Anda di halaman 1dari 83

ANALISA PENGARUH KELEMBAPAN SAMPAH KAYU DAN

SISA MAKANAN PADA INCENERATOR PORTABLE SKALA


RUMAH TANGGA

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengajukan Tugas Akhir di Jurusan


Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh :
Lega Afriza
3331100369

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang Bertanda tangan dibawah ini
Nama : Lega Afriza
NPM : 3331100369
Menyatakan bahwa skrisi dengan judul
ANALISA PENGARUH KELEMBAPAN SAMPAH KAYU DAN SISA
MAKANAN PADA INCENERATOR PORTABLE SKALA RUMAH
TANGGA
Adalah benar hasil karya sendiri dan tidak ada duplikasi dari karya orang lain ,
kecuali untuk bagian yang telah di erikan sumbernya.

Cilegon, Januari 2016

Lega Afriza
NPM : 3331100369

iii
Dipersembahkan kepada
Kedua orang tua, adik, kekasih,
sahabat
dan teman – temanku.
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji hanya milik Allah SWT serta Sholawat dan salam kepada
Rasulullah SAW. Alhamdulillah atas kemurahan-Nya yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kemudahan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Tugas akhir ini berisi mengenai hasil dari perencanaan dimana dalam
penyusunannya merupakan aplikasi dari beberapa matakuliah yang dipelajari di
bangku kuliah. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
meraih gelar sarjana teknik pada jurusan Teknik Mesin FT. Untirta.
Tersusunnya tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Eng. A. Ali Alhamidi, ST.,MT Selaku Dekan FT. Untirta.
2. Bapak Ipick Setiawan ST.M.Eng. Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT.
Untirta.
3. Bapak Dr. Eng. Agung Sudrajad, ST., M. Eng. selaku Pembimbing
Akademik.
4. Bapak Imron Rosyadi, ST., MT. selaku Pembimbing I. Terimakasih atas
pengarahan, ilmu, waktu, solusi, dan kesabaran Bapak.
5. Bapak Mekro Permana Pinem ST., MT. selaku Pembimbing II.
Terimakasih atas pengarahan, ilmu, waktu, solusi, dan kesabaran Bapak.
6. Dosen dan Staf Teknik Mesin FT. Untirta yang tidak dapat disebutkan
namanya, Terimakasih atas ilmu yang kalian berikan.
7. Kedua orangtua, adik tercinta Liza Trianisa, dan terkasih Niken Triyanti
yang telah memberikan doa serta dukungan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, baik secara moril maupun materil.
8. Teman perjuangan dikostan (M. Septiariandani, Aji Purnayuda, Uggy
Purwo S., Attegar P., Azharivan Y.H., Andro Meda G., Setyo Bayu A.,
Aan N., Anzar A., Arif Ockta A., Dede, M. Zaky Mubarok) dan seluruh
rekan teknik mesin angkatan 2010, terimakasih telah memberikan
semangat serta motivasi dan dukungannya.

iv
9. Keluarga besar UKM Jurnalistik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
terima kasih atas waktu, ilmu, semangat dan rasa kekeluargaan kalian.
10. Sahabat – sahabat peneliti, Auliana, Zaky Farida, Nita Retnasari, Reni
Suciati, Ipeeh Hafifah, Tatu Cholisoh, Khoirunisa Caca, Sifatul Ismaniah,
Ifa Alfiani, Jaka Awaloedin H., Tb. Faisal P., Fachrian Djachaer,
Raffiudin Abroh, Hegar A. Ladzuar, Fauziah Nur Utami, Lilla Mujiani I.,
Zahra Khalizha, Erika Aulia, Risda Sinaga, Ninta Tarigan, Diana Pusvita,
Diandini S. Putri, Resti Kurniawan, Fazriah Agista, Irena Aviani, Martha
Puspitasari, Ririn N., dan sahabat – sahabat yang lain yang tidak bisa
disebutkan terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.
11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Menyadari akan kelemahan serta kekurangan sebagai manusia, oleh karena


itu segala saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga tugas akhir
ini bermanfaat dan dapat dipergunakan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cilegon, Januari 2016

Penulis

v
ABSTRAK

Sampah merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat


ini merupakan tantangan bagi pengelola kota, peningkatan jumlah penduduk
setiap tahunnya sebanding dengan peningkatan jumlah volume sampah. Hal ini
menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Daerah. Dari semua sampah
tersebut penyumbang terbesar yaitu sampah organik sebesar 85% dan sampah
anorganik sebesar 15%. Salah satu metode alternatif penanganan sampah dapat
diterapkan dirumah tangga dengan incenerator portable. Incenerator portable ini
memiliki ruang pembakaran dan tempat penampung sampah yang akan dibakar.
Proses pembakaran dilakukan dengan tertutup, untuk menghindari bahaya toksin
maupun infeksi dari sampah yang akan dimusnahkan. Dalam penelitian ini
dilakukan pengujian hasil pembakaran sampah organik yang terdiri dari sampah
sisa makanan dan kayu dengan variasi kadar air sampah. Dari hasil pengujian
sampah organik dengan variasi kadar air, diperoleh temperatur maksimum dengan
nilai kadar air awal 43,33% dengan temperatur 729oC, untuk kadar air 58,67%
dengan temperatur 698oC, untuk kadar air 68,67% dengan temperatur 589oC, dan
untuk kadar air 78,67% dengan temperatur 546oC. Sedangkan sampah yang
tereduksi dari proses pembakaran berturut turut adalah 96%, 95%, 94,6%, dan
94,2%. Dari hasil pengujian diatas didapat hasil bahwa incenerator portable ini
mampu untuk membakar sampah organik hingga kadar air 78,67%, tetapi untuk
pembakaran optimal yaitu pada pembakaran hingga kadar air hingga 58,67%, dan
didapat pengujian sampah organik pada incenerator dengan variasi kadar air
secara umum berlangsung sempurna karena dari setiap pengujian sampah yang
direduksi diatas 80%. Dan dari data tersebut didapat semakin tinggi kadar air
maka semakin rendah temperatur maksimal yang tercapai dan jumlah sampah
yang tereduksi.

Kata kunci : sampah, incenerator, kadar air, temperatur, pembakaran.

vi
ABSTRACT

Garbage is one of the urban problem which is still being a challenge for
the management of the city, an increasing the number of citizen in every year in
proportion to increase the number of the garbage’s volume. This is a serious
problems for local governments. The biggest contributor to the organic garbage of
85% and inorganic garbage at 15%. One method alternative handling garbage can
be applied by home ladder with incenerator portable. Incenerator portable has
combustion chamber and shelters garbage to burn. The process of combustion
done with closed, to avoid the danger of toxin and an infection of garbage will be
destroyed. This research was conducted to examine fish’s garbage burning
organic which consisting of food’s garbage and wood with the variation of the
moisture content of garbage. From the results of the testing organic garbage with
the variation of the moisture, obtained maximum temperature with a value of the
moisture early 43,33% with 729oC temperature, to the moisture content of 58,67%
with 698oC temperature, to the moisture content of 68,67% with 589oC
temperature, and for the moisture 78,67% with 546oC temperature. While garbage
reduced in the process of combustion successive also was 96%, 95%, 94,6 %, and
94,2%. From the results of the testing above obtained the result that portable
incenerator is capable of to burn organic waste until the moisture 78,67%, but for
burning optimal namely on the burning the until the moisture until 58,67% , and is
found testing organic waste on incenerator with the variation of the moisture in
general take place perfect because of any testing garbage which are reduced above
80 percent .And from the data was collected the higher the moisture content of the
more low maximum temperature and being fulfilled and the number of garbage
irreducible.

Keyword: garbage, incenerator, moisture, temperature, combustion

vii
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah .............................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah ................................................................................................ 5
2.1.1 Jenis – jenis Sampah ................................................................. 5
2.2 Sampah Organik .................................................................................. 9
2.2.1 Jenis – jenis Sampah Organik ................................................... 10
2.2.2 Dampak Sampah Organik ......................................................... 10
2.2.3 Prinsip Pengolahan Sampah Organik ........................................ 11
2.3 Sampah Kota Cilegon .......................................................................... 12
2.4 Penanganan Sampah ............................................................................ 13
2.4.1 Dampak Bahaya Pembakaran Sampah ...................................... 13
2.4.2 Pengelolaan ............................................................................... 14
2.5 Incenerator ........................................................................................... 15
2.6 Manfaat Teknologi Incenerator ........................................................... 16
2.7 Jenis-jenis Incenerator ......................................................................... 17
2.7.1 Multiple Heart Incenerator ........................................................ 17
2.7.2 Rotary Klin Incenerator ............................................................. 18

viii
2.7.3 Fluidized Bed Incenerator ......................................................... 20
2.8 Pengambilan Data Sampah .................................................................. 21
2.9 Komposisi Sampah Kayu dan Sisa Makanan Tiap Pembakaran ........ 22
2.10 Kadar Air Sampah ............................................................................. 23
2.11 Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan ..................................... 24
2.12 Variabel Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan ...................... 25
2.13 Persentase Sampah Yang Terbakar Berdasarkan Abu Sisa
Pembakaran ....................................................................................... 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................................... 27
3.2 Preparasi .............................................................................................. 29
3.3 Pengujian Kadar Air ............................................................................ 29
3.4 Variabel Kadar Air ............................................................................. 31
3.5 Sampah Yang Direduksi ...................................................................... 32
3.6 Waktu dan Lokasi Pengujian ............................................................... 32
3.7 Gambaran Umum Incenerator ............................................................. 32
3.8 Bagian – bagian Incenerator ................................................................ 33
3.8.1 Blower ....................................................................................... 33
3.8.2 Primary Air ................................................................................ 33
3.8.3 Ruang Pembakaran ................................................................... 34
3.9 Peralatan dan Bahan Pengujian ........................................................... 35
3.9.1 Peralatan Pengujian ................................................................... 35
3.10 Cara Kerja Incenerator ...................................................................... 38
3.11 Parameter Prestasi Incenerator .......................................................... 39
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1 Pendahuluan ........................................................................................ 40
4.2 Pengujian Kadar Air ............................................................................ 40
4.3 Persentase Komponen Sampah Kayu dan Sisa Makanan Berdasarkan
Komposisi Sampah Kota Cilegon ............................................................. 41
4.4 Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan ....................................... 43
4.5 Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan Tiap Pengujian .............. 45
4.6 Pengujian Pembakaran Sampah Kayu Dan Sisa Makanan ................. 47

ix
4.7 Pengambilan Data Temperatur ............................................................ 48
4.7 Data Hasil Pengujian ........................................................................... 49
4.7.1 Data Hasil Pengujian Tiap Pembakaran .................................... 49
4.7.2 Data Temperatur Rata – rata Tiap Pengujian ............................ 54
4.7.3 Data Temperatur Maksimal Tiap Pengujian ............................. 55
4.7.4 Persentase Sampah Yang Terbakar Berdasarkan Abu Sisa
Pembakaran............................................................................... 56
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 58
5.2 Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sampah ......................................................................................... 5


Gambar 2.2 Sampah Organik ........................................................................... 6
Gambar 2.3 Sampah Anorganik ....................................................................... 7
Gambar 2.4 grafik Volume Sampah Kota Cilegon .......................................... 12
Gambar 2.5 Incenerator .................................................................................... 16
Gambar 2.6 Multiple Hearth Incenerator ......................................................... 18
Gambar 2.7 Rotary Kiln Incenerator ................................................................ 19
Gambar 2.8 Fluidized Bed Incenerator ............................................................ 20
Gambar 2.9 Persentase Fraksi Massa Keseluruhan Komponen Sampah
Kota Cilegon ............................................................................ 22
Gambar 3.1 Diagram Alir Analisa Uji Sampah Kayu dan Sisa Makanan ........ 27
Gambar 3.2 Preparasi Komponen Sampah ....................................................... 29
Gambar 3.3 Oven.............................................................................................. 30
Gambar 3.4 Desikator ....................................................................................... 31
Gambar 3.5 Blower Primary Air ...................................................................... 33
Gambar 3.6 Ruang Bakar Pada Incenerator ..................................................... 34
Gambar 3.7 Bata Tahan Api SK 32 .................................................................. 35
Gambar 3.8 Semen Tahan Api ......................................................................... 35
Gambar 3.9 Anemometer ................................................................................. 36
Gambar 3.10 Termocouple ............................................................................... 36
Gambar 3.11 Termocontrol .............................................................................. 37
Gambar 3.12 Stopwatch ................................................................................... 37
Gambar 3.13 Timbangan Digital ...................................................................... 38
Gambar 4.1 Kondisi Ketika Pengujian ............................................................. 48
Gambar 4.2 Letak Probe Titik T1 dan T2 ........................................................ 49
Gambar 4.3 Letak Probe Titik T3 dan T4 ........................................................ 49
Gambar 4.4 Grafik Temperatur Dengan Kadar Air 43,34% ............................ 50
Gambar 4.5 Grafik Temperatur Dengan Kadar Air 58,67% ............................ 51
Gambar 4.6 Grafik Temperatur Dengan Kadar Air 68,67% ............................ 52
Gambar 4.7 Grafik Temperatur Dengan Kadar Air 78,67% ............................ 53

xi
Gambar 4.8 Grafik Temperatur Rata – rata Pembakaran Sampah Kayu dan
Sisa Makanan ............................................................................ 54
Gambar 4.9 Grafik Temperatur Maksimal Saat Pengujian .............................. 55
Gambar 4.10 Grafik Persentase Pembakaran Sampah Kayu dan Sisa
Makanan Pada Incenerator........................................................ 57

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pengujian Kadar Air ............................................... 30


Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pada Variabel Kadar Air ........................................ 31
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Pengukuran Sisa Sampah Yang Direduksi ............. 32
Tabel 3.4 Spesifikasi Blower ............................................................................ 33
Tabel 3.5 Spesifikasi refraktori ruang bakar .................................................... 34
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kadar Air ....................................................... 41
Tabel 4.2 Nilai Kadar Air Sampah Pada Setiap Pembakaran........................... 41
Tabel 4.3 Persentase Massa Sampah Kayu dan Sisa Makanan ........................ 43
Tabel 4.4 Nilai Kadar Air Total Dari 6 kg Sampel Uji .................................... 44
Tabel 4.5 Nilai Variabel Kadar Air Sampah Tiap Pembakaran ....................... 46
Tabel 4.6 Pengujian 1 Dengan Kadar Air 43,34% ........................................... 50
Tabel 4.7 Pengujian 2 Dengan Kadar Air 58,67% ........................................... 51
Tabel 4.8 Pengujian 3 Dengan Kadar Air 68,67% ........................................... 52
Tabel 4.9 Pengujian 4 Dengan Kadar Air 78,67% ........................................... 53
Tabel 4.10 Nilai Temperatur Rata – rata Pembakaran Sampah Kayu dan
Sisa Makanan ............................................................................ 54
Tabel 4.11 Nilai Temperatur Maksimal Pembakaran Saat Pengujian .............. 55
Tabel 4.12 Persentase Pembakaran Sampah Kayu dan Sisa Makanan
Berdasarkan Abu Sisa Pembakaran .......................................... 56

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat


ini merupakan tantangan bagi pengelola kota, pengelolaan persampahan
umumnya tidak dilakukan secara konsisten dan konsekuen sesuai dengan konsep
awal, sehingga dalam perjalanannya sering melanggar dan berbenturan dengan
berbagai pelanggan antara lain aspek sosial budaya, hukum , lingkungan, hak
asasi, dan lain sebagainya. Pengaturan dan pengelolaan sampah saat ini pada
dasarnya hanya terpaku kepada teknis saja, padahal yang terpenting adalah
bagaimana caranya pihak pengelola dapat mengedepankan kepentingan
masyarakat melalui sosialisasi yang transparan dalam penanganan sampah.

Saat ini cara paling banyak yang digunakan pemerintah Kabupaten / Kota
dalam pengelolaan sampah adalah dengan penimbunan sampah yang dipusatkan
ditempat tertentu dengan cara pengurugan dan penimbunan (landfill) yang
dianggap murah dan mudah, atau bahkan terkadang kenyataannya sering
dilakukan dengan cara penumpukan bebas (open dumping) karena tanah timbunan
dan lahan yang tidak lagi mencukupi. Dengan tidak terencana pembuangan
sampah yang baik dan penimbunan nya dilakukan sembarangan, kurang
professional tidak sesuai konsep sanitary landfill yang seharusnya sebagaimana
persyaratan mutlak sebuah TPA, maka tidak jarang dijumpai sampah di TPA
menjadi menggunung.

Dari permasalahan yang timbul kita dapat me-minimalisir jumlah timbulan


sampah yang ada dengan berbagai cara dan upaya, dimulai dari rumah tangga
dengan memilah-milah jenis sampah organic (mudah membusuk) dan sampah
anorganik (sukar membusuk).

Salah satu metoda alternatif penanganan pengelolaan sampah dengan skala


kecil dapat diterapkan di rumah tangga dengan pola pembakaran berteknologi
(Incenerator Portable). Pada prinsipnya dalam incenerator ini sampah rumah

1
2

tangga dapat dikelola dengan pembakaran suhu tinggi, sehingga untuk mereduksi
volume sampah lebih cepat. Dengan penelitian lebih lanjut mengenai konsep
pengolahan sampah menggunakan incenerator portable ini diharapkan dapat
mereduksi sampah rumah tangga sehingga lebih ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, perumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan kadar air sampah yang dibakar pada incenerator.
2. Menentukan berapa temperatur incenerator saat proses pembakaran.
3. Menentukan jumlah sampah yang bisa direduksi setelah proses
pembakaran

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah, antara lain :


1. Penelitian dilakukan hanya pada sampah kayu dan sisa makanan.
2. Pengujian dilakukan dengan variasi kadar air dalam sampah yang
akan dibakar dalam incenerator.
3. Tidak memperhitungkan konstruksi alat incenerator.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui nilai kadar air paling optimal yang bisa dibakar pada
incenerator yang dibuat
2. Mengetahui temperatur yang dihasilkan dari proses pembakaran
3. Mengetahui jumlah sampah yang bisa direduksi selama proses
pembakaran
3

1.5 Manfaat penelitian

Dilihat dari latar belakang yang ada, maka manfaat dari penelitian ini
adalah :

1. Menjadikan Solusi sebuah pembakar sampah skala 6 kg.

2. Memberikan informasi pengaruh variasi kadar air terhadap proses


pembakaran di incenerator

1.6 Sistematika penulisan

BAB I. Pendahuluan

Bab ini ditulis untuk menjelaskan latar belakang dari penelitian yang
dilakukan. Agar pengujian lebih terarah, ditentukan beberapa tujuan yang ingin
dicapai serta batasan masalah dalam penelitian ini.

BAB II. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini dijelaskan gambaran umum dari topik tugas sarjana melalui
pustaka-pustaka terkait. Studi pustaka dan landasan teori mengenai sampah,
incenerator serta kadar volatil sampah.

BAB III. Metode Penelitian

Pada bab ini dipaparkan langkah-langkah metodologi penulisan yang


digunakan mengenai topik ini serta dijelaskan lebih detail lagi tentang alat uji
yang akan digunakan. Penjelasan tiap bagiannya, cara kerja, parameter yang
diuji hingga perhitungan data yang dibutuhkan.

BAB IV. Analisis Data

Pada bab ini data hasil pengujian dianalisis. Evaluasi-evaluasi yang didapat
dari pengujian incenerator portable skala rumah tangga tersebut juga
dituliskan pada bab ini. Pada bab ini diharapkan tujuan-tujuan dari penelitian
4

ini dapat tercapai sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran terkait
kelanjutan pengujian

BAB V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini memberikan hasil akhir berupa kesimpulan yang akan menjawab tujuan
dari penelitian serta saran-saran yang diharapkan dapat membantu untuk
pengambangan pengujian Incenerator Portable Skala Rumah Tangga ke tahap
selanjutnya.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan
konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Gambar 2.1 Sampah

2.1.1 Jenis – Jenis Sampah

1. Berdasarkan Sumbernya
 Sampah alam
 Sampah manusia
 Sampah konsumsi
 Sampah nuklir
 Sampah industri
 Sampah pertambangan

5
6

2. Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya sampah dibagi dalam dua jenis, yaitu :

 Sampah organik - dapat diurai (degradable)


Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

Gambar 2.2 Sampah Organik

 Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)


Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah
anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus
makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan
kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
7

Gambar 2.3 Sampah Anorganik

3. Berdasarkan bentuk

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak


dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat
dibagi sebagai:

1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah
tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas,
potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-
potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan
sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
 Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob,
seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
8

 Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan


oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
 Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik,
kertas, pakaian dan lain-lain.
 Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi
dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra
packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
 Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet.
Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
 Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari
dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair,


atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.
Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar


datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan
limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu
waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi.untuk mencegah sampah cair adalah pabrik
pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya
membuang ke selokan.
9

3. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering
di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
4. Sampah Manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah
yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,
seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor
(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia
dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk
didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air
5. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-
sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang
umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah
kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-
sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

2.2 Sampah Organik

Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak


terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai
kalau dikelola dengan prosedur yang benar.Sampah organik adalah sampah yang
bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih
kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil
10

pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,


sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya
dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur,
pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa
sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri
dari sampah organik dan sisanya anorganik.

2.2.1 Jenis-jenis sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,


maupun tumbuhan.

Sampah organik sendiri dibagi menjadi :

 Sampah organik basah.


Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran.
 Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah
bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah
organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan
dedaunan kering.

2.2.2 Dampak sampah organik

a. Dampak terhadap Kesehatan

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
11

 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu


contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
 Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

b. Dampak terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau


sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis.

Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan


asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang
sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

2.2.3 Prinsip Pengolahan Sampah Organik

Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam


pengolahan sampah.Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:

 Mengurangi
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
 Menggunakan kembali
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai.
 Mendaur ulang
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur
ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah
12

banyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang


memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
 Mengganti
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang
hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

2.3 Sampah Kota Cilegon

Perkembangan pembangunan Kota Cilegon selama lebih dari sepuluh


tahun terakhir telah banyak mengalami kemajuan dalam berbagai bidang.
Berbagai kemajuan yang telah dicapai tersebut telah dirasakan oleh masyarakat.
Kemajuan tersebut juga memicu adanya peningkatan jumlah penduduk yang
bersumber dari meningkatnya angka kelahiran dan adanya pendatang yang ingin
mengadu nasib di kota cilegon. Data kependudukan kota cilegon menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penduduk di setiap tahunnya. Pada tahun 2007
penduduk kota cilegon adalah sebanyak 320.253 jiwa, meningkat sebesar 8,5%
pada tahun 2008 menjadi 346.059 jiwa kemudian pada tahun 2009 meningkat
sebesar 10,92% menjadi sebanyak 383.854 jiwa dan pada Desember tahun 2010
meningkat menjadi 422.898 iwa dan meningkat pada tahun 2011 sebanyak
431.936 jiwa. Pesatnya pertumbuhan penduduk sebanding dengan peningkatan
jumlah volume sampah.

Gambar 2.4 Grafik volume sampah kota cilegon


13

Pada data pemerintah kota cilegon menunjukkan terdapat adanya


peningkatan volume sampah setiap tahunnya. Dan oleh sebab itu perlu di ada
kannya suatu alat pemusnah sampah yang efektif sehingga dapat menurunkan
jumlah volume sampah perkotaan. Variasi dari berbagai macam sampah berupa
jumlah , volume serta kandungan air pada sampah merupakan bahan kajian
tentang kelayakan sampah kota cilegon untuk menjadi bahan bakar alternatif.

2.4 Penanganan Sampah


Pada umumnya sampah - sampah yang berada di sekitar masyarakat
dikelola dengan bantuan pemerintah akan tetapi tidak semua sampah di kekola
dengan benar oleh pemerintah, masyarakat lebih memilih mengelola sendiri tanpa
terkontrol oleh pemerintah. Penangan yang tidak terkontrol ini sangat tidak baik
bagi lingkungan, sebagian besar masyarakat memilih mengelolah sampah dengan
tidak benar yaitu dengan cara mengubur sampah kedalam tanah, penangan
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan tanah sekitar, ada pula
masyarakat mengelola sampah dengan cara membakar sampah dilingkungan
terbuka, yang mengakibatkan pencemaran udara yang sangat tidak baik bagi
kesehatan masyarakat sekitar, hal tersebut dikarenakan pembakaran sampah yang
tidak sempurna. Pembakaran sampah rumah tangga menghasilkan gas buang
yang mempunyai kontribusi terhadap terbentuknya gas rumah kaca yang
disebabkan karena emisi gas karbondioksida (CO2) dan N2O yang terlepas
keatmosfer.
2.4.1 Dampak Bahaya Pembakaran Sampah
Kebiasaan membakar sampah sudah lama sekali di lakukan
manusia, baik saat membuka lahan baru untuk pertanian, atau
membersihkan sampah halaman rumah. Kebiasaan ini sering dilakukan
manusia sebagai cara tercepat dalam menyelesaikan masalah. Proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam
menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon.
Hal penting yang perlu di perhitungkan dalam emisi pencemaran udara
oleh sampah adalah emisi particulat akibat proses pembakaran
14

` Pembakaran limbah jenis plastik menhasilkan berbagai senyawa


yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, pembakaran limbah jenis
ini juga hanya akan menambah jenis pencemaran yang ada yaitu
menghasilkan gas buang residu. Bahaya tersebut biasanya ditimbulkan
oleh adanya emisi gas dan partikel debu. Gas – gas berbahaya yang
ditimbulkan oleh pembakaran sampah antara lain adalah gas
karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2),
Dioxin dan Furan.
2.4.2 Pengelolaan Sampah.
MenurutPrajudi (1980), pengelolaan adalah pengendalian dan
pemanfaatan semua faktor dan sumberdaya yang menurut suatu
perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan
kerja tertentu. Limbah yang dihasilkan dapat dilakukan penanganan
dengan beberapa kemungkinan yaitu mendaur ulang menjadi bahan baku
pada suatu proses produksi( kertas, karton, logam dll ), limbah juga dapat
diolah menjadi kompos ( pada umumnya menggunakan limbah organik)
Suatu pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
beberapa hal yaitu, sumber sampah, lokasi, pergerakan/peredaran, dan
interaksi peredaran sampah dalam suatu lingkungan wilayah. Penangan
sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
1. Pengumpulan sampah

Sumber sampah yang berada dimana – mana sangatlah


menyulitkan untuk pengolahan, oleh sebab itu sampah yang akan di
buang atau di manfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu.
Pengumpulan sampah dilakukan dengan cara mengambil sampah dari
bak sampah milik masyarakat, kemudian dengan menggunakan
kendaraan pengangkut sampah dipindahkan kelokasi pembuangan
akhir.

2. Pemisahan

Pemisahan adalah memisahkan jenis –jenis sampah baik


berdasarkan sifatnya, maupun berdasarkan jenisnya dan keperluannya.
15

3. Pembakaran ( Insinerasi )

Pembakaran dilakukan pada suatu instalasi pembakaran,


karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan
sekitar. Dengan cara ini dihasilkan produk sampingan berupa logam
bekas (skrap ) dan uap yang dapat dikonversikan menjadi energy
listrik. Keuntungan lainnya dari penggunaan alat ini adalah dapat
mengurangi sampah 75%-80% dari sumber sampah tanpa proses
pemilihan. Abu dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari
pembusukan dan bias langsung dapat dibawa ketempat penimbunan
pada lahan kosong, rawaa ataupun daerah rendah sebaga itimbunan

4. Pembuangan ( Penimbunan) Sampah


Pembuangan (penimbunan) sampah adalah menempatkan
sampah pada suatu tempat yang rendah kemudian menimbunnya
dengan tanah.

2.5 Incenerator

Incenerator adalah suatu alat pembakar sampah yang di operasikan


dengan menggunakan teknologi pemhakaran pada suhu tertentu, sehingga dapat
menghancurkan sampah – sampah organik dan anorganik dan juga sampah –
sampah berbahaya dan beracun ataupun sampah – sampah infeksi, sehingga sisa
pembakaran dapat dibuang dengan aman ke tempat pembuangan sampah umum.
Pada hakekatnya, insenerasi brang-barang sisa atau sampah mengkonversi limbah
menjadi panas yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi seperti listrik

Pembakaran dalam incenerator dilakukan pada chamber tertutup, untuk


menghindari bahaya toksin maupun infeksi dari sampah yang akan dimusnahkan.
Proses pembakaran ini memerlukan waktu yang bervariasi, tergantung jenis
sampahnya serta volume sampah yang akan dimusnahkan. Pada incenerator,
biasanya memiliki dua buah ruang pembakaran untuk membakar obyek dan
membakar asap sebelum difilter, sehingga sisa – sisa karbon dari pembakaran
yang terbawa asap akan semakin berkurang, sehingga gas CO yang dihasilkan
juga semakin berkurang, dan tidak membahayakan bagi lingkungan.
16

Gambar 2.5 Incenerator

2.6 Manfaat Teknologi Incenerator

Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota


dilakukan di instalasi pembakaran insinerator. Teknologi ini mampu
mengurangi sampah hingga 80 % berat, sehingga yang 20% merupakan sisa
pembakaran yang harus dibuang ke TPA atau dimanfaatkan lebih lanjut. Sisa
pembakaran ini relatif stabil dan tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih
mudah penanganannya. Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran,
yaitu:

a. Mengurangi-massa/volume limbah, proses oksidasi limbah pada


pembakaran temperature tinggi dihasilkan abu, gas dan energi panas.

b. Mendestruksi komponen berbahaya, insinerator tidak hanya digunakan


untuk membakar sampah kota (sampah rumah tangga), namun juga
digunakan untuk limbah industri (termasuk limbah B3), limbah medis
(limbah infectious). Insinerator juga dipakai untuk limbah non padat
seperti sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Insinerator
merupakan sarana standar untuk menangani limbah medis dari rumah
sakit. Sasaran utama untuk mendestruksi pathogen yang berbahaya
seperti kuman penyakit menular.
17

c. Pemanfaatan energi panas, insinerasi adalah identik dengan pembakaran,


yaitu dapat menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah yang
akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan energi secara
kontinu agar suplai energi tidak terputus. Pembakaran sampah dengan
insinerator merupakan cara yang paling mudah dan cepat untuk
memusnahkan sampah. Lancar tidaknya proses pembakaran tergantung
dari sifat fisik dan kimia sampah, karena sampah berasal dari sumber
yang berbeda sehingga kandungan materi yang mudah dibakarpun juga
berbeda-beda. Kondisi tersebut pada akhirnya memerlukan perhitungan
dan ketelitian yang rumit.

2.7 Jenis – jenis Incenerator

Terdapat berbagai jenis insinerator yang telah dikembangkan,


namun teknologi yang umum digunakan selama ini adalah seperti rotary kiln
incenerator, multiple heart incenerator, dan fluidized bed incenerator.
Merupaka n teknologi yang sering digunakan untuk teknologi insenerasi.

2.7.1 Multiple Hearth Incenerator

Multiple Hearth Incenerator, yang telah digunakan sejak


pertengahan tahun 1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api
dengan serangkaian tungku (hearth) yang tersusun secara vertikal, satu di atas
yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble arms
beserta rabble teeth-nya dan kecepatan putaran ¾ - 2 rpm, Umpan sampah
dimasukan dari atas tungku secara terus menerus dan abu hasil proses
pembakaran dikeluarkan melalui silo. Burner di pasang pada sisi dinding
tungku pembakaran dimana pembakaran terjadi. Udara di umpankan masuk
dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas.

Limbah yang dapat diproses dalam multiple hearth incenerator


memiliki kandungan padatan minimum antara 15-50 % berat . Limbah yang
18

kandungan padatannya dibawah 15 % berat padatan mempunyai sifat seperti


cairan dari pada padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir
didalam tungku dan manfaat rabble tidak akan efektif. Jika kandungan
padatan diatas 50% berat, maka lumpur bersifat sangat viscous dan cenderung
untuk menutup rabble teeth. Udara dipasok daru bagian bawah furnace dan
naik melalui tungku dami tungku dengan membawa produk pembakaran dan
partikel abu.

Gambar 2.6. Multiple Hearth Incenerator


(http://www.combustionportal.org/images/SSI.jpg)

2.7.2 Rotary Kiln Incenerator

Rotary kiln incenerator adalah merupakan suatu kerangka silinder


yang di lapisi oleh bata tahan api yang terpasang pada sudut kemiringann
yang rendah. Rotasi dan sudut kemiringan dari tanur (kiln) menyebabkan
bergeraknya limbah melalui tanur sambil juga untuk meningkatkan
19

percampuran limbah tersebut dengan udara. Rotary kiln secara normal


memerlukan suatu ruang bakar sekunder (After Burner) untuk memastikan
hancurnya unsur –unsur yang berbahaya secara menyeluruh. Ruang utama
berfungsi untuk terjadinya pirolisis atau pembakaran limbah padat menjadi
gas. Reaksi pembakarna fasa gas disempurnakan di dalam ruang sekunder.
Kedua ruang utama dan sekunder secara umum dilengkapi dengan sistem
bahan bakar pembantu.

Rotary kiln incenerator memutar – mutar sampah dalam kerangka


silinder, yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang seksama dengan
udara. Kondisi operasional dapat mencapai suhu 1500 – 3000 °F (800 – 1650
°C ), sehingga insinerator jenis ini memiliki resistansi paling baik terhadap
pembakaran temperatur tinggi. Sistem insinerator jenis Rotary kiln
merupakan sistem pengelolahan limbah yang paling universal dari segi jenis
dan kondisi limbah yang di kelola. Insinerator jenis ini dapat digunakan untuk
mengolah berbagai jenis limbah padat dan sludge, cair maupun gas dapat
diumpan masuk dalam kuantitas yang sangat besar, dan juga dapat beroprasi
secara batch mode yang memungkinkan lebih fleksibel dibandingkan dengan
continuous mode.

Gambar 2.7 Rotary kiln incenerator

(http://infohouse.p2ric.org/ref/26/japan/TWFig-069-2.gif)
20

2.7.3 Fluidized Bed Incenerator


Fluidized Bed Incenerator adalah sebuah tungku pembakar yang
menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kursa atau pasir
silika, sehingga akan terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara
udara dengan butiran-butiran pasir tersebut. Mixing yang konstan antara
pertikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan yang cepat serta
terjadinya pembakaran sempurna. Fluidized Bed Incenerator mempunyai
bentuk tegak lurus, silinder, dengan kerangka baja yang dilapisi bata tahan
api, berisi hamparan pasar (sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara.
Fluidized Bed Incenerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari
9 sampai 34 ft.
Pembakaran dengan tekonologi Fluidized Bed merupakan suatu
rancangan alternatif untul pembakaran limbah padat. Hamparan pasir tersebut
diletakan di atas distributor yang berupa grid logam dengan dilapisi bahan
tahan api. Grid ini berisi suatu pelat berpori berisis nosel-nosel injeksi udara
atau tuyere di mana udara dialirkan ke dalam ruang bakar untuk menfluidasi
hamparan (bed) tersebut. Aliran udara melalui nosel menfluidasi hamparan
sehingga berkembang menjadi dua kali volume sebelumnya. Fluidasi
meningkatkan pencampuran dan trbulensi serta laju perpindahan panas yang
terjadi. Bahan bakar bantu digunakan utuk pemanasan awal untuk
memanaskan hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750°C sampai
900°C sehingga pembakaran dapat terjaga dalam temperatur konstan.

Gambar 2.8 Fluidized Bed Incenerator


21

Penggolongan incenerator berdasarkan sistem pengumpannya secara umum


dikelompokan sebagai berikut:

 Continuous incenerator
 Batch incenerator
 Semi-Continuous incenerator
Incenerator tipe batch dan tipe continue memiliki perbedaan dalam proses
pemasukkan bahan bakar berupa sampah. Pada incenerator tipe continue
sampah yang dimasukkan terus menerus dan bergerak secara continue dengan
melewati proses pembakaran dan pembuangan sisa pembakaran. Sedangkan
pada incenerator tipe batch, sampah dimasukkan hingga mencapai kapasitas
dari alat pembakar tersebut dan akan mengalami proses pembakaran hingga
didapat sisa pembakaran dalam satu waktu.
Untuk kita merancang sebuah incenerator teerdapat hal hal yang
perlu di pertimbangkan adalah jumla udara yang di perlukan dalam
pembakaran, sistem pembakaran awal, jumlah kapasitas sampah yang di
bakar.
Sudah banyak yang merancang dan meneliti incernerator, salah
satu contohnya adalah Budiman tahun 2001 lalu disempurnakan lagi oleh
Pradita pada tahun 2011 beliau merancang incerator tipe batch yang hanya
menggunakan udara sekitar tanpa menggunakan udara tambahan.

2.8 Pengambilan Data Sampah


Sampel komponen sampah yang digunakan untuk pengujian diambil dari
tempat pembuangan sampah sekitar kampus. Pengambilan komponen sampah
yaitu dilakukan secara acak, dan setelah dikumpulkan kemudian sampah tersebut
dipisahkan sesuai kebutuhan untuk pembakaran. Masing – masing komponen
sampah ditimbang sehingga menghasilkan fraksi massa komponen sampah.
22

Gambar 2.9 Persentase fraksi massa keseluruhan komponen sampah kota cilegon

Tidak seluruh komponen sampah akan diuji dalam incenerator, sampah


tersebut dipilih hanya sampah kayu dan sisa makanan.

2.9 Komposisi Sampah Kayu dan Sisa Makanan Tiap Pembakaran

Komposisi sampah tiap pengujian dalam incenerator dintentukan oleh


sampah kota cilegon yang sudah pernah diteliti sebelumnya, sampah organik yang
dimasukan dalam incenerator setiap pembakaran adalah 6 kg, perhitungan
komposisi sampah organik ialah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Komposisi Sampah Kayu dan Sisa Makanan Pada Setiap Pembakaran
Jenis Sampah Presentase (%)
Kayu 13,69
Sisa Makanan 30,71
Total Sampah 44,4

Dari tabel diatas maka didapat data perhitungan dan tabel sebagai berikut :

 Massa Sampah Kayu

𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (%)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑔 = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ/𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (6 𝑘𝑔)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (%)
23

Keterangan :

Sampah (%) = sampah (%) ialah persentase fraksi sampah


kota cilegon pada tabel 4.4
Total sampah (%) = total persen sampah kayu
Total sampah/pembakaran (6 kg) = total sampah awal yang diuji dalam
incenerator

 Massa Sampah Sisa Makanan


𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛 (%)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑔 = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ/𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (6 𝑘𝑔)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎 ℎ (%)

Keterangan :

Sampah (%) = sampah (%) ialah persentase fraksi sampah


kota cilegon pada tabel 2.1
Total sampah (%) = total persen sampah sisa makanan
Total sampah/pembakaran (6 kg) = total sampah awal yang diuji dalam
incenerator
 Persentase Komponen Sampah
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑦𝑢 (𝑘𝑔)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

Keterangan :

Persentase komponen sampah (%) = persentase komponen sampah dalam


bentuk persen

Massa sampah kayu/sisa makanan (kg) = massa sampah kayu atau sisa makanan

Total sampah = total sampah yg dibakar yaitu 6 kg

2.10 Kadar Air Sampah

Pengujian kadar air dilakukan dengan metode ASTM D. 3173-03. Dimana


sampel tersebut dipanggang pada suhu 105oC dengan massa sampel sebanyak ±
24

10 gram. Dalam bentuk persamaan, menghitung kadar air sampah dinyatakan


sebagai berikut :
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑟 (𝑔)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 % = × 100% (2.1)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

Keterangan :

Massa Awal = massa awal sampel sebelum dikeringkan dalam oven


(gram)

Massa Akhir = massa akhir setelah dikeringkan dalam oven (gram)

2.11 Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan

Nilai kadar air sampah kayu dan sisa makanan sampah tiap pembakaran
awal didapat setelah menghitung hasil kadar air sampah sampel sampah yaitu
sampah sisa makanan dan sampah kayu yang telah diuji di laboratorium dengan
massa sampah yang akan diuji di incenerator yang didapat dari tabel 2.2, kadar air
sampah kayu dan sisa makanan dinyatakan sebagai berikut :

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑘𝑔 = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % × 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔) (2.2)

Dimana :

Kadar Air (kg) = Kadar air sampah (kg)

Kadar Air (%) = Kadar air sampah hasil lab sucofindo (%)

Massa sampah (kg) = Massa sampah yang dibakar di incenerator (kg)

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (𝑘𝑔)


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

Kadar Air (kg) = Kadar air sampah (kg)

Total Massa Sampah (kg) = Total massa sampah tiap pengujian (kg)

Kadar Air (%) = Kadar air sampah sampah (%)


25

2.12 Variabel Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan

Nilai kadar air sampah kayu dan sisa makanan digunakan untuk menentukan
variabel kadar air sampah tiap pengujian yaitu kadar air 58,67%, kadar air
68,67%, dan kadar air 78,67%. Setiap pengujian dalam incenerator berat awal
sampah yang diuji sebelum divariabelkan kadar airnya adalah 6 kg, maka dari itu
didapat perhitungan sebagai berikut :

𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑘𝑔 + 𝐴𝑖𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

Keterangan :

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian

Kadar air (kg) = Kadar air adalah massa kadar air sampah organik
dalam 6 kg sampah tiap pengujian.

Air Yang Ditambahkan = Air yang ditambahkan ialah massa air yang
ditambahkan di tiap pengujian

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑔 + 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔)

Keterangan :

Massa total (kg) = massa keseluruhan sampah yang dibakar dalam


incenerator

Sampah kering (kg) = massa sampah organik tanpa kadar air

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian

𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % = × 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑔

Keterangan :

Kadar air sampah organik (%) = kadar air sampah organik adalah % kadar
air sampah organik dalam sampah tiap
pengujian.

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian
26

Massa awal (kg) = Massa sampah awal tiap pengujian.

2.13 Persentase Sampah Yang Terbakar Berdasarkan Abu Sisa


Pembakaran

Abu merupakan residu pembakaran yang tidak terbakar. Pengukuran


persentase sampah yang terbakar berdasarkan massa abu sisa pembakaran
dilakukan tiap pengujian untuk mengetahui jumlah sampah yang tidak terbakar
setelah terjadinya pembakaran menggunakan incenerator, pada umumnya
incenerator dapat mengurangi sebesar 80% berat sampah awal, maka dalam
pengujian ini berat sampah ditimbang sebelum dibakar maupun setelah dibakar
untuk mengetahui persentase sampah yang bisa direduksi, berikut perhitungannya
:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑘𝑔)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 % = 100 − × 100% (2,9)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑘𝑔)

𝐴𝑏𝑢 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 100% − 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 (%) (2.10)


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Mulai

Studi Literatur
- Komposisi Sampah
- Jenis Sampah

Pengambilan Sampel Sampah


1. Kayu
2. Sisa Makanan

Pengujian dan perhitungan


1. Menentukan nilai kadar air sampah yang akan diuji Penambahan air
2. Menjadikan kadar air sampah yang akan dibakar secara manual
sebesar
 58,67%
 68,67% No
 78,67%
Yes
Kriteria Yes
Kadar Air Sampah yang Dibakar
 58,67%
 68,67%
 78,67%

Pengambilan Data
1. Massa sebelum pembakaran
2. Suhu tiap pengujian
3. Abu sisa pembakaran

Pengolahan Data
1. Massa/volume ash/sampah yang direduksi
2. Temperatur maksimal yang bisa dihasilkan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Analisa Uji Sampah Kayu dan Sisa Makanan

27
28

Dari diagram diatas, maka dapat dijelaskan tahapan yang akan dikerjakan
oleh penulis yaitu sebagai berikut :

1. Mulai
Penulis memulai penelitian dengan mempelajari jenis – jenis
incenerator, jenis – jenis sampah yang dapat di bakar pada incenerator
yang terdiri dari sampah organik dan anorganik dan cara kerja sampah
dengan menggunakan incenerator, serta mempelajari tentang analisa
sampah dengan perbandingan kadar air.

2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan metode pengumpulan data yang
berkaitan dengan tugas akhir. Data diperoleh dari berbagai sumber, seperti
buku, jurnal dan sumber lainnya. Metode ini bertujuan untuk mempelajari
proses pembakaran sampah organik pada incenerator, mulai dari
pengumpulan sampah, komposisi sampah, pemilihan jenis sampah,
pengukuran kadar air awal, pengeringan sampah menggunakan oven
hingga mengkarakteristikan kadar air sampah tersebut untuk pengujian
agar mendapat hasil yang diinginkan.

3. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel merupakan proses pemilihan sampel sampah
yang akan diuji pada incenerator yang dibuat, pada tahap ini sampel yang
dipilih yaitu sampah kayu dan sisa makanan. Setiap kali pengujian sampah
yang digunakan ialah 6 kg.

4. Pengujian
Pengujian incenerator dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian
yang telah dibuat, yaitu dengan membandingkan kadar air sampah kayu
dan sampah sisa makanan yaitu 58,67%, 68,67% dan 78,67%. Kemudian
pengujian bahan bakar yaitu banyaknya bahan bakar yang digunakan pada
setiap pengujian hingga waktu yang telah ditentukan.
29

5. Pengolahan Data
Pada tahap ini data yang sudah dianalisa dan karakteristik kadar air
sampah sisa makanan, kayu dan penggunaan bahan bakar tiap pengujian
sudah terpenuhi maka data akan diolah lebih lanjut sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian ini. Selain itu saran –
saran berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.

3.2 Preparasi
Preparasi adalah persiapan sedemikian rupa sehingga menjadi sampel
sampah yang siap untuk diuji. Komponen sampah organik yang diuji antara lain
sampah kayu dan sisa makanan. Pada umumnya preparasi pada batubara
dihaluskan dengan jaw crusher, hammer mill dan penghalus rocklab, karena
sampel yang akan dipreparasi bukan batubara maka preparasi yang digunakan
pada komponen ini tidak menggunakan alat tersebut. Preparasi sampah yaitu
dengan diblender kemudian digerus hingga halus ± 20 mesh.

Gambar 3.2 Preparasi Komponen Sampah

3.3 Pengujian Kadar Air


Pengujian kadar air ini dilakukan berdasarkan metode ASTM D. 3173-03
di laboratorium Sucofindo Cilegon. Sampel yang telah ditimbang diambil
sebanyak ± 10 gram kemudian diletakkan dalam cawan porselin. Lalu sampel
30

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan kemudian ditimbang sampai
bobot tetap.

Alat dan bahan :


Tabel 3.1 alat dan bahan pada pengujian pengeringan
Alat Bahan
 Oven  Komponen sampah
 Cawan
 Desikator
 Timbangan

Gambar 3.3 Oven

Cara kerja :
1. Timbang ± 10 gram komponen sampah ke dalam botol timbangan yang
telah diketahui berat kosongnya.
2. Panaskan dalam oven pada temperatur 105oC selama 3 jam.
3. Dinginkan komponen sampah dalam desikator
4. Timbang sampai diperoleh berat konstan.
31

Gambar 3.4 Desikator

3.4 Variabel Kadar Air


Variabel kadar air sampah yang akan dibakar dalam incenerator dikontrol
58,67%, 68,67% dan 78,67%. Sehingga dapat diketahui beda pengaruh yang
terjadi pada incenerator selama proses pembakaran.

Alat dan bahan :


Tabel 3.2 alat dan bahan pada variabel kadar air
Alat Bahan
 Timbangan  Komponen sampah
 Air

Cara kerja :
1. Ambil komponen sampah kering yang akan divariasikan kadar airnya.
2. Timbang masing – masing komponen sampah menjadi 4 bagian seberat 6
kg.
3. Tambahkan air pada masing – masing sampah yang sudah dibagi menjadi
4 bagian tersebut sesuai kadar air yang telah ditentukan.
32

3.5 Sampah Yang Direduksi

Setelah proses pembakaran, tiap sampel yang dibakar ditimbang kembali.


Hal ini untuk menghitung berapa jumlah sampah yang terbakar setelah proses
pembakaran, dari penimbangan ini juga akan terlihat selisih sampah yang terbakar
menjadi abu.

Alat dan bahan :


Tabel 3.3 alat dan bahan pengukuran sisa sampah yang direduksi
Alat Bahan
Timbangan Komponen sampah sisa pembakaran

Cara kerja :
1. Ambil komponen sampah sisa pembakaran dan masukan ke dalam wadah.
2. Timbang sisa sampah menggunakan timbangan digital

3.6 Waktu dan Lokasi pengujian

Waktu dan lokasi pengujian pembakaran sampah dilakukan pada siang


hingga malam hari dengan menggunakan alat incinerator portable skala rumah
tangga pada lahan terbuka fakultas teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cilegon, Banten

3.7 Gambaran umum Incenerator

Incenerator adalah suatu alat pembakar sampah yang di operasikan


dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu, sehingga dapat
menghancurkan sampah – sampah organik dan anorganik dan juga sampah –
sampah berbahaya dan beracun ataupun sampah – sampah infeksi, sehingga sisa
pembakaran dapat dibuang dengan aman ke tempat pembuangan sampah umum.
33

3.8 Bagian – bagian Incenerator

Pada penelitian ini incenerator yang digunakan merupakan skala


laboratorium dengan desain yang berbeda dari yang dijual di pasaran. Berikut
adalah peraltan yang digunakan pada incenerator.

3.8.1 Blower

Blower merupakan alat utama yang digunakan untuk pemasukan


udara dalam incenerator. Blower pada alat pengujian ditunjukkan oleh
Gambar 3.1.data spesifikasi dari Blower yang digunakan ditunjukan pada
tabel 3.1, yaitu:

Tabel 3.4 spesifikasi blower

Ukuran (inch) Tegangan Daya R.P.M

3” 220V 370W 3000

Gambar 3.5 contoh blower Primary air

3.8.2 Primary Air

Aliran udara pembakaran pada ruang pembakaran incenerator


menggunakan satu aliran, yaitu udara primer. Udara primer yang dialirkan
34

dari bawah tungku pembakaran (grate) berfungsi mengoksidasai fixed


carbon dan mendinginkan grat.

3.8.3 Ruang pembakaran

Ruang pembakaran merupakan tempat dimana terjadi pembakaran


sampah, pembakaran sampah memiliki ruangan tertutup, dan suplay udara
dialirkan melalui blower dari luar ruang bakar, contoh ruang bakar pada
incinerator dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Ruang bakar pada incinerator

Bagian dalam ruang bakar dilapisi oleh glass wool dan batu bata
tahan api untuk mengisolasi panas agar dapat mengoptimalkan
pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar. adapun spesifikasi
refraktori, sebagai berikut:

Tabel Tabel 3.5 spesifikasi refraktori ruang bakar

No. Nama Spesifikasi

 Maximum operasi : 1200°C


Bata tahan Api SK-
1.  Konduktivitas panas: 1,07 W/m°C
32
 Berat Jenis: 2000kg/m3
35

 Maximum operasi : 1300°C


2. Semen Tahan Api  Konduktivitas panas : 1, 16 W/m°C
 Berat Jenis : 1750 kg/m3

Gambar 3.7 Bata Tahan Api SK 32

Gambar 3.8 Semen tahan api

3.9 Peralatan dan bahan pengujian

3.9.1 Peralatan pengujian

1. Anemometer

Anemometer adalah sebuah alat yang digunakan untek mengukur


kecepatan angin, pada pengujian anemometer digunakan untuk
36

mengukur kecepatan angin yang keluar dari blower primer dan blower
sekunder, dimana anemometer ini memiliki tiga skala pengukuran yaitu
meter/second, kilometer/jam dan north.

Gambar 3.9 Anemometer

2. Thermocouple

Thermocouple adalah salah satu dari beberapa jenis sensor


temperatur yang menggunakan metode secara elektrik yang tediri dari
dua logam konduktor yang berbeda yang menjadi satu pada ujung
yang lainnya.Thermocouple ini digunakan untuk mengetahui besarnya
temperatur api yang terjadi pada pembakar di dalam incinerator

Gambar 3.10 Termocouple

3. Thermocontrol
Thermocontrol ini berfungsi untuk mengetahui berapa derajat
temperatur yang diterima oleh thermocouple.Thermocontrol ini
37

bekerja dengan cara menerima panas yang terjadi pada thermocouple


lalu menghitung temperaturnya dan mengeluarkannya dalam bentuk
angka pada display.

Gambar 3.11 Thermocontrol


4. Stopwatch
Stopwatch digunakan sebagai alaat ukur waktu atau lamanya kegiatan.
Pada penelitian ini stopwatch berfungsi untuk mencatat lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk waktu pembakaran sampah, kenaikan
temperatur pada incenerator, dan lain-lain.

Gambar 3.12 Stopwatch


38

5. Timbangan digital
Timbangan digital berfungsi untuk mengukur berat, pada pengujian
ini timbangan digunakan untuk mengukur berat sampah sebelum
dibakar dan sesudah di bakar.

Gambar 3.13 Timbangan digital

3.10 Cara Kerja Incenerator


Cara kerja incenerator skala rumah tangga pada pengujian ini adalaha sebagai
berikut :
1. Sampah yang sudah dipilih – pilih untuk pembakaran di masukan ke
dalam tempat penampungan sampah pada sisi belakang incenerator.
2. Pintu masuk sampah dibuka, seingga sampah masuk ke dalam ruang bakar
incenerator.
3. Udara primer dinyalakan dengan kecepatan yang sudah ditentukan
sebelumnya, dengan tujuan agar ruang bakar dipenuhi udara untuk
melakukan pembakaran.
4. Pembakaran awal dilakukan dengan menggunakan nozzel gas lpg, setelah
sudah ada nyala api di dalam ruang bakar kemudian nozzel gas dimatikan.
5. Setelah pembakaran terjadi maka termocontrol menampilkan suhu didalam
incenerator.
6. Setelah sampah habis didalam pembakar, lalu sisa pembakaran ditimbang
kembali sehingga dapat dilihat efisiensi pembakaran pada incenerator.
39

3.11 Parameter prestasi incenerator


Dalam melakukan pengujian ini telah ditentukan parameter – parameter
yang dicari nilainya, berikut adalah parameter – parameter yang biasa digunakan
untuk menentukan prestasi dari sebuah incenerator, yaitu :
1. Temperatur
Temperatur sangatlah penting untuk sebuah proses pembakaran, begitu
juga pada pembakaran incenerator, temperatur yang diukur adalah
temperatur didalam incenerator, pengukuran temperatur ini digunakan
untuk memperkirakan pembakaran didalam incenerator terjadi secara
sempurna atau tidak. Pembakaran yang sempurna akan memberikan
temperatur yang lebih tinggi didalam incenerator. Dan temperatur pada
luar incenerator juga diukur dengan menggunakan termocouple, dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa layak incenerator ini digunakan, jika
panas yang keluar terlalu panas maka incenerator tersebut tidak layak
pakai, karena dapat membahayakan si pengguna.
2. Ash
Pengamatan ash atau abu sisa pembakaran dilakukan setelah pembakaran
selesai, yaitu dengan cara menimbang abu sisa pembakaran. Dari hasil abu
sisa pembakaran ini didapat persentase sampah yang tereduksi saat proses
pembakaran berlangsung.
BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan pelaksanaan penelitian


yang terdiri dari pemeriksaan laboratorium, pengolahan data penelitian, dan
analisis data. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari penjelasan tentang bagaimana
cara mendapatkan data dan dari mana data tersebut didapat serta penjabaran
mengenai analisis data penelitian.

4.2 Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air di lab sucofindo dilakukan dengan metode ASTM D.


3173-03. Dimana sampel tersebut dipanggang pada suhu 105 oC dengan massa
sampel sebanyak ± 10 gram. Berikut ini adalah persamaan untuk menghitung
kadar air :

(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔))


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 % × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

Keterangan:

Massa Awal = massa awal sampel sebelum dikeringkan dalam oven


(gram)

Massa Akhir = massa akhir setelah dikeringkan dalam oven (gram )

10 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 8,776 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑦𝑢 % × 100% = 12,24%
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

10 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 4,276 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 % × 100% = 57,24%
10 𝑔𝑟𝑎𝑚

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka akan didapat data kadar
air untuk seluruh sampel pada penelitian. Berikut ini terdapat tabel hasil
perhitungan kadar air.

40
41

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kadar Air


No. Komponen Sampah Kadar Air (%)
1. Kayu 12,24
2. Sisa Makanan 57,24

Pada tabel 4.1 hasil pengujian kadar air sampah

di lab sucofindo didapat kadar kandungan air sampah organik yang akan
digunakan untuk pengujian dalam incenerator. Hasil pengujian kadar air ini
sangat mempengaruhi dalam proses pembakaran pada incenerator, karena saat
pengujian dalam incenerator sampah organik tersebut divariabelkan kadar airnya
menjadi 58,67%, 68,67% dan 78,67%.

4.3 Persentase Komponen Sampah Kayu dan Sisa Makanan Berdasarkan


Komposisi Sampah Kota Cilegon

Sampah yang diuji pada incenerator di tiap pembakaran adalah 6 kg.


Persentase komposisi sampah saat pengujian ditentukan oleh komposisi sampah
kota cilegon yang sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Diki M. Nurdin (2013).
Berikut tabel komposisi sampah kayu dan sisa makanan pada setiap pembakaran.

Tabel 4.2 Komposisi Sampah Pada Setiap Pembakaran


Jenis Sampah Presentase (%)
Kayu 13,69
Sisa Makanan 30,71
Total Sampah 44,4

Dari tabel diatas maka didapat data perhitungan dan tabel sebagai berikut :

 Massa sampah kayu

𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (%)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑔 = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ/𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (6 𝑘𝑔)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (%)
42

Keterangan :

Sampah (%) = sampah (%) ialah persentase fraksi sampah


kota cilegon pada tabel 4.4
Total sampah (%) = total persen sampah kayu
Total sampah/pembakaran (6 kg) = total sampah awal yang diuji dalam
incenerator

Berikut ini adalah contoh perhitungan massa sampah :


Sampah sisa makanan (%) = 13,69%
Total sampah (%) = 44,4 %
Total sampah tiap pembakaran = 6 kg
13,69
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑔 = × 6 𝑘𝑔
44,4

Massa sampah (kg) ` = 1,85 kg

 Massa sampah sisa makanan


𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 (%)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑔 = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ/𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (6 𝑘𝑔)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎 ℎ (%)

Keterangan :

Sampah (%) = sampah (%) ialah persentase fraksi sampah


kota cilegon pada tabel 4.4
Total sampah (%) = total persen sampah sisa makanan
Total sampah/pembakaran (6 kg) = total sampah awal yang diuji dalam
incenerator
Berikut ini adalah contoh perhitungan berat sampah :
Sampah sisa makanan (%) = 30,71%
Total sampah (%) = 44,4 %
Total sampah tiap pembakaran = 6 kg
30,71
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑔 = × 6 𝑘𝑔
44,4

Massa sampah sisa makanan (kg) = 4,15 kg


43

 Persentase Komponen Sampah

Keterangan :

Persentase komponen sampah (%) = persentase komponen sampah dalam


bentuk persen

Massa sampah sisa makanan/kayu (kg) = massa sampah sisa makanan atau kayu

Total sampah = total sampah yg dibakar yaitu 6 kg

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

4,15 𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100% = 69,17 %
6 𝑘𝑔

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑦𝑢 (𝑘𝑔)


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

1,85 𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ % = × 100% = 30,83 %
6 𝑘𝑔

Berikut adalah tabel persentase sampah organik tiap pembakaran.

Tabel 4.3 Presentase Massa Sampah Kayu dan Sisa Makanan


Jenis Sampah Persentase Komponen Sampah (%) Massa Sampah (kg)
Kayu 30,83 1,85
Sisa Makanan 69,17 4,15
Total sampah 100 6

Pada tabel 4.5 didapat presentase massa sampah sisa makanan 69,17%
dengan massa 4,15 kg dan kayu 30,83 % dengan massa 1,85 kg. Total sampah
organik awal tiap pengujian ialah 6 kg.

4.4 Kadar Air Sampah Kayu dan Sisa Makanan

Nilai kadar air sampah keseluruhan didapat setelah menghitung hasil kadar
air sampah sisa makanan dan kayu di laboratorium sucofindo dan didapat
44

komposisi massa sampah tiap pengujian. Berikut ini adalah persamaan untuk
menghitung kadar air sampah tersebut.

 Kadar Air (kg)

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑔 = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑦𝑢 % × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 (𝑘𝑔)

12,24%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑔 = × 1,85 𝑘𝑔 = 0,22 𝑘𝑔
100 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑔 = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 % × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 (𝑘𝑔)

57,24%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑔 = × 4,15 𝑘𝑔 = 2,38 𝑘𝑔
100 %

 Kadar Air (%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑦𝑢 (𝑘𝑔)


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 % = × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

0,22 𝑘𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑔 = × 100% = 3,67%
6 𝑘𝑔

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 % = × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

2,38 𝑘𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑔 = × 100% = 39,67%
6 𝑘𝑔

Tabel 4.4 Nilai Kadar Air Total Dari 6 kg Sampel Uji


Massa
Komponen Kadar Sampah Kadar Sampah
No. Sampah
Sampah Air (kg) Kering (kg) Air (%) Kering (%)
(kg)
1. Sampah kayu 1,85 0,22 1,63 3,67 27,16
Sampah sisa
2. 4,15 2,38 1,77 39,67 29,5
makanan
Total 6 2,60 3,40 43,34 56,66

Tabel 4.4 ialah nilai kadar air sampah organik dari sampel uji yaitu
43,34%. Hasil kadar air sampah tersebut untuk menentukan variabel kadar air tiap
pengujian.
45

4.5 Kadar Air Sampah Kayu Dan Sisa Makanan Tiap Pengujian

Kadar air sampah organik tiap pengujian dalam incenerator divariabelkan


menjadi kadar air 58,67%, kadar air 68,67% dan kadar air 78,67%. Berikut adalah
persamaan untuk menghitung kadar air yang ditambahkan pada setiap pengujian.

 Air Total

𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑘𝑔 + 𝐴𝑖𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

Keterangan :

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian

Kadar air (kg) = Kadar air adalah massa kadar air sampah organik
dalam 6 kg sampah tiap pengujian.

Air Yang Ditambahkan = Air yang ditambahkan ialah massa air yang
ditambahkan di tiap pengujian

Berikut ini adalah contoh perhitungan air total pada kadar air 43,34% :

Kadar air (kg) = 2,6 kg

Air yang ditambahkan (kg) = 0 kg

𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑔 = 2,6 𝑘𝑔 − 0 𝑘𝑔 = 2,6 𝑘𝑔

 Massa Total

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑔 + 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑘𝑔)

Keterangan :

Massa total (kg) = massa keseluruhan sampah yang dibakar dalam


incenerator

Sampah kering (kg) = massa sampah organik tanpa kadar air

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian
46

Berikut ini adalah contoh perhitungan massa total (kg) sampah organik pada kadar
air 43,34%.

Sampah kering (kg) = 3,40 kg

Air Total (kg) = 2,60 kg


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,40 𝑘𝑔 + 2,60 = 6 𝑘𝑔

 Kadar air

𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % = × 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑔

Keterangan :

Kadar air (%) = kadar air adalah % kadar air sampah


dalam sampah tiap pengujian.

Air Total (kg) = Kadar air total yang pada tiap pengujian

Massa awal (kg) = Massa sampah awal tiap pengujian.

Berikut ini adalah contoh perhitungan kadar air 43,34%

Air Total (kg) = 2,6 kg

Massa awal (kg) = 6 kg

2,6 𝑘𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑔 = × 100% = 43,34%
6 𝑘𝑔

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka akan didapat massa


total (kg) dan kadar air (%) yang ditambahkan pada setiap pengujian. Berikut
terdapat tabel hasil perhitungan dibawah ini :

Tabel 4.5 Nilai Variabel Kadar Air Sampah Tiap Pengujian


Massa Sampah Air Yang
Kadar Air Total Massa Kadar
No. Awal Kering Ditambahkan
Air (kg) (kg) Total (kg) Air (%)
(kg) (kg) (kg)
1. 6 3,40 2,6 0 2,60 6 43,34
2. 6 3,40 2,6 0,92 3,52 6,92 58,67
47

3. 6 3,40 2,6 1,52 4,12 7,52 68,67


4. 6 3,40 2,6 2,12 4,72 8,12 78,67

Dari hasil tabel diatas kadar air awal sampah tiap pengujian divariasikan
menjadi kadar air 58,67%, 68,67% dan 78,67%. Dengan perhitungan yang sudah
dijabarkan tersebut didapat berat total sampah organik yang akan diuji dalam
setiap pembakaran pada incenerator.

4.6 Pengujian Pembakaran Sampah Kayu Dan Sisa Makanan

Sebelum melakukan pengujian, alat dan bahan yang harus disiapkan


adalah :

1. Incenerator
2. Blower
3. Sampah organik
4. Timbangan
5. Thermocouple
6. Stopwatch

pengujian sampah kayu dan sisa makanan dalam incenerator ini dilakukan selama
30 menit sebanyak 4 kali pembakaran dengan kadar air awal 43,34% dan
kemudian dengan variasi kadar air yaitu kadar air 58.67%, kadar air 68.67% dan
kadar air 78.67%.

Pada saat proses pembakaran disarankan untuk tidak membuka tutup


tungku, karena akan menyebabkan banyak kalor yang terbuang yang akan
mengakibatkan proses pembakaran menjadi tidak maksimal.
48

Gambar 4.1 Kondisi ketika pengujian

4.7 Pengambilan data Temperatur

Pengambilan data temperature dilakukan dengan alat ukur bantu


thermocouple tipe K. Termometer ini memiliki pembacaan temperature maksimal
hingga 1200ºC.

Adapun posisi probe pada masing – masing titik dapat di tunjukan pada
gambar berikut
49

T2

T1

Gambar, 4.2 Letak probe titik T1 dan T2

T3 T4

Gambar, 4.3 Letak probe titik T3 dan T4

4.7 Data Hasil Pengujian


4.7.1 Data Hasil Pengujian Tiap Pembakaran

Data hasil pengujian sampah organik diperoleh setelah pengambilan data


temperature T1, T2, T3, dan T4 dilakukan. Berikut ini adalah hasil pengambilan
50

data temperatur sampah kayu dan sisa makanan dengan kadar air awal 43,34%
dan variasi kadar air 58,67%, kadar air 68,67%, dan kadar air 78,67% :

Tabel 4.6 Pengujian 1 dengan kadar air 43,34%


Menit
Letak probe
0 5 10 15 20 25 30
T1 112 596 683 536 498 473 445
T2 131 693 729 621 564 549 503
T3 106 525 596 494 438 437 385
T4 98 464 515 417 394 363 313
total 447 2278 2523 2068 1894 1822 1646
rata-rata 111,75 569,5 630,75 517 473,5 455,5 411,5

Profil Temperatur Kadar Air 43,34%


800
700 729
693 683
Temperatur (oC)

600 596 596 621


536 564 549
500 525 515 494 498 503 T1
464 473 445
417 438 437
400 394 385 T2
363
300 313
T3
200
131 T4
100 112
106
98
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar, 4.4 Grafik temperatur dengan kadar air 43,34%

Dari pengujian I dengan kadar air 43,34% dapat dilihat proses pembakaran
berlangsung cepat, dari menit 0 hingga menit ke 5 terjadi proses pembakaran tidak
sempurna yaitu dimana pada fase ini temperatur belum terlalu tinggi, fase
berikutnya dari menit ke 10 hingga menit 20 terjadi pembakaran sempurna yaitu
suhu ruang bakar dapat mencapai 729°C, pada menit ini pula asap yang keluar
dari cerobong menjadi transparan. Setelah mencapai menit 25 hingga 30
temperatur terus menurun hingga sampah terbakar habis. Dapat di simpulkan
bahwa proses pembakaran sampah organik di incenerator dengan kadar air
43,34% ini berlangsung baik.
51

Tabel 4.7 Pengujian 2 dengan kadar air 58,67%


Menit
Letak probe
0 5 10 15 20 25 30
T1 103 522 581 625 530 464 408
T2 121 629 671 698 598 522 455
T3 79 448 537 542 468 414 321
T4 68 408 462 471 387 315 259
total 371 2007 2251 2336 1983 1715 1443
rata-rata 92,75 501,75 562,75 584 495,75 428,75 360,75

Profil Temperatur Kadar Air 58,67%


800
700 698
671
600 629 625
Temperatur (oC)

581 598
522 537 542 530 522
500 T1
448 462 471 468 464 455
400 408 387 414 408 T2
300 315 321
259 T3
200
T4
100 121
103
79
68
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar, 4.5 Grafik temperatur dengan kadar air 58,67%

Dari pengujian 2 dengan kadar air 58,67% dapat dilihat proses


pembakaran berlangsung cepat seperti pengujian 1, di pengujian ini fase proses
pembakaran tidak sempurna terjadi dari menit awal hingga menit ke 5 yaitu
temperatur belum terlalu tinggi, fase berikutnya dari menit ke 10 hingga menit ke
20 terjadi pembakaran sempurna yaitu suhu ruang bakar pertama dapat mencapai
temperatur 698°C, pada menit 10 – 20 ini pula asap yang keluar dari cerobong
menjadi transparan. Setelah menit ke 25 hingga menit ke 30 temperatur terus
menurun hingga sampah terbakar habis. Dapat disimpulkan bahwa proses
pembakaran sampah organik di incenerator dengan kadar air 58,67% ini masih
berlangsung baik walaupun temperatur maksimal yang dicapai hanya mencapai
698°C.
52

Tabel 4.8 Pengujian 3 dengan kadar air 68,67%


Menit
Letak probe
0 5 10 15 20 25 30
T1 95 338 391 437 543 438 394
T2 106 342 408 486 589 467 409
T3 97 306 359 413 501 384 366
T4 81 263 328 367 457 361 329
total 379 1249 1486 1703 2090 1650 1498
rata-rata 94,75 312,25 371,5 425,75 522,5 412,5 374,5

Profil Temperatur Kadar Air 68,67%


700
600 589
543
Temperatur (oC)

500 486 501


457 467
437
413 438 T1
400 408
391 384 409
394
342 359 367 361 366
338 328 329 T2
300 306
263
T3
200
T4
100 106
97
95
81
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar, 4.6 Grafik temperatur dengan kadar air 68,67%

Pada pengujian 3 dengan kadar air 68,67% dapat dilihat proses


pembakaran berlangsung lambat, pada pengujian ini proses sampah menjadi uap
air dan mulai terbakar terjadi dari awal pembakaran hingga menit ke 5, kemudian
pada menit ke 10 hingga menit 15 terjadi pembakaran tidak sempurna dimana
temperatur belum terlalu tinggi, fase berikutnya dimenit ke 20 terjadi pembakaran
sempurna dimana pada fase ini temperatur mencapai 589°C, setelahnya yaitu pada
menit 25 hingga 30 kembali terjadi pembakaran tidak sempurna hingga sampah
terbakar habis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembakaran pada pengujian 3
berlangsung kurang optimal.
53

Tabel 4.9 Pengujian 4 dengan kadar air 78,67%


Menit
Letak probe
0 5 10 15 20 25 30
T1 91 311 381 391 459 524 433
T2 101 313 388 398 465 546 455
T3 89 284 337 346 401 485 400
T4 78 275 279 288 342 432 333
total 359 1183 1385 1423 1667 1987 1621
rata-rata 89,75 295,75 346,25 355,75 416,75 496,75 405,25

Profil Temperatur Kadar Air 78,67%

600
546
524
500 485
465
459 455
432 433
400 388 398
391 401 400
381
Temperatur

337 346 342 T1


333
300 313
311
284
275 279 288 T2
(oC)

200 T3
T4
100 101
91
89
78
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar, 4.7 Grafik temperatur dengan kadar air 78,67%

Pengujian 4 dengan kadar air 78,67% dapat dilihat proses pembakaran


berlangsung lebih lambat, pada pengujian ini proses penguapan kadar air sampah
dan mulai terbakar terjadi dari awal pembakaran hingga menit ke 10, kemudian
pada menit ke 15 hingga menit 20 terjadi pembakaran tidak sempurna dimana
temperatur belum terlalu tinggi, fase berikutnya di menit ke 25 baru tercapai
pembakaran sempurna dengan temperatur tertinggi mencapai 546°C, setelahnya
pada menit 30 kembali terjadi pembakaran tidak sempurna hingga sampah
terbakar habis. Hal ini menunjukan pada pengujian 4 dengan kadar air 78,67%
proses pembakaran berlangsung kurang optimal.
54

Hasil data pengujian sampah organik dengan kadar air awal 43,34%, dan
variasi kadar air 58,67%, 68,67% dan 78,67% diatas dapat dilihat bahwa tambah
tinggi kadar air, maka akan bertambah pula waktu yang dibutuhkan untuk
memulai sampah itu terbakar hingga suhu tertinggi dan terbakar sempurna.

4.7.2 Data Temperatur Rata – rata Tiap Pengujian


Dari data pengujian tiap pembakaran sampah organik dengan kadar air
43,34%, 58,67%, 68,67% dan 78,67% diatas maka didapat temperatur rata – rata
tiap pembakaran sebagai berikut :

Tabel 4.10 Nilai temperatur rata – rata pembakaran sampah kayu dan sisa
makanan
Temperatur Rata - rata (oC)
Kadar Air (%)
0 5 10 15 20 25 30
43,34 111,8 569,5 630,8 517,0 473,5 455,5 411,5
58,67 92,8 501,8 562,8 584,0 495,75 428,75 360,75
68,67 94,8 312,3 371,5 425,8 522,5 412,5 374,5
78,67 89,8 295,8 346,3 355,8 416,75 496,75 405,25

Temperatur Rata - rata


700,0
630,8
600,0 584,0
569,5 562,8
Temperatur (oC)

500,0 517,0 522,5 Kadar


501,8 495,75 496,75
473,5 455,5 Air (%)
425,8 416,75 428,75
412,5 411,5
400,0 405,25 43,34
371,5 355,8 374,5
360,75
346,3
300,0 312,3
295,8 58,67

200,0 68,67
78,67
100,0 111,8
94,8
92,8
89,8
0,0
0 5 10 15 20 25 30
Menit

Gambar, 4.8 Grafik temperatur rata – rata pembakaran sampah kayu dan sisa
makanan
55

Dari grafik temperatur rata – rata tiap pembakaran total sampah kayu dan
sisa makanan diatas dapat dilihat suhu rata – rata pada pengujian kadar air 58,67%
antara 338,5 – 527,7 oC, pengujian kadar air 68,67% antara 297,2 – 379 oC, dan
pengujian kadar air 78,67% antara 288,8 – 380,8 oC.

4.7.3 Data Temperatur Maksimal Tiap Pengujian

Dari data pengujian tiap pembakaran sampah dengan kadar air awal
43,34% dan variasi kadar air 58,67%, 68,67% dan 78,67% maka didapat
temperatur maksimal tiap pembakaran sebagai berikut :

Tabel 4.11 Nilai temperatur maksimal saat pengujian

Kadar Air (%) Temperatur (oC)

43,34 729
58,67 698
68,67 589
78,67 546

Temperatur Maksimal
800 729 698
700
589
Temperatur (oC)

600 546
500
400
300
200
100
0
43,34 58,67 68,67 78,67
Kadar Air (%)

Gambar, 4.9 Grafik temperatur maksimal saat pengujian

Dari grafik temperatur maksimal tiap pembakaran sampah tiap pengujian


diatas dapat dilihat bahwa temperatur tertinggi terdapat di titik T2 yaitu dengan
56

kadar air awal 43,34% sebesar 729°C, variasi kadar air 58,67% sebesar 698°C,
variasi kadar air 68,67% sebesar 589°C dan variasi kadar air 78,67% sebesar
546°C.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa performa incenerator dengan pengujian


variabel kadar air sampah organik mampu untuk membakar hingga kadar air
78,67% dengan suhu maksimal 546°C, sedangkan kinerja incenerator yang
optimal terdapat pada pengujian ke 1 dan ke 2 yaitu dengan variasi kadar air awal
43,34% hingga kadar air 58,67% dengan suhu maksimal 698 - 729°C.

4.8 Persentase Sampah Yang Terbakar Berdasarkan Abu Sisa Pembakaran

Persentase massa abu sisa pembakaran diperoleh persentase sampah


terbakar dan abu sisa pembakaran sebagai berikut :

 Sampah terbakar

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑘𝑔)


𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 % = 100 − × 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑘𝑔)

0,27)
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 % = 100 − × 100% = 95,5%
6

 Abu sisa pembakaran

𝐴𝑏𝑢 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (%) = 100% − 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 (%)

𝐴𝑏𝑢 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 % = 100% − 95,5% = 4,5%

Tabel 4.12 Persentase pembakaran sampah kayu dan sisa makanan pada
incenerator
Kadar Air Massa Awal Massa Abu Sisa Sampah
(%) (kg) Akhir (kg) Pembakaran (%) Terbakar (%)
43,34 6 0,27 4,5 95,5
58,67 6,92 0,35 5,0 95,0
68,67 7,52 0,41 5,4 94,6
78,67 8,12 0,47 5,8 94,2
57

Sampah Terbakar (%)


96
sampah terbakar (%)

95,5 95,5

95 95
Sampah
94,6
94,5 Terbakar (%)
94,2
94

93,5
43,34 58,67 68,67 78,67
Kadar Air (%)

Gambar, 4.10 Grafik pembakaran sampah kayu dan sisa makanan pada
incenerator

Dari tabel tersebut persentase terbakarnya sampah kayu dan sisa makanan
saat pengujian yaitu pada pengujian kadar air 43,34% sebesar 95,5%, pada
pengujian 58,67% sebesar 95%, pada pengujian kadar air 68,67% sebesar 94,6%
dan pada pengujian kadar air 78,67% yaitu 94,2%. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengujian pada incenerator berlangsung sempurna karena
pada umumnya incenerator dapat mengurangi sebesar 80% berat sampah awal.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Incenerator portable ini mampu untuk membakar sampah kayu dan sisa
makanan hingga kadar air 78,67%. Tetapi untuk pembakaran optimal yaitu
pada pembakaran hingga kadar air 43,34%
2. Temperatur maksimal yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah
kayu dan sisa makanan yang divariabelkan ialah pada pembakaran kadar
air 43,34% dengan suhu maksimal 729°C
3. Pengujian sampah kayu dan sisa makanan pada incenerator secara umum
berlangsung sempurna karena tiap pengujian sampah yang direduksi
melebihi 80% yaitu pada kadar air awal 43,34% dapat direduksi sebesar
95,5%, kadar air 58,67% dapat direduksi sebesar 95%, kadar air 68,67%
dapat direduksi sebesar 94,6% dan kadar air 78,67% dapat direduksi
sebesar 94,2%.

5.2 Saran
1. Ditambahkan alat untuk pemanfaatan panas hasil dari proses pembakaran
incenerator
2. Untuk penelitian selanjutnya sampah organik diolah secara biologis
terlebih dahulu.

58
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Bundari, Ahmad. 2015. Rancang Bangun Alat Pembakar Sampah


(Incenerator) Skala Rumah Tangga. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Banten, Indonesia.
[2]. M. Nurdin, Diki. 2014. Uji Ultimat dan Proksimat Sampah Kota Untuk
Sumber Energi Alternatif Pembangkit Tenaga. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Banten, Indonesia
[3]. M. Nurdin, Diki. 2013. Uji Karakteristik Sampah Kota Cilegon Sebagai
Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Indonesia
[4]. Trias A, Sarwening. 2012. Analisa Pengoperasian dan Upaya Peningkatan
Kinerja Incenerator dengan Metode Keseimbangan Energi (Studi Kasus Di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya). Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS), Jawa Timur, Indonesia
[5]. Kusuma, M. Angga. 2012. Pengaruh Variasi Kadar Air Terhadap Laju
Dekomposisi Kompos Sampah Organik di Kota Depok
[6]. Leonard Saragih, Jahn dan Herumurti, Welly. 2013. Evaluasi Fungsi
Insinerator dalam Memusnahkan Limbah B3 di Rumah Sakit TNI Dr.
Ramelan Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Jawa
Timur, Indonesia.
[7]. Latief, A. Sutowo. Manfaat dan Dampak Penggunaan Insinerator
Terhadap Lingkungan. Politeknik Negeri Semarang, Jawa Tengah,
Indonesia
[8]. https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
[9]. www.cilegon.go.id/eBulettin/4.pdf
[10]. Augupta Erlanda. 2013. Modifikasi Disain Incinerator Multifungsi
Tipe Kontinyu. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, Indonesia.
[11]. NaryoEko. 2013. Perancangan sistem pemilihan,pengeringan dan
pembakaran sampah organic rumah tangga.Teknik Kimia, Politeknik
Negeri Malang, Indonesia
[12]. Idafi Mafuz. Pemanfaatan incinerator limba mdis yang dimodifikasi
sebagaai incinerator limba padat kota untuk mengurangi dampak
terhadap lingkungan. Teknik lingkungan, Universitas Lambung
Mangkurat,Indonesia
[13]. E. R Kaiser. Combustion and eat calculation for incinerator. Department
of Cemical Engineering. New York University. New York
Lampiran – lampiran
Alat – alat Yang Digunakan Saat Pengujian
1. Oven Pengering

2. Desikator

3. Timbangan
4. Anemometer

5. Blower

6. Termocouple
7. Incenerator
Lega Afriza
CURRICULUM VITAE 08174911466
Lega.afriza@yahoo.com

Name : Lega Afriza


Place and Date of Birth : Serang, April 2th 1992
Sex : Male
Nationality : Indonesia
Marital Status : Single
Address : Jl. Singosari 1A No. 3A
RT.06/RW.14 Komp. Ciceri Permai
Kel. Sumur Pecung Kec. Serang
Kota. Serang 42118 Banten
Phone : 08174911466
Email : lega.afriza@yahoo.com

Formal Education Background


School Place Year
University S1 Mechanical Engineering, Faculty of Technology, University of Sultan Ageng Tirtayasa Serang 2010 – 2015
Senior High School SMK YPW Krakatau Steel Cilegon 2007 – 2010

Junior High School SMP Negeri 1 Kota Serang 2004 – 2007


Elementary School SD Negeri 3 Kota Serang 1998 – 2004

Kindergarten TK Artha Kencana Kota Serang 1998

Organization Experience
UKM Jurnalistik Untirta Divisi Marketing 2011 – 2014

Seminars, Non Formal and Trainings


Description Place Year
Toefl Training Center Tangerang, English First Gading Serpong 2016
Cilegon, Aula Faculty of Technology, University of
Seminar Nasional : “Peran Sarjana Teknik Dalam Sektor Migas 2014
Sultan Ageng Tirtayasa
Seminar Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia :
Cilegon, Auditorium Center of Excellence Faculty of
“Peran Total Productive Maintenance di Industri” and “Motor 2014
Technology, University of Sultan Ageng Tirtayasa
Listrik
Seminar Sosialisasi Dewan Energi Nasional : “Skenario Kebijakan
Serang, Hotel Ratu Bidakara 2014
Energi Nasional Sampai Dengan Tahun 2050”
Seminar : Optimasi Pemanfaatan Energi Primer di Industri Cilegon, Aula Faculty of Technology, University of
2012
Dengan Menerapkan Manajemen Energi Sultan Ageng Tirtayasa

Journalist Recruitment IV Serang, Villa Sakana 2012


Serang, Auditorium University of Sultan Ageng
Pelatihan Dasar Jurnalistik VII 2011
Tirtayasa
Cilegon, Vicon Faculty of Technology, University of
Pelatihan Dasar Koperasi 2011
Sultan Ageng Tirtayasa
Malam Keakraban Himpunan Mahasiswa Mesin Bandung, Cikole Lembang 2010
Cilegon, PT. Krakatau Steel and SMK YPW Krakatau
Kompetensi Program Keahlian Teknik Mesin 2010
Steel
Praktek Kerja Industri Perseroan Komanditer Satria Mitra
Cilegon, SMK YPW Krakatau Steel Cilegon 2009
Kristal Money

Working Experience Internship


Company Place Year
PT. Indonesia Power UBP Suralaya Cilegon, Boiler Unit 1 - 4 2013

PT. Krakatau Steel (Persero) Cilegon, Workshop II Pusdiklat Krakatau Steel 2010

Cilegon, Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai