Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

NEFROSKLEROSIS
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH II”
Dosen Pengampu : Ibu Darsini S.Kep., Ns., M.Kep.
Ibu Eliza Zihni Zatihulwani S.Kep., Ns., M.Kep.
Ibu Rohmatul Faizah S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUSN OLEH :
LUSIANA BERNADETA TEMORUBUN
2019030077

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES HUSADA JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya dengan

berkat dan anugerah-Nya, saya akhirnya dapat menyelesaikan penulisan dan

penyusunan makalah tentang Nefrosklerosis ini. Makalah ini ditulis dan disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Makalah tentang Striktur

Uretra ini berisi tentang konsep medis, askep dan pendidikan kesehatan.

Karena proses penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

saya membuka diri untuk menerima berbagai komentar, masukan dan kritik demi

perbaikan yang sifatnya membangun untuk bekal saya dalam pembuatan makalah

selanjutnya.

Lawang, 14 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. LATAR BELEKANG .................................................................... 1

B. TUJUAN PENULIS......................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 3

A. DEFINISI......................................................................................... 3

B. ANATOMI FISIOLOGI…………………………………… …….. 3

C. ETIOLOGI………………………………………………………… 7

D. PATWAY………………………………………………………….. 8

E. EPIDEMIOLOGI………………………………………………….. 10

F. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS………………… 10

G. KOMPLIKASI…………………………………………………….. 13

H. PEMERIKSAANPENUNJANG……………………………………14

I. PENATALAKSANAAN………………………………………… 15

J. PENCEGAHAN…………………………………………………… 18

K. PROGNOSIS……………………………………………………… 18

L. SAP………………………………………………………………… 19

M. ASKEP…………………………………………………………… 22
BAB III PENUTUPAN.................................................................................26

A. KESIMPULAN…………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nefrosklerosis hipertensi adalah penyakit ginjal yang disebabkan karena terjadinya

kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut maupun

kronik. Nefropati hipertensi terbagi menjadi dua yakni nefropati hipertensi

benigna (Neproskelerosis benigna) dan nefropati hipertensi maligna

(nefrosklerosis maligna).

Hipertensi merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya serangan penyakit

pembuluh darah lainnya. Namun sebagian besar masyarakat belum menyadari bahwa

hipertensi juga memiliki kaitan erat dengan kesehatan ginjal.

Penyakit ginjal merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia Saat ini

hipertensi diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 10-30%

penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami hipertensi. Dari 4.000

penderita hipertensi, sekitar 17 persen di antaranya juga menyumbang penyakit gagal

ginjal.

1
B. Tujuan

1. Memahami konsep medis tentang penyakit nefroklerosis

2. Memahami penerapan asuhan keperawatan pada penderita nefroklerosis.

3. Memahami cara penyusunan satuan acara penyuluhan tentang

nefroklerosis

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Nefrosis merupakan pengerasan atau sclerosis arteri ginjal akibat hipertensi yang lama.

Penyakit ini memnyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,kadang kadang terjadi

fibrosis dan glomerulus rusak.

(Suyono 2001)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan

eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai fungsi eliminasi, sistem

perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai berikut:

1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah

cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin, serta melepaskan renin.

2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potasium, klorida, dan

mengontrol kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine, serta

menjaga batas ion kalsium dengan menyintesis kalsitrol.

3. Mengonstribusi stabilisasi ph darah dengan mengontrol jumlah keluarnya

ion hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine.

3
4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran

nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat

pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.

5. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan,

deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan. Aktivitas sistem

perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam

batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan

memberikan dampak yang fatal Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter,

kandung kemih, dan uretra. Untuk menjaga fungsi ekskresi, sistem

perkemihan memiliki dua ginjal. Organ ini memproduksi urine yang

berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa solute yang kecil. Urine

meninggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter menuju dan

ditampung sementara pada kandung kemih. Proses ekskresi urine dinamakan

miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari otot-otot kandung kemih menekan

urine untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh.

1. Ginjal

Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang belakang

antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior disbanding ginjal kanan.

Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pancreas, jejunum, dan sisi

fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.

4
a. Nefron

Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal dimana apabila dirangkai akan mencapai

panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh

karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan terjadi penurunan

jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron yang berfungsi akan menurun

sekitar 10% setiap 10 tahun, jadi pada usia 80 tahun jumlah nefron yang berfungsi 40%

lebih sedikit daripada usia 40 tahun. Penurunan fungsi ini tidak mengancam jiwa karena

perubahan adaptif sisa nefron dalam mengeluarkan produk sisa yang tepat (Guyton,

1997 dalam buku Arif Muttaqin & Kumala Sari,2012)

b. Aliran Darah Ginjal

Ginjal menerima sekitar 1200 ml darah per menit atau 21% dari curah jantung. Aliran

darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus menerus

menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu

mempertahankan volume darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium,

kalsium, fosfat, dan ph, serta membuang produk-produk metabolisme sebagai urea.

5
2. Kandung Kemih

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam

menampung urine, kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal, dimana pada orang

dewasa besarnya adalah ±300-450 ml. Pada saat kosong, kandung kemih terletak di

belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat

dipalpasi dan diperkusi. Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis

otot detrusor yang saling beranyaman. Pada dinding kandung kemih terdapat 2 bagian

yang besar. Ruangan yang berdinding otot polos adalah sebagai berikut:

a) Badan (korpus) merupakan bagian utama kandung kemih dimana urine

berkumpul.

b) Leher (kolum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong

berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan

berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih

disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra. Serat-seratnya

meluas ke segala arah dan bila berkontraksi dapat meningkatkan

6
3. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung kemih melalui

proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior

dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.

C. ETIOLOGI

Nefrosklerosis merupakan suatu keadaan yang lebih berat, yang terjadi bersamaan

dengan hipertensi maligna. Hipertensi maligna paling sering terjadi akibat tekanan

darah tinggi yang tidak terkendali, tetapi juga bisa terjadi akibat

1. Glomerulonefritis

2. Gagal ginjal kronis

3. Penyempitan arteri renalis (hipertensi vaskuler renalis)

4. Peradangan pembuluh darah ginjal (vaskulitis renalis)

7
D. PATWAY

8
9
E. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan laporan USRDS, nefrosklerosis hipertensif terjadi sedikitnya 24% setiap

tahun pada populasi pasien penyakit ginjal kronik terminal (PGKT) di Amerika Serikat.

Di Eropa, mengacu pada data register European Dialysis and Transplant Association,

angka kejadian NH sebagai penyebab PGKT berkisar 12%, data tiap negara bervariasi,

Perancis dan Italia melaporkan kejadian NH sebagai penyebab PGKT masing-masing

berkisar 21% dan 27%. Di Asia, Jepang melaporkan bahwa kejadian hipertensi sebagai

penyebab PGKT sekitar 6%, sedangkan di Cina sekitar 7%.11 di Indonesia sendiri,

angka kejadian hipertensi sebagai etiologi PGK pada populasi berkisar 8,46%.12

prevalensi NH sering overestimated karena hipertensi jarang menjadi etiologi tunggal

NH, dan diagnosis sering didasarkan hanya pada data klinis.

F. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Nefrosklerosis

Terdapat dua bentuk nefrosklerosis:

10
a. Nefrosklerosis maligna

Nefrosklerosis ganas terjadi pada hipertensi maligna. Komplikasi ini

terjadi pada sekitar 5% pasien hipertensi. Sering dihubungkan dengan hipertensi

maligna (tekanan darah diastolik > 130 mm Hg). Hal ini biasanya terjadi pada

dewasa muda,dan pria terkena dua kali lipat lebih sering dari pada wanita.

Proses penyakit berkembang cepat dan lebih dari 50% pasien meninggal akibat

uremia dalam beberapa tahun.

Ginjal berukuran normal atau sedikit membesar dan mempunyai permukaan

yang licin dengan banyak perdarahan petekia kecil. Secara mikroskopis, terdapat

nekrosis fibrinoid (nekrosis fibrinoid tampak sebagai bahan granular merah

muda yang tampak dengan imunofluoresen) arteriol dan glomerulus. Arteri

interlobus memperlihatkan proliferasi selular intimal dan fibrosis yang berlapis-

lapis (kulit bawang). Penyempitan lumen menyebabkan iskemia.

Secara klinis, nefrosklerosis ganas bermanifestasi sebagai proteinuria dan

hematuria,yang kemudian dengan cepat diikuti oleh gagal ginjal akut. Tanpa

pengobatan, 90% pasien meninggal dalam satu tahun. Dengan pengobatan anti

hipertensi modern, lebih dari 60% pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun

setelah diagnosis.

11
b. Nefrosklerosis benigna

Neproskelerosis benigna adalah kerusakan vaskularisasi pada ginjal yang

disebabkan karena peningkatan tekanan darah yang menetap (hipertensi stage 2)

baik primer maupun sekunder dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan dengan

LFG < 60 mL/menit/1,73m2 .

Nefrosklerosis jinak terjadi pada sebagian besar pasien hipertensi esensial.

Perubahan serupa tampak pada autopsi pasien usia lanjut tanpa hipertensi, akibat

proses penuaan. Terdapat pengurangan ukuran ginjal yang simetris bilateral.

Permukaan ginjal bergranular merata halus dan terjadi penipisan yang seragam

pada korteks ginjal. Secara mikroskopis, terdapat penebalan hialin dinding arteri

kecil dan arteriol (penyempitan lumen pembuluh darah ini menyebabkan

iskemia glomerulus kronis), sklerosis global pada glomerulus, dan atrofi nefron

dengan fibrosis intertisial. Dengan imunofloresensi dan mikroskop elektron

tidak tampak adanya bukti deposit imun. Perubahan nefrosklerosis jinak

biasanya ringan. Gagal ginjal kronis terjadi kurang dari 5% kasus.

Gejalanya pasien dengan nefrosklerosis benigna jarang mengeluh gejala renal,

gejala yang muncul :

1. Proteinuria ringan

2. Nokturia

12
G. KOMPLIKASI

Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir.

Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit

ginjal tahap akhir.

1. Pada nefrosklerosis benigna, pembuluh darah arteri ginjal tampak

tebal, lumen menyempit, dan ada kapiler glomerular yang

sklerotik dan kempis.

2. Perubahan vascular ini dapat menyebabkan suplai darah keginjal

berkurang.

3. Tubulus ginjal juga mengalami atrofi.

4. Pada nefrosklerosisbenigna, tanda dan gejalanya juga ringan seperti

proteinuria ringan.

5. Nokturia dapat terjadi karena kemampuan tubula mengonsentrasi urine

juga berkurang.

13
Walaupun insufisiensi ginjal yang terjadi ringan, pasien ini memiliki

risiko tinggi untuk mengalami gagal ginjal akut. penebalan arteriola, kapiler

glomerular, serta artrofi tubula yang tersebar. Selain itu terjadi hematuria

makroskopik proteinuria berat dan peningkatan kreatinin plasma. Nefrosklerosis

maligna adalah kondisi kedaruratanmedis. Tekanan darah yang tinggi harus

diturunkan untuk menghindari kerusakan ginjal yang permanen dan

kerusakan organ tubuh yang vital, misalnya otak dan jantung.Tanda dan

gejalanya sama dengan gagal ginjal kronik.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Biopsi ginjal pada nefroskleroris hipertensif serupa dengan kondisi pada nefropati

diabetic. Biopsi ginjal hanya dilakukan pada keadaan tertentu saja yakni pada penderita

yang tidak mengalami askselerasi hipertensi atau riwayat hipertensi yang

lama disertai dengan kadar serum kreatinin kurang dari 2,5 mg/dL dan proteinuria lebih

dari 1.500 mg per 24 jam meski ada juga yang menyebutkan proteinuria dapat kurang

dari 500 mg/ 24 jam.

14
I. PENATALAKSANAAN

a. FARMAKOLOGI

Hingga saat ini, penatalaksanaan NH masih mengacu pada penelitian AASK (African

American Study of Kidney Disease and Hypertension). AASK meneliti 1094 orang ras

Afrika-Amerika yang hipertensi kronik dengan gangguan fungsi ginjal yang tidak dapat

dijelaksan sebabnya serta adanya proteinuria ringan berkisar 500-600 mg per

hari. Digunakan tiga obat antihipertensi yakni ramipril, metoprolol dan

amlodipin.Target penurunan tekanan darah adalah 125/75 mmHg atau 140/90 mmHg.

Sasaran primer pada akhir penelitian ini adalah perubahan LFG yakni saat pertama

terjadi penurunan LFG 50% atau LFG 25 ml/menit/1,73 m 2,saat terjadi gagal

ginjal atau saat kematian. Penelitian ini selama 4 tahun, didapatkan rerata penuruan

tekanan darah tertinggi adalah 141/85 mmHg dan rerata penurunan tekanan

darah terendah adalah 128/78 mmHg. Sasaran primer ternyata tidak berbeda

bermakna pada kelompok dengan target 140/90 mmHg atau 125/75 mmHg. Hal ini

menunjukkan bahwa target tekanan darah kurang 140/90 mmHg tidak memberikan

hasil lebih baik. Dari segi kelompok jenis obat, ramipril menunjukkan hasil sasaran

primer yang lebih baik dibandingkan dengan metoprolol atauberbeda bermaknadengan

amlodipin.
15

Namun setelah 10 tahun penelitian, tidak didapatkan perbedaan bermakna

antara ketiga jenis antihipertensi maupun penurunan tekanan darah serendah

mungkin terhadap progesi penurunan LFG. Dari hasil penelitian jurnal yang dilakukan

oleh Siewer-Delle dkk di Swedia, diteliti 23 pasien pria dengan hipertensi primer

baru dan 11 pasien pria dengan normotensi dengan usia yang sama.

Antihipertensi yang dipakai adalah penyekat beta dan penambah hidroklorotiazid jika

diperlukan. lFG dinilai pada saat awal, saat 7 tahun dan saat 14 tahun.

Setelah 7 tahun penelitian, ternyata didapatkan penurunan LFG dari 103

ml/menit/1,73m2 menjadi 84ml/menit/ 1,73m2. Namun setelah itu tidak terjadi

penurunan LFG sampai dengan tahun ke 14. Selama 14 tahun penelitian, didapatkan

rerata tekanan darah berkisar 139/88 mmHg. Siewert menyimpulkan bahwa pada pasien

Swedia (raskulit putih), pengendalian hipertensi dengan obat konvensional

dapat mencegah penurunan fungsi ginjal selama 14 tahun. Jadi dapat disimpulkan

bahwa target (1) penurunan tekanan darah pada pasien dengan nefrosklerosis

hipertensif adalah <140/90 mmHg. Dan target (2) semua jenis antihipertensi

menunjukkan hasil yang tidak berbeda dalam mencegah progesi penurunan

LFG
16

a. NON FARMAKOLOGI

Penatalaksaan lain dengan operasi bypass rekontruksi vascular. Dimana

tujuanoperasi adalah untuk menghilangkan hipertensi dan memperbaiki

perfusi/atrofi ginjal lebih lanjut. Dan sebagai hasil dari tindakan operasi

rekontruksi vascular salah satu komplikasinya yakni perdarahan, thrombosis arterial,

thrombosis V.renalis, restenosis dan gagal ginjal akut. Penyebab utama kematian adalah

uremia pasca bedah, perdarahan dan infark jantung. Serta tidak membaiknya hipertensi

pasca bedah adalah thrombosis dalam arteri yang diperbaiki. Apabila tidak ada

komplikasi yang berhubngan dengan teknik operasi, hasil rekontruksi lebih baik.

Pengobatan terhadap nefrosklerosis berfokus pada deteksi awal terhadap hipertensi dan

pengobatannya. Faktor penyebab harus dicari dan dilakukan tindakan untuk

menurunkan hipertensi. Apabila terjadi kerusakan ginjal yang berarti,

pemulihan kesehatan umum pasien dan perlambatan laju kerusakan ginjal dapat

menjadi tujuan pengobatan. Pengendalian hipertensi tetap dilaksanakan. Untuk

menangani kedaruratan hipertensif, vasodilator yang poten, missal diazoksid dan

natrium nitroprusid, perludipakai. Obat ini diberikan secara drip IV dan dapat

menurunkan tekanan darah dengan cepat. Pemantauan terhadap hipotensi,

takikardia, kegelisahan, sakitkepala, kejangotot, dan nyeri retrosternum atau

abdominal dilakukan secaraterus-menerus. Perawatan untuk pasien dengan

nefrosklerosis sama dengan gagal ginjal kronik


17

J. PENCEGAHAN

Pengawasan tekanan darah secara ketat pada orang-oarang yang cenderung menderita

hipetensi akan menurunkan resiko terjadinya nefrosklerosis

K. PROGNOSIS

Jika keadaan ini tidak diobati,sekitar 50% penderita meninggal dalam waktu 6 bulan

dan sisanya meninggal dalam waktu 1 tahun. Sekitar 60% kematian terjadi akibat gagal

ginjal,20% karena gagal jantung, 20% karena stroke dan 1% karena serangan

jantung(infark miokard).

Menurunkan tekanan darah dan mengobati gagal ginjal akan menurunkan angka

kematian,terutama yang disebabkan oleh gagal ginjal,gagal jantung dan stroke.


18

L. SAP

Tema : Nefrosklerosis

Subtema : Pencegahan Nefrosklerosis

Sasaran : Bpk.El

Tempat : R. Dahlia

Waktu : 30 menit

Hari /tanggal : 6 November 2016.

A. Tujuan Intruksional umum

Setelah dilakukan penyuluha kesehatan diharapkan klien dan keluarga dapat

mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis

A. Tujuan Intruksional khusus

1. Pasien dapat mengetahui definisi nefrosklerosis

2. Pasien dapat mengetahui factor penyebab nefrosklerosis

3. Pasien dapat mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis

B. Materi

1. Definisi nefrosklerosis

2. Factor resiko penyebab nefrosklerosis


3. Cara pencegahan nefrosklerosis

19

C. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

D. Media

1. Brosur

2. Leaflet
20

E. Rencana kegiatan

N Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

o
1 Pembukaan - Salam - Menjawab

pembuka salam

- Memperken - Mendengark 5

alkan diri an menit

- Menjelaska

n tujuan

penyuluhan
2 Isi - Menjelaska Klien

n definisi mendengark

nefroskleros an

is 15

- Menjelaska Menit

n factor

penyebab

terjadinya

nefroskleros

is
Menjelaska

n cara

pencegahan

nefroskleros

is
3 Penutup - Memberika - Klien

n bertanya 10

kesempatan - Mendengark menit

klien an

bertanya - Menjawab

- Menjawab salam

pertanyaan

- Evaluasi

- Salam

penutup

F. Evaluasi

1. Sumatif

Klien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan nefrosklerosis

21
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Identitas

1) Pasien

Nama : Bpk.El

Usia : 48 tahun

Ruang : Dahlai

Diagnosa Medis : Nefrosklerosis

Keluarga/ Penanggung jawab

b. Riwayat kesehatan

1) Kesehatan pasien

a) Keluhan utama saat dikaji

Klien mengeluh urine berwarna merah

b) Keluhan tambahan

Pasien mengeluhkan sering berkemih dimalam hari.

22
c) Riwayat penyakit sekarang

Bpak. El mengeluh, urine berwarna merah saat berkemih.

Sebelumnya pasien juga, sering berkemih dimalam hari. Pasien

memiliki penyakit hipertensi bertahun-tahun. 

d) Alergi

Tidak ada

c. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola nutrisi-metabolik

2) Pola aktivitas/istirahat

3) Pola eliminasi

Urine berwarna merah

4) Pola kebersihan diri

5) Pola manajemen kesehatan-persepsi (pemeliharaan kesehatan)

Riwayat medis keluarga

Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan: tidak

menggunakan tembakau, tidak mengkonsumsi NAPSA, tidak

mengkonsumsi alkohol.

Pasien belum mengetahui tentang penyakitnya.

23
6) Pola reproduksi seksualitas: tidak terkaji

7) Pola kognitif-persepsi/sensori

Keadaan mental: sadar

Tingkat ansietas: sedang

8) Pola konsep diri: tidak terkaji

9) Pola koping

Pengambilan keputusan dibantu keluarga

10) Pola peran-berhubungan

Sistem pendukung: keluarga

Ada dukungan keluarga selama masuk rumah sakit

11) Pola nilai dan keyakinan: tidak terkaji

d. Pemeriksaan fisik

1) Mata: Tidak ada keluhan

2) Ekstremitas bawah

e. Diagnostik test

f. Program tindakan:

1. Diagnosis Keperawatan

a. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi pada

srtuktur urinarius.

b. Defisifiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

24
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Bpk. El

Ruangan : Dahlia

Diagnosa Medis : Nefrosklerosis

NO Diagnosis Tindakan Keperawatan Rasional


Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
Keperawatan dan Data

Penunjang
1. Perubahan pola Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi a. Mengetahui status

eliminasi urine tindakan keperawatan a. Pantau kesehatan pasien

berhubungan dengan selama 3x24 jam eliminasi urine b. Mengkaji tingkat

obstruksi pada srtuktur perubahan pola eliminasi b. Observasi kesadaran pasien

urinarius. urine dapat teratasi tingkat c. Mengajarkan

dengan kriteria hasil: kesadaran asupan cairan

a. Urine tidak psien yang cukkup

berwarna merah c. Ajarkan pasien untuk pasien

meningkatkan d. Kolaborasi dengan

pemasukan dokter pemberian

cairan obat

d. Kolaborasikan

dengan dokter

pemberian obat
2. Defisifiensi Setelah dilakukan a. Kaji tigkat a. Mengetahui
pengetahuan tindakan keperawatan pemahaman tingkat

berhubungan dengan selama 1x24 jam, pasien pemahaman

kurangnya informasi diharapkan masalah b. Berikan klien tentang

Defisifiensi pengetahuan klien penyakitnya

teratasi dengan kriteria penjelasan b. Klien mengetahuai

hasil: tentang pengertian

a. Pasien dapat penyakitnya penyakitnya

mengerti penyakitnya c. Jelaskan c. Pasien

b. Pasien dapat penyebab memahami

mengatahui dan penyebab

penyebab pencegahan penyakitnya dan

penyakitnya pencegahan

c. Pasien dapat penyakitnya

mengerti pencegahan

penyakitnya

25
a. Evaluasi Keperawatan

a. Status eliminasi yang baik

b. Memperlihatkan integritas kulit yang baik

c. Mampu memahami proses penyakit atau mampu mencegah timbulnya

cedera berulang

d. Mampu menjelaskan penyebab penyakit

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi yang lama dapat menyebabkan nefrosklerosis. Nefrosklerosis sendiri dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi yang serius seperti gagal ginjal akut.

Nefrosklerosis adalah pengerasan atau sklerosis arteri ginjal akibat hipertensi yang

lama. Nefrosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan bercak

nekrosis parenkim renal.

26
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC

Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

27

Anda mungkin juga menyukai