyebabkan polu olusi air, yang apabila di konsumsi oleh makhlukk hhidup akan menyebabkan
gangguan kesehatan akut. Sebagaii contoh
co adalah detergen yang memakai surfaktan ABS S yyang susah di biodegradasi
oleh alam. Dan lagi apabila dete etergen yang memakai STTP sebagai bahan tamba bahan, akan menyebabkan
pertumbuhan pesat alga yang akann m membuat sungai menjadi dangkal. (Sugiharto, 2009)
Hingga sekarang bahan
bah - bahan pencuci yang ramah lingkungan tela elah dikembangkan, namun
harganya mahal. Salah satu alternati
atif bahan yang murah adalah memanfaatkan minyak go goreng bekas sebagai bahan
baku detergen yang ramah lingkung ngan. Minyak goreng bekas mengandung Free Fatty Acid Ac (FFA) atau asam lemak
bebas (Ketaren, 1996). Kandungan an asam lemak bebas inilah yang kemudian akan dies iesterifikasi dengan metanol
menghasilkan metil ester. Sedangk gkan kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan
de metanol, yang juga
menghasilkan metil ester dan glisero
erol. Kemudian metil ester tersebut di sulfonasi untukk mmembentuk surfaktan yang
menjadi bahan baku pembuatan dete etergen atau pembersih. (Rondang Tambun, 2006)
Kelebihan detergen bahan
ba dasar minyak goreng ini adalah sisa minyak go goreng dapat dipergunakan,
sehingga mengurangi beban lingku kungan karena sampah. Dan akan menghasilkan inov ovasi produk detergen yang
mudah di biodegradasi oleh lingkung
ungan karena terbuat dari bahan alami yang ramah lingkugkungan.
Penelitian ini akan mmengkaji apakah karakteristik detergen dari minyak ak goreng bekas memenuhi
kriteria sebagai pencuci, bagaimana
na kondisi terbaik.

2. Bahan dan Metode Penelitian


Bahan. Bahan yang digunakan ad adalah minyak goring bekas sebagai bahan baku sumbe ber metil ester dan free fatty
acid. Methanol sebagai bahan ccampuran proses esterifikasi sehingga di dapatkann produk p methyl ester atau
biodiesel. NaOH sebagai kataliss dalam
d proses esterifikasi minyak goring bekas. NaHSO SO3 yang berfungsi sebagai
sumber gugus sulfonat dalam pro roses sulfonasi. Na2CO3 sebagai filler detergent bergununa memperbanyak volume
detergen. Zeolit Na sebagai bahan
han penunjang pada detergen berfungsi meningkatkann ddaya bersih. CMC sebagai
bahan penunjang detergen berfun ungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian. Aquadest est berfungsi sebagai pelarut
pembuatan detergen. Parfum dann pewarna
p untuk bahan pelengkap agar produk menarik. ik.
Persiapan Bahan Baku. Meny enyiapkan minyak goreng bakas sebagai bahan baku, ba kemudian dilakukan
penyaringan kotoran pada minyak ak goreng bekas tersebut, dan dilakukan penghilangann aira dengan cara pemanasan
pada suhu 100°.
Pembuatan Surfaktan.
Campurkan asam sulfat 0.5 wt% ddan methanol serta minyak goreng bekas dengan mola olar rasio antara alkohol dan
bahan baku minyak sebesar 6:11 dalam
d wadah berpengaduk magnetik stirer dengan ke kecepatan konstan 120 rpm,
pada suhu operasi 50°C, waktuu operasi
o 1 jam. Selanjutnya campurkan NaOH 0.5 wt%, wt methanol, dan produk
tahap pertama dengan rasio molar mo antara alkohol dan produk tahap pertama se sebesar 9:1 dalam wadah
berpengaduk magnetik stirer dengengan kecepatan konstan 120 rpm, pada suhu operasii 50 50°C, waktu operasi 2 jam.
Setelah itu diamkan hingga terbe bentuk 2 lapisan atas dan bawah, lapisan atas adalahh m metil ester dan gliserol di
bagian bawah. Pemisahannya dengan
den di sentrifugasi dengan sentrifuge. Setelah dipis
pisahkan dari gliserol, metil
ester tersebut selanjutnya dicucii dengan
d air distilat panas (10 vol%). Keringkan air yan
ang terdistribusi dalam metil
ester dengan garam penarik air ir (MgSO4 anhidrid). Pisahkan Metil ester dari garam am-garam yang mengendap
dengan penyaringan. Filtrat yangng diperoleh merupakan senyawa metil ester. Dari met etil ester yang terbentuk, di
sulfonasi dengan zat pensulfonat at NaHSO3, dengan perbandingan mol reaktan 1 : 1,5 sambil dipanaskan pada
suhu 109°C selama 4,5 jam, kemu mudian hasilnya di murnikan dengan metanol 35% den engan suhu 55°C selama 1,5
jam. Kemudian di netralisasi hingga
hi mencapai PH netral dengan NaOH 20% (Sr Sri Hidayati, 2008). Akan
dihasilkan produk Metil Esterr Sulfonat(MES)
S yang digunakan sebagai surfaktann dalam proses pembuatan
detergen
Pencetakan Detergen.

85
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Mencampur surfaktan hasil perco


cobaan sebelumnya dengan sodium sulfat, CMC lokal,
al, Na2CO3, zeolit, pewarna,
dan air dalam reaktor. Panaskan
an campuran di atas, kemudian diaduk hingga homogogen. Setelah homogen, api
dimatikan kemudian dinginkan. Setelah
S dingin tambah parfum 1% berat. Kemudian larutkan
lar cairan ke bak filter,
kemudian keringkan hingga berbe
bentuk bubuk.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil Percobaan.
Dari hasil percoba
baan pembuatan detergen dari minyak goreng bekas den
engan variable %zeolit yang
tercampur, kecepatan pengadu adukan, dan suhu operasi pencampuran di tinjau darari daya detergensi produk
detergen di dapatkan hasil sepe
perti berikut:
%zeolit(gr) Pengadukan (rpm)
Pe Suhu( °C ) daya deter
tergensi(%)
10 120 60 35,
35,29
120 100 39,
39,25
240 60 37,
37,10
240 100 42,
42,50
30 120 60 36,
36,22
120 100 41,
41,91
240 60 38,
38,31
240 100 45,
45,23

Pembahasan
1. Fenomena yang terjadi pa pada saat percobaan pembuatan detergen dari miny nyak goreng bekas
Berdasarkan penelnelitian, minyak goreng bekas memiliki komposisi yang y tidak sama di setiap
tempat penghasil minyak goreng
go bekas. Oleh sebab itu pada awal percobaan kita
ita cari tahu dahulu apa saja
komposisi yang terkandung ung dalam minyak goreng bekas. Dengan alat analisa isa GC-MS, dapat diketahui
berapa persen trigliseridaa ddan free fatty acid yang terdapat di dalam minyakk goreng bekas yang untuk
selanjutnya digunakan untu tuk menghitung BM dari minyak goreng bekas.
Selanjutnya dilaku
akukan proses esterifikasi dengan mencampurkan meth ethanol dan minyak goreng
bekas dan menggunakan ka katalis asam sulfat. Ini merupakan proses pendahuluann m menggunakan katalis asam
untuk menurunkan kadarr aasam lemak bebas hingga sekitar 2%. Pada prosess ini i fenomena yang terjadi
adalah warna campuran ber erubah menjadi coklat karamel dan memiliki densitass sebesar
s 0,9016 gr/ml.
Produk hasil dar ari proses esterifikasi selanjutnya digunakan dalam am reaksi trans-esterifikasi
menggunakan katalis NaO aOH 0.5 wt% dan methanol. Pada percobaan pertam ama, fenomena yang terjadi
adalah warna menjadi gela elap dan bau menyengat serta produk Metil ester tidak ak berpisah dengan gliserol
dikarenakan katalis NaOH H pada proses transesterifikasi tidak berfungsi lagi kakarena PH hasil esterifikasi
yang memakai katalis H2SO4 belum netral dan masih bersifat asam, sehing ingga ketika masuk proses
transesterifikasi hanya terj
erjadi penetralan antara H2SO4 dengan NaOH. Oleh eh sebab itu setelah proses
esterifikasi, produknya haru
arus dinetralkan terlebih dahulu sebelum ke tahap trans--esterifikasi.
Fenomena yang terjadi
te pada percobaan selanjutnya setelah produk ester
terifikasi dinetralkan terlebih
dahulu dan melalui proses es trans-esterifikasi yaitu warna campuran tetap berwawarna coklat karamel. Akan
tetapi setelah metil ester dan
da gliserol terpisah, warna metil ester coklat muda danan warna gliserol coklat tua.
Densitas metil ester sebes esar 0,875 g/ml, yield pembentukan metil ester sebe ebesar 60% dengan produk
samping berupa gliserol.
Reaksi yang terjad
jadi pada proses esterifikasi dan trans esterifikasi :

Mekanisme reaksi si transesterifikasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pe


pertama adalah penyerangan
ikatan karbonil pada triglise
liserida oleh anion dari alkohol dan membentuk zat antantara tetrahedral. Pada tahap
kedua, zat antara tetrahedra
dral bereaksi dengan alkohol dan terbentuk anion dari ri aalkohol. Pada tahap akhir,
zat antara tetrahedral meng gliserol. (Siti Miskah, Jurnal
ngalami transfer proton sehingga terbentuk ester dan gli
Rekayasa sriwijaya 2008)
Pada proses sulfo
lfonasi, terjadi proses pembentukan surfaktan dimana na metil ester di reaksikan
dengan NaHSO3. Sulfonasi asi adalah proses kimia yang memasukkan gugus sulfo lfonat SO3H atau garamnya
atau sulfonil halida, misall S
SO2Cl, ke dalam suatu senyawa organik. Gugus ini dapat
da terikat dengan atom C

86
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

atau N. Dengan proses sulfonasi,


su metil ester akan diubah menjadi metil esester sulfonat (MES) yang
merupakan jenis surfaktann yang
y ramah lingkungan.(Ari Imam Sutanto, 2007)
Proses sulfonasii m
metil ester terjadi ketika bahan baku mengalami konta
ntak langsung dengan gugus
ertama adalah masuknya SO3 ke dalam gugus alkoksy sehingga
sulfonat, dimana reaksi pert s membentuk SO3-
mono-adduct dimana selanj
anjutnya bereaksi kembali dengan SO3 membentuk SO33-di-adduct.

Reaksi Sulfonasi Methyl Ester (Tano, 2003)


Reaksi sulfonasi secara gari
aris besar pada saat penelitian :

Dari reaksi tersebu


ebut, dimana metil ester bereaksi dengan sodium bisulfit
lfit membentuk MES. Gugus
sulfonat dari sodium bisulsulfit bergabung dengan gugus hidrokarbon dari metil etil ester sehingga terbentuk
senyawa metil ester sulfonanat(MES).
Fenomena yang te terjadi pada proses ini yaitu warna campuran berubah
ah menjadi coklat kekuning-
kuningan dan berbau agakk wangi
w dengan densitas MES sebesar 0,875 g/ml.
Pada pembuatann detergen dengan mencampurkan bahan pembentuk tuk detergen dan mengatur
variabel sehingga didapatt kkomposisi detergen dengan kemampuan terbaik.
Produk detergent yang didaidapatkan berwarna putih dan bintik-bintik hijau.
Detergen yang dihasilkan
di pada penelitian ini adalah detergen (alfa
alfa SFMe) dan merupakan
surfaktan anionik yang terdrdiri dari rantai alkyl panjang C14, C16 dan C18.
Daya detergensii detergen
d (alfa SFMe) yang dibuat dari minyak kela
elapa (alami) ini cenderung
relatif tinggi seiring deng
engan meningkatnya kesadahan air, sementara daya ya detergensi LAS (Linear
Alkylbenzene Sulphonate) te) yang terbuat dari turunan minyak bumi (sintetis) is) menurun tajam. Hal ini
menunjukkan bahwa deter tergen (alfa SFMe) merupakan surfaktan yang cocok cok sebagai detergen bebas
pospat. Detergen alami inini mempunyai kemampuan biodegradasi yang sama bai aiknya dengan LAS. Hal ini
menunjukkan bahwa miny nyak nabati seperti kelapa sawit dapat digunakan seba
ebagai bahan baku detergen
dengan daya pencucian yan ang tinggi.
(Andri Maulana, Pemb
mbuatan Biodiesel dari CPO)

2. Pengaruh variable %zeoli


olit dan suhu terhadap daya detergensi

Dengan memakai program statistic


s 6 analysis of an
experiment with two level factor,
fac didapatkan hubungan
antara % zeolit dan suhu.. Dapat
D ditarik kesimpulan,
bahwa semakin tinggi suhu serta
ser %zeolit, maka semakin
besar daya detergensi karenaa campuran cepat homogen
pada suhu tinggi dan tercamp
mpur dengan baik bila pada
suhu tinggi sehingga meningingkatkan daya detergensi.
Sedangkan peran zeolit dii sini sebagai sebagai zat
antiredeposisi dimana mencecegah kotoran kembali ke
kain, juga dapat menurunka kan tingkat kesadahan air
pencuci.

Ekor : Hidr
idrofobik (grup nonpolar) Kepala : Hidrofilik (gru
grup polar)

Bersifat hidrofobik
hid dalam media air Bersifat hidrofilik dalam
lam media air

87
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Diatas permukaan
aan zeolit, surfaktan akan membentuk dua lapisan. Lapisan L surfaktan pertama
kepala surfaktan yang bermrmuatan positif menempel pada permukaan zeolit yang ng bermuatan negatif sedang
ekornya mengarah keatas. s. Kemudian
K lapisan kedua, ekor surfaktan menempell padap ekor surfaktan lapisan
pertama sehingga kepala ya yang bermuatan positif berada diatas. Hal ini mengakib
kibatkan detergen bermuatan
positif dan siap untuk menenjerap molekul atau ion bermuatan negatif. Sehingga gga dalam proses penjeratan
kotoran, zeolit berperan dalam
d hal pengikatan kotoran sebagai zat antiredepo eposisi dan semakin banyak
persen zeolit yang dipakai
ai dalam
d campuran akan membuat detergen semakin baik aik dalam mengikat kotoran.
Dan dapat di simp
impulkan bahwa semakin banyak zeolit akan meningka gkatkan daya detergensi dari
detergen. Kondisi ini optim
imum pada suhu 105°C, dan %zeolit 32%.
(www.
w.majarimagazine.com/2008/05/produksi_metil _ester_s r_sulfonat_untuk_surfactant)
3. Pengaruh %zeolit dengan an kecepatan pengadukan terhadap daya detergensi
Dengan memakai program statistic 6, diddidapatkan hubungan antara
% zeolit dan kecepatan pengadukan. Dap apat ditarik kesimpulan,
bahwa semakin tinggi kecepatan pengadu adukan serta %zeolit, maka
semakin besar daya detergensi karena campuran
ca cepat homogen
pada kecepatan tinggi dan tercampur den engan baik karena
tumbukan antar partikel semakin banyak ak sehingga tercipta produk
detergen yang daya detergensinya optimaimal. Sedangkan peran zeolit
di sini sebagai sebagai zat antiredeposisi
isi dimana mencegah
kotoran kembali ke kain, juga dapat men enurunkan tingkat
kesadahan air pencuci.
zeolit permukaannya bermuatantan negatif sehingga dia
mampu mengikat ion – ion positif seperterti Na+, Ca2+ yang bisa
ditukar dengan ion lain.
Diatas permukaan zeolit, surfakt ktan akan membentuk dua
lapisan. Lapisan surfaktan pertamaa kepala surfaktan yang
bermuatan positif menempel padaa permukaan zeolit yang
bermuatan negatif sedang ekornya meengarah keatas. Kemudian
lapisan kedua, ekor surfaktan menem empel pada ekor surfaktan
lapisan pertama sehingga kepala yangg bermuatan positif berada
diatas.
Hal ini mengakibatkan deterg rgen bermuatan positif dan
siap untuk menjerap molekekul atau ion bermuatan negatif. Sehingga dalam proses ses penjeratan kotoran, zeolit
berperan dalam hal pengikaikatan kotoran sebagai zat antiredeposisi dan semakin in banyak persen zeolit yang
dipakai dalam campuran akan
ak membuat detergen semakin baik dalam mengikatt kotoran. k
Dan dapat di simp
impulkan bahwa semakin banyak zeolit akan meningka gkatkan daya detergensi dari
detergen. Kondisi ini optim
imum pada kecepatan 260rpm, dan %zeolit 32%.
(sumber : www.materterialcerdas.wordpress.com)
4. Pengaruh suhu dengan ke kecepatan pengadukan terhadap daya detergensi
Dengan memakai program statistic 6, di didapatkan hubungan antara
suhu dan kecepatan pengadukan te terhadap daya detergensi
detergen. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa
ba semakin tinggi suhu
serta kecepatan pengadukan, maka sema makin besar daya detergensi
karena campuran cepat homogen padaa suhu s tinggi dan tercampur
dengan baik bila pada suhu tinggii serta di tambah dengan
kecepatan yang tinggi sehingga moleku ekul yang ada dalam proses
semakin sering bertabrakan dan meng nghasilkan produk detergen
yang memiliki daya detergensi optimal. l.

Hal tersebut sesuaii dengan


d persamaanm arrhenius :

Dimana :
K = rate constan R = konstan
tanta
A = faktor tumbukan
kan T = suhu
EA = energi aktivasi
si

88
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Dari persamaan tersebut


te dapat diketahui bahwa apabila nilai faktorr tumbukan semakin besar,
maka laju reaksi pun sem emakin besar, dalam hal ini faktor tumbukan semak akin besar dengan semakin
besarnya kecepatan pengad adukan sehingga campuran bahan detergent lebih homog ogen.
Untuk suhu dapat at di tinjau dari persamaan arrhenius dimana semakinn besar
b nilai suhu, maka laju
reaksi pun semakin besarr sehingga
se campuran bahan detergent lebih homogen.
Kondisi ini optimu
mum pada suhu 105°C, dan kecepatan pengadukan 260r 0rpm. (sumber : www.chem-
is-try.org)
Kondisi operasii op
optimum didapatkan yaitu pada suhu 105°C, pengadu dukan 260 rpm, dan %zeolit
32%. Dari kondisi optimu imum tersebut akan dihasilkan daya detergensi sebes besar 46%, mendekati daya
detergensi LAS murni sebe ebesar 48,47% (maisara dewi nurul huda dkk)
5. Pencarian variable yangg berpengaruh
b
Dari grafik paretto di atas,
as, didapatkan hasil bahwa
variable yang paling berpengaruhh pada proses pembuatan
detergen ini yaitu suhu, kemudiann kecepatan
k pengadukan, di
ikuti dengan %zeolit.
Suhu merupakan variabell yang paling berpengaruh
dalam percobaan ini, dikarenakan apabila
apa suhu semakin tinggi,
maka campuran akan lebih homogen en walau tanpa pengadukan.
Dan apabila suhu rendah, maka camp
mpuran akan susah homogen
tanpa pengadukan. Hal tersebut kar arena semakin tinggi suhu,
molekul yang ada di dalam camp mpuran saling bertabrakan
semakin cepat sehingga campura uran yang di dapat lebih
homogen. Hal tersebut sesuai dengan
an rumus arrhenius :

Dimana semakin besar suhu


uhu akan memperbesar laju rekasi yang dalam hal ini membuat
me campuran semakin
homogen dan tercampur sempurna
sem
Pengadukan meru rupakan variabel kedua yang berpengaruh dalam arti rti lain merupakan variabel
penunjang dari proses menencampur bahan-bahan dalam detergent. Dengan sema makin tingginya pengadukan
akan semakin menunjang ppencampuran dari bahan-bahan pembentuk detergen.
Untuk %zeolit berpengaruh
be terhadap kemampuan detergen untuk mencegah
m kotoran kembali
kepada kain, jadi dalam ha
hal variabel %zeolit tidak terlalu berpengaruh besar karena
ka di dalam kandungan
detergen sendiri sudah adaa surfaktan sebagai pengangkat kotoran.
(www.chem-is-try.org)

4. Kesimpulan
a. Fenomena yang terjadi pada
pa proses pembuatan detergen dari minyak goreng ng bekas antara lain melalu
proses pembentukan metil
etil ester yang kemudian di sulfonasi menjadi MES ES sebagai surfaktan yang
digunakan sebagai bahan pe
pembuat detergen
b. Kemampuan detergen yan ang menggunakan MES sebagai detergen memilik ddaya bersih sebesar 46%,
hampir sama dengan detertergen yang menggunakan bahan LAS sebesar 48,47%47%. Oleh sebab itu bahwa
minyak nabati seperti miny
inyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan ba
baku detergen dengan daya
pencucian yang cukup tingg
nggi.
c. Kondisi operasi optimum m dalam pembuatan detergen alami dari minyak gorenreng bekas yaitu pada suhu
105°C, kecepatan pengadukukan 260 rpm, dan %zeolit 32%.

Ucapan Terima Kaih


Terima kasih disampaikann kkepad DIKTI dalam penyelenggaraan kegiatan progr
ogram kreatifitas mahasiswa
2010 yang telah membiayai program
ram penelitian ini.

Daftar Pustaka
Ari Imam Sutanto, Sintesa Metil
etil Ester Sulfonat dari Metil Ester Berbahan Baku PKO
O pada Skala Pilot Plant
Buku Ajar Teknologi
Tek Oleokimia, diakses dari http:///D|/E-
Learning/Teknologi% i%20Oleokimia/Textbook/COVER.htm pada tanggal 133 A Agustus 2009.
Converting Waste Cooking Oil into Liquid Soap, diakses dari http://www.freepaten tentsonline.com/4792416.pdf
pada tanggal 10 Agusustus 2009.
Detergen, diakses dari http://ww
www.freepatentsonline.com/20090111721.pdf pada tanggnggal 10 agustus 2009.

89
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

ses dari http://www.freepatentsonline.com/7153820.pdf


Detergen Composition, diakses df pada tanggal 10 Agustus
2009
dkk, Detergensi Surfaktan Anionik Hasil Sublasi Laruta
Maisara Dewi Noorul Huda, dk utan Deterge. Jurusan Kimia,
Fakultas MIPA, Unive
iversitas Diponegoro.
eering Hand Book, 3rd edition. Mc Graw Hill Book Coor
Perry, R. H. Chemical Engineer orperatioon. 1984.
Suirta I.W, Preparasi Biodies
iesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurusan FMIMIPA Universitas Udayana,
Jimbaran Bali.

90

Anda mungkin juga menyukai