DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING
i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Muhamad Andreyan Renaldo NIM. 1741420090
Disetujui Oleh
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Ketua Program Studi
D-IV Teknologi Kimia Industri
i
HALAMAN PERNYATAAN
ii
Studi Literatur Penggunaan Adsorben untuk Menurunkan Kadar Matter
Organic Non Glycerol (MONG) pada Proses Pemurnian Crude Glycerol
ABSTRAK
Crude glycerol atau gliserol mentah dari hasil samping industri biodiesel
setiap tahun jumlahnya kian meningkat. Gliserol kasar tersebut umumnya hanya
memiliki kadar gliserol 50% sampai 60% sedangkan sisanya berupa pengotor
seperti : sisa metanol, sisa katalis, asam lemak, air, maupun bahan pengotor lainnya.
Gliserol kasar perlu ditingkatkan kemurniannya agar dapat digunakan di berbagai
macam industri dan dapat meningkatkan nilai jualnya. Pada proses pemurniannya,
gliserol kasar dimurnikan dengan cara asidifikasi, adsorpsi, filtrasi, destilasi, dan
evaporasi. Adsorpsi seringkali digunakan sebagai tahapan terakhir dalam
pemurnian gliserol untuk menghilangkan senyawa matter organic non glycerin
(MONG) dan betha-carotene sebagai komponen warna dengan menggunakan
bantuan adsorben. MONG harus dihilangkan agar gliserol yang dihasilkan aman
untuk dikonsumsi. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi
adsorpsi terhadap kadar gliserol dan pengaruh jenis adsorben terhadap penurunan
kadar MONG. Hasil studi literatur didapatkan hasil terbaik kadar gliserol
menggunakan variabel ukuran adsorben 180 µm untuk karbon aktif dan zeolit alam
dengan suhu aktivasi 250℃ untuk karbon aktif dan 450℃ untuk zeolit alam. Selain
dilihat dari ukuran dan suhu aktivasi, kondisi adsorpsi juga dipengaruhi oleh suhu
dan waktu adsorpsi. Suhu adsorpsi terbaik didapatkan pada suhu 60℃ dan waktu
adsorpsi terbaik didapatkan pada waktu 90 menit. Dengan menggunakan semua
kondisi adsorpsi tersebut mampu menghasilkan kadar gliserol tertinggi setelah
adsorpsi yaitu sebesar 97,29% untuk karbon aktif dan 89,02% untuk zeolit alam
dengan total kenaikan kadar gliserol setelah diadsorpsi yaitu sebesar 17,63% untuk
karbon aktif dan 18,23% untuk zeolit alam. Sedangkan untuk penurunan kadar
MONG didapatkan hasil terbaik pada penggunaan variabel konsentrasi adsorben
12% dengan kadar MONG setelah adsorpsi yaitu sebesar 0,7% untuk karbon aktif
dan 0,72% untuk zeolit alam dengan total penurunan kadar MONG setelah
diadsorpsi yaitu sebesar 15,71% untuk karbon aktif dan 17,27% untuk zeolit alam.
Menurut SNI 06-1564-1995 kadar MONG yang diperbolehkan, harus kurang dari
2,5%. Jika lebih dari itu maka dapat meningkatkan masalah seperti bau, warna, dan
rasa pada gliserol.
Kata Kunci: Gliserol mentah, gliserol, Adsorpsi, Karbon aktif, Zeolit alam
iii
Literature Study on the Use of Adsorbents to Reduce Levels of Matter
Organic Non Glycerol (MONG) in the Crude Glycerol Purification Process
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah,
rahmat, serta hidayah – Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
skripsi yang berjudul, “Studi Literatur Penggunaan Adsorben untuk
Menurunkan Kadar Matter Organic Non Glycerol (MONG) pada Proses
Pemurnian Crude Glycerol”. Terselesainya laporan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT atas nikmat, rahmat, dan ridho-Nya yang telah diberikan
sehingga laporan ini bisa diselesaikan.
2. Bapak Dr. Ir. Eko Naryono, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Malang.
3. Bapak Anang Takwanto, ST, MT. yang telah membimbing dengan baik dan
sabar dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Saya selaku penyusun mohon maaf kepada semua pihak, apabila dalam
penyusunan proposal skripsi ini terdapat kesalahan baik disengaja maupun tidak.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang
membutuhkan informasi yang dibahas dalam skripsi ini, khususnya terkait bidang
Teknik Kimia.
Malang, 9 Agustus 2021
Penyusun
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
vi
2.4 Pemilihan Jenis Adsorben ...................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
Lampiran 1 Tabel Uji Fisik Gliserol dengan Adsorben Karbon Aktif .............. 48
Lampiran 2 Tabel Uji Fisik Gliserol dengan Adsorben Zeolit Alam ................ 49
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema reaksi transesterifikasi (Jaichandar dan Annamalai, 2011) .... 5
Gambar 2.2. Distribusi penggunaan gliserol di industri (Ardi, dkk., 2015) ........... 7
Gambar 2.3. Reaksi asidifikasi dengan asam klorida (Nanda, dkk., 2014) ............ 8
Gambar 2.4. Pembentukan tiga lapisan: asam lemak, gliserol, dan garam ............. 8
Gambar 2.5. Reaksi netralisasi dengan natrium hidroksida (Naibaho., 2019) ........ 9
Gambar 2.6. Tiga langkah proses adsorpsi gliserol .............................................. 11
Gambar 3.1. Skema kerja penelitian ..................................................................... 15
Gambar 4.1. Skema proses pemurnian gliserol ..................................................... 25
Gambar 4.2. Perbandingan ukuran adsorben terhadap kadar gliserol ................... 28
Gambar 4.3. Perbandingan waktu adsorpsi terhadap kadar gliserol ..................... 31
Gambar 4.4. Perbandingan suhu adsorpsi terhadap kadar gliserol ....................... 32
Gambar 4.5. Perbandingan konsentrasi adsorben terhadap kadar MONG ........... 35
Gambar 4.6. Perbandingan ukuran adsorben terhadap kadar MONG .................. 36
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kemudian Gerpen dkk. (2004), melakukan penelitian dengan melakukan
pemurnian gliserol mentah menggunakan asam kuat HCl hingga pH sekitar 4,5.
Penambahan asam menyebabkan sabun menjadi asam lemak dan garam. Asam-
asam lemak akan terpisah pada lapisan bagian atas yang dapat diambil kembali.
Sedangkan sisa metanol dapat diambil melalui proses evaporasi. Proses ini berhasil
meningkatkan kemurnian gliserol mentah dari 50% menjadi 85% dengan
penurunan kadar MONG dari 23,32% menjadi 10,19%. Adapun Rahmi (2006),
melakukan proses pemurnian gliserol mentah dari hasil samping produksi biodiesel
minyak inti kelapa sawit melalui metode distilasi sederhana. Metode pemurnian ini
berhasil meningkatkan kadar gliserol mentah dari 55% menjadi 89,245% dengan
penurunan kadar MONG dari 18,55% menjadi 7,29%.
2
Dalam metode adsorpsi pemilihan jenis adsorben sangat berpengaruh
terhadap tingkat kemurnian gliserol yang dihasilkan, dikarenakan daya serap tiap
adsorben tidak sama. Daya serap adsorben akan mempengaruhi warna dan
penurunan senyawa MONG (matter organic non glycerin) pada gliserol. MONG
terdiri dari campuran free fatty acid (FFA), fatty acid methyl ester (FAME),
gliserida, dan alkohol. MONG harus dihilangkan agar gliserol yang dihasilkan
aman untuk digunakan (Dhabhai, dkk., 2016).
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diketahui crude glycerol atau gliserol
mentah yang dihasilkan dari hasil samping industri biodiesel memiliki tingkat
kemurnian rendah yaitu sekitar 50% sampai 60% (Kocsisová dan Cvengroš, 2006).
Sehingga gliserol perlu dilakukan proses pemurnian lebih lanjut supaya lebih
bernilai guna. Dalam proses pemurniannya, penggunaan adsorben sangat
3
berpengaruh terhadap penyerapan zat pengotor yang terkandung dalam gliserol
terutama senyawa matter organic non glycerin (MONG) dan betha-carotene
sebagai komponen warna. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap adsorben
antara lain : karakteristik adsorben (ukuran, konsentrasi, suhu aktivasi), suhu
adsorpsi, dan lama waktu adsorpsi. Sehingga dalam pengujian daya serap tiap
adsorben dilakukan analisa sifat fisik gliserol meliputi kadar air, kadar abu, kadar
gliserol, dan kadar MONG yang dihasilkan.
Penelitian ini dibatasi pada proses pemurnian gliserol dengan metode adsorpsi
yaitu:
• Penelitian fokus pada studi literatur proses pemurnian gliserol dengan
metode adsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif dan zeolit alam.
• Penelitian menggunakan pendekatan teoritis dari studi literatur mengenai
pemilihan jenis adsorben yang dapat dijadikan sebagai solusi penurunan
kadar MONG dalam proses pemurnian gliserol mentah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gliserol mentah yang dihasilkan dari reaksi diatas, bersifat basa, kental, dan
memiliki warna coklat kehitaman. Warna gelap ini disebabkan oleh proses oksidasi
terhadap tokoferol (vitamin E) yang terdapat pada minyak (Novitasari, dkk., 2012).
Gliserol mentah memiliki kemurnian 50% sampai 60% dan sisanya senyawa
pengotor (impurities) berupa : asam lemak bebas, asam lemak metil ester, garam-
garam inorganik, methanol dan air. Gliserol mentah ini umumnya dihasilkan 10%
sampai 20% dari total volume produk biodiesel (Darnoko dan Cheryan, 2000).
Berikut ini merupakan tabel kandungan gliserol mentah.
5
Tabel 2.1. Kandungan gliserol mentah
2.2 Gliserol
6
Pada industri makanan gliserol digunakan sebagai humektan, pelarut,
pemanis, pengawet, pengemulsi makanan. Sedangkan di industri kosmetik dan
obat-obatan gliserol berguna untuk pembersih muka, lipstik, pelembab wajah, obat
batuk, shampoo, sabun, detergen, dan pasta gigi. Untuk kegunaan gliserol yang lain
yaitu sebagai zat pelembab, plasticizer, pelumas, dan bahan pelunak (benang, kain,
detergen, dan surfaktan) (Budiarto dan Adiwarna, 2013). Berikut merupakan
gambar distribusi gliserol dalam industri.
2.3.1 Asidifikasi
7
reaksinya dengan katalis basa akan memberikan garam dan air (Ardi, dkk., 2015).
Berikut merupakan gambar reaksi asidifikasi.
Gambar 2.3. Reaksi asidifikasi dengan asam klorida (Nanda, dkk., 2014)
Dari hasil reaksi diatas akan terbentuk 3 lapisan yaitu 50% residu asam
lemak pada lapisan atas, 27% gliserol pada lapisan tengah, dan 23% endapan garam
pada lapisan bawah (Wita., 2015). Berikut merupakan gambar pembentukan tiga
lapisan dari proses asidifikasi.
Gliserol (27%)
Garam (23%)
Gambar 2.4. Pembentukan tiga lapisan: asam lemak, gliserol, dan garam
2.3.2 Netralisasi
8
mengandung asam kuat. Reaksi antara basa kuat dan asam kuat akan menghasilkan
garam dan air. Berikut merupakan gambar reaksi netralisasi.
2.3.3 Ekstraksi
Untuk fase diluen berupa endapan garam dan sisa asam lemak pada gliserol
sedangkan pada fase pelarut berupa pelarut alkohol. Perbedaan konsentrasi zat
terlarut di dalam suatu fase dengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan
pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) zat terlarut dari larutan yang ada. Gaya
dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat
ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang (Herdiana dan
Aji., 2020). Tujuan dilakukan ekstraksi untuk menghilangkan sisa asam lemak dan
mempercepat reaksi pembentukan garam pada gliserol (Rifa’i, dkk., 2020). Dari
hasil ekstraksi gliserol, larutan yang didapat didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan
yaitu gliserol alkohol pada lapisan atas dan endapan garam pada lapisan bawah
(Naibaho., 2019).
9
2.3.4 Evaporasi
Tabel 2.3. Nilai titik didih gliserol, air, dan metanol dengan variasi tekanan
2.3.5 Adsorpsi
10
Gambar 2.6. Tiga langkah proses adsorpsi gliserol
Pada proses adsorpsi gliserol, terjadi dalam tiga langkah. Langkah pertama
yaitu terjadi difusi adsorbat pengotor gliserol pada permukaan adsorben oleh gaya
antarmolekul antara adsorbat pengotor gliserol dan adsorben. Langkah kedua
melibatkan migrasi adsorbat pengotor gliserol ke dalam pori-pori adsorben. Dan
langkah terakhir terjadinya pendistribusian adsorbat pengotor gliserol ke
permukaan adsorben dan mengisi volume pori-pori adsorben. Partikel-partikel
adsorbat pengotor gliserol membangun monolayer molekul, ion dan atom yang
bereaksi ke situs aktif adsorben dan terikat di dalamnya (Musin., 2001).
2.3.6 Filtrasi
11
Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi dengan cara dilakukan proses
aktivasi pada adsorben. Dengan dilakukan aktivasi, maka adsorben dapat
digunakan kembali pada proses adsorpsi. Aktivasi dilakukan untuk memperbesar
luas permukaan adsorben sehingga daya serap adsorben terhadap sisa-sisa zat
pengotor dalam gliserol meningkat (Triyanto., 2013).
Karbon aktif dapat dipergunakan untuk berbagai industri, antara lain yaitu
industri obat obatan, makanan, minuman, pengolahan air (penjernihan air) dan lain-
lain. Hampir 70% produk karbon aktif digunakan untuk pemurnian dalam sektor
minyak kelapa, farmasi dan kimia. Bahan baku yang dapat dibuat menjadi karbon
aktif adalah semua bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, binatang ataupun barang tambang (Pambayun, dkk., 2013).
12
BAB III
METODOLOGI STUDI LITERATUR
Prosedur pencarian jurnal meliputi penentuan kata kunci yang dicari, tema
penelitian yang sama, pemilihan hasil penelitian berdasarkan variabel dan uji
analisa yang sama. Jurnal yang dicari berkaitan dengan proses pemurnian gliserol
mentah metode adsorpsi dari bahan adsorben karbon aktif dan zeolit alam.
Judul Sumber
Sequential-Refining of Crude Glycerol Derived from (Manosak, dkk., 2011)
Waste Used-Oil Methyl Ester Plant Via a Combined
Process of Chemical and Adsorption
Valorization of Biodiesel Production : Focus on (Muniru, dkk., 2016)
Crude Glycerine Refining/Purification
Peningkatan Kualitas Crude Glycerol dengan Proses (Aziz, Aristya, dkk., 2018)
Adsorpsi menggunakan Sekam Padi
Pengaruh Pelarut Kloroform dalam Pemurnian (Surbakti, dkk., 2016)
Gliserol dengan Proses Asidifikasi Asam Klorida
13
Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Ayam sebagai (Nadeak, dkk., 2019)
Adsorben pada Pemurnian Gliserol dengan Metode
Asidifikasi dan Adsorpsi
Purification of Crude Glycerol Derived from Waste (Kongjao, dkk., 2010)
Used-Oil Methyl Ester Plant
Preparation of Activated Charcoal from Acrocomia (Barbosa, dkk., 2020)
Aculeata for Purification of Pretreated Crude
Glycerol
Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan (Aziz, dkk., 2008)
Biodiesel menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng
Bekas
Penggunaan H-Zeolit dan Tawas dalam Pemurnian (Aziz, dkk., 2017)
Crude Glycerol dengan Adsorpsi dan Koagulasi
Pemurnian Crude Glycerol dengan Cara Pengasaman (Aziz, dkk., 2014)
dan Adsorpsi menggunakan Zeolit Alam Lampung
Esterifikasi Gliserol dari Produk Samping Biodiesel (Sari, dkk., 2015)
menjadi Triasetin menggunakan Katalis Zeolit Alam
Purification of Crude Glycerol from Biodiesel By- (Anzar, dkk., 2018)
product by Adsorption using Bentonite
Peningkatan Kadar Gliserol Hasil Samping Pembuatan (Nadir dan Marlinda., 2013)
Biodiesel dengan Metode Adsorpsi Asam Lemak Bebas
(ALB) menggunakan Fly Ash
Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan (Novitasari, dkk., 2012)
Biodiesel
Data yang didapatkan dianalisis dengan membandingkan data satu dengan data
lainnya. Hasil dari data perbandingan literatur dapat digunakan dengan baik sebagai
penilaian untuk karakteristik adsorben terhadap proses pemurnian gliserol. Adapun
analisa dilakukan dengan statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi data dari kualitas gliserol dan kondisi adsorpsi. Analisa
deskriptif yang digunakan antara lain:
14
3.2 Skema Kerja
Start
Mencari Jurnal
Sortir
Tabulasi dan
menyusun data
Analisa dan
pembahasan
Selesai
Terdapat 2 macam variabel yang dianalisis yaitu variabel bebas dan terikat.
• Variabel Bebas
Variabel yang digunakan nilai yang berbeda yaitu adsorben dari karbon
aktif dan zeolit alam.
• Variabel Terikat
Variabel yang ingin dilihat hasil dari variabel bebas yaitu kondisi adsorpsi
(ukuran adsorben, suhu aktivasi adsorben dan lama waktu adsorpsi) dan
kualitas gliserol yang dihasilkan (% gliserol, % air, % abu, dan % MONG).
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
No Bahan Utama Variabel Proses Karakterisasi Sumber
2 - Glycerol (50 gr) • Glycerol : solvent Acidification & Filtration Method • Glycerol (Muniru,
- Commercial IPA 99,5% (1:1, 1:2, • Pencampuran dan pengadukan 50 gr content dkk., 2016)
activated carbon 2:1, 3:1 v/v) gliserol dengan asam H3PO4 85% sampai • Ash content
(10 gr/300 mL) pH 3-7 selama 30 menit • Density
- Polar solvent IPA • Endapkan 2 jam sampai terpisah menjadi • pH
99,5% 3 fase, saring dan ambil gliserol • Color
- Acid catalyst Extraction & Filtration Method • GCMS
H3PO4 85%, • Gliserol diekstraksi dengan pelarut IPA analysis
99,5% dan aduk selama 30 menit • Elemental
• Campuran diendapkan selama 2 jam analys
sampai terpisah menjadi 2 fase, saring dan
ambil gliserol
Adsorption & Filtration Method
• Pengeringan karbon aktif ukuran 200 µm
suhu 105℃ selama 30 menit
• Campuran diaduk pada kecepatan 200 rpm
selama 5 jam lalu saring karbon aktif
17
No Bahan Utama Variabel Proses Karakterisasi Sumber
5 - Glycerol (10 gr) • Processing time (30, Acidification & Filtration Method • Glycerol (Aziz,
- Activated carbon 60, 75, 90, 120 • Pencampuran dan pengadukan 200 gr content Sulistina,
waste tea (100 gr) minute) gliserol dengan asam H3PO4 85% sampai • Ash content dkk., 2018)
- NaOH (0,05 M) • Adsorption pH 2,5 • Water content
- Acid catalyst temperature (30, 45, • Endapkan 12 jam sampai terpisah menjadi • Sugar content
H3PO4 85%, 60, 75℃) 3 fase, saring dan ambil gliserol • MONG
- Polar solvent • Biosorben Neutralization Method • Density
CH3OH concentration (6, 9, • Penambahan 0,05 M NaOH sampai pH • Color
- H2O gliserol 7
12, 15, 18%) • Potasium
- Bromtimol blue • Particle size from Adsorption & Filtration Method metal content
- NaIO4 biosorbent (180, • Aktivasi karbon aktif dengan NaOH 0,05 • FTIR analysis
- NH4CL M diamkan selama 4 jam lalu bilas dengan
- SnCL2.2H2O
250, 630 µm) • UV-VIS
aquades analysis
- CO(NH2)2 • Pengeringan karbon aktif dengan variasi
- C2H6O2 • SEM analysis
ukuran partikel (180, 250, 630 µm) pada
- HCL suhu 60℃ selama 24 jam
• Campuran diaduk pada variasi suhu (30,
45, 60, 75℃) dan variasi waktu (30, 45,
60, 75, 90, 120 menit) pada kecepatan 200
rpm lalu saring karbon aktif
7 - Glycerol (1 kg)
• Acid catalyst H2SO4 Acidification & Filtration Method • Glycerol (Kongjao,
- Commercial • Pencampuran dan pengadukan 1 kg content dkk., 2010)
98% pH 1-6 (1, 2,2,
activated carbon
3,5, 6) gliserol dengan asam H2SO4 98% 1,19 M • Ash content
- NaOH (12,5 M) sampai pH 1-6 • Water content
- Acid catalyst • Endapkan sampai terpisah menjadi 3 fase, • pH
H2SO4 98% saring dan ambil gliserol • MONG
- Polar solvent Neutralization Method • FTIR analysis
C2H5OH
• Penambahan 12,5 M NaOH 98% sampai • GCMS
pH gliserol 7 analysis
Extraction & Filtration Method
• Gliserol diekstraksi dengan pelarut
C2H5OH 99,9%
• Campuran diaduk 10 menit dan endapkan
sampai terpisah menjadi 2 fase, saring dan
ambil gliserol
Evaporation Method
• Panaskan gliserol suhu 80℃selama 20
menit untuk menguapkan pelarut C2H5OH
• Panaskan gliserol suhu 105℃selama 2 jam
untuk menguapkan air
Adsorption & Filtration Method
• Pengeringan karbon aktif suhu 120℃
selama 30 menit
• Campuran diaduk pada kecepatan 200 rpm
selama 3 jam lalu saring karbon aktif
18
No Bahan Utama Variabel Proses Karakterisasi Sumber
8 - Glycerol (200 gr) • Characterized Acidification & Filtration Method • Glycerol (Barbosa,
- Activated carbon glycerol (GC/MS, • Pencampuran dan pengadukan 200 gr content dkk., 2020)
acrocomia 1
H-NMR, 13C-NMR, gliserol dengan asam H3PO4 85% sampai • Water content
aculeata fruit (50 DSC, TG) pH 2 selama 1 jam dan kecepatan • Density
gr) • Properties of pengadukan 200 rpm • 1H-NMR
- KOH activated charcoal • Endapkan 12 jam sampai terpisah menjadi analysis
- Acid catalyst (surface area 627 m2 3 fase, saring dan ambil gliserol • 13C-NMR
H3PO4 85%, g-1, pore volume Neutralization Method analysis
- Polar solvent 0,39 m3 g-1, • Penambahan KOH sampai pH gliserol 7 • GCMS
C3H7OH 99,9% Brownsted sites Extraction & Filtration Method analysis
- H2O 118,23 µmol g-1, • Gliserol diekstraksi dengan pelarut
- ZnCL2 Lewis sites 104,86 C3H7OH 99,9%
µmol g-1) • Campuran diaduk dan endapkan sampai
terpisah menjadi 2 fase, saring dan ambil
gliserol
Adsorption & Filtration Method
• Aktivasi karbon aktif dengan ZnCL2
diamkan selama 2 jam lalu bilas dengan
aquades
• Pengeringan karbon aktif dengan ukuran
partikel (250 µm) pada suhu 150℃ selama
2 jam
• Campuran diaduk pada kecepatan 250 rpm
selama 1,25 jam lalu saring karbon aktif
19
4.1.2 Pemurnian Gliserol dengan Adsorben Zeolit Alam
20
No Bahan Utama Variabel Proses Karakterisasi Sumber
3 - Gliserol • Konsentrasi katalis Acidification & Filtration Method • Densitas (Sari, dkk.,
- Zeolit alam (1, 3, 5% berat asam • Pencampuran, pengadukan, pemanasan • Viskositas 2015)
- Pelarut polar asetat) gliserol dengan asam CH3COOH pada • Kadar gliserol
CH3OH • Gliserol : asam suhu 100℃ • Kadar air
- Aquades asetat (1:3, 1:5, 1:7) • Endapkan 4 jam sampai terpisah menjadi • Kadar metanol
- Katalis asam 3 fase, saring dan ambil gliserol • Kadar
CH3COOH Evaporation Method impuritis
- HF 5% • Panaskan gliserol suhu 60℃untuk • Warna
menguapkan pelarut CH3OH
• Panaskan gliserol untuk menguapkan air
Adsorption & Filtration Method
• Aktivasi zeolit dengan HF 5% aduk
selama 2 jam lalu refluk dengan HCL suhu
60℃selama 30 menit
• Pengeringan zeolit alam 149 µm suhu 500
℃ selama 3 jam
• Pencampuran dan pengadukan gliserol
hasil asidifikasi dengan zeolit. Lakukan
selama 30 menit
• Campuran diendapkan selama 24 jam,
saring zeolit alam
• Glycerol
4 - Glycerol (100 gr) • Adsorption time (30, Acidification & Filtration Method
content
(Anzar,
- Natural bentonite 45, 60, 75, 90 • Pencampuran, pengadukan, pemanasan dkk., 2018)
• Ash content
(12 gr) minute) 100 gr gliserol dengan asam H2SO4 1,19 M
• Density
- NaOH • Bentonite pada suhu 60℃ sampai pH 6
• pH
- Acid catalyst concentration (3, 6, • Endapkan 30 menit sampai terpisah
H2SO4 1,19 M • SEM analysis
9, 12, 15% glycerol) menjadi 3 fase, saring dan ambil gliserol
- H2SO4 0,6 M, • Elemental
• Adsorption Neutralization Method
analys
- HCL 0,5 M, temperature (30, 40, • Penambahan NaOH sampai pH gliserol 7
- HNO3 0,1 M 50, 60, 70℃) Evaporation Method
- Aquades • Panaskan gliserol untuk menguapkan air
Adsorption & Filtration Method
• Aktivasi 10 gr bentonit dengan 100 mL
H2SO4 0,6 M, HCL 0,5 M, HNO3 0,1 M
aduk pada suhu 70℃selama 3 jam lalu
bilas dengan aquades.
• Pengeringan bentonit alam ukuran 60
mesh suhu 100-110℃ selama 3 jam
• Pencampuran dan pengadukan 100 gr
gliserol hasil asidifikasi dengan 12 gr
bentonit. Lakukan pada suhu 30℃ dengan
variasi waktu (30, 45, 60, 75, 90 menit)
• Campuran diendapkan selama 24 jam,
saring bentonit alam
21
No Bahan Utama Variabel Proses Karakterisasi Sumber
6 - Gliserol • Glycerol : solvent Acidification & Filtration Method • Kadar gliserol (Novitasari,
- Zeolit alam (3:1 – 1:3 v/v) • Pencampuran dan pengadukan gliserol • Kadar air dkk., 2012)
- Pelarut polar • Katalis asam (H3PO4 dengan salah satu asam dengan • Densitas
CH3OH 6%, H2SO4 6%, perbandingan 3:10 • Warna
- Aquades HCL 6%) pH 1-6 • Endapkan sampai terpisah menjadi 3 fase,
- Katalis asam • Adsorben (karbon saring dan ambil gliserol
- H3PO4 6%, aktif 2%, bleaching Neutralization Method
H2SO4 6%, earth 2%, zeolit aktif • Penambahan larutan asam sampai pH
HCL 6% 2%) gliserol 7
• Endapkan campuran sampai terpisah
menjadi 2 fase, saring dan ambil gliserol
Evaporation Method
• Panaskan gliserol suhu 105℃ untuk
menguapkan pelarut polar dan air
Adsorption & Filtration Method
• Aktivasi zeolit alam dengan H2SO4 2 M
aduk selama 2 jam lalu bilas dengan H2O
• Pengeringan zeolit suhu 400℃
• Pencampuran dan pengadukan gliserol
hasil asidifikasi dengan zeolit alam
• Campuran diaduk selama 30 menit dan
diendapkan selama 2 jam, saring zeolit
alam
22
4.2 Pembahasan
Gliserol adalah produk samping utama dari pembuatan biodiesel yang telah
diproses atau dimurnikan lebih lanjut hingga mencapai tingkat kemurnian yang
tinggi. Pada proses pemurniannya gliserol mentah dapat dimurnikan dengan cara
asidifikasi, adsorpsi, filtrasi, destilasi, dan evaporasi (Dewajani, dkk., 2020).
Adsorpsi seringkali digunakan sebagai tahapan terakhir dalam pemurnian gliserol
dalam menghilangkan senyawa MONG (matter organic non glycerin) dan betha-
carotene sebagai komponen warna (Atkins dan Julio De Paula., 1998).
23
Tabel 4.3. Sifat fisika karbon aktif dan zeolit alam
Karbon Aktif
Karakteristik Kelebihan Kekurangan Sumber
Fisik Kuat dan memiliki pori- Rapuh dan mudah hancur (Ramdja, dkk., 2008)
pori kompleks
Masih mengandung sedikit
Daya Serap Memiliki daya serap yang pengotor (Verayana, dkk., 2018)
tinggi
Proses aktivasi
Harga Ekonomis dan mudah di membutuhkan suhu tinggi (Anggraeni dan Yuliana.,
buat dan waktu lama sehingga 2015)
biaya proses mahal
24
Tabel 4.5 Kelebihan dan kekurangan adsorben zeolit alam
Zeolit Alam
Karakteristik Kelebihan Kekurangan Sumber
Fisik Kuat dan memiliki pori- Komposisi beragam dan (Lestari., 2010)
pori kompleks kristalinitasnya kurang
baik
(Atikah., 2017)
Daya Serap Memiliki daya serap yang Mengandung banyak
baik pengotor Na+, K+, Ca2+,
Mg2+, dan Fe3+
Crude Glycerol
Asidifikasi
Filtrasi
Netralisasi
Ekstraksi
Gliserol Garam
Filtrasi
Evaporasi
Karbon Aktif
25
Dari skema diatas, terdapat tahapan-tahapan dalam proses pemurnian
gliserol mentah. Pada proses pertama yaitu dilakukan asidifikasi atau pengasaman,
tujuan dilakukan pengasaman yaitu untuk menurunkan pH dan menguraikan
gliserol mentah agar lebih mudah untuk dimurnikan (Chol, dkk., 2018). Gliserol
mentah yang masih mengandung pengotor berupa sabun dan katalis dari pembuatan
biodiesel direaksikan dengan asam kuat. Reaksi antara asam dengan sabun akan
menghasilkan asam lemak bebas dan reaksinya dengan katalis basa akan
memberikan garam dan air (Ardi, dkk., 2015). Untuk reaksinya sebagai berikut :
26
dihasilkan di evaporasi untuk menguapkan pelarut alkohol dan air berdasarkan
perbedaan nilai titik didihnya. Gliserol hasil evaporasi diadsorpsi menggunakan
adsorben untuk menghilangkan senyawa MONG (matter organic non glycerin) dan
betha-carotene sebagai komponen warna (Atkins dan Julio De Paula, 1998).
Tabel 4.6. Perbandingan kadar gliserol terhadap ukuran dan suhu aktivasi
adsorben
27
Ukuran dan suhu aktivasi adsorben dapat mempengaruhi kadar gliserol.
Ukuran adsorben yang sangat besar memiliki volume dan luas permukaan yang
sangat kecil sehingga daya serap suatu adsorben terhadap sisa-sisa zat pengotor
yang terkandung dalam gliserol rendah (Naibaho., 2019). Penurunan daya serap
adsorben disebabkan karena semakin kecil luas permukaan adsorben maka
terbentuk dengan cepat lapisan kedua, ketiga, dan seterusnya di atas adsorbat yang
telah terikat di permukaan adsorben yang mengakibatkan permukaan adsorben
telah jenuh terhadap adsorbat (Nurafriyanti, dkk., 2017).
SA 450℃ SA 450℃
90 SA 500℃
Kadar gliserol (%)
80 SA 450℃
70
60
50
149 180 200 250
Ukuran adsorben (µm) Keterangan : SA :
Suhu aktivasi
28
µm, menghasilkan kadar gliserol setelah adsorpsi paling besar untuk karbon aktif
sebesar 97,29% dan zeolit alam sebesar 89,02% dengan kenaikan kadar gliserol
untuk karbon aktif sebesar 17,63% dan zeolit alam sebesar 18,23%. Peningkatan
kadar gliserol disebabkan karena semakin kecil ukuran partikel adsorben maka
volume dan luas permukaan adsorben semakin besar sehingga daya serap adsorben
terhadap pengotor gliserol ikut meningkat (Aziz, dkk., 2018). Selain dilihat dari
ukuran partikel, peningkatan kenaikan kadar gliserol disebabkan karena
penggunaan suhu aktivasi yang tinggi yaitu 250℃ untuk karbon aktif dan 450℃
untuk zeolit alam. Dengan dilakukan aktivasi, maka akan membantu memperbesar
pori atau luas permukaan adsorben sehingga daya serap adsorben terhadap pengotor
gliserol menjadi lebih besar. Selain itu, dengan adanya aktivasi akan memudahkan
molekul-molekul adsorbat pengotor gliserol untuk berdifusi dan berinteraksi
dengan pori-pori adsorben sehingga efisiensi penyerapan adsorben meningkat
(Aziz, dkk., 2014).
29
Tabel 4.7. Komponen penyerap dan pengotor adsorben
K 11,53 H2O 5
Fe 11,34 Ash 3
Ca 2,91
Mg 0,725
Na 0,285
Ash 0
30
Karbon aktif Zeolit alam
100
95
90
Kadar gliserol (%)
85
80
75
70
65
60
55
50
30 60 75 90 120
Waktu (Menit)
Sedangkan pada waktu adsorpsi 120 menit dan suhu konstan 60℃
menghasilkan kadar gliserol setelah adsorpsi lebih rendah dari waktu adsorpsi yang
lain yaitu 85,8% untuk karbon aktif dan 83,99% untuk zeolit alam dengan kenaikan
kadar gliserol untuk karbon aktif sebesar 8,8% dan zeolit alam sebesar 11,19%.
Menurut penelitian Aziz (2018) hal ini disebabkan karena meningkatnya waktu
adsorpsi yang digunakan, maka akan menyebabkan kejenuhan kapasitas pori
adsorben dalam menjerap adsorbat pengotor gliserol. Sehingga terjadi proses
desorpsi atau pelepasan kembali antara adsorben dan adsorbat pengotor gliserol.
Akibat dari hal ini adsorbat pengotor kembali ke arus fluida dan melakukan fusi
kembali dengan gliserol sehingga kemurnian gliserol menurun.
31
Tabel 4.9. Perbandingan suhu adsorpsi terhadap kadar gliserol
100
95
Kadar gliserol (%)
90
85
80
75
70
65
60
55
50
30 45 60 75
Suhu adsorpsi (℃)
32
Pada gambar 4.4 menunjukkan terjadinya peningkatan kadar gliserol seiring
bertambahnya suhu adsorpsi. Pada suhu adsorpsi 60℃ dan waktu adsorpsi konstan
75 menit, menghasilkan kadar gliserol setelah adsorpsi paling besar untuk karbon
aktif sebesar 93,8% dan zeolit alam sebesar 93,5% dengan kenaikan kadar gliserol
untuk karbon aktif sebesar 16,8% dan zeolit alam sebesar 20,7%. Peningkatan kadar
gliserol disebabkan karena semakin meningkatnya suhu adsorpsi maka akan
meningkatkan energi kinetik atau kecepatan gerak partikel dalam sistem sehingga
semakin banyak tumbukan antar partikel dalam sistem termasuk antar adsorbat
pengotor dengan adsorben. Dengan banyaknya tumbukan maka molekul-molekul
adsorbat pengotor berdifusi lebih cepat ke dalam pori-pori adsorben (Hidayat dan
Rahardjo, 2010).
Sedangkan pada suhu adsorpsi 75℃ dan waktu adsorpsi konstan 75 menit,
terjadi penurunan kadar gliserol yaitu 87,09% untuk karbon aktif dan 91,7% untuk
zeolit alam dengan kenaikan kadar gliserol untuk karbon aktif sebesar 10,09% dan
zeolit alam sebesar 18,9%. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan suhu
adsorpsi yang lebih tinggi dapat membuat media berubah dalam hal kualitas, pH,
dan produksi garam selama pemurnian gliserol (Aziz, dkk., 2014). Disamping hal
tersebut, Hidayat (2010) menyatakan bahwa pada proses adsorpsi secara fisik,
penyerapan adsorbat pengotor gliserol akan semakin kecil dengan meningkatnya
temperatur. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya temperatur maka proses
desorpsi semakin besar, sehingga sebagian adsorbat yang teradsorpsi akan terlepas
dari pori atau luas permukaan adsorben secara linier. Oleh karena itu pada suhu di
atas 60℃ kadar gliserol yang diperoleh mengalami penurunan. Selain itu menurut
The Soap and Detergent Association (1990) pemanasan di atas suhu 60℃, dapat
meningkatkan tekanan uap gliserol sehingga mengurangi kadar gliserol yang
terdapat pada sampel.
Pengukuran matter organic non glycerin (MONG) content test atau uji
kadar MONG pada prinsipnya sederhana. Pengujian kadar MONG digunakan untuk
mengetahui sisa bahan organik yang masih terkandung dalam gliserol. MONG
terdiri dari campuran free fatty acid (FFA), fatty acid methyl ester (FAME),
33
gliserida, dan alkohol. MONG harus dihilangkan agar gliserol yang dihasilkan
aman untuk dikonsumsi atau diproduksi sesuai dengan standar. Menurut SNI 06-
1564-1995 kadar MONG yang diperbolehkan, harus kurang dari 2,5% (Kongjao,
dkk., 2010).
Jenis Waktu adsorpsi Suhu adsorpsi Konsentrasi KMONG sebelum KMONG sesudah KMONG
No. Sumber (%)
adsorben (Menit) (℃) (%) Adsorpsi (%) Adsorpsi (%)
34
2.5
1.5
0.5
0
6 9 12 15
Konsentrasi adsorben (%)
Sedangkan pada konsentrasi adsorben 15%, suhu adsorpsi 60℃, dan waktu
adsorpsi 75 menit, menghasilkan kadar MONG setelah adsorpsi lebih tinggi dari
konsentrasi adsorben yang lain yaitu 2,3% untuk karbon aktif dan 2,1% untuk zeolit
alam dengan penurunan kadar MONG untuk karbon aktif sebesar 14,11% dan zeolit
alam sebesar 15,89%. Menurut penelitian Aziz (2014), hal ini disebabkan karena
terlalu banyak konsentrasi adsorben yang ditambahkan maka terdapat kemungkinan
terjadinya interaksi antara gliserol dan adsorben sehingga gliserol ikut terserap ke
dalam adsorben sedangkan adsorbat pengotor MONG tidak terserap secara optimal.
Sifat ini terjadi karena gliserol memiliki tiga gugus -OH yang bersifat polar, dapat
membentuk ikatan kimia dengan situs-situs aktif pada permukaan adsorben.
35
Tabel 4.11. Perbandingan kadar MONG terhadap ukuran adsorben
6.5
6 Karbon aktif Zeolit alam
5.5
Kadar MONG (%)
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
180 200 250
Ukuran adsorben (µm)
36
sebesar 0,132% dan zeolit alam sebesar 0,146% dengan penurunan kadar MONG
untuk karbon aktif sebesar 21,21% dan zeolit alam sebesar 20,524%. Penurunan
kadar MONG disebabkan karena semakin kecil ukuran partikel adsorben maka
daya serap adsorben terhadap adsorbat pengotor MONG ikut meningkat (Wita.,
2015).
37
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
38
2. Pemilihan jenis adsorben pada proses pemurnian gliserol yang
memberikan hasil kadar MONG terendah berdasarkan parameter yang
dikaji adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan konsentrasi adsorben didapatkan hasil terbaik pada
konsentrasi adsorben 12%. Kadar MONG sebelum adsorpsi yaitu
sebesar 16,41% untuk karbon aktif dan 17,99% untuk zeolit alam.
Sedangkan kadar MONG setelah adsorpsi yaitu sebesar 0,7% untuk
karbon aktif dan 0,72% untuk zeolit alam. Total penurunan kadar
MONG setelah diadsorpsi yaitu sebesar 15,71% untuk karbon aktif
dan 17,27% untuk zeolit alam.
b. Berdasarkan ukuran partikel adsorben didapatkan hasil terbaik pada
ukuran partikel 180 µm, dengan suhu aktivasi 250℃ untuk karbon
aktif dan 450℃ untuk zeolit alam. Kadar MONG sebelum adsorpsi
yaitu sebesar 21,34% untuk karbon aktif dan 20,67% untuk zeolit
alam. Sedangkan kadar MONG setelah adsorpsi yaitu sebesar 0,132%
untuk karbon aktif dan 0,146% untuk zeolit alam. Total penurunan
kadar MONG setelah diadsorpsi yaitu sebesar 21,21% untuk karbon
aktif dan 20,524% untuk zeolit alam.
5.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, L., Aziz, I., Nurbayti, S., & Oktaviana, C. O. (2016). Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Transesterifikasi dari Minyak Goreng Bekas.
Jurnal Kimia VALENSI, 2(3), 71–80.
Anggraeni, I. S., & Yuliana, L. E. (2015). Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah
Tempurung Siwalan (Borassus Flabellifer L.) dengan Menggunakan Aktivator
Seng Klorida (ZnCl2) dan Natrium Karbonat (Na2CO3). Tugas Akhir, 1–19.
Anzar, E., Yusi, M. S., & Bow, Y. (2018). Purification of Crude Glycerol from
Biodiesel By-product by Adsorption using Bentonite. Indonesian Journal of
Fundamental and Applied Chemistry, 3(3), 83–88.
Ardi, M. S., Aroua, M. K., & Hashim, N. A. (2015). Progress, Prospect and
Challenges in Glycerol Purification Process: A Review. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 42, 1164–1173.
Asip, F., Mardhiah, R., & Husna. (2008). Uji Efektifitas Cangkang Telur dalam
Mengadsorbsi Ion Fe dengan Proses Batch. Jurnal Teknik Kimia, 15(2), 22–
26.
Atkins, P., & Julio De Paula. (1998). Atkins’ Physical Chemistry. In The Laws of
Thermodynamics (8th ed.). Online Resource Centre.
Aziz, I., Aristya, M. N., Hendrawati, & Adhani, L. (2018). Peningkatan Kualitas
Crude Glycerol dengan Proses Adsorpsi menggunakan Sekam Padi. Jurnal
Kimia VALENSI, 4(1), 34–41.
Aziz, I., Fadhilah, N. H. B., & Hendrawati, H. (2017). Penggunaan H-Zeolit dan
Tawas dalam Pemurnian Crude Glycerol dengan Proses Adsorpsi dan
Koagulasi. Jurnal Kimia VALENSI, 3(1), 35–43.
Aziz, I., Las, T., & Shabrina, A. (2014). Pemurnian Crude Glycerol dengan Cara
40
Pengasaman dan Adsorpsi menggunakan Zeolit Alam Lampung. Chemistry
Progress, 7(2).
Aziz, I., Nurbayti, S., & Luthfiana, F. (2008). Pemurnian Gliserol dari Hasil
Samping Pembuatan Biodiesel menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng
Bekas. Jurnal Kimia VALENSI, 1(3).
Aziz, I., Sulistina, R. C., Hendrawati, & Adhani, L. (2018). Purification of Crude
Glycerol from Acidification Using Tea Waste. IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science, 175(1).
Barbosa, S. L., de Freitas, M. S., dos Santos, W. T. P., Nelson, D. L., de Freitas
Marques, M. B., Klein, S. I., Clososki, G. C., Caires, F. J., Nassar, E. J.,
Zanatta, L. D., Agblevor, F. A., Afonso, C. A. M., & Moraes Baroni, A. C.
(2020). Preparation of Activated Charcoal from Acrocomia Aculeata for
Purification of Pretreated Crude Glycerol. Biomass Conversion and
Biorefinery.
Chol, C. G., Dhabhai, R., Dalai, A. K., & Reaney, M. (2018). Purification of Crude
Glycerol Derived from Biodiesel Production Process: Experimental Studies
and Techno-Economic Analyses. Fuel Processing Technology, 178(December
2017), 78–87.
Dewajani, H., Hakim, A. R., Iswara, M. A., Susanti, T., & Pratiwi, D. (2020). The
Effect of Concentration and Acid Types on the Acidification Process for
Improving the Glycerol Concentration and its Application as a Bio additive.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 732(1).
Dhabhai, R., Ahmadifeijani, E., Dalai, A. K., & Reaney, M. (2016). Purification of
Crude Glycerol Using a Sequential Physico-Chemical Treatment, Membrane
41
Filtration, and Activated Charcoal Adsorption. Separation and Purification
Technology, 168, 101–106.
Hazra, F., & Septiawan, I. (2014). Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping
Produksi Biodiesel Minyak Kelapa Sawit. 4.
Herdiana, I., & Aji, N. (2020). Fraksinasi Ekstrak Daun Sirih dan Ekstrak Gambir
serta Uji Antibakteri Streptococcus mutans. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
19(Mei), 33–42.
Hidayat, Y., & Rahardjo, S. B. (2010). Optimasi Kapasitas Adsorpsi Gliserol pada
γ-Al2O3 dan Efek Tegangan Permukaannya terhadap Daya Serap
Adsorpsinya sebagai Kajian Awal Pemisahan Gliserol pada Limbah
Biodiesel. II(2).
Hudha, M. I., Daryono, E. D., & R, E. K. (2017). Spray Anti Jamur Biocompatible
dari Pemurnian Crude Gliserol pada Tanaman Mangga dengan Variasi Rasio
KOH terhadap Ester dan pH Asidifikasi. 1–8.
Kocsisová, T., & Cvengroš, J. (2006). G-Phase from Methyl Ester Production –
Splitting and RefininG. Petroleum & Coal, 48(2), 1–5.
Kurniasari, L. (2010). Potensi Zeolit Alam sebagai Adsorben Air pada Alat
Pengering. Jurnal Momentum, 6(1), 17–20.
Langenati, R., Mordiono, R., Mustika, D., Wasito, B., & Ridwan. (2012). Pengaruh
Jenis Adsorben dan Konsentrasi Uranium terhadap Pemungutan Uranium dari
Larutan Uranil Nitrat. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Serpong,
8(2), 67–122.
42
Berbagai Negara. Prosiding Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia
2010, 6.
Meshko, V., Markovska, L., Mincheva, M., & Rodrigues, A. E. (2001). Adsorption
of Basic Dyes on Granular Acivated Carbon and Natural Zeolite. Water
Research, 35(14), 3357–3366.
Nadeak, S., Mentari Hasibuan, J., Widya Naibaho, L., & Suriani Sinaga, M. (2019).
Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Ayam sebagai Adsorben Pada
Pemurnian Gliserol dengan Metode Asidifikasi dan Adsorpsi. Jurnal Teknik
Kimia USU, 8(1), 25–31.
Nadir, M., & Marlinda. (2013). Peningkatan Kadar Gliserol Hasil Samping
Pembuatan Biodiesel dengan Metode Adsorpsi Asam Lemak Bebas (ALB)
menggunakan Fly Ash. Konversi, 2(Vol 2, No 2 (2013): Oktober 2013), 1–8.
43
Nanda, M. R., Yuan, Z., Qin, W., Ghaziaskar, H. S., Poirier, M. A., & Xu, C. C.
(2014). Thermodynamic and Kinetic Studies of a Catalytic Process to Convert
Glycerol into Solketal as an Oxygenated Fuel Additive. Fuel, 117(PART A),
470–477. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2013.09.066
Nurafriyanti, Prihatini, N. S., & Syauqiah, I. (2017). Pengaruh Variasi pH dan Berat
Adsorben dalam Pengurangan Konsentrasi Cr Total pada Limbah Artifisial
menggunakan Adsorben Ampas Daun Teh. Jukung Jurnal Teknik Lingkungan,
3(1), 56–65.
Rahmi, U. (2006). Pengaruh Jenis Asam dan pH pada Pemurnian Residu Gliserol
dari Hasil Samping Produksi Biodiesel.
Ramdja, A. F., Halim, M., & Handi, J. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari
Pelepah Kelapa (Cocus nucifera). Jurnal Teknik Kimia, 15(2), 1–8.
Rifa’i, A., Yuliani, H., Purnamastuti, F. N., Kalembang, E., Mayasari, R. D.,
Fitriani, D. A., & Hidayat, A. S. (2020). Pemurnian Gliserin dengan
Menggunakan Metode Adsorpsi Karbon Aktif Lokal. Jurnal Inovasi Dan
Teknologi Material, 1(2), 1–6.
Rini, D. K., & Anthonius, F. (2010). Optimasi Aktivasi Zeolit Alam untuk
Dehumidifikasi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Semarang :
Universitas Diponegoro, 024, 1–11.
Ruíz-Baltazar, A., Reyes-López, S. Y., Tellez-Vasquez, O., Esparza, R., Rosas, G.,
& Pérez, R. (2015). Analysis for the Sorption Kinetics of Ag Nanoparticles on
Natural Clinoptilolite. Advances in Condensed Matter Physics, 2015.
44
https://doi.org/10.1155/2015/284518
Sahraeni, S., Syahrir, I., & Bagus. (2019). Aktivasi Kimia menggunakan NaCL pada
Pembuatan Karbon Aktif dari Tanah Gambut. 2019, 145–150.
Sandra, S., Konstantinović, Danilović, B. R., Ćirić, J. T., Ilić, S. B., Savić, D. S., &
Veljković, V. B. (2016). Valorization of Crude Glycerol from Biodiesel
Production. Chemical Industry and Chemical Engineering Quarterly, 22(4),
461–489.
Saputri, D. E. (2016). Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Aktivator KOH pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Sawit untuk Mengolah POME.
Sari, N., Helwani, Z., & Rionaldo, H. (2015). Esterifikasi Gliserol dari Produk
Samping Biodiesel menjadi Triasetin menggunakan Katalis Zeolit Alam. Jom
F Teknik, 2(1), 1–7.
Shahidi, F. (2005). Bailey ’S Industrial Oil and Fat Oil and Fat Products. In Bailey’s
Industrial Oil and Fat Products (Vol. 1).
Siregar, Y. D. I., Heryanto, R., Lela, N., & Lestari, T. H. (2015). Karakterisasi
Karbon Aktif asal Tumbuhan dan Tulang Hewan menggunakan FTIR dan
Analisis Kemometrika. Jurnal Kimia VALENSI, 1(November), 103–116.
Surbakti, W. M., M.H, G. R., & Sinaga, M. S. (2016). Pengaruh Pelarut Kloroform
dalam Pemurnian Gliserol dengan Proses Asidifikasi Asam Klorida. Jurnal
Teknik Kimia USU, 5(3), 38–43.
Suseno, N., Adiarto, T., Alviany, R., & Novitasari, K. (2019). Pemurnian Gliserol
Hasil Produk Samping Biodiesel dengan Kombinasi Proses Adsorpsi-
Mikrofiltrasievaporasi. Jurnal Teknik Kimia, 13(2).
Syauqiah, I., Amalia, M., & Kartini, H. A. (2011). Analisis Variasi Waktu dan
Kecepatan Pengaduk pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan
Arang Aktif. Info Teknik, 12(1), 11–20.
Tan, H. W., Aziz, A. R. A., & Aroua, M. K. (2013). Glycerol Production and its
45
Applications as a Raw Material: A Review. Renewable and Sustainable
Energy Reviews, 27, 118–127.
Van Gerpen, J., Shanks, B., Pruszko, R., Clements, D., & Knothe, G. (2004).
Biodiesel Analytical Methods August 2002 - January 2004. Nrel/Sr-510-
36240, July 2004, 100.
Verayana, Paputungan, M., & Iyabu, H. (2018). Pengaruh Aktivator HCl dan H
3PO4 terhadap Karakteristik (Morfologi Pori) Arang Aktif Tempurung Kelapa
serta Uji Adsorpsi pada Logam Timbal (Pb). Jurnal Entropi, 13(1), 67–75.
Widjajanti, E., P, R. T., & Utomo, M. P. (2011). Pola Adsorpsi Zeolit terhadap
Pewarna Azo Metil Merah dan Metil Jingga. Prosiding Seminar Nasional
Penelitan, Pendidikan Dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011, 115–122.
Yong, K. ., Ooi, T. L., Dzulkefly, K., Wan Yunus, W. M. Z., & Hazimah, A. .
(2001). Refining of Crude Glycerine Recovered from Glycerol Residue by
Simple Vacuum Distillation. Journal of Oil Palm Research, 13(2), 39–44.
46
LAMPIRAN
Keterangan :
KG = Kadar Gliserol (%)
T1 = Volume NaOH untuk titrasi contoh (mL)
T2 = Volume NaOH untuk titrasi blanko (mL)
N = Normalitas NaOH (N)
W = Bobot contoh (g)
9.209 = Faktor gliserol
Keterangan :
KAir = Kadar Air (%)
a = Bobot cawan (gram)
b = Bobot sampel (gram)
c = Bobot cawan + sampel (setelah pengeringan)
47
Kadar abu (SNI-06-1564-1995)
Metode :
Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselen
yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian cawan dan sampel
tersebut dibakar dengan pemanas dalam ruang asap, sampai sampel tidak berasap
dan diabukan pada tanur pengabuan pada suhu 550 °C sampai dihasilkan abu yang
berwarna abu-abu terang atau bobotnya telah konstan. Selanjutnya kembali
didinginkan dalam desikator dan ditimbang segera setelah mencapai suhu ruang.
Cara perhitungan kadar abu total ditunjukkan pada persamaan (3) berikut ini :
𝑊
KAbu (%) = 𝑊1 x 100
2
Keterangan:
KAbu = Kadar abu (%)
W1 = Massa gliserol setelah pembakaran (g)
W2 = Massa gliserol sebelum pembakaran (g)
Keterangan:
KMONG = Kadar zat organik selain gliserol (%)
KG = Kadar Gliserol (%)
KAir = Kadar Air (%)
KAbu = Kadar Abu (%)
48
Sumber Physical properties
No. Kadar Kadar Kadar Kadar
(Karbon aktif)
Gliserol (%) Air (%) Abu (%) MONG (%)
8. (Barbosa, dkk., 2020) 95,99 - - 6,78
49