TESIS
Diajukan oleh:
ERNA ASHLIHAH ROCHMAT
NIM: 15/390009/PKU/15573
Usulan Tesis
Diajukan Oleh:
Erna Ashlihah Rochmat
NIM. 15/390009/PKU/15573
Disetujui:
Pembimbing I Tanggal
Pembimbing II Tanggal
Mengetahui:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengalami kenaikan jumlah, sedangkan data yang terkumpul masih sedikit (Sliwa
2011).
semakin baiknya penanganan penyakit jantung bawaan pada masa anak-anak atau
remaja, maka jenis penyakit jantung pada kehamilan terbanyak adalah penyakit
Penyakit jantung bawaan adalah bentuk kelainan kongenital yang paling sering.
Hanya kurang dari 1% bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Beberapa
diantaranya memiliki defek ringan misalnya ventricular septal defect atau atrial
septal defect kecil yang tidak menyebabkan masalah yang berarti untuk anak-anak,
intervensi bedah. Sebelum 1940, lebih dari 90% bayi dengan penyakit jantung
bawaan yang komplek meninggal sebelum mencapai dewasa. Namun, saat ini
dengan kemajuan ilmu di bidang kardiologi dan bedah jantung menyebabkan lebih
5
dari 90% bayi dengan penyakit jantung bawaan mampu bertahan sampai usia 18
tahun. Kenaikan angka bertahan hidup ini dapat terlihat dengan sekurang-kurangnya
satu juta penduduk Amerika dengan penyakit jantung bawaan dan diperkirakan
dengan penyakit jantung bawaan merupakan faktor predisposisi yang terbanyak dan
hipertensi menjadi kondisi dapatan yang paling sering dijumpai. Insidensi penyakit
meningkatnya usia ibu, faktor risiko kardiovaskular (meliputi obesitas, diabetes, dan
hipertensi), dan rentang hidup pasien dengan penyakit jantung bawaan (Sahar et al,
2014)
paling sering pada ibu dengan kardiomiopathy atau hipertensi pulmonal dan
berhubungan erat dengan preeklampsia serta luaran maternal dan perinatal, dimana
secara khas terjadi pada akhir trimester kedua atau setelah melahirkan (Ruys et al,
2014).
penyakit jantung bawaan. Tetapi belum ada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.
dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Dr. Sardjito. . Hal ini memicu penulis
6
Rumusan Masalah
class risk I-II dan WHO class risk III-IV. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap
luaran perinatal yang akan mempengaruhi prognosis bayi setelah lahir. Berdasar
terdapat perbedaan luaran perinatal pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan
WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk III-IV di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui luaran perinatal pada ibu hamil dengan penyakit jantung
bawaan WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk III-IV di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui luaran IUGR pada ibu hamil dengan penyakit jantung
bawaan WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk III-IV di RSUP
b) Untuk mengetahui luaran bayi asfiksia pada ibu hamil dengan penyakit
jantung bawaan WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk III-IV di
c) Untuk mengetahui luaran bayi lahir premature pada ibu hamil dengan
penyakit jantung bawaan WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk
d) Untuk mengetahui luaran IUFD pada ibu hamil dengan penyakit jantung
bawaan WHO class risk I-II dibandingkan WHO class risk III-IV di RSUP
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi dan data mengenai
luaran perinatal pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
3. Bagi rumah sakit diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi serta
referensi data kehamilan dengan penyakit jantung bawaan dan diharapkan dapat
membantu rumah sakit dalam membuat panduan pelayanan klinis dan standard
prosedur operasional untuk kasus kehamilan dengan penyakit jantung bawaan yang
E. Keaslian Penelitian
Dari pencarian literature,`sampai saat ini belum ada penelitian yang serupa
dengan penelitian ini, yaitu yang bertujuan mengetahui perbedaan luaran perinatal
pada ibu dengan PJB WHO class risk I-II disbanding WHO class risk III-IV.
8
Mode of delivery
berhubungan
dengan makin
tingginya
kelompok WHO,
angka caesarean
section elektif
lebih tinggi
dibanding
kelompok kontrol
dan signifikan
pada kelompok
WHO II-III dan
III (p<0,05).
Prevalensi SGA
juga lebih tinggi
pada kelompok
WHO dibanding
kelompok kontrol
dan makin tinggi
kelompok WHO
maka makin
berisiko SGA
(kelompok >II-
III). Makin tinggi
kelompok WHO
juga lebih
berisiko terjadi
persalinan
preterm.
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Kepustakaan
fisiologik dan anatomik pada berbagai sIstem organ yang berhubungan dengan
muskuloskeletal dan saraf. Perubahan yang terjadi pada satu sistem dapat saling
memberi pengaruh pada sistem lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang
termasuk sistem kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar
dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa
kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan (McAnulty et al, 1999).
karena peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester
pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap
meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vaskular kulit
dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan
volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-
12
mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin, dan
yang kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran
saat istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi
akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat
pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi
tubuh wanita hamil juga mempengaruhi cardiac output. Jika dibandingkan antara
posisi lateral kiri dan supinasi, maka cardiac output saat posisi supinasi akan
menurun 0,6 l/menit, sedangkan saat posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit
struktur jantung. Kelainan ini terjadi sejak di dalam kandungan. Kelainan jantung
bawaan merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi. Kelainan meliputi
dinding jantung, katup jantung, dan pembuluh arteri dan vena di sekitar jantung.
Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan pada aliran darah yang melewati
jantung. Aliran darah dapat melambat, melewati jalur yang salah, atau tersumbat
meningkatnya jumlah wanita dengan penyakit jantung bawaan yang dapat bertahan
hingga usia reproduktif, sehingga dapat hamil dan merawat anak (Child, J.S. et al.,
2009).
maternal dan perinatal pada kehamilan dengan penyakit jantung bawaan. Setelah
operasi reparasi jantung, pasien akan dirawat oleh ahli kandungan bersama dengan
ahli jantung (Child, J.S. et al., 2009). Dari data European Society of Cardiology,
penyakit jantung bawaan merupakan kelainan jantung struktural yang paling sering
2013).
morbiditas pada kehamilan. Dari penelitian terhadap kematian ibu yang dilakukan di
United Kingdom dari tahun 2000 sampai dengan 2002, penyakit jantung merupakan
penyebab paling sering kedua, dengan penyakit jantung bawaan sebesar 20 persen
dari penyebab yang berasal dari penyakit jantung (Lewis G., et al., 2004).
terhadap morbiditas maternal dari tahun 1985 sampai dengan 2006 yang
persen kehamilan, yaitu yang paling sering gagal jantung (5 persen) dan aritmia (4,5
persen). Kondisi yang terkait kardiovaskular seperti infark miokard, stroke, dan
selama 7 tahun, ditemukan bahwa dari 3,6 juta kelahiran terdapat, didapatkan 3.189
of Fallot), dan 262 (0,007%) wanita dengan penyakit jantung bawaan kompleks
(misalnya ventricular septal defect). Ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan
terutama yang kompleks, memiliki risiko lebih besar mengalami gagal jantung
kongestif, aritmia atrial dan ventricular, kematian dalam perawatan di rumah sakit,
Amerika sekitar 8 per 1000 kelahiran. Sepertiganya mempunyai penyakit kritis yang
kehidupannya. Sehingga diperkirakan ada sekitar satu juta orang dewasa yang
kelainan jantung bawaan mempunyai risiko delapan kali lebih besar untuk terjadi
ditemukan, angka kematian maternal karena penyakit jantung bawaan mencapai 1,5
berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan melalui
15
pemeriksaan fisik, oleh karena itu klasifikasi penyakit jantung bawaan tersebut
memiliki kelainan yang lebih sederhana dan tunggal sedangkan penyakit jantung
sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan
seperti kebocoran katup jantung yang masih mungkin menutup sendiri seiring
jantung sejak lahir dan tidak ditandai dengan sianosis. Penyakit jantung bawaan ini
merupakan bagian terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan. Berdasarkan pada
ada tidaknya bising (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar jantung),
Adanya celah pada septum menyebabkan terjadinya aliran shunt dari satu
sisi ruang jantung ke ruang sisi lainnya. Tekanan darah di ruang jantung
sebelah kiri lebih tinggi dibanding sebelah kanan, sehingga aliran shunt yang
terjadi adalah dari kiri ke kanan, menyebabkan aliran darah paru berlebihan.
Aliran shunt ini juga dapat terjadi jika pembuluh darah yang
Darah yang mengalir dari sirkulasi darah yang kaya oksigen ke sirkulasi
darah yang miskin oksigen, maka penampilan pasien tidak biru (asianotik).
jantung kiri maupun kanan. Yang termasuk PJB asianotik dengan aliran
Atrial Septal Defect (ASD) atau defek septum atrium adalah kelainan
akibat adanya lubang pada septum intersisial yang memisahkan atrium kanan
dan kiri. Defek ini meliputi 7-10% dari seluruh insiden penyakit jantung
Berdasarkan letak lubang defek ini dibagi menjadi defek septum atrium
primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum, defek septum atrium
sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovalis dan defek sinus
venosus, bila lubang terletak di daerah sinus venosus, serta defek sinus
koronarius.
kecuali anak sering batuk karena mudah terkena infeksi paru. Bila
Pembedahan dianjurkan untuk semua penderita yang bergejala dan juga yang
lubang atau celah pada septum di antara rongga ventrikel akibat kegagalan
bawaan. Berdasarkan letak defek, VSD dibagi menjadi 3 bagian, yaitu defek
subarterial.
defek. Pada defek yang kecil seringkali asimptomatis dan anak masih dapat
tumbuh kembang secara normal. Sedangkan pada defek baik sedang maupun
besar pasien dapat mengalami gejala sesak nafas pada waktu minum,
meningkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur
normal. Jika terapi awal berhasil, maka shunt akan menutup selama tahun
pada anak dengan risiko rendah (low risk) setelah berusia 15 tahun.
adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini
banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature. Insiden duktus arteriosus
Penderita PDA yang memiliki defek kecil dapat hidup normal dengan
tidak atau sedikitnya gejala, namun defek yang besar dapat menimbulkan
gagal jantung kongestif yang serupa dengan gagal jantung pada VSD. Pada
pasien PDA yang diikuti dengan atresia katup pulmonal, duktus arteriosus
justru dipertahankan untuk tetap terbuka. Pada kasus PDA pada umumnya
Penyakit jantung bawaan jenis ini tidak ditemukan adanya defek yang
jantung, yakni katup atau salah satu bagian pembuluh darah di luar jantung
a) Stenosis pulmonal
adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan
bawaan.
sepanjang hidup pasien. Pada stenosis yang berat akan terjadi pembatasan
jantung ke-2 yang melemah dan terdapat klik ejeksi sistolik. Klik diikuti
dengan murmur ejeksi sistolik derajat I-III pada tepi kiri atas sternum yang
b) Stenosis Aorta
Pada kelainan stenosis aorta, dapat ditemui katup aorta hanya memiliki
dua daun yang seharusnya ada tiga daun, atau katup aorta memiliki bentuk
laki-laki 2:1.
20
besar antara tekanan darah pada ekstremitas atas dengan ekstremitas bawah.
kongesti vena pulmonalis, dan dengan pemeriksaan Doppler pada aorta akan
menimbulkan gejala sianosis. Sianosis yang dimaksud adalah sianosis sentral yang
>5g/dl dalam sirkulasi. Berdasarkan dari gambaran foto dada, PJB sianotik dapat
Berkurang
yang banyak ditemukan, yaitu berkisar 7-10 persen dari seluruh penyakit
melakukan aktifitas fisik tidak tampak adanya sianosis. Pada TOF yang
moderat hingga berat sianosis akan tampak bahkan pada saat anak istirahat.
Seorang anak yang mengidap TOF akan mudah merasa lelah, sesak, dan
terdengar bunyi jantung ke-1 normal sedangkan bunyi jantung ke-2 tunggal
disertai murmur ejeksi sistolik di bagian parasternal sela iga 2-3 kiri.
arteriosus dan memberi aliran darah pulmonal yang cukup sampai prosedur
b) Atresia Pulmonal
septum ventrikel yang masih intak atau disertai dengan defek pada septum
ventrikel. Insiden atresia pulmonal dengan septum yang masih intak atau
22
utuh sekitar 0,7 – 3,1 persen dari keseluruhan penyakit jantung bawaan.
Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal, dan tidak terdengar adanya murmur
pada sela iga 2-3 parasternal kiri karena arteri pulmonal atretik. Pada foto
berkurang.
retriktif. Koreksi total yaitu membuat ligase kolateral baru dilakukan bila
Bertambah
kelainan jantung bawaan sianotik atau 5-10 persen dari keseluruhan penyakit
Pada kelainan terjadi perubahan posisi aorta dan arteri pulmonalis, yaitu
aorta keluar dari ventrikel kanan, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari
ventrikel kiri. Dengan demikian maka kedua sirkulasi sitemik dan paru
terpisah, dan kehidupan hanya dapat berlangsung jika ada komunikasi antara
yang adekuat antara sirkulasi sistemik dan paru serta adanya stenosis
baik dilakukan pada anak saat berusia 1-2 tahun (Baraas F. et al., 1995).
seberapa kuat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Klasifikasi NYHA (New
baik di masa lalu maupun sekarang serta tidak dipengaruhi oleh tanda-tanda fisik.
1) Kelas I (ringan): Tidak terganggu (tidak ada pembatasan aktifitas fisik). Tidak
merasa nyaman saat istirahat, namun muncul gejala seperti sesak, angina, mudah
3) Kelas III (sedang): Terdapat pembatasan aktifitas fisik yang nyata. Pasien
merasa nyaman saat istirahat namun dengan aktifitas ringan sudah muncul gejala
tanpa rasa tidak nyaman). Gejala insufisiensi jantung atau angina dapat timbul
24
saat istirahat dan memberat saat aktifitas fisik (Cunningham et al., 2014).
yang ada, juga melibatkan penyakit jantung penyerta dan faktor komorbiditas
yaitu:
1) mWHO class risk kelas risiko I: tidak terdeteksi adanya peningkatan risiko
mortalitas maternal dan tidak ada atau sedikit peningkatan morbiditas. Risiko
kehamilan sama dengan pasien tanpa penyakit jantung. Angka maternal cardiac
event 2,5-5%.
2) mWHO class riskkelas risiko II: risiko mortalitas maternal sedikit meningkat
3) mWHO class risk II-III: risiko mortalitas maternal meningkat atau morbiditas
maternal meningkat moderate atau berat. Angka maternal cardiac event 10-19%.
4) mWHO class risk kelas risiko III: risiko mortalitas maternal meningkat
5) mWHO class riskkelas risiko IV: risiko maternal sangat tinggi atau morbiditas
maka ditatalaksana seperti WHO class risk III. Angka maternal cardiac event 40-
25
maternal dan janin yang dikandungnya saat hamil, kemungkinan jangka panjang
mengenai morbidity dan mortalitas. Fungsional klas dari The New York Heart
Association (NYHA) selalu digunakan sebagai tolok ukur untuk meramalkan akibat
dari penyakit jantung yang diderita pasien. Wanita dengan NYHA klas III dan IV
akan menghadapi mortality rate sampai 7% dan morbiditas rate lebih dari 30% dan
harus mendapat perhatian yang lebih dalam kehamilan. Ada lima factor yang dapat
dipakai meramalkan komplikasi jantung pada wanita hamil seperti yang dapat dilihat
Riwayat komplikasi penyakit jantung (gagal jantung, transient ischemic attack, stroke, aritmia)
NYHA kelas III/IV
Obstruksi jantung kiri (moderate sampai dengan berat)
Penurunan fungsi ventrikel sistemik sistolik (ejection fraction<40%)
Penurunan fungsi ventrikel subpulmonar (TAPSE<16mm)
Regurgitasi katup atrioventricular sistemik (moderate sampai dengan berat)
Regurgitasi katup atrioventricular pulmonary (moderate sampai dengan berat)
Hipertensi arteri pulmonar
Riwayat pengobatan penyakit jantung sebelum kehamilan
Sianosis (saturasi oksigen <90%)
27
Kadar natriuretic peptide (NT-proBNP >128 pg/mL pada usia kehamilan 20 minggu)
Riwayat merokok
Prostesis katup mekanis
Penyakit jantung sianotik yang dapat dikoreksi maupun yang tidak dapat dikoreksi
NYHA kelas III/IV atau penyakit jantung sianosis selama kunjungan antenatal
Obstruksi jantung kiri ibu
Riwayat merokok selama kehamilan
Saturasi oksigen rendah (<90%)
Kehamilan ganda
Penggunaan obat antikoagulan selama kehamilan
Pengobatan jantung selama kehamilan
Penyakit jantung sianotik saat persalinan
Prostesis katup mekanis jantung
Komplikasi jantung ibu saat kehamilan
Penurunan cardiac output ibu saat kehamilan
Aliran Doppler uteroplacental tidak normal
medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah
mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah ini
Pada saat kehamilan, kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan
saling mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan
pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi
> kelas II atau sianosis, adanya obstruksi jantung kiri, merokok selama kehamilan,
multiple merupakan beberapa prediksi yang dapat berpengaruh terhadap luaran bayi.
janin yang tinggi sebesar 30% (Ruys, 2013). Kasus aborsi juga semakin meningkat
dengan adanya gangguan jantung ibu yang lebih kompleks. Komplikasi kehamilan
dengan penyakit jantung sebesar 12% dan akan lebih sering pada kasus yang lebih
dilakukan oleh Gelson et.al. di Rumahsakit Westminster dan Chelsea dari tahun
29
1994 sampai dengan 2010. Didapatkan komplikasi luaran perinatal lebih tinggi pada
disbanding dengan 15%), meliputi 13% persalinan preterm, 25% small for
gestational age, dan 2% kematian perinatal. Keadaan sianosis ibu dan berkurangnya
komplikasi perinatal tersebut muncul. Diduga dengan adanya penyakit jantung maka
akan membatasi peningkatan cardiac output pada ibu sehingga suplai darah
Ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan memiliki risiko komplikasi yang
tinggi. Kondisi terkait klasifikasi modified-WHO yang lanjut (kelas III-IV), riwayat
pengobatan, dan IMT (indeks massa tubuh) yang tinggi diketahui berhubungan
dengan peningkatan risiko komplikasi kehamilan pada ibu dengan penyakit jantung
September 2016) pada 52 ibu dari 117 kehamilan didapatkan komplikasi pada janin
sebesar 11,2% dari kehamilan, yaitu kematian janin usia previable sebesar 3,7%,
kelahiran preterm sebesar 10,3%, dan kecil masa kehamilan sebesar 3,7% (Ntiloudi,
perinatal pada kehamilan dengan penyakit jantung meliputi asfiksia ringan sampai
dengan berat, bayi berat lahir rendah, lahir premature, IUFD (intra uterine fetal
death), stillbirth, kematian bayi dalam 7 hari setelah lahir (Wiyati, et al, 2013).
30
Menurut Kinsella et.al., komplikasi neonatus paling sering pada ibu dengan
penyakit jantung bawaan adalah kecil masa kehamilan yaitu sebesar 10%, dengan
tanpa mortalitas. Didapatkan tiga neonatus dengan penyakit jantung bawaan atau
sebesar 1%.
Kloster S., et al. melakukan penelitian cohort pada tahun 1997 sampai
dengan 2014 terhadap wanita hamil dengan penyakit jantung bawaan. Peningkatan
risiko kelahiran preterm dan kecil masa kehamilan terjadi pada wanita hamil dengan
penyakit jantung bawaan. Peningkatan risiko ini terjadi pada semua usia ibu dengan
Penelitian cohort juga dilakukan oleh Chilikov A., et al. (2020), hasil yang
serupa didapatkan pada bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit jantung bawaan
memiliki kecenderungan berat lahir rendah 1,5 kali dibanding ibu tanpa penyakit
jantung bawaan. Ibu dengan penyakit jantung bawaan juga berisiko persalinan
dengan operasi Caesar 1,4 kali disbanding ibu tanpa penyakit jantung bawaan.
Menurut Kinsella et.al., komplikasi neonatus paling sering pada ibu dengan penyakit
jantung bawaan adalah kecil masa kehamilan yaitu sebesar 10%, dengan tanpa
mortalitas. Didapatkan tiga neonatus dengan penyakit jantung bawaan atau sebesar
1%.
HarARtaAfwijkingen) oleh Oudijk M.A., et.al. pada tahun 2019 yang melibatkan
1190 ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan dan 69 kelompok control dari
beberapa rumahsakit tersier di Belanda dan Belgia. Ibu dengan penyakit jantung
kcontrol. Hasil penelitian ini adalah semakin kompleks penyakit jantung bawaan
(makin tinggi grup klasifikasi WHO) maka semakin tinggi pula angka kejadian
operasi Caesar yang dikarenakan alasan kardiak serta komplikasi perinatal, meliputi
SGA (small for gestational age), kelahiran preterm, dan kematian perinatal.
Ibu dengan BMI rendah dan penambahan berat badan yang kurang
Faktor gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol dan atau obat-obatan, serta gizi
buruk)
Diabetes pregestasional
Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi luaran lahir kurang bulan pada
kehamilan yaitu:
32
Faktor Lingkungan (merokok, penambahan berat badan ibu yang kurang, ibu
dengan obesitas dan overweight, penggunaan obat terlarang, usia ibu yang
terlalu muda atau lanjut, kemiskinan, postur pendek, defisiensi vitamin C, faktor
fisiologis (depresi, cemas, dan stres kronis, pelecehan fisik), bekerja fisik dalam
Faktor Genetik
Penyakit periodontis
Preeklamsia
Diabetes gestasional
Primigravida
Presentasi bokong
Demam pada ibu, komplikasi tali pusat (prolapse tali pusat), disporporsi kepala
Resusitasi neonates
Gawat janin
Oligohidramnion
Ras Afrika-Amerika
Diabetes
Penyakit ginjal
Thrombophilia
Kolestasis
Obesitas
Riwayat IUGR
Riwayat IUFD
34
B. Kerangka Teori
Kelainan kongenital
Luaran perinatal
(Wiyati, et al., 2013; Cunningham, et al., 2014; Nyiloudi D., et al., 2017; Regitz-
Zagrosek, et al., 2018; Oudijk, et al., 2019, Chilikov A., et al., 2020))
C. Kerangka Konsep
Variabel luar
36
D. Hipotesis Penelitian
1) Luaran perinatal pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class
risk I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih baik dibanding dengan penyakit jantung
2) Luaran IUGR pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class risk
I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih sedikit dibanding dengan penyakit jantung
3) Luaran lahir kurang bulan pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan
WHO class risk I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih sedikit dibanding dengan
4) Luaran bayi asphyxia asfiksia pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan
WHO class risk I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih sedikit dibanding dengan
5) Luaran IUGR pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class risk
I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih baik dibanding dengan penyakit jantung bawaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan membandingkan luaran perinatal pada ibu
hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class risk I-II disbanding dengan
WHO class risk III-IV. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta karena RSUP
Dr. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan tersieringkat III, yaitu dimana
merupakan rumah sakit rujukan untuk kasus kehamilan dengan penyakit jantung.
2. Waktu Penelitian
mengambil rekam medis dengan rentang waktu dari Januari 2012 sampai dengan
Desember 2019.
C. Subyek Penelitian
1. Batasan Populasi
Subyek penelitian ini adalah pasien hamil dengan penyakit jantung bawaan
yang melahirkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
kelainan kongenital.
2. Besar sampel
dimasukkan kedalam rumus besar sampel untuk studi kohort sebagai berikut:
n1 = n2 = Z2PQ+ZP1Q1+P2Q2
2
P1-P2
Keterangan:
n1= jumlah sampel yang diperlukan kelompok WHO class risk III-IV
n2= jumlah sampel yang diperlukan kelompok WHO class risk I-II
P1= Proporsi WHO class risk III-IV yang mengalami persalinan preterm 25%
P2= Proporsi WHO class risk I-II yang mengalami persalinan preterm 9,8% (Oudijk,
M.A., 2019)
Q1= 1-P1
Q2= 1-P2
sebesar 20%
40
sehingga jumlah total subyek untuk persalinan preterm adalah 106 penelitian.
Sedangkan untuk IUGR didapatkan nilai ni=n2=48, sehingga jumlah total subyek
penelitian untuk IUGR adalah 96 subyek. Oleh karena itu dibutuhkan subyek
semua varaibel yang diperoleh dari akan menggunakan rekam medis sebagai
instrumen penelitian.
42
Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat dan multivariat Analisis data
análisis bivariat dan multivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk anaálisis data
variabel dependent yaitu dengan menggunakan uji chi-square karena untuk variabel
berskala nominal. Saat dilakukan pengujian variabel yang ada nilai 0 akan dilakukan
pendekatan penghitungan (RR) dengan memberi tambahan nilai 0,5. , sedangkan uji
multivariat dengan uji regresi logistik terhadap variabel yang memiliki nilai
7. Etika Penelitian
langsung, sehingga nilai hormat (respect) dan manfaat (beneficience) dapat dipegang
teguh. Dalam penelitian ini peneliti juga tidak melakukan intervensi terhadap jenis
prinsip keadilan (justice) karena randomisasi juga tidak dilakukan. Penelitian ini
dengan tidak mengekspos hal-hal yang berkaitan dengan identitas maupun catatan
8. Jalannya Penelitian
input data
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Sampel penelitian merupakan didapat dari data sekunder yang diperoleh dari
rekam medis RSUP Dr. Sardjito sejak 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember
2019. Jumlah persalinan di RSUP Dr. Sarjito sejak 2012 sampai dengan 2019
berjumlah adalah 9214 persalinan, dengan 162 persalinan yang masuk ke dalam
kriteria inklusi penelitian ini, terdiri dari 24 subjek (14,8%) dengan WHO class risk
I, 45 subjek (27,8%) WHO class risk II, 26 subjek (16%) WHO class risk III, dan 67
Frekuensi Persen
WHO I 24 14.8
II 45 27.8
III 26 16.0
IV 67 41.4
Total 162 100.0
2. Karakteristik Penelitian
kelompok pertama WHO class risk I-II dan kelompok lainnya WHO class risk III-
IV. Kelompok WHO class risk I-II berjumlah 69 sampel, sedangkan kelompok
Kelas III- p
Kelas I-II
IV
46
n (%) n (%)
atau atau
Median Median
(min- (min-
max) max)
Umur (tahun)
<20&> 0,642$
10 14,5% 16 17,2%
35 tahun
20-35
59 85,5% 77 82,8%
tahun
Paritas
Nullipar 0,948$
36 52,2% 49 52,7%
a
Multipa
33 47,8% 44 47,3%
ra
Usia
Kehami
lan
Preterm 18 26,1% 56 60,2% 0,000$
Aterm 51 73,9% 37 39,8%
Meroko
k Ya 0 0.0% 0 0.0% -
Tidak 66 100.0% 91 100.0%
Terapi
jantung Ya 28 40,6% 58 62,4% 0,006*$
cardio Tidak 41 59,4% 35 37,6%
Penyakit penyerta
Ya 19 27,5% 35 37,6% 0,178
Tidak 50 72,5% 58 62,4%
Karakteristik ibu dngan PJB yang masuk ke dalam penelitian ini tergambar
pada tabel di atas. Usia ibu dengan PJB pada kedua kelompok memiliki rata-rata
pada rentang usia produktif (20 – 35 tahun), yaitu usia 27 tahun pada kelompok
WHO class risk I-II dan usia 28 tahun pada kelompok WHO class risk III-IV. Kasus
terbanyak juga terjadi pada usia produktif di kedua kelompok (20 – 35 tahun).
Sedangkan usia kehamilan yang dominan pada kedua kelompok berbeda. Jika pada
kelompok WHO kelas I-II lebih banyak terjadi persalinan pada usia kehamilan
aterm sebesar 73,9%, namun sebaliknya pada kelompok III-IV, persalinan terjadi
lebih banyak pada usia preterm yaitu sebanyak 60,2%.. Pada kelompok WHO class
risk I-II usia ibu paling muda adalah 18 tahun dan paling tua adalah 41 tahun.
47
Sedangkan pada kelompok WHO class risk III-IV usia ibu paling muda adalah 19
Jumlah ibu dengan PJB yang nullipara lebih besar dibanding multípara pada kedua
kelompok, yaitu 52,2% dari kelompok WHO class risk I-II dan 52,7% dari
kelompok WHO class risk III-IV. Pada kelompok WHO class risk I-II rata-rata
persalinan aterm yaitu 38 minggu, sedangkan pada kelompok WHO class risk III-IV
Usia kehamilan yang dominan pada kedua kelompok berbeda. Jika pada
kelompok WHO kelas I-II lebih banyak terjadi persalinan pada usia kehamilan
aterm sebesar 73,9%, namun sebaliknya pada kelompok III-IV, persalinan terjadi
Semua ibu dengan PJB tidak memiliki kebiasaan merokok, hal ini ditemui
100% dari sampel penelitian. Ibu dengan PJB pada kelompok WHO class risk III-
IV, sebagian besar mendapatkan terapi dari bagian kardiologi dari bagian
kardiologi(, yaitu sebesar 62,4%). Sedangkan pada kelompok WHO class risk I-II
sebagian besar ibu tidak mendapatkan terapi dari bagian kardiologi (dari bagian
2. Analisis Bivariat
uji Chi-Square karena variabel berskala nominal. dan uji Mann-Whitney. Uji Chi-
2.1. Hubungan antara kelompok WHO class risk dengan persalinan preterm.
48
Persalinan preterm (55,9%) lebih banyak pada kelompok ibu dengan PJB
WHO class risk III-IV dibandingkan dengan kelompok WHO class risk I-II
(22,1%), dengan nilai risiko relative (RR) sebesar 2,54 (95%CI 1,57-4,10), yang
bermakna secara statistik dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan ibu
dengan PJB WHO class risk III-IV memiliki risiko persalinan preterm 2,54 kali
lebih tinggi dibandingkan kelompok WHO class risk I-II, yang bermakna secara
statistik (p<0,05).
Persalinan Preterm
persalinan preterm
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 52 55.9% 41 44.1% 0,000 2,54 1,57-4,10
I-II 15 22.1% 53 77.9%
2.2. Hubungan antara kelompok WHO class risk dengan Intrauterine Growth
Retardation (IUGR).
Ibu dengan PJB WHO class risk III-IV memiliki luaran IUGR lebih besar
dibanding kelompok WHO class risk I-II, yaitu 24,7% dibanding 13%. Dengan nilai
RR 1,89 (95%CI 0,94-3,84), IUGR terjadi 1,89 kali lebih besar pada kelompok
WHO class risk III-IV, namun tidak bermakna secara statistik, dengan p=0,065
(p>0,05).
Tabel 10. Hubungan Antara Kelompok WHO Class Risk dengan IUGR.
IUGR
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 23 24.7% 70 75.3% 0,065 1,89 0,94-3,84
I-II 9 13.0% 60 87.0%
49
Bayi yang lahir dari ibu dengan PJB WHO class risk III-IV berisiko lebih
besar 10,57 kali dibanding kelompok WHO class risk I-IIjumlah 13 (14,1%)
mengalami asfiksia, sedangkan ibu dengan PJB WHO class risk I-II tidak ada yang
mengalami asfiksia. Hasil ini bermakna secara statistik, dengan p=0,001 (p<0,05).
Tabel 11. Hubungan antara kelompok WHO class risk dengan asfiksia.
Asfiksia
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 13 14.1% 79 85.9% 0,001 10,57- 1,42 – 78,54-
I-II
0 0.00% 69 100.0%
2.4. Hubungan antara kelompok WHO class risk dengan Intrauterine Fetal
Death (IUFD).
Ibu dengan PJB pada kelompok WHO class risk III-IV memiliki luaran
IUFD sebanyak tiga bayi (3,2%), sedangkan pada kelompok WHO class risk I-II
tidak ada bayi yang mengalami IUFD, namun hasil ini tidak bermakna secara klinis
p=0,262 (p>0,05).
Tabel 12. Hubungan antara kelompok WHO class risk dengan IUFD.
IUFD
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 3 3.2% 90 96.8% 0,262 2,99- 0,34-26,17-
I-II 0 0.0% 69 100.0%
Dari tabel 13 didapatkan variabel luar yaitu usia dan terapi dari bagian
ibu dengan PJB, p=0,698 (p>0,05). Sedangkan adanya komorbid atau penyakit
penyerta meningkatkan risiko persalinan preterm, sebesar 1,71 kali lipat, yang
lahir preterm
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
Usia <20&>35 tahun 11 42.3% 15 57.7% 0,938 1,02 0,62-1,67
20-35 tahun 56 41.5% 79 58.5%
Terapi jantung Ya 37 43.0% 49 57.0% 0,698 1,08 0,74-1,56
cardio Tidak 30 40.0% 45 60.0%
Penyakit penyerta Ya 31 57.4% 23 42.6% 0,004 1,71 1,20-2,43
Tidak 36 33.6% 71 66.4%
Tabel 14 menunjukkan bahwa luaran perinatal IUGR pada ibu dengan PJB
tidak dipengaruhi oleh usia ibu, pemberian terapi dari bagian kardiologi, dan adanya
penyakit penyerta.
IUGR
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
Usia <20&>35 tahun 2 7.7% 24 92.3% 0,092 0,35 0,09-1,37
20-35 tahun 30 22.1% 106 77.9%
Terapi Ya 18 20.9% 68 79.1% 0,689 1,14 0,61-2,13
jantungcardio Tidak 14 18.4% 62 81.6%
Penyakit penyerta Ya 13 24.1% 41 75.9% 0,329 1,37 0,73-2,56
Tidak 19 17.6% 89 82.4%
dengan asfiksia, yaitu sebesar 2,01 kali, tidak bermakna secara statistik, p=0,216
(p>0,05). Adanya penyakit penyerta pada ibu selain PJB juga meningkatkan risiko
51
bayi asfiksia, sebesar 3,17 kali lebih besar, namun tidak bermakna secara statistik,
p=0,034 (p>0,05).
Asfiksia
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
Usia <20&>35 tahun 0 0.0% 26 100.0% 0,130 0,35 0,05-2,55
20-35 tahun 13 9.6% 122 90.4%
Terapi jantung Ya 9 10.6% 76 89.4% 0,216 2,01 0,65-6,27
Tidak 4 5.3% 72 94.7%
Penyakit penyerta Ya 8 14.8% 46 85.2% 0,034 3,17 1,09-9,23
Tidak 5 4.7% 102 95.3%
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa usia ibu dan pemberian terapi dari bagian
kardiologi tidak berpengaruh terhadap terjadinya IUFD pada ibu dengan PJB.
Sedangkan ibu dengan PJB yang mendapat terapi dari bagian kardiologi dan
luaran perinatal IUFD lebih besar, yaitu sebesar empat kali lipat, namun hasil ini
IUFD
Ya Tidak p RR CI 95%
n % n %
Usia <20&>35 tahun 0 0.0% 26 100.0% 1,000 1,23 0,14-10,61
20-35 tahun 3 2.2% 133 97.8%
Terapi jantung Ya 3 3.5% 83 96.5% 0,248 3,55 0,41-31,05
Tidak 0 0.0% 76 100.0%
Penyakit penyerta Ya 2 3.7% 52 96.3% 0,258 4,00 0,37-43,14
Tidak 1 0.9% 107 99.1%
3. Analisis multivariat
52
multivariat adalah variabel yang memiliki p<0,25 pada anaálisis bivariat.. Analisis
preterm didapatkan ibu dengan PJB WHO class risk III-IV memiliki risiko lebih
besar 4,3648 kali lipat dibanding kelompok WHO class risk I-II, yang bermakna
secara statistik (p<0,05). Selain itu, adanya penyakit penyerta pada ibu juga
meningkatkan risiko persalinan preterm, sebesar 2,55 kali lebih besar, yang
lahir preterm
Ya Tidak p OR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 52 55.9% 41 44.1% 0,000* 4,36 2,12-8,96
I-II 15 22.1% 53 77.9%
Penyakit penyerta Ya 31 57.4% 23 42.6% 0,010 2,55 1,25-5,20
Tidak 36 33.6% 71 66.4%
class risk III-IV memiliki risiko luaran perinatal IUGR lebih tinggi dibanding
kelompok WHO class risk I-II, yaitu sebesar 2,2845 kali lipat, yang tidak bermakna
secara statistik, p=0,058 (p>0,05). Sedangkan usia ibu tidak berpengaruh terhadap
IUGR
Ya Tidak p OR CI 95%
n % n %
WHO Class Risk III-IV 23 24.7% 70 75.3% 0,058 2,28 0,97-5,34
I-II 9 13.0% 60 87.0%
53
Dari tabel 19 tampak hasil analisis multivariat terhadap asfiksia. Ibu dengan
PJB WHO kelompok class risk III-IV memiliki risiko asfiksia lebih besar dibanding
kelompok WHO class risk I-II, namun tidak bermakna secara statistik, p=0,997
(p<0,05). Pemberian terapi dan adanya penyakit penyerta selain PJB pada ibu juga
Asfiksia
Ya Tidak p OR CI 95%
n % n %
WHO class risk III-IV 13 14.1% 79 85.9% 0,997 214015269,9 0-∞
I-II 0 0.0% 69 100.0%
Usia <20&>35 tahun 0 0.0% 26 100.0% 0,998 0,00 0-∞
20-35 tahun 13 9.6% 122 90.4%
Terapi jantung Ya 9 10.6% 76 89.4% 0,501 1,57 0,42-5,80
Tidak 4 5.3% 72 94.7%
Penyakit penyerta Ya 8 14.8% 46 85.2% 0,066 3,19 0,93-11,0
Tidak 5 4.7% 102 95.3%
Dilakukan analisis multivariat terhadap IUFD, ibu hamil dengan PJB WHO
class risk III-IV lebih berisiko mendapatkan luaran perinatal IUFD, namun hasil ini
dengan PJB yang mendapat terapi dari bagian kardiologi juga memiliki risiko IUFD
IUFD
54
Ya Tidak p OR CI 95%
n % n %
WHO class risk III-IV 3 3.2% 90 96.8% 0,997 28796922,6 0-∞
I-II 0 0.0% 69 100.0%
Penyakit penyerta Ya 2 3.7% 52 96.3% 0,997 3353867,7 0-∞
Tidak 1 0.9% 107 99.1%
B. PEMBAHASAN
ini didapatkan angka persalinan preterm lebih tinggi pada kelompok WHO class risk
III-IV. Dari hasil analisis bivariat antara kelompok WHO class risk dengan
persalinan preterm, didapatkan kelompok WHO class risk III-IV berisiko berisiko
2,54 kali lebih tinggi, yang bermakna secara statistik (p<0,05). Dilakukan juga
analisis bivariat antara penyakit penyerta dengan persalinan preterm dengan hasil
ibu dengan penyakit penyerta lebih berisiko 1,71 kali lipat, yang juga bermakna
secara statistik (p<0,05). Selanjutnya dilakukan analisis multivariat terhadap
persalinan preterm, kelompok WHO class risk III-IV berisiko 4,36 kali lebih besar
dibanding kelompok WHO class risk I-II, yang bermakna signifikan (p<0,05), selain
itu penyakit penyerta juga mengakibatkan risiko 2,55 kali lebih tinggi terjadinya
persalinan preterm, yang bermakna secara statistik (p<0,05).
Menurut Cunningham, et.al., salah satunya faktor risiko luaran perinatal
IUGR adalah kondisi hipoksia kronis pada ibu meliputi penyakit jantung sianotik,
preeklampsia, hipertensi kronis. Kondisi hipoksia kronis ini akan menggangu
pertumbuhan janin. Penelitian yang dilakukan WIyati, et.al. di RS Kariadi tahun
2013 menyebutkan bahwa salah satu luaran perinatal pada kehamilan dengan
penyakit jantung adalah bayi berat lahir rendah. Kondisi hipoksia pada ibu
menyebabkan pembatasan pada peningkatan cardiac ouput ibu sehingga
menurunkan suplai darah uteroplasenta, selanjutnya menyebabkan janin mengalami
IUGR (Gelson, E., et.al., 2011).
Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat, didapatkan hasil kelompok
WHO class risk III-IV berisiko 1,89 kali lebih besar dibanding kelompok WHO
class risk I-II, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Selanjutnya
dilakukan analisis multivariat, didapatkan hasil yang sama dengan hasil analisis
bivariat yaitu kelompok WHO class risk III-IV memiliki risiko lebih besar, dengan
hasil yang juga tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Variable luar yang diteliti
(usia ibu, terapi dari bagian kardiologi, dan penyakit penyerta) diketahui tidak
berpengaruh terhadap kejadian luaran perinatal IUGR pada ibu hamil dengan PJB.
Dilakukan analisis bivariat, kelompok WHO class risk III-IV berisiko lebih
besar 10,57 kali, yang bermakna secara statistik (p<0,05). Pada kelompok WHO
class risk I-II tidak didapatkan bayi yang asfiksia. Hal ini menunjukkan risiko luaran
perinatal semkin tinggi klasifikasi WHO, maka semakin tinggi juga risiko
56
dilakukan analisis multivariat yang mendapatkan hasil yang sama dengan analisis
bivariat, yaitu adanya penyakit penyerta pada ibu dengan PJB juga dapat
meningkatkan risiko mendapat luaran perinatal IUFD. Sehingga pada ibu hamil
dengan PJB yang juga memiliki penyakit penyerta maka akan meningkatkan risiko
mendapatkan luaran perinatal IUFD.
C. Kelemahan Penelitian
Data penelitian diambil dari data rekam medis pasien yang dipinjam dari
rumah sakit dengan menggunakan metode kohort retrospektif, sehingga ada
beberapa faktor yang menggangu luaran perinatal yang tidak diteliti oleh peneliti.
Selain itu jumlah sampel luaran perinatal IUGR, asfiksia, dan IUFD minimal,
sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar. Kekuatan penelitian ini
dihitung ulang dengan data yang ada menggunakan rumus sebagai berikut:
Z = n x (P1-P2) - Z2PQ
(P1Q1+P2Q2)
Faktor koreksi:
P= P1+CxP2
1+C
Keterangan:
Z = kekuatan penelitian
n = besar sampel kelompok terpajan
P1 = proporsi WHO class risk III-IV mengalami IUGR (24,7%) dan IUFD (3,2%),
asfiksia (14,1%)
P2 = proporsi WHO class risk I-II mengalami IUGR (13,0%) dan IUFD (0,0%),
asfiksia (0,0%)
Z = 1,64 (kesalahn tipe I ditetapkan 5%)
Q2 = 1-P2
Q1 = 1-P1
P = ½ (P1+P2)
Q = 1-P
58
Penyakit jantung bawaan pada ibu hamil diketahui dapat berakibat terhadap
maternal maupun perinatal. Pada penelitian ini didapatkan jumlah ibu hamil yang
melahirkan di RSUP dr Sardjito sejak Januari 2012 sampai dengan Desember 2019
sebanyak 9214 wanita. Sedangkan jumlah ibu hamil dengan penyakit jantung
bawaan sejak Januari 2012 sampai dengan Desember 2019 yang melahirkan di
BAB V
A. Kesimpulan
1. Luaran perinatal pada ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class
risk I-II di RSUP Dr. Sardjito lebih baik dibanding dengan penyakit jantung
2. Ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan WHO class risk III-IV berisiko 4,36
3. Ibu dengan penyakit jantung bawaan WHO class risk III-IV berisiko lebih besar
mendapatkan luaran perinatal asfiksia, IUGR, dan IUFD, namun tidak bermakna
secara statistik.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga
mempengaruhinya.
2. Perlu dilakukan penelitian ibu hamil dengan penyakit jantung bawaan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Aslam H.M. et. Al., 2014. Risk Factors of Birth Asphyxia. Italian Journal of Pediatrics.
60
Baraa F., 1995. Penyakit Jantung pada Anak : Kardiologi Klinis dalam Praktek Diagnosis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bherman, et. Al., 2012. Nelson Ilmu kesehatan Anak 15th ed vol 2. Jakarta: EGC.
Child, J.S., et al., 2009. Management of Pregnancy and contraception in Congenital Heart
Disease. In: Congenital Heart Disease in Adults, 3rd ed, Saunders/Elsevier.
Chilikov, A., Wainstock, T., Sheiner. E., Pariente, G., 2020. Perinatal Outcome and Long-
term Offspring Cardiovascular Morbidity of Women With Congenital Heart
Disease. European Journal of Obstetric & Gynecology and Reproductive Biology.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2020.01. 038.
Cuningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.J., Spong, C.Y., Dashe, J.S., Hoffman, B.L.,
Casey, B.M., Sheffield, J.S. 2014. Williams Obstetrics 24 th edition. The Mc Graw
Hill Education.
Engle, M.A., et.al., 1982. Pregnancy and its outcome in women with and without surgical
treatment of congenital heart disease, 50(3), pp 641.
Gelson, E., Curry, R., Gatzoulis, M.A., Swan, L., Lupton, M., Steer, P., Johnson, M. 2011.
Effect of Maternal Heart Disease on Fetal Growth. Obstetrics & Gynecology. April
2011: Volume 117 – Issue 4 – p 886-891.
Hayward, R.M., et.al., 2017. Maternal and fetal outcomes of admission for delivery in
women with congenital heart disease. JAMA Cardiol.
Kinsella, C.M., Thorne, S.A., Chong H., Clift, P.F., Peraza, R.V., Torga, J.E.P., Rubio,
P.A.R., 2019. Delivery outcomes in women with congenital heart disease: results
from the Cuban National Programme for Pregnancy and heart disease. Journal of
Congenital Cardiology, pp 3:4.
Kloster S., Janne S.T., Olsen M.S., Johnsen S.P., Sondergaard L., Nielsen D.G., Ersboll
A.K., 2019. Neonatal Risk in Children of Women With Congenital Heart Disease: A
Cohort Study With Focus on Socioeconomic Status. Journal of the American Heart
Association, 2019;8:e013491.
Kusumaningtyas, T., Hadiati, D.R., Nurdiati, D.S., 2019. Perbandingan Luaran Persalinan
Pada Ibu dengan Penyakit Jantung Bawaan yang Melahirkan Secara Seksio Sesarea
dan Vaginal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah FKKMK UGM
Yogyakarta.
Lewis G., et al., 2004. Why mothers die 2000-2002. The sixth report of confidential
enquiries into maternal deaths in the United Kingdom, RCOG Press, London.
61
McAnulty JH, Metcalfe J, Ueland K., 1999. Heart disease and preganancy. In Alexander
RW, Schlant RC, Fuster V, O'Rourke, Roberts R, and Sonnenblick EH. Hurst's The
th
Heart; 9 ed. Mc Graw-Hilllnternational: New York, p. 2271-88.
Ntiloudi, D., Zegkos, T., Bazmpani, M.A., Parcharidou, D., Panagiotidis, T.,
Hadjimiltiades, S., Karvounis, H., Giannakoulas, G., 2017. Pregnancy Outcome in
Women with Congenital Hear Disease: A Single-Center Experience. Hellenic
Journal of Cardiology. Volume 59, Issue 3, May-June 2018, Pages 155-159.
http://doi.org/10.1016/j.hjc.2017.08.008.
Oakley, C., Warnes, C.A., 2007. Heart disease in pregnancy. 2nd ed. Massachusetts:
Blackwell Publishing; p. 1-5.
Oudijk, M.A., Hoek, A., Siegmund, A.S., Bouma, B.J., Visser, D.R., Pieper, P.G., 2019.
Obstetric and Perinatal Outcome in Women with Congenital Heart Disease.
American Journal Obstetrics and Gynecology. DOI;
https://doi.org/10/1016/j.ajog.2018.11.600.
RCOG, 2011. Cardiac Disease and Pregnancy Good Practice No. 13.
Regitz-Zagrosek, V., Lundqvist, C.B., Borghi, C., Cifkova, R., Ferreira, R., Foidart, J.M.,
Gibss, J.S.R., Gohlke-Baerwolf, C.,Gorenek, B., Iung, B., Kirby, M., Maas,
A.H.E.M., Morais, J.,Nihoyannoppoulos, P., Pieper, P.G., Prebiteroo, P., Roos-
Hesselink, J.W., Schaufelberger, M., Seeland, U., Torraca, L., 20181. ESC
Guidelines on management of cardiovascular disease during pregnancy: The Task
Force on the Management of Cardiovascular Disease during Pregnancy of the
European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal. 322: 3147-3197.
Doi: 10.1093/eurheartj/ehr218.
Retnoningsih, D., Nurdiati, D.S., Hadiati, D.R., 2019. Luaran Bayi Pada Ibu Hamil dengan
Penyakit Jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Analisis Berdasarkan WHO
Risk Classification dan Metode Persalinan. Karya Tulis Ilmiah FKKMK UGM,
Yogyakarta.
Ruys, T.P.E., Cornette, J., Roos-Hesselink, J.W. 2013. Pregnancy and Delivery in Cardiac
disease. Journal of cardiology 61(2): 107-112. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jjcc.2012.11.001.
Shime, J., et al., 1987. Congenital heart disease in pregnancy: short- and long-term
implications, 156(2), pp 313.
62
Wiyati PS, Wibowo B., 2013. Luaran Maternal dan Perinatal pada Hamil dengan Penyakit
Jantung di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 21
No. 1 : 20-30.