Anda di halaman 1dari 6

AKLIMATISASI ANGGREK

Nama : Alya Kusuma


NIM : B1A018074
Kelompok/ Rombongan : 2/1
Asisten : Norita

LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
PEMBAHASAN

Penanaman bibit anggrek yang berada di botol dilakukan dengan menyiapkan


media tanamnya dulu yang terdiri dari arang pakis, mos atau serabut kelapa yang
sebelumnya sudah disterilkan, wadah, pot plastik ataupun tanah yang berlubang.
Tutup botol kultur dibuka, media agar yang ada di botol dituang keluar lalu botol
diisi dengan air untuk membersihkan media agar yang tersisa di botol. Air
dikeluarkan dan diisi kembali ke dalam botol sebanyak tiga kali. Setelah itu, bibit
anggrek yang berada di dalam botol dikeluarkan satu persatu dan perlu hati-hati agar
akarnya tidak putus. Bibit anggrek ditiriskan selama 10 menit dengan alas kertas
koran. Selanjutnya bahan seperti trycoderma, bio fungisida dan zpt dipersiapkan. Air
bersih sebanyak 0,5 liter dituang ke wadah, bahan yang telah disiapkan tadi dituang
ke dalam wadah masing-masing 1 sendok lalu diaduk sampai rata/ Bibit anggrek tadi
dimasukkan ke dalam wadah dan direndam selama 0 menit. Kemudian diangkat dan
ditirskan selama 10 menit juga. Anggrek siap untuk di tanam ke media dan diberi
mos pada akar anggreknya, lalu ditutup dengan arang dan pakis. Pot disimpan dalam
ruangan yang teduh yang tidak terkena sinar matahari langsung serta aman dari
hujan.
Aklimattisasi pada anggrek diawali dengan memisahkan anggrek dari agar
dengan menambahkan air lalu dikocok-kocok. Anggrek dikeluarkan dari dalam botol
menggunakan kawat lalu dicuci menggunakan air. Anggrek kemudian direndam
dalam larutan fungisida lalu ditiriskan. Anggrek siap untuk diletakkan ke dalam pot,
baik kompot maupun single pot. Pot diisi dengan media berupa 1/3 arang dan 2.3
pakis dan moss secukupnya lalu anggrek ditanam dalam pot berisi media.
Menurut Pharmawati et al. (2020), pada kegiatan praktek dilakukan penyiapan
media tanam, sterilisasi media, serta transfer bibit anggrek dari dalam botol ke ke
medium tanam (aklimatisasi). Penyiapan media tanam meliputi penyiapan sabut
kelapa, moss, pakis dan arang kayu. Sebelum distrelilisasi, media direndam dalam
cairan pupuk dosis rendah (1/8 dari dosis anjuran). Selanjutnya media disterilisasi
dengan cara dikukus. Aklimatisasi dimulai dari tahapan mengeluarkan bibit dari
botol dan mencuci bibit untuk menghilangkan sisa-sisa medium agar dengan
menggunakan air serta memilih bibit/plantlet. Seleksi plantlet didasarkan pada
kondisi penampakan batang dan akar. Plantlet siap untuk diaklimatisasi ditandai
dengan batang hijau tua dan telah mempunyai akar tunggang dan akar rambut.
Bibit/planlet selanjutnya disterilisasi yaitu direndam dalam campuran larutan
fungisida (Benlate) dan bakterisida (Agrept) masing-masing 1 g/l selama 2 menit
untuk melindungi dari pathogen. Bibit yang telah disterilisasi digulung bagian
akarnya dengan moss dan sabut kelapa steril, lalu diikat dengan tali plastik. Bibit
kemudian diletakkan dalam wadah pot plastik yang telah dilubangi di bagian bawah
(penanaman sistem individu). Pot plastik yang berisi bibit selanjutnya diletakkan
dalam kotak plastik dan disungkup/ditutup dengan pot plastik untuk menjaga
kelembaban. Penanaman bibit juga dilakukan dengan sistem kompot (community
pot), yaiu bibit anggrek ditanam berkelompok dalam satu pot.
Perbedaan kondisi lingkungan akan memberikan perubahan terhadap aspek
anatomi maupun fisiologi plantlet anggrek selama tahapan aklimatisasi.faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh. Faktor internal berupa karakter morfo-
fisiologis plantlet, sedangkan faktor eksternal dapat dipilah menjadi faktor
lingkungan abiotik (faktor klimatik dan edafik) serta faktor lingkungan biotik
(interaksi planlet dengan organisme lain, khususnya OPT) (Priyadi et al., 2016).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tahap aklimatisasi yaitu yang pertama adalah
suhu udara. Selama dalam lingkungan in vitro, planlet memperoleh suhu yang
relative sama, yaitu 25 ± 1°C. Saat dipindahkan ke kondisi in vivo maka suhu udara
akan mengalami variasi yang terkadang cukup besar. Suhu lingkungan in vivo dapat
mencapai 18°C pada malam hari atau 32°C pada siang hari. Kondisi suhu yang
ekstrim, terutama suhu tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan planlet tertekan,
bahkan dapat berakibat pada kegagalan aklimatisasi. Oleh karena itu, suhu di areal
aklimatisasi harus diatur sedemikian ruipa agar mendekati suhu in vitro, kemudian
secara bertahap dapat dinaikkan seiring dengan semakin kuatnya pertumbuhan
tanaman (Zulkarnain, 2009).
Faktor lingkungan kedua adalah kelembaban udara. Planlet hasil mikropropagasi
terbiasa hidup di lingkungan dengan kelembapan tinggi, berkisar 90-100%. Kondisi
tersebut menyebabkan planlet tidak mengembangkan system pertahanan yang baik
dalam menghadapi cekaman kekeringan. Oleh karena itu, aklimatisasi hendaknya
dilakukan dengan menurunkan kelembaban udara secara bertahap. Pada tahap awal,
planlet dapat di tempatkan di bawah sungkup plastik secara individual, kemudian
sungkup tersebut dibuka dan planlet dipelihara di bawah naungan massal sebelum
akhirnya dipindahkan ke lapangan. Faktor ketiga yaitu intensitas cahaya. Intensitas
cahaya memiliki hubungan yang erat dengan suhu dan kelembapan. Biasanya dengan
intensitas cahaya yang tinggi dapat menginduksi terciptanya suhu lingkungan yang
tinggi pula disertai dengan rendahnya kelembapan udara, dan sebaliknya. Oleh
karena itu, intensitas cahaya di areal aklimatisasi harus diperhatikan agar suhu dan
kelembapan dapat dipertahankan pada tingkat yang tidak membahayakan planlet.
Pemberian naungan merupakan cara yang baik untuk menurunkan intensitas cahaya
dan suhu dengan mempertahankan kelembapan agar tetap tinggi. Faktor lingkungan
keempat adalah infeksi penyakit. Kematian bibit kultur sering disebabkan oleh
serangan hama atau penyakit. Kondisi lingkungan tumbuh yang kurang steril dapat
menyebabkan akar atau batang bibit terserang hama. Luka akibat serangan hama
dapat menjadi tempat infeksi penyakit. Serangan penyakit yang umum dijumpai
adalah karena jamur dan bakteri (Zulkarnain, 2009).
Penggunaan media tanam yang tepat dalam budidaya anggrek diharapkan dapat
menciptakan lingkungan perakaran yang baik, serta dapat menyimpan air dan unsur
hara untuk kebutuhan tanaman anggrek, sehingga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman anggrek dengan baik. Salah satu faktor penting dalam pengembangan
anggrek bulan adalah pemilihan jenis media yang sesuai untuk mendukung
pertumbuhannya. Media untuk pemindahan anggrek harus disesuaikan dengan jenis
anggrek, iklim dan ketersediaannya. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai
media tanam anggrek adalah pakis, sabut kelapa, arang, dan lumut (Kartana, 2017).
Penggunaan media yang memiliki porositas tinggi mendukung pertumbuhan akar
namun media beresiko akan lebih cepat mengalami kekurangan air. Sebaliknya,
apabila menggunakan media dengan porositas yang rendah dapat menghambat
pertumbuhan akar meskipun daya pegang air mungkin lebih baik daripada yang
media ringan (Tini et al., 2019).

Gambar 1. Aklimatisasi Secara Gambar 2. Aklimatisasi Secara


Kompot (Sumber: Pharmawati et Single Pot (Sumber: Pharmawati et
al., 2020) al., 2020)

Gambar merupakan bibit anggrek yang berumur tiga bulan setelah transfer ke
sistem kompot, dan Gambar 2 merupakan bibit anggrek yang ditransfer ke sistem pot
plastik secara individu atau single pot. Penanaman bibit yang dilakukan dengan
sistem kompot (community pot) yaiu bibit anggrek ditanam berkelompok dalam satu
pot. Sementara penanaman bibit yang dilakukan secara single pot yaitu bibit anggrek
ditanam secara individu di setiap potnya (Pharmawati et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Pharmawati, M., Wrasiati, L. P., Wijaya, I. M. A. S. & Defiani, M. R., Pelatihan


Budidaya dan Rintisan Usaha Anggrek Bagi Pemuda di Desa Budaga
Kabupaaten Klungkung Bali. Buletin Udayana Mengabdi, 19(2), pp. 235-240.

Priyadi, A. & Hendriyani, E., 2016. Karakter Morfo-Fisiologi Daun Tiga Jenis
Plantet Anggrek pada Tahapan Aklimatisasi, J. Hort, 26(2), pp. 143-152.

Tini, E. W., SUlistyanto, P. & Sumartono, G. H., 2019. Aklimatisasi Anggrek


(Phalaenopsis amabilis) dengan Media Tanam yang Berbeda dan Pemberian
Pupuk Daun. J. Hort Indonesia, 10(2), pp. 119-127.

Zulkarnain., 2009. Kultur Jaringan Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. Jakarta:


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai