Anda di halaman 1dari 10

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No.

1, April 2016 17

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN


PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA
PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

Leha Julaeha1 Dr. Ai Nurhayati, M.Si2 dan


Dr. Ai Mahmudatussa’adah, M.Si3

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi masih adanya mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga UPI
yang mengkonsumsi makanan jajanan yang berbahan tambahan berbahaya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui penerapan pengetahuan bahan tambahan pangan berupa pewarna, pemanis,
dan pengawet pada makanan jajanan snack, buah, dan minuman. Metode penelitian yang digunakan
adalah Metode Deskriptif yang akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari mahasiswa Prodi
Pendidikan Tata Boga UPI. Populasi penelitian adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga yang
telah mempelajari Kimia Makanan sebanyak 121 mahasiswa. Sampel yang digunakan ditentukan
dengan cara simple random sampling sebanyak 55 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa
jumlah rata - rata mahasiswa kurang menerapkan pengetahuan bahan tambahan pangan dalam
pemilihan makanan jajanan sehari – hari. Rekomendasi diberikan pada mahasiswa untuk dapat lebih
mengaplikasikan pengetahuan bahan tambahan pangan pada pemilihan makanan jajanan.

Kata Kunci : Bahan Tambahan Pangan, Pemilihan Makanan Jajanan

PENDAHULUAN
Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata yang dikonsumsi di antara dua waktu
Boga pada umumnya menghabiskan makan. Makanan cemilan atau snack
waktu diluar rumah atau dikampus, terdiri dari 2 bagian, pertama makanan
sehingga untuk memenuhi kebutuhan cemilan atau snack basah contohnya,
makanannya, mahasiswa dihadapkan lumpia, lemper, pisang goreng, risoles
pada makanan jajanan baik makanan dan lain - lainnya. Kedua makanan
jajanan kantin, warung, kedai makanan cemilan atau snack kering, seperti
atau kafetaria di sekitar lingkungan produk ekstruksi, keripik, biskuit, kue
kampus. Menurut winarno (1997) kering dan lain – lainnya. kelompok
menyatakan bahwa pangan jajanan minuman seperti minuman kemasan,
adalah jenis makanan yang dijual di air mineral, jus, es campur dan lain –
kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, lainnya. Kelompok Buah contohnya
dipasar, tempat pemukiman serta seperti, buah potong, sop buah, buah
lokasi yang sejenis. utuh dan lain – lain (Nasution, 2009).
Nasution (Nuraida, et al, 2009) Sementara ini masih banyak
menjelelaskan bahwa pangan jajanan makanan jajanan yang dijajakan
dapat dikelompokkan menjadi disekitar kampus dan sekolah pada
makanan sepinggan, makanan umumnya masih banyak yang tidak
cemilan, minuman dan buah. Makanan aman. Pewarna, pemanis dan
sepinggan adalah makanan utama pengawet merupakan jenis bahan
contohnya mie ayam, nasi uduk, baso, tambahan pangan. Bahan – bahan
gado – gado dan lain – lain. Makanan tambahan tersebut sering dijumpai
cemilan atau snack adalah makanan pada setiap makanan jajanan yang di
1)
Leha Juleha Alumni Prodi Pendidikan
Tata Boga Jur. PKK FPTK UPI
2)
Ai Nurhayati dan 3)Ai Mahmudatussa’adah Dosen
Prodi Pendidikan Tata Boga. Departemen PKK FPTK UPI
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 18

jajakan di sekitar lingkungan kampus hati. Serta penggunaan pemanis


atau pun disekitar lingkungan sekolah. sintetis secara berlebihan dapat
Bahan tambahan pangan tersebut menyebabkan kanker kandungan
banyak digunakan oleh para penjual kemih, asma, kanker otak, serta
makanan jajanan pada pembuatan kemandulan.
makanan jajanan seperti kue – kue Mahasiswa dalam memilih
tradisional, berbagai macam es, buah – makanan jajanan lebih cenderung
buahan, cemilan atau snack kemasan memilih makanan jajanan dari segi
dan masih banyak makanan jajanan rasa, penampilan, bentuk dan aroma
lainnya. Tidak sedikit penjual sedangkan dari segi keamanan jajanan
makanan sekarang ini mengganti tersebut mahasiswa kurang
bahan – bahan tambahan pangan yang memperhatikan zat – zat kimia yang
diizinkan dengan bahan tambahan terkandung dari suatu makanan
yang bukan untuk pangan atau yang jajanan tersebut. Pada dasarnya
berbahaya, seperti survei yang mahasiswa dalam memilih makanan
dilakukan oleh BPOM tahun 2004 di jajanan dipengaruhi oleh faktor intern
sekolah dasar di seluruh Indonesia dan dan faktor ekstern. Purtiantini
sekitar 550 jenis makanan yang (Notoatmodjo, 2003) menjelaskan
diambil untuk sampel pengujian bahwa Faktor intern mencakup
menunjukkan bahwa 60% jajanan pengetahuan khususnya pengetahuan
anak sekolah tidak memenuhi standar gizi, kecerdasan, persepsi, emosi dan
mutu dan keamanan. Disebutkan motivasi dari luar (Purtiantini,
bahwa 56% sampel mengandung 2010,hlm.18-19). Berdasarkan
rhodamine B dan 33% mengandung pendapat tersebut yang dikemukakan
boraks (Purtiantini, 2010, hlm. 17). oleh Notoatmodjo, terjadi pula pada
Sedangkan menurut hasil monitoring Mahasiswa Pendidikan Tata Boga UPI
rutin dan survei Balai Besar POM dalam memilih makanan jajanan
tahun 2007 di 26 provinsi di Indonesia sehari – hari. Faktanya bahwa faktor
terhadap makanan jajanan sekolah intern mengenai pengetahuan gizi
dasar menunjukkan bahwa 45,28% khususnya dalam kepandaian memilih
dari 2957 sampel makanan jajanan makanan jajanan yang sehat yaitu
tidak memenuhi persyaratan satu atau pengetahuan tentang Bahan Tambahan
beberapa parameter yang diuji. Bahan Pangan. Bahan Tambahan Pangan
kimia yang dilarang seperti boraks, dipelajari oleh mahasiswa Pendidikan
formalin, pewarna rhodamin B, dan Tata Boga di Mata Kuliah Kimia
amaranth masih terkandung di dalam Makanan.
makanan jajanan (Putra, 2009, hlm. Kimia Makanan merupakan
17). Mata Kuliah Keahlian Program Studi
Penggunaan bahan – bahan Pendidikan Tata Boga FPTK UPI yang
tersebut apabila sering dikonsumsi memiliki bobot 2 (dua) SKS. Salah
maka akan membahayakan kesehatan satu tujuan dari perkuliahan kimia
tubuh. Rhodamin B dan Methanyl makanan yaitu adalah mahasiswa
yellow dapat menyebabkan kerusakan diharapkan mampu mengaplikasikan
hati dan ginjal, kanker kandungan pemahaman yang didapat dalam kimia
kemih dan ganguan hati, sedangkan makanan untuk kehidupan sehari –
boraks dan formalin dapat hari.
menyebabkan ganguan saraf ginjal dan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 19

TUJUAN PENELITIAN 1. Pewarna


Adapun tujuan penelitian ini Pewarna merupakan salah satu
mengenai Penerapan pengetahuan jenis bahan tambahan pangan yang
Bahan Tambahan Pangan (BTP) banyak digunakan oleh para penjual
tentang Pewarna, Pemanis, Pengawet makanan jajanan baik berupa
Pada Pemilihan Makanan Jajanan minuman atau makanan. Fungsi dan
Mahasiswa Pendidikan Tata Boga UPI tujuan dari penggunan pewarna pada
diantaranya: makanan dimaksudkan agar makanan
1. Makanan Jajanan Snack terlihat lebih menarik, sehingga
2. Makanan Jajanan Buah konsumen tergiur untuk membeli
3. Minuman Jajanan makanan tersebut. Anak kecil atau pun
orang dewasa termasuk orang yang
ISI cenderung menyukai makanan atau
Kajian Pustaka pun minuman yang memiliki warna –
Bahan Tambahan Pangan dalam warna yang menarik (Helmawati,
kehidupan sehari – hari sudah marak 2015, hlm.10). Pewarna yang
penggunaannya dalam pembuatan digunakan pada setiap makanan atau
berbagai macam makanan, adapun pun minuman diantaranya yaitu
fungsi dan tujuan penggunaan bahan pewarna alami dan sintetis.
tambahan pangan pada pangan Banyak diantaranya pedagang
diantaranya yaitu untuk (Yuliarti, lebih banyak menggunakan pewarna
2007, hlm.7): sintetis pada makanan atau minuman
1. Mengawetkan pangan dengan yang dijual, hampir semua makanan
mencegah pertumbuhan mikroba jajanan yang di jajakan menggunakan
perusak pangan atau mencegah pewarna sintetis mulai dari kerupuk,
terjadinya reaksi kimia yang dapat tahu, terasi, jajanan anak – anak dan
menurunkan mutu pangan. bahkan buah dingin atau potong
2. Membentuk pangan menjadi seperti buah potong mangga (Yuliarti,
lebih baik, renyah dan lebih enak 2007, hlm.79). Hal ini dikarenakan
di mulut karena pewarna sintetis memiliki
3. Memberikan warna dan aroma banyak keunggulan dibandingkan
yang lebih menarik sehingga dengan pewarna alami, dengan alasan
menambah selera. tersebut banyak produsen sekarang ini
4. Meningkatkan kualitas pangan. banyak menggunakan pewarna sintetis
5. Menghemat biaya dibandingkan dengan pewarna alami
Dilihat dari manfaat dan tujuan (Helmawati, 2015,hlm.11). Meskipun
tersebut, bahan tambahan pangan banyak kemudahan dalam
dapat dibedakan menjadi beberapa menggunakan pewarna sintetis, namun
jenis, salah satu bahan tambahan pewarna sintetis lebih beresiko buruk
pangan yang banyak dipergunakan bagi kesehatan dibadingkan dengan
pada makanan terutama pada pewarna alami. Ada beberapa pewarna
makanan jajanan yaitu pewarna, sintetis yang sudah dilarang
pemanis dan pengawet. Adapun penggunaanya di Indonesia. Sebagian
penjelasan mengenai bahan tambahan pewarna sintetis biasa dibuat dari zat
pangan tersebut diantaranya yaitu: kimia berbahaya sehingga jika masuk
dalam tubuh dalam jumlah yang
banyak dan terus menerus, maka akan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 20

menimbulkan berbagai penyakit mulai lainnya. Dalam kehidupan sehari –


dari penyakit ringan maupun penyakit hari, pemanis sering digunakan dalam
yang dapat menyebabkan kematian makanan maupun minuman jajanan
(Helmati, 2015, hlm.13). yang dijajakan para pedagang.
Di Indonesia, peraturan mengenai Pemanis merupakan senyawa kimia
penggunaan zat pewarna yang yang sering ditambahkan dan
diizinkan dan dilarang untuk pangan digunakan untuk keperluan produk
diatur melalui SK Menteri Kesehatan olahan pangan, industri serta
RI Nomor 722/Menkes/Per/XI/88 minuman dan makanan kesehatan.
mengenai bahan tambahan pangan. Pemanis berfungsi untuk
Akan tetapi sering kali terjadi meningkatkan cita rasa dan aroma,
penyalahgunaan pemakaian zat memperbaiki sifat – sifat fisik. Tujuan
pewarna untuk sembarang bahan pemanis sebagai pengawet adalah
pangan, misalnya zat pewarna untuk memperbaiki sifat – sifat kimia
tekstil dan kulit dipakai untuk sekaligus merupakan sumber kalori
mewarnai bahan pangan. Hal ini bagi tubuh (Eriawan R, & Imam P,
dijelaskan sangat berbahaya bagi 2002). Klasifikasi pemanis dapat
kesehatan karena adanya residu logam didasarkan dari sumber yaitu
berat pada pewarna tersebut. diantaranya pemanis alami dan
Timbulnya peyalahgunaan tersebut pemanis buatan. Pemanis yang
antara lain disebabkan oleh banyak digunakan oleh penjual
ketidaktahuan masyarakat mengenai sekarang ini banyak mempergunakan
zat pewarna untuk pangan, dan pemanis buatan dikarnakan harga
disamping itu, harga zat pewarna murah.
untuk industri jauh lebih murah Pemanis buatan atau sintetis
dibandingkan dengan zat pewarna merupakan bahan tambahan yang
untuk pangan. dapat memberikan rasa manis dalam
Adapun penggunaan pewarna makanan, tetapi tidak memiliki nilai
berbahaya yang banyak digunakan gizi. Sebagai contoh adalah sakarin,
dalam makanan jajanan yaitu siklamat, aspartam, dulsin, sorbitol
Rhodamin B dan Menthanil Yellow, sintetis, dan nitro-propoksi-anilin.
kedua nama pewarna tesebut banyak Diantara berbagai jenis pemanis
sekali digunakan oleh para penjual sintetis, hanya beberapa saja yang
makanan dan minuman jajanan. diizinkan penggunaannya dalam
Pewarna tersebut sering dijumpai pada makanan sesuai Peraturan Menteri
makanan jajanan contohnya seperti Kesehatan RI Nomor
pada makanan jajanan buah potong, 208/Menkes/per/IV/1985, dintaranya
saus, kue – kue tradisonal, kue cubit, sakarin, siklamat, dan aspartam dalam
mie, sosis, agar – agar, kerupuk, dan jumlah yang dibatasi atau dengan
pada minuman jajanan seperti es dosis tertentu.
cendol, es cincau,es potong, dan Pemanis buatan sakarin dan
makanan ataupun minuman lainnya. siklamat maupun campuran keduanya
sering ditambahkan ke dalam
2. Pemanis berbagai jenis jajanan baik jajanan
Pemanis merupakan salah satu sepinggan, snack atau cemilan, pada
jenis dari Bahan Tambahan Pangan buah, dan pada minuman yang
selain pewarna, pengawet dan yang banyak di jajakan penjual disekitar
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 21

kampus dan sekolah, lingkungan mempunyai tujuan untuk lebih


rumah, pasar dan yang lainnya. meningkatkan cita rasa, memperbaiki
Sementara itu aspartam sering warna, tekstur, sebagai bahan
ditemukan pada berbagai jenis susu, penstabil, pencegah lengket maupun
saus, makanan dan minuman yang memperkaya vitamin serta mineral.
diproduksi oleh pabrik dan banyak Makanan yang mengandung
beredar di berbagai pasar tradisional pengawet yang tepat (menggunakan
maupun supermarket, hypermarket pengawet makanan yang dinyatakan
ataupun pusat pusat perdagangan aman) dengan dosis dibawah ambang
modern lainnya (Yuliarti, 2007, batas yang ditentukan tidaklah
hlm.19). berbahaya bagi konsumen (Yuliarti,
Penambahan pemanis sintesis 2007, hlm.32). Apabila penggunaan
pada minuman atau pun makanan jenis pengawet dan dosisnya tidak
jajanan ditambahkan yaitu dikarekan diatur maka menimbulkan kerugian
memiliki tingkat kemanisan yang bagi si pemakai. Misalnya, keracunan
relative tinggi dan harga yang murah atau terakumulasinya pengawet dalam
dibandingkan dengan penambahan organ tubuh dan bersifat karsinogenik
pemanis alami, seperti diantaranya (Yuliarti, 2007, hlm.67).
tingkat rasa manis pada sakarin Para penjual/produsen makanan
memiliki tingkat kemanisan relatif biasanya melakukan pengawetan pada
sebesar 300 sampai dengan 500 kali beberapa jenis makanan agar
tingkat kemanisan sukrosa, siklamat makanan yang di jual atau dijajakan
memiliki rasa manis 30 kali dari tidak mudah busuk, sehingga bisa
sukrosa, dan aspartam memiliki dijual dipasaran dengan batas
tingkat kemanisan 160 – 220 kali kadaluarsa (Helmawati, 2015,
dibandingkan sukrosa. hlm.28). Namun demikian, sering kali
Penambahan pemanis sintetis produsen nakal menggunakan
ditambahkan oleh penjual pada pengawet tidak tepat, seperti
makanan dan minuman dikarenakan pengawet yang tidak diizinkan oleh
banyak penjual yang tidak POM sehingga merugikan konsumen.
mengetahui bahaya dari pemanis Kasus yang terjadi sekarang ini
sintetis tersebut apabila sejumlah produsen nakal
penggunaannya melebihi dosis. menggunakan pengawet yang
Bahaya akibat penggunaan pemanis ditunjukan untuk tekstil, plastik,
sintetis secara berlebih yaitu bahkan pengawet mayat. Hal ini
mengakibatkan tumor kandung disebabkan oleh relatif murahnya
kemih, paru, dan hati (Helmawati, pengawet non pangan jika
2015, hlm.52) dibandingkan dengan pengawet
makanan. Pengawet non pangan yang
3. Pengawet sering digunakan oleh produsen
Pengawet pada makanan makanan adalah boraks dan fomalin
ditambahkan dengan maksud untuk Penggunaan formalin biasanya
menghambat atau menghentikan digunakan unuk pengawet mayat,
aktivitas mikroorganisme seperti selain digunakan untuk pengawetan
bakteri, kapang, dan khamir sehingga mayat formalin juga digunakan pada
produk makanan dapat disimpan lebih jenis bahan industri nonpangan
lama, selain itu fungsi pengawet juga Formalin merupakan larutan komersial
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 22

dengan konsentrasi 10% - 40% dari Bahaya boraks apabila masuk


formaldehid (Yuliarti, 2007, hlm.31). dalam tubuh dapat meracuni tubuh
Dalam industri makanan, formalin yang bersifat iritan. Boraks akan
banyak digunakan untuk tertimbun di dalam otak, hati, dan
mengawetkan ikan asin, tahu, mie, jaringan lemak. Gangguan yang
tempe, ayam, bakso serta beberapa ditimbulkan antara lain rasa mual,
jenis makanan lainnya karena muntah, diare, kejang perut, iritasi
memiliki aktivitas antimikroba dan kulit, gangguan sirkulasi darah.
dapat membunuh bakteri perusak Sementara dalam jangka panjang,
makanan. Formalin bisa boraks bisa menyebabkan kerusakan
menyebabkan keracunan dalam ginjal, testis, lambung, merangsang
tubuh, iritasi lambung, muntah, sistem saraf pusat, koma serta
gangguan pencernaan, hati, ginjal, menambah resiko kematian.
system syaraf pusat, diare bercampur Mengkomsumsi boraks di atas
darah, alergi. Dalam jangka panjang, ambang batas bisa menyebabkan
mengkonsumsi formalin yang keracunan.
terdapat dalam makanan bisa Menurut Direktur Pengawas
menyebabkan kanker. Produk dan Bahan Berbahaya BPOM
Boraks merupakan salah satu Mustofa menyatakan bahwa Makanan
pengawet yang cukup terkenal jajanan diantaranya yang banyak
disamping formalin, boraks biasanya ditambahkan pengawet yaitu makanan
digunakan dalam industri kertas, jajanan cemilan/snack contohnya yaitu
gelas, pengawet kayu, pembasmi gorengan, cireng, siomay, bakso tusuk,
hama, pembersih toilet, dan kosmetik. cilok, cakue dan makanan jajanan
Di Indonesia sendiri, larangan boraks snack lainnya, sedangkan makanan
pada makanan telah diatur dalam jajanan buah contohnya seperti
Peraturan Menteri Kesehatan RI manisan buah, buah potong dan yang
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88. lainnya (Tn, September 2015).
(Helmawati, 2015,hlm.37)
Fungsi dari penggunaan boraks METODE
selain digunakan sebagai pengawet, Metode penelitian adalah cara
bahan ini juga berfungsi pula ilmiah untuk mendapatkan data yang
mengenyalkan makanan. Makanan valid dengan tujuan dapat ditemukan,
yang sering ditambahkan boraks dikembangkan, dan dibuktikan suatu
diantaranya bakso, lontong, mie, pengetahuan tertentu sehingga pada
kerupuk, ketupat, kecap, gorengan dan gilirannya dapat digunakan untuk
berbagai makanan tradisional seperti memahami, memecahkan, dan
atau kue tradisional lainnya. Di mengantisipasi masalah dalam bidang
masyarakat daerah tertentu boraks pendidikan (Sugiyono, 2015, hlm.6).
juga dikenal dengan sebutan garam Metode kuantitatif dalam penelitian
bleng, bleng, yang penggunaannya ini ditujukan untuk menggambarkan
sering digunakan untuk mengawetkan tentang bagaimana Penerapan
nasi, untuk dibuat makanan yang Pengetahuan Bahan Tambahan
sering disebut legendar atau gendar, Pangan pada Pemilihan Makanan
dan yang lebih dikenal dipasaran yaitu Jajanan Mahasiswa Prodi Pendidikan
dikenal dengan sebutan pijer (Yuliarti, Tata Boga UPI.
2007, hlm.49).
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 23

Populasi dalam penelitian ini presentase data, penafsiran data dan


adalah mahasiswa yang telah penentuan skor, dengan kategori
mempelajari Kimia Makanan yang di sebagai berikut:
dalamnya diajarkan tentang Bahan a. 55 – 98 = Sangat kurang
Tambahan Pangan dengan jumlah diterapkan
mahasiswa sebanyak 121 orang. (SKD)
Teknik pengambilan sampel pada b. 99 – 142 = Kurangditerapkan
penelitian ini adalah simple random (KD)
sampling atau teknik acak sederhana. c. 143 – 186 = Cukup
Teknik ini diambil karena merupakan diterapkan(CD)
salah satu probability sampling yaitu d. 187 – 230 = Diterapkan (D)
teknik pengambilan sampel yang e. 231 – 275 = Sangat
memberikan peluang yang sama bagi diterapkan(SD)
setiap anggota populasi.
Perhitungan jumlah sampel TEMUAN DAN PEMBAHASAN
penelitian untuk simple random Temuan
sampling yang di kemukakan oleh Hasil temuan dari penelitian ini
Siregar, (2013, hlm 135). Adapun menunjukan bahwa penerapan
bentuk rumusnya seperti dibawah ini: pengetahuan bahan tambahan pangan
pada pemilihan makanan jajanan
mahasiwa Pendidikan Tata Boga UPI
berupa makanan jajanan snack dilihat
dari pewarna, pemanis dan pengawet,
rata – rata jumlah skor yang didapat
sebasar 123, hal tersebut menunjukan
Berdasarkan perhitungan tersebut bahwa penerapan BTP pada makanan
maka jumlah sampel yang digunakan jajanan snack berada pada kategori
dalam penelitian ini adalah 55 orang kurang diterapkan. Rata – rata jumlah
responden yang merupakan skor untuk penerapan pengetahuan
Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata BTP pada makanan jajanan buah
Boga UPI. Instrumen penelitian yang terkait pewarna, pemanis, dan
digunakan dalam penelitian ini adalah pengawet yang didapat sebesar 134
kuesioner atau angket dengan skala dan berada pada kategori kurang
pengukuran yaitu skala likert. diterapkan, sedangkan nilai rata – rata
jumlah skor pada pemilihan minuman
Analisis Data diperoleh sebanyak 139 dan berada
Analisis data dipergunakan pada kategori kurang diterapkan.
untuk mengolah suatu data penelitian.
Analisis dalam penelitian ini melalui Pembahasan
beberapa tahapan diantaranya yaitu, Hasil dari temuan dapat dilihat
pengecekan data dan tabulasi data bahwa penerapan pengetahuan BTP
dengan pengukuran variabel yang pada makanan jajanan snack, buah dan
mengacu pada skala likert dimana minuman terkait penggunaan pewarna,
untuk keperluan analisis kuntitatif pemanis dan pengawet berada pada
maka jawaban dapat diberi skor atau kategori kurang diterapkan dengan
bobot yang banyaknya skor 1-5, perolehan nilai rata – rata jumlah skor
kemudian diuraikan menjadi untuk setiap masing – masing
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 24

makanan jajanan yaitu 123 nilai rata – tubuh manusia yang dalam jangka
rata jumlah untuk makanan jajanan panjang menyebabkan penyakit –
snack, 134 untuk makanan jajanan penyakit seperti diantaranya penyakit
buah dan 139 untuk minuman jajanan. kanker dan tumor.
Dapat dilihat dari hasil tersebut
menunjukan bahwa mahasiswa kurang PENUTUP
menerapkan pengetahuan bahan SIMPULAN, IMPLIKASI DAN
tambahan pangan pada pemilihan REKOMENDASI
makanan jajanan snack terkait Simpulan
pewarna, pamanis dan pengawet Penerapan Pengetahuan Bahan
dalam pemilihan makanan jajanan Tambahan Pangan terkait dengan
sehari – hari. pemilihan jajanan snack berdasarkan
Bahan tambahan pangan pada pewarna, pemanis dan pengawet
umumnya yang banyak digunakan berada pada kategori kurang
oleh penjual minuman jajanan yang diterapkan. Hal ini menunjukan bahwa
biasa dipergunakan berupa pemanis, mahasiswa masih banyak kurang
tetapi ada diantaranya penjual yang menerapkan pengetahuan BTP berupa
menggunakan pewarna pada pewarna, pemanis dan pengawet pada
minuman jajanan yang dijajakan. jajanan snack seperti makanan jajanan
Penggunaan pengawet pada minuman batagor, siomay, gorengan, cireng,
jajanan biasanya digunakan pada cilok, lontong, dan keripik.
minuman – minuman dalam kemasan. Penerapan Pengetahuan Bahan
Bahan tambahan pangan yang Tambahan Pangan terkait dengan
digunakan biasanya adalah bahan pemilihan jajanan buah berdasarkan
tambahan pangan yang diizinkan oleh pewarna, pemanis dan pengawet
pemeritah, mahasiswa pada umumnya berada pada kategori kurang
telah mempelajari bahan – bahan diterapkan. Hal ini menunjukan bahwa
tambahan pangan yang telah mahasiswa banyak yang masih kurang
diizinkan oleh pemerintah, tetapi pada menerapkan pengetahuan BTP berupa
kenyataannya mahasiswa kurang pewarna, pemanis dan pengawet pada
menerapkan pengetahuan bahan jajanan seperti makanan jajanan sop
tambahan pangan meliputi pewarna, buah, buah potong, rujak, dan salad
pemanis, pengawet pada minuman buah.
jajanan. Penggunaan bahan tambahan Penerapan Pengetahuan Bahan
pangan yang tidak aman akan Tambahan Pangan terkait dengan
menimbulkan bahaya. Bahaya yang pemilihan jajanan minuman
dapat ditimbulkan menurut Wariah berdasarkan pewarna, pemanis dan
dan Dewi (Cohen, dkk. 2008) sakarin pengawet berada pada kategori kurang
dan sodium siklamat merupakan diterapkan. Hal ini menunjukan bahwa
pemanis buatan yang banyak mahasiswa masih banyak yang kurang
digunakan. Penggunaan sakarin menerapkan pengetahuan BTP berupa
beresiko kanker (Wariah dan Dewi, pewarna, pemanis dan pengawet pada
2013, hlm.147, vol. 33). jajanan seperti minuman jajanan jus,
Menurut Widjajarta (2007, air mineral, minuman kemasan, dan
hlm.95) menyatakan bahwa boraks, bebagai macam es.
Rhodhamin B, Menthanil yellow,
sakarin, dll, dapat terakumulasi pada
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 25

Implikasi dan Rekomendasi (1998). Bahan Tambahan


Berdasarkan hasil penelitian yang Makanan, Jakarta, kementrian
telah diperoleh, penulis mengajukan kesehatan RI
implikasi dan rekomendasi yang Peraturan menteri kesehatan nomor
diharapkan dapat memberikan 924/Menkes/SK/VII/2003,
masukan bagi mahasiswa Prodi (2003). Makanan Jajanan,
Pendidikan Tata Boga mengenai Jakarta, kementrian kesehatan
“Penerapan Pengetahuan Bahan RI
Tambahan Pangan Pada Pemilihan Purtiantini. (2010). Hubungan
Makanan Jajanan Mahasiswa Pengetahuan dan Sikap
Pendidikan Tata Boga UPI” yaitu, Mengenai Pemilihan Makanan
diharapkan kepada mahasiswa agar Jajanan dengan Perilaku Anak
pengetahuan bahan tambahan pangan Memilih Makanan di SDIT
lebih diterapkan lagi dalam pemilihan Muhammadiyah Al Kautsar
makanan jajanan. Gumpang Kartasura. (Skripsi).
Program studi S1 Gizi,
DAFTAR PUSTAKA Fakultas Ilmu Kesehatan,
Cohen, dkk (2008). Safety Of Universitas Muhammadiyah,
Saccharin. Agrofood Industry Surakarta.
Hitech. 6:24-28. Putra, A. (2009). Gambaran
Teknoscienze.com/pdf/cohen. Kebiasaan Jajan Siswa di
11 november 2012 Sekolah. [Online]. Diakses dari
Eriawan, R & Imam , P. (2002) http://eprints.undip.ac.id
Analisa Dan Aspek Kesehatan Siregar, S. (2013). Metode Penelitian
Bahan Tambahan Pangan. Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Jakarta: PT bumi aksara Perbandingan Perhitungan
Helmawati, T. (2015). Lezat Sihtapi Manual Dan SPSS.
Sehat Nggak Ya?. Yogyakarta: Jakarta:Kencana.
Notebook Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Mahmudatusa'adah, A. (2012). Bahan Kuantitatif, Kualtatif dan
Tambahan Pangan. [Online]. R&D. Bandung: Alfabeta
Diakses dari Wariah, C & Dewi, S.H.C (2013).
http://www.upi.edu/ Penggunaan Pengawet Dan
Nasution, A.D.O. (2009). Perilaku Pemanis Buatan Pada Pangan
Penjaja Pangan Jajanan Anak Jajanan Anak Sekolah (Pjas)
Sekolah Tentang Gizi Dan Di Wilayah Kabupaten Kulon
Keamanan Pangan Di Progo-DIY. (Jurnal.vol.33)
Lingkungan Sekolah Dasar Widjajarta. (2007), jajanan Tidak
Kota Dan Kabupaten Bogor . Baik. [Online]. Diakses dari
Departemen Gizi Masyarakat http://digilib.ekologi.litbang.de
Fakultas Ekologi Manusia pkes.go.id
Instuti Pertanian, Bogor . Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya Di
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Balik Lezatnya Makanan.
dan Perilaku . Jakarta: Rineka Yogyakarta: Andi
Cipta.
Peraturan menteri kesehatan nomor
722/Menkes/Per/IX/1988,

Anda mungkin juga menyukai