Anda di halaman 1dari 9

eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943

http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni


hal: 91-99 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Pengemudi Ojek Online
(GoJek) di Kota Medan Sumatera Utara

Jasmen Manurung1, Mido Ester Sitorus1, Rinaldi1


1
Universitas Sari Mutiara Indonesia Gedung B Lantai 1 Jl. Kapten Muslim No. 79 Medan
20123, Indonesia
Email: jasmenmanurung79@yahoo.com
ABSTRAK
Adanya aplikasi Go-Jek berbasis online ini menyebabkan penumpukan kendaraan di jalanan,
sehingga faktor resiko kecelakaan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku safety riding pengendara Go-Jek di Kota
Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
penelitian adalah pengendara Go-Jek di Kota Medan sebanyak 100 responden yang di ambil
secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan faktor perilaku safety riding adalah usia (p-value = 0,000), masa berkendara (p-value =
0,000), kondisi kendaraan (p-value = 0,000), kelengkapan berkendara (p-value = 0,000).
Adapun variable yang tidak berhubungan yaitu pengetahuan (p-value = 0,420), dari hasil yang
didapatkan diharapkan adanya peran berbagai pihak, baik pemerintah, kepolisian, institusi
pendidikan, serta perusahaan untuk membuat program pelatihan keselamatan berkendara yang
aman, serta lebih mensosialisasikan penggunaan perlengkapan sepeda motor. Selain itu,
pengendara Go-Jek diharapkan untuk selalu mematuhi tata cara ketentuan berlalu lintas.

Kata Kunci : Perilaku, Safety Riding, Go-Jek

Factors Associated with Behavioral Safety Riding Online Motorcycle driver (GoJek) in the
city of Medan, North Sumatra

ABSTRACT
With this online-based motorcycle taxi application, it causes a buildup of vehicles on the road,
so the risk factor for accidents is higher. Riders or often called Go-Jek partners in the city of
Medan have reached 1,479 partners. Partners go to a motorcycle that uses two wheels (Go-
Bike) as many as 964 partners. Therefore, this study aims to find out the factors related to the
safety riding behavior of Go-Jek riders in the city of Medan. This research is a quantitative
study with cross sectional design. The research sample was all of the Go-Jek riders in Medan
city as many as 100 respondents who were taken by incidental sampling. Data analysis
consisted of univariate and bivariate analysis using Chi Square statistical tests. The results
showed that the factors related to safety riding behavior factors were age (p Value = 0,000),
driving period (p Value = 0.000), vehicle condition (p Value = 0,000), completeness of driving
(pValue = 0,000). The unrelated variables are knowledge (p Value = 0.420), the results
obtained are expected to have the role of various parties, both government, police, educational
institutions, and companies to make a safe driving safety training program, as well as more
socializing in the use of motorcycle equipment. In addition, Go-Jek drivers are expected to
always comply with the procedures for traffic regulations.

Keywords: behavior, Safety Riding, Go-Jek

91
Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya
Kecelakaan lalu lintas masih teknologi saat ini terdapat aplikasi yang
menjadi masalah global sampai dengan saat mengenalkan layanan pemesanan ojek
ini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor menggunakan teknologi yang dibantu
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan dengan adanya layanan internet. Penyedia
Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas jasa ojek online tersebut dikenal dengan
diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan nama Go-Jek, Uber, Blu-Jek. Semua
yang tidak diduga dan tidak disengaja yang memberikan pelayanan yang hampir sama
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa mulai dari mengantarkan orang dengan
pengguna jalan lain yang dapat biaya yang berbeda-beda, namun dengan
mengakibatkan korban manusia dan/atau sistem pemesanan yang sama yaitu
kerugian harta benda. Dampak akibat pemesanan melalui aplikasi telepon
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan genggam. Salah satu aplikasi ojek online
korban manusia dapat berupa luka ringan, yang terbesar dan paling banyak dipakai
luka berat bahkan hingga kematian adalah Go-Jek yang hampir dapat di jumpai
(Korlantas POLRI, 2014) disetiap mulut-mulut jalan di Kota Medan
Adapun dampak kerugian material (Anjani S., 2017).
yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu Go-Jek menjadi pionir layanan ojek
lintas secara global telah mencapai US$518 berbasis aplikasi mobile melalui layanan
milyar tiap tahunnya dimana sekitar US$65 Go-Ride-nya. Dengan ini, pengguna
milyar berasal dari negara-negara dengan aplikasi Go-Jek cukup memesan ojek
berpendapatan menengah dan rendah melalui aplikasi mobile secara online dan
(WHO, 2014). WHO dalam Global Status nantinya akan dijemput oleh driver ojek
Report on Road Safety (2015) melaporkan yang merespon pesanan pengguna atau
bahwa proporsi kematian akibat kecelakaan calon penumpang. Transaksi pembayaran
sepeda motor tertinggi terjadi di negara- dilakukan saat pengguna sampai ke tujuan
negara Asia Tenggara dan negara-negara kepada supir ojek. Tarif yang dikenakan
Asia Pasifik dimana masing-masing sebesar bervariasi berdasarkan jarak yang ditempuh
34% (WHO, 2015). Indonesia sendiri atau berdasarkan flat rate yang
masuk dalam kategori 10 besar negara diberlakukan. Beberapa perusahaan yang
dengan kasus kecelakaan lalu lintas menjadi pesaing Go-Jek adalah GrabTaxi,
terbanyak, yakni urutan keenam dari 185 dengan GrabBike-nya, dan Blu-Jek. Kedua
negara (WHO, 2013). Di Indonesia, perusahaan ini memiliki layanan yang
kecelakaan lalu lintas sepeda motor pada serupa dengan layanan Go-Ride dari Go-
tahun 2013 menempati urutan tertinggi Jek (Agustin, A., 2017).
yakni sebesar 119.560 kejadian (Dirjen Data yang di dapatkan dari
Perhubungan Darat, 2014). Korlantas Polri bahwa pada tahun 2017
Menurut data statistik yang dibuat telah terjadi 103 kejadian kecelakaan yang
oleh Korlantas Polri pada tahun 2017 di alami oleh driver Go-Jek. Faktor-faktor
menyebutkan bahwa terdapat 39.369 yang menyebabkan tindakan tidak aman
kejadian kecelakaan di Indonesia sepanjang ada 2 faktor yaitu faktor manusia dan faktor
tahun 2017, dimana jumlah itu adalah lingkungan (Geller, 2001). Beberapa
jumlah keseluruhan dari korban kecelakaan penelitian menujukkan faktor-faktor yang
luka ringan, luka berat dan korban banyak menimbulkan kecelakaan yaitu
meninggal dunia. Di Sumatera Utara berasal dari faktor perilaku bekerja yang
Sendiri terdapat 2.488 kejadian kecelakaan tidak aman (unsafe Action).
yang di antaranya terdapat 489 korban Hasil penelitian di Semarang pada
meninggal dunia, 414 korban luka berat, tahun 2013 pada mahasiswa Kesehatan
dan 1.585 korban luka ringan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro
(https://databoks.katadata.co.id) didapatkan hasil ada hubungan yang

92
bermakna antara pengetahuan keselamatan kaca spion standard. Selain itu berdasarkan
dan kesehatan berkendara dengan praktik hasil observasi peneliti di dapati bahwa
keselamatan dan kesehatan berkendara pengendara menaati peraturan peraturan
pada pengendara sepeda motor rambu lalu lintas, menikung dengan
(Perwitaningsih, 2013). Seperti yang menyalakan lampu sein kana maupun kiri,
dijelaskan oleh Korlantas 2017 yang kadang memakai hp saat berkendara serta
menyebutkan bahwa faktor yang menjadi kurang berkonsentrasi dalam berkendara.
penyebab kecelakaan dapat terbagi menjadi Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
4, yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, dilakukan penelitian untuk menganalisis
faktor jalan, dan faktor lingkungan dimana hubungan antara umur, pengetahuan, lama
faktor manusia merupakan penyumbang berkendara, kelengkapan berkendara dan
tertinggi terjadinya kecelakaan lalu lintas. kelengkapan berkendara dengan perilaku
Kota Medan merupakan wilayah safety riding pada pengendara Go-Jek
dengan lalu lintas kendaraan yang sepeda motor di Kota Medan Sumatera
cenderung padat setiap harinya. Karena Utara.
merupakan Ibu Kota Provinsi terbesar
ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Metode Penelitian
Surabaya. Pengendara Go-Jek di kota Jenis penelitian ini adalah penelitian
medan bekerja dari puku 06.00 sampai analitik dengan desain cross sectional
pukul 19.00 dengan jam kerja dan jam dimana populasinya adalah pengendara Go-
istrahat yang tidak tentu. Kadang juga Jek yang ada di kota Medan yang berjumlah
sampai jam 23.30 untuk mencapai target 100 orang. Teknik pengambilan sampel
orderan setiap hari. Berdasarkan survey dilakukan dengan metode accidental
awal yang dilakukan oleh peneliti dengan sampling. Penelitian dilakukan dari bulan
wawancara kepada 10 driver Go-Jek di Januari - Mei 2018. Pengumpulan data
dapat hasil sebagai berikut: sebanyak 80% dilakukan melalui bantuan kuesioner yang
pengedara memakai sepatu. 100% telah diuji validitas dan reliabilitasnya
pengendara memakai jacket. 100% sebelumnya. Analisis statistik dilakukan
menyediakan helm standart bagi dengan menggunakan uji chi square dengan
penumpang, 100% pengendara memakai CL = 95% dan α = 0,05.
helm standar dan 80% pengendara memakai

Hasil
Distribusi Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Variabel Kategori Jumlah (N) Presentase %
Pengetahuan Kurang 45 45%
Baik 55 55%
Usia Muda 34 34%
Tua 66 66%
Masa Berkendara Baru 30 30%
Lama 70 70%
Kondisi Kendaraan Lengkap 72 72%
Tidak Lengkap 28 28%
Kelengkapan Berkendara Lengkap 87 87%
Tidak Lengkap 13 13%
Perilaku Berkendara Safety 63 63%
Unsafety 37 63%

93
Berdasarkan Tabel 1 distribusi Sebagian besar memiliki masa berkendara
frekuensi pengetahuan pengendara tentang di atas 6 tahun sebanyak 70%. Rata-rata
perilaku berkedara yang benar pada masa berkendara pengendara Go-Jek adalah
kategori baik sebanyak 55%. Sebagian 12.5 tahun. Sebanyak 72% pengendara
besar pengendara berumur lebih dari 30 memliki kondisi kendaraan yang lengkap,
tahun (66%), usia termuda adalah 20 tahun, 87 pengendara memliki perlengkaan yang
dan usia yang terua adalah 54 tahun. Rata- lengkap dan 63% telah berperilaku safety
rata umur pengendara adalah 32,5 tahun. riding.

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Pengetahuan Safety Unsafety Total p-value
F % F % F %
Baik 16 16,0 23 23,0 39 39,0
0,420
Kurang 22 22,0 39 39,0 61 61,0
38 38 62 62 100 100

Berdasarakan tabel 2 diatas diaplikasikan pengendara dalam berkendara


menujukkan bahwa ada 23,0% pengendara sehari-hari. Hasil uji statistik di dapatkan p-
yang memiliki pengetahuan yang baik value 0,420 (p > 0,05) maka dapat
tentang perilaku safety riding namun disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
perilaku berkendaraannya tetap tidak aman. signifikan antara pengetahuan dengan
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perilaku safety riding pada pengendara Go-
tentang perilaku safety riding masih Jek.
terbatas dalam bentuk pengetahuan, belum

Hubungan Usia dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 3 Hubungan Usia dengan Perilaku Safety Riding
Perilaku Safety riding
Usia Safety Unsafety Total p-value
F % F % F %
Muda 0 0 34 34 34 34
0,000
Tua 37 37 29 29 66 66
37 37 63 63 100 100

Tabel 3 menujukkan bahwa tidak menunjukkan bahwa p-value 0,000 (p <


ada pengendara berusia muda yang 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
memiliki perilaku safety riding, namun hubungan antara usia dengan perilaku
pada usia tua perilaku safety riding tertinggi safety riding pada pengendara Go-Jek
pada kategori safety. Hasil uji statistik juga
.
Hubungan Masa Berkendara dengan Perilaku Safety Riding
Tabel 4. Hubungan Masa Berkendara dengan Perilaku Safety Riding
Perilaku Safety Riding
Masa
Safety Unsafety Total p-value
Berkendara
F % F % F %
Baru 8 8,0 22 22,0 30 30,0
0,000
Lama 54 54,0 16 16,0 70 70,0

94
62 62,0 38 38,0 100 100,0

Tabel 4 menujukkan bahwa safety. Hasil uji statistik juga menunjukkan


sebagian besar pengendara baru memiliki bahwa p-value 0,000 (p < 0,05) maka dapat
perilaku safety riding kategori unsafety, disimpulkan bahwa ada hubungan antara
namun pada responden yang masa masa berkendara dengan perilaku safety
berkendaraan lama menunjukkan sebagian riding pada pengendara Go-Jek.
besar memiliki perilaku berkendaraan yang

Hubungan Kondisi Kendaraan Perilaku Safety Riding


Tabel 5 Hubungan Kondisi Kendaraan dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Kondisi
Safety Unsafety Total p-value
Kendaraan
F % F % F %
Kurang 6 6,0 22 22,0 28 28,0
0,000
Lengkap 56 56,0 16 16,0 72 72,0
38 38,0 62 62,0 100 100,0

Berdasarkan Tabel 5 diatas dan sein, spion, oli dan rantai. Hasil
menujukkan bahwa pengendara dengan uji statistik Chi Square di dapatkan p-value
kondisi kendaraan yang kurag lengkap 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
cenderung memiliki perilaku berkendaraan bahwa ada hubungan antara kondisi
yang unsafe. Kondisi kendaraan yang kendaraan dengan perilaku safety riding
dimaksud adalah alat kendali, ban, lampu pada pengendara Go-Jek.

Hubungan Kelengkapan Berkendara dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 6 Hubungan Kelengkapan Berkendara dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Kelengkapan
Safety Unsafety Total p-value
Berkendara
F % F % F %
Kurang 0 0,0 13 13,0 13 13,0
0,000
Lengkap 62 62,0 25 25,0 87 87,0
62 62,0 62 38,0 100 100,0

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa yang safety dalam berkendara. Hasil uji
tidak ada pengendara yang memiliki statistik juga menunjukkan p-value 0,00
kelengkapan berkendara yang berperilaku (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa ada
safety dalam berkendaraan. Sebanyak 62% hubungan antara kelengkapan berkendara
pengendara yang memiliki kelengkapan dengan perilaku safety riding pada
berkendara yang lengkap memiliki perilaku pengendara Go-Jek.

Pembahasan waktu penginderaan sampai menghasilkan


Hubungan Pengetahuan dengan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
Perilaku Safety Riding oleh intensitas perhatian dan persepsi
Pengetahuan adalah hasil terhadap objek. Pengetahuan atau kognitif
penginderaan manusia, atau hasil ingin tahu merupakan domain yang sangat penting
seseorang terhadap objek, melalui indera untuk terbentuknya tindakan seseorang
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan (overt behavior). Dari pengalaman dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada penelitian ternyata perilaku yang

95
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih tahun atau lebih akan mengendarai secara
langgeng dari pada perilaku yang tidak hati-hati sedangkan sebaliknya mereka
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, mengendarai secara tidak hati-hati dan
2012). membayakan pengendara lain
(Nawangwulan,1998). World Health
Safety riding adalah suatu usaha Organization (WHO) Tahun 2011
yang dilakukan dalam meminimalisir menyatakan sebanyak 67% korban
tingkat bahaya dan memaksimalkan kecelakaan lalu lintas berada pada umur
keamanan dalam berkendara, demi produktif yakni 22-50 tahun, pernyataan
menciptakan suatu kondisi aman, yang lainnya menyatakan bahwa kecelakaan lalu
mana kita berada pada titik tidak lintas adalah penyebab utama kematian
membahayakan pengendara lain dan anak-anak di dunia, dengan rentang umur
menyadari kemungkinan bahaya yang dapat 10-24 tahun (Badan Inteligen Negara.
terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan 2014).
pencegahan dan penanggulangannya Hasil penelitian ini menunjukkan
(Berlianto, 2007). bahwa ada hubungan yang antara umur
Hasil penelitian hasil penelitian dengan safety riding pada pengendara ojek.
menunjukkan tidak ada hubungan yang Penelitian ini sejalan dengan hasil
signifikan antara pengetahuan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
safety riding (p-value 0, 420). Hasil Rukhfiati pada tahun 2010 yang
penelitian ini sejalan dengan penelitian menyatakan jika pengendara yang berumur
Ariwibowo (2013), tentang hubungan di atas 30 tahun lebih matang dan lebih
antara umur, tingkat pendidikan, pengalaman dalam berperilaku
pengetahuan, sikap terhadap praktik safety mengendarai sepeda motor, daripada
riding awareness pada pengendara ojek pengendara yang berumur di bawah 30
sepeda motor. Penelitian tersebut tahun. Hal tersebut dikarenakan umur
menunjukan bahwa tidak adanya hubungan merupakan salah satu faktor yang
antara perilaku dengan safety riding pada berhubungan dengan perilaku seseorang.
pengendara ojek sepeda motor (p-value = Seseorang yang memiliki umur yang
0,514). Pengetahuan memang merupakan matang akan berperilaku aman berkendara.
domain yang sangat penting dalam Untuk itu, perlu penegakan peraturan
membentuk tindakan seseorang, namun terhadap para pengendara yang masih
tidak selalu berpengaruh terhadap tindakan berumur di bawah 17 tahun sesuai dengan
seseorang. Seseorang dokter sangat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
mengetahui akibat kesehatan dari tindakan tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
merokok, namun tetap merokok. Hal ini
disebabkan oleh masih adanya komponen Hubungan Masa Berkendara dengan
lain yang juga berpengaruh terhadap Perilaku Safety Riding
pembentukan tindakan seseorang, seperti: Pengalaman berasal dari kata dasar
umur, pendidikan, pengalaman, dan "alami" yang artinya mengalami, melakoni,
berbagai faktor lainnya (Notoatmodjo, S., menempuh, menemui, mengarungi,
2012). mendapat, menyelami, dan merasakan
(Endarmoko, 2006). Pengalaman
Hubungan Usia dengan Perilaku Safety merupakan guru yang baik, yang bisa
Riding menjadi sumber pengetahuan dan juga
Usia merupakan salah satu faktor merupakan suatu cara untuk memperoleh
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kebenaran pengetahuan (Sugiyono, 2010).
melakukan aktivitas kesehariannya. Umur Pengalaman dapat diartikan juga sebagai
mempunyai pengaruh yang besar terhadap memori masa, yaitu memori yang
kejadian kecelakaan lalu lintas. Umur 30 menerima dan menyimpan peristiwa-

96
peristiwa yang telah terjadi atau dialami responden yang komponen pendukung
individu pada waktu dan tempat tertentu, sepeda motornya tidak lengkap (28%).
berfungsi sebagai referensi otobiografi Kebanyakan dari responden memiliki
(Syah, 2003). sepeda motor dengan produksi terbaru
Masa berkendara dihitung dari sehingga komponen sepeda motornya
pertama kali pengendara bisa mengendarai masih terbilang lengkap, seperti adanya
sepeda motor sampai dilakukan penelitian kaca spion, berfungsinya spidometer,
ini. Hasil distribusi responden menurut data lampu sein, lampu utama lampu rem dan
masa berkendara, pengendara yang spakebor pada sepedamotor.
berkendara sepeda motor > 6 tahun Pada analisa tabel silang
sebanyak 70 (70%) dan pengendara yang menunjukan bahwa lebih banyak responden
berkendara dibawah 6 tahun sebanyak 30 yang tidak lengkap memiliki komponen
pengendara (30%). Hasil penelitian pendukung pada sepeda motornya dan
menunjukkan bahwá ditemukannya berperilaku kurang baik dalam berkendara
hubungan antara masa berkendara dengan sepeda motor (22%). Berdasarkan hasil uji
safety riding (p value-0,000). statistik diketahui bahwa terdapat hubungan
Adanya hubungan pada variable ini yang bermakna antara kelengkapan
dikarenakan ketika seseorang mempunyai komponen sepeda motor dengan perilaku
masa berkendara yang lama akan lebih berkendara sepeda motor. Komponen
cenderung melakukan tindakan yang aman kondisi kendaraan pada sepeda motor
pada saat berkendara, karena sudah terbiasa menjadi penting karena masing- masing
dengan mengendarai secara aman dan darinya memiliki fungsi yang berbeda-beda
faktor lain seperti lingkungan yang yang dapat mengurangi risiko terjadinya
mengakibatkan perilaku pengendara aman. kecelakaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Oleh karena itu diharapkan Dinas
pernyataan yang ada, bahwa masa Perhubungan Darat bekerjasama dengan
berkendara seseorang dapat mempengaruhi kepolisian saat melakukan operasi razia
perilaku seseorang dalam berkendara yang untuk melakukan pemeriksaan secara
aman, seharusnya jika pengendara menyeluruh terhadap perlengkapan
pengalaman berkendaranya sudah lama komponen pendukung yang terdapat pada
maka akan mengendarai sepeda motor kendaraan agar pengendara sadar akan
secara aman dan sebaliknya jika pentingnya kelengkapan komponen
pengendara yang baru memiliki pendukung tersebut pada kendaraan
pengalaman berkendara maka akan khususnya sepeda motor.
melakukan perilaku berkendara secara tidak Hubungan Kelengkapan Berkendara
aman. dengan Perilaku Safety Riding
Ketersediaan perlengkapan
Hubungan Kondisi Kendaraan dengan keselamatan berkendara dalam penelitian
Perilaku Safety Riding ini adalah helm berdasarkan standar
Sepeda motor memiliki standar- nasional Indonesia, alat pelindung wajah
standar kelengkapan yang wajib memenuhi dan mata, sarung tangan, jaket/rompi,
persyaratan teknis. Pemeriksaan celana panjang dan sepatu yang menutupi
persyaratan teknis pada kendaraan sepeda tumit. Dikatakan lengkap apabila responden
motor berfungsi untuk menghindari lengkap (100%) memiliki perlengkapan
ancaman yang datang tiba-tiba saat keselamatan berkendara dan dikatakan
mengendarai sepeda motor di jalan raya. tidak lengkap (<100%) apabila tidak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki satu atau lebih perlengkapan
bahwa responden yang komponen keselamatan berkendara.
pendukung sepeda motornya lengkap lebih Berdasarkan hasil penelian
banyak jumlahnya (72%) dibanding diketahui bahwa responden yang

97
perlengkapan keselamatan berkendara
sepeda motornya termasuk dalam kategori Referensi
tidak lengkap lebih sedikit jumlahnya Agustin, A. 2017. Persepsi Masyarakat
(13%) dibanding responden yang Tehadap Penggunaan Transportasi
perlengkapan keselamatan berkendara Online (GO-JEK) di Surabaya. Jurnal
sepeda motornya lengkap (87%). Pada Ilmu dan Rist Manajemen. Volume.
penelitian ini, perlengkapan keselamatan 6. Nomor. 9
yang paling jarang ditemukan di responden Anjani, S. 2017 Transportasi Berbasis
adalah sarung tangan. Analisa tabel silang Aplikasi Online: Go-Jek Sebagai
menunjukan bahwa lebih banyak responden Sarana Transportasi Masyarakat
yang tidak lengkap memiliki perlengkapan Kota Surabaya. Skripsi. Universitas
keselamatan berkendara sepeda motor Airlangga.
berperilaku kurang baik dalam berkendara Ariwibowo. 2013. Hubungan Antara Umur,
sepeda motor yaitu sebesar 57.7%. Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,
Responden yang tidak memiliki ataupun Sikap Terhadap Praktik Safety Riding
tidak membawa perlengkapan keselamatan, Awwareness Pada Pengendara Ojek
berarti sama saja tidak memakainya. Sepeda Motor di Kecamatan
Hasil tersebut di dukung dengan uji Banyumanik. Junal Kesehatan
statistik yang menunjukkan bahwa terdapat Masyarakat, volume 2, nomor 1.
hubungan yang bermakna antara Badan Inteligen Negara. 2014. Kecelakaan
ketersediaan perlengkapan keselamatan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh
pengendara sepeda motor dengan perilaku Terbesar Ketiga. Diakses pada 10
berkendara sepeda motor. Hal ini sejalan April 2018 dalam situs web:
dengan penelitian Melisa, A. (2013), yang www.bin.go.id/awas/detil/197
menyatakan bahwa terdapat hubungan Berlianto, A. 2007. Safety Riding
antara Alat Pelindung Diri (APD) dengan Community. Diakses 1 Mei 2018.
perilaku berkendara aman (safety riding) http:saft7.com
dan hal ini juga membuktikan pernyataan Dirjen Perhubungan Darat, 2014.
Green (2005), bahwa ketersediaan sarana Perhubungan Darat Dalam Angka
merupakan salah satu faktor pemungkin 2013.
yang memfasilitasi motivasi untuk dapat Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa
diwujudkan menjadi kenyataan. Dengan Indonesia. Cet. I; Jakarta: PT
kata lain Faktor predisposisi (pengetahuan, Gramedia.
sikap, dsb) belum cukup membuat Dkatadata.co.id. Sepanjang 2017 Terjadi 98
seseorang berperilaku, perlu fasilitas untuk Ribu Kali Kecelakaan Lalu Lintas.
mendukung terjadnya perilaku tersebut. Diakses 12 Mei 2018.
https://databoks.katadata.co.id.
Kesimpulan Geller, E.S. 2001. Working Safe. How to
Tidak ada hubungan antara Help People Actively Care for Helath
pengetahuan dengan perilaku safety riding and Safety. Lewis Publisher.
pada pengendara Go-Jek. Ada hubungan Korlantas POLRI, 2014. Polantas Dalam
antara usia dengan perilaku safety riding Angka 2013
pada pengendara Go-Jek. Ada hubungan Melisa, A. 2013. Analisis Faktor-faktor
masa berkendara dengan perilaku safety yang Mempengaruhi Perilaku
riding pada pengendara Go-Jek. Ada Berkendara Aman (Safety Riding)
hubungan antara kondisi kendaraan dengan pada Pengendara Ojek di Universitas
perilaku safety riding pada pengendara Go- Indonesia Depok Tahun 2012.
Jek. Ada hubungan antara perlengkapan Skripsi. Fakultas Kesehatan
berkendara dengan perilaku safety riding Masyarakat Universitas Indonesia.
pada pengendara Go-Jek.

98
Nawangwulan, D. 1998. Gambaran Keluarga, Dukungan Teman Kerja
Kecelakaan Lalu Lintas Kendaraan Dengan Praktik Safety riding pada
Di PT. Indocement Tunggal Prakasa Karyawan Bisnis Development
Tbk Bogor. Jakarta: Universitas Representatif (BDR). Semarang:
Indonesia. Skripsi Fakultas Kesehatan
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. 2010
Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Perwitaningsih, R. 2013. Hubungan antara Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Pengetahuan dan Sikap Terhadap kualitatif, dan R&D. Bandung:
Praktik Keselamatan dan Kesehatan Alfabeta
Berkendara Sepeda Motor pada Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat PT Raja Grafindo.
Udinus Semarang Tahun 2013. Jurnal Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Udinus. tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Rukhfiati, dian. Hubungan Umur, Jalan
Pengetahuan, Sikap, Dukungan

99

Anda mungkin juga menyukai