DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Perkembangan industri kelapa sawit berlangsung sangat cepat di Indonesia saat ini.
Pembangunan pabrik-pabrik kelapa sawit semakin meningkat sebagai akibat dari semakin
tingginya produksi tandan buah segar yang dihasilkan. Pengolahan kelapa sawit tidak hanya
menghasilkan minyak kelapa sawit, namun juga menghasilkan limbah (Wulandari et al, 2016)
Limbah pada dasarnya adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia, maupun proses-proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan
mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Nilai ekonomi yang negatif, karena pengolahan
memerlukan biaya yang besar disamping juga mencemari lingkungan (Said, 1996).
Limbah industri kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah
cair dan limbah gas. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak sawit (CPO) dan inti
sawit (kernel) di pabrik kelapa sawit (PKS) termasuk limbah cair. Beberapa limbah yang
digolongkan sebagai limbah padat yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang atau
tempurung, serabut atau serat dan sludge atau lumpur. Limbah gas dapat berasal dari gas cerobong
dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Prayitno,dkk. 2008).
Pada proses produksi industri kelapa sawit, limbah cair merupakan limbah yang paling
banyak dihasilkan dibanding jenis limbah lainnya yakni sekitar 60% dari total 100% pada proses
pengolahan tandan buah segar. (Budianta,2004). Limbah cair industri umumnya mengandung
logam berat seperti Pb, Cu, Zn, Cd, dan lain-lain. Limbah cair tersebut jika dibuang ke lingkungan
secara langsung dapat merusak sumber daya alam dan lingkungan. (Wulandari,dkk. 2016).
Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau palm oil mill effluent (POME) merupakan
salah satu jenis limbah organik agroindustri berupa air, minyak dan padatan organik yang berasal
dari hasil samping proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk menghasilkan
crude palm oil (CPO) . Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (CPO) akan
menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar (Nasution, 2004)
Limbah cair pabrik kelapa sawit berwarna kecoklatan, terdiri dari padatan terlarut dan
tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan COD dan BOD tinggi 68.000ppm
dan 27.000ppm, bersifat asam (pH nya 3,5 - 4), terdiri dari 95% air, 4-5% bahanbahan terlarut dan
tersuspensi (selulosa,protein,lemak) dan 0,5-1% residu minyak yang sebagian besar berupa emulsi.
Kandungan TSS LCPKS tinggi sekitar 1.330 – 50.700 mg/L , tembaga (Cu) 0,89 ppm, seng (Zn)
2,3 ppm serta amoniak 35 ppm (Ma, 2000).
Untuk meneliti tingkat bahaya atau tidaknya logam berat yang dihasilkan dari limbah
industri kelapa sawit maka dibutuhkan alat ukur kadar logam berat. Salah satu alat yang digunakan
adalah Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). AAS merupakan suatu metode pengukuran
yang didasarkan pada jumlah radiasi yang diserap oleh atom-atom bila sejumlah radiasi dilewatkan
melalui sistem yang mengandung atom-atom itu. Jumlah radiasi yang terserap sangat tergantung
pada jumlah atom itu untuk menyerap radiasi. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diserap
(absorbansi) maka konsentrasi unsur dalam cuplikan dapat diketahui. Metode SSA
(Spektrofotometri serapan atom) atau AAS (Atomic Abssorption Spectrophometry), ini merupakan
salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur didalam suatu
bahan bahkan dapat menganalisis sampel dalam jumlah sedikit, karena metode ini memiliki
kepekaan, ketelitian dan selektifitas yang sangat tinggi (Wulandari et al, 2016).
Kandungan logam berat pada limbah industri kelapa sawit dikatakan berbahaya jika
melebihi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia nomor 5 tahun 2014. Sumber daya air yang tercemar oleh unsur-unsur logam berat dari
limbah cair industri kelapa sawit baru dapat dikatakan layak digunakan oleh manusia apabila
unsur-unsur yang dikandungnya sudah memenuhi standar baku mutu air (Junika,2016).
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak sawit (CPO) dan inti sawit
(kernel) di pabrik kelapa sawit (PKS) termasuk limbah cair. Limbah cair tersebut jika dibuang ke
lingkungan secara langsung dapat merusak sumber daya alam dan lingkungan, seperti gangguan
pencemaran alam dan pengurasan sumber daya alam, yang nantinya dapat menurunkan kualitas
lingkungan antara lain pencemaran tanah, air, dan udara bahkan bisa beracun bagi manusia karena
di dalam limbah cair bisa mengandung logam berat yang berbahaya dengan konsentrasi tinggi
(Junika,2016).
Metode yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam pada limbah cair minyak
kelapa sawit adalah metode AAS. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan suatu
instrumen yang digunakan pada metode pengujian unsur-unsur logam dan metaloid (Ayrus,2021).
Syarat analisis kadar logam menggunakan AAS yaitu murni, bebas dari partikel, mudah
larut dalam air, konsentrasi logam yang dapat ditetapkan harus di atas batas minimum deteksi
(cmd). Prinsip kerja metode AAS adalah melalui absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan
atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak tergantung pada temperatur. (Ayrus,2021).
Mekanisme kerja AAS sebagai berikut
Pada mulanya sampel disedot menggunakan selang yang sangat tipis, kecepatan selang
dalam menyedot sampel dikontrol oleh komputer, kemudian sampel tersebut masuk ke dalam
nebulizer. Di dalam nebulizer, Sampel diubah menjadi kabut asap/aerosol dalam bentuk kering
dan dikeringkan. Selanjutnya kabut asap diuapkan menuju flame/ nyala api. Di Dalam nyala api
aerosol disemburkan ke bagian burner menjadi atom netral dalam keadaan ground state/standar. Di
dalam flame terdapat lubang yang berfungsi sebagai jalan pancaran sinar yang berasal dari lampu
katoda. Pancaran sinar tersebut menembus api dan atom - atom ground state menyerap radiasi,
akibatnya atom tereksitasi dari keadaan standar menjadi keadaan tereksitasi. Selanjutnya, sinar
tersebut menuju monochromator, fungsi monochromator adalah mengubah sinar polikromatis
menjadi monokromatis. Sinar monokromatis menuju detector dan sinar diubah menjadi sinyal
listrik. Sinyal listrik diterima oleh komputer dengan melihat abrsopannya (Ayrus,2021).
Linieritas kurva kalibrasi dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) pada
persamaan garis regresi linier. Persamaan garis regresi linier dihitung dari konsentrasi
larutan standar Cu (mg/L) sebagai variabel x dan serapan sebagai variabel y, sehingga
persamaan garis linear untuk standar Cu yaitu y = 0,15628 x + 0,01332 dan
membentuk garis linier dengan nilai R = 0,999 Nilai regresi yang diperolehkan yaitu
mendekati angka 1 dan memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh SNI
6989.84:2019 bahwa koefisien korelasi regresi linier yang diperbolehkan yaitu r ≥
0,995. Maka kurva kalibrasi di atas dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan
kandungan logam Cu pada sampel.
Ayrus Suci.2021.Penentuan Kandungan Logam Berat Cu DAN Zn Pada Sampel Air Limbah Kelapa
Sawit Dengan Metode AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry).Karya Ilmiah, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Jambi.
Jaya, Farida, Guntarti, A., Kamal, Zainul. 2013. Determination Of Pb Levels in Various Shampoo Brands
by Atomic Adsorption Spectrophotometry Metods.Pharmaciana. Vol. 3(2):9-13.
Ma.A.N. 2000. Management of palm oil industrial effluent. In. Basiron,Y., B.S. Jailani and k.w.
Chan . Advances in oil palm research. Vol II. Malaysian palm oil board, Ministry of primary
industrie , Malaysia.
Nasution.D.Y. 2004. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir
(final pond) dengan proses koagulasi melalui elektrolisis. Jurnal Sains Kimia. 8(2): 38-40.
Said, E. G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Bogor:
Trubus Agriwidya.
Sapto Prayitno, dkk. 2008. Produktivitas Kelapa Sawit (elaeis guineensis jacq.) Yang Dipupuk
Dengan Tandan Kosong Dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Ilmu Pertanian Vol. 15 No.
1, 2008 : 37 – 48
Wulandari, J., Asrizal, & Zulhendri. (2016). Analisis Kadar Logam Berat Pada Limbah Industri
Kelapa Sawit Berdasarkan Hasil Pengukuran Atomic Absorption Spectrophotometry (Aas).
Pillar of Physics, 8, 57–64.