Pemanfaatan Min
inyak Goreng Bekas Menjadi Detergen
De Alami
Melalui Kombin
binasi Reaksi Trans-esterifikasii dan
da Sulfonasi
Deterjen adalah pproduk yang banyak digunakan oleh masyarakat untu ntuk membersihkan pakaian.
Mengingat efek buruk dete etergen sintetis bagi alam yaitu susah terdegradasi oleh
leh alam, maka perlu di cari
inovasi pengganti bahann ppembuatan detergen yang ramah lingkungan dann juga j pengurangan limbah
minyak goreng bekas yang ng cukup melimpah. Dengan dilakukannya studi ini dih iharapkan dapat mengetahui
kondisi optimum pembuata atan detergen alami dari minyak goreng bekas dengann teknologi
t tepat guna, serta
mengetahui variabel yangg bberpengaruh dalam pembuatannya.
Penelitian dilakuk
ukan dengan memproduksi Metil ester sulfonat (MES) S) sebagai bahan aktif dalam
detergen dengan proses kom ombinasi trans-esterifikasi dan sulfonasi dengan bahann baku
b minyak goreng bekas
yang selanjutnya di pelajari
jari kondisi operasi dalam pembuatan detergen alami dar
dari MES yang di campurkan
bahan lain sebagi kompo posisi detergen tersebut. Penelitian ini mengkaji suhusu operasi, %zeolit, dan
kecepatan pengadukan sehi ehingga di dapat kondisi operasi optimum dalam pemb mbuatan detergen alami dari
minyak goreng bekas.
Variabel tetap yan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume MES ME sebanyak 100ml, berat
CMC sebanyak 20%, berat rat soda ash sebanyak 45%, dan jenis bahan penunjangg yyaitu zeolit Na . Sedangkan
variabel berubahnya adalahlah suhu operasi pada 60oC, 80oC dan 100oC, % zeolit lit sebanyak 10%, 20%, dan
30%, serta kecepatan peng ngadukan 120 rpm, 180 rpm dan 240 rpm. Hasil penel nelitian menunjukkan bahwa
kondisi optimum pada suhuuhu 105°C, kecepatan pengadukan 260 rpm, dan % zeol eolit sebanyak 32% sehingga
menghasilkan daya deterge rgensi sebesar 46% mendekati daya detergensi surfak faktan LAS murni sehingga
detergen dari minyak gorinring bekas ini layak di gunakan. Variabel bebas yangg ppaling berpengaruh adalah
kecepatan pengadukan, dii ikuti
i oleh %zeolit kemudian suhu.
Kata kunci : Sulfo
ulfonasi, MES, metil ester sulfonat, detergen, zeolit
Abstract
Detergent is a prod
roduct that is widely used by people to clean clothes. Given
G the adverseeffects of
synthetic detergents for nature
nat that is difficult to be degraded by nature,, innovation is needed to
find substitute materials are environmentally friendly manufacture of detergen ents and waste reduction are
also used frying oil which
whi is relatively abundant. By doing this study expe xpected to find the optimum
condition ofmaking a naturtural detergent used waste cooking oil with appropriate
ate technology, and know the
variables that influence in the
t making.
Research done byy producing Methyl ester sulfonate (MES) as the aactive ingredient with the
combination of trans-esteri
terification and sulfonation with the raw material usedd frying
f oils that the further
study of operating conditioitions in the manufacturing of natural detergent fromm MES in the mix of other
materials such as a deterg
ergent composition. The research studied about opera rating temperature, %zeolit,
and stirring speed so thatt th
the optimum operating conditions to the making of nat
natural detergent from waste
cooking oil.
Fixed variable used
ed in this study is the volume of MES as much as 100 00ml, CMC weight20%, the
weight of soda ash by 45%,%, and type of supporting material
nging variable is the operating temperature of 60oC, 80oC
is zeolite Na. While changi
o
and 100 C, %zeolite as much as 10%, 20%, and 30%, and stirring
s speed 120 rpm,
180 rpm and 240rpm. The results showed that the optimum condition at a tempe perature of 105 ° C, stirring
speed 260 rpm, and 32% zeolite
ze to produce power by 46% detergency,
det detergency
power approaching that of pure LAS surfactant detergent of cooking oil used us is feasiblein use. The
independent variables are most influential are the stirring speed, follo ollowed by percent of
zeolite and temperature.
84
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
Keyword : sulfona
nation, MES, metal ester sulfonat, detergent, zeolite
1.Pendahuluan
Deterjen adalah prododuk yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk tuk membersihkan pakaian.
Penggunaan deterjen bubuk di Indo donesia mulai mengalami peningkatan drastis pada tahu ahun 1990-an seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk da dan perkembangan industri tekstil, manufacture dan industri
in laundry. Pada lima
tahun terakhir pemakaian deterjenn bbubuk mengalami peningkatan yang cukup signifika ikan yaitu sebesar 10% per
tahun. Pada tahun 2007, kapasitas as penggunaan detergen indonesia mencapai 500,0000 to ton per tahun dimana baru
62% dipenuhi dari produksi domesti stik.(survey euromotor)
Dari semua detergenn yang
y digunakan itu hampir 80% adalah detergen yang ng terbuat dari bahan sintetis
yang tidak ramah lingkungan. Baha hayanya yaitu apabila di perairan, tidak dapat terdegra
gradasi oleh alam yang akan
menurunkan kualitas perairan, tanahah beserta biota yang didalamnya (ikan,tumbuhan, dll).l). A
Apabila hal ini tidak dicari
solusi, maka manusia sebagai konsunsumen terakhir akan menjadi akumulator dari limbahh detergen tersebut. Limbah
surfaktan dan bahan pembentuk lainlainnya pada detergen sintetis susah di degradasi olehh aalam, oleh karena itu akan
menumpuk dan menyebabkan polu olusi air, yang apabila di konsumsi oleh makhlukk hhidup akan menyebabkan
gangguan kesehatan akut. Sebagaii contoh
co adalah detergen yang memakai surfaktan ABS S yyang susah di biodegradasi
oleh alam. Dan lagi apabila dete etergen yang memakai STTP sebagai bahan tamba bahan, akan menyebabkan
pertumbuhan pesat alga yang akann m membuat sungai menjadi dangkal. (Sugiharto, 2009)
Hingga sekarang bahan
bah - bahan pencuci yang ramah lingkungan tela elah dikembangkan, namun
harganya mahal. Salah satu alternati
atif bahan yang murah adalah memanfaatkan minyak go goreng bekas sebagai bahan
baku detergen yang ramah lingkung ngan. Minyak goreng bekas mengandung Free Fatty Acid Ac (FFA) atau asam lemak
bebas (Ketaren, 1996). Kandungan an asam lemak bebas inilah yang kemudian akan dies iesterifikasi dengan metanol
menghasilkan metil ester. Sedangk gkan kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan
de metanol, yang juga
menghasilkan metil ester dan glisero
erol. Kemudian metil ester tersebut di sulfonasi untukk mmembentuk surfaktan yang
menjadi bahan baku pembuatan dete etergen atau pembersih. (Rondang Tambun, 2006)
Kelebihan detergen bahan
ba dasar minyak goreng ini adalah sisa minyak go goreng dapat dipergunakan,
sehingga mengurangi beban lingku kungan karena sampah. Dan akan menghasilkan inov ovasi produk detergen yang
mudah di biodegradasi oleh lingkung
ungan karena terbuat dari bahan alami yang ramah lingkugkungan.
Penelitian ini akan mmengkaji apakah karakteristik detergen dari minyak ak goreng bekas memenuhi
kriteria sebagai pencuci, bagaimana
na kondisi terbaik.
85
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
Pembahasan
1. Fenomena yang terjadi pa pada saat percobaan pembuatan detergen dari miny nyak goreng bekas
Berdasarkan penelnelitian, minyak goreng bekas memiliki komposisi yang y tidak sama di setiap
tempat penghasil minyak goreng
go bekas. Oleh sebab itu pada awal percobaan kita
ita cari tahu dahulu apa saja
komposisi yang terkandung ung dalam minyak goreng bekas. Dengan alat analisa isa GC-MS, dapat diketahui
berapa persen trigliseridaa ddan free fatty acid yang terdapat di dalam minyakk goreng bekas yang untuk
selanjutnya digunakan untu tuk menghitung BM dari minyak goreng bekas.
Selanjutnya dilaku
akukan proses esterifikasi dengan mencampurkan meth ethanol dan minyak goreng
bekas dan menggunakan ka katalis asam sulfat. Ini merupakan proses pendahuluann m menggunakan katalis asam
untuk menurunkan kadarr aasam lemak bebas hingga sekitar 2%. Pada prosess ini i fenomena yang terjadi
adalah warna campuran ber erubah menjadi coklat karamel dan memiliki densitass sebesar
s 0,9016 gr/ml.
Produk hasil dar ari proses esterifikasi selanjutnya digunakan dalam am reaksi trans-esterifikasi
menggunakan katalis NaO aOH 0.5 wt% dan methanol. Pada percobaan pertam ama, fenomena yang terjadi
adalah warna menjadi gela elap dan bau menyengat serta produk Metil ester tidak ak berpisah dengan gliserol
dikarenakan katalis NaOH H pada proses transesterifikasi tidak berfungsi lagi kakarena PH hasil esterifikasi
yang memakai katalis H2SO4 belum netral dan masih bersifat asam, sehing ingga ketika masuk proses
transesterifikasi hanya terj
erjadi penetralan antara H2SO4 dengan NaOH. Oleh eh sebab itu setelah proses
esterifikasi, produknya haru
arus dinetralkan terlebih dahulu sebelum ke tahap trans--esterifikasi.
Fenomena yang terjadi
te pada percobaan selanjutnya setelah produk ester
terifikasi dinetralkan terlebih
dahulu dan melalui proses es trans-esterifikasi yaitu warna campuran tetap berwawarna coklat karamel. Akan
tetapi setelah metil ester dan
da gliserol terpisah, warna metil ester coklat muda danan warna gliserol coklat tua.
Densitas metil ester sebes esar 0,875 g/ml, yield pembentukan metil ester sebe ebesar 60% dengan produk
samping berupa gliserol.
Reaksi yang terjad
jadi pada proses esterifikasi dan trans esterifikasi :
86
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
Ekor : Hidr
idrofobik (grup nonpolar) Kepala : Hidrofilik (gru
grup polar)
Bersifat hidrofobik
hid dalam media air Bersifat hidrofilik dalam
lam media air
87
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
Diatas permukaan
aan zeolit, surfaktan akan membentuk dua lapisan. Lapisan L surfaktan pertama
kepala surfaktan yang bermrmuatan positif menempel pada permukaan zeolit yang ng bermuatan negatif sedang
ekornya mengarah keatas. s. Kemudian
K lapisan kedua, ekor surfaktan menempell padap ekor surfaktan lapisan
pertama sehingga kepala ya yang bermuatan positif berada diatas. Hal ini mengakib
kibatkan detergen bermuatan
positif dan siap untuk menenjerap molekul atau ion bermuatan negatif. Sehingga gga dalam proses penjeratan
kotoran, zeolit berperan dalam
d hal pengikatan kotoran sebagai zat antiredepo eposisi dan semakin banyak
persen zeolit yang dipakai
ai dalam
d campuran akan membuat detergen semakin baik aik dalam mengikat kotoran.
Dan dapat di simp
impulkan bahwa semakin banyak zeolit akan meningka gkatkan daya detergensi dari
detergen. Kondisi ini optim
imum pada suhu 105°C, dan %zeolit 32%.
(www.
w.majarimagazine.com/2008/05/produksi_metil _ester_s r_sulfonat_untuk_surfactant)
3. Pengaruh %zeolit dengan an kecepatan pengadukan terhadap daya detergensi
Dengan memakai program statistic 6, diddidapatkan hubungan antara
% zeolit dan kecepatan pengadukan. Dap apat ditarik kesimpulan,
bahwa semakin tinggi kecepatan pengadu adukan serta %zeolit, maka
semakin besar daya detergensi karena campuran
ca cepat homogen
pada kecepatan tinggi dan tercampur den engan baik karena
tumbukan antar partikel semakin banyak ak sehingga tercipta produk
detergen yang daya detergensinya optimaimal. Sedangkan peran zeolit
di sini sebagai sebagai zat antiredeposisi
isi dimana mencegah
kotoran kembali ke kain, juga dapat men enurunkan tingkat
kesadahan air pencuci.
zeolit permukaannya bermuatantan negatif sehingga dia
mampu mengikat ion – ion positif seperterti Na+, Ca2+ yang bisa
ditukar dengan ion lain.
Diatas permukaan zeolit, surfakt ktan akan membentuk dua
lapisan. Lapisan surfaktan pertamaa kepala surfaktan yang
bermuatan positif menempel padaa permukaan zeolit yang
bermuatan negatif sedang ekornya meengarah keatas. Kemudian
lapisan kedua, ekor surfaktan menem empel pada ekor surfaktan
lapisan pertama sehingga kepala yangg bermuatan positif berada
diatas.
Hal ini mengakibatkan deterg rgen bermuatan positif dan
siap untuk menjerap molekekul atau ion bermuatan negatif. Sehingga dalam proses ses penjeratan kotoran, zeolit
berperan dalam hal pengikaikatan kotoran sebagai zat antiredeposisi dan semakin in banyak persen zeolit yang
dipakai dalam campuran akan
ak membuat detergen semakin baik dalam mengikatt kotoran. k
Dan dapat di simp
impulkan bahwa semakin banyak zeolit akan meningka gkatkan daya detergensi dari
detergen. Kondisi ini optim
imum pada kecepatan 260rpm, dan %zeolit 32%.
(sumber : www.materterialcerdas.wordpress.com)
4. Pengaruh suhu dengan ke kecepatan pengadukan terhadap daya detergensi
Dengan memakai program statistic 6, di didapatkan hubungan antara
suhu dan kecepatan pengadukan te terhadap daya detergensi
detergen. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa
ba semakin tinggi suhu
serta kecepatan pengadukan, maka sema makin besar daya detergensi
karena campuran cepat homogen padaa suhu s tinggi dan tercampur
dengan baik bila pada suhu tinggii serta di tambah dengan
kecepatan yang tinggi sehingga moleku ekul yang ada dalam proses
semakin sering bertabrakan dan meng nghasilkan produk detergen
yang memiliki daya detergensi optimal. l.
Dimana :
K = rate constan R = konstan
tanta
A = faktor tumbukan
kan T = suhu
EA = energi aktivasi
si
88
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
4. Kesimpulan
a. Fenomena yang terjadi pada
pa proses pembuatan detergen dari minyak goreng ng bekas antara lain melalu
proses pembentukan metil
etil ester yang kemudian di sulfonasi menjadi MES ES sebagai surfaktan yang
digunakan sebagai bahan pe
pembuat detergen
b. Kemampuan detergen yan ang menggunakan MES sebagai detergen memilik ddaya bersih sebesar 46%,
hampir sama dengan detertergen yang menggunakan bahan LAS sebesar 48,47%47%. Oleh sebab itu bahwa
minyak nabati seperti miny
inyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan ba
baku detergen dengan daya
pencucian yang cukup tingg
nggi.
c. Kondisi operasi optimum m dalam pembuatan detergen alami dari minyak gorenreng bekas yaitu pada suhu
105°C, kecepatan pengadukukan 260 rpm, dan %zeolit 32%.
Daftar Pustaka
Ari Imam Sutanto, Sintesa Metil
etil Ester Sulfonat dari Metil Ester Berbahan Baku PKO
O pada Skala Pilot Plant
Buku Ajar Teknologi
Tek Oleokimia, diakses dari http:///D|/E-
Learning/Teknologi% i%20Oleokimia/Textbook/COVER.htm pada tanggal 133 A Agustus 2009.
Converting Waste Cooking Oil into Liquid Soap, diakses dari http://www.freepaten tentsonline.com/4792416.pdf
pada tanggal 10 Agusustus 2009.
Detergen, diakses dari http://ww
www.freepatentsonline.com/20090111721.pdf pada tanggnggal 10 agustus 2009.
89
Jurnal Tek
Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun
hun 2013, Halaman 84-90
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki
90