Oleh:
Nama : Alya Kusuma
NIIM : B1A018074
Rombongan : VII
Kelompok :2
Asisten : Pramudia Muhammad Rizki
Pengambilan suatu data dapat dilakukan dengan dua metode pengumpulan data,
yaitu sensus dan sampling. Sensus dilakukan jika seluruh elemen atau objek
diobeservasi atau diteliti dan hasilnya merupakan data sebenarnya (parameter).
Sedangkan metode sampling dilakukan jika sebagian saja populasi yang menjadi sampel
diobservasi dan hasilnya merupakan data perkiraan (estimate). Peneliti biasanya
menggunakan pengumpulan pengumpulan data dengan menggunakan metode sampling,
karena dengan sampling kita dapat mengambil kesimpulan tentang keadaan populasi
secara keseluruhan (Nurhayati, 2008).
Koleksi spesimen yaitu pengawetan yang digunakan untuk mempertahankan
organ spesimen. Teknik koleksi dibedakan menjadi dua yaitu koleksi basah dan koleksi
kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan seperti kelas Mamalia, Amphibi dan
Aves, sedangkan koleksi basah digunakan untuk kelas Reptil dan Pisces (Tjakrawidjaya,
1999). Bahan kimia (alkohol 70%, formaldehid 4%, akuades dan kloroform) digunakan
untuk membuat awetan spesimen basah ( Yudha et al., 2016). Manfaat dan dayaguna
koleksi spesimen menurut Suhardjono (1999), diantaranya yaitu membantu dalam
mengidentifikasi atau mengenali jenisnya, mendiagnosa atau mendeskripsikan karakter
pemiliknya, membantu mempelajari hubungan kekerabatan, mempelajari pola sebaran
geografi, mempelajari pola musim keberadaannya, mengetahui habitat, mengetahui
tumbuhan atau hewan inang, serta mengetahui perilaku dan daur hidup. Fungsi dari
koleksi spesimen yang lain adalah dapat dijadikan koleksi acuan yang dimiliki museum
yang telah diidentifikasi dan divalidasi sebagai koleksi sistematik. Koleksi spesimen
memberikan informasi yang akurat distribusi geografis setiap spesies (Budiman et al.,
2017).
Pendataan ada beberapa macam, yaitu data lapangan, labelling, kataloging, dan
database (data spesimen dan data penunjang). Setelah dilakukan data lapangan dan
labelling, spesimen diidentifikasi dan selanjutnya masuk ke tahap kataloging, yaitu
penulisan data dalam buku besar yang selanjutnya akan disimpan dan dipindahkan
dalam komputer dalam bentuk database. Database ini berisikan semua informasi yang
terdapat dalam suatu spesimen secara lengkap dan benar (Pratiwi, 2006).
B. Tujuan
Holotype adalah suatu spesimen atau unsur lain yang digunakan oleh seorang
pengarang sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama jenis baru. Holotype
dapat berupa daun, bunga, buah atau bagian tumbuhan lainnya. Holotype berada dimana
penemu melakukan kajian studi banding dan kajian pustaka spesimen baru tersebut.
Kolektor melakukan pengumpulan spesimen holotype di lapangan, maka pada saat yang
sama juga dilakukan pengumpulan duplikatnya yang disebut dengan isotype. Kegunaan
isotype sama dengan holotype, yaitu sebagai acuan dan pembanding saat
mengidentifikasi tumbuhan yang baru ditemukan, terutama jika spesimen holotype-nya
mengalami kerusakan, seperti terkena jamur, serangga atau terjadi kebakaran (Atmoko
& Dwi, 2016). Selain holotype dan isotype terdapat lectotype, syntype, dan neotype.
Lectotype adalah spesimen atau ilustrasi yang dibuat dari material aslinya dan
dinyatakan sebagai type disebabkan belum ada publikasi yang menyatakan holotype.
Syntype adalah setiap spesimen yang tercantum dalam publikasi pertama dan belum ada
holotype, atau jika ada saat yang bersamaan dan lebih spesimen dibuat sebagai type.
Neotype merupakan spesimen atau ilustrasi yang dipilih dan berfungsi sebagai
nomenclatural type karena seluruh material yang menjadi dasar pemberian nama suatu
takson yang diambi telah hilang atau rusak (Jasin, 1989).
III. METODOLOGI
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol kaca, spuit, kotak
fiksasi, jaring serangga, killing bottle, kapas, kardus, kertas kalkir, pinset, office pin atau
jarum, styrofoam, alat bedah, alat penyimpanan spesimen, baki preparat, kompor, sikat
gigi, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alkohol 70%, tisu,
chloroform, formalin, alkohol, silica gel, tepung maizena, boraks, kapas atau dakron,
mata palsu, kawat, lem, sabun cair, pemutih atau Natrium Hipoklorit (NaOCl 10%), dan
spesimen yang digunakan.
B. Metode
Atmoko, T. & Dwi, W. M., 2016. Koleksi Type di Hernarium Wanariset. Kalimantan
Timur: Balai Penelitian dan Penggemangan Teknologi Konservasi Sumber Daya
Alam.
Budiman, A., Arief, A. J. & Tjakrawidjaya, A. H., 2017. Peran Museum Zoologi Dalam
Penelitian dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ikan). Jurnal Iktiologi
Indonesia, 2(2), pp. 51-55.
Etikan, I. & Bala, K., 2017. Sampling and Sampling Methods. Biomethrics and
Biostatistic International Journal, 5(6), pp. 1-4.
Jasin, M., 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Murni, P., Harlis., Muswita., Kartika, W. D. & Yelianti, U., 2008. Lokakarya Pembuatan
Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran BIologi di MAN Cendekia
Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 30(2), pp. 1-6.
Nurhayati., 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random Dengan
Stratified Random. Jurnal Basis Data, 3(1), pp. 18-32.
Pratiwi, R., 2013. Manajemen Koleksi Rujukan Biota Laut. Jakarta: Puslit Oseanografi
LIPI.
Pratiwi, R., 2006. Biota Laut : Ii. Bagaimana Mengkoleksi Dan Merawat Biota Laut.
Jurnal Oseana, 31(2), pp. 1-9.
Suhardjono, Y.R., 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi. Bogor:
LIPI Press.
Susilo, M. J., 2017. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan Herbarium
untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal BIOEDUKATIKA, 3(1),
pp. 10-15.
Winker, K., 2000. Obtaining, Preserving, and Preparing Birds Specimen. Journal of
Field Ornithology, 71(2), pp. 250-297.
Yudha, D. S., Eprilurahman, R., Jayanto, H. & Wiryawan, I. F., 2016. Keanekaragaman
Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di Sepanjang Sungai Code, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biota, 1(1), pp. 31-38.