Stase Manajemen
Stase Manajemen
LAPORAN PENDAHULUAN
NIM : 21317067
YATSI TANGERANG
2021
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.
C. KLASIFIKASI MANAJEMEN
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:
1. Aliran klasik:
Aliran ini mendefinisikan manajemen sseuai dengan fungsi-fungsi manajemennya.
Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi
tersebut.
2. Aliran perilaku:
Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini
memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami
manusia.
3. Aliran manajemen Ilmiah:
Aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan
teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat
berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
4. Aliran analisis sistem:
Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain
untuk mengembangkan teorinya.
5. Aliran manajemen berdasarkan hasil:
Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker
pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai
bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
6. Aliran manajemen mutu:
Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai
kepuasan pelanggan atau konsumen.
D. FUNGSI MANAJEMEN
Banyak pendapat mengenai fungsi manajemen, diantaranya sebagai berikut
1. Henry Fayol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding,
coordinating, dan controlling.
2. George R. Terry, fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuating, dan
controlling.
3. Luther Gulllich, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing,
coordinating, reporting, dan controlling.
4. Ernest Dale, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing,
innovating, representing, dan controlling.
5. Koonts & O’donnol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing,
directing, controlling.
6. Oey Liang Lee, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, directing,
coordinating,Controlling
7. James Staner, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading, dan
controlling.
Dalam pembahasan ini akan diperinci empat fungsi yang paling penting yaitu planning,
organizing, actuating, dan controlling.
1. Perencanaan ( Planning )
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi,
kebijaksanaan, program, dan lain-lain.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau
kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi.
3. Pengarahan ( Actuating )
Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan
sesuatu yang ditugaskan padanya.
4. Pengawasan ( Controlling )
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif
E. PRINSIP MANAJEMEN
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
F. TINGKATAN MANAJEMEN
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer
menjadi 3 tingkatan :
a. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah
dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional.
Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
b. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi
beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga
karyawan operasional.
c. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager
puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
PROSES MANAJEMEN
1. Planning.
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan
peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat perkiraan
proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan
mengatur adanya perubahan berencana.
2. Organizing.
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi,
menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien dan
ketenagaan, mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit,
bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta
menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing.
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah
rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan
pegawai baru serta pengembangan staf.
4. Directing.
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian, cara
berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi..
5. Controlling.
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian
profesionalisme asuhan keperawatan.
J. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan.
Prinsip-prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari:
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen operasional.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkat manajerial yaitu:
a) Manajemen puncak.
b) Manajemen menengah.
c) Manajemen bawah.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar
pelaksanaannya berhasil, antara lain:
a) Kemampuan menerapkan pengetahuan.
b) Ketrampilan kepemimpinan.
c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin.
d) Kemampuan melaksakan fungsi manajemen.
L. Definisi Perencanaan
Perencaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau
titik tolak dan kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
lingicungan (external change), keputusan , organisasi yang dapat berbentuk pensiun,
pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kematian. Perencaan ketenagaan merupakan suatu
proses yang kompleks, yang memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan,
dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk
dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam suatu organisasi
perencanaan merupakan pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan
titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional merupakan
upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat
kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu
sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang profesional juga.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka
menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga
perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka
menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek
dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari
perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston,
1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi,
misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan.
M. Prinsip Perencanaan
Menurut siagian (2003), perencaan yang baik harus memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu: \
• Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan suatu
keputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan.
• Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi
• Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencaan
• Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana harus di ikuti oleh
program kegiatan terinci
• Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus tergambar
bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.
• Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya jelas
terlihat.
• Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan
• Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorangpun yang
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
• Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi organisasi
• Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi.
2 Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang harus dijawab
dengan memuaskan menggunakan pendekatan (5W1H)
• What : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah disepakati?
• Where : dimana kegiatan akan dilakukan?
• When : kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
• Who : siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
• Why : mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
• How : bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah pencapaian
tujuan?
O. Tujuan Perencanaan
- Standar pengawasan
- Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
- Mengetahui siapa saja yang terlibat mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk
biaya dan kualitas pekerjaan
- Meminimalkan kehgiatan yang tidak produktif
- Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
- Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemukan
- Mengarahkan pada pencapaian tujuan
P. Manfaat Perencanaan
- Standar pelaksanaan dan pengawasan
- Pemilihan alternatif terbaik
- Penyusunan skala perioritas
- Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
- Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
- Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
- Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Strategis, Teori dan Aplikasi, Cetakan Kedua.
Bandung: Alfabeta.
Kron & Gray, (1987), The management of patiEnt care putting leadershipskill to work,
Philadelphia: WB. Saunders Company.
Marguis & Huston, (2000), Leadership role and management in nursing: theory and
application, Philadelphia: Lippincott.
Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice
Hall.
Swamburg, (1999), Management and leadership for nurse manager, Boston: Jones and
Barlett Publishers.
Udaya, Jusuf dkk. 2013. Manajemen Strategik, Cetakan Pertama. Jakarta: Graha
ilmu.
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD KABUPATEN SEMARANG
ABSTRAK
Kondisi dan beban kerja di instalasi gawat darurat (IGD) perlu diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan
kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang IGD sehingga tidak terjadi beban kerja yang
tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan
baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis hubungan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat di IGD RSUD
Kabupaten Semarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Populasi pada penelitian ini adalah perawat
di IGD RSUD Kabupaten Semarang. Sampel digunakan tehnik total populasi sebanyak 29 responden. Alat ukur
menggunakan daily log study untuk beban kerja dan alat ukur stres kerja. Analisis data dilakukan dengan uji
Kendall Tau.
Hasil penelitian didapatkan beban kerja perawat sebagian besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27
responden (93,1%). Stres kerja perawat sebagian besar adalah stres sedang sebanyak 24 responden (82,8%).
Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten Semarang, p value 0,000
(α: 0,05).
Saran bagi perawat perlunya manajemen diri yang efektif dan konstruktif sehinga adanya beban kerja
yang tinggi dan stres kerja perawat dapat di kendalikan secara efektif sehingga tidak mengganggu kinerja dan
tidak memunculkan masalah kesehatan bagi perawat di IGD.
Kata kunci: beban kerja, stres kerja perawat, instalasi gawat darurat
Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat 49
RSUD Kabupaten Semarang
Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih
dengan tidak mampu terhadap tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat HASIL
mengalami stres (Selye, 1950 dalam 1. Gambaran beban kerja perawat di
Hidayat, 2011). Stres kerja perawat dapat RSUD Kabupaten Semarang
terjadi apabila perawat dalam bertugas Diagram1: Distribusi frekuensi beban
mendapatkan beban kerja yang lemebihi kerja perawat di RSUD Kabupaten
kemampuannya sehingga perawat tersebut Semarang
tidak mampu memenuhi atau
Beban Kerja
menyelesaikan tugasnya, maka perawat 2
tersebut dikatakan mengalami stres kerja.
Manifestasi dari stres kerja perawat antara 27
lain akibat karakterisasi pasien, pengkajian
terhadap pasien, dan aspek lingkungan
kerja yang mengganggu merupakan Rendah Tinggi
langkah awal dalam menangani masalah-
masalah yang datang mengenai tingkat
kepadatan ruangan emergency, efisiensi
pelaksanaan tugas, serta adanya tuntutan Berdasarkan diagram 1 diketahui
untuk menyelamatkan pasien (Levin et al, bahwa beban kerja perawat
2004). sebagian besar adalah tinggi yaitu
Apabila stres mencapai titik sebanyak 27 responden (93,1%),
puncak yang kira-kira sesuai dengan dan yang rendah pada 2 responden
kemampuan maksimum kinerja karyawan (6,0%).
maka pada titik ini stres tambahan 2. Gambaran stres kerja perawat di
cenderung tidak menghasilkan perbaikan RSUD Kabupaten Semarang
kinerja selanjutnya bila stres yang dialami Diagram 2: Distribusi frekuensi
karyawan terlalu besar, maka kinerja akan stres kerja perawat di RSUD
mulai menurun, karena stres tersebut Kabupaten Semarang
mengganggu pelaksanaan kerja karyawan
dan akan kehilangan kemampuan untuk Stres Kerja
mengendalikannya atau menjadi tidak
mampu untuk mengambil keputusan dan Ringan
perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat
yang paling ekstrim adalah kinerja menjadi Sedang
nol, karyawan mengalami gangguan,
menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk
bekerja, menjadi putus asa, keluar atau
menolak bekerja (Munandar, 2008). Berdasarkan diagram 2 diketahui
bahwa sebagian besar stres kerja
METODE perawat adalah stres sedang
Penelitian ini menggunakan desain sebanyak 24 responden (82,8%),
deskriptif korelasi. Populasi penelitian stres ringan pada 5 responden
adalah perawat di UGD RSUD Kabupaten (17,2%).
Semarang sejumlah 29 perawat.
Pengukuran beban kerja menggunakan 3. Analisis hubungan antara beban
instrumen daily log study dan pengukuran kerja dengan stres kerja perawat di
stres kerja menggunakan kuesioner stres RSUD Kabupaten Semarang.
kerja berdasarkan teori Robbins (1990) Tabel 3: Analisis hubungan
dalam Nursalam (2008) yang terdiri dari antara beban kerja dengan stres kerja
35 pertanyaan. Analisis data menggunakan perawat di RSUD Kabupaten
uji Kendall Tau. Semarang.
Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat 51
RSUD Kabupaten Semarang
Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih
melakukan kegiatannya harus secara harinya indikator tersebut dirasakan
cermat, cepat dan tepat melakukan kurang dari 3 kali.
identifikasi setiap pasien yang datang Menurut Highley dalam Cox
karena dituntut dengan keberhasilan (1996) perawat, secara alamiah
penyelamatan jiwa tergantung dari merupakan profesi yang penuh dengan
pelayanan yang diberikan di IGD. stres, berdasarkan hasil observasinya
Dalam waktu yang bersamaan perawat didapatkan bahwa setiap hari perawat
harus selalu waspada terhadap berhadapan dengan penderita yang
kedatangan pasien gawat maupun kaku, duka cita dan kematian, banyak
darurat yang harus diselamatkan tugas-tugas perawat tidak diberi
jiwanya. penghargaan, tidak menyenangkan dan
Hasil penelitian juga didapatkan penuh tekanan, sering diremehkan,
terdapat sebagian kecil perawat yang menakutkan. Stres kerja perawat dapat
memiliki beban kerja rendah. Hal ini terjadi karena jumlah tindakan yang
dapat terjadi karena pada saat dinas harus diselesaikan tidak sebanding
selama 6 hari tidak banyak terdapat dengan jumlah tenaga perawat yang
kunjungan pasien ke IGD, penanganan ada. Belum adanya kegiatan untuk
pasien juga dilakukan secara bersama- mengurangi stres kerja pada perawat
sama sehingga secara singkat waktu dan sistem mutasi perawat di RSUD
penyelesaian tindakan yang Kabupaten Semarang terlalu lama yaitu
dibutuhkan. antara 2-3 tahun.
2. Gambaran stres kerja perawat di RSUD Sesuai dengan definisinya
Kabupaten Semarang memang ruang IGD merupakan ruang
Analisis univariat menunjukkan yang penuh dengan stres karena pasien
hasil bahwa stres kerja perawat pada yang datang dalam kondisi yang
perawat IGD di RSUD Kabupaten bervariasi. Karakteristik pasien yang
Semarang mayoritas adalah stres datang ke IGD antara lain pasien
tingkat sedang sebanyak 82,8%. Hasil gawat, pasien darurat, maupun pasien
penelitian menunjukkan stres kerja yang sebenarnya tidak memenuhi
perawat pada tingkat sedang kriteria gawat dan darurat tetapi karena
berdasarkan hasil terbanyak pada tidak ada pelayanan kesehatan lain
kuesioner yaitu perawat menghindari yang dapat mengatasi, maka tetap
masalah, berpikir terhadap hal-hal datang ke IGD, contohnya adalah
kecil, merasa kehilangan konsentrasi, padawaktu sore atau malam hari.
merasa tidak cocok dengan pekerjaan Pengambilan keputusan pada
dan merasa tidak cukup waktu untuk perawat d IGD harus secara cepat dan
menyelesaikan pekerjaan. Stres kerja tepat dalam memberikan tindakan
perawat tergolong dalam stres kerja kepada pasien. Setiap perawat berharap
sedang karena pada instrumen agar selalu bisa melakukan sesuatu
penilaian stres didapatkan skala 36-70 untuk menyelamatkan pasien yang
dari rentang skor 35-140. Stres yang dirawatnya. Hal tersebut menjadikan
didapatkan pada penelitian ini adalah stresor tersendiri bagi perawat yang
stres ringan dan stres tingkat sedang. bertugas. Hal ini juga didukung oleh
Stres ringan diatrikan sebagai stres penelitian yang dilakukan oleh Izzati
yang tidak muncul setiap saat dan (2011) bahwa semua perawat IGD di
tanda-tanda yang muncul tidak selalu RSI Jemur Sari Surabaya juga
ditemukan pada setiap hari. stres mengalami stres.
sedang secara umum diartikan bahwa Stres dapat terjadi pada hampir
pada masing-masing kuesioner semua pekerja, baik tingkat pimpinan
penilaian stres kerja, dalam setiap maupun pelaksana. Kondisi kerja yang
lingkungannya tidak baik sangat
Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat 53
RSUD Kabupaten Semarang
Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih
dapat dipandang sebagai tuntutan dengan kelelahan kerja yang
terhadap pelayanan kesehatan jika merupakan gejala fisik stress kerja,
tidak dikelola dengan baik maka akan artinya semakin berat beban kerja di
berakibat terjadinya stress kerja tempat kerja maka semakin tinggi
(Boenisch dkk, 2004). tingkat stress kerja. Lebih lanjut
Menurut Roy (1991) bahwa dijelaskan bahwa variabel yang
faktor beban kerja termasuk di dalam berhubungan dengan beban kerja
stimulus fokal dimana secara langsung adalah tempat bekerja, jenis pekerjaan,
berhadapan dengan seseorang dan serta beban mental.
responnya segera. Perawat IGD yang Banyaknya pekerjaan yang
merasa beban kerjanya tinggi akan melebihi kapasitas menyebabkan
langsung berespon untuk beradaptasi kondisi fisik perawat di IGD mudah
dengan kondisi yang ada. Berbagai lelah dan mudah tegang. Pelayanan
keluhan fisik yang dirasakan keperawatan di ruang IGD juga sangat
merupakan respon kelelahan dari kompleks, dimana membutuhkan
beratnya beban kerja di ruang IGD. kemampuan secara teknis dan
Berdasarkan penelitian dari Rodrigues pengetahuan yang lebih. Beban
(2010) bahwa ada hubungan antara pekerjaan yang begitu banyak
beban kerja dan tingkat stres perawat pemenuhan kebutuhan, penanganan
IGD, semakin tinggi beban kerja maka masalah dan pada akhirnya sangat
semakin tinggi juga tingkat stres menguras energi baik fisik ataupun
perawat. kemampuan kognitif. Kondisi perawat
Menurut Manuaba (2000), akibat IGD yang stres dengan adanya beban
beban kerja yang terlalu berat dapat pekerjaan yang sudah berat hendaknya
mengakibatkan seorang pekerja tidak ditambah lagi dengan beban-
menderita gangguan atau penyakit beban lain di luar tugas sebagai
akibat kerja. Beban kerja yang terlalu perawat IGD. Sebagai contoh adalah
berlebihan akan menimbulkan beban bimbingan mahasiswa praktek,
kelelahan baik fisik atau mental dan beban pengurus organisasi, atau beban
reaksi–reaksi emosional seperti sakit lain yang pada akhirnya semakin
kepala, gangguan pencernaan dan memperberat, sehingga tingkat stres
mudah marah. Sedangkan pada beban perawat semakin meningkat.
kerja yang terlalu sedikit dimana Beban kerja berlebih dapat
pekerjaan yang terjadi karena menyebabkan stres. Penelitian tentang
pengulangan gerak akan menimbulkan stres perawat IGD yang dilakukan di
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan Malaysia oleh Lexshimi (2007), yang
dalam kerja rutin sehari-hari karena hasilnya menunjukkan bahwa 100%
tugas atau pekerjaan yang terlalu perawat yang menjadi responden
sedikit mengakibatkan kurangnya mengatakan pernah mengalami stres
perhatian pada pekerjaan sehingga selama bertugas di ruang IGD. Mereka
secara potensial membahayakan mengalami keluhan sakit kepala, nyeri
pekerja. Beban kerja yang berlebihan dada, nyeri perut, bahkan ada yang
atau rendah dapat menimbulkan stress menyampaikan kehilangan libido. Dari
kerja. responden didapatkan bahwa yang
Secara umum stres kerja menyebabkan mereka stres diantaranya
dipengaruhi oleh banyak faktor selain adalah: beban bekerja dengan alat
beban kerja, seperti yang disebutkan canggih yang sangat menegangkan,
dalam penelitian Restiaty, et al (2006) adanya ketidaknyamanan bekerjasama
tentang beban kerja dan perasaan dengan staf lain dan kurangnya
kelelahan menyimpulkan adanya pengalaman bekerja di ruang IGD.
hubungan beban kerja di tempat kerja
Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat 55
RSUD Kabupaten Semarang
Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih
in your life, menggapai Martini, (2007), Hubungan karakteristik
keseimbangan hidup, Gramedia, perawat, sikap, beban kerja,
Jakarta ketersediaan fasilitas dengan
Carlson, (2005), Foundation of pendokumentasian asuhan
psychological psycolog, Ed 6 keperawatan di rawat inap BPRSUD
Permision Department, MA. Kota Salatiga, Tesis Magister Ilmu
Cox, Tom, (1996), Stress. London: The Kesehatan Masyarakat Konsentrasi
Macmillan Press Ltd Administrasi Kebijakan Kesehatan
Hardjana, (2004), Mekanisme koping Munandar, AS. (2001). Psikologi industri
terhadap stres, PT Andi Offset, dan organisasi, edisi 1, UI Press,
Yogyakarta. Jakarta.
Hidayat, AAA., (2011), Pengantar konsep Notoadmodjo,S. (2002). Ilmu kesehatan
dasar keperawatan, Salemba masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.
Medika, Jakarta. Nursalam, (2008). Konsep & Penerapan
Ilyas,Yaslis. (2002), Perencanaan Sumber Metodologi Penelitian Ilmu
Daya manusia Rumah Sakit. UGM Keperawatan: pedoman Skripsi,
Iswanto, S., (2001), Hubungan stress kerja Tesis dan Instrumen Penelitian
dengan perilaku medikasi di ruang Keperawatan, Jakarta: Salemba
al-qomar dan asy-syam Rumah Sakit medika.
Islam Surakarta. Restiaty, et al (2006), Hubungan tentang
Izzati, Z., ( 2011). Gambaran tingkat stres beban kerja dengan kelelahan kerja
perawat ditinjau dari jenis kelamin, di RS Surabaya. Skripsi. Tidak
usia, dan kerja di ruang ICU/ICCU dipublikasikan
RSI Jemursari Surabaya. Skripsi. Rodrigues, (2010), Association between
Tidak dipublikasikan serum ferritin and measures of
Levin, S., (2004), Tracking Workload in inflammation. Am J Crit Care 2005
the Emergency Department, Human ;14: 513-521.
Factors; Fall 2006; 48, 3; ProQuest, Siagian, S. P, (2002). Kiat meningkatkan
diunduh dari: produktivitas kerja. Jakarta: Rineka
http://search.proquest.com/docview/2 Cipta.
16465972/fulltextPDF/13BEDECEC Suliswati, dkk.(2005).Konsep dasar
CB2DDE256A/11?accountid=17242 keperawatan Kesehatan jiwa.
tanggal 29 Januari 2013. Jakarta: EGC.
Lexshimi, R., Tahir. S., Santhna, L.P., Supardi (2007), Analisa Stres Kerja Pada
Nizam, M. D., (2007). Prevalence of Kondisi Dan Beban Kerja Perawat
Stress and Coping Mechanism Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang
among Staff Nurses in the Intensive Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau
Care Unit., 2 (2): 146-153 Kesdam I/BB Medan,
Lloyd L., & Rue, Leslie W. (2007). Human Suyono B. (2002), Stress sebagai Salah
resource management. (9th ed.). satu Sebab. Bag/SMF Syaraf-FK
New York: McGraw-Hill Irwin UNDIP/RSUP Dr. Kariadi
Mahwidhi (2010), Hubungan antara stres Syabana, LA. (2011). Hubungan beban
kerja dengan gangguan kesehatan kerja perawat dengan pemenuhan
perawat di IRD RSVP DR. Soeradji kebutuhan spiritual pada pasien pre
Tirtonegoro Klaten. di akses 1 operasi di RSUD Ambarawa,
Februari 2013; http://www.perpustakaan.web.id/kar
http://skripsistikes.wordpress.com/20 ya ilmiah/shared/
09/04/27/hubungan-antara-stres-
kerjadengan-ganggLian-kesehatan-
perawat-di-ird-rsup-drsoeradji-
tirtonegoroklaten/.
Email: agungwirawanemanuel@yahoo.com
ABSTRAK
Pengawasan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka
mencapai hasil yang optimal. Pengawasan diperlukan sebagai sarana pembelajaran bagi orang yang diawasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara supervisi kepala ruang dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Ambarawa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelatif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini sejumlah 81 responden perawat. Sampel perawat dengan menggunakan total
populasi terhadap 81 responden. Analisis data dengan uji chi square.
Hasil penelitian didapatkan supervisi kepala ruang paling banyak adalah kurang baik yaitu 37 responden
(45,7%). Pendokumentasian asuhan keperawatan diketahui paling banyak adalah baik sebanyak 56 responden
(69,1%). Terdapat hubungan antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa (p value 0,000).
Saran bagi rumah sakit perlunya supervisi secara periodik terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan karena dokumentasi merupakan aspek legal yang penting untuk mengetahui tindakan terhadap
pasien dan perkembangan pada pasien yang dirawat.
ABSTRAK
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja
perawat merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia. Kepuasan kerja karyawan
banyak dipengaruhi sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. Hasil survey awal tahun 2010 terdapat 6
tenaga keperawatan keluar dari Rumah Sakit Swasta di di Demak dan BOR turun 25 % dari tahun
sebelumnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Swasta di di Demak. Metode penelitian adalah jenis
penelitian ini adalah analitik korelasional dengan desain cross sectional, teknik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 43 responden. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan taraf signifikan 5%. Hasil
penelitian adalah menunjukkan ada hubungan yang signifikan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan
kepuasan kerja perawat dengan p – value 0,005. Kesimpulan adalah penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi kepala ruang dalam menampilkan gaya kepemimpinannya sehingga terwujud kepuasan
kerja para anggotanya.
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat 147
Di Rumah Sakit Swasta Di Demak
0DU\DQWR 7UL ,VPX 3XML\DQWR 6LQJJLK 6HW\RQR
TINJAUAN PUSTAKA c. Pengukuran Kepuasan Kerja
1. Kepuasan Kerja 1) Pengukuran Kepuasan Kerja dengan
a. Definisi Skala Indeks Deskripsi Jabatan
Kepuasan kerja menurut Stephen Skala pengukuran ini dikembangkan
(2008) dapat didefinisikan sebagai suatu oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada tahun
perasaan positif tentang pekerjaan 1969. Dalam penggunaannya, pegawai
seseorang yang merupakan hasil dari ditanya mengenai pekerjaan maupun
sebuah evaluasi karakteristiknya. jabatannya yang dirasakan sangat baik dan
Howell dan Dipboye (1986) sangat buruk, dalam skala mengukur sikap
memandang kepuasan kerja sebagai hasil dari lima area, yaitu kerja, pengawasan,
keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak upah, promosi, dan co-worker. Setiap
sukanya tenaga kerja terhadap berbagai pertanyan yang diajukan, harus dijawab
aspek dari pekerjaannya. oleh pegawai dengan cara menandai
jawaban ya, tidak, atau tidak ada jawaban.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 2) Pengukuran Kepuasan Kerja dengan
Kepuasan Kerja Berdasarkan Expresi Wajah
Ghiselli dan Brown (2000) Mengukur kepuasan kerja ini
mengemukakan bahwa ada lima faktor yang dikembangkan oleh Kunin pada tahun
menimbulkan kepuasan kerja yaitu : 1955. Skala ini terdiri dari segi gambar
a) Kedudukan (posisi) wajah-wajah orang mulai dari sangat
Umumnya manusia beranggapan gembira, gembira, netral, cemberut, dan
bahwa seseorang yang bekerja pada sangat cemberut. Pegawai diminta untuk
pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa memilih ekspresi wajah yang sesuai dengan
puas daripada yang pekerjaannya lebih kondisi pekerjaan yang dirasakan pada saat
rendah. Sesungguhnya hal tersebut tidak itu.
selalu benar, tetapi justru perubahan dalam 3) Pengukuran Kepuasan Kerja dengan
tingkat pekerjaannyalah yang Kuesioner Minnesota
mempengaruhi kepuasan kerja. Pengukuran kepuasan kerja ini
b) Golongan dikembangkan oleh Weiss, Dawis, dan
Seseorang yang memiliki golongan England pada tahun 1967. Skala ini terdiri
yang lebih tinggi umumnya memiliki gaji, dari pekerjaan yang dirasakan sangat tidak
wewenang, dan kedudukan yang lebih puas, tidak puas, netral, memuaskan, dan
dibandingkan yang lain, sehingga sangat memuaskan. Pegawai diminta
menimbulkan perilaku dan perasaan yang memilih salah satu alternatif jawaban yang
puas terhadap pekarjaannya. sesuai dengan kondisi pekerjaannya.
c) Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan 2. Gaya Kepemimpinan
antara umur dengan kepuasan kerja, dimana a. Definisi
umur antara 25 – 34 tahun dan umur 40 – Gaya kepemimpinan adalah pola
45 tahun adalah merupakan umur yang bisa tingkah laku yang dirancang untuk
menimbulkan perasaan kurang puas mengintegrasikan tujuan organisasi dengan
terhadap pekerjaan. tujuan individu, untuk mencapai suatu
d) Jaminan finansial dan jaminan sosial tujuan. (S. Suarli & Yanyan Bahtiar).
Jaminan finansial dan jaminan sosial b. Gaya Kepemimpinan menurut
umumnya berpengaruh terhadap kepuasan Ronald Lippits & Rapiph K. White
kerja. Menurut Ronald Lippith dan Rapiph
e) Mutu Pengawasan K. White, terdapat tiga gaya kepemimpinan
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan yaitu :
melalui perhatian dan hubungan yang baik 1) Otoriter
dari pimpinan dengan bawahan, sehingga Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-
karyawan akan merasa bahwa dirinya ciri sebagai berikut :
merupakan bagian yang penting dari a) Wewenang mutlak berada pada
organisasi kerja (Moh. As’ad, 2005:113). pimpinan
b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat 149
Di Rumah Sakit Swasta Di Demak
0DU\DQWR 7UL ,VPX 3XML\DQWR 6LQJJLK 6HW\RQR
kepuasan kerja perawat. Analisa bivariat sebesar 39,5 %, otokratis sebesar 30,2 %,
dilakukan untuk mengetahui hubungan dan liberal atau laissez faire sebesar 30,2
antar variabel independent dan variabel %.
dependent. Uji statistik yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji chi square. b. Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 2 Tanggapan Responden Terhadap
HASIL PENELITIAN Kepuasan Kerja
1. Analisa Univariat Kepuasan Jumlah Persentase (%)
a. Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Kerja
Demokratis 17 39,5
Otokratis 13 30,2 Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa
Liberal 13 30,2 perawat yang menyatakan puas bekerja
sebesar 60,5%, sedangkan perawat yang
Total 43 100 menyatakan tidak puas bekerja sebesar
39,5%.
Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa
responden yang mempersepsikan kepala
ruang bergaya kepemimpinan demokratis
2. Analisa Bivariat
Tabel 3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah
Sakit Swasta di di Demak
Kepuasan Kerja Total p value
Gaya kepemimpinan Tidak Puas Puas
n % n % n %
Demokratis 2 11,8 15 88,2 17 39,5 0,005
Otokratis 6 46,2 7 53,8 13 30,2
Liberal atau laissez faire 9 69,2 4 30,8 13 30,2
Total 17 39,5 26 60,5 43 100
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat 151
Di Rumah Sakit Swasta Di Demak
0DU\DQWR 7UL ,VPX 3XML\DQWR 6LQJJLK 6HW\RQR
pengaruh dalam penelitian ini sebesar Monica. (2000). Pengantar Kepemimpinan
43,5%. Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis. Edisi I. Jakarta : EGC.
SIMPULAN Munandar Ashar Sunyoto, (2001).
1. Kepala ruang di Rumah Sakit Swasta di Psikologi Industri dan Organisasi.
di Demak cenderung bergaya Jakarta : Universitas Indonesia.
demokratis, prosentasenya sebesar Muslim Khoirul. (2006). Pengaruh Gaya
39,5%. Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja
2. Perawat di Rumah Sakit Swasta di di terhadap Kinerja Karyawan Politeknik
Demak merasakan kepuasan dalam Negeri Lhokseumawe. Medan :
bekerja sebesar 60,5%. Universitas Sumatera Utara.
3. Ada hubungan gaya kepemimpinan Notoatmojo S. (2002). Metodologi
kepala ruang dengan kepuasan kerja Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
perawat di Rumah Sakit Swasta di di Cipta.
Demak dengan p – value = 0,005. Nursalam. (2002). Manajemen
Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Profesional. Edisi I.
Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. (1999). Pedoman Uraian Tugas __________, (2008). Konsep dan
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Cetakan Kedua. Direktorat Jenderal Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis
Pelayanan Medik. dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Jakarta : Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Purwandari Istiningtyas. (2011). Hubungan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Karakteristik Perawat Pelaksana dan
Rumah Sakit. Jakarta. Lingkungan Kerja dengan Kepuasan
Fadli, Ahmad. (2004). Pengaruh Gaya Kerja Perawat di RS Pantiwilasa
Kepemimpinan terhadap Kinerja Citarum Semarang. Semarang : Sekolah
Karyawan pada PT. Industri Medan Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada.
(KIM). Medan : Universitas Sumatera Rosyana & Maria. (2004). Gaya
Utara. Kepemimpinan dan Pengaruhnya
Fathoni Abdurrahmat. (2006). Manajemen terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Bibliografi. Medan : Universitas
Cipta. Sumatera Utara.
Hanafi Mamduh M. (2003). Manajemen. Sabarguna S.B. (2005). Prosedur
Edisi Revisi. Yogyakarta : Unit Penerbit Manajemen Rumah Sakit dan Tehnik
dan Percetakan Akademi Manajemen Efisiensi. Cetakan I. Yogyakarta :
Perusahaan YKPN. Konsorium Rumah Sakit Swasta di
Hanafi Niken & Daniel P. Purba. (2010). Jateng – DIY.
Leadhership untuk Profesional dan Sabarguna S.B. (2007). Knowledge
Mahasiswa. Jakarta : Erlangga. Manajemen untuk Rumah Sakit. Jakarta :
Ivancevich John M., Konopaske Robert & Sagung Seto.
Matteson Michael T. (2007). Perilaku Setiadi. (2007). Konsep dan Penelitian
dan Manajemen Organisasi. Edisi Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ketujuh. Jakarta : Erlangga. Ilmu.
Karyuni EP & Ester Monica. (2008). Smat. (2004). Pengaruh Gaya
Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja
Perawat. Cetakan I. Jakarta : EGC. Karyawan di Kantor Regional VI Badan
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Kepegawaian Negara (BKN). Medan :
Keperawatan. Cetakan Pertama. Universitas Sumatera Utara.
Yogyakarta : Nuha Medika. Suarli S. & Bahtiar Y. (2002). Manajemen
Mangkunegara Anwar Prabu. (2005). Keperawatan dengan Pendekatan
Manajemen Sumber Daya Manusia Praktis. Jakarta : Erlangga.
Perusahaan. Cetakan Keenam. Bandung Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan
: PT. Remaja Rosdakarya. dan Manajemen Keperawatan di Rumah
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat 153
Di Rumah Sakit Swasta Di Demak
0DU\DQWR 7UL ,VPX 3XML\DQWR 6LQJJLK 6HW\RQR
HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD UCAPAN TERIMA KASIH DENGAN
KEDISIPLINAN WAKTU SAAT MENGIKUTI TIMBANG TERIMA PERAWAT
RUANG BEDAH PADA RS NEGERI DI SEMARANG
ABSTRAK
Peningkatan motivasi karyawan harus dilakukan, maka seringkali perusahaan atau instansi memberikan
reward atau penghargaan atas kinerja yang telah dicapai oleh individu. Reward adalah sesuatu yang
diberikan atau diterima oleh seseorang setelah dirinya melaksanakan suatu pekerjaan. Reward tersebut
dapat bersifat financial (pemberian uang, hadiah) dan nonfinansial (ucapan terima kasih, pujian, isi kerja
dan lingkungan kerja). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian reward
ucapan terima kasih dengan kedisiplinan waktu saat mengikuti timbang terima perawat ruang bedah di RS
Negeri di Semarang. Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dilakukan terhadap
35 perawat pelaksana di ruang bedah RS Negeri di Semarang, dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kepala ruang atau kepala tim
memberikan ucapan terima kasih setiap timbang terima yaitu (100%) dan perawat pelaksana sebagian
besar juga datang tepat waktu saat timbang terima di dapatkan (100%) Hasil statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pemberian reward ucapan terima kasih dengan kedisiplinan waktu saat mengikuti
timbang terima perawat di ruang bedah RS Negeri di Semarang.
Kata kunci : reward ucapan terima kasih, kedisiplinan waktu dan timbang terima
Tri Hartiti*
*) Staf Dosen di Universitas Muhammadiyah Semarang Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
ABSTRAK
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik kepala dan perawat pelaksana pada RS
swasta di Semarang tahun 2012
Rerata umur kepala ruang 34,61 tahun, dengan masa kerja rata-rata 3,01
tahun, dengan masa kerja rata-rata 4,17 tahun, dan mayoritas berjenis kelamin
tahun,dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 76,2%, dengan tingkat
perempuan 52%, dengan tingkat pendidikan pendidikan semua 100% D3 keperawatan.
tertinggi Ners 11 %, pendidkan terendah D3 Terdapat perbedaan karakteristik pada
50%. Rerata umur perawat pelaksana 24,49 umur, masa kerja dan tingkat pendidikan
Tabel 4. Tabel hubungan kepemimpinan transformasional kepala ruang Dengan softskill perawat
pelaksana di RS Swasta di Semarang tahun 2012
Softskill perawat
1 Kemampuan beradaptasi 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan beradaptasi
2 Kemampuan berkomunikasi 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan berkomunikasi
3 Kemampuan bekerjasama 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan bekerjasama tim
4 Kemampuan memecahkan 1.000 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
masalah transformasional kepala ruang dengan kemampuan
memecahkan masalah
5 Percaya diri 0,371 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala ruang dgn percaya diri
6 Disiplin 0,371 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala ruang dgn disiplin
7 Teliti 0,000 ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala dgn ketelitian
Dari 5 penelitian yang dipaparkan didapatkan bahwa beban kerja yang meningkat dapat
memicu tingkat stress perawat sehingga mempengaruhi kinerja perawat itu sendiri, Supervisi
kepala ruangan yang kurang dapat menjadi pemicu kurangnya pendokumentasian asuhan
keperawatan oleh perawat pelaksana, Gaya kepemimpinan kepala ruangan yang demokratis
dapat menjadi pemicu kepuasan perawat saat bekerja, Jika perawat pelaksana di berikan reward
berupa ucapan terimakasih maka akan berpengaruh pada kedisiplinan waktu saat mengikuti
timbang terima, Gaya kepemimpinan yang transformasional mempunyai pengaruh terhadap
softskill perawat pelaksana dalam hal kemampuan beradaptasi, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan bekerjasama tim, dan ketelitian.
Dari hasil Literature review merekomendasikan perlunya menggelola stress baik itu
dengan mekanisme koping maupun respon yang berorientasi pada tugas baik itu secara pribadi,
perorangan maupun kelompok sehingga nantinya perawat dapat melakukan pelayanan kepada
pasien di ruang gawat darurat dengan cepat, tepat dan bermutu. Dan juga pentingnya bagi
kepala ruangan untuk dapat bersikap demokratis dan transformasional agar dapat membuat
perawat pelaksana bekerja dengan optimal dan juga nyaman.
Daftar Pustaka
Deni Kristianto, Agus Santoso. (2013). Hubungan Pemberian Reward Ucapan Terima Kasih
Dengan Kedisiplinan Waktu Saat Mengikuti Timbang Terima Perawat Ruang Bedah Pada Rs
Negeri Di Semarang. Semarang : Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2,
November 2013; 95-99
Hubungan Pemberian Reward Ucapan Terima Kasih Dengan Kedisiplinan Waktu Saat
Mengikuti Timbang Terima Perawat Ruang Bedah Pada RS Negeri Di Semarang - Neliti
Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti. (2013). Hubungan Antara Supervisi
Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ambarawa. Semarang : Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 1, Mei 2013;
1-6
Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa - Neliti
Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja Dengan
Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Kabupaten Semarang. Semarang : Jurnal
Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 48-56
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/J MK/article/view/949
Maryanto, Tri Ismu Pujiyanto, Singgih Setyono. (2013). Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah Sakit Swasta Di Demak. Demak :
Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 146-153
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah
Sakit Swasta Di Demak - Neliti