Anda di halaman 1dari 11

PAPER

PERLINDUNGAN JAMA’AH HAJI DAN UMROH


Permasalahan dan Solusi Tiga Indeks Kepuasan Terendah Penyelenggaraan Ibadah
Haji

Dosen Pengampu:

Andika Bambang Supeno, M.Si

Disusun oleh:

Andika Sentosa 2011170010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI
SOEKARNO BENGKULU
2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji adalah rukun islam kelima bagi orang islam yang mampu untuk
melaksanakan serangkaian ibadah tertentu di Baitullah, Masyair, serta tempat, waktu
dan syarat syarat tertentu. Penyelenggaraan ibadah haji termasuk bagian pelayanan
publik. Sedangkan pelayanan publik sendiri berarti segala kegiatan pelayanan
kegiatan publik sebagai pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan atau dalam
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Permen PAN dan RB
14/2017 disebutkan bahwa untuk memperoleh gambaran tingkat kinerja unit
pelayanan publik digunakan indeks kepuasan masyarakat (IKM). Indeks kepuasan
Masyarakat (IKM) adalah hasil pengukuran dari kegiatan survei kepuasan Masyarakat
berupa nilai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tiga indeks terendah dalam penyelenggaraan ibadah haji?
2. Apa permasalahan dari tiga indeks kepuasan terendah penyelenggaraan ibadah
haji?
3. Apa saja solusi dari tiga indeks kepuasan terendah penyelenggaraan ibadah
haji?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tiga terendah dalam penyelenggaraan ibadah haji

2. Untuk mengetahui permasalahan dari tiga indeks kepuasan terendah


penyelenggaraan ibadah haji

3. Untuk mengetahui solusi dari tiga indeks kepuasan terendah penyelenggaraan


ibadah haji
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan dan Solusi Tiga Indeks Kepuasan Terendah Penyelengaraan Ibadah


Haji
1. Katering
Katering termasuk kedalam pelayanan bagi jama’ah haji Dalam pelayanan dan
pelaksanaan tersebut Kasubdit Katering Haji Kementerian Agama Abdullah
Yunus menegaskan, kontrak pelayanan katering haji di Makkah tuntas. Jamaah
dipastikan mendapat layanan 40 kali makan khusus di Makkah. Jama’ah makan 74
kali sepanjang perjalanan ibadah haji. Jama’ah mendapat jatah makan 18 kali di
Madinah, 15 kali di Armina, dan satu paket Muzdalifa.
Dalam pelayanan tersebut terdapat beberapa kendala sehingga Katering masuk
ke dalam tiga indeks terendah dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
Berikut ini merupakan masalah dan solusi dari masalah Katering:
a. Permasalahan Katering
 Dalam persoalan katering haji, terdapat beberapa perusahaan katering
tidak memberikan makanan sesuai kontrak seperti, ukuranya yang kecil
atau tidak sesuai kesepakatan.
 Ada beberapa masalah khususnya petugas katering tidak bertugas dengan
maksimal. Padahal,permasalahan katering sangat krusial karena
berhubungan dengan makanan untuk jama’ah haji.
 Akar persoalan indeks kepuasan terendah pada ketringlebih banyak
terletak pada masalah distribusi makanan yang diperkirakan keterlambatan
proses masak dan pengemasan oleh pemilik katering.

b. Solusi
 katering harus memastikan dapur-dapur betul-betul berjalan dengan
baik.Oleh karena itu, menekankan kepada para petugas katering untuk
memantau proses memasak, mengemas, dan mendistribusikan sejak awal.
 Kalau ada keterlambatan, petugas katering harus memantau langsung di
dapur kapan mulai masak, kapan mulai dipacking, kapan mulai dikirim.
Karena jalur pengiriman atau distribusi bisa menjadi masalah sendiri
sehingga ini perlu dikawal petugas katering, harus mengawal dari mulai
tahap pertama sampai akhir.
 Salah satu solusi adalah terkait pasokan bahan makanan dari Indonesia,
bukan Thailand dan Brasil. Dia melanjutkan, hal ini menjamin mutu rasa
dan bermanfaat dalam meningkatkan ekspor Indonesia
 Selain itu, perusahaan katering harus mempekerjakan juru masak
Indonesia. Mereka juga harus melaksanakan diklat masakan Indonesia
yang dilakukan ahli gizi dan makanan dari Tanah Air.
 Menyeleksi menu yang tidak rentan basi. Makanan disajikan dengan baik
dan bersih agar tidak cepat rusak. Pemanas dipastikan suhunya stabil,
mobil distribusi setiap perusahaan ditambah, dan petugas distribusi
masing-masing hotel ditambah.
2. Bus

a. Permasalahan

 Permasalahan Bus Angkutan Jama’ah Haji tidak dapat menampung.


Penyebab permasalahan ini muncul karena Jama’ah haji saling berebut
untuk dapat berangkat bus trip pertama atau jumlah bus tidak memadai.
 Peristiwa bus mogok yang membuat jamaah harus kepanasan di tengah
padang tandus. Padahal, dalam klausul pelayanan transportasi yang
disepakati, naqabah seharusnya menyediakan bus cadangan setiap radius
50 kilometer.
 Bus yang mengangkut jemaah haji dari Madinah ke Mekkah menggunakan
bus-bus tua. Hal tersebut sebagai dampak dari tidak adanya biaya
upgruade peningkatan layanan transpirtasi jemaah sehingga Nakobah
(semacam Organda Arab Saudi) rata-rata memfasilitasi bus dengan standar
minimal.
 Bagasi bus yang tidak mampu mengangkut barang bawaan jemaah
seluruhnya.
 Pemerintah Indonesia tidak bisa meminta pergantian bus untuk melayani
pengangkutan jemaah haji dari Madinah ke Mekah, Arab Saudi. Sebab,
bus-bus yang akan melayani jemaah haji Tanah Air tergantung dari urutan
bus yang ada di poolNaqabatLissayyarat (organisasi angkutan darat Arab
Saudi) yang bertugas melayani pengangkutan jemaah haji Indonesia di
Tanah Suci.

b. Solusi

 Cara penyelesaiannya adalah Ketua Kloter koordinasi dengan maktab dan


Sektor dan terus beruupaya menenangkan jemaah untuk sabar nunggu bus
berikutnya, sebab semua jemaah pasti akan diangkut. Selain itu
berkoordinasi dengan petugas kloter lain dan karu/karom dalam mengatur
jemaah yang mengikuti trip pertama dan kedua.
 Solusi untuk mengantisipasi jika ada bus mogok adalah menempatkan bus
cadangan setiap radius 50 kilometer. Bus cadangan ini untuk
mengantisipasi adanya bus mogok sehingga bisa langsung dilakukan
penggantian bus.
 Atas kendala-kendala tersebut, supaya pergerakan jemaah dari Mekkah ke
Madinah nanti setelah puncak haji harusnya disiapkan antisipasinnya
disiapkan bus cadangan di tiga titik sepanjang jalan yang menghubungkan
Mekkah dan Madinah. Tiga titik tersebut pertama di wilayah Mekkah, di
Tengah-tengah Mekkah dan Madinah, serta di wilayah Madinah.
 Dengan demikian saat bus bermasalah, maka bus cadangan terdekat akan
segera meluncur supaya waktu lebih efisien.

 Selain itu, dikarenakan bagasi bus yang tidak mampu mengangkut barang
bawaan jama’ah seluruhnya, sehingga selama pergerakan jama’ah
Gelombang I dari Madinah ke Mekkah digunakan pula 63 truk untuk
mengangkut barang jama’ah.

 Harusnya sebagai negara yang setiap tahunnya mengirimkan jama’a haji


dalam jumlah besar mendapatkan prioritas Kontribusi pemerintah dan
rakyat Indonesia sudah luar biasa (bagi Arab Saudi) visa sudah pasti ada
berapa, pemondokan, katering, mestinya pemerintah (Arab Saudi) tidak
menganggap enteng terhadap pemerintah Indonesia.

3. Tenda

a. Permasalahan
 Permasalahan Kebakaran di Tempat Akomodasi/Perkemahan.Kejadian
kebakaran juga kerap terjadi selama pelaksanaan ibadah haji seperti karena
Konsleting listrik, kerusakan kompor atau alat memasak dan membuang
puntung rokok sembarangan.
 Ukuran tenda yang kecil membuat jama’ah berhimpitan dan kurang nyaman.
 Dengan ukuran yang kecil tidak memungkinkan untuk menampung jamaah
banyak, tetapi tenda tersebut dipakai melebihi kapasitas.
b. Solusi
 Cara penyelesaiannya permasalahan kebakaran ini adalah petugas kloter
bersama karu/karom menenangkan jemaah haji agar tidak panik dan
mengamankan barang-barang berharga lalu berusaha memadamkan api
dengan tabung pemadam. Selanjutnya Ketua kloter meminta bantuan
Maktab/Majmuah untuk mendatangkan petugas pemadam kebakaran dan
mendata kerugian dan melaporkan kepada Sektor untuk mendapatkan
santunan dari Maktab/Majmuah dan Daker.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katering merupakan salah satu indeks kepuasan terendah dalam
penyelenggaraan ibadah haji. Hal yang menjadi permasalahannya
adalah masalah distribusi makanan yang diperkirakan keterlambatan
proses masak dan pengemasan oleh pemilik katering, kualitas dan rasa
makanan kurang dan terkadang makanan yang diberikan kepada para
jama’ah sudah basi.

Permasalahan pada bus juga masuk kedalam indeks kepuasan


terendah dalam penyelenggaraan haji dan umrah Dimana permasalahan
ini terjadi karena usia bus yang sudah tua, tidak berfungsinya
pendingin udara dan juga ketika bus.

Indeks kepuasan terendah juga terjadi pada tenda yang


digunakan para jama’ah haji, sala satunya adalah karena tenda yang
kecil, jumlah orang yang menempatinya juga melebihi kapasitas,
terjadinya kebakaran tenda juga kerap terjadi selama penyelenggaraan
ibadah haji.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190425/79/9
15536/pelayanan-katering-haji-masih-diselimuti-masalah

http://m.harnas.co/2018/04/30/problem-katering-haji-jangan-terulang

https://www.tribunnews.com/haji/2019/08/12/tenda-sempit-dan-
minim-toilet-masih-jadi-masalah-di-mina

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://kepri.kemenag.go.id/page/det/h-
jamzuri-permasalahan-yang-kerap-terjadi-pada-jemaah-haji-dan-cara-
penyelesaiannya-
&ved=2ahUKEwi7v6399MHzAhXRZSsKHeOsCm4QFnoECAgQAQ
&usg=AOvVaw0eX3bN8prksiOxwX-EvUql

https://www.google.com/amp/s/www.ihram.co.id/amp/nu06hd313

https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/internasional/2
015/09/15/bermasalah-26-bus-pengangkut-jemaah-haji- indonesia-
dari-madinah-ke-mekkah

https://m.liputan6.com/amp/2307411/ppih-arab-saudi-indonesia-tak-
bisa-pilih-bus-untuk-jemaah-haji

https://www.google.com/amp/s/www.viva.co.id/amp/haji/kabar-
haji/1068405-heboh-jemaah-haji-ri-diturunkan-paksa-dari-bus

Anda mungkin juga menyukai