Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH KESEHATAN KERJA DAN JAM KERJA

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA


DRIVER GOJEK RODA DUA
DI KOTA DENPASAR

OLEH :
PUTU ARYA WINATA
1917041181

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
PENGARUH KESEHATAN KERJA DAN JAM KERJA TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA PADA DRIVER GOJEK RODA DUA
DI KOTA DENPASAR

Oleh
Putu Arya Winata, NIM. 1917041181
Jurusan Manajemen

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengujikan pengaruh kesehatan kerja dan jam kerja bagi
produktivitas kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar. Kajian studi ini
termasuk studi kuantitatif kausal. Populasi pada kajian studi ini yaitu seluruh
driver Gojek roda dua di Denpasar. Sampel yang digunakan sebanyak 70
informan atau driver Gojek. Pengumpulan datanya dilaksanakan melalui teknik
observasi, kuesioner dan studi pustaka. Studi inipun mempergunakan teknik
analisis regresi linear berganda. Hasil temuan ini membuktikan bahwasanya
dengan parsial dan simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara kesehatan
kerja dan jam kerja bagi produktivitas kerja. Diperoleh hasil koefisien determinasi
bernilai 0,541 atau 54,1%, maka dapat diintepretasikan bahwa variabel kesehatan
kerja (X1) dan jam kerja (X2) berkontribusi bagi variabel produktivitas kerja (Y)
sebanyak 54,1% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya sebanyak 45,9%.

Kata-kata kunci : jam kerja, kesehatan kerja, produktivitas kerja

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya internet yang begitu pesat membuat masyarakat

menyukai ponsel, mulai dari browsing, bermain game online bahkan berbelanja

pun bisa dilaksanakan dengan secara online. Selain e-commerce, pengadaan jasa

juga dapat difasilitasi melalui jalur online, termasuk pemesanan jasa transportasi.

Prevalensi lalu lintas yang padat dan tingkat keterlibatan masyarakat yang tinggi

telah membuat individu memilih layanan transportasi sebagai moda transportasi

pilihan mereka. Untuk menghindari kemacetan lalu lintas, orang sering

menunjukkan keragu-raguan untuk mengoperasikan mobil mereka. Transportasi

digunakan oleh individu untuk memungkinkan tugas sehari-hari mereka.

Transportasi merupakan kebutuhan mendasar bagi individu yang terlibat dalam

berbagai aktivitas, termasuk pekerjaan, pendidikan, perjalanan, dan pengejaran

lainnya. Minimnya infrastruktur transportasi umum, terutama dalam hal kapasitas

transportasi, nampaknya tidak sejalan dengan masih besarnya ketergantungan

masyarakat pada transportasi publik. Daerah perkotaan dihadapkan pada banyak

tantangan, seperti kemacetan lalu lintas, penyediaan layanan yang tidak memadai,

dan kondisi transportasi umum yang tidak optimal yang gagal memenuhi tuntutan

masyarakat.

Maraknya penggunaan internet di masyarakat, ditambah dengan


3

keterbatasan transportasi tradisional, mendorong para pengusaha berlomba-lomba

mengembangkan solusi transportasi baru. Hal ini mengakibatkan munculnya

layanan transportasi online yang mengintegrasikan teknologi internet dengan

layanan transportasi. Transportasi online ini memberikan banyak keunggulan

sehingga masyarakat lebih memilih transportasi online ketimbang konvensional.

Gambar 1.1.1. Alasan Mayarakat Memilih Transportasi Online

Sumber: www.shopback.co.id
Kehadiran transportasi online telah membawa beberapa manfaat bagi

masyarakat, antara lain harga yang transparan, kemudahan, dan pelayanan yang

cepat. Selain itu, pengguna dapat mengakses informasi mengenai pengemudi yang

ditugaskan, termasuk detail pribadi mereka. Industri transportasi online

memberikan penekanan yang signifikan untuk memastikan keamanan pengguna

dengan memberikan informasi pengemudi yang komprehensif, termasuk nama

pengemudi, detail kontak, dan foto, melalui aplikasi. Layanan transportasi online

sudah banyak yang beroperasi di Indonesia khususnya di kota-kota besar,

beberapa contoh layanan yang telah beroperasi di berbagai kota Indonesia seperti

Gojek, Maxim, Indriver, Grab dan lain sebagainya.


3

Salah satu layanan transportasi online yang cukup diketahui masyarakat

adalah Gojek, berdiri tahun 2010 menjadikan Gojek adalah perintis atau pelopor

transportasi berbasiskan online di Indonesia. PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa

merupakan alternatif nama Gojek Indonesia. Tujuan dari pelayanan Gojek

Indonesia ialah berupaya memfasilitasi proses pemesanan ojek melalui platform

digital, sehingga meningkatkan aksesibilitas untuk semua. Aplikasi Gojek online

tersedia untuk diunduh gratis di Google Play Store bagi perangkat Android dan

Apple App Store untuk perangkat iOS. Inovasi ojek online Gojek Indonesia tidak

lepas dari sosok tokoh bangsa Nadiem Makarim. Gojek sebagai salah satu layanan

transportasi online yang cukup ramai peminatnya, menurut survei INDEF (2022),

sekarang ini Gojek termasuk layanan transportasi online yang sangat banyak

dipergunakan oleh konsumen Indonesia.

Gambar 1.1.2.
Transportasi online terbanyak yang dipergunakan bagi konsumen Indonesia

Sumber: INDEF (2022)


4

Di tahun 2020, Gojek mengalami pertumbuhan dengan menawarkan

berbagai layanan berbasiskan aplikasi dan mengembangkan operasi usahanya ke

berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Gojek telah mencapai valuasi 10

miliar Dolar AS, sehingga menjadi start-up pertama di Indonesia yang meraih

status decacorn. Mengacu pada katadata.co.id, Gojek memiliki kurang lebih dua

juta pengemudi, 400 ribu penjual makanan, dan mayoritas UMKM per Maret

2019. Selain itu, ada 60 ribu penyedia layanan yang terkait dengan perusahaan.

Apalagi bila diperhatikan melalui banyaknya aplikasi Gojek yang sudah diunduh

dari Playstore, ternyata saat ini jumlahnya sudah melebihi 100 juta unduhan.

Gojek menawarkan berbagai produk layanan, antara lain Go-Ride, layanan

transportasi berbasis sepeda motor, dan Go-Car, layanan transportasi berbasis

mobil. Selain itu, ada produk layanan lain yang tersedia, diantaranya Go-Food,

GoSend, Go-Mart, Go-Med, Go-Shop, Go-Box, Go-Clean, Go-Tix, Go-Pulsa dan

Go-Partner (khusus untuk mitra Gojek atau driver Gojek). Prestasi yang dikaitkan

dengan Gojek tidak dapat disangkal terkait dengan kesadaran publik akan

berbagai layanan dan penawaran yang disediakan perusahaan.

Gojek telah menghasilkan banyak hasil positif baik secara sosial maupun

ekonomi, seperti mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup dengan

menambah pendapatan. Menjamurnya aplikasi transportasi online seperti Gojek

berdampak pada lonjakan jumlah driver ojek yang biasa disebut driver Gojek

secara signifikan. Bagi seseorang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan

dalam memanfaatkan prospek pekerjaan, mengejar karir sebagai pengemudi

Gojek menghadirkan peluang yang berpotensi menguntungkan, karena berpotensi

menghasilkan banyak peluang kerja dan menambah penghasilan seseorang.


5

Sumber daya manusia adalah aspek penggerak utama dalam beroperasinya suatu

perusahaan termasuk Gojek selain modal dan teknologi. Manusia adalah faktor

penting bagi sebuah perusahaan karena manusia memiliki ciir khas yang unik bila

dibandingkan terhadap faktor lainnya.. Gojek mendapat keuntungan salah satunya

adalah dari pelayanan jasa yang diberikan dan yang menjalankannya adalah

driver itu sendiri, oleh sebab itu peran driver sangat penting dalam beroperasinya

Gojek.

Proses penetapan retribusi penggunaan sepeda motor untuk kemajuan

masyarakat dilakukan melalui pemanfaatan aplikasi. Penetapan tarif pelayanan

minimum bergantung pada sistem zonasi, dimana tarif regional untuk ojol di zona

I sesuai dengan wilayah geografis yang bersangkutan (Sumatera, Bali, dan Jawa

selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) “biaya jasa batas bawah:

Rp2.000 per km, biaya jasa batas atas: Rp2.500 per km, biaya jasa minimal

dengan rentang biaya jasa per 4 km pertama antara Rp8.000 sampai Rp10.000.

Tarif ojol regional zona II meliputi daerah (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

dan Bekasi/Jabodetabek) biaya jasa batas bawah: Rp2.550 per km, biaya jasa

batas atas: Rp2.800 per km, biaya jasa minimal dengan rentang biaya jasa per 4

km antara Rp10.200 sampai Rp11.200. Tarif ojol regional zona III meliputi

daerah (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan sekitarnya, Maluku dan Papua)

biaya jasa batas bawah: Rp2.300 per km, biaya jasa batas atas: Rp2.750 per km,

biaya jasa minimal dengan rentang biaya jasa per 4 km antara Rp9.200 sampai

Rp11.000.” Berdasarkan tarif tersebut driver tidak memperoleh pendapatan tetap

tetapi berpeluang memperoleh pendapatan lebih besar sesuai dengan

kemampuannya. Gojek melakukan kerjasama dengan driver-driver yang tersebar


6

di sejumlah wilayah di Indonesia misalnya Bali, Jakarta, Surabaya, Bandung dan

daerah lainnya. Baru-baru ini, Gojek mulai beroperasi di Bali, dengan fokus awal

di Kota Denpasar. Keputusan ini didasarkan pada mobilitas kawasan yang

signifikan dan sentralitasnya terhadap berbagai aktivitas dan keramaian di Bali,

mengingat Kota Denpasar adalah ibu kota provinsi Bali.

Tujuan utama setiap organisasi adalah untuk mencapai profitabilitas dan

meningkatkannya dengan berkelanjutan disetiap waktu. Disamping itu,

perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka dan

memastikan stabilitas operasi mereka. Strategi potensial untuk mencapai tujuan

ini melibatkan kenaikan produktivitas tenaga kerja. Karenanya, tenaga kerja

diharapkan dapat mengoptimalkan produksi atau peningkatan suatu produk atau

jasa melalui pemanfaatan sumber daya dengan efisien dan efektif. Karenanya,

optimalisasi pertumbuhan perusahaan mensyaratkan adanya tenaga kerja yang

efisien. Ada korelasi positif antara produktivitas tenaga kerja dan pendapatan dan

keuntungan, dimana peningkatan produktivitas tenaga kerja mengarah pada

peningkatan pendapatan dan keuntungan yang sesuai. Produktivitas perusahaan

harus dioptimalkan untuk memaksimalkan jumlah tenaga kerja dan mendukung

pendapatan, yang pada akhirnya berdampak positif bagi perusahaan dan

kesejahteraan tenaga kerjanya. Sedarmayanti (2009) memberikan penjelasan

tentang produktivitas sebagai suatu konsep yang pada umumnya melibatkan

perbandingan dari hasil yang didapatkan dengan sumber daya yang dipergunakan.

Bagi driver Gojek output adalah pesanan yang diselesaikan semntara input adalah

tenaga dan waktu.


7

Untuk meningkatkan produktivitas kerja para driver yang berada dalam

naungannya, Gojek memberikan kompensasi mencakup insentif atau bonus bagi

masing-masing driver yang sudah memenuhi target point per harinya, Gojek juga

memberikan kebebasan jam kerja untuk para pengemudi ojek, serta Gojek

memberikan penilaian performa kepada setiap pengemudi, apabila pengemudi

memiliki performa yang buruk maka bonus tidak akan dikeluarkan bahkan akun

pengemudi tersebut bisa dibekukan. Semua hal tersebut dilakukan demi

mendukung dalam meningkatkan produktivitas serta kinerja para driver yang

bermitra dengan Gojek. Dengan adanya kompensasi berupa insentif atau bonus

tidak serta merta memberikan pendapatan yang maksimal bagi para driver.

Berbagai permasalahan muncul dalam mencapai bonus tersebut sehingga para

driver tidak mencapai produktivitas yang maksimal. Hal itupun nampak melalui

perolehan survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian

Perhubungan (Kemenhub).

Gambar 1.1.3. Rata-rata pendapatan pengemudi ojek online per hari.

Sumber : Kemenhub (2022)


8

Mengacu pada survei diatas, tercatat 50,1% pengemudi ojol yang

penghasilannya sekitar Rp50.000 sampai Rp100.000 per harinya dan hanya

sebagian kecil dari driver ojek online yang bisa mendapatkan lebih dari

Rp200.000 per harinya. Hampir setengah dari total driver hanya mendapatkan

Rp50.000 hingga Rp100.000, tentu angka sebanyak itu tidak cukup untuk

mencukupi kebutuhan setiap harinya apalagi seorang driver yang sudah memiliki

keluarga. Tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi berkorelasi positif

dengan peningkatan pendapatan dan keuntungan, hal ini juga berlaku bagi para

driver jika produktivitas menurun maka pendapatan juga akan menurun dan jika

driver meningkatkan produktivitasnya maka akan memberikan dampak positif

bagi Gojek maupun driver itu sendiri, bagi Gojek tentu ingin setiap driver nya

bekerja lebih produktif sehingga laba atau keuntungan perusahaan meningkat,

sementara bagi driver dengan meningkatkan produktivitas maka pendapatan juga

akan meningkat sehingga driver akan lebih sejahtera. Tentu ada permasalahan

yang menyebabkan para driver tidak mencapai pendapatan yang cukup, walaupun

telah disediakan insentif atau bonus oleh Gojek, akan tetapi tidak hanya itu yang

dapat mempengaruhi produktivitas para driver dalam mencapai pendapatan yang

maksimal. Terdapat banyak jenis faktor selain insentif yang mampu memberikan

dampak bagi produktivitas driver ojek online seperti umur, jenis kelamin, jam

kerja, tingkat upah, pengalaman, kesehatan, motivasi atau semangat, tingkat

pendidikan dan yang lainnya.

Kesehatan kerja ialah faktor yang sangat memberikan dampak bagi

produktivitas driver. Kesehatan kerja adalah aspek kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor-faktor terkait pekerjaan yang dapat berdampak pada


9

kesejahteraan karyawan. Mengacu pada wawancara singkat yang telah dilakukan

ke sepuluh driver Gojek, kesehatan merupakan hal yang mempengaruhi semangat

dan kemauan para driver Gojek tersebut dalam bekerja, jika kesehatan tidak baik

maka tidak mungkin driver akan memaksakan diri untuk bekerja. Berbagai

penyakit selalu membayangi seperti ambeien, sakit tulang ekor, masuk angin,

masalah kulit dan sebagainya, akan tetapi masalah kesehatan rata-rata dialami

oleh para driver adalah mata kering atau iritasi, sakit punggung, masuk angin (jika

driver bekerja pada malam hari), dan masalah pernapasan karena paparan asap

kendaraan yang begitu banyak dan yang lainnya. Gangguan kesehatan tersebut

merupakan gangguan kesehatan yang bersifat sementara yang bisa hilang dalam

waktu 1 sampai 2 hari, akan tetapi tak jarang driver-driver tersebut harus tidak

bekerja selama beberapa hari akibat masalah kesehatan yang berkelanjutan seperti

batuk, pilek dan juga demam apabila cuaca tidak mendukung. Mengalami masalah

kesehatan tentu sangat mempengaruhi produktivitas kerja para driver tersebut

sehingga mempengaruhi konsistensinya dalam bekerja, berdasarkan wawancara

rata-rata driver mengatakan jika mengalami masalah kesehatan driver-driver

tersebut hanya tidak bekerja selama 1-2 hari, akan tetapi tak jarang driver-driver

tersebut tidak bekerja selama 1 minggu atau lebih karena mengalami masalah

kesehatan yang cukup parah.

Konsistensi jam dan hari dalam bekerja merupakan salah satu kriteria dari

Gojek untuk bisa mendapatkan pesanan sehingga dapat mempengaruhi

pendapatan driver. Tidak hanya driver akan tetapi para karyawan dan tenaga kerja

lainnya juga merasakannya karena kondisi kesehatan sangat mempengaruhi

semangat dalam bekerja, jika semangat menurun produktivitas juga akan


10

menurun. Memang sepantasnya masalah kesehatan selalu membayangi para

driver Gojek karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan driver-driver tersebut

bekerja di luar ruangan tepatnya di jalanan, bahkan tak jarang ada driver Gojek

yang mengalami kecelakaan saat sedang bekerja.

Santoso (2019) berpendapat bahwa konsep jam kerja berkaitan dengan

terlibat dalam upaya menghasilkan pendapatan atau memproduksi komoditas dan

fasilitas dengan tujuan memperoleh kompensasi moneter dalam jangka waktu

tertentu. Berdasarakan wawancara singkat yang dilakukan pada sepuluh driver

Gojek Kota denpasar, semua driver mengatakan sering mengalami perubahan jam

kerja yang artinya para driver tidak pernah konsisten dalam menentukan jam

kerja, alasannya adalah pengemudi Gojek tidak memiliki kewajiban kontraktual

untuk mematuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan, tidak seperti karyawan

perusahaan tradisional. Konsekuensinya, pengemudi bertanggung jawab untuk

mengatur jadwal kerja mereka secara mandiri, tanpa peraturan yang mewajibkan

minimal 7-8 jam per hari atau 5-6 hari kerja dalam seminggu.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi jam kerja driver seperti

umur, kesehatan, semangat, motivasi, jumlah tanggungan/pengeluaran dan

berbagai alasan lainnya. Sebanyak 6 driver mengatakan faktor yang paling sering

mempengaruhi jam kerjanya adalah kesehatan dan jumlah

tanggungan/pengeluaran, 6 driver tersebut mengatakan mampu bekerja lebih dari

8 jam sehari dikarenakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi apalagi jika driver

tersebut memiliki tanggungan keluarga yang membuat jumlah pengeluaran tidak

sedikit, akan tetapi masalah kesehatan selalu membayangi setiap harinya karena

resiko bekerja di jalanan dan bila driver-driver tersebut mengalami gangguan


11

kesehatan maka jumlah jam kerja pun akan berkurang yang akibatnya

mempengaruhi pendapatannya. Sementara 4 driver lainnya beralasan karena tidak

semangat, malas, keadaan cuaca di luar panas/hujan dan jumlah pengeluaran yang

tidak banyak, membuat 4 driver tersebut hanya bekerja kurang dari 8 jam sehari,

akan tetapi driver-driver tersebut terbilang masih remaja yang artinya tidak

memiliki tanggungan hidup sehingga bebas mengatur jam kerjanya tanpa

menperdulikan pendapatan yang diperoleh.

Secara umum, dapat dikemukakan bahwa terdapat korelasi positif antara

jumlah waktu yang dialokasikan untuk bekerja dan tingkat efisiensi yang dicapai.

Individu yang menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi cenderung

menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke dalam pekerjaan mereka,

menghasilkan pendapatan yang meningkat. Jadi driver-driver Gojek dapat bebas

mengatur jam kerjanya tergantung kebutuhan dan kondisinya dan ditambah lagi

tidak adanya peraturan mengenai pembatasan jam kerja ke driver ojek online yang

seharusnya dimanfaatkan untuk memperoleh pendapatan yang maksimal.

Dari kajian studi yang dilaksanakan Nasution, dkk (2022) membuktikan

bahwasanya beban kerja yang dihadapi bagi para pengemudi ojek online tidak saja

bersifat fisik tetapi juga mental. Besarnya beban kerja dipengaruhi oleh faktor

ekstrinsik dan intrinsik. Faktor eksternal mencakup berbagai elemen seperti

lingkungan kerja, jam kerja, tata letak, peralatan, dan fasilitas, di antara faktor-

faktor terkait lainnya. Faktor internal meliputi faktor fisik dan psikologis. Beban

kerja setiap pengemudi berbeda-beda. Beban kerja saat ini tidak diragukan lagi

merupakan faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas. Jika

beban kerja pengemudi disesuaikan dengan kemampuannya, kemungkinan besar


12

produktivitasnya tentu meningkat. Cerminan rendahnya beban kerja dan

produktivitas tenaga kerja para pengemudi ojek online di Kota Medan berpotensi

untuk meningkatkan produktivitas para pengemudi tersebut, karena dapat menjadi

sumber motivasi keluarga bagi para pengemudi untuk tetap semangat dalam

bekerja. Hal ini memfasilitasi kinerja seluruh pengemudi ojek yang optimal dan

mahir dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Adapun temuan yang dilaksanakan Nuswantoro, dkk (2014)

mengungkapkan bahwasanya Program Kesehatan Kerja menyumbangkan

pengaruhnya dengan negatif dan signifikan bagi faktor penyakit yang diakibatkan

oleh pekerjaan, Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara

kualitas pelaksanaan program kesehatan kerja dan kejadian penyakit akibat kerja.

Secara khusus, tingkat implementasi program yang lebih tinggi dikaitkan dengan

insiden penyakit yang lebih rendah, sementara tingkat implementasi yang lebih

rendah dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi. Dilanjutkan oleh kajian studi

dari Nugroho (2020) dimana adanya pengaruh negatif dari jam kerja bagi

pendapatan. Hal inipun terjadi dikarenakan oleh keadaan dan kondisi di Kota

Bojonegoro yang mana ketika dilaksanakan kajian studi musim hujan melanda

Kota Bojonegoro. Mengacu pada uraian latar belakang permasalahan tersebut,

karenanya dilaksanakan kajian studi berjudul “PENGARUH KESEHATAN

KERJA DAN JAM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA

DRIVER GOJEK RODA DUA DI KOTA DENPASAR”

1.2. Identifikasi Masalah

Mengacu kepada penjelasan latar belakang, dengan demikian peneliti

mampu menyusun identifikasi masalah dalam kajian studi ini, yaitu:


13

1) Penurunan produktivitas kerja yang fluktuatif karena faktor kesehatan

kerja dan jumlah jam kerja yang tidak menentu setiap harinya yang

dialami driver Gojek di Kota Denpasar .

2) Kondisi kesehatan yang menurun karena resiko bekerja di jalanan yang

membuat driver Gojek Kota Denpasar tidak mempunyai semangat dalam

bekerja sehingga mempengaruhi pendapatan dan produktivitasnya.

3) Jam kerja yang tidak beraturan karena tidak adanya peraturan mengenai

jumlah jam kerja dan berbagai alasan dari para driver sehingga

mempengaruhi produktivitasnya yang berupa jumlah pendapatan.

4) Jam kerja yang tidak beraturan karena tidak adanya peraturan mengenai

jumlah jam kerja dan berbagai alasan dari para driver yang membuat

jumlah pendapatan tidak maksimal sehingga mempengaruhi

kesejahteraannya.

5) Masalah kesehatan driver yang kerap mempengaruhi jam kerjanya

sehingga tidak mudah dalam mencapai produktivitas yang berupa

bonus/insentif.

6) Adanya kesenjangan dari penelitian terdahulu terkait variabel bebas

kesehatan kerja dan jam kerja serta variabel terikat yaitu produktivitas

kerja.

1.3. Pembatasan Masalah

Produktivitas kerja driver Gojek dipengaruhi melalui sejumlah faktor

diantaranya; umur, jenis kelamin, jam kerja, tingkat upah, insentif, pengalaman

kerja, kesehatan, motivasi atau semangat, tingkat pendidikan dan yang lainnya.

Mengacu kepada identifikasi permasalahan sebelumnya, karenanya studi ini


14

berfokus dengan mengujikan pengaruh kesehatan kerja dan jam kerja bagi

produktivitas kerja driver Gojek Kota Denpasar.

1.4. Rumusan Masalah

Terdapat pula rumusan permasalahan yang pengkaji ajukan, diantaranya:

1) Apakah kesehatan kerja berpengaruh bagi produktivitas kerja pada

driver Gojek roda dua di Kota Denpasar?

2) Apakah jam kerja berpengaruh bagi produktivitas kerja pada driver

Gojek roda dua di Kota Denpasar?

3) Apakah kesehatan kerja dan jam kerja secara bersama-sama

berpengaruh bagi produktivitas kerja pada driver Gojek roda dua di

Kota Denpasar?

1.5. Tujuan Penelitian

Berlandaskan penjelasan rumusan masalah, demikian bisa ditetapkan

tujuan dari pelaksanaan kajian studi ini yakni diantaranya:

1) Untuk mengetahui pengaruh kesehatan kerja bagi produktivitas kerja

pada driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

2) Untuk mengetahui pengaruh jam kerja bagi produktivitas kerja pada

driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

3) Untuk mengetahui pengaruh kesehatan kerja dan jam kerja secara

bersama-sama bagi produktivitas kerja pada driver Gojek roda dua di

Kota Denpasar.

1.6. Manfaat Penelitian

Temuan ini diharap mampu menyumbangkan beberapa kegunaan yang


15

bersifat membangun, diantaranya

1) Manfaat teoritis

Hasil yang diantisipasi dari upaya penelitian ini siap untuk meningkatkan

pengetahuan yang ada di bidang ini, dan dapat berfungsi sebagai sumber berharga

bagi para ilmuwan masa depan yang ingin mengeksplorasi topik ini lebih jauh..

2) Manfaat praktis

Hasil temuan ini bisa dipergunakan bagi pihak Gojek khususnya di Kota

Denpasar sebagai bahan dalam mempersiapkan kebijakan-kebijakan yang lebih

layak terkait kesehatan kerja, jam kerja serta mengenai produktivitas kerja kepada

seluruh driver Gojek roda dua di Kota Denpasar dan pemerintah juga diharapkan

dapat mengontrol pelaksanaan kebijakan tersebut serta nantinya pemerintah juga

dapat memantau tingkat efektifitas dari kebijakan tersebut.


20

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Deskripsi Teoritis

2.1.1. Deskripsi Teori Variabel Terikat

2.1.1.1. Pengertian Produktivitas Kerja

Produktivitas berasal dari kata “produktiv” yang berarti hal-hal yang

memiliki peluang yang bisa ditemukan, demikian produktivitas bisa didefinisikan

selaku kegiatan aktif beraturan untuk menemukan peluang yang tersedia pada

suatu komoditas/objek. Filosofi produktivitas sesungguhnya bisa dipahami

sebagai harapan dan upaya setiap orang (secara individu atau kolektif) untuk

secara konsisten meningkatkan kualitas hidup dan penghidupannya.

Mengacu pada Sedarmayanti (2009) Dalam pengertian umum,

produktivitas melibatkan evaluasi hasil yang didapat sehubungan terhadap sumber

daya yang dikeluarkan. Sedarmayanti (2017) menyelidiki produktivitas karyawan

dengan memeriksa rasio hasil yang dicapai dengan jumlah waktu yang dihabiskan

oleh karyawan. Istilah "output" mengacu pada jumlah barang atau jasa yang

mampu diproduksi oleh individu atau karyawan dalam jangka waktu tertentu.

Adapun penjelasan Sedarmayanti (2009) mengungkapkan bahwasanya

Produktivitas mengacu pada proses mengoptimalkan produksi barang dan jasa

melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efisien. Produktivitas


21

dapat didefinisikan sebagai hubungan antara output dan input dalam jangka waktu

tertentu. Sesuai dengan penjelasan Sutrisno (2017), produktivitas menunjukkan

kuantifikasi efikasi produktif. Ketika membandingkan hasil input dan output,

biasanya diamati bahwa input dibatasi oleh tenaga kerja, sementara output

diukurkan pada satuan fisik, bentuk, dan nilai.

Berlandaskan penjelasan Sutrisno (2017), Produktivitas dapat

didefinisikan sebagai rasio output yang dicapai dengan jumlah input tenaga kerja

yang dipergunakan didalam jangka waktu tertentu. Partisipasi tenaga kerja dalam

konteks ini berkaitan dengan efektivitas pemanfaatan dan peningkatan

produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dikaitkan semata-mata dengan

penambahan efisiensi dalam berbagai aspek seperti manajemen waktu,

penggunaan material, optimalisasi tenaga kerja, perampingan sistem kerja,

perbaikan teknik produksi, dan pengembangan keterampilan tenaga kerja.

Produktivitas kerja mengacu pada korelasi antara input, yang meliputi tindakan

yang diambil, dan output, yang menunjukkan hasil dari pekerjaan. Tingkat upaya

dan sumber daya yang diinvestasikan didalam proses bekerja menunjukkan

kualitas dan kuantitas kerja yang dihasilkan. Sasarannya adalah untuk

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan atau

menghasilkan jumlah maksimum produk atau layanan.

2.1.1.2. Dimensi Produktivitas

Produktivitas mempunyai dua dimensi mengacu pada Sedarmayanti

(2009) diantaranya:

1) Efektivitas.

Konsep efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil kerja yang optimal


22

sehubungan dengan tujuan, meliputi aspek-aspek seperti kualitas,

kuantitas, dan ketepatan waktu. Efektivitas adalah metrik yang

menawarkan penilaian komprehensif dari hasil yang diinginkan. Upaya

meningkatkan efektivitas tidak selalu menjamin peningkatan efisiensi

ketika keduanya dihubungkan.

2) Efisiensi.

Efisiensi berkaitan dengan upaya untuk mengevaluasi input dalam

kaitannya dengan pemanfaatannya atau cara pelaksanaan tugas. Efisiensi

dapat didefinisikan sebagai metrik yang mengevaluasi tingkat kesesuaian

antara output yang diinginkan dan yang direalisasikan. Dapat dilihat

bahwa semakin besar jumlah input yang benar-benar digunakan, semakin

tinggi efek penghematannya.

2.1.1.3. Indikator Produktivitas Kerja

Mengacu pada penjelasan Simamora (2004), terdapat 3 indikator dari

produktivitas kerja yaitu:

a) Kuantitas kerja, tingkat produktivitas tenaga kerja, yang diukurkan

mengacu pada perbandingan standar yang ditentukan bagi perusahaan,

dengan mempertimbangkan jumlah pekerjaan yang dilakukan dan hasil

yang dicapai.

b) Kualitas kerja, adalah standar kinerja yang berhubungan pada kualitas

produk atau layanan yang diperoleh dari tenaga kerja. Kualitas pekerjaan

sangat dipengaruhi oleh kinerja teknis karyawan dan perbandingan pada

standar yang ditentukan oleh perusahaan.

c) Ketepatan waktu, sejauh mana pekerjaan diselesaikan dalam kerangka


23

waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti yang dilihat dari

perspektif koordinasi hasil produksi dan mengoptimalkan durasi yang

tersedia untuk pengejaran lainnya. Ketepatan waktu diperhatikan dengan

bagaimana tenaga kerja mempersepsikan suatu aktivitas yang ditawarkan

pada periode waktu tertentu hingga menjadi output atau hasil.

2.1.2. Deskripsi Teori Variabel Bebas

2.1.2.1. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah komponen kesehatan masyarakat yang mencakup

semua faktor potensial terkait pekerjaan yang dapat berdampak pada kesehatan

karyawan. Tasliman (1993) mengemukakan bahwa kesehatan merupakan sebuah

keadaan yang ditandai oleh tidak adanya cacat atau kerusakan pada diri manusia,

barang, dan alat kerja, serta adanya lingkungan yang memuaskan yang tidak

kekurangan sedikitpun. Sesuai definisi Mangkunegara (2009), kesehatan kerja

mengacu pada langkah-langkah yang diambil untuk menjaga dan memastikan

kesejahteraan karyawan, serta kesehatan fisik dan mental mereka, khususnya

dalam konteks masyarakat yang adil dan berkembang.

Mathias dan Jackson (2012), Kesehatan kerja berkaitan dengan

kesejahteraan fisik, mental, dan emosional secara keseluruhan dari seorang

individu. Seseorang yang dianggap sehat adalah seseorang yang tidak memiliki

cedera fisik, penyakit, atau masalah kesehatan mental-emosional yang dapat

menghambat kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Lingkungan

kerja dan faktor-faktor terkait pekerjaan memiliki dampak langsung atau tidak

langsung terhadap produktivitas dan efisiensi, serta aspek kesehatan tertentu.

Menurut Tulus (1992), pelaksanaan program kesehatan yang memberikan manfaat


24

materi kepada karyawan dapat memberikan efek positif seperti berkurangnya

absensi, perbaikan lingkungan kerja, dan peningkatan produktivitas. Hal ini dapat

dicapai melalui tindakan kesehatan kerja. Memastikan lingkungan kerja yang

mempromosikan kesehatan dan produktivitas. Tindakan ini melindungi

kesejahteraan personel terhadap masalah yang berkaitan dengan kemampuan

pendengaran dan mata, kelelahan, dan masalah terkait lainnya. Melakukan

pekerjaan dengan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman otomatis bisa

membuat tenaga kerja mampu bekerja lebih lama serta konsisten sehingga dapat

meningkatkan produktivitasnya menjadi lebih baik.

2.1.2.2. Dimensi Kesehatan Kerja

Mengacu pada teori Mangkunegara, (2004), kesehatan kerja berkaitan

dengan keadaan tanpa gangguan mental, fisik, dan emosional atau

ketidaknyamanan yang timbul dari fasilitas yang berhubungan dengan pekerjaan.

Berikut ini ialah dimensi yang digunakan:

1) Dimensi lingkungan kerja

2) Dimensi fasilitas kerja

3) Dimensi mental psikologi

2.1.2.3. Indikator Kesehatan Kerja

Adapun Dessler (1997), indikator kesehatan kerja terbagi menjadi:


1)
Keadaan pekerja

Kondisi pekerja mengacu pada keadaan yang dialami oleh pekerja saat

terlibat dalam tugas-tugas yang memfasilitasi operasi terkait pekerjaan.


2)
Kondisi pekerja

Yang diartikan dengan “kondisi karyawan” merupakan berbagai keadaan


25

yang dialami oleh pekerja di lingkungan kerjanya atau organisasi

tempatnya bekerja.
3)
Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mencakup ruang lingkup yang lebih luas daripada ruang

fisik tempat karyawan melakukan tugasnya, karena memfasilitasi dan

mendukung berbagai aktivitas yang dilakukan karyawan untuk

menyelesaikan tugas pekerjaan mereka.


4)
Perlindungan pekerja

Perlindungan karyawan adalah kelengkapan dan fasilitas yang ditawarkan

oleh perusahaan guna mendukung keselamatan dan kesejahteraan pekerja.

2.1.3. Deskripsi Teori Variabel Bebas

2.1.3.1. Pengertian Jam Kerja

Istilah "jam kerja" mengacu pada jumlah waktu, diukur dalam jam, yang

dikeluarkan oleh tenaga kerja tertentu untuk menyelesaikan semua tugas yang

diperlukan. Santoso (2019) berpendapat bahwa konsep jam kerja berkaitan dengan

terlibat dalam sebuah kegiatan melalui bertujuan menghasilkan pendapatan atau

memproduksi komoditas ataupun jasa dengan tujuan mendapatkan kompensasi

uang dalam jangka waktu tertentu. Sesuai temuan Wahyono (2017), jam kerja

mengacu pada durasi waktu yang dialokasikan untuk tugas-tugas yang

berhubungan dengan pekerjaan. Aktivitas kerja mengacu pada semua tindakan

yang terlibat dalam melakukan tugas yang menghasilkan kompensasi finansial.

Konsep jam kerja dapat didefinisikan sebagai durasi waktu yang dialokasikan oleh

seorang karyawan untuk menghasilkan komoditas atau fasilitas tertentu. Menurut

argumen Harrington (2001), jam kerja yang berkepanjangan dapat menyebabkan


26

tingkat kelelahan yang tinggi dan berkurangnya waktu tidur, yang pada gilirannya

dapat mengakibatkan peningkatan kesalahan manusia atau kesalahan terkait

pekerjaan. Pamungkas et al (2017) mengemukakan bahwa produktivitas individu

di tempat kerja berkorelasi positif dengan durasi masa kerjanya. Secara khusus,

seiring dengan bertambahnya waktu kerja, keterampilan dan kemampuan pekerja

juga harus meningkat untuk melakukan pekerjaan mereka.

Mengacu pada Darmawan (2006), timework (upah berdasarkan waktu)

merupakan sistem penetapan upah yang dibayarkan berlandaskan waktu yang

dihabiskan untuk melakukan pekerjaan seperti per jam, per hari, per minggu, per

bulan dan yang lainnya. Adapunn Ghani (2003), ada ketentuan berkaitan dengan

jam kerja maksimum dan pemberian jam istirahat, dan kompensasi jika melebihi

batas waktu yang telah ditentukan. Menurut Su'ud (2007), tersedia hubungan

psikologi dan pekerjaan. Pekerja dengan tingkatan yang lebih rendah merasa

bahwa upah yang mereka bayarkan dapat membeli waktu pekerja tersebut, namun

manajemen organisasi besar cenderung mencurahkan waktu luangnya untuk

tugas-tugas administratif. Metode ini terbukti dapat menciptakan akuntabilitas dan

efisiensi kerja yang lebih baik karena keterbatasan waktu.

Jumlah jam kerja yang diberikan kepada setiap pekerja selama proses

produksi biasanya disebut sebagai jam kerja. Distribusi tenaga kerja bergantung

pada durasi jam kerja mingguan, yang bervariasi antar individu. Sementara

beberapa individu memilih untuk bekerja penuh waktu, yang lain mungkin

bekerja hanya beberapa jam per minggu karena preferensi pribadi atau faktor

eksternal (Simanjuntak, 2001). Sukartini (2014) menyatakan bahwa ada

tanggapan sementara atau variabel dari tenaga kerja terhadap tingkat upah, yang
27

mana tingkat upah relatif tetap dari hari ke hari tetapi berubah-ubah dalam jam

kerja pada hari-hari tertentu. Kajian teori ekonomi tradisional menyatakan bahwa

ketika upah nominal atau eceran dinaikkan, individu dan rumah tangga umumnya

menawarkan lebih banyak jam kerja (Sukartini, 2014). Dapat diduga bahwa

semakin banyak jam kerja yang dipergunakan, otomatis makin produktif

seseorang dalam bekerja atau semakin produktif seseorang menggunakan jam

kerjanya, maka semakin giat seseorang dalam bekerja untuk memperoleh

penghasilan.

2.1.3.2. Dimensi jam kerja

Pada kajian studi ini terdapat 4 dimensi jam kerja diantaranya:

1. Usia

Masa produktivitas individu ditentukan oleh usia mereka dalam angkatan

kerja. Kelompok usia yang dianggap sebagai usia kerja biasanya didefinisikan

sebagai rentang dari 20 sampai 40 tahun. Rentang usia tertentu ini dikatakan

sangat produktif dalam konteks angkatan kerja. Hal ini disebabkan individu yang

belum mencapai usia 20 tahun mungkin belum memiliki tingkat kualifikasi dan

pengalaman yang diperlukan, karena mereka masih dalam proses mengenyam

pendidikan. Sementara kemampuan fisik seseorang yang berusia di atas 40 tahun

juga mulai menurun sehingga mampu menyumbangkan pengaruhnya bagi

pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Motivasi kerja

Motivasi mengacu pada dorongan psikologis yang mendorong seseorang

untuk rajin dan tulus melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan.

Pemberian semangat pekerja secara tepat akan menimbulkan semangat, kemauan


28

dan ketulusan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Tingkat upah

Hak dari tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja dan dinyatakan

dalam bentuk uang seperti upah yang ditentukan dan dibayar sesuai dengan

kontrak kerja, kesempatan, hukum atau peraturan, termasuk tunjangan atas

pekerjaan yang dilakukan atau yang akan dilakukan serta tunjangan yang

diberikan kepada pekerja dan keluarganya.

4. Kesehatan

Kondisi optimal dari kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual individu

kondusif untuk kinerja tugas tanpa hambatan, asalkan ada kesesuaian antara

kesehatan tubuh, sosial, dan psikologis mereka, serta keterlibatan mereka dengan

lingkungan sekitar.

2.1.3.3. Indikator Jam Kerja

Pada kajian studi ini terdapat 3 indikator jam kerja mencakup:

1. Waktu kerja

Waktu kerja ialah durasi kegiatan atau rentang waktu yang dihabiskan

seseorang untuk melakukan kegiatan yang dibayar. Yang dimaksud dengan

“waktu kerja” adalah jangka waktu seseorang melakukan kegiatan kerja dengan

tujuan untuk menerima upah.

2. Waktu istirahat

Istilah "waktu istirahat" atau "waktu istirahat" mengacu pada masa

pemulihan setelah durasi kerja yang ditentukan. Setiap karyawan berhak atas masa

istirahat selama hari kerja. Pemberian waktu istirahat bagi pekerja merupakan hak

asasi manusia yang fundamental, dan merupakan kewajiban bagi perusahaan


29

untuk memenuhi kewajiban mereka untuk memberi pekerja waktu istirahat yang

cukup setelah menyelesaikan pekerjaan mereka.

3. Waktu lembur

Pekerjaan yang dilakukan oleh setiap individu, terlepas dari afiliasi

kelompoknya, yang melampaui batas jam kerja yang ditentukan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Tabel 2.2.1. Hasil penelitian terdahulu

No Nama Judul Teknik Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Analisis

1 Giri dan “Analisis Analis Jam kerja dan pengalaman


Dewi Faktor-Faktor regresi kerja menyumbangkan
(2017) Yang berganda pengaruhnya dengan
Mempengaruhi positif dan signifikan bagi
Pendapatan pendapatan driver GO-
Driver Go-Jek JEK terhadap pendapatan
Di Kota driver GO-JEK.
Denpasar,
Bali”

2 Nugroho “Analisis Analisis Terdapat pengaruh yang


(2020) Pengaruh regresi negatif jam kerja bagi
Biaya linier pendapatan.
Operasional, berganda
Jam Kerja,
Teknologi Dan
Lokasi
Mangkal
Terhadap
Pendapatan
Driver Ojek
Online Di Kota
Bojonegoro”
30

3 Agitia “Pengaruh Analisis Dengan parsial dan


dan Komitmen regresi simultan komitmen
Irmadian Organisasi linier organisasi dan sistem
(2022) Dan Sistem berganda reward menyumbangkan
Reward pengaruhnya dengan positif
Terhadap dan signifikan bagi
Produktivitas produktivitas kerja
Kerja Driver
Grab Bike
(Studi Pada
Komunitas
Grab Bike
Rumpun
Online
Semarang)”
4 Naufal, “Pengaruh Analisis Pengembangan SDM,
Dkk. Pengembangan Regresi pengawasan kerja dan
(2022) SDM, Linier pelatihan kerja
Pengawasan Bergand menyumbangkan
Kerja Dan a pengaruhnya dengan positif
Pelatihan bagi produktivitas kerja
Kerja
Terhadap
Produktivitas
Kerja Driver
Gojek Kota
Malang”
5 Saputra “Analisis Analisis Keselamatan dan
(2021) Pengaruh regresi kesehatan kerja serta
Keselamatan linier kompensasi dengan parsial
Dan Kesehatan berganda dan bersamaan
Kerja (K3) menyumbangkan
Dan pengaruhnya dengan
Kompensasi positif bagi
Terhadap kinerja driver Gojek.
Kinerja Driver
Ojek Online
(Studi Kasus
Pada Driver
Gojek Roda
Dua Di Kota
Pontianak)”
31

6 Setiadie “Pengaruh Analisis Kondisi kesehatan


(2018) Kesehatan liniear kerja karyawan sudah
Kerja regresi cukup namun belum
Terhadap sederhan tercapai dengan maksimal
Produktivitas a dan mengacu pada studi
Kerja yang dilaksanakan adanya
Karyawan pengaruh positif dan
Pada signifikan dari kesehatan
Divisi kerja bagi
Produksi CV. produktivitas kerja.
Sami Jaya
Cirebon”

7 Mukti “Hubungan Penelitia Sebagian besar


(2021) Kualitas Tidur n pengemudi, khususnya
terhadap kuantitati 88,5%, menunjukkan
Produktivitas f dengan kualitas tidur yang kurang
Kerja Driver pendekat optimal meskipun
Ojek Online an cross mempertahankan tingkat
Kota sectional produktivitas kerja yang
Makassar” tinggi. Temuan uji Chi-
square menunjukkan
kurangnya hubungan yang
signifikan secara statistik
antara kualitas tidur dan
produktivitas kerja. Sangat
penting bagi pengemudi
untuk secara efektif
mengatur jam kerja
mereka untuk menghindari
perubahan berlebihan pada
pola dan kualitas tidur
mereka.
32

8 Lubis “Pengaruh Jam Analisis Dengan bersamaan jam


(2014) Kerja, Upah regresi kerja, upah dan umur
Dan Usia linier menyumbangkan
Terhadap berganda pengaruhnya dengan
Produktivitas signifikan bagi
Kerja produktivitas kerja
Karyawan PT. karyawan. Secara parsial
Putra Fajar jam kerja dan upah
Jaya Medan” menyumbangkan
pengaruhnya dengan
signifikan bagi
produktivitas karyawan,
sedangkan usia tidak
menyumbangkan
pengaruhnya dengan
signifikan bagi
produktivitas karyawan.
Jam kerja
menyumbangkan
pengaruhnya dengan
signifikan bagi
produktivitas kerja
dibandingkan dengan
upah.

9 Purba “Pengaruh Analisis Berdasarkan temuan


dan Program statistik analisis yang dilakukan,
Sukwika Keselamatan deskripsi dapat disimpulkan bahwa
(2021) dan Kesehatan dan faktor Keselamatan dan
Kerja analisis Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap jalur memiliki pengaruh
Produktivitas terbesar terhadap
Kerja pada produktivitas karyawan.
Divisi Proyek” Karena dampak substansial
dari program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3)
pada efisiensi tempat kerja,
organisasi secara progresif
meningkatkan penerapan
K3 dan mewajibkan
kepatuhannya oleh semua
personel.
10 Arifin “Pengaruh Jam Analisis Jam kerja (X1) dan
(2020) Kerja Dan regresi kebijakan tarif (X2) ojek
Kebijakan linier online menyumbangkan
Tarif Ojek berganda pengaruhnya dengan
Online dengan signifikan bagi
Terhadap pendapatan driver grab
33

Tingkat (Y). Berdasarkan hasil uji t


Pendapatan dapat diketahui bahwa jam
Driver Grab kerja menyumbangkan
Bike Di pengaruhnya bagi
Kecamatan pendapatan driver grab
Medan bike.
Tembung”

Kajian studi inipun termasuk replikasi dari temuan sebelumnya yang

bermaksud pengkajian ulang atas pengaruh kesehatan kerja dan jam kerja bagi

produktivitas kerja. Sehingga berdasarkan studi sebelumnya perbedaan kajian

studi ini dengan penelitian sebelumnya dapat dipaparkan sebagai berikut.

a) Perbedaannya terletak pada penggunaan variabel yang diujikan, dimana

kajian studi ini berfokus mengujikakan pada variabel kesehatan kerja dan

jam kerja bagi produktivitas kerja.

b) Kajian studi inipun berbeda antara variabel dan subjek yang akan diteliti,

pada penelitian sebelumnya subjek yang diteliti sama yaitu driver ojek

online akan tetapi variabelnya berbeda. Pada penelitian ini menggunakan

subjek penelitian yaitu para driver Gojek di Kota Denpasar dan variabel

bebas ialah kesehatan kerja dan jam kerja sementara variabel terikat

produktivitas kerja.

c) Penelitian sebelumnya menggunakan indikator produktivitas kerja yang

berbeda sementara pada penelitian ini memfokuskan pada 3 aspek

indikator produktivitas kerja yaitu (1) Kuantitas kerja, (2) Kualitas kerja,

dan (3) Ketepatan waktu.

d) Kajian studi ini tidak sama dengan temuan sebelumnya, dimana studi kali

ini dilaksanakan di Kota Denpasar dengan meneliti para driver Gojek pada

tahun 2022/2023.
34

2.3. Hubungan Antar Variabel

2.3.1. Hubungan Antara Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Gizi atau kesehatan merupakan aspek yang sangat penting didalam usaha

meningkatkan produktivitas kerja. Kesehatan kerja berkaitan dengan

pemeliharaan kondisi kesehatan yang diperlukan bagi individu untuk melakukan

tugas pekerjaan mereka secara efektif. Ini adalah aspek penting dari operasi bisnis

yang memastikan kesejahteraan karyawan di tempat kerja. Sukrispiyanto (2019)

menegaskan bahwa sangat penting untuk memprioritaskan kesehatan kerja semua

karyawan untuk memastikan kesejahteraan mereka dan mencegah potensi bahaya

bagi diri mereka sendiri atau lingkungan. Pendekatan ini sangat penting dalam

mencapai produktivitas kerja yang maksimal dengan tetap berpegang pada

program perlindungan karyawan. Penilaian faktor kesehatan kerja yang

berkontribusi terhadap timbulnya penyakit di tempat kerja merupakan keahlian

khusus yang dimiliki perusahaan. Hal ini dicapai melalui kumpulan pengukuran

yang berfungsi sebagai landasan untuk menerapkan tindakan perbaikan dan

pencegahan di lingkungan kerja. Tujuan akhir dari langkah-langkah ini adalah

untuk melindungi kesejahteraan pekerja dan masyarakat sekitar dengan

memitigasi potensi bahaya. Mencapai status kesehatan yang optimal adalah

konsekuensi langsung dari terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan

pekerjaan (Kuswana 2014).

Berdasarkan temuan yang dilaksanakan Purba dan Sukwika (2021)

membuktikan faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menyumbangkan

pengaruhnya dengan signifikan bagi produktivitas karyawan. Karena dampak yang

cukup besar dari program K3 bagi efisiensi kerja, organisasi semakin memperluas
35

penerapan K3. Akibatnya, semua personel dan kontraktor diwajibkan untuk

mematuhi kebijakan dan prosedur K3. Fungsi tenaga kerja yang optimal

bergantung pada pemeliharaan aspek kesehatan tenaga kerja yang memadai.

Produktivitas kerja diukur dari kemauan dalam bekerja atau kemampuan dalam

bekerja. Apabila kondisi Kesehatan tenaga kerja sedang buruk maka kemauan dan

kemampuan dalam bekerja pun akan menurun dan secara tidak langsung akan

sangatlah mempengaruhi produktivitas kerja.

2.3.2. Hubungan Antara Jam Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Sinungan (2008) berpendapat bahwa ukuran produktivitas yang paling

banyak dikenal adalah durasi jam dan hari kerja. Hal ini disebabkan fakta bahwa

produktivitas tenaga kerja bisa ditentukan melalui membagi pengeluaran dengan

banyaknya sumber daya yang dipergunakan atau jumlah jam seseorang bekerja.

Penilaian produktivitas dapat dilakukan dengan mengevaluasi hasil kerja individu,

khususnya dalam hal kompensasi finansial, yang sepadan dengan tingkat usaha

yang dikeluarkan oleh pekerja dalam bentuk jam kerja. Secara umum, ada

anggapan bahwa peningkatan dedikasi jam kerja berkorelasi dengan peningkatan

produktivitas di tempat kerja. Produktivitas yang lebih besar selama jam kerja

berkorelasi positif dengan peningkatan upaya untuk mendapatkan penghasilan.

Pernyataan diatas juga didukung temuan Lubis (2014) membuktikan

dengan parsial jam kerja dan upah menyumbangkan pengaruhnya dengan

signifikan bagi produktivitas karyawan, sementara usia tidak menyumbangkan

pengaruhnya dengan signifikan bagi produktivitas karyawan. Jam kerja

menyumbangkan dampak yang mendominasi bagi produktivitas kerja


36

dibandingkan upah.

2.3.3. Hubungan Kesehatan Kerja Dan Jam Kerja Terhadap Produktivitas

Kerja

Secara garis besar, produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio output

yang dicapai dengan input yang digunakan. Menurut penelitian Pangkey (2010),

terdapat berbagai faktor yang dapat berdampak pada produktivitas. Faktor-faktor

tersebut antara lain tetapi tidak terbatas pada semangat kerja dan disiplin kerja,

tingkat pendidikan, keterampilan, gizi dan kesehatan, sikap dan etika, motivasi,

komunikasi, teknologi, sarana produksi, kesempatan kerja, dan kesempatan

berprestasi. Hariandja (2007) menegaskan bahwa kesehatan kerja ialah elemen

terpenting didalam meningkatkan kesejahteraan dan efisiensi tenaga kerja.

Memaksimalkan tingkat kesehatan kerja dapat secara efektif mengurangi faktor-

faktor yang berkontribusi terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian. Penurunan

kesehatan kerja dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kondisi kerja, yang

pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas.

Pernyataan diatas juga didukung temuan Purba dan Sukwika (2021)

mengungkapkan faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memberikan

pengaruh sangat tinggi bagi produktivitas karyawan. Karena dampak yang cukup

besar dari program K3 bagi efisiensi kerja, organisasi semakin memperluas

penerapan K3. Akibatnya, semua karyawan dan kontraktor diwajibkan untuk

mematuhi kebijakan dan prosedur K3.

Selain kesehatan kerja, jam kerja juga termasuk factor yang dapat

memberikan dampak bagi produktivitas kerja driver Gojek, sebab dalam


37

mencapai produktivitas yang diinginkan tentu harus dibarengi dengan jam kerja

yang optimal. Peningkatan jumlah jam kerja berkorelasi positif dengan

peningkatan pendapatan yang sepadan. Metrik untuk menilai produktivitas

didasarkan pada analisis komparatif pendapatan yang dihasilkan selama periode

tertentu. Penilaian produktivitas, dilihat dari kacamata pengorbanan dan hasil

yang dicapai, melibatkan pengeluaran tenaga dan waktu dalam bentuk jam dan

hari kerja, sementara upah merupakan hasil pengorbanan tenaga kerja tersebut

dalam bentuk rupiah. Pernyataan diatas juga didukung oleh temuan Lubis (2014)

dimana dengan parsial jam kerja dan upah menyumbangkan dampaknya dengan

signifikan bagi produktivitas karyawan, sementara usia tidak menyumbangkan

dampaknya dengan signifikan bagi produktivitas karyawan. Jam kerja

menyumbangkan pengaruh yang mendominasi bagi produktivitas kerja

dibandingkan upah.

Gumanti (2015) menyatakan adanya hubungan yang berarti dari

kesehatan kerja dan jam kerja dengan produktivitas kerja. Jam kerja yang terlalu

berlebihan akan berdampak negatif terhadap kesehatan seseorang seperti

mengalami kelelahan, stress, hilangnya fokus, ancaman penyakit dan lainnya

yang tentunya akan berdampak langsung terhadap produktivitas serta

ketidakmauan dalam bekerja.

2.4. Kerangka Berpikir

Sugiyono (2014) berpendapat bahwa kerangka kerja adalah konstruksi

teoritis yang menjelaskan interaksi antara berbagai faktor yang dianggap

signifikan. Ini berfungsi sebagai pemahaman mendasar dan mendukung seluruh

proses pemikiran atau metodologi penelitian. Menurut pernyataannya, melakukan


38

penelitian memerlukan pola pikir tertentu yang memungkinkan seseorang untuk

memberikan penjelasan teoretis dan menjelaskan faktor-faktor mendasar yang

mengatur hubungan antar variabel. Ketika kerangka kerja ditetapkan dengan

landasan dalam pertanyaan penelitian, pertanyaan tersebut berfungsi untuk

menggambarkan rangkaian, konsep, atau interkoneksi di antara berbagai konsep.

Kemajuan pesat internet telah menimbulkan afinitas luas untuk perangkat

seluler, yang memfasilitasi berbagai aktivitas seperti penelusuran web, game

online, dan pengadaan layanan. Di antara layanan tersebut, layanan transportasi

kini dapat dengan mudah diakses melalui ponsel. Transportasi online berkembang

pesat di indonesia ditandai dengan banyaknya aplikasi penyedia transportasi

online salah satunya adalah Gojek. Gojek merupakan perintis layanan transportasi

online di indonesia yang banyak peminatnya. Beberapa keunggulan dari

transportasi online seperti aman, mudah, nyaman, murah dan lainnya sehingga

banyak yang meminati. Gojek telah menghasilkan banyak hasil positif baik secara

sosial maupun ekonomi. Khususnya, platform tersebut telah menyebabkan

penurunan tingkat pengangguran yang signifikan di kalangan pengemudi ojek,

yang biasa disebut sebagai pengemudi Gojek, karena ketentuan jam kerja yang

fleksibel.

Setiap perusahaan tentu ingin memiliki tenaga kerja yang produktif

termasuk Gojek, Gojek mengukur produktivitas drivernya dengan memberikan

bonus/insentif. Tentu dalam mencapai insentif tersebut tidak mudah karena

adanya faktor-faktor seperti kesehatan dan jam kerja. Kesehatan kerja adalah

aspek kesehatan masyarakat yang berhubungan pada seluruh pekerjaan yang

mungkin melibatkan faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kesehatan


39

karyawan. Jam kerja, di sisi lain, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan

tujuan menghasilkan pendapatan atau menghasilkan barang dan jasa yang

dimaksudkan untuk menghasilkan kompensasi uang dalam periode tertentu.

Karena bekerja di luar ruangan membuat para driver kerap mengalami gangguan

kesehatan sehingga mempengaruhi produktivitasnya. Jam kerja yang tidak

konsisten membuat driver sulit mencapai produktivitasnya yang berupa

pendapatan, beberapa faktor dapat mempengaruhi jam kerja seperti umur,

kesehatan, pengalaman, jumlah tanggungan dan lain-lain.

Berlandaskan pemaparan diatas, demikian bisa disusun kerangka berpikir

penelitian ini:

H1
40

KESEHATAN KERJA (X1)


1. Keadaan dan kondisi
2. Lingkungan kerja
3. Perlindungan PRODUKTIVITAS KERJA (Y)
1. Kuantitas kerja
2. Kualitas kerja
3. Ketepatan waktu
JAM KERJA (X2)
1. Waktu kerja
2. Waktu istirahat
3. Waktu lembur

Informasi:
: Pengaruh Bersamaan
: Pengaruh Individual

Gambar 2.4.1. Kerangka Berpikir penelitian

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis ialah kesimpulan tentatif yang tunduk pada pengujian dan

penyempurnaan lebih lanjut. Ini berfungsi sebagai jawaban atau dugaan awal yang

dirumuskan sebagai tanggapan terhadap masalah penelitian, dan

mengartikulasikan hubungan yang diantisipasi antara dua variabel atau lebih.

Kejujuran dari tuduhan-tuduhan tersebut memerlukan penelitian empiris, seperti

yang dikemukakan oleh Yusuf (2005).

Hipotesis yang diajukan diturunkan dari rumusan masalah dan tujuan

penelitian:

H1 : Tersedia pengaruh positif dan signifikan antara kesehatan kerja bagi


41

produktivitas kerja pada driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

H2 : Tersedia pengaruh positif dan signifikan antara jam kerja bagi

produktivitas kerja pada driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

H3 : Tersedia pengaruh positif dan signifikan antara kesehatan kerja dan jam

kerja bagi produktivitas kerja pada driver Gojek roda dua di Kota

Denpasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Kajian studi ini berlangsung di Kota Denpasar dan menyasar driver-

driver Gojek roda dua yang tersebar di berbagai wilayah di Kota Denpasar.

Sementara untuk waktu penelitian ini berlangsung mulai bulan Januari 2023

hingga Maret 2023.

3.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan aspek penting yang memungkinkan

pengelolaan yang optimal dari sejumlah faktor yang mampu memberikan dampak

bagi ketepatan penelitian tertentu. Konsep disain studi ini dipergunakan melalui

dua cara yang berbeda. Pertama, ini berfungsi sebagai strategi kajian studi dalam

mengidentifikasikan masalah sebelum finalisasi pengumpulan data. Kedua, desain

studi yang dipergunakan dalam membangun kerangka kerja untuk melakukan

penelitian (Nursalam, 2014).

3.2.1. Jenis Penelitian

Kajian studi inipun mempergunakan metodologi penelitian kuantitatif.

Studi ini mempergunakan desain penelitian kausal sebagai metodologi

penelitiannya. Penelitian kuantitatif kausal melibatkan penyelidikan hubungan

kausal antara variabel yang memberikan pengaruh dan yang dipengaruhi. Metode

37
38

penelitian kuantitatif kasual melibatkan mengamati efek dan mengidentifikasi

faktor penyebab melalui penelitian. Metode ini dimulai dengan mengujikan

pengaruh satu variabel bagi variabel lain dan selanjutnya mengeksplorasi variabel

penyebab potensial. Proses penelitian kuantitatif kausal terdiri dari tahapan-

tahapan yang berbeda, yang meliputi: (a) menentukan masalah, (b) mengkaji teori,

(c) perumusan hipotesis, (d) mengumpulkan data, (e) mengolah data, dan (f)

menarik kesimpulan.

3.2.2. Pendekatan Penelitiaan

Metodologi yang dipergunakan pada kajian studi ini melibatkan

penggunaan pendekatan asosiatif. Pendekatan semacam itu ditandai melalui

identifikasi korelasi atau hubungan sebab akibat dari variabel independen dan

dependen. Pada kajian studi ini variabel bebasnya mencakup kesehatan kerja (X1)

dan jam kerja (X2) dan variabel terikatnya yakni produktivitas kerja (Y).

3.2.3. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer mengacu pada data yang dikumpulkan langsung dari individu

yang menjadi subjek penelitian. Perolehan data responden diperlukan

untuk mengetahui tanggapan peserta terhadap dampak kesehatan kerja dan

jam kerja bagi produktivitas kerja. Pada konteks ini data diperoleh

langsung melalui cara melaksanakan observasi dan memberikan kuisioner

kepada para driver Gojek yang tersebar di Kota Denpasar.

2. Data Sekunder

Data sekunder mengarah kepada informasi penelitian yang diperoleh atau


39

dikumpulkan secara tidak langsung dari sumber lain, bukan dikumpulkan

secara langsung oleh peneliti. Data sekunder mengarah kepada informasi

tambahan yang dapat meningkatkan kualitas studi penelitian dan berkaitan

dengan topik utama yang sedang diselidiki.

3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi mengacu pada kumpulan entitas yang luas yang mempunyai

mutu dan karakteristik berbeda yang telah diidentifikasi oleh pengkaji untuk

tujuan penyelidikan dan simpulan selanjutnya. (Sugiyono, 2014). Populasi yang

dipergunakan pada studi ini yakni seluruh driver Gojek roda dua/sepeda motor

yang berada di wilayah Kota Denpasar yang masih aktif dan terdaftar resmi

sebagai mitra Gojek Kota Denpasar.

3.3.2. Sampel

Spesimen merupakan bagian dari kuantitas dan atribut yang ada dalam

populasi tertentu. Dalam kasus di mana ukuran populasi melebihi kapasitas

seorang peneliti untuk menyelidiki secara komprehensif semua aspek, karena

kendala seperti sumber daya yang terbatas, termasuk tenaga, dana, dan waktu,

pengkaji bisa memilih untuk mempergunakan sampel yang diambil dari populasi.

Kajian studi inipun akan mempergunakan teknik purposive sampling untuk

memilih sampel. Purposive sampling ialah pendektana dalam mengambil sampel

yang mengacu kepada kriteria atau tujuan tertentu. Kriteria seleksi peserta adalah

seperti berikut.
40

1.
Driver Gojek roda dua yang rutin aktif dan beroperasi di wilayah Kota

Denpasar.
2.
Driver Gojek roda dua yang terdaftar resmi sebagai mitra driver Gojek di

Kota Denpasar.
3.
Driver Gojek roda dua yang memiliki pengalaman kerja selama kurang

lebih 6 bulan sebagai driver Gojek agar dapat mengisi kuisioner secara

akurat terkait variabel yang diujikan pada studi ini.

Penentuan besarnya menurut Ferdinand (2006) membutuhkan minimal 5

dikali jumlah indikator dan maksimal 10 dikalikan banyaknya indikator.

Penelitian ini terdiri dari 10 indikator. Penelitian ini membutuhkan minimal 50

dan maksimal 100 responden untuk mendapatkan perkiraan ukuran sampel yang

akurat. Untuk merampingkan proses penelitian sehubungan dengan menilai

validitas dan melakukan analisis lainnya, ukuran sampel 70 peserta telah

ditetapkan.

3.3.3. Subjek Penelitian

Subjek pada studi ini yakni orang-orang yang terlibat dalam studi ini,

pada kajian studi ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah para driver

Gojek roda dua aktif dan terdaftar sebagai mitra resmi Gojek yang tersebar dan

beroperasi di wilayah Kota Denpasar.

3.3.4. Objek Penelitian

Objek merupakan variabel-variabel yang memberikan pengaruh satu sama

lain baik variabel dependent ataupun variabel independent. Variabel dependent

adalah produktivitas kerja sementara variabel independent adalah kesehatan kerja

dan jam kerja.


41

3. 4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data sebagai bahan penelitian, maka akan

mempergunakna dua metode diantaranya:

1. Kuesioner

Suatu jenis metode dalam mengumpulkan data yang berisi pernyataan-

pernyataan mengenai masalah yang diujikan pada studi ini ( pengaruh kesehatan

kerja dan jam kerja adalah variabel X, sedangkan variabel Y adalah produktivitas

kerja). Kuesioner ialah alat yang umumnya dipergunakan dalam pengumpulan

data, di mana responden disajikan dengan serangkaian pernyataan yang

disediakan oleh peneliti dan diminta untuk menjawab dan melengkapinya.

Konstruksi tripartit yang dipertimbangkan terdiri dari serangkaian item survei,

yang masing-masing akan dinilai menggunakan skala tipe Likert untuk

memperoleh sudut pandang, persepsi, dan sikap responden terhadap fenomena

tertentu. Skala tersebut akan dilabuhkan oleh kutub-kutub yang kontras, seperti

kesetujuan-ketidaksetujuan, valensi positif-negatif, dan frekuensi kejadian.

Investigasi ini akan menetapkan skor untuk setiap tanggapan peserta berdasarkan

pemanfaatan skala Likert, yang terdiri dari berbagai pilihan:

 Poin 1 diperuntukkan bagi respon sangat tidak setuju (STS).

 Poin 2 diperuntukkan bagi respon tidak setuju (TS).

 Poin 3 diperuntukkan bagi respon ragu-ragu (RR).

 Poin 4 diperuntukkan bagi respon setuju (S).

 Poin 5 diperuntukkan bagi respon sangat setuju (SS).

2. Studi Pustaka
42

Tinjauan literatur adalah metode pengumpulan data yang melibatkan

sumber artikel, berita, majalah, buku, literatur, dan temuan penelitian yang relevan

dan terkait dengan permasalahan yang sedang diselidiki.

3.4.1. Instrumen Variabel Penelitian

Kajian studi ini mempergunakan uji hipotesis tiga variabel diantaranya

variabel kesehatan kerja, jam kerja dan produktivitas kerja. Kajian studi inipun

mempergunakan instrumen pengumpulan data mencakup kuesioner atau survei.

Indikator digunakan untuk mengukur variabel, yang kemudian dikembangkan

kembali menjadi beberapa pernyataan item.

3.4.1.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merujuk kepada semua aspek yang dapat dijadikan

fokus pengamatan dan menjadi gejala yang perlu diteliti. Variabel pada kajian

studi inipun akan dibagi atas:

1) Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen umumnya dilambangkan sebagai variabel kriteria,

konsekuensi, atau keluaran dalam literatur akademis. Variabel dependen juga

dapat dilambangkan sebagai variabel minat dalam bahasa Indonesia. Variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau hasil dari kehadiran variabel

independen (Sugiyono, 2014). Pada kajian studi ini, variabel terikat yang

digunakan yakni produktivitas kerja.

2) Variabel independen (bebas)

Variabel independen, juga dikenal sebagai variabel prediktor, anteseden,

atau stimulus, sering digunakan dalam studi penelitian. Variabel yang dimaksud

biasanya dilambangkan sebagai variabel bebas dalam bahasa Indonesia. Variabel


43

independen adalah variabel-variabel yang memberikan pengaruh pada, atau

membawa perubahan atau manifestasi dalam variabel dependen (Sugiyono, 2014).

Pada kajian studi ini, variabel bebasnya yakni kesehatan kerja dan jam kerja.

3.4.1.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional ialah penjelasan lebih lanjut mengenai konsep yang

dikategorikan sebagai variabel, dengan tujuan untuk memberikan petunjuk dalam

mengukur dan mengevaluasi keakuratan pengukuran dalam sebuah penelitian.

Adapun penjelasannya:

1) Produktivitas kerja (Y)

Konsep produktivitas berkaitan dengan hubungan antara output dan input

dalam sistem produksi tertentu. Menurut Joy (2018), produktivitas mengacu pada

barang atau jasa yang diperoleh dari sumber input yang digunakan, dan biasanya

diukur sebagai rasio antara output dan input. Produktivitas dapat didefinisikan

sebagai proporsi total input selama periode waktu tertentu terhadap total

pengeluaran yang dikeluarkan dalam periode yang sama. Produktivitas dapat

didefinisikan sebagai tingkat efektifitas dan efisiensi dalam perolehan barang dan

jasa. Indikator produktivitas kerja adalah:

a. Kuantitas kerja.

b. Kualitas kerja.

c. Ketepatan waktu.

2) Kesehatan kerja (X1)

Mengacu pada Mathias dan Jackson (2006), kesehatan kerja dapat

diidentifikasi melalui kondisi mental, fisik, dan kestabilan emosi secara

keseluruhan. Seseorang dianggap sehat jika tidak memiliki penyakit, cedera, atau
44

permasalahan mental dan emosi yang dapat menghalangu kegiatan manusia secara

umum.

Indikator kesehatan kerja adlah sebagai berikut :

a. Keadaan tenaga kerja

Keadaan tenaga kerja mengacu pada keseluruhan kondisi yang dialami

oleh individu yang terlibat dalam pekerjaan yang mendukung berbagai

aktivitas selama bekerja.

b. Kondisi tenaga kerja

Istilah "kondisi karyawan" mengacu pada serangkaian keadaan yang

berkaitan dengan lingkungan kerja atau organisasi tempat individu

dipekerjakan.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan area yang lebih luas daripada ruang kerja

yang memberikan dukungan selama kegiatan bekerja.

d. Perlindungan tenaga kerja

Perlindungan tenaga kerja ialah peralatan dan fasilitas yang diberikan bagi

tenaga kerja demi menunjang kesejahteraan tenaga kerja.

3) Jam kerja (X2)

Menurut Sukartini (2014), jam kerja mengacu pada lamanya waktu, diukur

dalam jam, yang dialokasikan kepada tenaga kerja untuk tujuan penyelesaian

tugas mereka. Investigasi ini menggunakan variabel jam kerja, yang mengacu

pada durasi waktu yang dialokasikan pengemudi Gojek di Kota Denpasar untuk

menghasilkan pendapatan melalui pekerjaan mengemudi ojek online mereka,

dihitung dalam jam atau hari. Indikator jam kerja terdiri dari:
45

a. Waktu kerja.

b. Waktu istirahat.

c. Waktu lembur

Tabel 3.4 1.2. Tabel Indikator


VARIABEL INDIKATOR
Produktivitas Kerja (Y) Kuantitas kerja
Kualitas kerja
Ketepatan waktu
Kesehatan Kerja (X1) Keadaan
Kondisi
Lingkungan kerja
Perlindungan
Jam Kerja (X2) Waktu kerja
Waktu istirahat
Waktu lembur
Sumber: Diolah oleh peneliti 2023

3.4.1.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen sangat penting dalam bidang penelitian kuantitatif

karena berfungsi sebagai alat penting bagi peneliti untuk mendeskripsikan

variabel penelitian secara efektif dan mencapai tujuan penelitian. Variabel yang

digunakan dalam penyelidikan ini terdiri dari dua kategori yang berbeda,

khususnya variabel dependen dan variabel independen. Di bawah ini disajikan

kisi-kisi yang terdiri dari berbagai instrumen penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data:

Tabel 3.4.1.3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian


No. Sumber
Variabel Indikator Instrumen
Item Data
1. Keadaan
Variabel 2. Kondisi
Bebas (X): 3. Lingkungan Kerja Kuesioner Driver
1–5
Kesehatan 4. Perlindungan Gojek
Kerja (X1)
46

Variabel 1. Waktu Kerja


Bebas (X): 6 – 10 2. Waktu Istirahat Kuesioner Driver
Jam Kerja 3. Waktu Lembur Gojek
(X2)
Variabel 1. Kuantitas Kerja
Terikat (Y): 11 – 15 2. Kualitas Kerja Kuesioner Driver Gojek
Produktivitas 3. Ketepatan Waktu
Kerja
Sumber: Diolah oleh peneliti 2023

3.4.1.4. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrument dalam studi ini bertujuan menghindari pernyataan

atau pertanyaan yang kurang dipahami artinya, menyingkirkan kata atau kalimat

yang susah dimengerti, mempertimbangkan pengurangan atau penambahan item.

Proses pengujian instrumen meliputi penilaian validitas dan reliabilitas. Tujuan uji

validitas adalah untuk memastikan kebenaran butir soal, sedangkan uji reliabilitas

bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrumen dapat diandalkan sebagai alat

pengumpul data.

Validasi instrumen dilakukan melalui pemberian kuesioner kepada sampel

sebanyak 70 pengemudi Gojek roda dua di Kota Denpasar. Pernyataan-pernyataan

yang diuji pada sampel penelitian adalah pernyataan-pernyataan yang telah

dianalisis dan dianggap layak untuk pengujian empiris.

1) Validitas Instrumen

Dwiyogo (2018) mengungkapkan bahwasanya Dalam dunia

pengukuran, istilah "validitas" menunjukkan sejauh mana instrumen

mampu secara akurat mengukur gejala spesifik yang dimaksudkan untuk

diukur. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang baik bila mampu

mengukur gejala yang dituju dengan tepat. Validitas suatu alat ukur

ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan skor yang tepat dan


47

reliabel.

2) Reliabilitas Instrumen

Dwiyogo (2018) mengungkapkan bahwasanya Metodologi yang

digunakan untuk memastikan ketergantungan alat ukur didasarkan pada

penjajaran hasil yang diperoleh dari beberapa pengukuran yang dilakukan

pada kohort peserta yang identik. Menurut Sudjana (2020), reliabilitas

mengacu pada ketepatan suatu alat ukur dalam menilai variabel yang

dimaksud. Ini menyiratkan bahwa pada setiap kesempatan instrumen

digunakan, itu akan menghasilkan hasil yang konsisten.

3.5. Metode Dan Teknik Analisis Data

Mengacu pada Asra (2015) teknik analisis data ialah suatu proses

mengevaluasi, mentransformasi, serta mengolah data yang masih mentah ke

statistik dan informasi statistik serta menelaah, memahami dan

menginterpretasikan informasi statistik yang telah diolah kemudian manarik

kesimpulan yg bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pembuatan

kebijakan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif sebagai

metode utama analisis data. Sugiyono (2014) mengemukakan bahwa teknik

analisis data kuantitatif melibatkan penerapan metode analisis untuk mengukur

data numerik dengan menggunakan teknik statistik. Penelitian ini menguraikan

prosedur sekuensial yang digunakan untuk analisis data:

3.5.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.5.1.1. Uji Validitas

Yang dimaksud dengan “valid” adalah kemampuan suatu instrumen untuk

mengukur secara tepat konstruk atau variabel yang dimaksud (Ferdinand, 2006).
48

Uji validitas yang dipakai didalam kajian studi ini untuk memaparkan keberlakuan

alat ukur data terhadap objek yang akan diukur (Ferdinand, 2006). Menilai

kelayakan penggunaan alat ukur yang berkedok aplikasi perangkat lunak,

khususnya SPSS untuk Windows 26. Bila alat ukur menunjukkan hubungan yang

substansial antara nilai target dan skor keseluruhan, alat penilaian dianggap valid.

(Ghozali, 2001).

3.5.1.2. Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas atau kepercayaan berkaitan dengan kemampuan

instrumen untuk secara konsisten mengukur fenomena tertentu selama durasi yang

ditentukan. Konsekuensinya, stabilitas atau invarian suatu alat ukur dianggap

sebagai kriteria utama dalam persyaratan kualifikasinya. Investigasi ini

melibatkan satu administrasi perangkat, diikuti dengan penerapan metode

penilaian keandalan yang dikenal sebagai konsistensi internal untuk menganalisis

data yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan teknik uji reliabilitas dengan

metode Alpha-Crobach karena jawaban instrumen bersifat stratifikasi, tidak

bersifat dikotomis karena menawarkan dua alternatif jawaban (Ghozali, 2001).

Alat komputer SPSS for Windows versi 26 digunakan untuk melakukan

perhitungan alpha, sementara itu, ketika membuat keputusan reliabilitas, sebuah

instrument dianggap reliabel bila nilai alpha > 0,6 (Ghozali, 2001).

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menilai korelasi antar variabel

independen yang diamati dalam model regresi, seperti yang dikemukakan oleh

Ghozali (2001). Model regresi yang menunjukkan independensi di antara variabel


49

independennya dianggap diinginkan. Jika variabel independen menunjukkan

korelasi, dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut kurang ortogonalitas.

Variabel ortogonal mengacu pada variabel independen yang menunjukkan nilai

korelasi nol di antara variablenya.

Pada penelitian ini salah satu teknik dalam mendeteksi tersedia dan

tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah melalui memperhatikan

perolehan hasil variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika tolerance

mendekati 1 dan nilai VIF berkisar dari 1 sampai 10, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwasanya tidak terjadinya multikolinearitas dari variabel bebas

pada model regresi (Ghozali, 2001).

3.5.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas mempunyai tujuan mengujikan adapah terdapat

ketidaksamaan varians pengamatan dalam model regresi (Ghozali, 2001). Salah

satu metode yang mungkin untuk menentukan keberadaan pola di scatterplot

antara ZPRED dan SRESID melibatkan pengamatan yang cermat. Secara khusus,

sumbu Y yang diprediksi diplot pada sumbu Y, sedangkan sisa (yaitu perbedaan

antara nilai Y yang diprediksi dan sebenarnya) diplot pada sumbu X. Pendekatan

ini telah diteliti sebelumnya oleh Ghozali (2001). Menurut Ghozali (2001), uji

heteroskedastisitas berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan. Kehadiran

pola yang terlihat, seperti titik-titik berbentuk teratur yang menunjukkan tren

bergelombang, meleleh, atau menyempit, merupakan indikasi heteroskedastisitas.

Dengan tidak adanya pola yang terlihat dan dengan penyebaran titik dan distribusi

nilai sumbu Y di atas dan di bawah 0, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

heteroskedastisitas.
50

3.5.2.3. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk menilai apakah variabel bebas model

regresi, variabel terikat, atau kedua variabel sesuai dengan distribusi normal.

Menurut Ghozali (2001), model regresi dianggap efektif bila data statistik

terdistribusi secara normal sepanjang sumbu diagonal dari plot distribusi normal.

Investigasi ini menggunakan uji normalitas, yang melibatkan penggunaan plot

probabilitas normal untuk membandingkan distribusi kumulatif data normal

dengan data aktual. Menurut Ghozali (2001), kriteria penentuan normalitas data

untuk keperluan pengambilan keputusan didasarkan pada apakah data terdistribusi

di sekitar garis diagonal dan mengarah ke garis diagonal, atau apakah histogram

menunjukkan distribusi normal. Jika kondisi tersebut terpenuhi, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data

menyimpang dari garis diagonal dan/atau tidak sesuai dengan arahnya, atau jika

plot histogram tidak menunjukkan distribusi normal, dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak memenuhi kriteria asumsi normalitas. Uji normalitas juga

dapat dilihat dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, dimana residual berdistribusi

normal bila nilai signifikansi Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05.

3.5.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dipergunakan dalam menilai besaran

pengaruh kesehatan kerja (X1) dan jam kerja (X2) bagi produktivitas kerja (Y)

driver Gojek roda dua di Kota Denpasar. Persamaan regresi linear berganda

ditetapkan melalui rumus:

Y = α + β1 X2 + β2 X2 + ε

Informasi :
51

Y = Produktivitas kerja

X1 = Kesehatan kerja

X2 = Jam kerja

α = Nilai Konstanta

β1 = Koefisien regresi variabel kesehatan kerja

β2 = Koefisien regresi variabel jam kerja

ε = Error

3.5.4. Rancangan Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara sebelum diuji

kebenarannya. Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini memakai pengujian

secara simultan dan parsian. Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk

mengumpulkan suatu bukti berupa data untuk memutuskan apakah menerima atau

menolak kebenaran dari asumsi atau pernyataan yang dibuat berdasarkan

keputusan dalam hasil hipotesis.

3.5.4.1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan mengujikan taraf signifikan pengaruh variabel bebas

secara dengan bersamaan bagi variabel tetap (Santoso, 2013). Bila F hitung > F

tabel dan signifikansinya < 0,05 (α = 5%), diartikan variabel bebas dengan

bersamaan menyumbangkan pengaruhnya dengan signifikan bagi variabel tetap.

Adapun rumusa yang dipergunakan yakni df = n (70) - (k) 2 = 68 melalui

signifikansinya α = 0,05 demikian didapatkan F tabel sebanyak 3,13.

Syarat didalam mengambil keputusan uji F (simultan) yaitu:

Cara yang pertama :

1.
F hitung < F tabel, hipotesis ditolak.
52

2.
F hitung > F tabel, hipotesis diterima.

Cara yang kedua:

1.
Signifikansinya > 0,05, hipotesis ditolak.

2.
Signifikansinya < 0,05, hipotesis diterima.

3.5.4.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji-t digunakan untuk menilai signifikansi statistik dari dampak variabel

independen terhadap variabel tetap, secara parsial. Prosedur statistik yang dikenal

sebagai uji t melibatkan perbandingan nilai t yang dihitung, atau t hitung, dengan

nilai t kritis yang ditemukan dalam tabel t (Santoso, 2013). Dapat disimpulkan

bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel

tetap jika t hitung melebihi t tabel dan nilai signifikansi dibawah 0,05. Untuk

mendapatkan hasil uji-t, sangat penting untuk memiliki nilai t-tabel yang sesuai.

Dalam menilai perolehan t tabel yaitu melalui formula df = n (70) – k (2) = 68.

Bisa diperoleh nilai taraf kebebasannya ialah 68 melalui signifkansinya 0,05

didapatkan α = 0,05/2 = 0,025. Sehingga mengacu pada syarat tersebut bisa

didapatkan t table sebanyak 1,995.

Syarat pada mengambil keputusan uji t (parsial) yaitu:

Cara yang pertama :

1.
t hitung < t tabel, hipotesis ditolak.

2.
t hitung > t tabel, hipotesis diterima.

Cara yang kedua:

1.
Signifikansinya > 0,05, hipotesis ditolak.

2.
Signifikansinya < 0,05, hipotesis diterima.
53

3.5.5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien R2 berfungsi sebagai metrik untuk mengevaluasi sejauh mana

kapasitas model untuk memperhitungkan fluktuasi variabel independen. Koefisien

determinasi berkisar dari nol hingga satu. Ketika nilai R2 rendah, ini

menunjukkan bahwa kapasitas variabel independen untuk memperhitungkan

perubahan variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu menunjukkan

bahwa variabel independen melengkapi hampir semua informasi yang diperlukan

untuk memperkirakan fluktuasi variabel tetap (Ghozali, 2001).

3.6. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik mengacu pada proposisi yang dapat dikenai pengujian

statistik untuk menentukan sifat hubungan antara dua atau lebih variabel yang

sedang diselidiki (Seniati dkk, 2005). Hipotesis statistik mempunyai dua bentuk;

hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).

1. Ho = Tidak tersedia pengaruh signifikan kesehatan kerja bagi

produktivitas kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

H1 = Tersedia pengaruh yang signifikan kesehatan kerja bagi produktivitas

kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

2. Ho = Tidak tersedia pengaruh signifikan jam kerja bagi produktivitas kerja

driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

H2 = Tersedia pengaruh signifikan jam kerja bagi produktivitas kerja

driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

3. Ho = Tidak tersedia pengaruh signifikan kesehatan kerja dan jam kerja

bagi produktivitas kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

H3 = Tersedia pengaruh signifikan kesehatan kerja dan jam kerja bagi


54

produktivitas kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Deskripsi data ialah informasi yang dipergunakan pada sebuah

kajian studi. Dengan menguji deskripsi data tersebut, pengkaji ingin

menilai gambaran ataupun status informan dalam sampel kajian studi

ini. Tujuan dari deskripsi data adalah untuk memberikan representasi

akurat dari data yang dikumpulkan dari responden, memfasilitasi

pemahaman bagi peneliti dan individu lain yang mungkin tertarik

dengan hasil penelitian. Deskripsi data adalah upaya untuk

merepresentasikan data dengan cara yang dapat dijelaskan secara

akurat dan mudah diinterpretasikan. Data pada kajian studi ini

mempergunakan data primer yang didapatkan dengan langsung dari

pengumpulan data kuesioner hasil jawaban dari responden atau driver

Gojek di Kota Denpasar, sementara banyaknya sampel yang

dipergunakan yaitu sebanyak 70 driver Gojek yang tersebar di Kota

Denpasar. Pengujiannya dilaksanakan dengan mempergunakan

program SPSS 26.0.

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden


55

Penelitian ini menggunakan analisis frekuensi untuk menguji

data kuesioner responden. Hasil analisis mengungkapkan karakteristik

populasi sampel yang meliputi status, usia, jenis kelamin, masa kerja,

masa kerja, dan status kepemilikan rekening. Hasil analisis frekuensi

yang dilakukan peneliti disajikan pada tabel berikut yang

menampilkan data yang diujikan:

Tabel 4.1
Hasil Uji Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 61 87,1 %
2. Perempuan 9 12,9 %
Jumlah 70 100,0%
Sumber: Hasil analisis pada SPSS.

Pada tabel 4.1, memperlihatkan sebanyak 61 informan di

dominasi oleh laki-laki dan sisanya sebanyak 9 responden adalah

perempuan. Jumlah total responden yang dipilih bagi kajian studi ini

yakni sebanyak 70 orang driver Gojek di Kota Denpasar.

Tabel 4.2
Hasil Uji Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
No. Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1. 18 – 30 44 62,8%
2. 31 – 40 17 24,3%
3. 41 – 50 6 8,6%
4. > 50 3 4,3%
Jumlah 70 100,0%
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Pada tabel 4.2, membuktikan driver Gojek dengan usia 18-30

tahun sejumlah 44 orang, usia 31-40 tahun sejumlah 17 driver Gojek,


56

usia 41-50 tahun sejumlah 6 driver Gojek dan usia diatas 50 tahun

sejumlah 3 driver Gojek. Bisa ditarik simpulannya yakni karakteristik

informan berlandaskan usia dalamkajian studi ini didominasi oleh

informan yang berusia 18-30 tahun yaitu sejumlah 44 informan dari

driver Gojek di kota Denpasar dari total responden yang dipilih untuk

penelitian ini sejumlah 70 orang driver Gojek.

Tabel 4.3.
Hasil Uji Frekuensi Berlandaskan Status Informan

No. Status Frekuensi (Orang) Persentase (%)


1. Lajang 27 38,5%
2. Menikah 43 61,5%
Jumlah 70 100,0%
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Dalam tabel 4.3, membuktikan driver Gojek yang berstatus lajang berjumlah 27

orang dan driver Gojek yang berstatus sudah menikah berjumlah 43 orang. Bisa

ditarik simpulannya yakni karateristik informan pada kajian studi ini didominasi

informan yang sudah menikah yaitu sebanyak 43 responden atau driver Gojek di

Kota Denpasar, dari total jumlah responden pada kajian studi ini yakni sejumlah

70 orang driver.
57

Tabel 4.4.
Hasil Uji Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Bekerja Responden

No. Pengalaman Frekuensi (Orang) Persentase (%)


Bekerja
1. < 1 Tahun 9 12,9%
2. 1 - 2 Tahun 20 28,6%
3. 3 - 5 Tahun 26 37,1%
4. > 5 Tahun 15 21,4%
Jumlah 70 100,0%
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada tabel 4.4, membuktikan driver Gojek yang memiliki

pengalaman bekerja kurang dari 1 tahun memiliki frekuensi sebanyak 9 orang,

driver Gojek yang memiliki pengalaman bekerja selama 1-2 tahun memiliki

frekuensi sebanyak 20 orang, driver Gojek yang memiliki pengalaman bekerja

selama 3-5 tahun memiliki frekuensi sebanyak 26 orang dan driver Gojek yang

mempunyai pengalaman bekerja melebihi 5 tahun berjumlah 15 orang. Bisa

ditarik simpulannya yakni ciri-ciri informan dalam kajian studi ini didominasi

oleh informan yang mempunyai pengalaman bekerja 3-5 tahun yaitu sebanyak 26

informan atau driver Gojek di Kota Denpasar.

Tabel 4.5.
Hasil Uji Frekuensi Berdasarkan Periode Bekerja Responden

No. Periode Frekuensi (Orang) Persentase


Bekerja (%)
1. 1x /Minggu 0 0%
2. 2x /Minggu 0 0%
3. 3x /Minggu 0 0%
4. 4x /Minggu 6 8,6%
5. 5x /Minggu 14 20%
6. 6x /Minggu 43 61,4%
58

7. 7x /Minggu 7 10%
Jumlah 70 100,0%
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada tabel 4.5, membuktikan bahwasanya driver dengan

periode bekerja sebanyak 1x dalam seminggu tidak memiliki frekuensi atau 0

orang, driver dengan periode bekerja sebanyak 2x dalam seminggu tidak memiliki

frekuensi atau 0 orang, driver dengan periode bekerja sebanyak 3x dalam

seminggu tidak memiliki frekuensi atau 0 orang, driver dengan periode bekerja

sebanyak 4x dalam seminggu memiliki frekuensi sebanyak 6 orang, driver dengan

periode bekerja sebanyak 5x dalam seminggu memiliki frekuensi sebanyak 14

orang, driver dengan periode bekerja sebanyak 6x dalam seminggu memiliki

frekuensi sebanyak 43 orang dan driver dengan periode bekerja sebanyak 7x

dalam seminggu berjumlah 7 orang. Bisa ditarik simpulannya yakni ciri-ciri

informan didalam kajian studi ini didominasi informan atau driver melalui periode

bekerja sebanyak 6x dalam seminggu yaitu sebanyak 43 responden atau driver

Gojek di Kota Denpasar, dari total jumlah responden pada penelitian ini yaitu

berjumlah 70 orang driver Gojek.

Tabel 4.6.
Hasil Uji Frekuensi Mengacu Kepada Status Kepemilikan Akun Informan

No. Kepemilikan Akun Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1. Milik Sendiri 70 100 %


2. Milik Orang Lain 0 0%
Jumlah 70 100,0%
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada tabel 4.6, membuktikan bahwasanya driver Gojek

dengan akun milik sendiri memiliki frekuensi sebanyak 70 orang dan driver
59

Gojek dengan akun milik orang lain tidak memiliki frekuensi atau 0 orang. Bisa

ditarik simpulannya yakni ciri-ciri informan didalam kajian studi ini didominasi

informan dengan akun milik sendiri yakni sebanyak 70 responden atau driver

Gojek di Kota Denpasar, dari total jumlah responden pada penelitian ini yaitu

berjumlah 70 orang driver Gojek.

4.2. Pengujian Asumsi

4.2.1. Uji Validitas

Validitas memperlihatkan sebaik apa suatu ukuran dipergunakan dalam

mengukurnya. Metodenya terdiri dari mengkorelasikan skor yang didapatkan bagi

setiap item pernyataan melalui skor total individu tersebut.

Uji validitas dilaksanakan melalui program SPSS Windows versi 26.0.

Pada kajian studi ini dilaksanakan uji validitas pada 70 informan. Proses

mengambil keputusannya mengacu kepada nilai r hitung (Corrected Item-Total

Correlation) > r tabel sebanyak 0,235, untuk df = 70 - 2 = 68; α = 0,05 dengan

demikian item/ pernyataan tersebut valid ataupun sebaliknya dan bisa juga

dilaksanakan melalui; bila hasil signifikansinya < 0,05 dengan demikian

pertanyaan tersebut valid atau sebaliknya.

1. Uji validitas kuesioner variabel kesehatan kerja

Mengacu pada perolehan perhitungan uji validitas variabel kesehatan kerja

melalui 5 item pernyataan diantaranya:

Tabel 4.7
60

Hasil Uji Validitas Variabel Kesehatan Kerja (X1)

R hitung
Butir Sig. R tabel Kriteria

1 0,769 0,000 0,235 Valid


2 0,691 0,000 0,235 Valid
3 0,557 0,000 0,235 Valid
4 0,662 0,000 0,235 Valid
5 0,758 0,000 0,235 Valid

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada Tabel 4.7. membuktikan bahwasanya seluruh pernyataan

variabel kesehatan kerja mempunyai status valid, mengacu pada proses

mengambil keputusan dengan nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) >

r tabel senilai 0,235 dan mempunyai hasil signifikansi < 0,05.

2. Uji validitas kuesioner variabel jam kerja

Mengacu pada perolehan perhitungan uji validitas variabel jam kerja

melalui 5 item pernyataan diantaranya.


61

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Jam Kerja (X2)

Butir R hitung Sig. R tabel Kriteria

1 0,673 0,000 0,235 Valid


2 0,783 0,000 0,235 Valid
3 0,675 0,000 0,235 Valid
4 0,479 0,000 0,235 Valid
5 0,685 0,000 0,235 Valid

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada Tabel 4.8, membuktikan seluruh pernyataan variabel jam

kerja mempunyai status valid, sebab hasil r hitung (Corrected Item-Total

Correlation) > r tabel sebanyak 0,235 dan mempunyai hasil signifikansi < 0,05.

3. Uji validitas kuesioner variabel produktivitas kerja

Mengacu pada perolehan perhitungan uji validitas variabel produktivitas

kerja melalui 5 item pernyataan yaitu.

Tabel 4.9.
Hasil Uji Validitas Variabel Produktivitas Kerja (Y)
62

Butir R hitung Sig. R tabel Kriteria

1 0,628 0,000 0,235 Valid


2 0,731 0,000 0,235 Valid
3 0,725 0,000 0,235 Valid
4 0,809 0,000 0,235 Valid
5 0,192 0,111 0,235 Tidak
Valid

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada Tabel 4.9, disimpulkan bahwasanya 4 pernyataan

variabel produktivitas kerja mempunyai status valid, sebab hasil r hitung

(Corrected Item-Total Correlation) > r tabel sebanyak 0,235 dan mempunyai hasil

signifikansi < 0,05, sementara hanya 1 pernyataan yang masuk pada kriteria tidak

valid sebab hasil r hitung (Corrected Item-Total Correlation) < r tabel sebanyak

0,235 dan mempunyai hasil signifikansi > 0,05.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Melakukan penilaian reliabilitas sangat penting dalam studi penelitian

untuk mengevaluasi konsistensi kuesioner yang digunakan dan untuk mengukur

dampak variabel X1 dan X2 pada variabel Y. Sebelum melakukan penilaian

reliabilitas, sangat penting untuk menetapkan kriteria untuk membuat penilaian

yang terinformasi. khususnya tingkat alfa 0,60. Suatu variabel dikatakan reliabel

jika nilai alpha-nya melebihi 0,60. Sebaliknya, jika nilai alpha dari variabel yang

diteliti kurang dari 0,60 maka tidak dapat dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas

penelitian ini untuk variabel disajikan di bawah ini:

Tabel 4.10
63

Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap Variabel Kesehatan Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.713 5
Sumber : Hasil
analisis pada SPSS

Mengacu kepada tabel 4.10, membuktikan perolehan cronbach’s alpha

kesehatan kerja sebanyak 0,713 > 0,60. Karenanya bisa ditarik simpulan

bahwasanya semua pernyataan didalam kuesioner variabel kesehatan kerja (X1)

masuk pada kriteria reliabel.

Tabel 4.11
Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap Variabel Jam Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.679 5

Sumber : Hasil
Reliability Statistics
analisis pada SPSS
Cronbach's Alpha N of Items
Mengacu .615 5 kepada tabel 4.11,

membuktikan perolehan

cronbach’s alpha pada jam kerja sebnayak 0,679 > 0,60. Karenanya bisa

dimaknai bahwasanya seluruh pernyataan dalam variabel jam kerja (X2) masuk

pada kriteria reliable.

Tabel 4.12
Hasil Pengujian Reliabilitas Terhadap Variabel Produktivitas Kerja
64

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada tabel 4.12, membuktikan perolehan cronbach’s alpha

produktivitas kerja sebanyak 0,615 > 0,60. Karenanya mengasumsikan

bahwasanya seluruh pernyataan dalam variabel produktivitas kerja (Y) ialah

reliable.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan apakah data yang digunakan

menyimpang dari asumsi konvensional atau tidak. Penelitian ini menggunakan

tiga uji asumsi konvensional, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas. Hasil dari tiga penilaian yang digunakan dalam penelitian ini

disajikan di bawah ini:

4.2.3.1. Uji Normalitas

Penilaian normalitas merupakan komponen mendasar dari pemeriksaan

prasyarat analisis data, yang biasa dikenal dengan uji asumsi klasik. Uji

normalitas bertujuan untuk memastikan apakah sebaran data sesuai atau

mendekati sebaran normal, yang ditandai dengan pola yang menyerupai sebaran

normal data. Untuk mengetahuinya terdapat beberapa metode uji normalitas yaitu

yang pertama uji Kolmogorov-Smirnov, yang kedua memperhatikan

pendistribusian data pada sumber diagonal pada grafik normal P-Plot dan yang

ketiga uji histogram

1. Uji Kolmogorov- Smirnov


Tabel 4.13. One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
65

Unstandardized
Residual
N 70
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.42041569
Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .058
Negative -.086
Test Statistic .086
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu kepada Tabel 4.13, nilai asymp. Sig. (2-tailed) pada variabel

kesehatan kerja dan variabel jam kerja bagi produktivitas kerja senilai 0,200 yaitu

lebih tinggi dari 0,05.

2. Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar. 4.2.3.1. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Hasil analisis pada SPSS


3. Uji histogram

Gambar 4.2.3.1. Hasil Uji Histrogram


66

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Penilaian normalitas selanjutnya menggunakan P-P Plot of Regression

Standardized Residual Normality Test dan Histogram Test. Penentuan normalitas

data dapat dilakukan melalui pemeriksaan distribusi titik-titik data sepanjang

sumbu diagonal, dengan memanfaatkan plot histogram residual. Pengambilan

keputusan dalam uji normalitas melalui kurva p-p plot adalah:

1. Jika data menunjukkan sebaran yang sejajar dengan garis diagonal atau

plot histogram dan mengikuti arahnya, dapat disimpulkan bahwa pola

tersebut sesuai dengan distribusi normal. Dalam kasus seperti itu, regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Sebaliknya, ketika titik data menyimpang dari garis diagonal atau tidak

sesuai dengan diagonal atau plot histogram, dapat disimpulkan bahwa pola

tersebut tidak mengikuti distribusi normal. Dalam kasus tersebut, analisis

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Mengacu pada perolehan uji SPPS, menunjukan grafik variabel kesehatan

kerja dan jam kerja bagi produktivitas kerja. Dalam gambar grafik, membuktikan

bahwa garis diagonal diikuti atau didekati oleh titik-titik, karenanya bisa diartikan

bahwasanya data tersebut memperlihatkan pola distribusi normal dan asumsi


67

normalitas dapat dipenuhi oleh model regresi. Sementara hasil dari uji histogram

mengikuti arah diagram menyerupai kurva, demikian dapat disimpulkan data

memperlihatkan pola pendistribusian normal dan asumsi normalitas dapat

dipenuhi oleh model regresi.

4.2.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menilai apakah model regresi

mengidentifikasi adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi dapat

dianggap memuaskan jika tidak ada korelasi antara variabel independen. Namun,

jika ada variabel independen yang menunjukkan korelasi satu sama lain, dapat

disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal mengacu

pada variabel independen yang menunjukkan korelasi nol dengan variabel

independen lainnya (Ghozali, 2001).

A. Uji Multikolinearitas Tolerance dan VIF (Variance Infliation Factor)

Syarat dalam mengambil keputusan didalam pengujian multikolinearitas bisa

dilaksanakan melalui Uji VIF (Variance Inflation Factor), diantaranya:


1.
VIF > 10,00, tersedianya maslaah multikolinearitas.
2.
VIF < 10,00, tidak tersedianya maslaah multikolinearitas.

Diperhatikan melalui nilai tolerance :

1. Tolerance < 0,10 tersedianya masalah multikolinearitas

2. Tolerance > 0,10 tidak tersedianya masalah multikolinearitas.

Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Tolerance dan VIF

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
68

Kesehatan Kerja .469 2.131


Jam Kerja .469 2.131
Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Dari hasil tabel di atas, perolehan tolerance untuk variabel “kesehatan

kerja” sebanyak 0,469 dan untuk variabel “jam kerja” 0,469. Berdasarkan hasil

tolerance untuk masing-masing variabel memperoleh nilai > 0,10 yaitu sebesar

0,469 karenanya tidak terdapat multikolinearitas pada data sampel. Sedangkan

nilai VIF variabel kesehatan kerja dan jam kerja senilai 2,131. Berdasarkan hasil

nilai VIF tiap variabel menunjukkan nilai < 10, karenanya bisa diartikan tidak

tersedia multikolinearitas.

4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Syarat dalam mengambil keputusan pada uji heteroskedastisitas melalui

penggunaan grafik scatterplot diantaranya:

1. Apabila ada pola spesifik dalam grafik scatterplot, misalnya titik-titik

yang menyerupai pola beraturan (bergelombang, menyebar lalu

menyempit), demikian bisa ditarik kesimpulan sudah berlangsungnya

masalah heteroskedastisitas.

2. Bila tidak terdapat pola yang jelas atau titik-titiknya menyebar, hal ini

merupakan indikasi tidak berlangsungnya masalah heteroskedastisitas.

Gambar 4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)


69

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Dari hasil uji Scatterplot, menunjukan bahwa titik-titik menyebar tidak

beraturan di atas 1 dan 0 disumbu Y atau titik-titik tidak ada terbentuk sebuah

pola yang jelas, demikian mengartikan tidak berlangsungnya heteroskedastisitas

didalam model regresi.

4.2.4. Analisis Regresi Linear Berganda

Investigasi ini menggunakan analisis regresi linier berganda sebagai

metodologi yang dipilih untuk analisis data. Pemanfaatan analisis regresi linier

berganda digunakan untuk memastikan dampak dari dua atau lebih variabel

independen terhadap variabel tetap. Perhitungan model regresi linier berganda

dilakukan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak SPSS for Windows

versi 26.0. Hasil analisis yang diperoleh adalah seperti berikut:

Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
70

B Std. Error Beta


1 (Constant) 6.180 1.608 3.842 .000
Kesehatan Kerja .494 .117 .397 3.276 .007
Jam Kerja .581 .106 .662 5.481 .000
a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Sumber : Hasil analisis pada SPSS

Mengacu pada peorlehan uji regresi linier berganda pada tabel diatas,

didapatkan persamaan regresinya yakni:

Rumus : Y = α + β1 X1 + β2 X2
: Y = 6,180 + 0,494 X1 + 0,581 X2

Rumus diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebanyak 6,180 membuktikan bahwasanya variabel

kesehatan kerja dan jam kerja melalui keadaan konstan atau X = 0,

demikian produktivitas kerja driver Gojek kota Denpasar memiliki tingkat

produktivitas kerja sebanyak 6,180.

b. Nilai koefisien regresi (X1) Kesehatan Kerja (β1) sebanyak 0,494 yang

bernilai positif. Pernyataan tersebut di atas berpendapat bahwa

peningkatan kesehatan kerja secara kesatuan, dengan menganggap semua

variabel lainnya konstan, akan menghasilkan peningkatan yang sesuai

dalam produktivitas kerja sebesar 0,494. Artinya setiap kenaikan

kesehatan kerja yang dimiliki driver meningkat, akan disertai dengan

peningkatan produktivitas kerja juga. Sedangkan setiap penurunan

kesehatan kerja yang dimiliki driver menurun, akan disertai dengan

penurunan produktivitas kerja.

c. Nilai koefisien regresi (X2) Jam Kerja (β2) sebanyak 0,581 melalui nilai

yang positif. Pernyataan tersebut di atas mengandung pengertian bahwa


71

ceteris paribus, peningkatan satu satuan jumlah jam kerja akan

menghasilkan peningkatan produktivitas kerja sebesar 0,581. Artinya

setiap kenaikan jam kerja yang dimiliki driver meningkat, akan disertai

dengan peningkatan produktivitas kerja juga. Sedangkan setiap penurunan

jam kerja yang dimiliki driver menurun, akan disertai dengan penurunan

produktivitas kerja.

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji-t memiliki sasaran untuk mengidentifikasi pengaruh variabel bebas.

Apabila dihasilkan nilai signifikan uji t < 0,05 demikian bisa ditarik kesimpulan

bahwasanya variabel bebas erpengaruh signifikan bagi variabel tetap dengan

parsial. Investigasi ini menggunakan uji-t untuk menilai dampak parsial kesehatan

kerja dan jam kerja terhadap produktivitas kerja. Tujuannya adalah untuk

memastikan apakah variabel-variabel ini memberikan pengaruh yang signifikan

secara statistik terhadap produktivitas kerja. Cara pengambilan keputusan secara

parsial adalah:

Cara Pertama

1. Signifikansi > 0,05, menolak hipotesis.

2. Signifikansi < 0,05 menerima hipotesis.

Cara Kedua:

1. Apabila t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak

2. Apabila t hitung > t tabel maka hipotesis diterima.


72

Tabel 4.16. Hasil Pengujian Parsial Variabel X1 dan X2


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 6.180 1.608 3.842 .000
Kesehatan Kerja .494 .117 .397 3.276 .007
Jam Kerja .581 .106 .662 5.481 .000
a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Sumber: Hasil analisis pada SPSS

Berikut adalah hipotesis secara parsial pada kajian studi ini, yaitu:

H1 : Kesehatan kerja menyumbangkan pengaruhnya dengan signifikan

secara parsial bagi produktivitas kerja.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Beta sejumlah 0,397 serta nilai

signifikan diperoleh sejumlah 0,000. Syarat dalam mengambil keputusannya

yakni hasil signifikan harus < 0,05 sementara, hasil nilai signifikan dari variabel

kesehatan kerja (X1) diperoleh sebesar 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 demikian

bisa ditarik simpulan menerima H1. Syarat dalam mengambil keputusan cara yang

kedua, yaitu untuk menemukan nilai t tabel menggunakan rumus df = n(70) – k(2)

= 68 ; dua sisi signifikan (0,025) = 1,995, jadi dalam pengambilan keputusan yang

kedua t hitung harus > t tabel (1,995), sementara untuk variabel kesehatan kerja

memperoleh t hitung sebesar 3,276, jadi t hitung (3,276) > t tabel (1,995)

demikian H1 diterima. Karenanya bisa ditarik simpulan dengan parsial variabel

kesehatan kerja (X1) menyumbangkan pengaruhnya dengan positif dan signifikan

bagi produktivitas kerja (Y).

H2 : Jam kerja menyumbangkan pengaruhnya secara signifikan dengan

parsial bagi produktivitas kerja.


73

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Beta sebanyak 0,662 serta

diperoleh nilai signifikansinya sebanyak 0,000. Syarat dalam mengambil

keputusannya yakni signifikansinya wajib kurang dari 0,05 sementara, hasil nilai

signifikan dari variabel jam kerja (X2) diperoleh sebanyak 0,000 < 0,05 dengan

demikian disimpulkan H2 diterima. Sementara ketentuan dalam mengambil

keputusan cara yang kedua yaitu, untuk menemukan nilai t tabel menggunakan

rumus df = n(70) – k(2) = 68 ; dua sisi signifikan (0,025) = 1,995, jadi dalam

pengambilan keputusan yang kedua t hitung harus > t tabel (1,995), sementara

untuk variabel jam kerja memperoleh t hitung sebesar 5,481, jadi t hitung (5,481)

> t tabel (1,995) maka H2 diterima. Dengan demikian bisa ditarik simpulan

bahwasanya dengan parsial variabel jam kerja (X 2) menyumbangkan pengaruhnya

dengan positif dan signifikan bagi produktivitas kerja (Y).

4.3.2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Pengujian hipotesis dengan bersamaan (Uji-F) memiliki tujuan dalam

memperjelas gambaran pengaruh antar dua variabel X atau lebih yang

dipergunakan sebagai variable bebas (independent) bagi variabel Y yang

digunakan selaku variabel terikat (dependent). Tujuan pengujian ini adalah

berupaya menilai sampai dimana variabel independen yang diujikan dapat

memaparkan variabel dependen. Pada penelitian ini kesehatan kerja (X 1) dan jam

kerja (X2) dengan bersamaan berhubungan dengan variable dependen

produktivitas tenaga kerja (Y) dan apakah model yang dipergunakan sinkron atau

tidak. Hasil yang didapatkan dalam kajian studi ini yakni:

Tabel 4.17. Hasil Pengujian Simultan

ANOVAa
74

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


1 Regression 164.230 2 82.115 39.520 .000b
Residual 139.213 67 2.078
Total 303.443 69
a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
b. Predictors: (Constant), Jam Kerja, Kesehatan Kerja

Sumber: Hasil analisis pada SPSS

H3 : Kesehatan kerja dan jam kerja menyumbangkan pengaruhnya dengan

simultan bagi produktivitas kerja.

Mengacu pada tabel diatas membuktikan hasil signifikansinya sebanyak

0,000, ketentuan dalam mengambil keputusannya yakni hasil signifikan < 0,05

(0,000 < 0,05) demikian H3 dapat diterima. Sementara ketentuan dalam

mengambil keputusan cara yang kedua yaitu, untuk menemukan nilai F tabel

menggunakan rumus f = k (2) ; n(70)- (k) 2 = F (2 ; 68) = 3,13 , maka F tabel

sebanyak 3,13 , jadi dalam mengambil keputusan yang kedua F hitung wajib

melebihi F tabel (3,13), sedangkan dari uji F mendapatkan F hitung sebanyak

39,520 , jadi F hitung (39,520) > F tabel (3,13) maka H3 diterima. Karenanya bisa

ditarik simpulan bahwasanya variabel kesehatan kerja (X1) dan jam kerja (X2)

menyumbangkan pengaruhnya dengan positif dan signifikan bagi produktivitas

kerja (Y).

4.3.3. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien R2 digunakan untuk menilai kapasitas model untuk

memperhitungkan fluktuasi variabel dependen. Koefisien determinasi (R2)

berkisar antara 0 dan 1. Nilai R2 yang rendah menunjukkan bahwa variabel

independen memiliki kapasitas yang terbatas untuk memperhitungkan varians


75

pada variabel dependen. Tujuan dari koefisien determinasi adalah untuk

menghitung proporsi varian dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen. Temuan tersebut berasal dari hasil analisis SPSS.

Tabel 4.18. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)


Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .736a .541 .528 1.44146
a. Predictors: (Constant), Kesehatan Kerja, Jam Kerja
b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
Sumber: Hasil analisis pada SPSS
Berdasarkan tabel yang disajikan dapat disimpulkan bahwa variabel

kesehatan kerja dan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas

kerja pengemudi Gojek roda dua di Kota Denpasar. Hal ini didukung oleh nilai R

square sebesar 0,541 yang menunjukkan bahwa 54,1% varian produktivitas kerja

dapat dijelaskan oleh variabel-variabel tersebut di atas. Penelitian tersebut tidak

meneliti variabel lain yang mungkin mempengaruhi sisanya sebesar 45,9%.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1. Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Hasil analisis kajian studi ini membuktikan bahwa dengan parsial

kesehatan kerja berpengaruh signifikan bagi produktivitas kerja driver Gojek roda

dua di Kota Denpasar. Hasil studi inipun senada dengan studi Setiawan (2013)

membuktikan bahwasanya kesehatan kerja menyumbangkan pengaruhnya dengan

signifikan dan positif bagi produktivitas karyawan. Hal inipun senada dengan

penjelasan Tulus (1992) dimana dengan terdapatnya program kesehatan yang baik

yang memberi manfaat materi kepada karyawan karena absensi yang lebih sedikit,
76

bekerja di lingkungan yang lebih nyaman sehingga bisa bekerja lebih lama secara

keseluruhan dan semakin produktif, didalam kesehatan kerja bisa dilaksanakan

melalui pembentukan lingkungan kerja yang sehat. Hal inipun bisa melindungi

kesehatan pekerja dari gangguan pendengaran, kelelahan, penglihatan dan

masalah lainnya.

Pengaruh kesehatan kerja bagi produktivitas kerja juga diperkuat dari

karakteristik responden berdasarkan usia responden, sebanyak 26 driver dari total

70 driver telah berusia 30 tahun keatas. Semakin tua seseorang maka

kesehatannya akan semakin menurun seperti gangguan penglihatan, imun tubuh

menurun, gangguan pencernaan dan gangguan kesehatan lainnya. Driver yang

berusia dibawah 30 tahun pun juga dapat terkena gangguan kesehatan baik yang

ringan ataupun berat.

Masalah kesehatan tidak bisa lepas dari para driver Gojek karena resiko

bekerja di luar ruangan. Performa optimal seorang pengemudi bergantung pada

kesehatan fisik dan mental mereka. Dengan demikian, sangat penting untuk

mempertimbangkan status kesehatan pengemudi secara keseluruhan untuk

meningkatkan produktivitas kerja. Gangguan kesehatan yang bersifat sementara

maupun jangka panjang kerap membayangi para driver Gojek. Kesehatan kerja

adalah bagian terpenting dan wajib diperhatikan bagi sebuah perusahaan

termasuk Gojek, sebab kondisi kesehatan mempengaruhi kemauan, kemampuan

atau semangat driver dalam bekerja, jika driver memiliki kesehatan kerja yang

buruk, maka driver menjadi lebih sering absen atau tidak bekerja sehingga

produktivitasnya akan menurun. Tetapi, bila kesehatan kerja baik, karenanya

driver akan lebih semangat dan memiliki kemauan untuk bekerja.


77

Kesehatan kerja sangat berdampak bagi produktivitas kerja, karenanya

driver harus bisa menjaga kondisi agar senantiasa sehat. Hal-hal yang dapat

dilakukan adalah perbanyak minum air putih, tidak telat makan, selalu memakai

perlengkapan yang memadai dan jika sudah mengalami gangguan kesehatan

segera periksa ke dokter. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan oleh driver

adalah selalu berhati-hati didalam bekerja dan menekankan pada keselamatan.

Semua driver ingin bekerja dengan lingkungan yang nyaman dan sehat, hal itu

membuat driver akan mampu bekerja semakin lama dan membuat peningkatan

bagi produktivitas menjadi semakin maksimal. Gojek juga turut berperan dalam

memperhatikan kesehatan para driver. Gojek dapat melakukan beberapa hal

seperti mengadakan penggalangan dana atau memberi ajakan kepada konsumen

untuk memberikan tip yang lebih untuk para driver yang selanjutnya akan

digunakan driver untuk membeli vitamin, suplemen kesehatan atau masker

supaya kesehatan driver lebih terjaga. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan

Gojek adalah melakukan sosialisasi pemberian materi edukasi pedoman menjaga

kesehatan bagi para driver dengan berkesinambungan baik dengan langsung dan

tidak langsung.

4.4.2. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Hasil dari analisis pada kajian studi ini membuktikan bahwasanya secara

parsial jam kerja memiliki dampak positif dan substansial bagi produktivitas

kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar. Hal ini menunjukkan korelasi

positif antara jam kerja driver Gojek dengan produktivitas kerja mereka. Temuan

ini sejalan dengan penelitian Lubis (2014) yang menyatakan bahwa produktivitas

kerja dipengaruhi secara signifikan oleh jam kerja. Sementara studi yang
78

dilaksanakna Giri dan Dewi (2017) membuktikan jam kerja menyumbangkan

pengaruhnya dengan positif dan signifikan bagi pendapatan driver Gojek.

Adapun Pamungkas et, al (2017) yang membuktikan Produktivitas seorang

individu di tempat kerja berkorelasi positif dengan lamanya masa kerja mereka.

Dengan bertambahnya lama waktu bekerja, diharapkan keterampilan dan

kemampuan pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaannya juga akan

meningkat.

Pengaruh jam kerja terhadap produktivitas kerja juga diperkuat dari

karakteristik responden berdasarkan status pernikahan sebanyak 43 driver dari

total 70 responden telah menikah. Hal ini menyebabkan para driver yang telah

menikah tersebut diharuskan memiliki jam kerja yang konsisten dan diatas rata-

rata agar lebih proukfif lagi dalam menambah penghasilan. Dikarenakan jika

seorang driver telah menikah maka driver tersebut memiliki kewajiban atau

tanggung jawab atas jumlah anggota keluarganya, seperti memenuhi kebutuhan

pokok, biaya sekolah, biaya tempat tinggal, cicilan dan biaya lainnya. Hal ini

juga berpengaruh ke periode bekerja driver, dilihat dari karakteristik responden

berdasarakan periode bekerja seluruh driver Gojek bekerja dengan periode diatas

5x seminggu, bahkan sebanyak 7 driver bekerja dengan periode 7x seminggu

atau tidak mengambil libur selama satu minggu, penyebabnya dipastikan adalah

driver tersebut ingin mencari penghasilan sebanyak-banyaknya demi memenuhi

kebutuhan pokok.

Semakin lama driver menghabiskan jam kerjanya, semakin banyak

pesanan atau poin yang dapat dikumpulkan oleh driver sehingga produktivitas

driver meningkat, sehingga pendapatan pun meningkat. Driver Gojek bekerja


79

untuk mencapai target yang berupa bonus/insentif yang telah disediakan oleh

Gojek supaya pendapatan lebih maksimal. Setelah mencapai tujuan yang

diinginkan, pengemudi memilih untuk menghentikan aktivitas melelahkan

mereka dan terlibat dalam kegiatan santai melalui relaksasi. Hal inipun senada

dengan teori Argawal et al. (2013) dalam kajian studi Camerer et al. (1997)

dimana Setelah mencapai target pendapatan mereka untuk hari tertentu,

pengemudi biasa membuat keputusan untuk menghentikan pencarian penumpang

tambahan mereka. Selain itu, kondisi perekonomian driver Gojek pun akan lebih

stabil karena penghasilan yang diperoleh cukup dalam mencukupi kebutuhan

hidup sehari-hari dengan demikian para driver beserta keluarganya akan lebih

sejahtera.

Pekerjaan driver Gojek tidak terikat oleh waktu atau jam kerja, driver

dapat dengan bebas menjadi penentu jam kerjanya maupun dapat disebut

survival time model. Survival time adalah model yang mencerminkan pekerja

pada konteks ini, pekerja bebas berhenti melakukan pekerjaan kapan saja apabila

pekerja merasa telah mendapatkan penghasilan dari tarif yang diperoleh, maka

perbedaan waktu setiap hari kerja bisa mencerminkan perbedaan taraf

penghasilan (Sholeh, 2007). Oleh karena itu, dapat dipostulasikan bahwa

terdapat korelasi positif antara jumlah jam kerja dan tingkat produktivitas yang

dicapai. Ketika seseorang lebih produktif menghabiskan waktunya untuk

melakukan pekerjaan, maka orang tersebut akan bekerja lebih keras untuk

menghasilkan uang (Segara dan Suwena, 2020).

Gojek memberikan target yang berupa bonus bagi para drivernya yang

bertujuan untuk mendorong para driver agar lebih meningkatkan produktivitas


80

kerja. Driver Gojek beranggapan semakin banyak jam kerja yang diambil,

otomatis makin besar juga peluang memperoleh orderan agar tercapainya target

atau bonus. Orderan atau pesanan tidak dapat diperoleh secara pasti jumlahnya

karena sistem pembagiannya yang acak bagi semua driver Gojek, dengan

demikian, banyaknya jam kerja yang diambil otomatis lebih mempunyai peluang

yang lebih besar didalam mendapatkan orderan sebanyak – banyaknya.

Karena terdapat pengaruh antara jam kerja terhadap produktivitas, maka

driver harus selalu memperhatikan jam kerjanya supaya bisa membuat

peningkatan bagi produktivitas kerja. Adapun sejumlah hal yang bisa dilakukan

oleh driver seperti, konsisten dalam menentukan jam kerja setiap harinya dan

istirahat yang cukup agar meminimalisir tingkat kesalahan. Karena sistem

pembagian orderan yang bersifat acak, maka dari itu diperlukan jam kerja yang

konsisten untuk memberi peluang bagi driver tersebut mendapatkan orderan

sebanyaknya sehingga target atau bonus yang telah ditetapkan oleh Gojek dapat

tercapai. Sementara itu hal yang harus dilakukan Gojek untuk mendorong

drivernya agar menjadi lebih produktif adalah Gojek masih perlu mengapresiasi

kerja keras driver dengan memberikan bonus atau insentif yang lebih banyak

kepada drivernya yang telah meluangkan waktu untuk bekerja kerja keras demi

meningkatkan produktivitas. Selain itu peningkatan produktivitas dari para

driver tentu akan memberi keuntungan bagi perusahaan Gojek sendiri. Gojek

juga harus tegas seperti memberikan teguran atau sanksi bagi para drivernya

yang memiliki produktivitas yang buruk contohnya seperti setengah-setengah

dan tidak tentu dalam bekerja, jam kerja yang berantakan, pelayanan buruk serta

hal-hal yang dapat merugikan Gojek.


81

4.4.3. Pengaruh Kesehatan Kerja Dan Jam Kerja Terhadap Produktivitas

Kerja

Hasil analisis dalam kajian studi ini membuktikan kesehatan kerja dan

jam kerja dengan simultan menyumbangkan pengaruhnya dengan positif dan

signifikan bagi produktivitas kerja driver Gojek roda dua di Kota Denpasar.

Hasil temuan inipun didukung Rizky (2019) dimana jam kerja, keselamatan kerja

dan kesehatan kerja dengan bersamaan menyumbangkan pengaruhnya dengan

signifikan bagi produktivitas kerja.

Terdapat pula penjelasan Tiffin dan Cormick (dalam Edy, 2011), sejumlah

faktor yang dapat menyumbangkan pengaruhnya dengan produktivitas kerja

terbagi atas dua jenis yakni:

1. Faktor dalam diri individu, yakni kondisi fisik individu, motivasi, umur

dan kelelahan.

2. Faktor diluar individu, yakni keadaan fisik misalnya penerangan, suara,

upah, lama kerja, waktu istirahat, lingkungan sosial, keluarga dan bentuk

organisasi.

Faktor dalam diri individu seperti keadaan fisik dan kelelahan termasuk

dalam variabel kesehatan kerja, sementara faktor diluar individu seperti lama

bekerja dan waktu istirahat termasuk dalam variabel jam kerja, jadi secara

simultan kesehatan kerja dan jam kerja didalam menyumbangkan pengaruhnya

bagi produktivitas kerja karena kedua variabel tersebut termasuk dalam faktor-

faktor yang mampu menyumbangkan pengaruhnya bagi produktivitas kerja.


82

4.5. Implikasi

Kajian studi ini memberikan implikasi bahwa kesehatan kerja

menyumbangkan pengaruhnya dengan positif dan signifikan bagi produktivitas

kerja. Setiap kenaikan kesehatan kerja yang dimiliki driver meningkat, akan

disertai dengan peningkatan produktivitas kerja juga. Sedangkan setiap penurunan

kesehatan kerja yang dimiliki driver menurun, akan disertai dengan penurunan

produktivitas kerja. Oleh sebab itu kesehatan kerja sangat mempengaruhi

produktivitas driver Gojek. Status kesehatan yang optimal dari seorang

pengemudi Gojek dapat berdampak signifikan pada motivasi kerja mereka,

menghasilkan semangat kerja yang tinggi dan kepatuhan yang lebih besar

terhadap standar kerja. Akibatnya, ini dapat mengarah pada penyelesaian tugas

yang lebih efisien. Kesehatan kerja dari setiap driver Gojek harus selalu

diperhatikan agar driver dapat melakukan pekerjaan dengan sehat dengan tidak

membuat bahaya bagi diri sendiri ataupun masyarakat sekitar dengan demikian

produktivitas kerja dapat tercapai secara maksimal.

Seluruh perusahaan mengetahui bahwasanya produktivitas kerja karyawan

sangat penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya ialah kesehatan, maka dari itu seluruh perusahaan harus

memperhatikan kesehatan karyawannya sebab hal itu termasuk bagian dari

tanggung jawab perusahaan terhadap karyawannya. Mempertahankan

kesejahteraan tenaga kerja menguntungkan tidak hanya untuk keuntungan pribadi

karyawan tetapi juga untuk organisasi. Karyawan yang memiliki kesehatan mental

dan fisik yang baik kemungkinan akan berkontribusi pada lingkungan kerja yang

positif, efektif, dan efisien, sehingga memudahkan pencapaian tujuan


83

produktivitas yang ditetapkan oleh perusahaan.

Durasi jam kerja memiliki dampak penting terhadap produktivitas kerja,

yang dibuktikan dengan korelasi positif dan signifikan secara statistik antara

kedua variabel tersebut. Jumlah jam kerja merupakan variabel yang berdampak

pada produktivitas kerja. Makin lama jam kerja dari driver, dengan demikian

semakin besar peluang driver untuk mendapatkan orderan dan begitu juga

sebaliknya. Sistem pembagian orderan yang bersifat acak membuat driver harus

lebih memperhatikan jam kerjanya, maka dari itu produktivitas kerja driver Gojek

ditentukan oleh seberapa lama jumlah jam kerja driver tersebut.

Seluruh perusahaan rata-rata menetapkan jam kerja karyawan dalam sehari

kurang dari 7 jam dan dalam satu minggu kurang dari 35 jam. Selain itu

perusahaan juga menetapkan aturan cuti dan istirahat bagi setiap karyawan. Jam

kerja yang berlebihan juga akan berdampak pada karyawan itu sendiri seperti

human erorr, menurunkan produktivitas dan berdampak ke masalah kesehatan,

maka dari itu adanya aturan jam kerja baik akan menguntungkan karyawan dan

perusahaan.
86

BAB V

PENUTUP

5.1. Rangkuman

Tujuan utama dari setiap perusahaan bisnis adalah untuk mencapai

profitabilitas dan meningkatkannya secara berkelanjutan dari waktu ke waktu,

sambil secara bersamaan berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen dan

memastikan stabilitas organisasi. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja

adalah pendekatan yang layak untuk mencapai tujuan memaksimalkan output.

Tujuan utama peningkatan produktivitas tenaga kerja adalah untuk

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya agar tenaga kerja dapat

memproduksi atau meningkatkan produk atau layanan semaksimal mungkin.

Tenaga kerja yang sangat efisien sangat penting untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan kemajuan perusahaan. Sedarmayanti (2009) berpendapat

bahwa produktivitas pada hakikatnya melibatkan analisis komparatif dari hasil

yang dicapai (output) dibandingkan dengan total sumber daya yang dikeluarkan

(input).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi produktivitas kerja, seperti

kesehatan kerja dan durasi jam kerja. Mathias dan Jackson (2012)

mendefinisikan kesehatan kerja sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan

emosional yang berkaitan dengan kemampuan individu untuk melakukan tugas-

tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Sebaliknya, Wahyono (2017)


87

mencirikan jam kerja sebagai durasi waktu yang dialokasikan untuk aktivitas

terkait pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesehatan

kerja dan jam kerja terhadap produktivitas kerja pada pengemudi Gojek roda dua

di Kota Denpasar, baik secara individu maupun kolektif. Hasil yang diantisipasi

dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi berharga, penegasan, dan

pengetahuan di bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya yang

berkaitan dengan kesehatan kerja, jam kerja, dan produktivitas kerja.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang

dilakukan pemeriksaan pendahuluan melalui serangkaian pengujian yang

meliputi uji validitas, reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Yang terakhir meliputi

uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Penelitian ini

mencakup seluruh populasi pengemudi Gojek roda dua yang beroperasi di Kota

Denpasar, dengan jumlah sampel 70 pengemudi Gojek yang dipilih untuk

penelitian. Setelah dilakukan uji-t parsial, temuan investigasi ini menunjukkan

bahwa kesehatan kerja memiliki dampak penting dan afirmatif terhadap

produktivitas kerja pengemudi Gojek di Kota Denpasar. Selain itu, hasil

penelitian menunjukkan bahwa jam kerja juga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produktivitas kerja driver Gojek di Kota Denpasar. Uji-F bersamaan

yang dilakukan pada kesehatan kerja dan jam kerja mengungkapkan dampak

positif yang signifikan secara statistik terhadap produktivitas kerja pengemudi

Gojek di Kota Denpasar. Hasil temuan uji koefisien determinasi (R2) yang

dilakukan pada variabel kesehatan kerja dan jam kerja menunjukkan bahwa

54,1% produktivitas kerja disebabkan oleh faktor tersebut, sedangkan sisanya

sebesar 45,9% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain.


88

5.2. Kesimpulan

Berlandaskan hasil dan pembahasan diatas, dengan demikian bisa ditarik

simpulannya yakni:

1.
Kesehatan kerja mempunyai pengaruh bagi produktivitas kerja driver

Gojek. Sesuai dengan uji t (parsial) yang sudah dilaksanakan, didapatkan

nilai signifikansinya 0,007 < 0,05 dan diperoleh nilai t hitung sebanyak

3,276, dan nilai t hitung 3,276 > dari nilai t tabel sebanyak 1,995 yang

mengartikan dengan individual kesehatan kerja menyumbangkan

pengaruhnya dengan positif dan signifikan bagi produktivitas kerja.

2.
Jam kerja mempunyai pengaruh bagi produtkivitas kerja driver Gojek.

Hal inipun didukung dengan uji t (parsial) yang sudah dilaksanakan,

diperoleh nilai signifikansi sebanyak 0,000 < 0,05 dan t hitung 5,481 > t

table 1,995 yang mengartikan dengan individual jam kerja

menyumbangkan pengaruhnya dengan positif dan signifikan bagi

produktivitas kerja.

3.
Kesehatan kerja dan jam kerja dengan bersamaan menyumbangkan

pengaruhnya dengan signifikan bagi produktivitas kerja. Hal inipun

dibuktikan melalui uji f (simultan) dimana didapatkan nilai signifikan

0,000 < 0,05 dan juga didapatkan nilai f hitung 39,520 dan > f tabel

sebanyak 3,13 yang diasumsikan kesehatan kerja dan jam kerja dengan

bersamaan menyumbangkan pengaruhnya positif dan signifikan bagi

produktivitas kerja.
89

5.3. Saran

Mengacu kepada hasil, uraian bahasan, dan simpulan yang ada dalam

kajian studi ini, dengan demikian bisa diberikan masukan yang bersifat

membangun antara lain:

1. Mengingat kesehatan kerja sangat mempengaruhi produktivitas driver

Gojek, maka dari itu perusahaan Gojek masih perlu menyediakan

perlengkapan dan fasilitas kesehatan yang memadai. Gojek telah

menyediakan masker, helm, dan jaket untuk perlindungan diri driver,

akan tetapi masih diperlukan perlengkapan lain seperti jas hujan apabila

terjadi hujan, rompi pelindung dada, sarung tangan dan sebagainya.

Sementara untuk fasilitas kesehatan, Gojek masih perlu menyediakan

fasilitas berupa BPJS kesehatan untuk menjamin kesehatan para driver

dan keluarganya di masa mendatang.

2. Baik perusahaan Gojek maupun pemerintah semestinya membuat aturan

mengenai pembatasan jam kerja bagi driver ojek online termasuk driver

Gojek. Seperti yang diketahui saat ini tidak ada aturan atau kebijakan

mengenai pembatasan jam kerja bagi para driver Gojek, akan tetapi sisi

positifnya adalah driver Gojek memiliki kebebasan dalam mengatur jam

kerja sehingga jika ingin menambah penghasilan driver Gojek hanya

perlu bekerja lebih lama daripada jam kerja biasanya. Di sisi lainnya

driver Gojek lambat laun akan menjadi terlena dalam mencari

penghasilan yang lebih, sehingga jam kerjanya melebihi batas normal


90

tenaga kerja pada umumnya. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan

bagi driver itu sendiri seperti mengalami kelelahan, gangguan kesehatan,

human error, tidak fokus dan sebagainya sehingga bisa berdampak buruk

bagi para driver.

3. Saat ini Gojek sudah menyediakan bonus atau insentif bagi para

drivernya bila mencapai target tertentu, hal ini dilakukan agar para

drivernya lebih meningkatkan produktivitas kerja. Mengingat

produktivitas kerja sangat penting bagi perusahaan, maka dari itu Gojek

masih perlu menyediakan penghargaan, reward atau bonus yang lebih

berharga sebagai bentuk apresiasi bagi para driver Gojek yang sudah

berusaha dalam meningkatkan produktivitas.

4. Untuk memperluas cakupan penelitian ini dan memberikan dasar

perbandingan dengan penelitian yang akan datang, disarankan untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kesehatan kerja dan

jam kerja terhadap produktivitas kerja sumber daya manusia di organisasi

lain. Ini akan memungkinkan peneliti masa depan untuk membangun

temuan penelitian ini dan berkontribusi pada kemajuan pengetahuan di

bidang ini.

Anda mungkin juga menyukai