FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
` SKRIPSI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana besar pengaruh tingkat inflasi,
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Untuk memperoleh hasilnya, maka diteliti beberapa variabel yaitu tingkat inflasi,
PMDN, dan PMA. Sedangkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 1989 sampai tahun 2008.
Setelah pengolahan data melalui program komputer Eviews 5.1, maka diperoleh hasil
yaitu bahwa variabel tingkat inflasi, PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara, sedangkan variable PMA memberikan
pengaruh yang signifikan. Akan tetapi, secara bersama-sama variabel-variabel tersebut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Dengan demikian pihak pemerintah perlu meningkatkan akses untuk PMA agar dapat
menunjang peningkatan jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara. Dan pemerintah juga perlu
menekan tingkat inflasi dan berusaha meningkatkan PMDN untuk mendukung pembangunan
daerah secara berkelanjutan.
UniversitasSumateraUtara
ABSTRACT
This research as a mean to see how far the influence the rate of inflation, the Domestic
Investment (DI), Foreign Direct Investment (FDI), to total employment in North Sumatera.
To get results, then examined several variables it’s inflation, Domestic Investment
(DI), and Foreign Direct Investment (FDI). The data variables used in this study are
secondary data, the time period 1989 to 2008.
After processing the data through a computer program Eviews 5.1, then the result is
that variebel inflation rates, Domestic Investment (DI) does not have a significant influence
on the number of employment in North Sumatra, while the variables that significantly
contributed to Foreign Direct Investment (FDI) . However, together these variables have a
significant influence on the number of employment in North Sumatera.
By that, the government needs to improve access to Foreign Direct Investment (FDI)
in order to support the increasing number of employment in North Sumatera. And the
government also needs to curb the inflation rate and try to improve the domestic investment
to support sustainable regional development.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan penyertaannya
yang diberikan kepada penulis dalam menjalani masa perkuliahan hingga dapat
menyelesaiakan sikripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara”. Semoga dengan hasil penelitian ini,
banyak manfaat yang diperoleh baik dalam menambah pengetahuan penulis, bahan referensi,
Banyak kegagalan dan kesalahan yang dialami penulis dalam perkuliahan maupun
dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi sebagai manusia yang tidak pernah luput dari
kesalahan, penulis akan berusaha memperbaikinya dengan adanya saran, masukan serta kritik
yang membangun dari semua pembaca yang sudi mendukung penulisan ini. Pada kesempatan
yang sangat luar biasa ini, izikanlah saya sebagai penulis dengan segala kerendahan hati ingin
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung baik dalam
● Kedua orang tua saya yaitu ayahanda Zulfahri Nasution dan Ibunda Ratna Gusti Lubis
yang telah memberikan dukungan moral serta materiil yang tak ternilai lagi
banyaknya, serta abang(Jendra Erismal), kakak (Emrita dan Rema Junida) dan
adik(Ihsanul Arif dan Desria Hervina) yang telah memberikan perhatian yang tulus
● Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
● Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan
tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
● Ibu Dr. Murni Daulay,MEc selaku dosen penguji I dan Bapak Drs.HB. Tarmizi,SU
selaku dosen penguji II yang turut menyumbangkan saran, pikiran kepada penulis.
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama masa baktinya di Fakultas
● Seluruh staf pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
satu) yang selalu memberikan motivasi, tenaga, pikiran serta perhatian yang luar biasa
besarnya baik pada saat perkuliahan maupun pada saat penulisan skripsi ini.
memberikan dorongan semangat selama menjalani masa studi dan pengerjaan skripsi
ini.
● Abangda dan Kakanda Alumni GmnI Fe-USU yang selalu mengingatkan dan
Febria Susanto
040501040
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 5
C. Hipotesa 5
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana besar pengaruh tingkat inflasi,
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Untuk memperoleh hasilnya, maka diteliti beberapa variabel yaitu tingkat inflasi,
PMDN, dan PMA. Sedangkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 1989 sampai tahun 2008.
Setelah pengolahan data melalui program komputer Eviews 5.1, maka diperoleh hasil
yaitu bahwa variabel tingkat inflasi, PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara, sedangkan variable PMA memberikan
pengaruh yang signifikan. Akan tetapi, secara bersama-sama variabel-variabel tersebut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Dengan demikian pihak pemerintah perlu meningkatkan akses untuk PMA agar dapat
menunjang peningkatan jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara. Dan pemerintah juga perlu
menekan tingkat inflasi dan berusaha meningkatkan PMDN untuk mendukung pembangunan
daerah secara berkelanjutan.
This research as a mean to see how far the influence the rate of inflation, the Domestic
Investment (DI), Foreign Direct Investment (FDI), to total employment in North Sumatera.
To get results, then examined several variables it’s inflation, Domestic Investment
(DI), and Foreign Direct Investment (FDI). The data variables used in this study are
secondary data, the time period 1989 to 2008.
After processing the data through a computer program Eviews 5.1, then the result is
that variebel inflation rates, Domestic Investment (DI) does not have a significant influence
on the number of employment in North Sumatra, while the variables that significantly
contributed to Foreign Direct Investment (FDI) . However, together these variables have a
significant influence on the number of employment in North Sumatera.
By that, the government needs to improve access to Foreign Direct Investment (FDI)
in order to support the increasing number of employment in North Sumatera. And the
government also needs to curb the inflation rate and try to improve the domestic investment
to support sustainable regional development.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kegiatan ekonomi masa sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya
yang merupakan dua kutub yang bertentangan, yaitu antara pertumbuhan ekonomi dan
sumberdaya manusia yang besar. Untuk menciptakan pertubuhan ekonomi yang tinggi
ekonomi seperti promosi untuk menarik investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri
dengan keluarnya undang-undang penanaman modal pada tahun 1966, juga dengan
pemberian kredit serta suku bunga yang lunak. Dengan semakin banyaknya investasi yang
masuk, memberikan kesempatan yang lebih luas bagi penduduk serta mengurangi tingkat
penganguran terbuka.
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja
Nasinal (Sakernas) tahun 2005 mengganbarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia
mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan angkatan kerja tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang (58,8%) berada
diwilayah pedesaan, 43,6 juta orang (41,2%) berada diwilayah perkotaan. Dari angka
tersebut, angkatan kerja yang termasuk kedalam kategori pengagguran terbuka berjumlah
10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta
orang (9,9%). Secara geografis sejumlah 5 juta orang (45.7%) pengangguran terbuka berada
diwilayah pedesaan dan 5,9 juta orang (54,3%) berada diwilayah perkotaan. Selanjutnya,
sebanyak 3,9 juta orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan penganggur usia
muda (15-24 tahun) atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang berjumlah 3,4 juta orang
(BPS, 2006).
yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang masih
terbatas, kemampuan menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan terdapat kecenderungan
mengalami penurunan.
tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Selama terjadi krisis ekonomi,
penyerapan tenaga kerja secara nasional mengalami penurunan sehingga banyak terjadi
yang menjadi sasaran adalah pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga serta
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand of labor) dan penawaran tenaga
kerja (suppy of labor), pada satu tingkat upah. Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat
diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar
tenaga kerja. Sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya
Rata-rata persentase kemiskinan propinsi Sumatera Utara untuk tahun 2006 adalah
sekitar 16,5% , berarti mendekati rata-rata nasional. Artinya kemiskinan Sumatera Utara tidak
jaraknya.
Dari sisi penduduk, Sumatera Utara urutan keempat terbesar setelah Jatim, Jabar dan
jateng. Jumlah penduduk tahun 1990 adalah 10,26 juta jiwa dan sampai dengan tahun 2005
meningkat menjadi 12.326.399 jiwa atau bertambah lebih dua juta jiwa dengan kepadatan
bertambah pada periode yang sama dari 143 jiwa/km 2 menjadi 172 jiwa/km2, dengan laju
pertumbuhan penduduk (2000-2005) sebesar 1,37% pertahun dan meningkat untuk tahun
selanjutnya.
Dari sisi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sumatera Utara, pada tahun
2005 dari target 389 hanya dapat direalisasikan 186 penanaman modal. Sedangkan
Penanaman Modal Asing (PMA), dari rencana 23 investor (2005) tercapai 5 investor dengan
1968 sampai September 2008, rencana investasi PMDN sejumlah 457 proyek senilai Rp. 43,4
triliun terealisasi sejumlah 359 proyek senilai Rp.9,8 triliun. Sedangkan rencana investasi
PMA sejumlah 477 proyek senilai US$ 9.847 milyar terealisasi sejumlah 260 proyek senilai
Dalam tahun 2008, tercatat rencana investasi PMDN sejumlah 14 proyek senilai Rp.
615,4 milyar terealisasi sejumlah 9 proyek senilai Rp. 346,5 milyar dan rencana investasi
PMA sejumlah 36 proyek senilai US$ 347,144 juta dan terealisasi sejumlah 11 proyek senilai
ekonomi yang tinggi, kestabilan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tidak disertai dengan perbaikan struktur
keuntungan dari perusahaan penanam modal asing yang ditarik kembali ke negerinya, serta
kesenjangan antar penduduk dan regional yang semakin mencolok. Dari sisi penawaran uang
semakin tidak terkendali karena ekspansifnya dunia perbankan memberikan kredit, akibat
bunga. Mankiw(2000:162), menjelaskan keterkaitan antara uang, harga, dan tingkat bunga
sebagai berikut : “penawaran uang dan permintaan uang menentukan tingkat harga.
Perubahan dalam tingkat harga menentukan tingkat inflasi. Tingkat inflasi mempengaruhi
tingkat bunga nominal. Karena merupakan biaya dari memegang uang, tingkat bunga
Menurut Nanga (2000:253), inflasi juga cenderung mempengaruhi tingkat bunga riil
menyebabkan penawaran dana untuk investasi akan menurun, dan sebagai akibatnya
oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkan). Karenanya, sejauh inflasi
menuntun kearah tingkat bunga yang rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, inflasi
perubahan-perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang tinggi
berdampak pada pengangguran. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan angka
pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan kerja menjadi semakin mengecil
atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan kecil. Dari sini terlihat
bahwa pemerintah harus menjalankan kebijakan makro yang tepat. Untuk menjaga tingkat
inflasi agar tidak tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyarakat juga harus
dikendalikan.
keadaan jumlah tenaga kerja bila dihadapkan dengan keadaan tingkat inflasi dan tingkat
Utara mampu untuk menyerap jumlah angkatan kerja yang cukup banyak setiap tahunnya.
Untuk maksud tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Sumatera Utara”.
B. Perumusan masalah
Sumatera Utara.
2. Apakah ada pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
C. Hipotesa
penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji. Berdasarkan
perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
adalah :
utara.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Sumatera Utara.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal
URAIAN TEORITIS
A. Infasi
1. Pengertian Inflasi
Salah satu fenomena moneter yang sangat penting dan dijumpai dihampir semua
Negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum
2001:241). Definisi ini bersumber pada tiga pengertian pokok inflasi, yaitu:
1. Harus dibedakan peningkatan harga yang sebenarnya terjadi (actual price increase)
dengan tendensi peningkatan harga. Perbedaan penting ini disebabkan tingkat harga
misalnya menekan kenaikan upah, sehingga tingkat kenaikan harga untuk tidak terjadi
semena-mena kendati pun kenaikan harga tetap terjadi. Situasi ini disebut dengan
inflasi yang ditekan (repressed inflation). Dilain pihak jika tendensi kenaikan harga-
harga yang terjadi di pasaran, maka situasi ini disebut open inflation.
Misalnya pada masa paceklik, pemogokan umum dan faktor-faktor lain dapat
mengakibatkan kenaikan harga umum. Situasi kenaikan harga yang sporadic dan
random ini akan bersifat menurun kembali setelah situasi reda (self canceling) pada
3. Pengertian tingkat harga umum (general price level) yaitu peningkatan keseluruhan
2. Teori-teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Teori ini menerangkan penyebab proses terjadinya inflasi yang melanda sebuah
perekonomian. Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) ini menyatakan bahwa proses
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar dalam
masyarakat (uang giral dan kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar ini
merupakan sumber utama penyebab inflasi, karena volume uang yang beredar lebih
besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya(volume uang lebih besar dari pada
pendapan nasional). Bila jumlah uang yang beredar tidak ditambah, maka inflasi akan
tersebut.
Kalau perkiraan masyarakat akan ada perubahan harga walaupun ada penambahan
uang (tidak besar) tidak akan menyebabkan inflasi, karena perubahan harga yang
terjadi masih kecil. Apabila akan ada perubahan harga yang cukup besar dan
penambahan uang yang beredar, maka penambahan uang yang beredar tersebut akan
seandainya mereka memegang uang tunai. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
inflasi dengan meningkatnya harga juga diiringi dengan penambahan uang yang
beredar.
Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik di masa yang akan datang, maka
penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya akan diwujudkan dalam permintaan
efektif di pasar. Sehingga dengan laju volume uang yang beredar diikuti dengan
atau inflasi.
b. Teori Keynes
Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup
perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yang
lebih besar dari pada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini
selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia(pendapatan nasional). Hal ini akan
menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil
merebut bagian pendapatan nasional yang lebih besar, secara nyata diwujudkan dalam
c. Teori Strukturalis
yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan inflasi dalam Negara berkembang
alam), dalam jangka panjang perkembangannya sangat lamban dibanding harga barang
industri. Adanya perkembangan ekspor yang lamban juga merupakan penyebab adanya
industri dalam negeri) dan sebelumnya diimpor (walaupun hasil produksi dalam negeri lebih
mahal harganya karena kurang efisien). Biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga yang
lebih tinggi. Disamping itu, bila proses subsitusi impor ini makin meluas , kenaikan biaya
produksi juga akan makin meluas, sehingga makin banyak harga barang yang naik. Dengan
penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung untuk meningkat
melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Kenaikan harga bahan makanan ini
mengakibatkan tuntutan kenaikan upah kaum buruh atau pekerja yang dampaknya akan
menaikkan biaya produksi. Jika demikian, otomatis harga hasil produksi (pertanian dan
industri) akan naik lagi, sehingga kenaikan harga barang menuntut kembali tingkat upah
untuk dinaikkan.Begitu seterusnya, proses ini hanya akan berhenti apabila harga bahan
makanan tidak ikut naik kembali. Akan tetapi, factor structural perekonomian tidak bisa
antara upah dan kenaikan harga,dan tidak akan berhenti sampai struktur perekonomian dapat
diubah.
3. Jenis-jenis Inflasi
a. Jenis inflasi berdasarkan besarnya laju inflasi(tingkat keparahanya)
Pengelompokan inflasi dari segi parah atau tidaknya, menitikberatkan pada seberapa
besar laju tingkat inflasi dalam suatu periode tertentu. Disini Inflasi dapat dibedakan menjadi
4 tingkat yaitu :
1. Inflasi ringan yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10% per
tahun.
2. Inflasi sedang yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 10%-30% per
tahun.
3. Inflasi berat yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya 30%-100% per tahun.
4. Hyper inflasi yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih dari 100% per tahun.
Berdasarkan dari sumber penyebabnya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
Inflasi ini disebabkan oleh permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Input
S
H2
H1
D2
D1
Q1 Q2 Output
Gambar 2.1: Demand push-Inflation
Gambar menunjukkan suatu demand inflation. Karena permintaan akan barang-
dibiayai pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor,
atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit murah. Maka kurva agregat
bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.
2. Cost-Push Inflation
Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Seperi yang diperlihatkan gambar
dibawah ini.
P S2
S1
P2
P1 D
Q1 Q2 Q
Pada gambar kita lihat bahwa bila biaya produksi naik, misalnya karena
kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri atau karena kenaikan harga
ke S2.
3. Inflasi Campuran
Yaitu: Inflasi yang terjadi karena pengaruh kenaikan permintaan dan penurunan
penawaran agregat.
Inflasi dalam negeri biasanya timbul karena defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang yang beredar, gagal panen dan lain sebagainya.
harga barang material (Input) dari luar negeri, penurunan nilai tukar rupiah yang
mengakibatkan harga barang-barang dari luar negeri menjadi semakin mahal. Kenaikan harga
dalam negeri akibat hubungan luar negri bisa juga terjadi akibat kenaikan nilai ekspor.
Dengan naiknya nilai ekspor akan mengakibatkan barang didalam negeri menjadi langka
Tinggi rendahnya inflasi pada suatu Negara pada waktu tertentu tergantung pada
indikator dan tahun dasar yang digunakan. Ada beberapa Indikator yang biasanya yang
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar
survey bulanan di 45 kota, dipasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang dan
jasa disetiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.
tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi
termasuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga ini
GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam penghitungan
GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan dua indeks diatas. GNP
Deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil
5. Pengaruh Inflasi
riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya jatuh. Namun parah
atau tidaknya pengaruh inflasi terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan tersebut
adalah sangat tergantung pada apakah inflasi itu bersifat dapat diantisipasi ataukah
tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Inflasi yang tidak dapat diantisipasi sudah barang
tentu mempunyai akibat yang jauh lebih serius terhadap redistribusi pendapatan dan
b) Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi. Hal ini dapat terjadi
investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Ini
kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi
lebih atau kurang dari yang telah dilakukan,dan juga memotivasi orang untuk bekerja
lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut “output and
d) Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi.
dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu
dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau
lembaga peminjaman lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa tingkat inflasi
akan menaik dimasa mendatang , maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang
tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi
B. INVESTASI
1. Pengertian Investasi
masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah
tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian
yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan. Dengan kata lain,
dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas
mendapatkan profit sebesar-besarnya, dimana dan investasi tersebut salah satunya bersumber
dari dan masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka Deliarnov
keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material, mesin-
mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan dalam proses produksi,
pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan
pembangunan kontruksi lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai
Dari berbagai pendapat diatas tentang investasi, maka dapat disimpulkan investasi
merupakan suatu pengeluaran jumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai
2. Jenis-jenis Investasi
biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak memberikan keuntungan, maka pihak swasta
tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan keuntungan secara
langsung.
produksi hasil pertanian tetapi tidak memberikan keuntungan langsung kepada pemerintah.
Pembukaan dan pembuatan prasarana jalan merupakan investasi otonom. Dengan dibukanya
prasarana jalan akan dapat meningkatkan aktifitas perekonomian daerah yang tadinya
terisolir.
Induced Investment adalah Investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat/nasional. Investasi
ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, yang mana pertambahan permintaan
konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan, dan apabila ada pertambahan
permintaan maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama
a. Tingat Bunga
Tingat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang terjadi
dalam suatu Negara. Kalau tingkat bunga rendah, maka tingkat yang terjadi akan tinggi
karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. sebaliknya jika
suku bunga tinggi, maka investasi dari kredit bank tidak menguntungkan.
maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep
Marginal Effisiency of capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan
dari investasi yang dilakukan (Return of Investment). Hubungan antara MEC, Investasi dan
Tingkat suku bunga dapat dilihat dari MEC sebagai garis yang menurun. Dimana garis ini
menunjukkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat yang berlaku.
Interest
i1 MEC1
i2 MEC2
I1 I2 Investasi
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat pada tingkat suku bunga adalah i 1, tingkat
investasi yang terjadi adalah I1, begitu juga posisi MEC1. Pada tingkat bunga i2, posisi
investasi adalah I2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.
merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak. Kalau ada
perkiraan terjadi peningkatan aktifitas dimasa yang akan datang, walaupu tingkat suku bunga
lebih besar dari tingkat MEC, investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang
instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih besar dimasa yang akan
datang.
Kestabilan politik suatu Negara merupakan satu pertimbangan yang sangat penting
untuk mengadakan investasi. Karena dengan stabilnya politik Negara yang bersangkutan
terutama Penanaman Modal Asing (PMA), tidak akan ada resiko perusahaannya
dinasionalisasikan oleh Negara tersebut (ini dapat terjadi bila ada pergantian rezim yang
d. Kemajuan Teknologi
kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak
investasi. Semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan perombakan dalam
Investasi merupakan suatu faktor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka
bandara, jembatan, alat-alat transportasi serta komunikasi dan sebagainya. Untuk pengadaan
semua itu, diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dengan dana investasi.
Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan
permintaan di pasar. Pasar berkembang dan berarti juga volume kegiatan produksi,
kesempatan kerja dan pendapatan didalam negeri meningkat. Maka, terciptalah pertumbuhan
ekonomi.
penggunaan modal. Untuk melihat besarnya pembentukan modal tetap domestic bruto dengan
pertambahan PDB (Produck Domestik Bruto) adalah dengan melihat Incremental Capital
penggunaan metode produksi(padat karya atau padat modal) dalam suatu perekonomian.
Hal ini terjadi karena tingkat penggunaan modal berbeda-beda menurut sektor
tertentu. Dimana sektor industri, sektor pertambangan, sektor listrik cenderung lebih
tinggi ICOR-nya dibandingkan dengan sektor pertanian. Faktor lain adalah masa
Besar kecilnya ICOR berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan ekonomi. Hal
a) Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara maka makin kecil pula
perkapita. Hal ini berkaitan dengan perubahan struktur ekonomi yang makin
C. Ketenagakerjaan
berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut secara aktif dalam suatu
kegiatan perekonomian suatu Negara. Atau dengan kata lain, kesempatan kerja merupakan
Para ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu keadaan
dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan
Menerut para ahli ekonomi klasik, untuk menentukan jumlah pekerja yang akan
digunakan dalam kegiatan ekonomi, analisis mengenai pasar tenaga kerja perlu dilakukan.
Dalam konteks pasar tenaga kerja, mekanisme pasar yang terjadi bersifat pasar persaingan
sempurna. Ini berarti bahwa tingkat upah ditentukan oleh keseimbangan diantara permintaan
dan penawaran tenga kerja. Apabila keadaan ini tercapai, dalam analisis klasik tingkat
Dalam analisis pasar tenaga kerja secara makro, yang ingin dianalisis adalah
permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian. Permintaan dan penawaran
tenaga kerja dalam perekonomian adalah gabungan dari permintaan tenaga kerja oleh
perusahaan-perusahaan dan gabungan penawaran oleh para pekerja. Dengan demikian, kurva
permintaan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan. Begitu juga dengan kurva penawaran
tenaga kerja dapat ditentukan dengan menjumlahkan kurva penawaran oleh para pekerja.
Berdasarkan pada pemikiran ini, dapat diketahui sifat permintaan dan penawaran
❖ Semakin tinggi tingkat upah, semakin rendah permintaan atas tenaga kerja.
❖ Semakin tinggi tingkat upah, semakin banyak tenaga kerja yang ditawarkan.
Tingkat upah d s
w1
w0 E0
Keterangan :
✔ Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan tercapai apabila permintaan tenaga kerja
sama dengan penawaran tenaga kerja. Keadaan ini tercapai pada E 0, yaitu pada tingkat
upah w0 dan tingkat kesempatan kerja n0. Kedudukan keseimbangan ini dapat
dibuktikan dengan melihat keadaan yang akan berlaku pada tingkat upah yang lain,
✔ Apabila tingkat upah adalah w1, akan berlaku kelebihan penawaran tenaga
berlaku apabila upah terlalu rendah. Misalnya, pada tingkat upah adalah w 2, akan
berlaku kelebihan permintaan tenaga kerja. Keadaan ini akan menyebabkan kenaikan
permintaan tenaga kerja berkurang. Pada akhirnya permintaan dan penawaran tenaga
Secara garis besar penduduk suatu Negara dibagi atas dua golongan yaitu tenga kerja
dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur
dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja yang dianut oleh Negara Indonesia adalah
Tenaga kerja (Man power) dibagi kedalam dua kelompok yaitu : Angkatan Kerja
(Labor Force) dan bukan Angkatan Kerja. yang termasuk angkatan kerja adalah tenaga kerja
atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk
Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia
kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan
tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa
Angkatan kerja dibedakan menjadi dua sub kelompok yaitu Pekerja dan penganggur.
Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai
pekerjaan dan saat disensus atau disurvei memang sedang bekerja, serta orang yang
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.
Penganggur adalah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang
tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari kerja. Penganggur semacam ini oleh BPS
memperoleh gambaran tentang persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.
Dilihat dari sisi kerja, TPAK yang rendah ditemui pada kelompok penduduk usia kerja
Sedangkan dari sisi tingkat kemudahan atau kesulitan untuk mendapatkan kerja, nilai
TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk
usia kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang
tersedia.
adalah Rasio antara jumlah angkatan kerja dengan pendudduk usia kerja, dengan rumus
sebagai berikut:
Angka TPAK tidak hanya dapat disajikan untuk menghitung TPAK dari seluruh
penduduk usia kerja, namun dapat juga digunakan untuk menghitung TPAK penduduk usia
kerja dengan spesifikasi yang lebih khusus seperti umur, jenis kelamin, atau tempat tinggal
(desa,kota).
b. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha, Status Pekerjaan, Pendidikan Tertinggi
menurut lapangan kerja, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, status pekerjaan dan jam
kerja.
Berdasarkan lapangan pekerjaan, tenaga kerja dikelompokkan atas tenaga kerja yang
bekerja disektor :
c) Industri Manufaktur
e) Bangunan
i) Jasa kemasyarakatan
j) dan lainnya.
akan diikuti dengan penurunan kontribusi sektor pertanian dalam menyediakan lapangan
pekerjaan. Penurunan ini erat kaitannya dengan perubahan struktur permintaan dan produksi
akibat dari peningkatan pendapatan per-kapita yang beralih dari barang-barang hasil industri.
f) Diploma 1/II
g) Diploma III
h) Diploma IV/Sarjana
Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pendidikan berbanding lurus
atau berhubungan positif dengan upah dan gaji. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
makin tinggi pula upah atau gaji yang akan diterima. Hubungan ini menjadi hal yang sangat
Dilihat dari segi jam kerja, pembagian menurut jam kerja dibagi menjadi
pemamfaatan jam sedikit atau sering diistilahkan sebagai “Setengah Menganggur” yakni bila
seseorang bekerja antara 1-34 jam selama seminggu. Dasar 34 jam sebagai batas adalah
berdasarkan arbitrary secara asalan tanpa dasar, yang menyatakan bahwa bilamana seseorang
bekerja antara 1-5 jam perhari masih dikatagorikan rendah. Pekerjaan normal (normal
utilization) bila seseorang bekerja antara 35-60 jam selama seminggu atau sekitar 6-8 jam
per-hari. Sedangkan pekerja lebih (over utilization) bila mana melebihi bekerja 60 jam selama
seminggu.
b) Bekerja dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap
e) Pekerja keluarga
Bila dilihat dari status pekerjaan, pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan rasio
jumlah karyawan dengan upah atau gaji meningkat, sementara itu rasio jumlah tenaga kerja
yang bekerja sendiri, bekerja dengan dibantu keluarga atau karyawan tidak tetap dan pekerja
Jumlah tenaga kerja yang berstatus bekerja sendiri, bekerja dibantu oleh karyawan
tidak tetap atau oleh keluarga dan pekerja keluarga, seringkali digunakan sebagai indikator
jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor informal. Jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai
karyawan dengan upah atau gaji serta yang berusaha dengan dibantu oleh karyawan tetap
adalah indikator dari jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor formal.
berkurangnya jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor informal dan meningkatnya jumlah
c. Pengangguran
seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang
diinginkan.
sesungguhnya sukar untuk diperoleh. Namun ada dua pendekatan yang lazim digunakan
untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan pengangguran tersebut. Dua pendekatan
tentang tenaga kerja dan angkatan kerja. Berdasarkan definisi tentang tenaga kerja
dan angkatan kerja yang seperti telah dijelaskan sebelumnya, pendekatan ini
a) Menganggur (Unemployed), keadaan dimana orang sama sekali tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini disebut juga pengangguran terbuka (open
unemployment).
lebih lanjut dalam setengah menganggur kentara (visible underemployed) yaitu orang
yang bekerja kurang dari 35 jam per-minggu, dan setengah menganggur tidak kentara
oleh A.W. Philips pada tahun 1958 dari hasil studi lapangan tentang hubungan antara
dengan Kurva Philip. Kurva Philip ini adalah teori pilihan inflasi (Trade of theory of
inflation). Menurut dasar pandangan pendapat ini, suatu Negara atau bangsa dapat mencapai
angka pengangguran yang lebih rendah, apabila mau berkorban berupa laju yang lebih tinggi.
selain itu pilihan ini dapat bertahan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi
6 A
2 B
harga, sumbu datar merupakan tingkat pengangguran. Pada titik A terjadi perubahan tingkat
harga 6 %, sedangkan tingkat pengangguran adalah 2%. Pada titik B terjadi perubahan harga
berhubungan secara terbalik. Ini berarti bila ingin mengurangi tingkat inflasi jumlah
pengangguran akan bertambah. Kurva Philip juga dapat menerangkan perubahan tingkat upah
Hubungan yang dibentuk dari perubahan tingkat upah dengan tingkat pengangguran
adalah hubungan negatif. Pada waktu tingkat upah rendah, pengangguran akan tinggi dan
perubahan tingkat upah tinggi, maka tingkat pengangguran yang terjadi akan rendah (Jumlah
3. Jenis Pengangguran
❖ Pengangguran Friksional adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari
beroperasi pada tingkat kesempatan kerja penuh (Full employment) atau tingkat
pengangguran dimana inflasi yang dharapkan sama dengan tingkat inflasi actual.
kerja sangat berlebihan, maka akan terjadi apa yang dinamakan pengangguran
penduduk yang terlalu besar, dan diikuti pula oleh kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan disektor lain, menyebabkan tenaga kerja yang bertambah dari tahun ke
tahun tetap tinggal disektor pertanian yang sudah sangat padat penduduknya. Jadi
sebagian dari tenaga kerja yang berada disektor pertanian adalah tidak produktif dan
memiliki produktifitas kerja marginal yang sangat rendah atau bahkan sama dengan
nol.
tertentudidalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada wakti-
penduduk dari desa ke kota dengan tujuan untuk mencari pekerjaan dikota. Sebagai
akibatnya, tidak semua orang yang berpindah memperoleh pekerjaan sehingga mereka
harus menganggur dalam waktu yang cukup lama. Diaamping itu, ada pula yang
mendapatkan pekerjaan, tetapi jam kerjanya jauh lebih rendah dari jumlah jam kerja
yang seharusnya dilakukan seseorang dalam kurun waktu tertentu (harian, mingguan
berikut :
sedang tidak bekerja, baik secara suka rela (orang-orang yang sebenarnya bisa saja
memperoleh suatu pekerjaan permanen, namun karena alasan tertentu mereka tidak
(mereka yang sesungguhnya sangat ingin bekerja secara permanen namun tak kunjung
mendapatkannya).
kerjanya lebih sedikit dari yang sebenarnya mereka inginkan(sebagian besar bekerja
❖ Mereka yang 40ector bekerja, tetapi sebenarnya kurang produktif (The visibly Active,
❖ Mereka yang memang tidak mampu bekerja secara penuh, misalnya penyandang
cacat, sebenarnya ingin bekerja secara penuh, tetapi hasratnya terbentuk pada kondisi
❖ Mereka yang tidak produktif, yaitu mereka yang sesungguhnya memiliki kemampuan
miliki hanya tenaga, sehingga meskipun mereka sudah bekerja keras hasilnya tetap
4. Dampak Pengangguran
1. Terhadap Perekonomian
Tingkat pengangguran yang relative tinggi tidak memungkinkan masyarakat
perekonomian adalah:
output) adalah lebih rendah dari pendapatan nasional potensial (potential output).
berkurang.
Keadaan ini jelas tidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan investasi
dimasa yang akan datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan kegiatan
Pengangguran dapat juga membawa beberapa akibat buruk terhadap individu dan
kurun waktu yang lama akan menyebabkan tingkat keterampilan pekerja menjadi
semakin merosot.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesis penelitian.
Ruang lingkup penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing ( PMA) serta pengaruhnya terhadap Penyerapan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk
time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber data
adalah diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik
(BPS) , Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan kurun waktu 1989 sampai 2008 serta
bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, juga berbagai
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data
sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan
langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti tulisan ilmiah, jurnal, artikel, laporan dan
sebagainya.
D. Pengolahan Data
Penulis menggunakan program E-views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan
skripsi ini.
43ector43e-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
Y=f(X1,X2,X3)····························································(·1··)·············
··
Dimana:
∝ = Intercept(konstanta)
β1 , β 2 , β3
= Koefisien Regresi
∂Y
<0, artinya jika terjadi kenaikan
∂X 1 pada X1 (tingkat inflasi) maka
Y (Jumlah penyerapan
∂X 3
∂Y
> 0,
(Jumlah penyerapan tenaga
kerja) akan mengalami
kenaikan, ceteris paribus.
paribus.
F. Test Of Goodness Fit (Uji Kesesuaian)
Kegunaan uji kesesuaian ini adalah untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang
teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melihat goodness of fit dari
independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variasi variabel dependen..
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh seluruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-
hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama
R 2 / k −1
F − hitung =
(1 − R 2 ) / (n − k)
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah sampel
3. Uji t-statistik (Uji Partial)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-
masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai
berikut:
Ho:bi = b
Ha:bi ≠ b
biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel xi terhadap Y. Bila nilai t-
hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel
(bi − b)
t − hitung =
Sbi
Dimana:
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka uji t dan uji f yang dilakukan
sebelumnya tidak valid dan secara 45ector45e45 mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.
1. Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi
46ector46e independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung dan standard error.
a) R2 nya tinggi
2. Autokorelasi
observasi yang diurutkan menerut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang
(seperti dalam data cross section), atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi terjadi bila
Term of error ( μ ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of
Variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi.
Biasanya terjadi pada data cross section. Flukruasi atau perubahan aktifitas kegiatan
ekonomi dari suatu daerah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi daerah terdekat
yang sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga akan terasa pada peride
berikutnya.
Yaitu tindakan-tindakan atau pengaruh masa lalu yang akan masih mengganggu
kegiatan atau aktifitas selanjutnya misalnya peningkatan suku bunga, pajak dan lain-
lain.
d. Manipulasi data
e. Bias spesifikasi
Hal ini terjadi karena tidak disertakannya variabel independen yang berhubungan
dependen.
Σ
D − hit =
(
e
t
(
e
t
1
)
)
2
Σ
2
e t
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai
Inconclusive
dl du 4-du 4-dl
H. Defenisi Operasional
1. Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang secara umum dan terus menerus
4. Tenaga kerja adalah orang atau total penduduk yang bekerja pada suatu wilayah tertentu
( juta jiwa ).
BAB IV
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º- 4º
Lintang Utara dan 98º- 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah
selatan berbatasan dengan propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah barat berbatasan
Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km², sebagian besar berada di
daratan pulau sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta
beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian timur pantai pulau sumatera.
Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di sumatera utara. Luas daerah terbesar
adalah kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km² atau 16,97% diikuti kabupaten
Labuhan Batu dengan luas 9.223,18km² atau 12,87% kemudian diikuti kabupaten Mandailing
Natal dengan luas 6.620,70 km² atau sekitar 9,23%, kabupaten Tapanuli Utara 3.800,31 km²
atau sekitar 4,79%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77
km² atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah sumatera utara. Berdasarkan kondisi letak dan
kondisi alam , Sumatera Utara dibagi dalam tiga(3) kelompok wilayah yaitu Pantai Barat,
A.2 Iklim
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, propinsi sumatera utara tergolong ke dalam
daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan propinsi sumatera utara sangat
bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan air laut,
beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2ºC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan
yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu
musim kemarau dan musim penghujan. Musum kemarau biasanya terjadi pada bulan juni
sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November
sampai dengan maret, diantara kedua musim ini diselingi oleh musim Pancaroba.
Indonesia setelah jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan
lengkap Sensus Penduduk (SP) tahun 2000, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 30 juni
2000 (hari sensus) berjumlah 11, 51 juta jiwa. Pada bulan april tahun 2003 dilakukan
pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran
tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi
jumlah penduduk keadaan penduduk juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan tahun 2006
meningkat menjadi 176 jiwa per km². laju pertumbuhan penduduk sumatera utara selama
kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 % per tahun dan pada tahun 2000-2005 menjadi
1,37% per tahun. dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2006 mencapai 1,57%.
Penduduk laki-laki di Sumatera utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun
2006 penduduk sumatera utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990
jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian, sex ratio penduduk
sumatera utara sebesar 100,09 persen. penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal
didaerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal
di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal didaerah perkotaan sebesar 5,70
Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993-
2006. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta jiwa atau sebesar 12,31% dari
total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang
tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen. Namun karena
terjadinya krisis moneter secara global termasuk Sumatera Utara, penduduk miskin di
Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74 persen dari total penduduk Sumatera
Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin
baik secara absolute maupun persenatse, yaitu menjadi 1,89 juya jiwa atau sekitar 15,89%.
Sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun menjadi 1,80 juta jiwa atau sekitar
14,93%, kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa atau
14,28%.Namun akibat dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada maret dan
oktober 2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa atau sekitar
15,66%.
Wilayah Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang luas dan subur untuk
dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau
dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan, sedangkan keindahan alam
Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur,
belerang, pasir kuarsa, kaolin, emas, batubara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian
terpenting sumatera utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan
budi daya ekspor dari perkebunan, tanam pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang
menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam
negeri dan ekspor, meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil
dan kerajinan.
Posisi strategis wilyah sumatera utara dalam jalur perdagangan internasional, ditujang
oleh adanya pelabuhan udara, dan laut yaitu pelabuhan udara Polonia, Pinangsori, Binaka,
Aek Godang, pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung,
Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik. Disambing fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan
dengan fasilitas perbankan dan jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti telepon,
teleks, faximile, pos dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar
Kota Medan sebagai ibu kota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara, disamping
merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah sumatera utara sekaligus juga merupakan
perguruan tinggi, balai penelitian, dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga
pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi
pembangunan daerah.
(Inflasi) di daerah tersebut. Pada dasarnya Inflasi berkaitan dengan fenomena interaksi
permintaan dan penawaran. Namun dalam kenyataan tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya
seperti tataniaga dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan kebijakan
pemerintah.
Tingkat Inflasi yang sangat tinggi jelas merupakan hal yang sangat merugikan
perekonomian suatu Negara. Disamping memperkecil nilai riil dari pendapatan juga akan
ekonomi.
Inflasi di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 inflasi Sumatera
Utara turun menjadi 5,42% dari tahun sebelumnya (1991) sebesar 7,95% dan pada tahun
1993 inflasi kembali naik menjadi 10,67%. Penurunan perlahan terjadi pada tahun 1994 dan
1995 walaupun tingkat inflasi masih tinggi yakni 7,68% dan 7,61%. Sejak krisis moneter
utara naik menjadi 14,49% dan puncaknya pada tahun 1998 setelah kejadian lengsernya
Presiden Soeharto sehingga keamanan di Indonesia termasuk Sumatera Utara menjadi sedikit
Seiring dengan membaiknya perekonomian, laju inflasi di Sumatera Utara juga cukup
rendah. Inflasi tahun 2003 sebesar 4,23% lebih rendah dari pada tahun sebelumnya(2002)
yang sebesar 9,59%. Berikut ini dapat kita lihat perkembangan inflasi di Sumatera Utara dari
tahun 1989-2008.
Tabel 4.1
Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara
Tahun 1989-2008
Tah Inflasi(%)
un
1989 7,94
1990 7,56
1991 8,99
1992 4,56
1993 9,75
1994 8.28
1995 7,24
1996 8,70
1997 13,10
1998 83,56
1999 1,37
2000 5,73
2001 14,79
2002 9,59
2003 4,23
2004 6,80
2005 22,41
2006 6,11
2007 6,60
2008 10,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
B.2 Perkembangan Investasi di Sumatera Utara
Perkembangan Investasi tidak saja ditentukan oleh tingkat bunga (interest rate) tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Dalam kondisi ekonomi yang stabil dan
dinamis hampir semua kegiatan investasi banyak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh
tingginya “Marginal Effieciancy of capital” (MEC). Sepanjang MEC masih sama atau lebih
besar dari Interest Rate (dalam hal ini “Market rate of Interest”) maka pengeluaran untuk
Sehubungan hal diatas, efek dari penambahan investasi dapat dilihat dari dua hal
yaitu terhadap aggregate demand dan aggregate suppy. Dampaknya terhadap aggregate
aggregate demand apabila tidak diikuti dengan aggregate suppy maka perekonomian suatu
Negara menjurus kearah Inflasi. Dalam keadaan seperti ini real income masyarakat akan
berkurang.
Investasi di Sumatera utara mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
perekonomian yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari realisasi baik PMDN maupun PMA.
Tabel 4.2
Perkembangan PMDN di Sumatera Utara
Tahun 1989-2008
Tah PMDN
un (Juta
Rupiah)
1989 139.581.94
1990 250.409,60
1991 227.071,03
1992 118.243,37
1993 441.531,49
1994 309.781,99
1995 316.447,01
1996 243.353,07
1997 469.005,44
1998 80.063,68
1999 110.627,34
2000 118.277,75
2001 501.744,66
2002 836.694,72
2003 471.555,93
2004 683.450,46
2005 599.400,64
2006 797.259,80
2007 392.816,80
2008 391.333,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
6. Penanaman Modal Asing (PMA)
Tah PMA
un (000 US
$)
1989 9.492,54
1990 31.018,71
1991 16.051,30
1992 89.349,00
1993 55.661,97
1994 57.954,26
1995 88.850,04
1996 61.589,05
1997 47.869,31
1998 83.810,93
1999 64.087,82
2000 85.876,00
2001 41.782,31
2002 10.382,57
2003 89.450,26
2004 95.764,98
2005 107.202,54
2006 233.912,91
2007 230.203,52
2008 255.176,02
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
Berdasarkan data diatas, untuk sumatera utara baik PMDN maupun PMA tiap
tahunnya mengalami perubahan dengan persentase yang berbeda-beda dari tahun 1989
sampai 2008. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perubahan perekonomian
secara makro serta gejolak politik dalam negeri sendiri sehingga berpengaruh terhadap
investasi baik modal yang berasal dari dalam negeri maupun modal yang berasal dari luar
negeri.
B.3 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan unsur utama dalam proses produksi barang dan jasa serta
mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.Tenaga kerja
merupakan bagian penting dari penduduk dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan
pertumbuhan penduduk.
khususnya,dalam masa sekarang ini diperkirakan akan semakin kompleks.Indikasi ini terlihat
dari penambahan penduduk usia kerja yang setiap tahunnya yang terus bertambah, masih
employed) sebagai akibat dari budaya bercorak agraris, lapangan pekerjaan yang sangat
terbatas karena situasi perekonomian yang belum membaik serta semakin menumpuknya
dan pemutusan hubungan kerja sebagai akibat banyaknya perusahaan yang tutup.
Jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja disetiap tahunnya selalu mengalami
perubahan baik itu penurunan maupun kenaikan.Tahun 2002 jumlah penduduk Sumatera
Utara yang bekerja adalah 4.928.353 jiwa dengan jumlah angkatan kerja 5.283.857 ,
sedangkan tahun berikutnya (2003 dan 2004) mengalami penurunan dimana jumlah
penduduk yang bekerja sebanyak 4.835.793 jiwa (2003) dan 4.756.078 jiwa(2004).Pada
tahun 2005 jumlah penduduk yang bekerja meningkat menjadi 5.166.132 jiwa dengan jumlah
Tah Jumlah
un penyerapan
tenaga kerja
(Jiwa)
1989 4.138.792
1990 3.820.329
1991 4.726.201
1992 4.099.809
1993 4.193.152
1994 4.318.993
1995 4.493.198
1996 4.573.651
1997 4.642.766
1998 4.855.296
1999 5.037.500
2000 4.947.539
2001 4.977.323
2002 4.928.353
2003 4.835.793
2004 4.756.078
2005 5.166.132
2006 4.859.647
2007 5.082.797
2008 5.540.263
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
Tabel 4.4
Penyerapan Tenaga Kerja, Inflasi, PMDN dan PMA Di
Sumatera Utara Tahun 1989-2008
)
1989 4.138.792 7,9 139.581. 9.492,54
4 94
1990 3.820.329 7,5 250.409, 31.018,7
6 60 1
1991 4.726.201 8,9 227.071, 16.051,3
9 03 0
1992 4.099.809 4,5 118.243, 89.349,0
6 37 0
1993 4.193.152 9,7 441.531, 55.661,9
5 49 7
1994 4.318.993 8.2 309.781, 57.954,2
8 99 6
1995 4.493.198 7,2 316.447, 88.850,0
4 01 4
1996 4.573.651 8,7 243.353, 61.589,0
0 07 5
1997 4.642.766 13, 469.005, 47.869,3
10 44 1
1998 4.855.296 83, 80.063,6 83.810,9
56 8 3
1999 5.037.500 1,3 110.627, 64.087,8
7 34 2
2000 4.947.539 5,7 118.277, 85.876,0
3 75 0
2001 4.977.323 14, 501.744, 41.782,3
79 66 1
2002 4.928.353 9,5 836.694, 10.382,5
9 72 7
2003 4.835.793 4,2 471.555, 89.450,2
3 93 6
2004 4.756.078 6,8 683.450, 95.764,9
0 46 8
2005 5.166.132 22, 599.400, 107.202,
41 64 54
2006 4.859.647 6,1 797.259, 233.912,
1 80 91
2007 5.082.797 6,6 392.816, 230.203,
0 80 52
2008 5.540.263 10, 391.333, 255.176,
72 72 02
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
C.Hasil Penelitian
Pengaruh beberapa faktor seperti tingkat inflasi, PMDN, dan PMA terhadap Jumlah
Tenaga Kerja di Propinsi Sumatera Utara dapat digambarkan dengan fungsi matematika
sebagai berikut:
Dimana:
X1 = Inflasi
X2 = PMDN
X3 = PMA
α = Konstanta
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 5.1, maka
● Inflasi (X1)
Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Koefisien sebesar 5035.085 menjelaskan bahwa setiap ada kenaikan inflasi(X 1) sebesar 1
satuan, maka akan bisa mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 5035, ceteris paribus.
● PMDN (X2)
PMDN mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 0.4367 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan PMDN (X2)
● PMA (X3)
PMA mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 2.9045 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan pada PMA (X3)
sebesar 1%, akan dapat meningkatkan tenaga kerja sebesar 2.9045% (1% x 2.9045), ceteris
paribus.
2. Uji Statistik
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui tingkat signifikansi dari pengaruh variabel
tingkat inflasi, PMDN, dan PMA secara parsial dan bersama-sama terhadap Jumlah tenaga
kerja di Sumatera Utara dengan menggunakan uji “t” dan uji “F” statistik.
Hipotesis : H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
t* = -1.027
t-tabel = -2.120 α=5%
f (t)
-2.120 -1.027 0 2.120
Gambar 4.1
Uji t-statistik variabel X1
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-
tabel (-1.027 > -2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis nol (Ho), artinya variable X1
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
(Tingkat Inflasi) tidak mempunyai pengaruh yangn signifikan terhadap Variabel Y (jumlah
2. Variabel X2 (PMDN)
Hipotesis : H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
t* = 1.135
f(t)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
tabel (1.135 < 2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis nol (Ho), artinya variable X 2
(PMDN) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Variabel Y(jumlah tenaga kerja)
3. Variabel X3 (PMA)
Hipotesis : H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
b
t* = 1
S b
e 1
(
)
t* = 2.427
f(t)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
tabel (2.427 > 2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis alternatif (Ha), artinya variable X3
(PMA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Variabel Y(jumlah tenaga kerja)
atau tidak secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent variable) dapat
Hipotesis : Ho : b1 = b2 = b3 = 0
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0
* R2/k−1
F=
(1 − R )/ n − k
2
F* = 5.198
dari F-tabel (5.198 > 3.240). Artinya bahwa variable X1 (Tingkat Inflasi), X2 (PMDN), X3
(PMA) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variable Y (jumlah tenaga kerja di
Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.87. Artinya
bahwa variabel bebas yaitu tingkat inflasi (X1), PMDN (X2), PMA (X3) secara bersama-sama
menjelaskan pengaruh terhadap variabel jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara (Y) sebesar
87%. Sedangkan sisanya sebesar 13% dijelaskan oleh variabel-varibel lain yang tidak
a. Uji Multicollinearity
maka dilakukan dengan teknik menguji regressi di antara variabel bebas. Tehnik ini
mempunyai kriteria apabila R2 dari hasil regressi antara variabel bebas lebih besar dari R2
hasil regressi variabel jumlah tenaga kerja dengan variabel tingkat inflasi, PMDN, dan PMA,
maka terdapat masalah multicollinearity dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil
hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%. Ini
menjelaskan bahwa variabel tingkat inflasi tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat
Diperoleh R2 sebesar 0.098 atau 9.80%. Nilai tersebut jauh lebih kecil dari nilai R 2
hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%. Hal ini
menjelaskan bahwa variabel PMDN tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan
Diperoleh R2 sebesar 0.060 atau 6.00%. Nilai tersebut masih jauh lebih kecil daripada
nilai R2 hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%.
Dan itu menunjukkan bahwa variabel PMA tidak memiliki hubungan yang sangat kuat
Dari hasil regressi di antara variabel bebas di atas, diketahui bahwa masing-masing R 2
tersebut lebih kecil dari R2 hasil regressi variabel bebas (tingkat inflasi, PMDN, dan PMA)
dengan variabel terikat (jumlah tenaga kerja). Dengan demikian dalam model estimasi
tersebut tidak terdapat masalah multicollinearity atau hubungan yang kuat di antara variabel
bebas tersebut.
b. Uji Otokorelasi
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperolah D-W hitung sebesar 1.50. Sedangkan
Hipotesis : Ho : D-W = 0
Ha : D-W ≠ 0
Kriteia : Ho diterima apabila D-W hitung lebih besar dari dU dan lebih kecil dari 4-
Jika : dL ≤ D-W ≤ dU
f (d)
inconclusive
Ha Ho Ha
1.50
0 1.41 2 2.59 3.28 4
Gambar 4.5
0.7 Uji Otokorelasi
2
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa D-W hitung sebesar 1.50 berada
diantara dU dan 4-dU (dU < D-W < 4-dU) yaitu 1.41 < 1.50 < 2.59. Dengan demikian, dalam
model estimasi tidak terdapat masalah serial korelasi pada tingkat kepercayaan/signifikansi
99%.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa
Sumatera Utara. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
sebesar 1 satuan, maka akan bisa mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 5035,
ceteris paribus.
b. PMDN mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 0.4367 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan PMDN
(X2) sebesar 1%, akan menamba jumlah tenaga kerja sebesar 0.4367%, ceteris
paribus
c. PMA mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 2.9045 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan pada
PMA (X3) sebesar 1%, akan dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja sebesar
Dengan dengan demikian diketahui bahwa variabel tingkat inflasi, Penanaman Modal
pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara pada tingkat
B. Saran
a. Untuk meningkatkan Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara, dana investasi baik
Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)
perekonomian.
gejolak politik dalam negeri karena dapat berdampak negatif terhadap perekonomian
masyarakat seperti melonjaknya harga kebutuhan pokok akibat inflasi yang tak
terkendali.
Afrida, Ms. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta. Ghalia Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS). Sumatera Utara Dalam Angka. Beberapa Tahun Penerbit.
Kasmir,SE.2000. Bank dan Lembag keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.
Nanga, Muana.2001. Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.
Umar, Husein.2000. Metode Penelitian untuk Skripsi dan tesis.Jakarta: PT. Raja Grafindo.
)
1989 4.138.792 7,9 139.581. 9.492,54
4 94
1990 3.820.329 7,5 250.409, 31.018,7
6 60 1
1991 4.726.201 8,9 227.071, 16.051,3
9 03 0
1992 4.099.809 4,5 118.243, 89.349,0
6 37 0
1993 4.193.152 9,7 441.531, 55.661,9
5 49 7
1994 4.318.993 8.2 309.781, 57.954,2
8 99 6
1995 4.493.198 7,2 316.447, 88.850,0
4 01 4
1996 4.573.651 8,7 243.353, 61.589,0
0 07 5
1997 4.642.766 13, 469.005, 47.869,3
10 44 1
1998 4.855.296 83, 80.063,6 83.810,9
56 8 3
1999 5.037.500 1,3 110.627, 64.087,8
7 34 2
2000 4.947.539 5,7 118.277, 85.876,0
3 75 0
2001 4.977.323 14, 501.744, 41.782,3
79 66 1
2002 4.928.353 9,5 836.694, 10.382,5
9 72 7
2003 4.835.793 4,2 471.555, 89.450,2
3 93 6
2004 4.756.078 6,8 683.450, 95.764,9
0 46 8
2005 5.166.132 22, 599.400, 107.202,
41 64 54
2006 4.859.647 6,1 797.259, 233.912,
1 80 91
2007 5.082.797 6,6 392.816, 230.203,
0 80 52
2008 5.540.263 10, 391.333, 255.176,
72 72 02
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
LAMPIRAN II