Anda di halaman 1dari 74

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN FUEL OIL

HASIL PIROLISIS PLASTIK POLYPROPYLENE (PP)

SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK KONVERSI ENERGI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

EKA RIZKI MARDIKA


NIM. 145060207111027

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2018
JUDUL SKRIPSI:
Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Fuel Oil Hasil Pirolisis Plastik Polypropylene
(PP)

Nama Mahasiswa : Eka Rizki Mardika


NIM : 145060207111027
Program Studi : Teknik Mesin
Minat : Konversi Energi

KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I : Dr. Eng. Widya Wijayanti, ST., MT.
Pembimbing II : Francisca Gayuh Utami Dewi, ST., MT.

TIM DOSEN PENGUJI


Dosen Penguji 1 : Dr. Eng. Moch. Agus Choiron, ST., MT.
Dosen Penguji 2 : Ir. Hastono Wijaya, MT.
Dosen Penguji 3 : PURNAMI ST.,MT.

Tanggal Ujian : 10 Juli 2018


SK Penguji : 1392/UN10.107/SK/2018
RIWAYAT HIDUP

Eka Rizki Mardika, Malang 31 Agustus 1995 merupakan putri dari Bapak Sisto dan Ibu
Prapti Rahayu. Lahir dan besar di Kota Malang. Lulusan SDN Bareng 3 Malang Tahun 2007,
SMPN 8 Malang Tahun 2010 dan SMAN 5 Malang Tahun 2013. Masuk di Jurusan Mesin
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2014 dan lulus pada tanggal 10 juli 2018.
Pengalaman bekerja sebagai asisten Laboratorium Motor Bakar. Prestasi di bidang Non-
akademik yaitu; Anggota tim futsal putri teknik dan menjadi juara 2 dalam Olimpiade
Brawijaya 2015. Lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa DIKTI bidang Karsa
Cipta (PKM-KC) tahun 2015. Juara 2 Tim Prototype Etanol dalam Kontes Mobil Hemat
Energi tahun 2016. Anggota Tim Go Kart dan menjadi 10 besar tim Gearbox Nasional.
Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


Ibu Prapti Rahayu dan Ayah Sisto tercinta atas segala doa, motivasi dan perjuangan yang
tiada kenal lelah dalam mencari nafkah untuk mengantarku sampai di titik ini. Saya
bersyukur memiliki orang tua seperti Ibu dan Ayah.
Adik-adikku tersayang. Adik siska semoga segera menyusul dengan gelar sarjanamu.
Adik slamet dan lukman yang berbahagia di surga. Restu, Dafa dan Enin semoga kelak turut
dapat membahagiakan orang tua kita.
Mas Elga Yonash Azmy, ST. yang selalu menemani dan memberi semangat hingga saya
meraih gelar yang sama.

Malang, 18 Juli 2018

Penulis
RINGKASAN

Eka Rizki Mardika, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Juli
2018, Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Fuel Oil Hasil Pirolisis Plastik
Polypropylene (PP), Dosen Pembimbing : Widya Wijayanti dan Francisca Gayuh Utami
Dewi.

Plastik polypropylene merupakan salah satu jenis plastik terbaik karena sifatnya yang
resistif terhadap minyak dan temperatur tinggi. Dengan rumus polimer (𝐶3 𝐻6 )𝑛 plastik
tersebut dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif melalui proses pirolisis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana temperatur berperan
dalam pembentukan fuel oil hasil pirolisis plastik tersebut. Metode yang digunakan adalah
true experimental. Penelitian dilakukan dengan pirolisis plastik polypropylene sebanyak 250
gram selama 2 jam dengan variasi temperatur 200°C, 250°C, 300°C, 350°C, 400°C.
Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai massa, volume dan sifat fisik seperti massa
jenis, viskositas dan nilai kalor bertambah seiring dengan kenaikan temperatur. Sedangkan
nilai flash point produk tidak berpengaruh terhadap kenaikan temperatur. Beberapa
temperatur menghasilkan produk yang memiliki range nilai mendekati bahan bakar komersil
(gasoline, kerosene dan diesel). Sedangkan temperatur pemanasan optimal pada pirolisis
plastik PP adalah 300oC dimana mulai dihasilkan tetesan minyak pertama dan memiliki
properties yang mendekati gasoline.

Kata kunci : pirolisis, temperatur, plastik polypropylene, fuel oil

x
SUMMARY

Eka Rizki Mardika, Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering,


University of Brawijaya, July 2018, The effect of formation oil temperature on polypropylene
pyrolysis (PP), Academic Supervisor: Widya Wijayanti and Francisca Gayuh Utami Dewi.

Polypropylene plastic is one of the best types of plastic because of its resistive properties
to oil and high temperatures. With the polymer formula (𝐶3 𝐻6 )𝑛 the plastics can be utilized
into alternative fuels through pyrolysis process.
The purpose of this study is to know how the temperature plays a role in the formation
of fuel oil from plastic pyrolysis. The method used is true experimental. The study was
carried out with 250 grams of polypropylene plastic pyrolysis for 2 hours with temperature
variations of 200°C, 250°C, 300°C, 350°C, 400°C.
The results of this study obtained the value of mass, volume and physical properties
such as density, viscosity and calorific value increases along with rising temperatures. While
the flash point of the product does not affect the temperature rise. Some temperatures
produce products that have a range of values close to commercial fuels (gasoline, kerosene
and diesel). While the optimum heating temperature of PP plastic pyrolysis is 300oC where
starting first droplets of oils and having properties close to gasoline are obtained.

Keywords : pyrolysis, temperature, polypropylene plastic, fuel oil

xi
PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yakni skripsi yang berjudul
“Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Fuel Oil Hasil Pirolisis Plastik
Polypropylene”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan mahasiswa Teknik Mesin dalam
meraih gelar Sarjana Teknik. Dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak luput dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung dan tidak langsung. Oleh sebab itu penulis ingin
menyampaikan rasa dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Sisto dan Ibu Prapti Rahayu selaku kedua orang tua penulis yang selalu
mendoakan penulis dan memberikan motivasi serta bantuan baik dalam bentuk moril
hingga materi selama kuliah hingga sekarang.
2. Siska Dwi Nur Pratiwi, Alm. Slamet Triyono, Alm. Lukman Hakim, Achmad Restu
Almaliky, Muhammad Dafa Suryo Utomo dan Enin Humayratus Firda selaku adik-adik
kandung penulis yang selalu menjadi penyemangat penulis dan selalu menghibur penulis
dikala lelah.
3. Ibu Dr. Eng. Widya Wijayanti, ST., MT. selaku dosen pembimbing I skripsi dan KKDK
Konversi Energi yang telah banyak meluangkan ilmu dan waktu untuk membimbing
penulis serta selalu memberikan semangat kepada penulis.
4. Ibu Francisca Gayuh, Utami Dewi, ST., MT. selaku dosen pembimbing II skripsi yang
telah banyak memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi kepada penulis.
5. Bapak Ir. Djarot B. Darmadi, MT., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
6. Bapak Teguh Dwi Widodo, ST., M.Eng. Ph.D. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin.
7. Bapak Dr. Eng. Mega Nur Sasongko, ST., MT. selaku Ketua Program Studi S1 Jurusan
Teknik Mesin.
8. Seluruh dosen pengajar dan staf administrasi Jurusan Teknik Mesin.
9. Elga Yonash Azmy, ST. yang selalu memberikan semangat.
10. Adam dan Raymizard selaku teman seperjuangan penyelesaian skripsi ini.
11. Putri Mesin 2014 (Lava Girls) yang minoritas namun bisa berjuang bersama.
12. Teman-teman asisten Laboratorium Motor Bakar (ichsan, dana, william, reza, fahrizal,
rama, dll) dan laboran (mas eko) yang telah banyak membantu selama penelitian penulis
berlangsung.

i
13. Teman-teman Keluarga Besar Mahasiswa Mesin Angkatan 2014.
14. Teman-teman Bidang Tim Go Kart Divisi Riset dan Teknologi HMM yang telah
berjuang bersama di perlombaan (fragh, baqi, fuad, aldin, pradip, afrizal, anjas, dimas,
tiko, adi).
15. Serta semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih banyak penulis ucapkan untuk jasa-jasa yang akan terkenang sepanjang
masa. Setelah melalui berbagai rintangan dan masalah-masalah yang dihadapi, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi dan ilmu yang dimiliki masih
membutuhkan penyempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis butuhkan. Semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna kelak dikemudian hari dan
dapat dikembangkan untuk selanjutnya.

Malang, 10 Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
RINGKASAN .............................................................................................................. x
SUMMARY .................................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5


2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 5
2.2 Pirolisis ....................................................................................................... 8
2.3 Fuel Oil ....................................................................................................... 10
2.3.1 Crude Oil ........................................................................................... 10
2.3.2 Hidrokarbon ....................................................................................... 11
2.3.3 Distilasi Minyak Bumi ...................................................................... 11
2.3.4 Sifat Fisik dan Kimia Fuel Oil .......................................................... 14
2.4 Polymer ....................................................................................................... 14
2.4.1 Klasifikasi Polymer .......................................................................... 16
2.4.2 Thermoplastic................................................................................... 17
2.5 Polypropylene (PP) ..................................................................................... 19

iii
2.5.1 Struktur Polypropylene .................................................................... 20
2.5.2 Karakteristik Polypropylene ............................................................ 23
2.4.4 Thermal Cracking ............................................................................ 24
2.6 Hipotesis ..................................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 27


3.1 Metode Penelitian ....................................................................................... 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 27
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 27
3.4 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 28
3.4.1 Alat yang Digunakan ....................................................................... 28
3.4.2 Bahan yang Digunakan .................................................................... 31
3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 31
3.6 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 35


4.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Waktu Pemanasan ................................... 35
4.1.1 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 200oC......... 36
4.1.2 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 250oC......... 37
4.1.3 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 300oC......... 39
4.1.4 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 350oC......... 40
4.1.5 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 400oC......... 41
4.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Fisik Produk ................................... 42
4.2.1 Hubungan Temperatur Terhadap Warna Produk ............................. 42
4.2.2 Hubungan Temperatur Terhadap Massa Produk ............................. 42
4.2.3 Hubungan Temperatur Terhadap Volume Produk ........................... 43
4.2.4 Hubungan Temperatur dengan Nilai Massa Jenis Produk ............... 45
4.2.5 Hubungan Temperatur dengan Nilai Viskositas Produk.................. 46
4.2.6 Hubungan Temperatur dengan Nilai Flash Point Produk ............... 48
4.2.7 Hubungan Temperatur dengan Nilai Kalor Produk ......................... 50

iv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 53
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2.1 Sifat fisik PDO ..................................................................................... 7
Tabel 2.2 Parameter operasi dan produk dari ketiga macam proses pirolisis .. 10
Tabel 2.3 Kandungan yang terdapat dalam crude oil ....................................... 10
Tabel 2.4 Sifat Fisik dan Kimia Fuel Oil ............................................................ 14
Tabel 2.5 Contoh Monomer dan Polymer ........................................................... 15
Tabel 2.6 Jenis-jenis dan kode daur ulang plastik dalam industri ...................... 18
Tabel 2.7 Karakteristik polypropylene ............................................................... 23

vi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1 Pengaruh yang diberikan oleh atau tanpa katalis terhadap
temperatur, waktu dan presentase produk pirolisis ........................... 5
Gambar 2.2 Volume fraksi paraffins, olefins dan aromatics (a) LDPE, (b) HDPE,
(c) PP dan (d) RMIX ........................................................................... 8
Gambar 2.3 Distilasi Fraksi Minyak Bumi ............................................................. 12
Gambar 2.4 Klasifikasi Polymer ............................................................................. 16
Gambar 2.5 Bentuk struktural molekul polimer ..................................................... 17
Gambar 2.6 Struktur polymer polypropylene ......................................................... 20
Gambar 2.7 Contoh bungkus snack menggunakan plastik PP................................ 20
Gambar 2.8 Struktur kimia monomer propylene .................................................... 21
Gambar 2.9 Propylene dan Polypropylene ............................................................ 21
Gambar 2.10 Stereochemical configurations of polypropylene............................... 22
Gambar 2.11 Isostactic polypropylene .................................................................... 22
Gambar 2.12 Syndiostactic polypropylene .............................................................. 23
Gambar 2.13 Atactic polypropylene ........................................................................ 23
Gambar 3.1 Skema instalasi alat pirolisis ............................................................... 28
Gambar 3.2 Timbangan elektrik ............................................................................. 28
Gambar 3.3 Gelas Ukur .......................................................................................... 29
Gambar 3.4 Viscometer........................................................................................... 30
Gambar 3.5 Flash Point .......................................................................................... 30
Gambar 3.6 Bomb Calorimeter ............................................................................... 31
Gambar 3.7 Diagram alir penelitian ....................................................................... 33
Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan ................... 35
Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan
temperatur 200oC ................................................................................ 36
Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan
temperatur 250oC ................................................................................ 37
Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan
temperatur 300oC ................................................................................ 39
Gambar 4.5 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan

vii
temperatur 350oC ................................................................................ 40
Gambar 4.6 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan
temperatur 400oC ................................................................................ 41
Gambar 4.7 Warna produk fuel oil yang dihasilkan ............................................... 42
Gambar 4.8 Grafik hubungan temperatur terhadap massa produk
yang dihasilkan ................................................................................... 42
Gambar 4.9 Grafik hubungan temperatur terhadap volume produk
yang dihasilkan ................................................................................... 44
Gambar 4.10 Grafik hubungan temperatur dengan nilai massa jenis produk
yang dihasilkan ................................................................................... 45
Gambar 4.11 Grafik perbandingan nilai massa jenis fuel oil hasil pirolisis plastik
dengan petroleum fuel oil.................................................................... 46
Gambar 4.12 Grafik hubungan temperatur dengan nilai viskositas produk
yang dihasilkan ................................................................................... 47
Gambar 4.13 Grafik perbandingan nilai viskositas fuel oil hasil pirolisis plastik
dengan petroleum fuel oil.................................................................... 48
Gambar 4.14 Grafik hubungan temperatur dengan nilai flash point produk
yang dihasilkan ................................................................................... 48
Gambar 4.15 Grafik perbandingan nilai flash point fuel oil hasil pirolisis plastik
dengan petroleum fuel oil.................................................................... 49
Gambar 4.16 Grafik hubungan temperatur dengan nilai kalor produk
yang dihasilkan ................................................................................... 50
Gambar 4.17 Grafik perbandingan nilai kalor fuel oil hasil pirolisis plastik
dengan petroleum fuel oil.................................................................... 51

viii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul
Lampiran 1. Tabel Data Temperatur dan Waktu Pemanasan
Lampiran 2. Wax yang Dihasilkan
Lampiran 3. Minyak Sisa yang Dihasilkan
Lampiran 4. Fuel Oil yang Dihasilkan
Lampiran 5. Instalasi Alat Penelitian
Lampiran 6. Percobaan Pembakaran Fuel Oil Hasil Pirolisis

ix
Teruntuk mereka yang selalu ada dan memberiku motivasi.
Ayahanda dan Ibunda tercinta

Mas Elga

Adik Siska, Slamet & Lukman (alm), Restu, Dafa, Enin


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan sisa-sisa dari kegiatan manusia sehari-hari. Tanpa disadari
manusia setiap harinya tidak pernah lepas menjadi penghasil sampah baik sampah organik
atau anorganik. Diperkirakan setiap rumah tangga/penduduk di Indonesia menghasilkan
sampah sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari. Angka tersebut dapat bertambah setiap tahunnya
mengingat semakin bertambahnya penduduk maka sampah yang dihasilkan juga akan
meningkat. Minimnya kesadaran masyarakat dan kurangnya pengelolaan sampah menjadi
permasalahan yang kini dihadapi pemerintah disetiap daerah. Terutama sampah
anorganik yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat terurai alami apabila
tidak diolah dengan benar.
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan. Penggunaannya semakin meluas
dan merambah hampir di seluruh kebutuhan manusia. Sampah plastik menduduki posisi
pertama sampah anorganik dalam komposisi sampah nasional. Hal tersebut tercermin
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia pada tahun 2016 yang menyebutkan bahwa jumlah persentase
sampah anorganik teratas ditempati oleh sampah plastik yaitu sebesar 14% dari jumlah
sampah keseluruhan atau berjumlah 8,96 juta ton/tahun. Plastik merupakan material yang
mudah dibentuk, praktis dan memiliki banyak manfaat. Plastik terdiri dari beberapa jenis
salah satunya adalah plastik PP (PolyPropylene). Plastik PP merupakan jenis plastik
terbaik karena resistansinya terhadap minyak dan tahan suhu tinggi. Plastik ini biasanya
digunakan sebagai bungkus makanan (snack), tutup botol air mineral, tutup botol obat
dan lain-lain.
Plastik PP memiliki rumus molekul (-CHCH3 –CH2-)n. Pengelolaan sampah plastik
PP saat ini sebagian digunakan untuk di bakar dan daur ulang agar dapat digunakan
kembali. Namun tidak banyak sampah plastik yang layak untuk didaur ulang sehingga
sebagian harus dibakar. Akan tetapi pembakaran sampah memakan banyak biaya dan
menimbulkan polusi udara seperti debu, nitrous and sulfur oxides, dioxins dan furan
(Kassargy et al (2017)). Komposisi rantai hidrokarbon plastik PP berpotensi untuk diubah
menjadi bentuk lain salah satunya dengan proses pirolisis. Pirolisis merupakan sebuah

1
2

proses yang mengolah senyawa organik dengan proses dekomposisi kimia bahan melalui
proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa melibatkan oksigen.
Bahan bakar minyak yang mayoritas digunakan saat ini merupakan bahan bakar yang
bersumber dari minyak bumi. Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi bersumber dari
sisa-sisa fosil yang tertimbun dan dilakukan proses penyulingan agar dapat digunakan.
Bahan bakar fosil termasuk dalam bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non-
renewable energy). Bahan bakar fosil masih banyak dipakai terutama pada kendaraan
bermotor yang masih menggunakan pembakaran dalam (internal combustion engine).
Penggunaan bahan bakar fosil terus meningkat namun tidak sebanding dengan
ketersediaannya yang semakin menipis.. Sehingga diperlukan bahan bakar alternatif guna
meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil agar ketersediaannya masih bisa terjaga
hingga masa yang akan datang. Dengan proses pirolisis diharapkan rantai hidrokarbon
plastik PP dapat diubah menjadi rantai karbon bahan bakar minyak yang nantinya dapat
menjadi bensin, kerosin dan solar. Karena plastik PP sendiri berasal dari minyak bumi,
dengan pengelolaan yang tepat maka sampah plastik PP yang tidak digunakan dapat
diubah kembali menjadi bahan bakar minyak.
Berdasarkan uraian diatas, diharapkan sampah plastik PP yang terbuang sia-sia dapat
dimanfaatkan kembali menjadi bahan bakar alternatif. Oleh sebab itu diperlukan
penelitian mengenai pengaruh temperatur terhadap fuel oil yang dihasilkan melalui proses
pirolisis guna mengetahui kualitas bahan bakar tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
temperatur terhadap pembentukan fuel oil pada pirolisis plastik PP?

1.3 Batasan Masalah


Agar pembahasan pada penelitian ini lebih terarah, maka diberikan batasan-batasan
masalah sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan adalah plastik PP dari bungkus makanan berwarna jernih
2. Pirolisis menggunakan pyrolyzer fix bed
3. Pembakaran pirolisis menggunakan gas nitrogen (N2)
4. Temperatur pembentukan bahan bakar minyak adalah 200oC, 250oC, 300oC, 350oC
dan 400oC
3

5. Selama pengujian dianggap tidak ada kebocoran


6. Hasil yang dianalisis adalah volume, massa dan sifat fisik berupa densitas, viskositas,
flash point dan nilai kalor

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh temperatur terhadap pembentukan fuel oil pada pirolisis plastik
PP
2. Mengetahui kualitas hasil pirolisis dengan membandingkan dengan fuel oil dipasaran
3. Mengetahui temperatur pemanasan optimal pada alat yang digunakan

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah wawasan pengetahuan aplikasi teori yang sudah ada
2. Dapat memberikan solusi pengurangan sampah plastik PP selain di daur ulang
3. Dapat memberikan solusi bahan bakar alternatif dengan bahan bakar hasil pirolisis
plastik PP
4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai pirolisis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Bemis et al (2012) meneliti tentang pengolahan limbah propilen menjadi bahan bakar
cair melalui metode pirolisis. Penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu menggunakan katalis
dan tanpa menggunakan katalis. Untuk pirolisis tanpa menggunakan katalis dilakukan
dengan bahan plastik PP sebanyak 30 gram yang sudah dipotong menjadi kecil kemudian
dilakukan proses pirolisis yang didiamkan semalam. Hasil yang didapatkan untuk
pirolisis tanpa menggunakan katalis yaitu tetesan pertama dihasilkan pada temperatur
150oC dan tetesan terakhir dihasilkan pada temperatur 160oC. Total waktu reaksi selama
240 menit (4 jam). Volume produk yang diperoleh 30 ml. Massa jenis produk 0,7206
g/ml. Persentase produk sebanyak 72,06%. Hasil pengujian GC-MS pirolisis ini minyak
tersebut memiliki rantai hidrokarbon antara C9 – C27 yang diindikasikan memiliki
kemiripan seperti kerosene dan diesel.

Gambar 2.1 Pengaruh yang diberikan oleh atau tanpa katalis terhadap temperatur, waktu
dan presentase produk.
Sumber: Bemis et al (2012).

5
6

Rinjani et al (2015) meneliti tentang konversi plastik polipropilena menjadi bahan


bakar minyak. Dengan metode pirolisis dan distilasi sederhana menggunakan bahan
sedotan dan gelas air mineral. Penelitian ini dibagi menjadi 2 parameter yaitu suhu gas
yang masuk kedalam kondensor sebanyak 90oC dan 100oC serta suhu air pendingin
kondensor yaitu sebanyak 15oC dan 30oC. Hasil didapatkan yaitu bahan bakar memiliki
karakteristik seperti bensin. Jumlah minyak yang didapatkan paling banyak sebanyak
800ml dengan suhu uap 90oC dan suhu kondensor 15oC. Waktu yang digunakan untuk
memproduksi minyak sebanyak 600-700ml adalah 35 menit, sedangkan untuk 750-800ml
adalah 80 menit.
Endang et al (2016) meneliti tentang pengolahan sampah plastik dengan metoda
pirolisis menjadi bahan bakar minyak. Penelitian tersebut menggunakan plastik dengan
jenis polypropylene (PP) dan low density polyethylene (LDPE) sebanyak 500 gram yang
dilaksanakan selama 60 menit dengan temperatur 250oC, 300oC, 350oC, 400oC. Pada
pirolisis plastik PP menghasilkan minyak paling banyak pada suhu 400oC yakni 27,05%.
Nilai densitas yang mendekati densitas minyak tanah diperoleh pada suhu 300oC dan
400oC yakni 0,7905 gr/m3 dan 0,8349 gr/m3, nilai densitas yang mendekati densitas solar
diperoleh pada suhu 250oC dan 350oC yakni 0,8598 gr/m3 dan 0,8349 gr/m3. Viskositas
yang mendekati bensin (0,652cP) yakni pada suhu 350oC sebesar 0,6cP. Nilai kalor yang
mendekati bensin yakni pada suhu 400oC sebesar 10570,kkal/kg.
Olufemil et al (2017) melakukan penelitian dengan judul Thermal Conversion of
Waste Plastics into Fuel Oil. Penelitian ini dilakukan dengan memasukkan plastik seperti
PP, LDPE, HDPE dan campuran kedalam sebuah reaktor yang tidak terdapat oksigen
didalamnya kemudian dipanaskan dengan suhu 170oC - 300oC dan hasilnya di kondensasi
di kondensor. Hasil yang didapatkan yakni untuk plastik PP memiliki rantai hidrokarbon
C3 – C25. Massa jenisnya sebesar 0,759 g/ml dengan ciri fisik berwarna coklat muda,
jernih dan terdapat wax dan ash. Hasil tersebut diindikasikan minyak hasil pirolisis plastik
PP mengandung senyawa campuran benzena dan terdapat metil (- CH3 -) didalamnya.
Karssagy et al (2017) melakukan penelitian dengan judul Experimental Study of
Catalytyc Pyrolysis of Polyethylene and Polypropylene over USY Zeolite and Separation
to Gasoline and Diesel-fuel Like. Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah
plastik PP dan PE. Peneliti mengamati hasil pirolisis tanpa katalis dan dengan
menggunakan katalis berupa zeolit USY. Saat pirolisis, plastik yang digunakan sudah
dipotong-potong menjadi 1.8 – 4.5mm dengan berat sebesar 100gram. Temperatur
pirolisis sebesar 450oC dan temperatur kondensor sebesar 15oC. Dari hasil penelitian
7

didapatkan nilai yield untuk plastik PP tanpa katalis yaitu 85.5wt% liquid dan 14.5wt%
gas dengan waktu reaksi 80 menit. Kemudian peneliti juga menguji kandungan fuel liquid
hasil pirolisis dengan GC-MS. Hasil yang didapatkan untuk plastik PP tanpa katalis
mengandung rantai hidrokarbon dengan range C7 – C30 dengan nilai tertinggi pada fraksi
C9. Sedangkan sifat fisik dari minyak hasil pirolisis yang didapatkan untuk plastik PP
tidak menggunakan katalis yaitu densitas sebesar 777 kg/m3, viskositas sebesar 0,6 mm2/s
dan low heating value (LHV) sebesar 44.9 MJ/kg. Hasil pirolisis plastik PP mengandung
campuran dari paraffin bercabang / olefin dengan viskositas yang rendah.
Das et al (2018) melakukan penelitian dengan judul Valorization of Packaging
Plastic Waste by Slow Pyrolysis. Plastik yang dipirolisis pada penelitian ini adalah plastik
low density polyethylene (LDPE), high density polyethylene (HDPE), polypropylene (PP)
dan campuran (LDPE sebanyak 30 wt%, HDPE sebanyak 30 wt% dan PP sebanyak 40
wt%). Penelian menggunakan jenis slow pyrolysis dengan suhu 350oC, 375oC dan 400oC
namun untuk plastik PP dibedakan variasinya menjadi 325oC, 350oC dan 375oC dengan
heating rate 20 oC/menit selama 8 jam. Untuk hasil sifat fisik plastic derived oil (PDO)
dapat dilihat pada tabel 1.1. Dengan RON yang tinggi dan pour point (titik tuang) yang
rendah hasil PDO plastik PP menyerupai karakteristik seperti gasoline.

Tabel 2.1 Sifat fisik PDO

Sumber: Das (2018)

Dari hasil analisis komposisi seperti yang terlihat pada gambar 2.2, plastik PP
memiliki kandungan fraksi olefin lebih banyak dari yang lainnya atau disebut olifenic.
Semakin bertambahnya temperatur dapat dilihat bahwa fraksi paraffin akan berkurang
dan fraksi olefin akan bertambah. Hal ini dikarenakan adanya tambahan methyl group di
setiap atom karbon dalam rantai polimer PP, yang menstabilkan radikal menengah dengan
membentuk ikatan ganda antara dua atom karbon.
8

Gambar 2.2 Volume fraksi paraffins, olefins dan aromatics (a) LDPE, (b) HDPE, (c) PP
dan (d) RMIX
Sumber: Das (2018)

2.2 Pirolisis
Pirolisis merupakan reaksi pemecahan termal dari molekul polimer dengan rantai
karbon yang panjang dalam lingkungan bebas oksigen yang menghasilkan molekul
dengan rantai karbon yang lebih kecil (Gao, 2010). Pada proses pirolisis, dialirkan gas
inert (N2) yang bertujuan untuk mengeluarkan oksigen dari pirolyzer agar tidak terjadi
pembakaran secara langsung. Karakteristik dari produk yang dihasilkan bergantung pada
beberapa faktor seperti temperatur pirolisis dan laju pemanasan.
Pirolisis plastik menghasilkan 3 komponen utama produk yaitu solid (wax), liquid
(fuel oil), Gas (CO2, CH4, dll). Pada penelitian ini akan berfokus pada hasil liquid product.
Pada hasil pirolisis plastik nantinya akan dihasilkan produk berupa fuel oil karena plastik
sendiri merupakan hasil penurunan dari petroleum (minyak bumi). HDPE, LDPE, PP dan
PS merupakan hidrokarbon yang seluruhnya terdiri dari karbon dan hidrogen yang mana
memiliki nilai kalori menyerupai bahan bakar minyak seperti liquefied petroleum gas
(LPG), petrol dan diesel (Gao, 2010).
9

Pirolisis diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu slow pyrolysis, fast pyrolysis dan
fast pyrolysis. Perbedaannya terletak pada jenis temperatur, heating rate, solid residence
time, ukuran partikel dll. Ketiganya yaitu:
a. Slow pyrolysis
Slow pyrolysis sudah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Pirolisis ini
merupakan proses karbonisasi, yang mana tujuan utamanya adalah untuk
memproduksi charcoal atau char dengan temperatur dan heating rates yang rendah
(Basu, 2010., Jahirul et al, 2012). Pirolisis ini menggunakan temperatur yang lebih
rendah dari fast pyrolysis yakni sekitar 400oC dengan target utama char namun
terkadang juga disertai liquid dan gas (Brownsort, 2009).
b. Fast pyrolysis
Tujuan utama fast pyrolysis adalah untuk memaksimalkan hasil produk cair atau
bio-oil. Bahan dipanaskan dengan cepat hingga mencapai temperatur puncak sebelum
terdekomposisi (Basu, 2010). Pirolisis jenis ini biasanya memerlukan bahan yang
sudah disiapkan menjadi partikel lebih kecil dan desain alat yang dapat melepaskan
uap dengan cepat dari adanya padatan panas. Temperatur yang biasanya digunakan
adalah sekitar 500oC (Brownsort, 2009). Biasanya fast pyrolysis menghasilkan 60% -
75% produk minyak (minyak dan cairan lainnya) dengan 15% -25% padatan (terutama
biochar) dan 10% -20% fase gas tergantung pada bahan baku yang digunakan.
Karakteristik utama dari proses fast pyrolysis adalah heat transfer dan heating rate
yang tinggi, waktu tinggal uap yang singkat (pelepasan uap yang cepat), pendinginan
uap yang cepat dan aerosol untuk hasil bio-oil tinggi dan kepresisian kontrol suhu
reaksi (Jahirul et al, 2012).
c. Flash pyrolysis
Karakteristik utama dalam flash pyrolysis adalah devolatilisasi cepat dalam
atmosfer inert, heating rate partikel yang tinggi, temperatur reaksi yang tinggi yakni
berada sekitar 450oC – 1000oC dan waktu tinggal gas yang sangat singkat yakni kurang
dari 1 detik (Jahirul et al, 2012). Produk dari flash pyrolysis mengandung gas yang
terkondensasi atau tidak terkondensasi dengan waktu tinggal yang singkat yakni 30 –
1500ms (Bridgwater, 1999). Setelah didinginkan, uap yang condensable dikondensasi
menjadi produk cair yaitu bio-oil. Hasil produk cair atau bio-oil dari flash pyrolisis
antara 70 sampai 75% dari hasil produk total pirolisis. Dibanding pada slow pyrolisis,
pada flash pyrolisis dihasilkan char dan gas yang lebih sedikit dan dihasilkan produk
tar lebih banyak (Basu, 2010).
10

Tabel 2.2 Parameter operasi dan produk dari ketiga macam proses pirolisis

Sumber: Jahirul et al (2012)

2.3 Fuel Oil


Fuel oil (Bahan Bakar Minyak) merupakan produk akhir minyak yang terdiri dari
berbagai jenis karakteristik (sifat fisik atau kimia) berdasarkan perlakuannya. Fuel oil
yang terdiri di pasaran seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain biasanya
didapatkan dari hasil distilasi fraksi petroleum.

2.3.1 Crude Oil


Crude oil (minyak mentah) atau dikenal sebagai petroleum (minyak bumi) adalah
minyak yang berasal dari fosil hewan atau tumbuhan yang telah terdekomposisi secara
alami selama jutaan tahun (Freudenrich, 2001). Kandungan senyawa apa saja yang
terdapat didalam crude oil pada umumnya dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kandungan yang terdapat dalam crude oil


Elemen Kandungan Senyawa
Karbon 84%
Hidrogen 14%
hydrogen sulfide, sulfides, disulfides,
Sulfur 1 – 3%
elemental sulfur
Nitrogen < 1% basic compounds with amine groups
found in organic compounds such as
Oksigen < 1% carbon dioxide, phenols, ketones,
carboxylic acids
Logam < 1% nickel, iron, vanadium, copper, arsenic
sodium chloride, magnesium chloride,
Salt < 1%
calcium chloride
Sumber: Freudenrich (2001)
11

2.3.2 Hidrokarbon
Crude oil mengandung senyawa hidrokarbon yakni senyawa yang memiliki molekul
hidrogen dan karbon dengan struktur dan panjang rantai yang bervariasi. Klasifikasi
utama dari hidrokarbon dalam crude oil yaitu:
 Parrafins / Alkane
Rumus umumnya adalah CnH2n+2 (jumlah n biasanya 1 – 20) yaitu molekul
rantai lurus atau bercabang dapat berupa gas atau cairan pada suhu kamar tergantung
pada molekulnya. Contoh: methane, ethane, propane,dll.
 Aromatics
Rumus umumnya adalah C6H5 – Y (Y adalah molekul lurus yang lebih panjang
yang terhubung ke cincin benzena) merupakan struktur cincin dengan satu cincin
atau lebih. Cincin ini mengandung enam atom karbon, dengan ikatan penghubung
ganda atau tunggal diantara karbon. Senyawa ini biasanya berupa cairan. Contoh:
benzene, naphthalene.
 Napthenes / Cycloalkanes
Rumus umumnya adalah CnH2n (jumlah n biasanya 1 – 20) yaitu struktur cincin
dengan satu cincin atau lebih dengan ikatan penghubung tunggal diantara karbon.
Senyawa ini biasanya berupa cairan pada suhu kamar. Contoh: cyclohexane, methyl
cyclopentane.
 Other Hydrocarbons
a) Alkenes / Olefins
Rumus umumnya adalah CnH2n (jumlah n biasanya 1 – 20) yaitu rantai
molekul lurus atau bercabang yang mengandung ikatan 𝐶 = 𝐶 yang penamaannya
biasa diakhiri dengan –ene. Contoh: ethylene, butene.
b) Alkynes
Rumus umumnya adalah CnH2n-2 (jumlah n biasanya 1 – 20) yaitu rantai
molekul lurus atau bercabang yang mengandung ikatan 𝐶 ≡ 𝐶 yang penamaannya
biasa diakhiri dengan –yne. Contoh: butyne.

2.3.3 Distilasi Minyak Bumi


Melalui proses fractional distillation, crude oil yang mengandung ratusan
hidrokarbon yang berbeda akan dipisahkan sehingga menjadi produk yang berguna sesuai
12

dengan karakteristiknya. Semakin panjang ikatan rantai karbon maka semakin tinggi juga
boiling point tersebut.

Gambar 2.3 Distilasi Fraksi Minyak Bumi


Sumber: Bonamy (2016)

Pemisahan crude oil menghasilkan produk antara lain:


 Petroleum gas
- Biasanya digunakan untuk pemanasan, memasak, membuat plastik.
- Alkana yang biasanya mengandung 1 – 4 atom karbon.
- Temperatur didih kurang dari 40oC.
- Biasanya dicairkan dibawah tekanan untuk membuat LPG.
 Naphtha / ligroin
- Proses menengah yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bensin.
- Campuran dari 5 – 9 atom karbon alkana.
- Temperatur didih 60oC - 100oC.
 Gasoline
- Digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
- Berwujud liquid/cair.
- Campuran dari 5 – 12 atom karbon alkana.
13

- Temperatur didih 40oC - 205oC.


 Kerosene
- Digunakan untuk jet engine dan traktor
- Berwujud liquid/cair.
- Campuran dari 10 – 18 atom karbon alkana dan aromatik.
- Temperatur didih 175oC - 325oC.
 Gas oil / diesel distillate
- Digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
- Berwujud liquid/cair.
- Mengandung 12 atau lebih atom karbon.
- Temperatur didih 250oC - 350oC.
 Lubricating oil
- Digunakan untuk pelumasan.
- Berwujud liquid/cair.
- Mengandung rantai panjang 20 – 50 atom karbon alkanes, cycloalkanes dan
aromatic.
- Temperatur didih 300oC – 370oC.
 Heavy gas / liquid oil
- Digunakan untuk bahan bakar industri.
- Berwujud liquid/cair.
- Mengandung rantai panjang 20 – 70 atom karbon alkanes, cycloalkanes dan
aromatic.
- Temperatur didih 370oC – 600oC.
 Residuals
- Berupa batu arang, aspal, tar, wax.
- Berwujud solid/padat.
- Mengandung senyawa multipled-ringed dengan 70 atau lebih atom karbon.
- Temperatur didih lebih dari 600oC.
14

2.3.4 Sifat Fisik dan Kimia Fuel Oil

Tabel 2.4 Sifat Fisik dan Kimia Fuel Oil


Fuel Oil
Properties
Gasoline Kerosene Diesel
Range of carbon
C4 – C13 C10 – C16 C10 – C19
numbers
-Alkanes 54.3 (wt. %) 78 – 96 (vol. %) 64 – 85 (vol.%)

-Alkenes 1.8 0–5 1 – 10

-Aromatics 30.5 4 – 25 5 – 30

Physical state Liquid Liquid Liquid


Colorless to pale
Color Colorless to brown Colorless to brown
brown

Melting point (-90.5) – (-95.4)oC -45.6 oC (-48) – (18)oC

Boiling point 39 – 204oC 175 – 325oC 101 – 588oC


0.7 – 0.8 g/ml
0.8 g/ml 0.87 – 1.0 g/ml
Density (temperature not
(at 20oC) (at 20oC)
specified)

Flash point -46 oC 38 oC 38 – 58oC

Calorific Value 44 MJ/kg 43.4 MJ/kg 43 MJ/kg


0.4 – 1 cSt 1 – 2 cSt 4.992 – 5.408 cSt
Viscosity (at room (at room (at room
temperature) temperature) temperature)
Sumber: The National Academy of Science (2005); Gao (2010); Jones (2010)

2.4 Polymer
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu poly (banyak) dan meros (bagian).
Sehingga dapat dikatakan polymer merupakan "banyak bagian" yaitu sebuah molekul
yang dibuat dari pengulangan beberapa unit yang lebih sederhana yang disebut mer.
Polymer mengandung ribuan hingga jutaan atom didalam sebuah molekul yang besar
15

yang disebut juga dengan macromolecules. Polymer tersusun dari banyak molekul-
molekul kecil yang disebut dengan monomer (Chanda, 2013).
Monomer merupakan molekul organik sederhana yang tersusun membentuk polymer.
Selain mengandung atom karbon dan hydrogen, beberapa monomer juga mengandung
atom lain seperti sulfur, oksigen, nitrogen dan lain-lain. Susunan atom-atom tersebut
membentuk jenis plastik yang berbeda-beda. Contoh terdapat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Contoh Monomer dan Polymer

Sumber: Klein (2011)


16

2.4.1 Klasifikasi Polymer

Gambar 2.4 Klasifikasi Polymer


Sumber: Klein (2011)
17

Polimer dapat diklasifikasikan dalam banyak metode, seperti berdasarkan bahan,


metode sintesis, bentuk struktural, perlakuan pemrosesan termal, dan penggunaan akhir
polimer. Dengan demikian, polimer telah diklasifikasikan sebagai polimer alami dan
sintetis menurut bahan baku, sebagai polycondensation dan polyadition (chain / step
reaction) sesuai dengan metode sintesis atau mekanisme polimerisasi, dan sebagai linear,
bercabang, dan jaringan sesuai dengan bentuk struktural molekul polimer (Chanda, 2013).
Termoplastik berada dalam rentang aplikasi elastisitas keras atau keras dan dapat
dilelehkan oleh input energi (energi mekanik, termal atau radiasi). Elastomer memiliki
elastisitas yang lembut dan biasanya tidak dapat dilelehkan. Thermoset berada dalam
rentang aplikasi elastisitas keras dan juga tidak dapat dilelehkan (Klein, 2011).

Gambar 2.5 Bentuk struktural molekul polimer


Sumber: Klein (2011)

2.4.2 Thermoplastic
Thermoplastic terdiri dari rantai linear atau bercabang ringan yang dapat diturunkan
melewati satu sama lain di bawah pengaruh suhu dan tekanan. Polimer ini mengalir pada
suhu tinggi dan memungkinkan kita untuk membentuknya menjadi produk yang
bermanfaat. Ketika kita memanaskannya, kita bisa mengubah bentuknya. Misalnya,
wadah susu polyethylene dapat diproses kembali ke tahap leleh dan kemudian dibentuk
menjadi bangku taman. Thermoplastic terdapat dalam berbagai macam barang yang biasa
kita gunakan, seperti pantyhose (polyamide), compact disks (polycarbonate), tas
belanjaan (polyethylene), pelapis rumah (polyvinyl chloride), pipa gas dan air
18

(polyethylene, polyvinyl chloride, and polypropylene), dan berbagai bungkus atau


suntikan dalam dunia medis (polyvinyl chloride) (Peacock, 2006).
Keberadaannya sangat erat dalam kehidupan sehari-hari mengingat material ini
sangat praktis sehingga banyak digunakan dengan fungsinya masing-masing. Ada 7
macam kode industri jenis plastik yang biasa kita gunakan di kehidupan sehari-hari. Jenis-
jenis tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Jenis-jenis dan kode daur ulang plastik dalam industri
Kode Nama Keterangan
PET merupakan plastik yang digunakan
untuk mayoritas botol kemasan minuman.
Polyethylene Biasanya juga digunakan sebagai botol
terephthalate selai maupun minyak nabati. Sekitar 25%
(PET / PETE) dari botol plastik merupakan PET. Botol
PET biasanya jernih, tangguh dan tahan
karbon dioksida dengan baik.
HDPE adalah bentuk polietilen yang
sangat linier. Plastik ini menyumbang
lebih dari 50% dari pasar botol plastik
High Density
yang digunakan untuk menampung susu,
Polyethylene
jus, margarin, dan beberapa camilan
(HDPE)
makanan ringan. Plastik ini mudah
dibentuk melalui media panas dan tekanan
serta relatif kaku dan biaya rendah.
PVC digunakan "murni" atau sebagai
campuran untuk membuat berbagai
macam produk termasuk pipa PVC, film
Polyvinyl Chloride
kemasan makanan, dan wadah untuk
(PVC / V)
pembersih jendela, minyak nabati, dan
deterjen padat. Plastik ini menyumbang
hanya 5% dari pasar kemasan.
19

LDPE memiliki percabangan dan kristalin


yang lebih sedikit, lebih fleksibel, dan
tidak sekuat HDPE. Jumlah karakter amorf
Low Density yang lebih besar membuatnya lebih
Polyethylene berpori daripada HDPE, tetapi plastik ini
(LDPE) baik untuk melindungi dari kelembaban.
Plastik ini adalah bahan utama untuk film
yang dibuat untuk kantong sampah dan tas
roti.
PP memiliki ketahanan kimia dan
kelelahan yang baik. Film dan fiber terbuat
dari jenis ini. Beberapa kemasan terbuat
Polypropylene
dari PP. Plastik ini digunakan untuk
(PP)
membuat beberapa bungkus sekrup, tutup
botol, wadah yoghurt, cangkir margarin,
sedotan, dan botol sirup.
PS digunakan untuk membuat berbagai
wadah, PS juga dikenal sebagai
Polystyrene
"Styrofoam" piring, mangkok, cangkir, dll.
(PS)
Cangkir, wadah yoghurt, karton telur,
nampan daging, dan piring terbuat dari PS.
Merupakan berbagai macam plastik
lainnya datang ke pasar termasuk
Other
kopolimer, campuran, dan kombinasi
multilayer.
Sumber: Carraher (2017)

2.5 Polypropylene (PP)


Polypropylene merupakan salah satu jenis plastik crystalline thermoplastic dan
merupakan anggota dari polyolefins family (alkenes). Struktur monomernya adalah
𝐻2 𝐶 = 𝐶𝐻𝐶𝐻3 . Rumus polymernya dapat dilihat pada gambar 2.6, dengan n merupakan
jumlah nilai ikatan tak hingga.
20

Gambar 2.6 Struktur polymer polypropylene


Sumber: Peacock (2006)

Plastik PP diproduksi pertama kali oleh PP. Robert Banks dan J. Paul yang bekerja
di perusahaan Philips. Polypropylene dengan kode daur ulang plastik nomor 5,
merupakan salah satu plastik terkuat dan ringan dari yang lainnya. Hingga saat ini
produksinya mencapai 30% dari produksi produk polymer didunia. Sifatnya yang tahan
lama, daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi, lentur, keras, mengkilap dan resisten terhadap lemak menjadikannya banyak
dipakai untuk produk sekali pakai. Plastik ini biasanya digunakan untuk bungkus snack
makanan, sedotan, mainan, tali, tutup botol minuman dan obat hingga alat rumah tangga
seperti ember.

Gambar 2.7 Contoh bungkus snack menggunakan plastik PP


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

2.5.1 Struktur Polyropylene


Polypropylene dibuat dengan polimerisasi propylene, salah satu produk gas dari hasil
penyulingan petroleum, dengan bantuan katalis dengan panas dan tekanan yang
terkontrol. Polypropylene merupakan hidrokarbon tak jenuh dan hanya memiliki atom
21

karbon dan hidrogen. Dalam proses polimerisasi, molekul propylene sebagai monomer
berkumpul menjadi satu membentuk polypropylene dengan bantuan katalis.
Makromolekul polypropylene sebagai polymer mengandung 10.000 – 20.000 unit
monomer.

Gambar 2.8 Struktur kimia monomer propylene


Sumber: Maier (1998)

Gambar 2.9 Propylene dan Polypropylene


Sumber: Maier (1998)

Dalam struktur rantai polypropylene terdapat grup methyl (CH3) yang menggantung
pada satu karbon (terletak diantara 2 karbon). Peletakannya bisa jadi sejajar atau
bersilangan, hal ini yang menentukan karakteristik polymer tersebut. Susunan
stereochemical dari kelompok-kelompok metil polypropylene menghasilkan tiga
stereoisomer yang berbeda: isotactic, syndiotactic, atactic.
22

Gambar 2.10 Stereochemical configurations of polypropylene


Sumber: Maier (1998)

a) Isostactic Polypropylene
Ilmuwan bidang polimer tidak dapat membuat polipropena isostatik 100% pada
skala komersial. Dengan teknologi katalis hingga saat ini hanya dapat menghasilkan
95% polipropena isostatik. Polipropilena isostatik memiliki keuntungan kristalinitas
yang tinggi sehingga menghasilkan sifat mekanik yang baik seperti kekuatan tarik
dan kekakuan yang baik. Tingkat kristalinitas polipropilena isotaktik berkisar antara
40-70%, menciptakan polimer dengan titik leleh tinggi (160 hingga 180 ° C) dan
kepadatan tinggi relatif terhadap bentuk atactic.

Gambar 2.11 Isostactic polypropylene


Sumber: Tripathi (2002)

b) Syndiotactic Polypropylene
Polipropilena syndiotactic mulai ada secara komersial sekitar tahun 1996
bersamaan dengan munculnya katalis single-site. Polipropilena syndiostactic
biasanya memiliki titik leleh yang lebih rendah (sekitar 138°C relatif terhadap sekitar
155 hingga 160°C) dan kepadatan (0,89 g/cm3 hingga 0,93 g/cm3) daripada
polipropilena isostactic.
23

Gambar 2.12 Syndiostactic polypropylene


Sumber: Tripathi (2002)

c) Atactic Polypropylene
Berdasarkan sejarah polipropilena, atactic polypropylene merupakan struktur
polipropilena pertama yang diproduksi dengan berat molekul rendah, lunak dan
lekat. Polipropilen jenis ini memilikikekuatan yang buruk, kelengketan yang tinggi
dan pada umumnya tidak terlalu berguna sebagai resin termoplastik dalam keadaan
murni. Meskipun demikian, polipropilena atactic masih ada dalam berbagai
aplikasi, salah satunya sebagai komponen dari beberapa perekat dan sebagai pengisi
didalam aspal.

Gambar 2.13 Atactic polypropylene


Sumber: Tripathi (2002)

2.5.2 Karakteristik Polyropylene


Berikut adalah karakteristik polypropylene berdasarkan buku Handbook of Polymer.

Tabel 2.7 Karakteristik polypropylene


Parameter Unit Value
GENERAL
Common Name Polypropylene
IUPAC Name Poly(propene)
CAS Name 1-propene, homopolymer
Acronim PP
24

Formula

PHYSICAL PROPERTIES
Density at 20oC g/cm3 0,84 – 0,91
Color - Translucent to white to off-white
Melting temperature o
C 120 – 176
Decomposition on set o
C 328
temperature
CHEMICAL RESISTANCE
Acid dilute/concentrate Very good
Alcohols Very good
Alkalis Very good
Aliphatic hydrocarbon Fair to poor
Aromatics hydrocarbon Poor
Sumber: Wypych (2016)

2.5.3 Thermal Cracking


Thermal cracking biasanya menghasilkan campuran hidrokarbon yang memiliki
berbagai macam produk. Hasil dan komposisi produk yang diperoleh tidak hanya
dikontrol oleh suhu tetapi juga durasi reaksi. Produk yang dihasilkan dari pirolisis dibagi
menjadi fraksi gas tak terkondensasi, fraksi cair (terdiri dari parafin, olefin, naften dan
aromatik) dan sisa padat (wax). Dari fraksi cair dapat diperoleh rantai hidrokarbon dalam
rentang bensin (C4-C12), solar (C12-C23), minyak tanah (C10-C18) dan oli motor (C23-C40).
Thermal cracking polimer biasanya menghasilkan campuran hidrokarbon bernilai
rendah dengan range volatilitas yang cukup tinggi. Oleh sebab itu sangat penting untuk
mengetahui temperatur optimal dari proses pirolisis. Secara umum, ketika suhu pirolisis
tinggi, ada peningkatan produksi fraksi gas yang tidak dapat dikondensasikan dan bahan
bakar cair yang lebih rendah seperti solar. Temperatur optimal proses pirolisis untuk
menghasilkan diesel adalah sekitar 390-425oC (Zorriqueta, 2006).
Semakin bertambahnya temperatur pirolisis maka semakin bertambah juga produk
gas yang dihasilkan. Sementara produk hidrokarbon semakin bertambah seiring dengan
peningkatan temperatur pirolisis, fraksi minyak cenderung lebih banyak dihasilkan pada
temperatur rendah (<600oC). Komposisi minyak hasil pirolisis juga berubah terhadap
25

temperatur pirolisis. Umumnya minyak hasil pirolisis pada temperatur yang lebih rendah
mengandung senyawa alifatik yang lebih banyak sedangkan pada temperatur tinggi lebih
didominasi oleh senyawa aromatik.

2.6 Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dipelajari maka ditarik hipotesis yakni
pada pirolisis plastik polypropylene (PP), setiap variasi temperatur pembentukan akan
menghasilkan fuel oil dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dalam pirolisis plastik,
terdapat temperatur optimal yang bergantung dari beberapa faktor seperti jenis alat, bahan
dan waktu pemanasan. Semakin tinggi temperatur pirolisis maka produk minyak yang
dihasilkan akan lebih banyak hingga pada temperatur tertentu akan dihasilkan lebih
banyak uncondensable gas. Nilai sifat fisik fuel oil hasil pirolisis bergantung pada
dekomposisi molekul didalamnya. Dengan bertambahnya temperatur maka fraksi-fraksi
molekul yang lebih berat, berantai panjang dan memiliki tingkat volatilitas yang rendah
akan semakin mudah mencapai temperatur dekomposisinya. Sehingga dihasilkan produk
dengan fraksi yang lebih berat dan berpengaruh pada sifat fisik fuel oil hasil pirolisis.
26
aBAB IIIc
rMETODEbPENELITIANr

3.1cMetodefPenelitianv
Penelitian Pirolisis Plastik PP ini menggunakan metode penelitian true experimental
yaitu guna mengetahui lebih lanjut hubungan sebab akibat serta membandingkannya dengan
hipotesis yang sudah dipelajari pada tinjauan pustaka. Pada penelitian ini digunakan bahan
berupa plastik jenis PP (polypropylene) yang diubah menjadi bahan bakar minyak melalui
proses pirolisis dengan variasi temperatur tertentu. Hasil minyak dari pirolisis plastik PP
nantinya akan diuji beberapa sifat fisiknya serta dibandingkan dengan sifat fisik bahan bakar
minyak yang ada di pasaran.

3.2fWaktufdanfTempatfPenelitian
Waktu : Maret – Mei 2018
Tempat : Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Brawijaya

3.3fVariabelfPenelitian
Digunakan 3 variabel untuk penelitian pirolisis PP ini, yaitu:
a. fVariabelfbebas
Variabel ini ditentukan pertama kali sebagai acuan yang tidak dipengaruhi variabel
lain. Variabel bebas pada pirolisis PP ini yaitu variasi temperatur yang terletak di sensor
termokopel plastik sebesar 200oC, 250oC, 300oC, 350oC dan 400oC.
b.fVariabelfterikat
Variabel ini merupakan dampak dari variabel bebas. Pada pirolisis plastik PP ini yang
menjadi variabel terikat adalah sifat fisik fuel oil produk.
c. fVariabelfterkontrol
Variabel ini dikendalikan oleh peneliti agar semua variasi memiliki acuan yang sama.
Pada pirolisis plastik PP ini digunakan variabel terkontrol yaitu:
1. Plastik PP jenis kantong plastik makanan seberat 250 gram dengan ukuran sekitar
15cm2.
2. Waktu pemanasan pirolisis plastik PP selama 120 menit (2 jam).

27
28

3.4fAlatfdanfBahanfPenelitian
3.4.1fAlatfyangfDigunakan
1. Instalasi Alat Pirolisis
Merupakan rangkaian alat pirolisis yang dipakai sebagai pengubah plastik PP
menjadi fuel oil hasil pirolisis. Plastik PP nantinya dimasukkan kedalam pyrolyzer
yang sudah dialiri gas inert dan diatur suhunya menggunakan thermocontroller.
Skema alat penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1fSkema rangkaian alat pirolisis plastik PP

2. TimbanganfElektrik
Digunakan untuk menimbang massa plastik PP yang akan digunakan.

Gambarf3.2fTimbanganfelektrik
Sumber: fLaboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2018) f
29

3. AnemometerfManual
Digunakan untuk mengukur laju aliran gas nitrogen yang akan masuk kedalam
tabung reaktor. Laju aliran yang digunakan sebesar 3L/menit selama 5 menit.

4. TabungfGasfNitrogen (N2)
Digunakan untuk menampung gas nitrogen yang nantinya akan dimasukkan
kedalam tabung reaktor untuk meminimalisir kandungan oksigen didalam reaktor.

5. Tabung Erlenmeyer
Berfungsi sebagai penampung fuel oil produk dan mengukur nilai volume fuel
oil.

Gambar 3.3 Gelas Erlenmeyer


Sumber: fLaboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2018) f

6. fStopwatchf
Digunakan untuk mengukur waktu lama pemanasan saat proses pirolisis plastik
PP dan masuknya gas N2.

7. fViscometerf
Berfungsi untuk mengukur hasil salah satu sifat fisik fuel oil produk yakni viskositas.
30

Gambar 3.4 Viscometer


Sumber: fLaboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2018) f

8. FlashfPoint
Berfungsi untuk mengukur nilai temperatur terendah nyala api fuel oil produk.

Gambar 3.5 Flash Point


Sumber: fLaboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2018) f

9. BombfCalorimeter
Berfungsi untuk mengukur banyaknya energi fuel oil yang dapat dihasilkan setiap
satuan massa (nilai kalor).
31

Gambarf3.6fBombfCalorimeter
Sumber: fLaboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya (2018) f

3.4.2 fBahanfyangfDigunakan
Bahan yang digunakan adalah plastik PP (polypropylene) berupa plastik bungkus
makanan berwarna jernih.

3.5 ProsedurfPenelitianf
Berikut adalah prosedurfpeneltian dari persiapan hingga pengambilan data:
1. Proses pemotongan plastik
Pada proses ini, plastik dipotong menjadi bagian yang lebih kecil yakni sebesar
20cm2.
2. Proses penimbangan plastik
Setelah dilakukan proses pemotongan plastik maka dilakukan proses penimbangan
menggunakan timbangan elektrik. Plastik yang akan diuji adalah sebanyak 250 gram.
3. Proses pemasukan gasfnitrogen
Gas N2 dimasukkan dengan diukur debit aliran gasnya 3L/menit selama 5 menit.
4. Persiapanfinstalasifalat
Proses ini mengikuti skema alur instalasifalat
5. Prosedurfprosesfpirolisis
Urutanflangkah pengambilan data pirolisis plastik PP adalah sebagai berikut:
32

a. Membuka tutup tabung reaktor


b. Memasukkan plastik PP kedalam tabung reaktor
c. Menutup tutup tabung reaktor
d. Memasukkan gas N2 kedalam tabung reaktor dari bagian saluran keluar tabung
sebanyak 3 liter per menit selama 5 menit
e. Menyalakanfindikator-indikator yang bekerja
f. Mengatur thermocontroller plastik sesuai variasi data
g. Menghidupkan pyrolyzer (ubah saklar dalam posisi ON)
h. Mencatat kenaikan temperatur setiap 5 menit selama 2 jam
i. Apabila sudah berjalan 2 jam, matikan alat
j. Mengukur massa dan volume fuel oil produk
k. Ukur volume dan massa wax dan minyak sisa jika ada
l. Apabila sudah didapatkan data yang sesuai pada temperatur ini lalu kembali lagi ke
langkah awal untuk variasi temperatur lainnya
6. Pengujian sifat fisik fuel oil hasil pirolisis setiap temperature
Pengujian dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas
Brawijaya Malang.
33

3.6fDiagramfAlirfPenelitian

fMulaif
A
f

Persiapan:
Olah Data HasilfPenelitian
1. Studi literaturfdan
penarikanfhipotesis
2. Persiapanfalatfdan Analisis danf
bahanfpenelitian
fPembahasan Hasil

PemasanganfInstalasi AlatfPenelitian Hasil


Analisis

Pengaturan Debit Aliran Gas Nitrogen


Kesimpulan

PengambilanfDatafPenelitian

Selesai

Apakahfkeseluruhan data
variasiftemperatur sudah Tidak
didapatkan?

Ya

Uji sifat fisik bahan bakar

A
f

Gambar 3.7fDiagramfalir penelitian


34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dihasilkan berikut adalah hasil penelitian menggunakan pyrolyzer fix bed.
Plastik polypropylene (PP) sebanyak 250gram dipirolisis selama 2 jam dengan variasi
temperatur 200oC, 250oC, 300oC, 350oC dan 400oC. Data yang disajikan telah diolah,
dianalisis dan disajikan dalam bentuk grafik.

4.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Waktu Pemanasan

Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan

Gambar 4.1 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan.


Temperatur plastik merupakan temperatur yang dibaca oleh termokopel yang diletakkan
diantara plastik (dibawah) sedangkan temperatur gas merupakan temperatur yang dibaca
oleh termokopel yang diletakkan didekat tutup tabung reaktor. Temperatur erlenmeyer
adalah temperatur yang dibaca oleh termokopel yang diletakkan didalam tabung
erlenmeyer 1. Temperatur yang dikontrol sebagai variabel bebas adalah temperatur
plastik.
Pada grafik terlihat bahwa semakin bertambahnya waktu pemanasan maka
temperatur juga semakin naik hingga mencapai temperatur setting kemudian di hold pada
temperatur tersebut. Plastik PP memiliki nilai melting point sebesar 120oC – 176oC

35
36

(Wypych, 2016). Sehingga seiring bertambahnya temperatur maka semakin singkat juga
waktu yang diperlukan untuk menghasilkan minyak. Pada temperatur 300oC – 4000C saat
mendekati 2 jam terlihat bahwa temperatur plastik semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena semua plastik sudah terdekomposisi dan tersisa minyak sisa yang memiliki fraksi
yang berat.
Pada grafik juga terlihat bahwa pada saat temperatur plastik sudah mencapai
temperatur setting yang diinginkan, temperatur plastik akan di hold dan temperatur gas
masih terus naik. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi temperatur dan waktu
pemanasan maka semakin banyak gas yang dihasilkan. Selain menjadi condensable gas
yang akan menjadi minyak, gas hasil pemanasan plastik juga menjadi uncondensable gas.
Uncondensable gas memiliki fraksi molekul yang berat karena dihasilkan dari molekul
yang memiliki tingkat volatilitas yang rendah sehingga dibutuhkan temperatur yang lebih
tinggi agar molekul tersebut dapat terdekomposisi dan menguap. Semakin berat fraksi
molekul gas tersebut maka akan terkandung banyak atom-atom sehingga semakin besar
juga kemampuan atom untuk menyimpan energi. Sehingga kapasitas kalor semakin
tinggi, temperatur gas juga semakin tinggi.

4.1.1 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 200oC

300

250
TEMPERATUR (°C)

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
WAKTU (MENIT)
Temperatur Plastik Temperatur Gas Temperatur Erlenmeyer

Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan temperatur 200oC
37

Gambar 4.2 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan


temperatur 200oC. Kotak bergaris warna merah menunjukkan waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 200oC sedangkan kotak bergaris kuning
menunjukkan waktu dan temperatur pada saat terjadinya tetesan minyak pertama.
Pada grafik terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu, temperatur juga semakin
naik. Untuk mencapai temperatur 200oC dibutuhkan waktu selama 40 menit. Namun
masih belum terdapat minyak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena plastik baru
mendekati temperatur melting point sehingga dibutuhkan residence time yang lebih lama
agar plastik dapat memasuki fase dekomposisinya.
Tetesan minyak pertama terjadi pada menit ke-80. Tetesan minyak pertama ada
setelah waktu berjalan 40 menit pencapaian temperatur 200oC. Pada pirolisis temperatur
ini, molekul-molekul yang memiliki tingkat volatilitas tinggi akan mudah terdekomposisi
dan merupakan gas-gas yang dapat dikondensasi (condensable gas). Sehingga produk
yang dihasilkan memiliki yield yang rendah.
Sedangkan temperatur didalam tabung erlenmeyer terjaga konstan dan tidak
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada temperatur 200oC range temperatur
tabung erlenmeyer yakni 23oC – 24oC.

4.1.2 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 250oC

350

300

250
TEMPERATUR (°C)

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
WAKTU (MENIT)
Temperatur Plastik Temperatur Gas Temperatur Erlenmeyer

Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan temperatur 250oC
38

Gambar 4.3 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan


temperatur 250oC. Kotak bergaris warna merah menunjukkan waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 250oC sedangkan kotak bergaris kuning
menunjukkan waktu dan temperatur pada saat terjadinya tetesan minyak pertama.
Pada grafik terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu, temperatur juga semakin
naik. Untuk mencapai temperatur 250oC dibutuhkan waktu selama 25 menit. Namun
masih belum terdapat minyak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena plastik baru
mendekati temperatur melting point sehingga dibutuhkan residence time yang lebih lama
agar plastik dapat memasuki fase dekomposisinya. Pada temperatur 250oC waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur setting lebih rendah dari temperatur 200oC. Hal
ini dikarenakan dengan penggunaan pemanasan heater, maka daya yang dihasilkan juga
semakin besar seiring dengan bertambahnya temperatur setting sehingga pemanasan yang
terjadi juga semakin cepat.
Tetesan minyak pertama terjadi pada menit ke-60. Tetesan minyak pertama ada
setelah waktu berjalan 35 menit pencapaian temperatur 250oC. Sama dengan pirolisis
temperatur sebelumnya, pirolisis temperatur ini menghasilkan lebih banyak gas-gas yang
dapat dikondensasi (condensable gas) yang dihasilkan dari dekomposisi molekul-molekul
dengan tingkat volatilitas yang tinggi. Sehingga produk yang dihasilkan memiliki yield
yang rendah.
Pada pirolisis temperatur rendah yakni 200oC dan 250oC dapat dilihat bahwa untuk
mendapatkan tetesan pertama minyak dibutuhkan waktu dimana temperatur plastik dan
gas mencapai titik yang sama. Hal ini dikarenakan pada pirolisis temperatur rendah, laju
dan volume gas yang dihasilkan masih rendah sehingga membutuhkan residence time
yang lebih lama lagi hingga volume bertambah sehingga gas-gas tersebut dapat terdorong
keluar dan terkondensasikan.
Sedangkan temperatur didalam tabung erlenmeyer terjaga konstan dan tidak
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada temperatur 250oC range temperatur
tabung erlenmeyer yakni 22oC – 24oC.
39

4.1.3 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 300oC

400

350

300
TEMPERATUR (°C)

250

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
WAKTU (MENIT)
Temperatur Plastik Temperatur Gas Temperatur Erlenmeyer

Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan temperatur 300oC

Gambar 4.4 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan


temperatur 300oC. Kotak bergaris warna merah menunjukkan waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 300oC sedangkan kotak bergaris kuning
menunjukkan waktu dan temperatur pada saat terjadinya tetesan minyak pertama.
Pada grafik terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu, temperatur juga semakin
naik. Untuk mencapai temperatur 300oC dibutuhkan waktu selama 25 menit. Namun
masih belum terdapat minyak yang dihasilkan. Pada temperatur 300 oC waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur setting sama dengan temperatur 250oC.
Tetesan minyak pertama terjadi pada menit ke-30. Tetesan minyak pertama ada
setelah waktu berjalan 5 menit pencapaian temperatur 300oC. Berbeda dengan temperatur
sebelumnya yang membutuhkan waktu lebih lama. Pada pirolisis temperatur 300oC sudah
mulai mendekomposisi molekul-molekul dengan fraksi yang lebih berat dari temperatur
dekomposisi sebelumnya.
Sedangkan temperatur didalam tabung erlenmeyer terjaga konstan dan tidak
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada temperatur 300oC range temperatur
tabung erlenmeyer yakni 20oC – 25oC.
40

4.1.4 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 350oC

450

400

350
TEMPERATUR (°C)

300

250

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
WAKTU (MENIT)
Temperatur Plastik Temperatur Gas Temperatur Erlenmeyer

Gambar 4.5 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan temperatur 350oC

Gambar 4.5 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan


temperatur 350oC. Kotak bergaris warna merah menunjukkan waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 350oC sedangkan kotak bergaris kuning
menunjukkan waktu dan temperatur pada saat terjadinya tetesan minyak pertama.
Pada grafik terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu, temperatur juga semakin
naik. Untuk mencapai temperatur 350oC dibutuhkan waktu selama 60 menit. Waktu
pemanasan lebih lama dibanding temperatur sebelumnya yaitu 300oC, namun heating rate
pada temperatur 350oC hanya butuh waktu 15 menit untuk mencapai 300oC. Peningkatan
laju pemanasan diatas temperatur 300oC lebih lama akibat dari semakin banyaknya
molekul-molekul yang mencapai temperatur dekomposisinya sehingga gas yang
dihasilkan semakin banyak dan dibutuhkan waktu untuk bergantian keluar dari tabung
reaktor.
Tetesan minyak pertama terjadi pada menit ke-20. Tetesan minyak pertama ada
sebelum pencapaian temperatur 350oC yaitu pada temperatur 315oC jauh sebelum
temperatur setting.
Sedangkan temperatur didalam tabung erlenmeyer terjaga konstan dan tidak
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada temperatur 350oC range temperatur
tabung erlenmeyer yakni 19oC – 24oC.
41

4.1.5 Analisis Waktu Pemanasan pada Pirolisis Temperatur 400oC

450

400

350
TEMPERATUR (°C)

300

250

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
WAKTU (MENIT)
Temperatur Plastik Temperatur Gas Temperatur Erlenmeyer

Gambar 4.6 Grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan temperatur 400oC

Gambar 4.6 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap waktu pemanasan


temperatur 400oC. Kotak bergaris warna merah menunjukkan waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 400oC sedangkan kotak bergaris kuning
menunjukkan waktu dan temperatur pada saat terjadinya tetesan minyak pertama.
Pada grafik terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu, temperatur juga semakin
naik. Untuk mencapai temperatur 400oC dibutuhkan waktu selama 45 menit. Pada
temperatur 400oC hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai 300oC yakni temperatur
dimana molekul-molekul fraksi yang lebih berat mulai terdekomposisi.
Tetesan minyak pertama terjadi pada menit ke-10. Tetesan minyak pertama ada
sebelum pencapaian temperatur 400oC yaitu pada temperatur 302oC jauh sebelum
temperatur setting. Pada pirolisis temperatur ini, minyak yang keluar memiliki laju yang
cepat.
Sedangkan temperatur didalam tabung erlenmeyer terjaga konstan dan tidak
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada temperatur 400oC range temperatur
tabung erlenmeyer yakni 18oC – 22oC.
42

4.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Fisik Produk


4.2.1 Hubungan Temperatur Terhadap Warna Produk
Pada gambar 4.7 dapat dilihat gambar hubungan temperatur dengan warna produk.
Warna produk fuel oil keseluruhan menyerupai gasoline. Perubahan variasi temperatur
tidak berpengaruh cukup signifikan pada minyak produk.

Gambar 4.7 Warna produk fuel oil yang dihasilkan


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

4.2.2 Hubungan Temperatur Terhadap Massa Produk

Gambar 4.8 Grafik hubungan temperatur terhadap massa produk yang dihasilkan
43

Gambar 4.8 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap massa produk yang
dihasilkan. Kolom berwarna kuning menunjukkan data massa fuel oil produk yang
dihasilkan. Kolom berwana abu-abu menunjukkan massa wax yang dihasilkan.
Sedangkan kolom berwarna merah menunjukkan massa minyak sisa yang ada di tabung
reaktor.
Pada grafik terlihat bahwa pada temperatur 200oC menghasilkan minyak (fuel oil)
sebanyak 8,31 gram. Temperatur 250oC menghasilkan minyak sebanyak 30,3 gram.
Temperatur 300oC menghasilkan minyak sebanyak 147,83 gram. Temperatur 350oC
menghasilkan minyak sebanyak 173,65 gram. Temperatur 400oC menghasilkan minyak
sebanyak 183,41 gram. Semakin bertambahnya temperatur maka minyak yang dihasilkan
juga semakin meningkat. Pirolisis temperatur 200oC – 400oC tergolong pirolisis bersuhu
rendah. Menurut Zorriqueta (2006), pada pirolisis suhu tinggi (melebihi suhu optimum)
semakin tinggi temperatur maka akan dihasilkan uncondensable gas yang lebih banyak
dan lebih sedikit fuel oil yang dihasilkan. Sehingga pada penelitian ini sudah sesuai
dengan dasar teori yang ada. Hal ini disebabkan karena pada pirolisis suhu rendah,
menghasilkan lebih banyak condensable gas dan berubah menjadi produk akhir berupa
fuel oil.
Pada pirolisis suhu rendah yakni 200oC dan 250oC menghasilkan lebih banyak wax
sebesar 220,15 gram dan 185,45 gram. Wax merupakan perubahan fase dari plastik yang
seluruhnya telah meleleh menjadi fase liquid namun karena penurunan temperatur maka
fase liquid akan berubah kembali menjadi fase solid. Pada saat memasuki fase liquid wax
tidak dapat menguap karena temperatur didalam reaktor masih belum mencapai
temperatur dekomposisi molekul yang lebih berat. Semakin bertambahnya temperatur
maka nilai wax akan semakin berkurang sehingga minyak yang terbentuk semakin besar.
Hal ini dikarenakan pada temperatur tersebut merupakan temperatur yang masih
mendekati temperatur melting point plastik sehingga dibutuhkan waktu tinggal (residence
time) yang lebih lama untuk mengubah plastik keseluruhan menjadi fuel oil.

4.2.3 Hubungan Temperatur Terhadap Volume Produk


Gambar 4.9 menunjukkan grafik hubungan temperatur terhadap volume produk yang
dihasilkan. Kolom berwarna kuning menunjukkan data volume fuel oil produk yang
dihasilkan. Sedangkan kolom berwarna merah menunjukkan massa minyak sisa yang ada
di tabung reaktor.
44

350

288.45 289.48
300
253.56
Volume Produk (ml)

250

200

150

100
53.16
50 29.7
15
0 0 3.2 2.4
0
200 250 300 350 400
Temperatur (°C)
Volume Minyak Volume Minyak Sisa

Gambar 4.9 Grafik hubungan temperatur terhadap volume produk yang dihasilkan

Pada grafik terlihat hasil pirolisis plastik PP pada temperatur 200oC menghasilkan
minyak (fuel oil) sebanyak 15 ml. Temperatur 250oC menghasilkan minyak sebanyak
53,16 ml. Temperatur 300oC menghasilkan minyak sebanyak 253,56 ml. Temperatur
350oC menghasilkan minyak sebanyak 288,45 ml. Temperatur 400oC menghasilkan
minyak sebanyak 289,48 ml. Sehingga semakin tinggi nilai temperatur pirolisis maka
volume yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin
bertambahnya temperatur maka volume gas yang dihasilkan juga semakin banyak
sehingga condensable gas akan menambah jumlah volume minyak. Pada suhu rendah,
molekul-molekul yang memiliki tingkat volatilitas rendah akan mudah menguap. Pada
suhu tinggi, molekul-molekul yang memiliki tingkat volatilitas yang tinggi akan
menguap. Sehingga pada suhu tinggi, dibutuhkan waktu yang singkat untuk plastik
mencapai temperatur dekomposisinya. Selain itu, gas yang terbentuk dari pirolisis plastik
temperatur tinggi memiliki karakteristik gas yang panas dan memiliki laju yang cepat.
Oleh sebab itu pada pirolisis plastik suhu 400oC dihasilkan juga minyak pada tabung
erlenmeyer 2 dengan massa 5,29 gram dan volume sebanyak 8,5 ml.
Pada pirolisis temperatur tinggi yakni diatas 300oC, terdapat minyak sisa yang
tertinggal didalam tabung reaktor. Minyak sisa terbentuk pada saat akhir dari waktu
pirolisis. Minyak sisa terbentuk karena pada saat plastik telah berubah menjadi fase liquid
dan mulai terdekomposisi, fraksi molekul yang berat telah berubah fase menjadi gas.
Namun gas tersebut terkondensasi didalam reaktor karena tidak memiliki cukup energi
untuk keluar dari reaktor sehingga berubah fase menjadi liquid kembali dan
45

membutuhkan reaksi pemecahan lanjut (secondary cracking) sehingga membutuhkan


residence time yang lebih lama lagi agar dapat terpecah seluruhnya. Hal ini bisa dilihat
pada grafik bahwa semakin tinggi temperatur maka minyak sisa tersebut semakin
menurun, hal ini disebabkan karena pada temperatur yang lebih tinggi maka residence
time yang dibutuhkan makin sedikit untuk memecah kembali fraksi mol yang berat.

4.2.4 Hubungan Temperatur dengan Nilai Massa Jenis Produk

0.64 0.634

0.63

0.62
Massa Jenis (gram/ml)

0.61 0.602
0.6 0.593

0.59

0.58
0.570
0.57

0.56 0.554

0.55
150 200 250 300 350 400 450
Temperatur (°C)

Gambar 4.10 Grafik hubungan temperatur dengan nilai massa jenis produk yang
dihasilkan

Pada grafik gambar 4.10 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur maka nilai massa
jenis produk juga semakin meningkat. Pada pirolisis dengan temperatur 200oC
menghasilkan minyak (fuel oil) sebesar 0,554 gram/ml. Pada pirolisis dengan temperatur
250oC menghasilkan minyak sebesar 0,57 gram/ml. Pada pirolisis dengan temperatur
300oC menghasilkan minyak sebesar 0,593 gram/ml. Pada pirolisis dengan temperatur
350oC menghasilkan minyak sebesar 0,602 gram/ml. Pada pirolisis dengan temperatur
400oC menghasilkan minyak sebesar 0,634 gram/ml.
Massa jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume suatu zat.
Properti sifat fisik ini biasanya ditinjau dari molecular weight molekul yang terkandung
dalam zat tersebut. Pada proses pirolisis plastik, semakin tinggi temperatur maka semakin
banyak fraksi molekul yang memasuki temperatur dekomposisinya. Pirolisis dengan suhu
46

yang lebih tinggi akan mampu mendekomposisi fraksi molekul yang lebih berat sehingga
dihasilkan minyak hasil kondensasi yang memiliki massa yang lebih berat juga. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9 bahwa semakin tinggi temperatur
pemanasan, maka massa dan volume yang dihasilkan juga semakin bertambah.

1.2

1.00
1

0.80
Massa Jenis (gram/ml)

0.8
0.70
0.63
0.59 0.60
0.55 0.57
0.6

0.4

0.2

0
Gasoline Kerosene Diesel 200 250 300 350 400
Temperatur (°C)

Gambar 4.11 Grafik perbandingan nilai massa jenis fuel oil hasil pirolisis plastik dengan
petroleum fuel oil

Grafik gambar 4.11 menunjukkan perbandingan fuel oil pirolisis dan fuel oil
komersial. Gasoline memiliki range massa jenis sebesar 0,7 – 0,8 gram/ml. Kerosene
memiliki nilai massa jenis 0,8 gram/ml. Diesel memiliki range massa jenis 0,87 – 1
gram/ml (The National Academy of Science, 2015). Pada grafik gambar 4.11 dapat dilihat
bahwa seiring kenaikan temperatur berpengaruh pada nilai massa jenis minyak hasil
pirolisis plastik PP yang semakin mendekati nilai massa jenis gasoline. Nilai massa jenis
paling mendekati gasoline adalah 0,634 gram/ml pada temperatur 400oC.

4.2.5 Hubungan Temperatur dengan Nilai Viskositas Produk


Pada grafik gambar 4.12 merupakan grafik hubungan temperatur dengan viskositas.
Viskositas yang ditampilkan adalah viskositas kinematik dengan pengujian yang
dilakukan pada temperatur ruangan.
47

8 7.79
7.45
7.5
7
6.5
Viskositas (cSt)

6
5.5
5
4.5 4.13
4 3.74
3.38
3.5
3
150 200 250 300 350 400 450
Temperatur (°C)

Gambar 4.12 Grafik Hubungan temperatur dengan nilai viskositas produk yang
dihasilkan

Nilai viskositas pada temperatur 200oC sebesar 3,38 cSt, 250oC sebesar 3,74 cSt,
300oC sebesar 4,13 cSt, 250oC sebesar 7.45 cSt dan 400oC sebesar 7.79 cSt. Viskositas
didefinisikan sebagai tingkat kekentalan suatu zat cair. Pada hasil penelitian pirolisis
plastik PP didapatkan hasil semakin tinggi temperatur pirolisis maka viskositas fuel oil
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pirolisis dengan
temperatur yang rendah akan mendekomposisi fraksi mol yang ringan dan memiliki
ikatan rantai hidrokarbon yang pendek. Fraksi ikatan karbon akan menguap dengan
mudah daripada ikatan karbon panjang pada temperatur rendah, sehingga viskositas yang
dimiliki bernilai lebih rendah namun lebih mudah terbakar (BBC, 2014). Sehingga
semakin tinggi temperatur pirolisis maka molekul-molekul dengan fraksi mol yang lebih
berat akan terdekomposisi dan mmenghasilkan fraksi dengan ikatan rantai hidrokarbon
yang panjang.
Pada grafik gambar 4.13 terlihat perbandingan nilai viskositas fuel oil pirolisis dan
fuel oil komersial. Viskositas gasoline pada umumnya adalah sekitar 0,4 – 1 cSt, kerosene
1 – 2 cSt dan diesel 4.992 – 5,408 cSt pada temperatur ruangan (Jones, 2010). Pada grafik
gambar 7b terlihat bahwa nilai viskositas minyak hasil pirolisis temperatur 200oC, 250oC
dan 300oC lebih tinggi dari nilai viskositas gasoline dan kerosene. Sedangkan pada
temperatur 350oC dan 400oC memiliki viskositas yang lebih tinggi dari nilai viskositas
diesel.
48

Sehingga berdasarkan analisis nilai viskositas dan hubungan laju temperatur


terhadap waktu pemanasan, temperatur 300oC merupakan temperatur efektif dalam
pirolisis plastik polypropylene.

9
7.79
8 7.45

6
Viskositas (cSt)

5.40
5
4.13
4 3.74
3.38
3
2.00
2
1.00
1

0
Gasoline Kerosene Diesel 200 250 300 350 400
Temperatur (°C)

Gambar 4.13 Grafik perbandingan nilai viskositas fuel oil hasil pirolisis plastik dengan
petroleum fuel oil

4.2.6 Hubungan Temperatur dengan Nilai Flash Point Produk

9 7.5
7 5.5
5
2.5
Flash Point (°C)

-1
-3
-3

-5 -6

-7
150 200 250 300 350 400 450
Temperatur (°C)

Gambar 4.14 Grafik Hubungan temperatur dengan nilai flash point produk yang
dihasilkan
49

Gambar 4.14 merupakan grafik hubungan temperatur dengan nilai flash point fuel oil
hasil pirolisis. Flash point merupakan titik temperatur terendah senyawa dapat menyala
apabila dikenai sumber api. Pada grafik gambar 8a terlihat bahwa nilai flash point pada
minyak hasil pirolisis temperatur 200oC adalah -3oC, temperatur 250oC adalah 2,5oC,
temperatur 300oC adalah -6oC, temperatur 350oC adalah 5,5oC dan temperatur 200oC
adalah 7,5oC. Besarnya nilai flash point bergantung pada kandungan senyawa didalam
fuel oil. Menurut BBC (2014), semakin banyak ikatan karbon yang pendek didalam
senyawa tersebut maka sifat flammable akan semakin tinggi.

80
58
60
38
40
Flash Point (°C)

20
5.5 7.5
2.5
0
-3 -6
-20

-40
-46
-60
Gasoline Kerosene Diesel 200 250 300 350 400
Temperatur (°C)

Gambar 4.15 Grafik perbandingan nilai flash point fuel oil hasil pirolisis plastik dengan
petroleum fuel oil

Grafik gambar 4.15 menunjukkan perbandingan nilai fuel oil pirolisis dan fuel oil
komersial. Nilai flash point gasoline adalah sebesar -46oC, kerosene sebesar 38oC dan
diesel sebesar 58oC (The National Academy of Science, 2005). Sedangkan nilai flash
point dari minyak hasil pirolisis plastik PP keseluruhannya masih berada dalam range
nilai flash point gasoline.
Nilai flash point terendah adalah -6oC pada temperatur pirolisis 300oC. Sehingga
sama halnya dengan nilai viskositas, temperatur 300oC sudah cukup efektif dalam
menghasilkan nilai sifat fisik yang menyerupai gasoline.
50

4.2.7 Hubungan Temperatur dengan Nilai Kalor Produk

10500 10438.181

10400 10346.86

10300 10227.88
Nilai Kalor (kalori/gram)

10200

10100

10000

9900
9798.938
9800 9753.278

9700
150 200 250 300 350 400 450
Temperatur (°C)

Gambar 4.16 Grafik Hubungan temperatur dengan nilai kalor produk yang dihasilkan

Nilai kalor merupakan banyaknya energi panas yang terlepas dari pembakaran bahan
bakar tiap satuan massa. Pada grafik gambar 4.16 terlihat bahwa semakin tinggi
temperatur pirolisis maka nilai kalor yang dimiliki oleh minyak juga semakin tinggi.
Pirolisis pada temperatur 200oC menghasilkan minyak dengan nilai kalor sebesar
9.753,278 kalori/gram, 250oC menghasilkan minyak dengan nilai kalor sebesar 9.798,988
kalori/gram, 300oC menghasilkan minyak dengan nilai kalor sebesar 10.227,88
kalori/gram, 350oC menghasilkan minyak dengan nilai kalor sebesar 10.346,86
kalori/gram, 400oC menghasilkan minyak dengan nilai kalor sebesar 10.438,141
kalori/gram. Tingkat nilai kalor bahan bakar tergantung pada kandungan senyawa
didalam bahan bakar itu sendiri. Menurut Gao (2010), polycyclic aromatic hydrocarbon
merupakan salah satu jenis senyawa yang dapat menambah angka cetane bahan bakar
tersebut karena titik didihnya rendah dan densitasnya tinggi. Semakin tinggi angka cetane
suatu bahan bakar maka bahan bakar tersebut akan lebih mudah terbakar. Sedangkan dari
hasil penelitian didapat bahwa densitas fuel oil hasil pirolisis plastik meningkat seiring
bertambahnya temperatur. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa kandungan
polycyclic aromatic hydrocarbon juga bertambah dan nilai kalor juga ikut bertambah.
51

Gambar 4.17 Grafik perbandingan nilai kalor fuel oil hasil pirolisis plastik dengan
petroleum fuel oil

Gambar 4.17 menunjukkan grafik perbandingan nilai kalor bahan bakar komersil dan
fuel oil hasil pirolisis. Hasil uji nilai kalor bahan bakar minyak yang dipasarkan di
Indonesia dengan alat bomb calorimeter. Didapatkan hasil untuk produsen pertamina
memiliki nilai kalor premium sebesar 10509,224 kalori/gram, bio diesel sebesar 10546
kalori/gram, pertamax sebesar 10575 kalori/gram, pertamax plus sebesar 10622
kalori/gram, diesel 10755 kalori/gram (Irzon, 2012). Nilai kalor kerosene pada umumnya
adalah sebesar 43,4 MJ/kg atau 10366 kalori/gram (Gao, 2010). Karakteristik nilai kalor
minyak temperatur 400oC masih berada dalam range nilai kalor kerosene yang mendekati
bensin.
52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan:
1. Massa dan volume fuel oil hasil pirolisis meningkat seiring bertambahnya waktu
pemanasan. Sifat fisik fuel oil hasil pirolisis berupa massa jenis, viskositas dan nilai
kalor meningkat seiring dengan bertambahnya temperature pemanasan. Sedangkan
warna dan flash point tidak berpengaruh terhadap temperatur pemanasan.
2. Beberapa sifat fisik fuel oil hasil pirolisis apabila dibandingkan dengan bahan bakar
komersil memiliki persamaan. Warna mendekati gasoline. Viskositas mendekati
diesel, flash point mendekati gasoline dan nilai kalor mendekati kerosene.
3. Temperatur optimal pirolisis plastic polypropylene adalah 300oC. Tetesan pertama
minyak selalu dihasilkan ketika temperatur plastic mencapai 300oC dan nilai sifat
fisik fuel oil temperatur 300oC sudah cukup mendekati sifat fisik gasoline.

5.2 Saran
1. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya dengan alat dan bahan yang sama,
dapat menambahkan variasi katalis untuk mengetahui bagaimana katalis
berpengaruh pada proses pirolisis plastik.
2. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan pemisahan senyawa hasil pirolisis
plastik dengan metode distilasi fraksi (fractional distillation) agar didapat hasil yang
lebih baik.
3. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan variasi temperatur yang sama,
dengan memberikan anilisis dalam segi kandungan senyawa kimiadidalamfuel oil.
4. Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat meneliti pirolisis plastik polypropylene
diatas 400oC dengan perbaikan alat pada saluran keluar.
5. Apabila hasil dan modal dihitung secara materil hasilnya masih kurang
menghasilkan keuntungan, namun penelitian ini dapat menjadi refrensi agar dapat
menghasilkan produk dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

53
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, D., Maria. & Marques, F. Thermal and Catalytic Pyrolysis of Plastic Waste.
Review Article of Polimeros. 26 (1): 44-51.
Basu, P. (2010). Biomass Gasification and Pyrolysis Practical Design and Theory.
Burlington: Elsevier Inc.
BBC. (2014). Fractional Distillation. http://www.bbc.co.uk/bitesize/standard/
chemistry/materialsfromoil/fractional_distillation/revision/5/. Diakses 25 Mei 2018.
Bemis, R., Jamarun, N. & Arief, S. (2012). Pengolahan Limbah Propilen Menjadi Bahan
Bakar Cair Melalui Metode Pirolisis. Jurnal Riset Kimia. 5 (2): 158-164.
Bonamy, D. (2008). Petroleum. Technical English 2. British: Pearson Longman.
Brownsort, P. A. (2009). Biomass Pyrolysis Processes: Performance Parameters and Their
Influence on Biochar System Benefits. Msc Dissertation. Unpublished. Edinburgh: University
of Edinburgh.
Carraher, C. E. Jr. (2017). Introduction to Polymer Chemistry Fourth Edition. Boca Raton:
CRC Press.
Chanda, M. (2013). Introduction to Polymer Science and Chemistry. Boca Raton: CRC
Press.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. NewYork: McGraw-Hill.
Endang, K., Mukhtar, G., Nego, Abed. & Sugiyana, FX. Pengolahan Sampah Plastik
Dengan Metoda Pirolisis Menjadi Bahan Bakar Minyak. Makalah dalam Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta, 17
Maret 2016.
Freudenrich, C. (2001). How Oil Refining Works. HowStuffWorks.com.
https://science.howstuffworks.com/environmental/energy/oil-refining.htm. Diakses 15 April
2018.
Gao, F. (2010). Pyrolysis of Waste Plastics into Fuels. PhD Thesis. Unpublished. New
Zealand: University of Canterbury.
Irzon, R. (2012). Perbandingan Calorific Value Beragam Bahan Bakar Minyak yang
Dipasarkan di Indonesia Menggunakan Bomb Calorimeter. Jurnal Sumber Daya Geologi. 22
(4): 217-223.
Jahirul, M. I. & Rasul, M. G. (2012). Recent Developments in Biomass Pyrolysis for Bio-
Fuel Production, Its Potential for Commercial Applications. WSEAS/NAUN International
Conferences, At Kos Island, Greece.
Jones, J.C. (2010). Hydrocarbon – Physical Properties and their Relevance to Utilisation.
Frederiksberg: Ventus Publishing ApS.
Kassargy, C., Awad, S., Burnens, G., Kahine, K. & Tazerout, M. (2017). Experimental
Study of Catalytic Pyrolisis of Polyethylene and Polypropylene Over USY Zeolite and
Separation to Gasoline and Diesel-like Fuels. Journal of Analitical and Applied Pyrolysis. 127:
31-37.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2016). Mengurangi
Sampah dengan Olah di Tempat. Jakarta: KLHKRI.
Klein, R. (2011). Laser Welding of Plastics. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co.
KGaA.
Maier, C. & Calafut, T. (1998). Polypropylene. New York: Plastics Design Library.
Olufemil, A. S. & Olagboye, S. A. (2017). Thermal Conversion of Waste Plastics into Fuel
Oil. Internaational Journal of Petrochemical Science and Engineering. 2 (7).
Peacock, A. J. (2006). Polymer Chemistry Properties and Applications. Munich: Hanser
Publisher.
Rinjani, M. & Rangkuti, C. (2015). Konversi Plastik Polipropilena Menjadi Bahan Bakar
Minyak. Makalah dalam Seminar Nasional Cendekiawan. Lembaga Penelitian Universitas
Trisakti. Jakarta, 2015.
The National Academy of Science. (2005). Fuels, Combustion Products and Propellants.
Gulf War and Health. Volume 3: 30-31. Washington, DC: The National Academies Press.
Tripathi, D. (2002). Practical Guide to Polypropylene. Shawbury: Rapra Technology
Limited.
Wypych, G. (2016). Handbook of Polymers Second Edition. Toronto: ChemTec Publishing.
Zorriqueta, I. J. N. (2006). Pyrolysis of Propylene By Ziegler-Natta Catalysts. Doctor
Thesis. Unpublished. Hamburg: Universität Hamburg.

Anda mungkin juga menyukai