Materi BPD 2021
Materi BPD 2021
KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG DESA
1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
I. PENDAHULUAN
1. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya
dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66).
2. Ketentuan konstitusional di atas menunjukkan bahwa Indonesia sebagai Negara
Kesatuan menetapkan pilihan pada kebijakan desentralisasi, karena pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pengaturan etntang
kebijakan desentralisasi saat ini ditetapkan di dalam dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
diatur tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah
provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya
daerah kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126),
selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa
(ketentun Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).
4. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan
tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh efetivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa.
5. Oleh karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan
mengenai penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta kebijakan-
kebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.
6. Untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat penyelenggaraan
pemerintahan desa, maka diperlukan pemahaman tentang kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan pemerintahan desa sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan secara
nasional, agar memiliki ketepatan pemahaman mengenai kebijakan pemerintah
tentang pemerintahan desa.
7. Dalam materi ini, akan diuraikan hal-hal pokok tentang: (a) Pokok-Pokok kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah; (b) Hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan pemerintahan desa; dan (c) kebijakan pemerintah tentang
pemerintahan desa. Disamping itu untuk mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa
Indonesia untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
konsepsi ketahanan nasional.
keamanan; 2) asas komprehensif integral; 3) asas mawas kedalam dan keluar; dan 4)
asas kekeluargaan.
Oleh karena itu, visi pemberdayaan masyarakat desa dalam mewujudkan
kemandirian masyarakat yang mempunyai empat pilar negara meliputi : 1) Pancasila; 2)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945; 3) Negara Kesatuan Negara Republik
Indonesia; dan 4) Bhinneka Tunggal Ika.
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada
kabupaten/kota.
5. Implikasi dari kebijakan desentralisasi (penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan) tersebut adalah adanya ”otonomi daerah” yakni hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
6. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.
7. Dalam pelaksanaan penyerahan urusan pemerintahan tersebut, urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom diklasifikasi ke dalam 2
(dua) bentuk urusan pemerintahan, yakni: (a) Urusan wajib, yaitu suatu urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar (seperti pendidikan dasar,
kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, atau prasarana lingkungan
dasar); dan (b) Urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang terkait erat
dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
8. Rincian urusan wajib dan urusan pilihan untuk provinsi dan kabupaten/kota adalah
sebagai berikut:
a. Daerah Provinsi (ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004):
1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b) perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; (c)
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)
penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang
kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial; (g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/
kota; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; (i)
fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk
lintas kabupaten/kota; (j) pengendalian lingkungan hidup; (k) pelayanan
pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; (l) pelayanan kependudukan
dan catatan sipil; (m) pelayanan administrasi umum pemerintahan; (n)
pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota;
(o) penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota; (p) urusan wajib lainnya yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti
pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).
b. Daerah Kabupaten/Kota: (ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004):
1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b) perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; (c)
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)
penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang
kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan; (g) penanggulangan masalah
sosial; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan; (i) fasilitasi pengembangan
koperasi, usaha kecil, dan menengah; (j) pengendalian lingkungan hidup;
(k) pelayanan pertanahan; (l) pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
(m) pelayanan administrasi umum pemerintahan; (n) pelayanan
administrasi penanaman modal; (o) penyelenggaraan pelayanan dasar
lainnya; dan (p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti
pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).
9. Selain melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah
Pusat (melalui asas desentralisasi dan dilaksanakan secara otonom), Pemerintah
Daerah juga melaksanakan tugas pembantuan, yakni penugasan dari
pemerintah kepada daerah, atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
untuk melaksanakan tugas tertentu.
10. Sejalan dengan desentralisasi kewenangan (dalam bentuk penyerahan urusan
pemerintahan untuk dilaksanakan oleh daerah otonom), maka juga dilaksanakan
”desentraliasi fiskal” (dalam bentuk Perimbagan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah), agar setiap daerah otonom dapat membiayai
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut secara efektif dan efisien bagi
kepentingan masyarakat.
11. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang daerah otonom,
serta pendayagunaan keuangan daerah yang diperoleh melalui mekanisme
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
f. Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan
bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
g. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.
2. Perubahan Status
a. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat setempat.
b. Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan persyaratan : luas
wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan sarana pemerintahan; potensi
ekonomi; dan kondisi sosial budaya masyarakat.
c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari
pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat setempat.
e. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan
Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat
istiadat desa dan sosial budaya masyarakat setempat.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pembentukan dan
perubahan status desa adalah: (a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27
Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa; dan (b) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,
Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
C. Kewenangan Desa
1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a) urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa; (c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya
yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, pada
hakikatnya merupakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan
desa sesuai dengan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat, serta hal-hal
yang berkenaan dengan aspek religiositas (karena dalam kehidupan masyarakat
kita terjadi proses inkulutrasi nilai-nilai religi dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat setempat). Contoh: urusan di bidang pelestarian lingkungan
berdasarkan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota, pada hakikatnya merupakan bentuk penugasan dari pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan urusan pemerintahan tertentu, disertai sumber pembiayaannya,
sehingga Pemerintah Desa memberikan pertangungjawaban pelaksanaan tugas
tersebut kepada pihak yang menugaskannya. Contoh: pelaksanaan program
beras murah untuk keluarga miskin.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa, pada hakikatnya merupakan jenis urusan pemerintahan
tertentu yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan untuk
diserahkan kepada desa, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus atas urusan pemerintahan tersebut. Contoh: Di dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional ditetapkan bahwa salah satu pendekatan perencanaan
pembangunan adalah ”perencanaan bawah-atas (bottom-up planning)” yang
dilaksanakan dalam forum ”Musyawarah Perencanaan Pembangunan/
Musrenbang” secara berjenjang mulai dari Musrenbang Desa/Kelurahan hingga
Musrenbang Pusat, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan untuk
melaksanakan Musrenbang secara partisipatif dalam rangka menyusun Rencana
Pembangunan Desa.
5. Sedangkan ”urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota
yang diserahkan pengaturannya kepada Desa” pada hakikatnya memiliki tujuan
agar urusan-urusan pemerintahan tertentu yang dapat dikelola secara efisien dan
akuntabel oleh Desa dapat dilakukan secara otonom oleh Pemerintah Desa.
Ketentuan tersebut telah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan
Kabupaten/Kota Kepada Desa.
6. Penyerahan ”urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota
yang diserahkan pengaturannya kepada Desa” akan berimplikasi terhadap:
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
tata cara penyusunan struktur organisasi, perangkat, tugas dan fungsi, serta
hubungan kerja, untuk selanjutnya diatur kembali di dalam Peraturan Desa
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa sesuai dengan nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat.
3. Kepala Desa:
a. Kepala Desa (selaku Kepala Pemerintahan Desa) mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa mempunyai wewenang: (1)
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD; (2) mengajukan rancangan peraturan desa; (3)
menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;
(4) menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; (5) membina kehidupan
masyarakat desa; (6) membina perekonomian desa; (7) mengoordinasikan
pembangunan desa secara partisipatif; (8) mewakili desanya di dalam dan di
luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan (9) melaksanakan wewenang lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai
kewajiban: (1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (3) memelihara
ketentraman dan ketertiban masyarakat; (4) melaksanakan kehidupan
demokrasi; (5) melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan
bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; (6) menjalin hubungan kerja dengan
seluruh mitra kerja pemerintahan desa; (7) menaati dan menegakkan seluruh
peraturan perundang-undangan; (8) menyelenggarakan administrasi
pemerintahan desa yang baik; (9) melaksanakan dan mempertanggung-
jawabkan pengelolaan keuangan desa; (10) melaksanakan urusan yang menjadi
kewenangan desa; (11) mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; (12)
mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; (13) membina, mengayomi
dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; (14) memberdayakan
masyarakat dan kelembagaan di desa; dan (15) mengembangkan potensi
sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; (2) tidak dapat melaksanakan
tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama
6 (enam) bulan; (3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa; (4)
dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; (5) tidak melaksanakan kewajiban
kepala desa; dan/atau (6) melanggar larangan bagi kepala desa.
h. Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan setelah adanya
persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota. Hal-hal yang dikecualikan dari
ketentuan ini adalah: (a) tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
dan (b) diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati. Tindakan penyidikan tersebut diberitahukan secara tertulis oleh
atasan penyidik kepada Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari.
i. Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap
dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa paling sedikit sama
dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).
4. Perangkat Desa
a. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa
bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
b. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu:
(1) berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; (2) mempunyai
pengetahuan tentang teknis pemerintahan; (3) mempunyai kemampuan di bidang
administrasi perkantoran; (4) mempunyai pengalaman di bidang administrasi
keuangan dan di bidang perencanaan; (5) memahami sosial budaya masyarakat
setempat; dan (6) bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
c. Sekretaris Desa yang diisi daripegawai negeri sipil, diangkat oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.
d. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.
Pengangkatan Perangkat Desa lainnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa. Usia Perangkat Desa paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling
tinggi 60 (enam puluh) tahun.
e. Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap
dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Perangkat Desa paling sedikit sama
dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas
wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
c. Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Anggota
BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.
d. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1 (satu) orang Sekretaris, yang dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
e. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
f. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang: (a) sebagai pelaksana proyek desa; (b)
merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (c) melakukan korupsi,
kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; (d)
menyalahgunakan wewenang; dan (e) melanggar sumpah/ janji jabatan.
3. Masa Jabatan anggota BPD: Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun
dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
4. Fungsi BPD: BPD berfungsi: (1) menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Desa; dan (2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
5. Wewenang BPD: BPD mempunyai wewenang: (1) membahas rancangan
peraturan desa bersama kepala desa; (2) melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; (3) mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; (4) membentuk panitia pemilihan
kepala desa; (5) menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat; dan (6) menyusun tata tertib BPD.
6. BPD mempunyai hak: (1) meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; dan (2)
menyatakan pendapat.
7. Anggota BPD mempunyai hak: (1) mengajukan rancangan peraturan desa; (2)
mengajukan pertanyaan; (3) menyampaikan usul dan pendapat; (4) memilih dan
dipilih; dan (5) memperoleh tunjangan.
8. Anggota BPD mempunyai kewajiban: (1) mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan; (2) melaksanakan kehidupan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; (3) mempertahankan dan memelihara
23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
26
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Desa; dan (b) Pola Proporsional, yakni sebesar 40% dari total Alokasi Dana
Desa dibagikan secara proporsional kepada desa-desa tertentu atau seluruh
desa sesuai tingkat kemampuan keuangan desa yang berangkutan (fiscal
capacity) yang berkenaan dengan variabel potensi ekonomi yang mendukung
peningkatan pendapatan asli desa, serta constrain variabel yang dapat
menghambat perkembangan pembangunan desa (seperti tingkat pendidikan
dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur, dan keterjangkauan wilayah desa).
Ratio pnggunaan dana ADD adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan
Desa dan 70% untuk pemberdayan masyarakat.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa):
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
b. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah:
1) Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja desa pada tahun yang bersangkutan.
2) Fungsi perencanaan: APBDesa menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3) Fungsi pengawasan: APBDesa menjadi pedoman utk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
4) Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan utk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.
5) Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan masyarakat.
c. Prinsip-prinsip penganggaran di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa adalah:
1) semua penerimaan (baik dalam bentuk uang, maupun barang dan/atau
jasa) dianggarkan dalam APBDesa.
2) seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto.
3) jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
4) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan
dasar hukum yang melandasinya.
27
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
28
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
29
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. Jenis pemanfaatan kekayaan desa, dapat berupa sewa, pinjam pakai, kwerjasama
pemanfaatan, bangun serah guna, atau bangun guna serah, yang menguntungkan
bagi kepentingan masyarakat desa dan peningkatan pendapatan desa.
7. Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada
Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu.
8. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan
kekayaan desa.
J. Produk Hukum Desa
1. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa:
a. Ada tiga jenis produk hukum desa, yakni: (a) Peraturan Desa; (b) Peraturan
Kepala Desa; dan (c) Keputusan Kepala Desa.
b. Penetapan produk hukum desa tidak boleh betentangan dengan kepentingan
masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2. Peraturan Desa
a. Pembentukan Peraturan Desa merupakan pelaksanaan ”kewenangan
mengatur” (regeling) yang dimiliki Pemerintah Desa, sehingga Peraturan Desa
dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
b. Peraturan Desa merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa bersama BPD.
c. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat.
d. Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik, yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan
atau organ pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan;
dan keterbukaan.
e. Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan
masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
f. Rancangan Peraturan Desa dapat berasal dari BPD dan atau Kepala Desa.
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
g. Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan oleh BPD dan dapat
meminta Kepala Desa untuk memberikan penjelasan terhadap materi
Rancangan Peraturan Desa.
32
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
33
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
K. Administrasi Desa
1. Administrasi Desa adalah seluruh proses kegiatan keseluruhan proses kegiatan
pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa
pada Buku Administrasi Desa.
2. Jenis-jenis Aministrasi Dsa adalah:
a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum;
b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk;
c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan;
d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
pembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku
Administrasi Pembangunan;
e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah kegiatan pencatatan
data dan informasi mengenai BPD.
3. Bentuk Administrasi Umum terdiri dari:
a. Buku Data Peraturan Desa;
b. Buku Data Peraturan Kepala Desa;
c. Buku Data Keputusan Kepala Desa;
d. Buku Data Inventaris Desa;
e. Buku Data Aparat Pemerintah Desa;
f. Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa;
g. Buku Data Tanah di Desa;
h. Buku Agenda;
i. Buku Ekspedisi.
4. Bentuk Administrasi Penduduk terdiri dari :
a. Buku Data Induk Penduduk Desa;
b. Buku Data Mutasi Penduduk Desa;
c. Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan;
d. Buku Data Penduduk Sementara.
5. Bentuk Administrasi Keuangan Desa terdiri dari:
a. Buku Anggaran Pendapatan;
b. Buku Anggaran Belanja;
c. Buku Anggaran Pembiayaan;
d. Buku Kas Umum;
34
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
35
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
36
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
37
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENGANTAR
Untuk mengetahui susunan organisasi dan tata kerja Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) maka yang menjadi rujukannya antara lain adalah Undang – undang Nomor
32 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 tentang Desa, khususnya mulai dari Pasal 29 sampai dengan Pasal 43, dan
untuk menindaklanjuti Regulasi tersebut diatas maka harus Disusun Peraturan Daerah
baik Kabupaten maupun Kota agar supaya dalam pelaksanaannya di desa dapat
dioperasionalkan dengan lebih mudah dan tidak banyak mengalami kendala.
Sementara untuk implementasi di desa agar supaya tidak menimbulkan
permasalahan dikelak kemudian hari baik diinteren BPD sendiri maupun dengan pihak
diluarnya maka perlu disusun tata tertib BPD agar lebih jelas baik susunan organisasinya,
tata kerjanya maupun dalam hubungannya dengan pihak – pihak diluar BPD itu sendiri,
untuk itulah perlu kiranya dibuat rumusan – rumusan yang jelas.
ORGANISASI BPD
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa menyebutkan bahwa yang
yang dimaksud dengan Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
1. Kedudukan dan Keanggotaan
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
b. Anggota BPD sebagaimana dimaksud terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
c. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
2. Jumlah Anggota dan Pelatikan
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
39
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TATA KERJA
(Salah satu contoh Tata Tertib BPD)
Guna memperlancar kerja dan pembahasan dalam sidang – sidang BPD, BPD
membentuk koomisi – komisi :
1. Komisi BPD bertugas membahas, memusyawarahkan dan mengambil keisimpulan
mengenai soal – soal yang menjadi acara sidang
2. Dengan memperhatikan saran – saran dan pendapat anggota komisi yang
bersangkutan disusun laporan komisi dan setelah ditandatangani oleh ketua komisi
disampaikan kepada pimpinan BPD
3. Laporan komisi bersifat sementarayang akan dibahas lebih lanjut dalam rapat pleno
BPD
42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
43
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
h. Rapat Panitia Musyawarah dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua yang secara
langsung ditunjuk sebagai pimpinan panitia musyawarah dan diikuti oleh anggota
panitia musyawarah dengan dibantu oleh sekretaris BPD
1) Rapat Komisi dipimpin oleh ketua dan dihadiri oleh anggota komisi yang
bersangkutan
2) Komisi – komisi dapat mengadakan rapat gabungan komisi sesuai dengan
keputusan Panitia Musyawarah dan dipimpin oleh Wakil Ketua BPD atau salah
seorang Ketua Komisi dan dihadiri oleh anggota – anggota komisi yang
bersangkutan
3) Rapat Panitia Anggaran dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua sebagai
Pimpinan Panitia Anggaran dan dikuti oleh anggota Panitia Anggaran dengan
dibantu oleh Sekretaris BPD
i. Rapat Panitia Khusus dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua BPD sebagai Pimpinan
Panitia Khususdengan dibantu oleh Skretaris BPD
1) Rapat Kerja adalah rapat BPD dengan Pemerintah Desa atau lembaga –
lembaga lain yang ada di desa
2) Rapat dengar pendapat adalah rapat BPD dengan lembaga swasta
7. Persiapan Dan Persyaratan Rapat BPD
a. Udangan dan bahan – bahan untuk sidang pleno BPD harus sudah diterima oleh
anggota sebelum sidang dimulai
b. Bahan – bahan untuk rapat lainnya sudah disampaikan kepada para anggota
sebelum rapat yang bersangkutan dimulai
c. Sebelum rapat dimulai setiap anggota mennandatangi daftar hadir
d. Apabila daftar hadir telah ditandatangani oleh lebih dari separuh jumlah anggota
Pimpinan membuka rapat
e. Jika pada waktu yang telah ditetapkan untuk dimulainya rapat jumlah anggota yang
ditentukan belum tercapai, Pimpinan rapat menunda rapat paling lama 30 menit
f. Bila telah ditunda selama 30 menit belum juga tercapai jumlah yang ditentukan.
Pimpinan mebuka rapat
g. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan kuorum
h. Pelaksanaan rapat
1) Sesudah rapat dibuka sekretaris BPD membacakan surat surat masuk dan
masalah – masalah terkhir
2) Surat – surat masuk dan keluar dibacakan apabila dianggap perlu oleh rapat
3) Anggotaq berbicara setelah mendapat ijin dari ketua rapat ditempat yang
disediakan
46
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4) Putusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang
daftar hadirnya ditandatangani oleh lebih dari separoh jumlah anggota rapat.
Kecuali hal – hal khusus yang berkenaan dengan APBDes
c. Pengambilan Putusan Dengan Suara Terbanyak
1) Putusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila putusan berdasarkan
mufakat sudah tidak mungkin diusahakan lagi
2) Sebelum rapat mengambil putusan dengan suara terbanyak. Para anggota
diberi kesempatan untuk lebih dahulu mempelajari naskah atau rumusan
masalah yang bersangkutan
3) a) Penyampaian suara dilakukan oleh para anggota untuk menyatakan sikap
setuju menolak atau abstain dengan secara lisan, mengacungkan tangan,
berdiri, tertulis, pindah tempat, pemanggilan nama atau cara lain yang
disetujui rapat.
b) Pemungutan suara tentang orang dan atau masalah yang dianggap penting
oleh rapat dilakukan dengan rahasia atau tertulis
4) Pengambilan putusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila
a) Diambil dalam rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani oleh sekurang
– kurangnya dua pertiga jumlah anggota (kuorum)
b) Disetujui oleh lebih dari separo jumlah anggota yang hadir yang memenuhi
kuorum
5) Apabila dalam mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak suara yang
diperoleh sama maka usul/permasalahan dianggap ditolak. Atau dalam hal lain
ditangguhkan samapai rapat berikutnya
6) Apabila dalam rapat berikutnya itu suara yang diperolehtetap sama maka
usul/permasalahan ditolak
11. Ketentuan Khusus
Untuk menentukan APBDes baik yang dicapai dengan putusan secara mufakat
maupun putusan dengan putusan berdasarkan suara terbanyak maka
a. Sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah anggota harus telah menandatangani
daftar hadir.
b. Putusan diambil atas persetujuan sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir yang memenuhi kuorum
12. Proses Pembuatan Putusan
a. Dalam proses pembuatan putusan BPD selain pembahasan rancangan peraturan
desa dan APBDes dilakukan melalui dua tingkat
I. Pembahasan ditingkat Komisi BPD
II. Pembahasan ditingkat rapat Pleno BPD
49
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
50
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
51
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
52
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
I. TUJUAN
Untuk mendapatkan pemahaman sekaligus penghayatan terhadap rapat BPD,
sehingga dalam pelaksanaan nantinya di desa sudah ada gambaran kongkrit yang bisa
dipedomani oleh para peserta pelatihan selaku anggota BPD.
II. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dalam simulasi rapat BPD, yaitu :
1. mendapatkan pengalaman langsung dalam proses rapat BPD;
2. diperolehnya ketrampilan dalam meningkatkan kemampuan individu;
3. saling memberikan umpan balik antara peserta dalam pelaksanaan rapat BPD;
4. mengetahui kelebihan/kekurangan kemampuan diri peserta masing-masing dalam
pelaksanaan rapat BPD
PENGAMATAN
PENGAMATAN
53
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
A. Peran BPD
1. Memimpin rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Ketua BPD memberi kesempatan pada Camat untuk menyampaikan sambutan
pengarahan pada forum rapat rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Ketua BPD memberi kesempatan kepada Wakil Ketua BPD dan Komisi A
(Pemerintahan), Komisi B (Pembangunan) dan Komisi C (...........) untuk
menyampaikan pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
4. Ketua BPD memberi kesempatan pada Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala
Urusan Pembangunan dan Kepala Urusan Keuangan untuk menyampaikan saran
masukan klarifikasi terhadap rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa meliputi
garis besar struktur APBDesa;
5. Ketua BPD memberi kesempatan kepada pemantau (Kepala Dusun, Pengurus
RW/RT, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK, dan lain-lain) untuk menanyakan
substansi materi rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang dipandang perlu
penyempurnaan dan struktur APBDesa sesuai sistem pengelolaan keuangan desa
yang baru;
6. Ketua BPD memberi kesempatan pada Kepala Desa untuk memberikan klarifikasi
dan jawaban atas pertanyaan saran masukan untuk penyempurnaan rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa.
B. Peran Camat
1. Menyampaikan sambutan pengarahan dalam forum rapat paripurna rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Memberikan garis besar arahan dan meluruskan proses simulasi agar lebih fokus
terhadap pokok bahasan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Mengikuti proses simulasi rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dengan
menyaksikan penandatanganan Berita Acara dan penetapan Peraturan Desa
tentang APBDesa;
C. Peran Komisi A Bidang Pemerintahaan BPD
1. Mengikuti dengan cermat proses rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa;
2. Menyampaikan pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa,
secara garis besar bahwa :
a. Dengan berakhirnya pelaksanaan APBDesa Tahun 20… maka perlu menetapkan
perhitungan APBDesa Tahun 20… sesuai struktur APBDesa dengan mengacu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 atau peraturan daerah
yang mengatur tentang pengelolaan keuangan desa.
54
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Perhitungan
2 BELANJA
2.1 Belanja Langsung
2.2 Belanja Tidak Langsung
JUMLAH BELANJA
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
JUMLAH PEMBIAYAAN
55
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Termin II
a. Menanggapi pertanyaan peserta rapat paripurna rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa dari unsur Kepala Dusun, Tim Penggerak PKK, Ketua RW/RT,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemangku adat, guru dan anggota DPRD
kabupaten yang berdomisili di desa.
b. Menanggapi pertanyaan pemerintah kabupaten yang mengikuti proses rapat
paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
H. Peran Sekretaris BPD
1. Sebagai notulen rapat paripurna;
2. Mencatat metode tanya jawab dan tanggapan kepala desa terhadap rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Membacakan hasil rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
4. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDes;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa.
I. Peran Sekretaris Desa
1. Mencatat proses kegiatan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
c. Keputusan Kepala Desa tentang Penjelasan Pelaksanaan Teknik Pengelolaan
Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa dan Bendahara Desa;
d. Mengirim kepada Bupati penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
e. Mendokumentasikan dalam Buku Kegiatan BPD.
56
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
Memperhatikan : Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ tanggal 22 Maret 2005
tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada Pemerintah Desa
57
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
A. Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Desa adalah ......................;
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa;
3. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa;
4. Kepala Desa adalah Kepala Desa ......................;
5. Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa ................;
6. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana yang dialokasikan oleh
Pemerintah Kabupaten ............ untuk desa-desa di Kabupaten ....... yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten .................
BAB II
PENDAPATAN
B. Pasal 2
.................... pendapatan ...................... terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Desa;
2. Bagi Hasil;
3. Bagi Hasil Retribusi;
4. Bagian.
BAB III
BELANJA
C. Pasal 3
Anggaran Belanja Desa ..................... terdiri dari :
1. Belanja langsung;
2. Belanja tidak langsung.
58
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB IV
PEMBIAYAAN
D. Pasal 4
Anggaran pembiayaan ..................... terdiri dari :
1. Penerimaan pembiayaan;
2. Pengeluaran pembiayaan.
E. Pasal 5
Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ..................... Tahun 20... adalah sebesar Rp.
...................... (terbilang .........................) dengan perincian :
a. Anggaran Pendapatan Rp. .....................
b. Anggaran Belanja
1. Belanja langsung Rp. .....................
2. Belanja tidak langsung Rp. .....................
Rp. .....................
Surplus Rp. .....................
c. Anggaran Pembiayaan
1. Penerimaan pembiayaan Rp. .....................
2. Pengeluaran pembiayaan Rp. .....................
Pembiayaan netto Rp. .....................
3. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun Rp. .....................
sebelumnya
F. Pasal 6
1) Rincian lebih lanjut mengenai anggaran penerimaan adalah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I;
2) Rincian lebih lanjut mengenai anggaran pembiayaan adalah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
G. Pasal 7
Rincian-rincian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dari Peraturan Desa ini.
59
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB V
PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
KEPALA DESA
........................
(NAMA JELAS)
Diundangkan di ................
pada tanggal ................. 20...
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ................
SETDA
(NAMA JELAS)
60
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa)
I. UMUM
....................................................................................................…
.......................................................................................................
...................................................................................................….
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1) yang dimaksud dengan ... adalah ...
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal ...dst
61
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1 2 3 4
1. 1.
2. 2.
62
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KETUA BPD
( …………………..)
63
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BERITA ACARA
RAPAT PARIPURNA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TANGGAL …………. 20…
Pada hari …….. tanggal ……… bulan ………. 20… telah dilaksanakan Rapat
Paripurna mulai jam 08.00 WIB s.d 22.30 WIB dengan agenda acara :
Persetujuan Rancangan Peraturan Desa tentang Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….
Rapat Paripurna ini dihadiri oleh :
1. Camat;
2. 11 orang anggota BPD;
3. Kepala desa;
4. Sekretaris desa;
5. Kepala urusan pemerintahan;
6. Kepala urusan pembangunan;
7. Kepala urusan kesejahteraan rakyat;
8. Kepala dusun;
9. Ketua RW;
10. Ketua RT;
11. Ketua tim penggerak PKK;
12. Tokoh masyarakat.
(daftar hadir terlampir)
Pimpinan rapat
………….. (Ketua BPD) .
Setelah menerima penjelasan dari Kepala Desa …….. dalam hal Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa Tahun 20…, maka dalam rapat paripurna ini melalui proses
sambutan pimpinan BPD, Kepala Desa, Camat, tanya jawab dengan argumentasi dengan
adanya saran masukan, pendapat dan harapan yang berhubungan dengan Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa Tahun 20…. Perbedaan pendapat dan pandangan
diantara anggota BPD ini sempat ada beberapa format yang direvisi untuk
penyempurnaan yang akhirnya musyawarah mufakat diperoleh komitmen secara
aklamasi, bahwa Badan Permusyawaratan Desa …….. menyetujui Rancangan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….
( ………………….. )
64
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
D
KEPENTINGAN MASYARAKAT
E
M
O
K
BPD R
KEPALA DESA
Pembahasan A
Mengusulkan
S
Rancangan Perdes
I
P
A
Rapat pembahasan N
dihadiri sekurang- C
RANCANGAN kurangnya 2/3 dari A
jumlah anggota S
I
L
A
Keputusan Kepala Desa PERATURAN DESA
Pelaksanaan Perdes Ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah disetujui
BPD.
Ditandatangani oleh
Kepala Desa.
65
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
SUSUNAN ACARA
RAPAT PARIPURNA RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA
Catatan :
Susunan Acara Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disesuaikan
dengan Peraturan Daerah tentang :
1. Tata tertib BPD;
2. Peraturan Desa;
3. APBDesa.
66
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG PENUNJUKAN PELAKSANA
TEKNIS PENGELOLA KEUANGAN DESA, PEMEGANG KAS DESA
DAN BENDAHARA DESA ............ TAHUN ANGGARAN 20....
PERTAMA : Menunjuk mereka yang namanya tercantum pada kolom 2 dalam
Lampiran Keputusan ini dengan jabatan pada kolom 3 dan kedudukan
pada kolom 4.
KEDUA : Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa
dan Bendahara Desa ......... bekerja dibawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Desa.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya apabila ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapannya.
KEPALA DESA
........................
( NAMA JELAS )
68
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
( NAMA JELAS )
69
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI
MASYARAKAT
70
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
V. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa memberikan ruang
gerak yang semakin luas bagi Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa) untuk mengurus dan mengakomodir kebutuhan masyarakat
desa. Otoritas desa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005, bahwa desa mempunyai kewenangan sebagaimanan kewenangan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa.
Kewenangan desa dimiliki oleh desa antar lain tercermin pada tugas dan
wewenang Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 yaitu memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama
BPD; mengajukan rancangan peraturan desa; menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD; menyusun dan mengajukan rancangan peraturan
desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; membina
kehidupan masyarakat desa; membina perekonomian desa; mengkoordinasikan
pembangunan desa secara partisipatif; mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan
dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Demikian pula kewenangan desa yang tercermian pada Fungsi
Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana disebutkan pada Pasal 34 yaitu menetapkan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Kewenangan lembaga Pemerintahan Desa yang menyangkut hajat hidup
kepentingan dan kebutuhan masyarakat dalam pelaksanaan perlu mendapatkan legitimasi
atau dukungan masyarakat secara luas. Bentuk dukungan masyarakat yang sangat
sederhana namun cukup mencerminkan nilai-nilai demokrasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
VI. PENGERTIAN
Aspirasi masyarakat adalah harapan, kebutuhan dan pendapat rakyat yang
berkenaan dengan penyelenggaran pemerintahan desa, pembangunan dan
pelayanan umum.
Menjaring aspirasi masyarakat adalah sebuah proses pengumpulan sejumlah
informasi yang diperlukan sebagai data awal pendukung perumusan sebuah kebijakan yang
71
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
melibatkan masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam proses penjaringan aspirasi adalah
masyarakat yang nantinya akan menjadi pengguna sekaligus obyek dari sebuah kebijakan.
Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan BPD sebagai masukan dalam
penyusunan peraturan desa yang menyangkut kepentingan orang banyak.
KAPAN PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT DILAKUKAN
• Pada saat sebelum dilakukan penyusunan dan pembahasan peraturan desa
• Sebelum membahas kegiatan-kegiatan yang mengharuskan adanya partisipasi warga
• Dilakukan secara rutin pada saat anggota bertemu dengan kontituenya.
VII. PRINSIP-PRINSIP
Penjaringan aspirasi masyarakat dalam rangka proses pembuatan sebuah
kebijakan di tingkat desa harus mengandung prinsip-prinsip :
1. Keterlibatan masyarakat
Dalam proses pembuatan kebijakan harus melibatkan masyarakat desa secara
luas. Yaitu anggota masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung tidak
hanya memiliki kepentingan dan tersentuh dengan kebijakan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar sebuah kebijakan ketika diundangkan dan diterapkan selain
mendapatkan legitimasi dan dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat juga telah
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2. Transparasi (keterbukaan)
Sebelum penyerapan aspirasi masyarakat dilakukan, Pemerintah desa maupun
BPD melakukan pertemuan dengan masyarakat luas tentang rencana adanya
kebijakan. Masyarakat diundang untuk hadir dengan agenda pertemuan
sosialisasi adanya rencana kebijakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat
mengetahui apa yang menjadi tujuan, sasaran, proses, out put, bahkan kapan
pelaksanaan kebijakan tersebut dilakukan. Oleh karena itu sosialisasi kepada
masyarakat pada forum-forum pertemuan perlu dilakukan.
3. Akuntabilitas
Segala produk hukum di desa baik peraturan desa maupun keputusan desa
yang dilakukan melalui proses penjaringan aspirasi harus dapat
dipertanggungjawabkan dampak dan manfaatnya kepada masyarakat, oleh
sebab itu hasil dari penjaringan aspirasi bukan hanya sekedar data dari
masyarakat, namun yang lebih penting adalah data tersebut menjadi materi
dalam subtansi sebuah kebijakan.
72
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Koordinasi
Pengelolaan aspirasi masyarakat harus beker jasama atau melibatakan
lembaga yang ada di Desa Sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
5. Azas Keadilan
Aspirasi Masyarakat harus mengedepankan keadilan dan berimbang dengan
memperhatikan laporan, baik yang Disampaikan oleh pelapor maupun terhadap
pelapor.
6. Rahasia
Aspirasi Masyarakata yang Disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung dilaksanakan dengan memperhatikan kerahasiaan atas masalah yang
Disampaikan oleh pelapor dan khusu yang disapaikan secara tertulis harus
dijaga kerahasiaan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
73
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Tujuan
a. Mengembangkan informasi, membuat konsensus, Klarifikasi Informasi
b. Mengumpulkan pendapat-pendapat yang berbeda tentang suatu isu,
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan isu tertentu.
- Guide lines berupa pertanyaan terbuka, agar peserta diskusi terangsang
mengeluarkan pendapat.
- Guide lines harus singkat
- Hindari pertanyaan yang jawabannya “ ya” atau “tidak”
3. Sketsa desa
Sketsa desa adalah gambaran desa secara umum mengenai keadaan sumber
daya fisik (alam maupun buatan). Sebagai teknik panggalian kebuituhan
masyarakat, sktsa desa adalah alat untuk menggali masalah-masalah yang
berhubungan dengan keadaan sumber daya pembangunan dan potensi yang
tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.
Tujuan
a. Menyadari akan jenis, jumlah dan mutu simber daya desa
b. Menyadari cara, pola dan tingkat pemanfaatan sumber daya tersebut
c. Dapat menggali masalah yang sesuai dengan keadaan desa
d. dapat menggali potensi desa untuk memecahkan masalah
e. Menyamakan persepsi tentang masalah yang tidak dihadapi bersama di desa
4. Analisis K3H
Analisis K3H (kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan) menekankan
pada faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat baik yang berada
internal maupun eksternal dari suatu masyarakat. Kekuatan dan kesempatan
adalah faktor yang mendorong, sedangkan kelemahan dan hambatan adalah
faktor yanh menghambat. Kekuatan dan kelemahan ada di internal masyarakat,
sedang kesempatan dan hambatan ada di eksternal masyarakat. Dalam
analisis ini ikut diperhitungkan banyak aspek antara lain sosio kultural, politik,
ekonomi, lingkungan, teknik.
Tujuan
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk dioptimalkan
b. mengidentifikasi kelemahan dan hambatan untuk dapat ditanggulangi
74
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
75
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
tentang pembagian
pengairan lahan
pertanian.
77
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TEKNIK PENYUSUNAN
PERATURAN DESA,
PERATURAN KEPALA DESA DAN
KEPUTUSAN BPD
78
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
I. LATAR BELAKANG
Salah satu tuntutan aspirasi masyarakat yang berkembang dalam era reformasi
sekarang ini adalah reformasi hukum menuju terwujudnya supremasi sistem hukum di
bawah sistem konstitusi yang berfungsi sebagai acuan dasar yang efektif dalam proses
penyelenggaraan negara dan kehidupan nasional sehari-hari. Dalam upaya mewujudkan
sistem hukum yang efektif itu, penataan kembali kelembagaan hukum, didukung oleh
kualitas sumberdaya manusia dan kultur dan kesadaran hukum masyarakat yang terus
meningkat, seiring dengan pembaruan materi hukum yang terstruktur secara harmonis,
dan terus menerus diperbarui sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan. Dalam
upaya pembaruan hukum tersebut, penataan kembali susunan hirarkis peraturan
perundang-undangan dengan menata kembali sumber tertib hukum dan tata-urut
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan bagi upaya memantapkan
sistem perundang-undangan di masa depan.
Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat
dalam rangka membangun hukum nasional yang hanya dapat diwujudkan apabila
didukung cara dan metoda yang pasti, baku dan standart. Berkaitan dengan penyusunan
tata naskah peraturan perundang-undangan, Pemerintah telah menetapkan standarisasi
pembentukan berbagai peraturan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan desa yang berhak mengatur dan mengurus sendiri sebagai upaya
terwujudnya kepastian pemerintahan yang kapabel dan kredibel, landasan hukum yang
digunakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam pasal 209 menentukan dengan
tegas bhwa BPD berfngsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa. Setelah
berlakuknya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menggantikan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 memamng tidak dinyatakan secara tegas keberadaan peraturan
desa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi BPD untuk menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa karena memperoleh landasan hukum Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa khususnya Pasal 55 s/d 60 yang berkaitan dengan penyusunan Peraturan
Desa dalam Pemerintahan Desa termasuk ketentuan (Pasal 73) yang mengatur
pengelolaan keuangan Desa, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan penetapan
kebijakan Pemerintah Desa harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan baik
79
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
subtansi maupun tata naskah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
Peraturan Desa Adapun pengaturan pembentukan peraturan perundang-undangan
dimaksud meliputi sistem, asas, jenis dan materi muatan yang dilakukan sejak persiapan
pembahasan dan pengesahan serta penyebarluasan maupun partisipasi masyarakat.
80
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
81
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Penetapan sebutan untuk Desa, Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Badan
Permusyawaratan Desa;
Penetapan Keberadaan Lembaga Adat dan Lembaga Kemasyarakatan di Desa;
Penetapan susunan Organisasi Pemerintahan Desa;
Pembentukan Panitia Pencalonan dan pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan
Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, dan cara pemilihan
anggota Badan Permusyawaratan Desa;
Penetapan Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa;
Pembentukan Panitia Pencalonan dan Pemilihan Perangkat Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Perangkat Desa;
Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Perangkat Desa;
Penetapan Jumlah Perangkat Desa;
Pembentukan Susunan Panitia Pencalonan dna Pemilihan Kepala Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa;
Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
Jenis Besarnya Penghasilan, Tunjangan, dan Penghasilan Tambahan Kepala Desa
dan Perangkat Desa;
Pemberian Penghargaan kepada mantan Kepala Desa dan Perangkat Desa;
Penetapan Pengelolaan dan Pengaturan Pelimpahan/ Pengalihan fungsi Sumber-
sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa;
Ketentuan Jenis-jenis Pungutan Desa;
Pendirian Badan Usaha Milik Desa;
Pendirian Badan Kerjasama Desa;
Penetapan Rencana Umum Pembangunan Desa;
Aturan-aturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Mengenai Pemerintahan Desa;
Peraturan Desa lainnya sesuai dengan masalah yang berkembang di Desa.
82
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun lisan terhadap
Rancangan Peraturan Desa pada tahap penyiapan/ pembahasan rancangan
peraturan desa. Mekanisme penyampaian masukan dari masyarakat untuk
penyiapan/pembahasan rancangan Peraturan Desa diatur lebih lanjut dalam
peraturan daerah kabupaten/kota.
c. Masukan secara tertulis maupun lisan dari masyarakat dapat dilakukan dalam proses
penyusunan Rancangan Peraturan Desa.
d. Rancangan peraturan desa sebelum ditetapkan disosialisasikan kepada masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
e. Mekanisme penggunaan hak diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
2. Pembahasan
a. Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
b. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa, dapat ditarik
kembali sebelum dibahas bersama BPD.
c. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
pungutan, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum
ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Evaluasi meliputi tata naskah penyusunan,
persyaratan material maupun arah kebijakan Pemerintah Daerah dalam kaitannya
dengan aspirasi masyarakat serta terkait dengan pedoman dan pengelolaan
keuangan desa, pembinaan dan pengawasan dikoordinasikan oleh Bupati guna
pertanggungjawaban alokasi dana yang masuk desa.
d. Hasil evaluasi rancangan Peraturan disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada
Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Desa
tersebut diterima.
e. Apabila Bupati/Walikota belum memberikan hasil evaluasi Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
menjadi Peraturan Desa.
f. Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa didelegasikan kepada Camat.
83
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. Dengan demikian
proses penetapan dimaksud, dilakukan melalui :
a. Rancangan Peraturan Desa dapat diajukan oleh Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa;
b. Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada para anggota Badan
Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari atau tiga kali 24 jam
sebelum Rapat Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan untuk menetapkan
Peraturan Desa;
c. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Desa, Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa dapat menghadirkan lembaga kemasyarakatan di Desa atau
pihak-pihak terkait untuk memberikan masukan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan materi Peraturan Desa tersebut;
d. Dalam rangka menetapkan Peraturan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa, dan dianggap tidak sah apabila
jumlah anggota Badan Permusyawaratan yang hadir kurang dari ketentuan tersebut;
e. Apabila rapat Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan tidak sah, maka Kepala
Desa dan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa menentukan waktu untuk
mengadakan rapat berikutnya;
f. Rapat Badan Permusyawaratan Desa dalam penetapan Peraturan Desa dapat
dihadiri oleh lembaga kemasyarakatan dan pihak-pihak terkait sebagai peninjau;
g. Pengambilan Peraturan dalam penetapan Peraturan Desa dilaksanakan melalui
musyawarah;
h. Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapat kesepakatan yang bulat, dapat
diambil secara voting berdasarkan suara terbanyak;
i. Persetujuan pengesahan terhadap rancangan peraturan desa menjadi peraturan
desa dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan Permusyawaratan Desa;
j. Peraturan Desa yang telah mendapatkan persetujuan Badan Permusyawaratan
Desa ditetapkan dan ditandatangani oleh Kepala Desa dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa;
k. Peraturan Desa yang telah ditetapkan tidak lagi memerlukan pengesahan dari Bupati
tetapi wajib melaporkan kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pembinaan
dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
2. Penyebarluasan
84
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
86
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TATA CARA PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
c. Jenis Keputusan Kepala Desa
KEPUTUSAN KEPALA DESA ……………………….
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA HARI ULANG TAHUN RI KE 68
B. Pembukaan
1. Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Frasa “Dengan persetujuan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa”.
f. Memutuskan;
g. Menetapkan.
2. Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
a. Frasa " Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Peraturan Kepala Desa.
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan.
3. Pembukaan pada Keputusan Kepala Desa terdiri dari:
a. Frasa "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Keputusan Kepala Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum; dan
e. Memutuskan;
PENJELASAN :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
Kata frasa yang berbunyi “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan
kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya
huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
b. JABATAN
87
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Konsiderans
Konsiderans harus diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian singkat mengenai
pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta landasan yuridis
dibentuknya Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran
dirumuskan pengertian, dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c, dst. dan
diakhiri dengan tanda titik koma (;).
Contoh :
Menimbang a. ........………....................................................…;
: b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
d. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat dasar hukum bagi
pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan
materi yang akan diatur.
2. Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu :
a) Landasan yuridis kewenangan membuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa; dan
b) Landasan yuridis materi yang diatur.
3. Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-undangan
yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.
4. Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkii peraturan perundang-
undangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama tingkatannya,
maka dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan
perundang-undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan
berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.
88
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara, Tambahan Lembaran
Negara, Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).
6. Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka tiap dasar hukum
diawali dengan angka arab 1, 2, 3 dst dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
89
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh:
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor … Tahun … tentang … (Lembaran Negara
Tahun ….. Nomor …, Tambahan Lembaran Negara Nomor ….);
2. Peraturan Pemerintah Nomor … Tahun … tentang ……………..
(Lembaran Negara Tahun ….. Nomor …, Tambahan Lembaran Negara
Nomor ….);
3. Peraturan Presiden Nomor … Tahun … tentang ……....;
4. Peraturan Menteri ............. Nomor … Tahun …. tentang ............;
5. Peraturan Daerah ….. Nomor … Tahun … tentang ….. (Lembaran
Daerah Tahun …. Nomor …, Tambahan Lembaran Daerah Nomor ....);
90
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Penulisan kembali nama Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang
bersangkutan dilakukan sesudah kata “Menetapkan”, dan cara penulisannya
adalah :
Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam judul;
Nama tersebut diatas, didahului dengan jenis peraturan yang bersangkutan;
Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik (.).
Pada Peraturan Desa sebelum kata “MEMUTUSKAN” dicantumkan frasa :
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA
Catatan :
a) Jenis Peraturan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA
MILIK DESA.
Catatan :
Contoh pembukaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa secara keseluruhan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Peraturan Desa
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ……………………..,
Menimbang a. ........………....................................................…;
: b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
Mengingat 1. ……………...................................….;
: 2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….dst;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
91
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dan
KEPALA DESA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.
92
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Mengingat 1. ……………...................................….;
: 2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….; dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA ……… TENTANG TATA CARA
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.
Mengingat : ……………………………………………;
……………………………………………;
………………………………………..dst;
C. Batang Tubuh
Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal-pasal dan diktum-
diktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur (Regelling), sedangkan jenis Peraturan
Kepala Desa yang bersifat penetapan (Beschikking), batang tubuhnya dirumuskan
dalam diktum-diktum.
Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
1. Batang Tubuh Peraturan Desa :
a) Peraturan Desa, pengelompokan batang tubuhnya terdiri atas :
1) Ketentuan Umum;
2) Materi yang diatur;
3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan
4) Ketentuan Penutup.
93
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
94
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh :
Pasal 5
5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor urut
dengan angka arab diantara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu
ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu kalimat.
Contoh :
Pasal 21
(1) ......................................................................................
(2) …….……….................................................................
(3) ……………….............................................................
Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka disamping dirumuskan
dalam bentuk kalimat yang biasa, dapat pula dipertimbangkan penggunaan
dalam bentuk tabulasi.
Contoh :
Pasal ……
Kartu tanda iuran pedagang sekurang-kurangnya harus memuat nama
pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, alamat pedagang.
Isi pasal ini dapat lebih mudah dipahami dan jika dirumuskan sebagai berikut :
Kartu tanda iuran sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama pedagang;
b. Jenis dagangan;
c. Besarnya iuran; dan
d. Alamat pedagang.
Dalam membuat rumusan pasal atau ayat dengan tabulasi, hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian kesatuan dengan
kalimat pembuka;
b. Setiap rincian diawali dengan huruf abjad kecil;
c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;);
d. Jika suatu rincian dibagi lagi kedalam unsur-unsur yang lebih kecil, maka
unsur yang lebih kecil dituliskan agak kedalam;
e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi tanda baca titik dua (:);
f. Pembagian rincian hendaknya tidak melebihi empat tingkat. Jika rincian lebih
dari empat tingkat, maka perlu dipertimbangkan pemecahan pasal yang
bersangkutan ke dalam beberapa pasal.
95
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian yang kumulatif,
maka perlu ditambahkan kata “dan” di belakang rincian kedua dari belakang.
Contoh :
a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan seterusnya.
(3) ……………………………………………… :
a. ………………………………….; dan
b. ……………………………
b. Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka perincian itu
ditandai dengan angka 1, 2, dan seterusnya.
(4) ………………………………………………..:
a. …………………………………..;
b. ……………………………………; dan
c. …………………………….:
1. ………………………………………;
2. ………………………………….; dan
3. …………………………… :
a) ……………………………………..;
b) ………………………………..; dan
c) …………………………..:
1) …………………………………;
2) ……………………………; dan
3) ………………………………
BAB II
(Judul Bab)
Pasal …
(Isi pasal)
BAB III
(Judul Bab)
Bagian Pertama
(Judul Bagian)
Paragraf
(Judul paragraf)
Pasal …..
(1) (Isi ayat)
(2) (Isi ayat ) :
Perincian ayat :
a. ……………………
b. ……………………. :
1. Isi sub ayat.
2. …………………
3. …………………..
96
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
97
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas mengenai
akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum peraturan baru itu
berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru berlaku, maka semua peraturan
lama beserta akibat-akibatnya menjadi tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan
tanpa memperhitungkan keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul
kekacauan hukum, ketidakpastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap peraturan lama
atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan.
Dengan demikian Ketentuan Peralihan berfungsi :
1) Menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum (Rechtsvacuum)
2) Menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid)
3) Perlindungan hukum (Rechtsbescherming), bagi rakyat atau kelompok
tertentu atau orang tertentu.
Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupakan “penyimpangan” terhadap
peraturan baru itu sendiri. Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari
(Necessery evil) dalam rangka mencapai atau mempertahankan tujuan hukum
secara keseluruhan (ketertiban, keamanan dan keadilan).
Penyimpangan ini bersifat sementara, karena itu dalam rumusan Ketentuan
Peralihan harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhiri masa
peralihan tersebut. Keadaan atau syarat tersebut dapat berupa pembuatan
98
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
99
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
100
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
101
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
102
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Desa yang diubah dan urutan perubahan-
perubahan tersebut hendaknya ditandai dengan huruf besar A, B, C dan seterusnya.
b) Pasal II memuat ketentuan mengenai mulai berlakunya Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa, Keputusan Kepala Desa perubahan tersebut.
g. Apabila Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa sudah
mengalami perubahan berulang kali, sebaiknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa atau Keputusan Kepala Desa tersebut dicabut dan diganti Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang baru.
h. Apabila pembuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala
Desa berniat mengubah secara besar-besaran demi kepentingan pemakai, lebih baik
apabila dibentuk Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
yang baru.
i. Cara-cara merumuskan perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa (dalam Pasal I) sebagai berikut :
1) Apabila suatu Bab, Bagian, Pasal atau ayat akan dihapuskan, angka satu nomor
pasal itu hendaknya tetap dituliskan tetapi tanpa isi, hanya dituliskan “dihapuskan”.
Contoh :
BAB V Pasal 15 dihapuskan.
2) Apabila diantara dua pasal akan disisipkan suatu pasal baru yang tidak merupakan
suatu penggantian dari suatu pasal yang telah dihapuskan itu, maka pasal baru itu
tidak boleh ditempatkan pada tempat pasal yang dihapuskan. Dalam penulisannya
pasal baru itu ditempatkan diantara kedua pasal tersebut dan diberi nomor sesuai
dengan pasal yang terdahulu dan ditambahkan dengan huruf A (kapital).
Contoh :
Apabila diantara Pasal 14 dan Pasal 15 akan disisipkan pasal baru, maka pasal baru
itu dituliskan dengan “Pasal 14A”.
3) Apabila diantara dua ayat akan disisipkan ayat baru, maka ayat baru itu tersebut
ditempatkan diantara kedua ayat yang ada dan diberi nomor sesuai dengan ayat
yang terdahulu dengan menambahkan huruf a.
Contoh :
Apabila diantara ayat (1) dan ayat (2) akan disisipkan ayat baru, maka diletakkan
diantara ayat (1) dan ayat (2) dan dituliskan “ayat (1a)”.
4) Apabila suatu perubahan mengenai peristilahan yang mempunyai kesatuan makna,
maka perubahannya diusahakan agar tidak menimbulkan suatu pengertian baru.
Contoh :
103
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika istilah “wilayah Dusun Samin” akan diubah menjadi “wilayah Dusun Saman”,
maka janganlah hanya mengubah perkataan “Samin” menjadi “Saman”, tetapi
seyogyanya perubahan tersebut dilakukan sebagai berikut : “wilayah Dusun Samin”
diganti dengan “wilayah Dusun Saman”.
104
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
juga dilakukan oleh Pejabat yang berwenang membentuknya dan dengan peraturan
yang sejenis.
105
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika terdapat warga Desa yang tidak melaksanakan Siskamling, maka ...............
4. Pemakaian kata “Apabila”.
Untuk menyatakan atau menunjukkan uraian atau penegasan waktu
terjadinya sesuatu, sebaiknya menggunakan kata “apabila” atau “bila”.
Contoh ;
Salah satu warga Desa dapat tidak melaksanakan tugas Siskamling,
apabila sakit.
5. Pemakaian kata “dan”, “atau”, “dan atau”.
a. Untuk menyatakan sifat yang kumulatif, digunakan kata “dan”.
Contoh :
A dan B wajib memberikan .................
b. Untuk menyatakan sifat alternatif atau eksklusif digunakan kata “atau”.
Contoh :
A atau B wajib memberikan .....................
c. Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun kumulatif, digunakan frasa “dan atau”.
Contoh :
A dan atau B dapat memperoleh ................................
6. Untuk menyatakan istilah hak, digunakan kata “berhak”.
Contoh :
Setiap warga Desa Tribuana yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun berhak
untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
7. Untuk menyatakan kewenangan, digunakan kata “dapat” atau kata “boleh”.
Kata “dapat” merupakan kewenangan yang melekat pada seseorang, sedangkan
kata “boleh” tidak melekat pada diri seseorang. Untuk menyatakan istilah kewajiban,
digunakan kata “wajib”.
Contoh :
a. Kepala Desa dapat memberikan dispensasi bagi warga yang sedang mengalami
musibah.
b. Setiap warga Desa wajib membayar iuran keamanan.
8. Untuk menyatakan istilah sekedar kondisi atau persyaratan, digunakan kata “harus”.
Contoh :
Untuk menduduki suatu jabatan Kepala Urusan Keuangan, seorang calon Kepala
Urusan Keuangan harus terlebih dahulu mengikuti kursus Bendaharawan.
9. Untuk menyangkal suatu kewajiban atau kondisi yang diwajibkan, digunakan frasa
“tidak diwajibkan” atau “tidak wajib”.
Contoh :
107
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Warga Desa yang belum berumur 17 tahun dan belum kawin, tidak diwajibkan
untuk mengikuti pemilihan Kepala Dusun.
C. Teknik Pengacuan
1. Untuk mengacu pasal lain, digunakan frasa “sebagaimana dimaksud dalam”.
Sedangkan untuk mengacu ayat lain, digunakan frasa “sebagaimana dimaksud pada”.
Contoh :
................. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ...................
................. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ........................
Jika mengacu ke peraturan lain, pengacuan dengan urutan pasal, ayat dan judul
Peraturan Kepala Desa.
Contoh :
................. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Kepala Desa
Nomor .... Tahun ....... tentang Angaran Pendapatan dan Belanja Desa.
2. Pengacuan dilakukan dengan mencantumkan secara singkat materi pokok yang
diacu. Pengacuan hanya boleh dilakukan ke peraturan yang tingkatannya sama atau
lebih tinggi.
3. Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dari pasal atau ayat
yang diacu, dan hindarkan penggunaan frasa “pasal yang terdahulu” atau “pasal
tersebut di atas” atau “Pasal ini”.
Contoh :
Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3),
bertugas ......
Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diberlakukan seluruhnya,
maka istilah “tetap berlaku” dapat digunakan.
108
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Maksud dan tujuan dari sosialisasi kerangka aturan sebelum ditetapkan menjadi
Peraturan Desa antara lain sebagai berikut :
1. Masyarakat Desa mengetahui akan kedudukan dari Peraturan Desa yaitu bahwa
Peraturan Desa mempunyai kekuatan hukum yang sifatnya mengikat terhadap seluruh
kepentingan masyarakat desa.
2. Substansi akan materi yang diatur dalam Peraturan Desa agar diketahui oleh
masyarakat desa sehingga hal-hal yang sifatnya berupa pembebanan masyarakat dan
menyangkut pembebanan perekonomian desa diketahui oleh masyarakat.
3. Menjaring informasi yang berkembang di masyarakat berkaitan penyusunan Peraturan
Desa sehingga Peraturan Desa setelah masyarakat Desa merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab dalam hal pelaksanaannya.
Dalam hal pelaksanaan sosialisasi sebagai sasaran utama adalah masyarakat desa
setempat, sehingga media sosialisasi yang dapat digunakan adalah kelompok-kelompok
masyarakat atau organisasi organisasi kemasyarakatan yang ada di desa, seperti
kelompok pengajian, dasawisma, organisasi pemuda, dan lainnya sesuai kondisi sosial
budaya berkembang pada masyarakat tersebut. Pelaksanaan sosialisasi rancangan
Peraturan desa tidak harus dari unsur Pemerintahan Desa, akan tetapi bisa melibatkan
stakeholders lainnya yang ada di Desa. Hal ini mengingat rancangan Peraturan Desa bisa
disusun dan diusulkan dari pihak lain (kelompok masyarakat) sehingga Pemerintahan
Desa wajib menfasilitasi dalam pelaksanaan sosialisasi.
Hasil dari pelaksanaan sosialisasi merupakan rekomendasi untuk penyempurnaan
rancangan Peraturan Desa dan dibahas bersama dengan BPD, untuk penetapan
rancangan menjadi Peraturan Desa. Hal ini dimaksudkan agar Peraturan Desa setelah
ditetapkan akan benar-benar bermanfaat bagi kepentingan dari kebutuhan masyarakat
desa setempat.
109
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TUJUAN
SOSIALISASI
MATERI - Prasarana
SOSIALISASI - Waktu Pelaksanaan EVALUASI
- Biaya sosialisasi SOSIALISASI
METODE
SOSIALISASI Rekomendasi :
Bagi rapat
Pemerintah
Desa bersama
SASARAN dengan
SOSIALISASI Peraturan Desa
110
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAGAN PROSES
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
D
KEPENTINGAN MASYARAKAT E
M
O
K
R
A
S
KEPALA DESA BPD I
Mengusulkan
Rancangan Perdes Mengusulkan Rancangan P
Perdes A
N
C
A
Pembahasan S
Rancangan I
L
Rapat pembahasan A
dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 dari
RANCANGAN jumlah anggota
PERDES
Peraturan Kepala Desa
Pelaksanaan Perdes Ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah disetujui BPD.
Ditandatangani oleh Kepala
Desa.
111
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. PERATURAN DESA
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor ... Tahun ... tentang ... (Lembaran Negara
Tahun ... Nomor ..., Tambahan Lembaran Negara Nomor ...);
2. …;
3. ...;
4. ...;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK
DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
H. Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
7. Daerah adalah ...;
112
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 3
.........................................................................................................................................................
.........................................................................
Pasal 4
.........................................................................................................................................................
.........................................................................
BAB III
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Pasal 5
.................................................................................................................
Pasal 6
(1) ...........................................................................................................
(2) ...........................................................................................................
BAB IV
.................................................................................................................
Pasal 7
(1) ...........................................................................................................
(2) ...........................................................................................................
BAB V
113
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
.................................................................................................................
114
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 8
(1) ...........................................................................................................
(2) ...........................................................................................................
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
.................................................................................................................
Pasal 10
(NAMA)
(tanda tangan)
(NAMA)
115
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
III. UMUM
....................................................................................................…
.......................................................................................................
...................................................................................................….
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1) yang dimaksud dengan ... adalah ...
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal ...dst
116
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA … (Nama Desa) TENTANG PENDIRIAN
BADAN USAHA MILIK DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
I. Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah ...
2. Pemerintah Daerah adalah ...
3. Kepala Desa adalah ...
BAB II
Pasal ...
.................................................................................................................
Pasal ...
.................................................................................................................
.................................................................................................................
117
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB III
...
Pasal ...
.................................................................................................................
Pasal ...
.................................................................................................................
BAB ...
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...
.................................................................................................................
Pasal ...
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama jelas)
118
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Mengangkat Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik
Desa dengan susunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.
KEDUA : Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik Desa
mempunyai tugas :
a. ... ;
b. … ;
c. ... dst;
KETIGA : Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengawas dan Badan Pengurus
Badan Usaha Milik Desa bertanggungjawab kepada ... …………………..
KEEMPAT : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini,
dibebankan kepada anggaran ...
KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(NAMA)
119
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM ...
---------------------------
120
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TENTANG ...
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA …. TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
DESA …. NOMOR ... TAHUN ... TENTANG ...
Pasal 1
Peraturan Desa… Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c. Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 8
(1) ... ;
(2) ...
121
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 14 A
...
Pasal 15
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama Jelas)
122
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst;
Pasal 1
Mencabut Peraturan Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... Tentang ...
Pasal 2
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama Jelas)
123
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
124
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TENTANG ...
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst;
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Peraturan Kepala Desa … Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c. Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 8
(1) .....................................................................................................
125
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru yang berbunyi
sebagai berikut :
126
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 14 A
...
Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama Jelas)
127
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TENTANG ...
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. ...;
4. ...;
5. …. dst.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA ..…. TENTANG PENCABUTAN
PERATURAN KEPALA DESA .…... NOMOR ..... TAHUN ….. TENTANG
...
Pasal 1
Mencabut Keputusan Kepala Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... tentang ...
Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama Jelas)
128
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
PERSETUJUAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ………. Nomor ….. Tahun
20…. Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Desa …… Tahun Anggaran 20…., sebesar Rp. …………… yang terdiri
atas :
a. Anggaran Penerimaan : Rp.
130
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Anggaran Belanja
- Belanja Langsung : Rp.
- Belanja Tidak Langsung : Rp.
Rp.
c. Pembiayaan : Rp
KEDUA : Surat Keputusan ini beraku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................
................................
131
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN SERTA
PENYUSUNAN RANCANGAN
PERATURAN DESA APBDES
132
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
I. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Desa
tidak mempunyai „‟kewenangan‟‟ menyusun perencanaan pembangunan,
melainkan diberikan „‟tugas‟‟ (tanggung jawab) menyusun perencanaan. Persoalan
antara kewenangan dan tugas ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005, pasal 63 ayat 1 : “Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
Desa disusun perencanaan pembangunan Desa sebagai satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah Kabupaten/ Kota’’. Klausul ini
menegaskan bahwa posisi Desa berada dalam subsistem pemerintahan
kabupaten/kota, bukan berdiri sendiri sebagai subsistem yang otonom dan menjadi
bagian dari NKRI. Karena posisi itu juga, Desa tidak diberikan otoritas untuk
menyusun perencanaan sendiri (village self planning) atau decentralized planning
sesuai dengan batas-batas kewenangan Desa.
Perencanaan Desa adalah peraturan Desa tentang arah pembangunan Desa
jangka pendek dan jangka panjang yang menjadi pijakan didalam merumuskan rencana
APBDes dan bahan masukan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan
tentang ADD. Dilihat dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) :
1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) adalah hail musyawarah masyarakat desa
tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat
RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
desa tersebut.
133
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
134
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
135
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.
Struktur belanja terdiri dari :
(4) Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa.
(5) Belanja Desa terdiri dari :
a. Belanja langsung, dan
b. Belanja tidak langsung
(6) Belanja Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal;
(7) Belanja Tidak Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;
b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);
d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bantuan Keuangan;
f. Belanja Tak Terduga;
3. Pembiayaan
Pembiayaan desa adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
Struktur pembiayaan terdiri dari :
(8) Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
(9) Pembiayaan Desa terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
(10) Penerimaan Pembiayaan mencakup :
a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.
b. Pencairan Dana Cadangan.
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
d. Penerimaan Pinjaman.
(11) Pengeluaran Pembiayaan mencakup :
136
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
139
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
140
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
141
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
144
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
16. Dana Cadangan
a. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas
desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa;
b. Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang
telah ditetapkan dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan;
c. Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa dilaksanakan apabila dana
cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.
148
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
(RPJM–DESA DAN RKP–DESA)
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ………………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RPJM–DESA dan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah ini serta yang bertindak selaku unsur
pimpinan rapat dan narasumber adalah :
A. Materi atau Topik
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
149
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Desa
( )
Catatan :
*> coret yang tidak perlu
150
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 20..... – 20.....
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ..............,
Menimbang : a. bahwa Sesuai dengan Bab XI Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun
perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan daerah/kota;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Bab II Pasal 4 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang Perencanaan
Pembangunan Desa, dipandang perlu menetapkan Peraturan Desa tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 20....-20....;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b perlu menetapkan Peraturan Desa Nomor …………………. Tahun 20...
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Tahun 20....-20....;
151
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
.......... dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Desa .......... dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Peraturan Desa adalah semua peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan
persetujuan bersama BPD.
4. Keputusan Kepala Desa Desa adalah semua keputusan yang bersifat mengatur dan
merupakan pelaksanaan dari peraturan desa dan kebijaksanaan Kepala Desa desa yang
menyangkut pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJM Desa
adalah dokumen perencanaan Desa untuk periode 5 (lima) tahunan yang memuat arah
kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program,
program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program prioritas
kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.
6. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP - Desa adalah
dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimuthakirkan, program prioritas
pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa yang selanjutnya
152
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
disingkat LPM/LKMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
8. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota
masyarakat desa yang memiliki pengetahuan. Kemauan untuk menggerakkan masyarakat
berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif.
9. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data dasar
keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan
sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa.
BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 2
(1) Rancangan RPJM-Desa dapat diajukan oleh pemerintah desa.
(2) Dalam menyusun rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dimasyarakat yang diwadahi oleh LPM/LKMD.
(3) Rancangan RPJM-Desa yang berasal dari pemerintah desa disampaikan oleh Kepala Desa
kepada pemangku kepentingan yaitu, LPM/LKMD, LK, PKK Desa, KPM, Tokoh Masyarakat
dan sebagainya.
(4) Setelah menerima rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa melaksanakan musrenbang
desa dengan mendengarkan penjelasan Kepala Desa tentang perencanaan
pembangunan desa.
(5) Jika rancangan RPJM-Desa berasal dari pemerintah desa, maka pemerintah desa
mengundang LPM/LKMD, lembaga-lembaga kemasyarakan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat dan lain lain untuk melakukan musrenbang desa membahas RPJM-Desa.
(6) Setelah dilakukan Musrenbang Desa sebagimana dimaksud dalam ayat (4) dan (5), maka
pemerintah desa menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh BPD dan
Pemerintah Desa serta LPM/LKMD dan Lembaga Kemasyarakatan dalam acara penetepan
persetujuan BPD atas rancangan RPJM-Desa menjadi RPJ-Desa yang dituangkan dalam
Peraturan Desa.
(7) Setelah mendapatkan persetujuan pemerintah desa sebagimana dimaksud dalam ayat (6),
maka Kepala Desa menetapkan RPJM-Desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau
kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkandalam lembaran desa.
BAB III
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 3
(1) Pemerintah Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi para anggotanya untuk
mengambil keputusan yang dikoordinir oleh LPM/LKMD atau sebutan lain dalam Forum
Musrenbang Desa.
(2) Mekanisme pengambilan keputusan dalam forum Musrenbang Desa dalam perencanaan
pembangunan desa berdasarkan musyawarah mufakat.
BAB IV
SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJM-DESA
Pasal 4
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa .......... Tahun 20…-20….
(2) Disusun dengan Sitematika sebagai berikut;
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PROFIL DESA
BAB III. POTENSI DAN MASALAH
BAB IV. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
BAB V. PENUTUP
153
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(3) Isi Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Tahun 2009-2013 merupakan landasan
dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan dan merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 20....-20.... merupakan
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun.
Pasal 6
Berdasarkan Peraturan Desa ini disusun Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKP Desa) yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan merupakan penjabaran kegiatan dari RPJM
Desa yang selanjutnya disusun dalam APB Desa.
Pasal 7
Pelaksanaan Pembangunan dapat dilaksanakan tidak sesuai/mengalami perubahan dari RPJM
desa karena ada kondisi bencana (force majeure).
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal – hal yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM – Desa ini akan diatur oleh
keputusan Kepala Desa.
Pasal 9
Peraturan Desa tentang RPJM – Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di …..
Pada tanggal …………… 20….
KEPALA DESA ……………..,
(NAMA)
(NAMA)
154
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
DALAM PENYUSUNAN RKP–DESA
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ……………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Telah diselenggarakan Musrenbang Desa yang dihadiri oleh wakil–wakil dari kelompok, dusun
dan tokoh masyarakat serta unsur lain yang terkait di desa sebagaimana tercantum dalam
Daftar Hadir terlampir.
Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah ini serta yang bertindak selaku unsur
pimpinan rapat dan narasumber adalah :
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
155
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Desa
( )
Catatan :
*> coret yang tidak perlu
156
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
157
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam
menyusun RKP-Desa dan melaporkan kepada Bupati/walikota melalui
Kecamatan.
KEDUA : RKP-Desa disusun berdasarkan RPJM-Desa 5 (lima) tahunan melalui
forum Musrenbang-Desa.
KETIGA : Berita acara RKP-Desa ditandatangani oleh Pemerintahan Desa dan
LPM/LKMD atau dengan sebutan lain sebagai koordinator penyusunan
RKP-Desa.
KEEMPAT : RKP-Desa merupakan bahan baku rencana kegiatan pembangunan di
Desa untuk/wajib diusulkan ke RKP-Daerah.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ………….
pada tanggal ………….
( …………………………….)
158
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 3
Buatlah Rincian APBDes dalam Raperdes desa anda !
PEMERINTAH KABUPATEN …………..
LAMBANG
DAERAH
KECAMATAN ...............
DESA ................
Jalan …………………… Nomor ….., Telepon ……………. Kode Pos …………..
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 20.....
Mengingat : 16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tetang Pajak Daerah dan
Reribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4048);
17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tetang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
18. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tetang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Udang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4498) yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara
159
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Langsep Tahun Anggaran 20… adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan Desa Rp. 606.400.000,00
2. Belanja Desa Rp. 610.400.000,00 (-)
Surplus/defisit Rp. 4.000.000,00
3. Pembiayaan Desa
a. Penerimaan Rp. 147.321.000,00
160
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Pengeluaran Rp.
4.000.000,00 (-)
Pembiayaan Netto Rp. 143.321.000,00 (-)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya Rp.
Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pasal 1 terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Desa Rp. 88.565.000,00
b. Bagi Hasil Pajak Rp. 4.000.000,00
c. Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Rp. 429.575.000,00
d. Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya Rp.
85.800.000,00
e. Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah Rp. 6.460.000,00
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
a. Hasil Usaha Desa Rp. 8.840.000,00
b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa Rp. 24.975.000,00
c. Hasil Swadaya dan Partisipasi Rp. 20.000.000,00
d. Hasil Gotong-royong Rp. 22.000.000,00
e. Hasil Pungutan Desa Rp. 4.750.000,00
(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Bagi Hasil PBB Rp. 4.000.000,00
(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
a. ADD untuk Program Pemberdayaan Rp. 289.575.000,00
b. ADD untuk Program Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp. 115.000.000,00
c. Program LINMAS Rp. 25.000.000,00
(5) Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
a. Bantuan Keuangan Pemerintah Kota Rp. 85.800.000,00
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri dari :
a. Sumbangan RKL Rp. 3.960.000,00
b. Sumbangan PHBN Rp. 2.500.000,00
Pasal 3
(1) Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
a. Belanja Langsung Rp. 474.750.000,00
b. Belanja Tidak Langsung Rp. 135.650.000,00
(2) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Belanja Pegawai Rp. 13.200.000,00
b. Belanja Barang/Jasa Rp. 50.015.000,00
c. Belanja Modal Rp. 25.000.000,00
d. Program Prasarana Dasar Lingkungan Rp. 77.900.000,00
e. Program Ekonomi Produktif Rp. 115.825.000,00
f. Program Sosial Kemasyarakatan Rp. 76.450.000,00
g. Program Kelembagaan Rp. 69.400.000,00
h. Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa Rp. 12.000.000,00
i. Belanja Operasional LINMAS Rp. 25.000.000,00
j. Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah Rp. 6.000.000,00
k. Biaya Operasional SATLAK K-3 Rp. 3.960.000,00
(3) Belanja Tidak Lagsung sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari :
a. Belanja Pegawai Rp. 130.000.000,00
b. Belanja Tak Terduga Rp. 5.000.000,00
161
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 4
(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp. 147.321.000,00
b. Pengeluaran sejumlah Rp. 4.000.000,00
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan :
a. Dana Cadangan Rp. 135.000.000,00
b. Bunga Dana Cadangan Rp. 12.321.000,00
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan :
a. Pembayaran Hutang Rp. 4.000.000,00
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana Pasal 1,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6
Peraturan Desa ini berlaku sejak ditetapkan.
……………………
……………..
162
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
RINCIAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DESA LANGSEP KECAMATAN KLENGKENG
TAHUN ANGGARAN 20…
KODE TAHUN TAHUN
URAIAN KET.
REKENING SEBELUMNYA BERJALAN
1 2 3 4 5
1. PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Desa 88.565.000
1.1.1 Hasil Usaha Desa 8.840.000
1.1.1.1 PAM Desa 8.240.000 8.240.000 PAD
1.1.1.2 Polindes 12 bl x 50.000 607.000 600.000 PAD
1.1.2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa 24.975.000
1.1.2.1 Tanah Kas Desa 15.000.000 15.000.000
1.1.2.2 Pasar Desa
1.1.2.3 Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125 9.975.000 9.975.000
1.1.3 Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat 20.000.000 20.000.000
1.1.4 Hasil Gotong Royong 30.000.000 30.000.000
1.1.5 Pungutan Desa 4.750.000
1.1.5.1 Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000 850.000 750.000
1.1.5.2 Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000 100.000 100.000
1.1.5.3 Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000 3.480.000 3.500.000
1.1.5.4 Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian 100.000 400.000
1.2 Bagi Hasil Pajak
1.2.1 Upah Pungutan PBB 3.096.000 4.000.000
1.3 Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
1.3.1 ADD Kegiatan Pemerintahan 115.000.000 115.000.000 ADD
1.3.2 ADD Kegiatan Pemberdayaan 324.675.000 289.575.000 ADD
1.4 Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya
1.4.1 Bantuan Keuangan Pemerintah Kota
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa 52.800.000 85.800.000
1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
1.5.1 Sumbangan RKL 2.400.000 3.960.000
1.5.2 Sumbangan Selamatan Desa 4.500.000 2.500.00
JUMLAH PENDAPATAN 615.823.000 614.400.00
2 BELANJA
2.1 Belanja Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai 13.200.000
2.1.1.1 Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000 2.400.000 3.600.000
2.1.1.2 Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000 1.800.000 2.400.000
2.1.1.3 Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000 1.800.000 2.400.000
2.1.1.4 Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000 4.800.000 4.800.000
2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 50.015.000
2.1.2.1 Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa 8.200.000 7.500.000
2.1.2.2 Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 3.667.150 3.750.000
2.1.2.3 Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja 1.500.000 2.000.000
JUMLAH 22.367.150 24.450.000
Pindahan 22.367.150 24.450.000
163
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
164
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan 147.321.000
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. 828.850
3.1.2 Dana Cadangan 135.000.000 135.000.000
3.1.3 Bunga Dana Cadangan 3.546.000 12.321.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 4.000.000
3.2.1 Pembayaran Hutang 4.000.000
JUMLAH PEMBIAYAAN 139.374.850 143.321.000
……………………………….
165
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA …………. KECAMATAN ……….
NOMOR : …………….
TENTANG
PERSETUJUAN BPD ………….. KECAMATAN …………
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APBDES DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ………. Nomor ….. Tahun
20…. Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Desa …… Tahun Anggaran 20…., sebesar Rp. …………… yang terdiri
atas :
d. Anggaran Pendapatan : Rp.
e. Anggaran Belanja
167
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................
...............................
168
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
IX. PENUTUP
2. Selama ini keuangan Desa ditopang dengan 2 (dua) sumber utama, yakni Pendapatan
Asli Desa (pungutan, hasil kekayaan Desa, gotong royong dan swadaya masyarakat)
serta bantuan dari pemerintah (termasuk ADD salah satu sumber pendapatan Desa).
3. Perencanaan Desa merupakan system yang terpadu dan dibuat system budgeter
(budgetary system) di Desa melalui skema APBDes.
4. Pengelolaan APBDes, meliputi : (a) perencanaan dan penganggaran; (b) pelaksanaan
dan penatausahaan; (c) pelaporan dan pertanggungjawaban; dan (d) pengawasan
keuangan desa.
5. Perencanaan APBDes melalui pembahasan bersama oleh Kepala Desa dan BPD yang
penggunaanya dikelola secara bertanggungjawab oleh Pemerintah Desa.
6. Anggaran lain masuk desa, berupa proyek sektor yang anggarannya tidak menyatu
dengan sistem perencanaan dan APBDes menggunakan birokrasi tersendiri.
1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
CONTOH
RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA LANGSEP TAHUN ANGGARAN 20…
DESA : LANGSEP
KECAMATAN : KLENGKENG
KABUPATEN/KOTA : BARENG
PROVINSI : JAWA TIMUR
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
............,
........................... 20...
Pelaksana Teknis Pengelola
Bendahara Desa Langsep,
Keuangan Desa (PTPKD)
…………………………. ………………………….
Mengetahui
Kepala Desa Langsep,
………………………….
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 1
Susunlah Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa, berikut !
(Sesuai dengan desa anda)
DESA : …………………………
KECAMATAN : …………………………
KABUPATEN/KOTA : …………………………
PROVINSI : …………………………
II. Bahwa kegiatan tersebut dikelola oleh masyarakat melalui wadah LPM/LKMD atau sebutan
lain secara terbuka, tertib dan lancar serta dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu
perlu ditetapkan susunan Tim Pelaksana Kegiatannya, yang terdiri dari :
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
III. Bahwa DU-RKP-Desa yang telah disahkan sebagai dasar bank penyalur untuk
pemindahbukuan, bantuan kepada rekening giro Sekretaris Des sebagai
penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya pencairan dana dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan swadaya masyarkat atau mitra
ketiga desa. Oleh Sekretaris Desa bersama-sama dengan bendahara.
Mengetahui :
Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Pembina dan Pengendali Penanggungjawab Pelaksanaan Kegiatan,
( ……………………………) ( ……………………………)
Menyetujui :
Camat …………….,
(…………………………..)
NIP. ………………..
a.n Bupati/Walikota
Kepala Badan/Dinas/Kantor
Kabupaten/Kota …………………..
( ……………………………… )
NIP. ……………………….
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 2
Isilah RKA-Desa berikut ! (Sesuai dengan desa anda)
JUMLAH BELANJA
……………………………….
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
JUMLAH BELANJA
……………………………….
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN BPD
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini
merupakan sub sistem keuangan desa dari sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan Negara dan Daerah dalam mendanai Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Sehubungan hal tersebut maka dalam pengelolaan keuangan desa
diperlukan suatu standar pengaturan yang dimulai dari aspek perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban.
Dalam rangka pengelolaan keuangan desa yang bersumber dari pendapatam asli
desa dan Alokasi Dana Desa (ADD) seharusnya pengelolaan keuangan desa harus
akuntabilitas dan transparan maka Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan
penyelenggara keuangan desa wajib menyampaikan pertangjawabannya kepada
Bupati/Walikota melalui camat. Untuk mendukung pengelolaan keuangan desa dan
pertanggungjawaban Kepala Desa yang akurat maka Kepala Desa membentuk Tim
pengelola keuangan desa.
II. PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN (Pasal 123 ayat (1) UUD 1945)
1. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara : Penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi. (Penjelasan Undan-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 Butir 9).
2. Tanggungjawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004).
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
- Pembiayaan
b. Penganggaran;
- Belanja langsung
- Belanja tidak langsung
- Belanja pembiayaan ( Jika ada SILPA)
c. Pelaksanaan;
- Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;
d. Penatausahaan;
- Buku kas umum;
- Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan;
- Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran;
- Buku kas harian pembantu;
- Buku Pembantu Pajak;
- Buku Pembantu Bank;
e. Pelaporan;
- Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan dan
pengeluaran uang yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya;
f. Pertanggungjawaban;
- Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Rancangan Keputusan
Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa Sebagai lampiran
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan desa.
g. Pengawasan keuangan.
- Interanal
- External
2. Susunan Tim Pengelola Keuangan Desa :
Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Desa (PKPKD) yang bertindak selaku
Kuasa Pemegang Anggaran keuangan Desa (KPA) adalah Kepala Desa karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan seluruh pengelolaan
keuangan desa.
3. Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK) adalah Kepala Desa yang
mempunyai tugas bertanggungjawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran keuangan desa.
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya di sebut PTPKD atau
dengan sebutan lain adalah Penanggungjawab Kegiatan Teknis (PJKT) ditunjuk dari
perangkat desa (terdiri Sekretaris Desa atau perangkat desa lainnya) atau Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa oleh Kepala Desa untuk melakukan
pengelolaan keuangan desa. Untuk memudahkan pengelolaan keungaan desa,
Kepala Desa dapat menunjuk PTPKD/PJKT lebih dari satu orang, contoh :
a. Untuk pengelolaan anggaran operasional pemerintahan desa maka yang ditunjuk
PTPKD/PJKT adalah dari perangkat desa;
b. Untuk mengelolaan anggaran program pemberdayaan masyarakat desa maka
yang ditunjuk PTPKD/PJKT adalah Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa;
5. Bendahara Desa adalah perangkat desa yang diangkat oleh Kepala Desa untuk
melaksanakan kegiatan :
a. Menerima seluruh dana perolehan pendapatan desa, menarik dana dari bank;
b. Menyimpan seluruh dana dari pendapatan desa , pajak yang dipungut dari pihak
ke tiga ke Bank Pemerintah atau bank yang ditunjuk;.
c. Menatausahakan, melakukan pencatatan, membukukan setiap terjadinya
transaksi yang mengakibatkan perubahan keuangan desa dan hasil pemunguan
dan penyetoran pajak;
d. Membayarkan ; mengeluarkan uang untuk semua yang menjadi kewajiban
pemerintahan desa;
e. Mempertanggung jawabkan keuangan desa ; membuat bukti-bukti penerimaan
dan pengeluaran (kuitansi) untuk dijadikan lampiran sebagai bukti pendukung
Buku Kas Umum yang telah dibuat untuk dilaporkan kepada Kepala Desa.
f. Melakukan pemungutan pajak pada setiap transaksi yang sudah mengangdung
unsur pajak;
g. Melukukan setoran pajak yang dipungut paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
setelah pajak dipiungut oleh bendahara, kepada kantor pos atau bank persepsi;
6. Penanggung jawab Administrasi Kegiatan (PJAK) diangkat oleh Kepala Desa yang
mempunyai tugas sebagai Bendahara Desa disetiap kegiatan.
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEKANISME
KADES (PKPKD/KPA/PJOK)
PTPKP/PJKT PTPKP/PJKT
(OPERASIOAL PEMDES) (PROGRAM PM)
PIHAK KE TIGA
Keterangan:
1. Kepala Desa selaku PKPKD atau KPA mempertimbangkan dan mengambil keputusan
terhadap semua transaksi keuangan desa.
2. PTPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang diakibatkan oleh transaksi
keuangan desa.
3. Bendahara desa bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran pada setiap
transaksi.
4. Pihak ke tiga adalah penyedia barang dan jasa atau masyarakat yang menerima dana
bantuan dari pemerintahan desa.
V. BUKTI PEMBAYARAN
Dalam pertangungjawaban pengelolaan keuangan desa seorang Bendahara Desa
atau Penanggungjawab Administrasi Kegiatan (PJAK) mempunyai kewajiban untuk
membuat bukti pembayaran yang disebut dengan Kuitansi pada setiap transaksi
penerimaan atau pengeluaran.
4. Kuitansi, harus tertulis urian transaksi secara jelas dan terperinci, apabila penulisan
urian transaksi belum terperinci maka kuitansi harus dilampirkan perincian penerimaan
misal ; rincian penerimaan honor, rincian penerimaan uang saku, jenis barang dll.
5. Kuitansi, harus mencantumkan tanggal dan tempat Desa terjadinya transaksi.
6. Kuitansi, harus mencantumkan tanda tangan dan stempel; Pihak ketiga,
bendahara/PJAK, PTPKD/PJKT, PKPKD/PJOK.
7. Kuitansi, yang bernominal Rp. 300.000, - (tiga ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) harus dibubuhi materei senilai Rp. 3.000,-
8. Kuitansi, yang bernominal Rp. 1.000,000,- keatas, harus dibubuhi materei Rp.6.000,-
serta dilampiri faktur pajak dan surat setora pajak.
9. Kuitansi harus dilampiri faktur pajak dan surat setoran pajak untuk transaksi yang
mengadung pajak.
10. Kuitansi untuk perjalanan dinas harus dilampiri surat perintah tugas (SPT) dan surat
perintah perjalanan dinas (SPPD).
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep Pelaksana Teknis Bendahara Desa
Pengelola Keuangan
Desa (PTPKD)
ttd
ttd ttd
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
ttd
(nama terang)
Lunas dibayar : 6 April 2012
ttd ttd
ttd
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
ttd
(nama terang)
Lunas dibayar : 06 April 20....
Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep Ketua LPMD Langsep Sekretaris LPMD
Selaku Penanggungjwab Selaku Penanggungjawab Langsep
Operasional Kegiatan Kegiatan Teknis Selaku Penanggungjawab
Administrasi Kegiatan
ttd ttd
ttd
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PEMBANGUNAN DRAINASE RW 07
DESA LANGSEP KEC. KLENGKENG KABUPATEN BARENG
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
VI. PAJAK
Dalam peraturan perpajakan bahwa transaksi pengadaan barang dan jasa yang
nominalnya lebih dari pada Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sudah dipungut pajaknya
dari Pihak Ketiga atau Rekanan. Pemungutan Pajak dilakukan oleh Bendahara atau
Penanggungjawab Administrasi Kegiatan dan disetor langsung ke rekening Negara
melalui kantor pos atau bank yang ditunjuk.
Contoh :
DAFTAR PENERIMAAN HONOR RAPAT BPD
PENERIMAAN PAJAK PENERIMAAN
TANDA
NO NAMA SEBELUM 15 % SETELAH
TANGAN
PAJAK PAJAK
Rp.22.500,- Rp. 127.500,-
1 Amin Rp. 150.000,- 1 ................
Rp.22.500,- Rp. 127.500,-
2 Budi Rp. 150.000,- 2 .................
Rp.22.500,- Rp. 127.500,-
3 Dani Rp. 150.000,- 3 .................
Rp.22.500,- Rp. 127.500,-
4 Yanti Rp. 150.000,- 4..................
Rp.22.500,- Rp. 127.500,-
5 Tono Rp. 150.000,- 5.................
19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh :
Cara menghitung DPP = 100 x Jumlah Nominal
110
CATATAN
1. Semua pembelian barang diatas Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) akan dikenakan pajak
(PPn dan PPh 22);
- Untuk jasa katering berapapun besar pemesanan dikenakan pajak (PPn dan PPh)
- Pemesanan makanan di warung/toko kue dalam satu bulan dengan nilai pemesanan
diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena PPh 23
2. Transaksi jasa sewa dibawah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) akan dikenakan pajak (PPh
23) dan untuk transaksi diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena pajak (PPn dan PPh
22);
3. Transaksi-transaksi yang tidak kena pajak adalah :
- BBM (Bahan Bakar Minyak)
- Rekening listrik, air, telepon (karena sudah dipungut di instansi yang bersangkutan)
- Pembelian gas elpiji
- Pembelian materai
- Foto copy untuk kegiatan administrasi pelaporan (kegiatan yang berhubugan dengan
SPJ)
4. Ketentuan materai untuk pembelian barang/jasa dengan
Nominal Rp. 250.000,- s/d Rp. 1.000.000,- = materai Rp. 3.000,-
Nilai nominal Rp. 1.000.000,- = materai Rp. 6.000,-
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Macam-macam pajak
1. Honor untuk pengajar/tim
PPn =0 = ................
PPh 21 = Nilai Nominal x 15% = ................
2. Pemesanan makanan untuk konsumsi
- Rumah makan (cartering)
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 22 = Nilai Nominal x 1,5% = .................
- Warung makan/rumah makan/toko kue
PPn =0 = .................
PPh 22 = Nilai Nominal x 1,5% = .................
3. Pembelian barang/ATK
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 22 = DPP x 1,5% = .................
4. Pemeliharaan Kantor/gedung/kendaraan, servis
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 23 = DPP x 6% = .................
5. Biaya sewa kursi/peralatan
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 23 = DPP x 6% = .................
6. Sewa mobil/angkutan darat
PPn =0 = .................
PPh 23 = Nilai Nominal x 3% = .................
7. Biaya jasa percetakan
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 23 = DPP x 1,5% = .................
8. Dekorasi (jasa dekorasi bukan pembelian)
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 23 = DPP x 1,5% = .................
9. Biaya entertainment, jasa TV, media cetak, dokumentasi
PPn = DPP x 10% = .................
PPh 23 = DPP x 1,5% = .................
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
……………………….
(SSP) Untuk Arsip WP
NPWP : . . . – .
Diisi sesuai dengan Nomor Wajib Pajak yang dimiliki
NAMA WP :
……………………………………………………………………………………
ALAMAT :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
MAP/Kode Jenis Pajak Kode Jenis Setoran Uraian Pembayaran
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Masa Pajak Tahun
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Beri tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa yang berkenaan Diisi tahun terutangnya pajak
Nomor Ketetapan : / / / /
Diisi sesuai Nomor Keterangan : STP, SKPKB, SKPKBT
Jumlah Pembayaran
Diisi dengan rupiah penuh Terbilang : ………………………………………………………….
………………………………………………………….
Rp. ……………………………………... ………………………………………………………….
23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DESA (APB DESA) TAHUN ANGGARAN 20…
Mengingat : 29. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
30. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Udang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4498) yang
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
32. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
33. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);
26
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Langsep Tahun Anggaran 20…. adalah semula
berjumlah Rp. 614.400.000,- realisasi sejumlah Rp. 615.971.000,-sehingga menjadi selisih
(surplus) Rp.1.571.000,- dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendapatan Desa
a. Sejumlah Rp. 614.400.000,-
b. Realisasi Rp. 615.971.000,-
Jumlah selisih (surplus) pendapatan setelah realisasi Rp. 1.571.000,-
2. Belanja Desa
a. Sejumlah Rp. 610.400.000,-
b. Realisasi Rp. 576.700.000,-
Jumlah selisih (surplus) belanja setelah realisasi Rp. 33.700.000,-
3. Pembiayaan Desa
1) Penerimaan
a. Sejumlah Rp. 147.321.000,-
b. Realisasi Rp. 147.321.000,-
Jumlah selisih penerimaan setelah realisasi Rp. 0
27
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Pengeluaran
a. Sejumlah Rp. 4.000.000,-
b. Realisasi Rp. 4.000.000,-
Jumlah selisih pengeluaran setelah realisasi Rp. 0
Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Pendapatan Asli Desa
a. Sejumlah Rp. 88.565.000,-
b. Realisasi Rp. 89.640.000,-
Jumlah selisih (surplus) Pendapatan Asli Desa setelah realisasi Rp. 1.075.000,-
2) Bagi Hasil Pajak
a. Sejumlah Rp. 4.000.000,-
b. Realisasi Rp. 3.850.000,-
Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil Pajak setelah realisasi Rp. 150.000,-
3) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
a. Sejumlah Rp. 429.575.000,-
b. Realisasi Rp. 429.575.000,-
Jumlah selisih Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
setelah realisasi Rp. 0
4) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa lainnya
a. Sejumlah Rp. 85.500.000,-
b. Realisasi Rp. 85.500.000,-
Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa lainnya setelah realisasi Rp. 0
5) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
a. Sejumlah Rp. 6.460.000,-
b. Realisasi Rp. 6.460.000,-
Jumlah selisih (surplus) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang
Sah setelah realisasi Rp. 0
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Hasil Usaha Desa
a. Sejumlah Rp. 8.840.000,-
b. Realisasi Rp. 8.790.000,-
Jumlah selisih (surplus) Hasil Usaha Desa setelah realisasi Rp. 50.000,-
2) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
a. Sejumlah Rp. 74.975.000,-
b. Realisasi Rp. 76.400.000,-
Jumlah selisih (defisit) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
setelah realisasi Rp. (575.000,-)
3) Hasil Swadaya dan Partisipasi
a. Sejumlah Rp. 20.000.000,-
b. Realisasi Rp. 21.000.000,-
Jumlah selisih (defisit) Hasil Swadaya dan Partisipasi setelah
realisasi Rp. (1.000.000,-)
4) Hasil Gotong Royong
a. Sejumlah Rp. 30.000.000,-
b. Realisasi Rp. 30.000.000,-
Jumlah selisih Hasil Gotong Royong setelah realisasi Rp. 0
28
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5) Pungutan Desa
a. Sejumlah Rp. 4.750.000,-
b. Realisasi Rp. 4.850.000,-
Jumlah selisih (defisit) Pungutan Desa setelah realisasi Rp. (100.000,-)
(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
1) Bagi Hasil PBB
a. Sejumlah Rp. 4.000.000,-
b. Realisasi Rp. 3.850.000,-
Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil PBB setelah realisasi Rp. 150.000,-
(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
1) ADD
a. Sejumlah Rp. 429.575.000,-
b. Realisasi Rp. 429.575.000,-
Jumlah selisih ADD setelah realisasi Rp. 0
(5) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa lainnya
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
1) Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
a. Sejumlah Rp. 85.800.000,-
b. Realisasi Rp. 85.800.000,-
Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
setelah realisasi Rp. 0
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri
dari :
1) Sumbangan RKL
a. Sejumlah Rp. 3.960.000,-
b. Realisasi Rp. 3.960.000,-
Jumlah selisih Sumbangan RKL setelah realisasi Rp. 0
2) Selamatan Desa
a. Sejumlah Rp. 2.500.000,-
b. Realisasi Rp. 2.500.000,-
Jumlah selisih Selamatan Desa setelah realisasi Rp. 0
Pasal 3
(4) Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Belanja Langsung
a. Sejumlah Rp. 426.790.000,-
b. Realisasi Rp. 431.000.000,-
Jumlah selisih (surplus) Belanja Langsung setelah realisasi Rp. 4.210.000,-
29
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(2) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
a. Sejumlah Rp. 13.200.000,-
b. Realisasi Rp. 13.200.000,-
Jumlah selisih Belanja Pegawai setelah realisasi Rp. 0
2) Belanja Barang dan Jasa
a. Sejumlah Rp. 49.015.000,-
b. Realisasi Rp. 51.025.000,-
Jumlah selisih (surplus) Belanja Barang dan Jasa setelah
realisasi Rp. 2.010.000,-
3) Belanja Modal
a. Sejumlah Rp. 364.575.000,-
b. Realisasi Rp. 362.775.000,-
Jumlah selisih (surplus) Belanja Modal setelah realisasi Rp. 2.200.000,-
(3) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b terdiri dari :
1) Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap
a. Sejumlah Rp. 130.000.000,-
b. Realisasi Rp. 129.500.000,-
Jumlah selisih (surplus) Belanja Pegawai setelah realisasi Rp. 500.000,-
2) Belanja Tak Terduga
a. Sejumlah Rp. 5.000.000,-
b. Realisasi Rp. 3.000.000,-
Jumlah selisih (surplus) Belanja Tak Terduga setelah realisasi Rp. 2.000.000,-
Pasal 4
(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Penerimaan
a. Sejumlah Rp. 147.321.000,-
b. Realisasi Rp. 147.321.000,-
Jumlah selisih Penerimaan setelah realisasi Rp. 0
2) Pengeluaran
a. Sejumlah Rp. 4.000.000,-
b. Realisasi Rp. 4.000.000,-
Jumlah selisih Pengeluaran setelah realisasi Rp. 0
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan :
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun sebelumnya
a. Sejumlah Rp. -
b. Realisasi Rp. -
Jumlah selisih Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Tahun sebelumnya setelah realisasi Rp. 0
2) Dana Cadangan
a. Sejumlah Rp. 135.000.000,-
b. Realisasi Rp. 135.000.000,-
Jumlah selisih Dana Cadangan setelah realisasi Rp. 0
3) Bunga Dana Cadangan
a. Sejumlah Rp. 12.321.000,-
b. Realisasi Rp. 12.321.000,-
Jumlah selisih Bunga Dana Cadangan setelah realisasi Rp. 0
30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan :
1) Pembayaran Hutang
a. Sejumlah Rp. 4.000.000,-
b. Realisasi Rp. 4.000.000,-
Jumlah selisih Pembayaran Hutang setelah realisasi Rp. 0
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana
Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
MOCHAMAD
JAZULI
31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
URAIAN TARGET REALISASI SELISIH
REKENING
1 2 3 4 5
1. PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Desa 88.565.000 89.640.000
1.1.1 Hasil Usaha Desa 8.840.000 8.790.000
1.1.1.1 PAM Desa 8.240.000 8.240.000
1.1.1.2 Polindes 12 bl x 50.000 600.000 550.000 50.000
1.1.2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa 74.975.000 76.400.000
1.1.2.1 Tanah Kas Desa 15.000.000 15.000.000
1.1.2.2 Pasar Desa
1.1.2.3 Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125 9.975.000 10.000.000 (25.000)
1.1.3 Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat 20.000.000 21.000.000 (1.000.000)
1.1.4 Hasil Gotong Royong 30.000.000 30.000.000
1.1.5 Pungutan Desa 4.750.000 4.850.000
1.1.5.1 Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000 750.000 850.000 (100.000)
1.1.5.2 Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000 100.000 100.000
1.1.5.3 Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000 3.500.000 3.450.000 50.000
1.1.5.4 Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian 400.000 450.000 50.000
1.2 Bagi Hasil Pajak 4.000.000 3.850.000
1.2.1 Upah Pungutan PBB 4.000.000 3.850.000 150.000
1.3 Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah 429.575.000 429.575.000
1.3.1 ADD Kegiatan Pemerintahan 115.000.000 115.000.000
1.3.2 ADD Kegiatan Pemberdayaan 289.575.000 289.575.000
1.3.3 Bantuan Langsung LINMAS 25.000.000 25.000.000
1.4 Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya 85.800.000 85.800.000
1.4.1 Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa 85.800.000 85.800.000
1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah 6.460.000 6.460.000
1.5.1 Sumbangan RKL 3.960.000 3.960.000
1.5.2 Sumbangan Selamatan Desa 2.500.00 2.500.00
JUMLAH PENDAPATAN 614.400.000 615.971.000
2 BELANJA
2.1 Belanja Langsung 426.790.000 431.000.000
2.1.1 Belanja Pegawai 13.200.000 13.200.000
2.1.1.1 Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000 3.600.000 3.600.000
2.1.1.2 Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000 2.400.000 2.400.000
2.1.1.3 Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000 2.400.000 2.400.000
2.1.1.4 Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000 4.800.000 4.800.000
2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 49.015.000 51.025.000
2.1.2.1 Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa 7.500.000 8.000.000 (500.000)
2.1.2.2 Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 3.750.000 3.500.000 250.000
2.1.2.3 Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja 2.000.000 1.500.000 500.000
JUMLAH
32
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
URAIAN TARGET REALISASI SELISIH
REKENING
1 2 3 4 5
Pindahan
2.1.2.4 Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor 1.500.000 1.500.000
2.1.2.5 Belanja Rapat dan Koordinasi 7.500.000 8.500.000 (1.000.000)
2.1.2.6 Belanja Makanan dan Minuman 1.790.000 2.000.000 (210.000)
2.1.2.7 Belanja Pakaian Dimas dan Perlengkapannya 1.925.000 1.925.000
2.1.2.8 Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000 1.650.000 1.650.000
2.1.2.9 Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa 1.200.000 1.200.000
2.1.2.10 Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa 1.000.000 1.000.000
2.1.2.11 Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan 750.000 750.000
2.1.2.12 Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun 450.000 500.000 (50.000)
2.1.2.13 Biaya Perjalanan Lainnya 1.000.000 1.000.000
2.1.2.14 Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 18.000.000 18.000.000
2.1.3 Belanja Modal 364.575.000 362.775.000
2.1.3.1 Belanja Sound System 1 unit 23.500.000 23.000.000 500.000
2.1.3.2 Belanja Taplak 15 x 100.000 1.500.000 1.500.000
2.1.4 Program Prasarana Dasar Lingkungan 77.900.000 76.000.000
2.1.4.1 Pembangunan Rabatan Jalan 15.000.000 14.000.000 1.000.000
2.1.4.2 Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000 10.000.000 10.000.000
2.1.4.3 Pembangunan Drainase dan Selokan 22.000.000 22.000.000
2.1.4.4 Pembangunan Plengsengan 8.000.000 7.500.000 500.000
2.1.4.5 Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000 8.000.000 8.000.000
2.1.4.6 Pembelian Mobil Pengangkut Sampah 10.000.000 9.500.000 500.000
2.1.4.7 Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000 4.900.000 5.000.000 (100.000)
2.1.5 Program Ekonomi Produktif 115.825.000 115.825.000
2.1.5.1 Dana Revolving (Simpan Pinjam) 40.137.500 40.137.500
2.1.5.2 Home Industri (Industri Rumah Tangga) 18.187.500 18.187.500
2.1.5.3 Program Pemberdayaan Fakir Miskin 50.000.000 50.000.000
2.1.5.4 Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin 7.500.000 7.500.000
2.1.6 Program Sosial Kemasyarakatan 76.450.000 77.550.000
2.1.6.1 Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian 4.500.000 4.500.000
2.1.6.2 Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya 6.000.000 6.000.000
2.1.6.3 Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni 9.500.000 9.500.000
2.1.6.4 Pembinaan Pemuda dan Olah Raga 4.000.000 4.000.000
2.1.6.5 Lomba Desa 1.000.000 1.100.000 (100.000)
2.1.6.6 Insentif Karang Taruna 12 x 250.000 3.000.000 3.000.000
2.1.6.7 BOP dan ATK Karang Taruna 2.000.000 2.000.000
2.1.6.8 Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2 plthn x 5.000.000 10.000.000 10.000.000
2.1.6.9 BOP PAUD dan TPQ 3.450.000 3.450.000
2.1.6.10 Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x 3.000.000 3.000.000 3.000.000
2.1.6.11 Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong 30.000.000 31.000.000 (1.000.000)
2.1.7 Program Kelembagaan 69.400.000 68.900.00
2.1.7.1 BOP LPMD dan Insentif 10.000.000 10.000.000
2.1.7.2 BOP RW/RT 11.150.000 11.150.000
2.1.7.3 Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan oleh PJAK 4.000.000 4.000.000
2.1.7.4 Insentif Tim Fasilitasi Desa 10.000.000 10.000.000
2.1.7.5 Insentif PKK Desa 2.000.000 2.000.000
2.1.7.6 BOP PKK Desa 2.000.000 2.000.000
2.1.7.7 Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4 4.000.000 4.000.000
2.1.7.8 BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4 1.000.000 1.000.000
2.1.7.9 BOP PKK RW 1 sampai 8 6.000.000 6.000.000
2.1.7.10 Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000 4.500.000 4.500.000
2.1.7.11 BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia 2.250.000 2.250.000
JUMLAH
33
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
URAIAN TARGET REALISASI SELISIH
REKENING
1 2 3 4 5
Pindahan
2.1.7.12 Biaya ATK PKK Desa 1.000.000 1.000.000
2.1.7.13 Insentif Pengurus UPK dan BUMDes 4.000.000 4.000.000
2.1.7.14 Studi Banding 6.000.000 6.000.000
2.1.7.15 Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi) 1.500.000 1.000.000 500.000
2.1.8 Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa 12.000.000 12.000.000
2.1.9 Belanja Operasional LINMAS 25.000.000 25.000.000
2.1.10 Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah 6.000.000 6.000.000
2.1.11 Biaya Operasional SATLAK K-3 3.960.000 3.960.000
2.2 Belanja Tidak Langsung 135.000.000 132.500.000
2.2.1 Belanja Pegawai 130.000.000 129.500.000
2.2.1.1 Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000 3.000.000 3.000.000
2.2.1.2 Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000 1.800.000 1.800.000
2.2.1.3 Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000 4.200.000 4.200.000
2.2.1.4 Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000 6.000.000 6.000.000
2.2.1.5 Honorarium dan Operasional BPD 15.000.000 15.000.000
2.2.1.6 Tunjangan Kesejahteraan Kepala Desa 1 x 12 x 1.000.000 2.350.000 2.350.000
2.2.1.7 Tunjangan Kesejahteraan Sekretaris Desa 1 x 12 x 750.000 12.500.000 13.000.000 (500.000)
2.2.1.8 Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan 12.000.000 12.000.000
2.2.1.9 Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun 9.000.000 9.000.000
2.2.2 Belanja Tidak Terduga 5.000.000 3.000.000 2.000.000
JUMLAH BELANJA 610.400.000 576.700.000
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan 147.321.000 147.321.000
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.
3.1.2 Dana Cadangan 135.000.000 135.000.000
3.1.3 Bunga Dana Cadangan 12.321.000 12.321.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan 4.000.000 4.000.000
3.2.1 Pembayaran Hutang 4.000.000 4.000.000
JUMLAH PEMBIAYAAN 151.321.000 151.321.000
MOCHAMAD
34
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pendapatan dari APBDes Tahun 20…. diterima sebesar Rp. 615.971.000,-
KETIGA : SILPA Anggaran pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20…. sebesar
Rp. 182.592.000.
MOCHAMAD
36
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN
PEMERINTAH DESA
37
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DESA
VI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (LKPj) merupakan suatu proses
kegiatan pelaporan Kepala Desa kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang meliputi keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-
peraturan desa termasuk Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) selama satu
tahun anggaran. LKPj yang disampaikan Pemerintah Desa harus tertulis dan
disesuaikan dengan situasi, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dimana LKPj
dan mekanisme laporan keterangan pertanggung jawaban Kepala desa kepada BPD
ini diatur dalam Peraturan Desa. Evaluasi terhadap LKPJ yang sudah dilakukan oleh
BPD dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat selambat-lambatnya 15 hari
sejak diterimanya LKPj. Dimana Hasilnya dijadikan dasar untuk melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Mengapa Kepala desa membuat LKPj ? Hal ini dikarenakan kedudukan BPD
sebagai penyelenggara Pemerintahan desa dan fungsi BPD sebagai pengawas
penyelenggara kinerja pemerintahan desa. Sehingga konsekuensi tersebut membawa
dampak pada pemerintahan desa untuk membuat LKPj yang diserahkan pada BPD.
Ruang lingkup LKPj meliputi Urusan pemerintahan berdasarkan hak asal
usul desa, urusan pemerintahan yang diserahkan Kabupaten/Kota, Tugas
pembantuan dan urusan pemerintah lainnya yang diserahkan kepada desa.
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
membawa pengaruh yang cukup besar terhadap jalannya Pemerintahan Desa.
Terlebih dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007
tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, maka Pemerintahan Desa dituntut untuk lebih kreatif di dalam
menjalankan roda pemerintahan yang otonom.
38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jumlah penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
No Pekerjaan Jumlah
1 Petani
2 Pelajar/Mahasiswa
3 Ibu Rumah Tangga
4 Pedagang
5 Pegawai Swasta
6 Pensiunan
7 Guru / Dosen
8 Industri / Wiraswasta
9 TNI
10 Dokter
11 Buruh Tani / Buruh Harian Lepas
12 Bidan / Tenaga Medis Lain
13 Pegawai Negeri
14 Belum Kerja / Tidak Bekerja
15 Lainnya
Total
Tabel 2
Jumlah Penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jumlah penduduk menurut tenaga kerja di Desa pada tabel di bawah ini :
NO TENAGA KERJA JUMLAH
Penduduk Usia Produktif (15-55 th)
Tidak Produktif
Total
Tabel 4
Jumlah Penduduk Desa menurut tenaga kerja
Jumlah penduduk Desa menurut agama yang dipeluk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO AGAMA JUMLAH PENGANUT
1 ISLAM
2 KATHOLIK
3 PROTESTAN
4 HINDU
5 BUDHA
JUMLAH
Tabel 5
Jumlah Penduduk Desa Menurut agama yang dianut
Jumlah penduduk Desa menurut jenis pendidikan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH
1 Belum tamat SD/Sederajat
2 SD/Sederajat
3 SLTP
4 SLTA
5 D-1 / D-2
6 D-3
7 S-1
8 S-2
9 Tidak / Belum Sekolah
JUMLAH
Tabel 6
Jumlah Penduduk Desa Menurut tingkat pendidikan
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Kondisi Ekonomi
Menjelaskan tentang lahan pertanian, budidaya tanaman, sektor industri kecil,
Pemasaran Hasil pertanian, dan kelompok Tani yang ada.
42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
C. Prioritas Desa
Pembangunan Desa diprioritaskan pada hasil musrenbangdes sebagai perwujudan
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD). Di dalam
penyusunan RPJMD melibatkan unsur-unsur antara lain Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD),
tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, RW, karang taruna, PKK.
43
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1. Peningkatan kesejahteraan
Petani - Kegiatan ini menggunakan
2. Peningkatan produksi pertanian dana yang bersumber dari
3. Penurunan angka kemiskinan swadaya masyarakat dan
2 EKONOMI 4. Peningkatan ketahanan pangan juga bersumber dari bantuan
5. Peningkatan pengembangan pemerintah
pariwisata
6. Pengenbangan ekonomi lokal
Tabel 7
Prioritas pembangunan Desa tahun 20…
44
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2 DANA PERIMBANGAN
LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Dana tambahan penghasilan tetap Kepala Desa
3
dan Perangkat Desa
Tunjangan RT dan RW
JUMLAH TOTAL PENDAPATAN
Tabel 8
Target dan Realisasi Pendapatan Desa Tahun Anggaran 20…
(Merupakan Ringkasan dari APB Desa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Selama tahun anggaran berjalan, tidak ada permasalahan yang berarti dan apabila
terdapat permasalahan tentunya akan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang
ada. Semua program pada anggaran tahun 2010 telah terealisasi 100%.
B. Pengelolaan Belanja Desa
1. Kebijakan Umum Keuangan Desa
Anggaran Pemerintah Desa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan
antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan
bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh Pemerintah Desa untuk
suatu periode tertentu, biasanya mencakup periode tahunan.
Maka, fungsi anggaran di lingkungan Pemerintah Desa mempunyai
pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena :
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik ;
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan ;
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum ;
d. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah ;
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan Pemerintah
Desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
Di Desa, akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan yang baru akan diterapkan secara intregatif pada tahun
anggaran 2010.
2. Target dan Realisasi Belanja
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Pemerintah Desa pada tahun
anggaran 2010, segenap pengelolaan keuangan, baik pengelolaan Pendapatan
dan Belanja Desa mengacu pada aturan sebagaimana termaktub dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Belanja Desa sebagaimana tersurat dalam Peraturan Menteri itu terdiri
atas bagian Belanja langsung dan bagian Belanja tidak langsung. Setiap
Kelompok Belanja dirinci menurut Jenis Belanja. Setiap jenis belanja dirinci
menurut obyek belanja dan setiap obyek belanja dirinci menurut rincian obyek
belanja. Berikut ini Tabel yang menguraikan secara rinci Target dan realisasi
Belanja Desa Tahun Anggaran :
NO URAIAN TARGET REALISASI %
1 Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain
Belanja Tak terduga
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Tabel 9
Target dan Realisasi Belanja Desa Tahun Anggaran
(Merupakan Ringkasan dari APBDesa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Selama tahun anggaran berjalan, tidak ada permasalahan yang berarti dan
apabila terdapat permasalahan tentunya akan diselesaikan sesuai dengan
prosedur yang ada.
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2 a. Pembangunan TPQ
b. dll
4 a. Bedah Rumah
b. dll
Pelaksanaan urusan pemerintahan
Bidang Sosial Budaya :
Pengelolaan Tanah Kas Desa
Tabel 10
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Urusan Hak Asal Usul Desa
(merupakan kegiatan yang berasal dari hak usul desa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Kegiatan yang berkaitan dengan hak asal usul desa tidak pernah dijumpai
permasalahan yang berarti.
B. Urusan Pemerintahan Yang Diserahkan Kabupaten/Kota
1. Program Dan Kegiatan
a. Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan
b. Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral
c. Bidang Kehutanan dan Perkebunan
d. Bidang Perindustrian dan Perdagangan
e. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
f. Bidang Penanaman Modal
g. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi
h. Bidang Kesehatan
i. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
j. Bidang Sosial
k. Bidang Penataan Ruang
Program penataan ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah, disingkat RTRW)
mengikuti RTRW induk Kota Batu.
l. Bidang Pemukiman dan Perumahan
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
GAMBARAN UMUM
PERENCANAAN DAN REALISASINYA
TAHUN 20…
NO PERENCANAAN REALISASI ( % )
GAMBARAN UMUM
RENCANA DAN PROGRAM TAHUN 20…
NO PERENCANAAN REALISASI ( % )
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
XII. PENGERTIAN
Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap Pemerintah Desa
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah desa berjalan secara
efisien dan efektif, sesuai dengan rencana dan ketentuan yang sudah ditetapkan bersama.
Dalam hal ini pemerintah desa merupakan penyelenggara urusan pemerintah yang mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan pengertian tersebut, pengawasan BPD terhadap pelaksanaan Perdes dan
Perkades merupakan kegiatan yang ditujukan untuk melihat penyelenggaraan pemerintah
desa dalam melaksanakan Peraturan desa yang sudah ditetapkan. Hal ini yang menjadi
dasar pimpinan maupun anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
kepala desa atau perangkat desa, agar dalam pengawasannya lebih obyektif.
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
11. Mengawasi apakah penggunaan Alokasi Dana Perimbangan Desa telah mengacu
pada komposisi:
a. Minimal 60% digunakan untuk pembiayaan pembangunan sarana dan
prasarana desa;
b. Maksimal 30% digunakan untuk pembiyaan operasional aparatur desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
c. Maksimal 10% digunakan untuk bantuan kepada lembaga kemasyarakatan dan
organisasi lainnya yang diakui Pemerintah Desa.
12. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola
oleh desa diambil oleh pemerintah atau pemerintah provinsi.
13. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik
pajak maupun retribusi namun masih ada pungutan tambahan oleh Pemerintah
Desa.
14. Mengawasi apakah sudah semua jenis pengeluaran sesuai dengan Rencana
kegiatan Desa yangtertuang dalam dokumen anggaran belanja desa.
15. Mengawasi apakah telah dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
desa.
16. Mengawasi apakah Kepala Desa telah membuat dan menyampaikan laporan
penggunaan dana alokasi desa secara berkala kepada Bupati/Walikota.
17. Badan Usaha Milik Desa.
a. Mengawasi apakah tata cara pembentukan dan pengelolaannya telah
disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Mengawasi peraturan desa tentang pembentuk dan pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa
c. Mengawasi apakah kontribusi (bagi hasil usaha) yang diterima desa telah
sesuai dengan perjanjian dan apakah telah disetorkan ke rekening desa.
D. Kekayaan Desa
1. Kebijakan pengelolaan kekayaan desa
Mengawasi peraturan-peraturan desa yang berkaitan dengan tata cara pengelolaan
kekayaan desa dalam rangka meningkatkan tertib pengelolaan kekayaan desa.
2. Perencanaan Kebutuhan Kekayaan Desa.
a. Mengawasi perencanaan kebutuhan kekayaan desa yang dituangkan dalam
rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b. Apakah perencanaan kebutuhan kekayaan desa tersebut telah memperhatikan
ketersediaan barang milik desa, yaitu barang yang diadakan benar-benar
dibutuhkan.
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Apakah biaya yang diperlukan cukup tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
d. Apakah jumlah barang, standart barang dan standar harga yang dibutuhkan
wajar.
3. Inventarisasi Kekayaan Desa
a. Mengawasi ada berapa jenis kekayaan yang dimiliki desa yang bersangkutan,
seperti:
- Tanah kas desa
- Pasar desa
- Pasar hewan
- Tambatan perahu
- Bangunan desa.
- Pelelangan ikan yang dikelola desa
- Lain-lain kekayaan milik desa.
b. Mengawasi apakah jenis kekayaan milik desa tersebut telah tercatat dalam
buku kekayaan desa.
c. Mengawasi Dokumen kepemilikan kekayaan Desa, apakah semua kekayaan desa
tersebut telah memiliki dokumen yang sah atas nama desa yang bersangkutan.
4. Mengawasi lain-lain kekayaan milik Desa
a. Mengawasi barang yang diperoleh dari hasil pengadaan atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa/ Daerah, apakah prosedur pengadaannya telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu:
- Melalui panitia pengadaan/pejabat pengadaan.
- Cara Pengadaan dengan pelelangan, pemilihan langsung dan pengadaan
langsung sesuai dengan besarnya nilai pengadaan.
- Kewajaran harga.
- Kualitas harga.
- Kualitas dan kuantitas barang.
- Spesifikasi barang.
- Pemeriksaan oleh panitia pemeriksa barang.
- Penerimaan barang apakah sudah sesuai dengan SPK/Surat pesanan, baik
spesifikasi jumlah dan waktu penyerahan.
- Keberadaan barangnya.
b. Mengawasi barang yang berasal dari sumbangan pihak ketiga/Hibah.
- Melihat dan menyaksikan Berita Acara Penyerahan Barang dari pemerintah
provinsi, kabupaten/kota atau dari pihak ketiga.
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
• Besarnya sewa;
• Cara pembayaran; dan
• Sanksi.
4) Mengawasi apakah ada Surat Perjanjian Sewa Menyewa yang sudah
berakhir waktunya tetapi barangnya belum dikembalikan, berapa lamanya
dan hitung kerugian yang dialami oleh desa.
5) Mengawasi apakah ada perpanjangan sewa menyewa namun tidak diikuti
dengan perpanjangan Surat Perjanjian Sewa Menyewa dan cek
pembayaran sewanya apakah disetor ke rekening desa.
6) Mengawasi apakah penyewa (pihak ketiga) membayar tepat waktu sesuai
dengan Surat Perjanjian, kalau tidak apakah dikenakan sanksi denda
keterlambatan.
7) Mengawasi apakah penerimaan pembayaran sewa sudah disetorkan
ke Kas Desa, kalau belum/ tidak cek penggunaannya.
6. Pinjam Pakai Kekayaan Desa
a. Mengawasi apakah ada barang-barang milik desa yang dipinjam pakai oleh
Pemerintah Desa, lain dapatkan Surat Perjanjian Pinjam pakai dan Berita Acara
Serah Terima Barang.
b. Mengawasi apakah Surat Perjanjian Pinjam Pakai telah memuat:
1) Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
2) obyek perjanjian pinjam pakai;
3) jangka waktu (7 hari);
4) hak dan kewajiban para pihak;
5) penyelesaian perselisihan;
6) force majeure; dan
7) Penanganan pelaksanaan perjanjian.
c. Mengawasi apakah ada pinjam pakai yang sudah habis waktunya sesuai dalam
Surat Perjanjian barangnya belum dikembalikan.
d. Apakah ada pinjam pakai yang waktunya diperpanjang namun tidak dibuatkan
Surat Perjanjian Pinjam Pakai perpanjangan waktu.
e. Mengawasi apakah ada tanah dan bangunan milik desa yang di pakai oleh
Pemerintah Desa lain atau oleh pihak ketiga, apa alasan dapatkan Surat
Perjanjiaanya, dan apakah Kepala Desa yang melaksanakan Pinjam Pakai
tersebut telah mendapatkan persetujuan BPD.
7. Kerjasama pemanfaatan tanah dan bangunan milik desa
a. Mengawasi apakah ada kerjasama pemanfaatan atas tanah dan bangunan
milik desa, dapatkan:
19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Mengawasi apakah Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna telah
memenuhi persyaratan yang meliputi:
1) Pemerintah desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraannya
pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum.
2) Tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk
penyediaan bangunan dan fasilitas.
3) Mengawasi apakah surat perjanjiannya telah memenuhi persyaratan
dengan memuat:
- Pihak yang terikat dalam perjanjian.
- Obyek Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
- Jangka waktu paling lama 3 Tahun.
- Hak dan kewajiban para pihak.
- Penyelesaian perselisihan.
- Force majure.
- Sanksi.
- Penanganan pelaksanaan perjanjian
c. Mengawasi apakah selama jangka waktu pengoperasian antara Bangun Guna
Serah dan Bangun Serah Guna tidak memenuhi kewajibannya sesuai Surat
Perjanjian antara lain:
1) Membayar kontribusi kepada Pemerintah Desa.
2) Tidak menjaminkan, mengalihkan dan menggadaikan obyek Bangunan
Serah Guna dan Bangunan Guna Serah kepada pihak lain.
3) Memelihara Obyek Bangunan Serah Guna dan Bangunan Guna Serah.
4) Mengawasi Kewajaran besaran kontribusi atas hasil pengoperasian
Bangunan Serah Guna dan Bangunan Guna Serah, cek penyetoranya ke
Rekening Desa.
d. Mengawasi apakah ada perjanjian Bangun Serah Guna dan Bangun Guna
Serah yang sudah berakhir, nama bangunan dan semua fasilitas yang ada
belum diserahkan kepada Pemerintah Desa.
e. Mengawasi apakah ada Surat Perjanjian Bangun Serah Guna dan Bangun
Guna Serah yang diperpanjang masa berlakunya, namun belum dibuatkan
Surat Perjanjian perpanjangan waktu.
9. Pelepasan hak kepemilikan atas tanah Desa
a. Mengawasi apakah ada kekayaan Desa berupa tanah yang hak kepemilikannya
dilepaskan kepada pihak lain, dapatkan data tanah dan dokumen pelepasan
hak tersebut.
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
26