Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan

membutuhkan dana yang cukup besar. Di Indonesia salah satu sumber terbesar

pemasukan negara adalah dari sektor pajak. Undang-Undang Nomor 16 tahun

2009 tentang perubahan ke empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan

oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada

undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa.

Iuran tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas

kepentingan umum. (mardiasmo, 2016:3). Unsur ini memberikan pemahaman

bahwa masyarakat dituntut untuk membayar pajak secara sukarela dan penuh

kesadaran sebagai warganegara yang baik. Penerimaan pajak adalah merupakan

sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus – menerus dan dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi

masyarakat.

1
2

Mardiasmo (29013) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga

sistem, yaitu sebagai berikut : official assessment system, self Assesment System,

dan With Holding System. Di Indonesia sistem perpajakannya menggunakan selft

assessment system yaitu suatu sistem dimana wajib pajak diberi kepercayaan

untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang, memperhitungkan

besarnya pajak yang sudah dipotong oleh pihak lain, membyar pajak yang harus

dibayar dan melapor ke kantor pajak sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dan peraturan yang berlaku.

Negara Indonesia menempatkan perpajakan sebagai peran serta kewajiban

warga negara dalam membiayai pembangunan. Tujuannya untuk dapat

meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakatnya. Pajak

digunakan untuk mengatur Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi atau

melaksanakan kebijakaan pemerintah dalam bidang ekonomi. Namun dalam

realisasinya pemungutan pajak masih sulit dilakukan, hal ini disebabkan oleh

masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak (Banyu Ageng; 2011).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesadaran pajak

sehingga wajib pajak semakin patuh terhadap kewajiban perpajakannya antara lain

dengan meningkatkan kualitas pelayanan kantor pajak, memudahkan wajib pajak

memenuhi kewajiban administrasi perpajakan seperti layanan e-SPT, mengadakan

sosialisasi perpajakan yang akan memberikan pemahaman kepada wajib pajak

terkait hak dan kewajiban mereka, dan menyederhanakan sistem perpajakan yang

diterapkan serta melakukan pemeriksaan untuk menentukan pajak terutang.

(Rustiyaningsih, 2011).
3

Dengan adanya penerapan sistem E-filing di kantor pelayanan pajak, dapat

meminimalkan biaya dan waktu karena hanya dengan menggunakan computer

maka penyampaian SPT dapat dilakukan kapan saja. Penyampaian SPT secara

online ini atau E-filing merupakan salah satu cara efektif untuk mempermudah

wajib pajak untuk melakukan pelaporan wajib pajaknya, karna wajib pajak tidak

harus menunggu lama untuk merekam data SPT di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP).

Penyampaian SPT atau penyampaian pemberitahuan perpanjangan SPT

Tahunan secara elektronik melalui e-filing diatur melalui peraturan direktur

jendral pajak Nomor PER-48/PJ/2011 tentang perubahan kedua atas peraturan

Direktur Jendarl Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penerimaan

dan Pengolahan Surat Pemberotahuan Tahunan tanggal 30 dsember 2011. Secara

khusus penyampaian SPT atau penyampaian pemberitahuan perpanjangan SPT

tahunan secara elektronik melalui e-filing pada situs Direktorat Jendral Pajak

diatur melalui peraturan direkturr jendral pajak Nomor PER-39/PJ/2011 tentang

tata cara penyampaian surat pemberitahuan tahunan bagi wajib pajak orang

pribadi menggunakan formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website

direktorat jendral pajak (www.pajak.go.id) tanggal 23 Desember 2011.

Melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 pada

bulan Mei tahun 2004 secara resmi diluncurkan produk E-filing. Tepatnya pada

tanggal 24 Januari 2005 bertempat di Kantor Kepresidenan, Presiden Republik

Indonesia bersamasama dengan Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan produk E-

filing atau Electronic Filing System. (Ayu:205). E-filing merupakan layanan


4

pengisian dan penyampaian Surat Pemberitahuan Wajib Pajakyang dilakukan

secara elektronik melalui sistem online yang real time kepada Direktorat Jenderal

Pajak melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak atau melalui

Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dengan diterapkannya sistem E-filing, diharapkan dapat memberikan kenyamanan

dan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam mempersiapkan dan menyampaikan SPT

karena dapat dikirimkan kapan saja dan dimana saja sehingga dapat

meminimalkan biaya dan waktu yang digunakan Wajib Pajak untuk penghitungan,

pengisian dan penyampaian SPT.

Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting untuk merealisasikan

penerimaan pajak telah mencapai target yang telah ditetapkan. Semakin tinggi

tingkat kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan atas pajak juga akan semakin

tinggi, namun ketika tingkat kepatuhan wajib pajak semakin rendah maka

penerimaan pajak juga semakin rendah dan mengakibatkan pendapatan negara

menurun dikarenakan dalam lima tahun terakhir pendapatan dari sektor pajak

merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan negara. Dalam

keputusan mentri keuangan No. 544/KMK.04/2000 menyebutkan kepatuhan

wajib pajak diidentifikasikan dari “tepat waktu dalam penyampaian SPT untuk

semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir, tidak mempunyai tunggakan pajak

untuk semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak, tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan

tindak pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir”.


5

Kepatuhan wajib pajak adalah wajb pajak yang mempunyai kesediaan

untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku

tanpa diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan atau ancaman dan

penerapan sanksi baik hokum maupun administrasi ( Guandi 2013:94). Wajib

pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-

undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk

pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu. Wajib pajak bisa wajib pajak

pribadi ataupun wajib pajak badan . wajib pajak pribadi adalah setiap orang

pribadi yang memiliki penghasilan diatas pendapatan tidak kena pajak. (Rahman

2010:85).

Wajib pajak yang beranggpan bahwa E-filing akan bermanfaat bagi

mereka yang melaporkan SPT menyebabkan mereka tertarik untuk

menggunakannya. Wajib pajak yang beranggapan bahwa E-filing itu mudah

digunakan akan mendorong mereka untuk menggunakan sistem itu. Kemudahan

yang diberikan oleh E-fililing akan menyebabkan Wajib pajak senang dalam

menggunakan dan mengesampingkan kekurangan yang ada dalam E-filing.

Beberapa kantor pelayanan pajak penerpan E-filing belum efektif dalam

penyampaian SPT tahunan pajak pribadi disebabkan karena masih terdapat

kelemahan dari penerapan E-filing wajib pajak orang pribadi belum sadar dengan

kewajibannya. Dan masih banyak masyarakat yang terkendala dengan cara

menggunakannya dan jaringan internet sehingga membuat Wajib pajak terlambat

menyampaikan SPT tahunannya.


6

Pada peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Maman Suherman pada

tahun (2015) yang berjudul “Pengaruh penerapan E-filing Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Tasikmalaya”.Menyatakan bahwa tidak

berpengaruh terhadap kepatuan waib pajak alam penyampaian SPT Tahunan pada

KPP Pratama Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan karna masih ada wajib pajak

orang pribadi belum sadar atas kewajibannya.

Pada penelitian lainnya yang berjudul “ Analisis Peranan E-filing Dalam

Rangka Meningkatkan Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan

Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Malang Selatan).

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan e-filing sudah cukup berhasil

dalam meningkatkan kepatuhan melalui meningkatnya angka penyampaian SPT

Tahunan wajib pajak orang pribadi. Lalu banyak pula wajib pajak yang merasakan

lebih praktis, mudah, cepat dan efisien dengan menggunakan e-filing. Gusma Dwi

Avianto (2016)

Salah satu masalah yang muncul di kabupaten bombana adalah mengenai

penerapan sistem E-filing yaitu di kantor pelayanan pajak Rumbia masih sedikit

mencatat wajib pajak yang melaporkan SPT menggunakan E-filing . Diduga

masyarakat belum tertarik menggunakan sistem E-filing untuk membayar pajak. Diliat

pada table berikut ini :


7

Tabel 1.1
Laporan wajib pajak Orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Rumbia
Tahun Wajib pajak orang WP yang menggunakan
pribadi Efiling
2019 100.860 21.975
Sumber: data kantor pelayanan pajak Rumbia

Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan, Penyuluhan,dan

Konsultasi Pajak Rumbia alasan penelti memilih objek kantor pajak karena pada

umumnya masih ada wajib pajak yang belum efektif menerapkan pelayanan E-

filing yang berperan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak , oleh karna itu

peniliti tertaik untuk meneliti Kantor Pelayanan,Penyuluhan,dan Konsultasi Pajak

Rumbia.

Atas dasar beberapa fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai “ Analisa Peranan E-filing Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan

Konsultasi Pajak Rumbia)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang telah dikemukakan , maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana peranan E-filing dalam meningkatkan kepatuhan wajib

pajak orang pribadi di Bombana?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan E-Filing dalam

peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kabupaten Bombana.

1.4 Manfaat Penelitian


8

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peranan

e-filing dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Diharapkan lebih mengetahui tentang peranan E-filing dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi .

b. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat member masukan untuk meningkatkan kepatuhan

wajib pajak dengan menggunakan pelayanan E-filing.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait dengan peranan

E-filing dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian bertujuan untuk membatasi permasalahan yang

harus dipecahkan agar pembahasan tidak terlalu luas dan tetap mengarah

sesuai judul. Penelitian ini berfokus pada salah satu sistem pembayaran pajak

yaitu peranan E-filing yang lebih di fokuskan pada penerpan E-filing dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak pribadi di Kabupaten Bombana.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Perpajakan memiliki definisi yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut

pada prinsipnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai definisi perpajakan terdapat beberapa definisi perpajakan

yang telah dikemukan oleh para ahli, antara lain :

Menurut Undang-Undang 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak adalah kontribusi wajib

pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesabesarnya kemakmuran rakyat.

Pengertian lain Menurut Andriani (2010:4) pajak adalah iuran dari

masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh pihak yang

wajib membayarnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan tidak

mendapat prestos kembali secara langsung yang digunakan untuk membiayai

pengeluaranpengeluaranumum yang berhubungan dengan tugas negara dalam

menyelenggarakan pemerintahan.

9
10

Pajak adalah kontribusi wajib, berupa uang atau barang kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang dapat dipaksakan sesuai

peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung

yang digunakan untuk membiayai keperluan negara dalam menyelenggarakan

pemerintahan untuk mencapai kesejahteraan umum.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan pajak

adalah iuran yang di pungut dari masyarakat yang bersifat memaksa dan untuk

kepentingan Negara

2.1.2 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Siti Resmi (2017:3) yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun

pembangunan, sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta

mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Surat Pemberitahuan

(SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2011:94). Halini sesuai dengan

Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.


11

2.1.3 Macam-Macam Pajak

Menurut Siti Resmi (2019:7) terdapat berbagai jenis pajak yang taat

dikelompokan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut

sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain

atau pihak lain.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.Pajak tidak langsung terjadi

jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua. Berikut penjelasannya.

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan

pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan

subjeknya.

b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya, baik

berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan


12

timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi

subjek pajak (wajib pajak) dan tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungutan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, antara lain :

a. Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, pemerintah

tingkat I (Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota)

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.

2.1.4 Unsur-Unsur Pajak

1. Subjek Pajak

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu,

misalnya pegawai, pengusaha, dan perusahaan.

2. Wajib pajak

Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut undang-undang memiliki

kewajiban seperti mendapatkan/mencari nomor pokok wajib pajak (NPWP) di

Direktorat Jendral Pajak (Dirjen Pajak) guna menghitung besarnya pajak dan

menyetorkan sejumlah dana pajak ke kas negara.


13

3. Objek Pajak

Objek Pajak adalah benda atau barang yang menjadi sasaran pajak contohnya

mobil, rumah, dan sebagainya.

4. Tarif Pajak

Pengenaan besarnya pajak yang harus dibayarkan subjek pajak atas objek pajak

yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak umumnya dinyatakan dengan

persentase. Semua jenis pajak mempunyai tarif yang berbeda-beda. Perbedaan

tarif pajak disesuaikan dengan sistem pajak Indonesia yang menggunakan sistem

tarif pajak progresif yang disusun sesuai kebijakan pemerintah sesuai keadaan

ekonomi negara dan program pembangunan.

Adapun jenis-jenis tarif pajak dapat dibedakan menjadi tarif tetap, tarif

proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif degresif

(menurun).

a. Tarif Tetap

Tarif pemungutan pajak dengan besar yang sama untuk semua jumlah. Dengan

demikian, besarnya pajak yang terutang tidak tergantung pada jumlah yang

dikenakan pajak.

b. Tarif Pajak Proposional (sebanding)

Tarif pajak proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase

tetap, berapapun jumlah pendapatan yang digunakan sebagai dasar pengenaan


14

pajak.Di mana makin besar pendapatan yang diterima oleh seorang wajib pajak,

maka makin besar pula pajak yang seharusnya dibayarkan. Misalnya tarif pajak

pertambahan nilai (PPN) sebesar 5 %, jika dasar pengenaan pajak sebesar

Rp4.000.000,00, maka besar pajak PPN = Rp200.000,00, dan jika dasar

pengenaan pajak sebesar Rp8.000.000,00, maka besar pajak PPN = Rp400.000,00.

Di Indonesia, tarif proporsional diterapkan pada PPN (tarif 10%), PPh Pasal 26

(tarif 20%), PPh 23 (tarif 15% dan 2% untuk jasa lain), PPh WP badan dalam

negeri, dan BUT (tarif Pasal 17 ayat (1) b atau 28% untuk tahun 2009 serta 25%

untuk tahun 2010, dan seterusnya); dan sebagainya.

c. Tarif Pajak Progresif (meningkat)

Tarif pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang

semakin meningkat mengikuti pertambahan jumlah pendapatan yang dikenakan

pajak.

d. Tarif Pajak Degresif (menurun)

Tarif pajak degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang

semakin kecil dengan semakin besarnya jumlah pendapatan yang dikenakan

pajak.

2.1.5 Asas-Asas Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak didasarkan pada asas-asas tertentu bagi fiskus

sehingga dengan asas ini memberi hak kepada dirinya sendiri untuk memungut
15

pajak dari penduduknya, yang akibatnya memungut dengan paksa berdasarkan

Undang-Undang.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:45) terdapat tiga asas dalam pemungutan

pajak antara lain :

1. Asas Domisili

Asas ini bergantung pada tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak tinggal

disuatu negara maka negara itulah yang berhak mengenakan pajak atas segala hal

yang berhubungan dengan objek yang dimiliki wajib pajak yang menurut undang-

undang dikenakan pajak.

2. Asas Sumber

Cara pemungutan pajak bergantung pada sumber dimana objek diperoleh.

Tergantung di negara mana objek pajak tersebut diperoleh, jika disuatu negara

terdapat suatu sumber penghasilan, negara tersebut berhak memungut pajak tanpa

melihat wajib pajak itu bertempat tinggal.

3. Asas Kebangsaan

Cara yang berdasarkan kebangsaan menghubungkan pengenaan pajak dengan

kebangsaan dari suatu negara. Asas kebangsaan atau asas nasional adalah asas

yang menganut cara pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan

dari suatu negara.


16

2.1.6 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak

Mardiasmo (2018:4) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan

atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang

maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-

undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum

dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil

dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib.

Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

mengajukan banding kepada Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negaranya

maupun warganya.

3. Tidak menganggu perekonomian

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.


17

4. Pemungutan pajak harus efisien

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga

lebih rendah dari hasil pemungutannya.

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Badan Bahasa (2015) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

patuh yang menjadi kata dasar dari kepatuhan, bermakna taat, selalu penurut.

Menurut Nurmanto dalam Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa kepatuhan

perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Menurut Zain (2004), kepatuhan wajib pajak memiliki pengertian yaitu ” Suatu

iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan , tercermin

dalam situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Wajib Pajak adalah subyek pajak yang terdiri dari orang pribadi atau

badan yang memenuhi syarat-syarat obyektif yang ditentukan oleh Undang-

Undang, yaitu menerima atau memperoleh penghasilan kena pajak yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Subyek pajak adalah orang atau badan yang bertempat

tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Objek pajak menurut UU No. 36 Tahun

2008 pasal 4 tentang pajak penghasilan berbunyi yang menjadi objek pajak adalah

penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal darri Indonesia maupun luar Indonesia,
18

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Obyek pajak menurut

Fidel (2010:136) adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh

Wajib Pajak yang digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak tersebut. Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan yang melebihi

penghasilan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri. Kewajiban pajak

merupakan kewajiban public yang bersifat pribadi, yang tidak dapat dialihkan ke

orang lain.

Kepatuhan perpajakan adalah keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahman,

2010:32),

Sedangkan menurut Nasucha (2004:56) Kepatuhan Wajib Pajak dapat

diidentifikasi dari Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan

untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan, kepatuhan dalam penghitungan

dan pembayaran pajak terutang dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Jadi, Kepatuhan Wajib Pajak adalah ketika Wajib Pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, kewajiban

perpajakan meliputi mendaftarkan diri, menghitung dan membayar pajak terutang,

membayar tunggakan dan menyetorkan kembali surat pemberitahuan.

2.1.8 Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012, wajib

pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila:


19

a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

b) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak;

c) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah.

2.1.9 Penerapan Sistem E-Filing

Pengertian penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses cara, perbuatan menerapkan; pemasangan; pemanfaatan.

1. Pengertian E-filing

E-filing merupakan bagian dari sistem dalam administrasi pajak yang

digunakan untuk menyampaikan SPT secara online yang realtime kepada kantor

pajak.

Jadi, penerapan sistem efiling adalah suatu proses atau cara memanfaatkan

sistem yang digunakan untuk menyampaikan SPT secara online yang realtime

yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu, e-filing juga bertujuan

untuk mencapai transparansi dan bisa menghilangkan praktek-praktek Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN). Dengan diterapkannya sistem e-filing diharapkan

dapat memudahkan dan mempercepat Wajib Pajak dalam penyampaian SPT

karena Wajib Pajak tidak perlu datang ke Kantor Pelayanan Pajak untuk

pengiriman data SPT, dengan kemudahan dan lebih sederhananya proses dalam

administrasi perpajakan diharapkan terjadi peningkatan dalam kepatuhan Wajib

Pajak e-filing juga dirasakan manfaatnya oleh Kantor Pajak yaitu lebih cepatnya
20

penerimaan laporan SPT dan lebih mudahnya kegiatan administrasi, pendataan,

distribusi, dan pengarsipan laporan SPT.

2. Sistem E-Filling

Penerapan sistem e-filling memiliki beberapa keuntungan bagi Wajib Pajak

(diakses melalui http://www.pajak.go.id) yaitu:

1. Penyampaian SPT lebih cepat karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan

saja yaitu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu karena memanfaatkan jaringan

internet.

2. Biaya pelaporan SPT lebih murah karena untuk mengakses situs DJP tidak

dipungut biaya.

3. Penghitungan dilakukan secara cepat karena menggunakan sistem computer.

4. Lebih mudah karena pingisian SPT dalam bentuk wizard. 27

5. Data yang disampaikan Wajib Pajak seialu lengkap karena terdapat validasi

pengisian SPT.

6. Lebih ramah Iingkungan karena meminimalisir penggunaan kertas.

3. Kebermanfaatan menggunakan E-filing

Kebermanfaatan adalah tingkatan sejauh mana seseorang yakin bahwa

menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan kinerjanya. Davis dalam Nurul

dan Noviandini (2012: 21) kebermanfaatan sistem bagi penggunanya berkaitan

dengan produktifitas dan efektifitas sistem tersebut dari kegunaan dalam tugas
21

secara menyeluruh. kebermanfaatan dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu (1)

kebermanfaaatan dengan estimasi satu faktor, dan (2) kebermanfaatan dengan

estimasi dua faktor (kebermanfaatan dan efektifitas).

Kebermanfaatan dengan estimasi satu faktor meliputi dimensi:

1. Menjadikan pekerjaan lebih mudah

2. Menambah produktifitas

3. Mempertinggi efektifitas

4. Mengembangkan kinerja pekerjaan

2.1.10 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi melalui

situs DJP dengan cara:

a. Mengisi e-SPT pada aplikasi e-filing di situs DJP. E-SPT adalah Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) dalam bentuk formulir elektronik (Compact Disk)

yang merupakan pengganti lembar manual SPT.

b. Meminta kode verifikasi untuk pengiriman e-SPT, yang akan dikirimkan

melalui email atau SMS.

c. Mengirim SPT secara online dengan mengisikan kode verifikasi.

d. Notifikasi status e-SPT akan diberikan kepada Wajib Pajak melalui email. Bukti

Penerimaan e-SPT terdiri dari NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), tanggal
22

transaksi, jam transaksi, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS), Nomor

Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), nama Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

Sistem e-filing melalui website DJP dapat digunakan untuk:

1. Melayani penyampaian SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi formulir 1770

SPT ini digunakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya

diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya

yang bukan dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.

2. Melayani penyampaian SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Formuli 1770SS.

SPT ini digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu

pemberi kerja (sebagai Karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak

melebihi Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) setahun serta tidak terdapat

penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank dan bunga koperasi.

(www.pajak.go.id).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu

Judul Perbedaan Persamaan Hasil


Nama Penelitian
Peneliti

Gusma Analisa Terkait Sama-sama Melalui E-filing


Dwi Peranan E- dengan membahas wajib pajak dapat
Avianto Filing Dalam wilayah tentang melaksanakan
2016 Rangka penelitian penerapan E- kewajibannya
Meningkatkan dimana filing dalam dalam hal ini
Kepatuhan penelitian ini kepatuhan pelaporan SPT
Pelaporan dilakukan di wajib pajak dengan
23

Surat Kantor orang pribadi praktis,mudah,cepa


Pemberithuan Pelayanan t dan efisien. E-
Tahunan pajak Malang filing juga
Wajib Pajak Selatan menumbuhkan
Orang Pribadi kepatuhan sukarela
(Studi Pada bagi wajib pajak
Kantor melalui program
Pelayanan pelayanannya ang
Pajak Pratama baik dan prosedur
Malang yang sederhana
Selatan) serta memudahkan
wajib pajak
Mulyati Analisis Terkait Membahas Tidak dapat
Akib Penerapan dengan jenis penyampaian perbedaan antara
Sistem E-filing penelitian surat kepatuhan wajib
Dalam dimana pemberitahua pajak yang
Menyampaika penelitian ini n tahunan menyampaikan
n Surat menggunaka orang pribad SPT tahunan PPh
Pemberitahuan n kuantitaif menggunakan WPOP Di KPP
(SPT) Wajib sistem E- Kendari sebelum
Pajak Orang Filing dan sesudah
Pribadi (Studi penerapan sistem
Pada KPP E-filing melalui
Pratama website DJP yang
Kendari) disebabkan karena
belum efektifnya
penerapan E-filing
tersebut
Maman Pengaruh Terkait Dimana objek Penerapan E-filing
Suherma penerapan E- dengan penelitian tidak berpengaru
n filing wilayah sama-sama terhadap kepatuhan
Terhadap penelitian membahas Wajib Pajak dalam
Kepatuhan dimana penerapan penyampaian SPT
Wajib Pajak penelitian ini sistem E- Tahunan di Kota
Dalam dilaksanakan filing dalam Tasikmalaya hal ini
Penyampaian di kantor kepatuhan disebabkan karna
Surat pelayanan wajb pajak masih ada wajib
Pemberitahuan Pajak pajak orang pribadi
(SPT) Pratama Kota yang belum sadar
Tahunan Pada Tasikmalaya akan menunaikan
Kantor kewajiban
Pelayanan perpajakannya
Pajak Pratama
Kota
Tasikmalaya
Lia Analisis Terkait Objek Penerapan E-filing
24

Agustin Penerapan dengan penelitian ini sudah cukup


Efiling Dalam wilayah sama-sama berhasil dalam
Upaya penelitian meneliti meningkatkan
Peningkatan dimana tentang kepatuhan melalui
Kepatuhan penelitian ini penerapan E- meningkatnya
Wajib Pajak dilaksanakan filing dalam jumlah pengguna
Orang Pribadi di Kota upaya tiap
Pada Kantor Palembang peningkatan tahunnya,kepatuha
Pelayanan kepatuhan n wajib pajak yaitu
Pajak Pratama wajib pajak ketepatan waktu
Palembang orang pribadi pelaporan
Timur pajakmenggunakan
E-filing pun
meningkat

2.2 Kerangka pikir

Skema 2.1
krangka pikir

Penerapan E-filing dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak


orang pribadi

Peranan E-Filing Kepatuhan wajib pajak


orang pribadi

Rumusan masalah

Metode Penelitian:
Deskriptif kualitatif

Hasil dan Kesimpulan


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Pelaksanaa penelitian ini adalah di Kantor Pelayanan,Penyuluhan, dan

Konsultasi Pajak Rumbia, Kabupeten Bombana, Sulawesi Tenggara.

3.1.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah penerapan sistem E-filing

dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak pribadi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini ialah Data kualitatif. Pengertian data

kualitatif menurut (Sugiyono, 2013) adalah data yang berbentuk kata, skema,

dan gambar. Data Kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala

numeric yang berbentuk informasi dan penjelasan dari pihak yang bersangkutan

meliputi, pelaksanaan perencanan pajak, pelaksanaan pajak penghasilan usaha

serta kebijakan-kebijakan akuntansi perpajakan yang diterapkan oleh perusahaan.


26

3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ialah, sebagai berikut :

1. Data primer

yaitu data yang bersumber dari hasil pengamatan dan wawancara dengan

karyawan maupun kepala bagian divisi pelayanan, ekstensifikasi, dan

pengolahan data dan informasi serta beberapa wajib pajak orang pribadi.

2. Data sekunder

yaitu data yang diperoleh berupa laporan-laporan dan informasi lain dalam

bentuk dokumentasi yang bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak yang

diteliti dan literature atau informasi lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif biasanya diperoleh

dari berbagai sumber antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara, Menurut Moleong (Moleong, 2019)wawancara didefinisikan

sebagai percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).Tujuh

tahapan wawancara dari Kvale dan Brinkman (Kvale & Brinkmann, 2009),

memaparkan serangkaian tahapan logis mulai dari tematisai penelitian, desain

studi, wawancara, menulis atau merekam wawancara, kemudian analisis data,


27

verifikasi validitas, reliabilitas dan generalisabilitas dari temuan, dan terakhir

pelaporan studi.

2. Dokumentasi, adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri

atau oleh orang lain tentang subjek Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan

untuk mengkaji dokumen-dokumen perusahaan yang dapat memberi informasi

yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian dan karakteristik data yang diperoleh, metode

analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Menurut (Moleong,

2019)pendekatan deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian dimana data-

data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar dan bukan angka.

Data-data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

foto, video tape, dokumentasi pribadi, catatan, atau memo dan dokumentasi

lainnya. Menurut Bogdan dan Taylor (Bogdan dan Taylor, J. Moleong, n.d.),

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

3.5 Teknik Analisis Data Penelitian

1. Pengumpulan Data
28

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh

salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian

kualitatif.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data

merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu data

sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang

bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data

dan kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap

reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan

akhir.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam teknik

analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengacu

pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk mencari makna

data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan

untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.Verifikasi

dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang

terkandung dalam konsep dasar analisis tersebut lebih tepat dan obyektif.

3.6 Definisi Operasional Variabel


29

Variabel merupakan suatu hal yang dapat membedakan atau membawa

variasi pada nilai. Nilai tersebut dapat berbeda pada berbagai waktu untuk objek

atau orang yang sama, pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang

berbeda (sekaran, 2006 : 115). Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi

variabel, yaitu sebagai berikut :

3.6.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2011 : 39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

Peranan E-filing

Penerpan sistem E-filing adalah adalah suatu proses atau cara

memanfaatkan sistem yang digunakan untuk menyampaikan SPT secara

online yang realtime yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang

menjadi akibat adanya variabel independen (sugiyono, 2011 : 39). Dalam

penelitian ini variabel dependennya adalah :

Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan adalah keadaan dimana Wajib Pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya (Rahman, 2010:32), sedangkan menurut Nasucha

(2004:56),
30
DAFTAR PUSTAKA

Avianto, Gusma dwi, Sri Mangesti dan Bayu Kuniska. 2016. Analisa peranan E-
filing dalam rangka meningkatkan kepatuhan pelaporan surat
pemberitahunan tahunan wajib pajak orang pribadi (Studi pada kantor
pelayanan pajak pratama malang selatan)

Suherman,Maman, Medina Almunawwaroh. 2015. Pengaruh Penerapan E-filing


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kota Tasikmalaya.

Akib,Mulyati, Lia Amdayani. Analisis Penerapan Sistem E-filing Dalam


Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak Orang Pribadi
( Studi Pada KPP Pratama Kendari).

Novita,Melda, 2017. Skripai /Universitas Muhammadiyah Palembang. Analisis


Penerapan Sistem E-filing Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Badan Penanggulan Bencana
Daeerah Provinsi Sumatra Selatan.

Bodgan dan Taylor, j. Moleong, L. M. P. K (n.d). Metode Penelitan Kualitatif.


Remadja Karya.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 tentang Pajak E-filing


dan Elektronic E-filing System.

Undang-Undang 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan pasal 1 ayat 1.

Ageng, Banyu. 2011. “Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak dan


Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan”. Skripsi (S1) FEB Universitas Syarif Hidayattulah
Jakarta.

Apriliani Kasandra Tumuli1 Jullie J. Sondakh2 Heince R.N Wokasan


Analisis Penerapan E-SPT Dan E-Filing dalam Upaya Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasusu Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Manado). Vol.4 No.3 September 2016, Hal. 102-112 .

Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004.

Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016. Yogyakarta: Penerbit


Andi.
Abdul Rahman. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Pajak: Untuk
Karyawan, Pelaku Bisnis Dan Perusahaan. Bandung: Nuansa.

Gunadi, Ari. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib pajak Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan (Survey di
KPP Pratama Boyolali )”.

Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib


Pajak. Widya Warta No. 2 Tahun XXXV,Juli 2011 hal. 44-54

Anda mungkin juga menyukai