Anda di halaman 1dari 14

http://hubud.dephub.go.id/website/IPBerita.

php

Rabu, 03 November 2021 SYARAT PERJALANAN UDARA DI PULAU JAWA-BALI BISA ANTIGEN

SYARAT PERJALANAN UDARA DI PULAU JAWA-BALI BISA


ANTIGEN
Jakarta (3/11/2021) – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan
menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Pandemi Covid-19,
berlaku efektif 3 November 2021. SE terbaru ini mengacu pada SE Satuan Tugas Penanganan
Covid-19 Nomor 22 Tahun 2021 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2021 dan
Nomor 57 Tahun 2021.

Dengan adanya SE terbaru, maka SE Nomor 88 Tahun 2021 sebagaimana diubah dengan SE
93 Tahun 2021, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

"Dalam SE terbaru disebutkan, penerbangan dari atau ke bandara di Pulau Jawa dan Pulau
Bali, serta antarbandara di dalam wilayah Pulau Jawa dan Pulau Bali, bagi pelaku perjalanan
yang sudah mendapatkan vaksin lengkap (dosis kedua), bisa menggunakan Rapid Test Antigen
maksimal 1x24 jam, serta menunjukkan kartu vaksin sebelum keberangkatan," ujar Dirjen
Perhubungan Udara, Novie Riyanto (Rabu, 3/11) di Jakarta.

Sedangkan bagi pelaku perjalanan yang masih mendapatkan satu kali vaksin, wajib
menunjukkan surat keterangan hasil negatif RT-PCR maksimal 3x24 jam dan kartu vaksin,
sebelum keberangkatan.

Adapun untuk penerbangan antar bandara di luar wilayah Pulau Jawa dan Pulau Bali, wajib
menunjukkan surat keterangan hasil negatif Rapid Test Antigen maksimal 1x24 jam, atau surat
keterangan hasil negatif RT-PCR maksimal 3x24 jam, dan kartu vaksin (minimal vaksinasi dosis
pertama), sebelum keberangkatan.

Pengecualian untuk menunjukkan kartu vaksin, diberlakukan kepada pelaku perjalanan,


pertama, usia di bawah 12 tahun. Kedua, pelaku perjalanan dengan kondisi kesehatan khusus,
dengan kewajiban melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah. Ketiga,
angkutan udara perintis dan penerbangan angkutan udara di daerah 3TP (Tertinggal, Terdepan,
Terluar dan Perbatasan), yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing.

Dirjen Novie menjelaskan, "Anak usia di bawah 12 tahun diperbolehkan terbang, dengan
didampingi orang tua atau keluarga, yang dibuktikan dengan menunjukkan kartu keluarga (KK),
serta memenuhi persyaratan test Covid-19 sebagaimana ketentuan wilayahnya,” ujarnya.

Selama pemberlakuan SE terbaru ini, kapasitas penumpang pesawat udara kategori lorong
tunggal (narrow body) dan lorong ganda (wide body), boleh lebih dari 70 persen kapasitas
angkut (load factor).

"Hanya saja, penyelenggara angkutan udara tetap wajib menyediakan tiga baris kursi yang
diperuntukkan sebagai area karantina, bagi penumpang yang terindikasi bergejala Covid-19,"
tutur Dirjen Novie.

Sedangkan untuk kapasitas terminal bandara ditetapkan paling banyak 70 persen, dari jumlah
penumpang waktu sibuk (PWS) pada masa normal.(NF)

http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=ODM0NTFlN2VmODc1NWMyYThmNDY0MDkzYzgwOGY1Mjk=
Jumat, 29 Oktober 2021 Aturan Terbaru Syarat Penerbangan PENERBANGAN DI LUAR JAWA DAN BALI B

PENERBANGAN DI LUAR
JAWA DAN BALI BISA
ANTIGEN
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (29/10/2021) – Kementerian Perhubungan, melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, menerbitkan aturan terbaru tentang syarat penerbangan. Aturan
tertuang dalam Surat Edaran (SE) Menteri Perhubungan Nomor 93 Tahun 2021. Aturan
ini merupakan perubahan atas SE Nomor SE 88/2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Pandemi
Covid-19.

Penerbitan SE baru tersebut mengacu pada Addendum Kedua SE Satuan Tugas


(Satgas) Penanganan Covid-19 Nomor 21/2021. "SE baru ini berlaku efektif mulai 28
Oktober 2021," ucap Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian
Perhubungan, Novie Riyanto pada Kamis (28/10) di Jakarta.

SE terbaru mengatur syarat penerbangan di dalam Jawa-Bali serta dari dan ke Jawa-
Bali dengan ketentuan, pertama, wajib menunjukkan kartu vaksin (minimal dosis
pertama). Kedua, menunjukkan keterangan negatif RT-PCR (sampel maksimal 3x24
jam), sebelum keberangkatan.

Adapun penerbangan antar daerah di luar Jawa dan Bali, calon pelaku perjalanan
disyaratkan, pertama, wajib menunjukkan kartu vaksin (minimal dosis pertama). Kedua,
menunjukkan hasil negatif RT-PCR (sampel maksimal 3x24 jam) atau hasil negatif RT-
antigen (sampel maksimal 1x24 jam), sebelum keberangkatan.

Novie menuturkan, penerbitan aturan baru ini tetap dalam upaya mencegah terjadinya
penyebaran dan peningkatan penularan COVID-19. "Jadi tujuannya untuk melindungi
kita semua dari paparan COVID-19. Walaupun begitu, ada pengecualian untuk
kewajiban menunjukkan kartu vaksin dengan ketentuan yang masih merujuk pada SE
88/2021," ujarnya.

Pengecualian pertama, untuk pelaku perjalanan dengan usia di bawah 12 tahun.


Kedua, bagi yang memiliki kondisi kesehatan khusus dengan persyaratan wajib
melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah, yang menyatakan
bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19.

Ketiga, angkutan udara perintis dan penerbangan angkutan udara di daerah 3TP
(tertinggal, terdepan, terluar dan perbatasan), yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi daerah masing-masing.

Dirjen Novie menuturkan, pada pengecualian pertama, anak-anak yang berusia bawah
12 tahun, harus didampingi orang tua atau keluarga. "Pembuktiannya dengan
menunjukkan kartu keluarga (KK), serta memenuhi persyaratan test Covid-19
sebagaimana ketentuan wilayahnya,” ujarnya.

Selama pemberlakuan SE terbaru tersebut, kata Novie, kapasitas penumpang untuk


pesawat udara berlorong tunggal (narrow body aircraft) dan pesawat berbadan
lebar/lorong ganda (wide body aircraft), dapat lebih dari 70 persen kapasitas angkut
(load factor). "Hanya saja, penyelenggara angkutan udara tetap wajib menyediakan tiga
baris kursi, yang diperuntukkan sebagai area karantina bagi penumpang yang
terindikasi bergejala Covid-19", tutur Dirjen Novie.

Adapun kapasitas terminal bandara ditetapkan paling banyak 70 persen dari jumlah
penumpang waktu sibuk (PWS) pada masa normal.

“Kami terus mengimbau kepada masyarakat para pengguna jasa penerbangan dan
juga kepada operator sarana dan prasarana penerbangan, agar tetap menjaga protokol
kesehatan dengan ketat. Mari kita bersama-sama mencegah penyebaran Covid-19,”
tutur Dirjen Novie.(PW)

http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=ZDcxZjUxNDI0NjNlZmNmNmRjN2JlMjE2Y2Y0NjQ0YjU=
Jumat, 22 Oktober 2021 KEMENHUB RILIS ATURAN TERBARU SYARAT PENERBANGAN

KEMENHUB RILIS ATURAN


TERBARU SYARAT
PENERBANGAN
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (22/10/2021) – Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara menerbitkan aturan terbaru penerbangan. Aturan ini berupa Surat Edaran Nomor 88
Tahun 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi
Udara pada Masa Pandemi Covid-19. Dengan adanya Surat Edaran (SE) ini, maka surat edaran
sebelumnya yakni SE 62/2021 dan SE 70/2021 dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku.

Penerbitan SE Nomor 88/21 tersebut mengacu pada SE Satuan Tugas (Satgas) Penanganan
Covid-19 Nomor 21/2021 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 53/2021,
dan Inmendagri Nomor 54/2021. "SE Nomor 88/2021 berlaku efektif mulai 24 Oktober 2021",
ucap Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Novie Riyanto pada
Jumat (22/10) di Jakarta.

Novie mengungkapkan, dalam SE terbaru diatur bahwa penerbangan dari atau ke bandara di
Pulau Jawa dan Pulau Bali, antarkota di Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta daerah dengan kategori
PPKM Level 4 dan PPKM Level 3, wajib menunjukkan kartu vaksin (minimal vaksinasi dosis
pertama) dan surat keterangan negatif Rapid Test/RT-PCR maksimal 2x24 jam sebelum
keberangkatan.

Sedangkan untuk penerbangan dari dan ke bandara di luar wilayah Jawa dan Bali dengan
kategori PPKM Level 1 dan PPKM Level 2, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif
RT-PCR (sampel maksimal 2x24 jam), atau hasil negatif RT-antigen (sampel maksimal 1x24
jam), sebelum keberangkatan.

Novie memaparkan, ada sejumlah pengecualian untuk kewajiban menunjukkan kartu vaksin.
Pengecualian pertama adalah untuk pelaku perjalanan dengan usia di bawah 12 (dua belas)
tahun. Kedua, pelaku yang punya kondisi kesehatan khusus dengan persyaratan wajib
melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan
bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19.
Ketiga, angkutan udara perintis dan penerbangan angkutan udara di daerah 3TP (Tertinggal,
Terdepan, Terluar dan Perbatasan), yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing.

Dirjen Novie menuturkan, anak-anak berusia di bawah 12 tahun boleh terbang. "Meski
dibolehkan terbang, anak-anak harus didampingi orang tua atau keluarga, pembuktiannya dengan
menunjukkan kartu keluarga (KK) serta memenuhi persyaratan test Covid-19 sebagaimana
ketentuan wilayahnya,” ujarnya.

Selama pemberlakuan edaran ini, kata Novie, kapasitas penumpang untuk pesawat udara
kategori jet transport narrow body dan wide body dapat lebih dari 70% (tujuh puluh persen)
kapasitas angkut/load factor. "Hanya saja, penyelenggara angkutan udara wajib menyediakan
tiga baris kursi yang diperuntukkan sebagai area karantina bagi penumpang yang terindikasi
bergejala Covid-19", tuturnya.

Adapun kapasitas terminal bandara ditetapkan paling banyak 70% dari jumlah Penumpang
Waktu Sibuk (PWS) pada masa normal. (NF)
http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=ZmM4ZmRiMjk1MDFhNjI4OWI3YmM4YjBiZGQ4MTU1ZGY=
KEMENHUB PERBARUI PERSYARATAN PERJALANAN ORANG DALAM NEGERI DE
Rabu, 11 Agustus 2021
UDARA

PERJALANAN ORANG
DALAM NEGERI DENGAN
TRANSPORTASI UDARA
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (11/8/2021) – Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto
menjelaskan Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan
Transportasi Udara Pada Masa Pandemi Covid-19 melalui Surat Edaran Nomor SE 62
Tahun 2021, yang berlaku 11 Agustus 2021. Tujuan penetapan SE ini yaitu mencegah
terjadinya penyebaran dan peningkatan penularan Covid-19 dengan cara melakukan
pembatasan pelaku perjalanan dalam negeri dengan moda transportasi udara, jelasnya
hari ini, Rabu (11/8) di Jakarta.

“Untuk penerbangan dari atau ke bandar udara Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta
daerah yang ditetapkan melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai daerah dengan
kategori PPKM Level 4 dan PPKM Level 3, wajib menunjukkan kartu vaksin (minimal
vaksinasi dosis pertama) dan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR yang
sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan”,
jelasnya.

Sedangkan penerbangan antar bandar udara di Pulau Jawa dan Pulau Bali selain
persyaratan di atas bisa juga dengan menunjukkan kartu vaksin (vaksinasi dosis kedua)
dan surat keterangan hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam
kurun waktu maksimal 1x24 jam sebelum keberangkatan.

Sementara itu penerbangan dari dan ke bandar udara di luar wilayah Pulau Jawa dan
Pulau Bali yang ditetapkan melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai daerah
dengan kategori PPKM Level 1 dan PPKM Level 2, wajib menunjukkan surat
keterangan hasil negatif tes RT-PCR (sampel maksimal 2x24 jam) atau hasil negatif
rapid test antigen (sampel maksimal 1x24 jam) sebelum keberangkatan.

“Persyaratan kesehatan tersebut dikecualikan bagi penerbangan Angkutan Udara


Perintis, penerbangan Angkutan Udara di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)
dan pelaksanaannya sesuai dengan kondisi daerah masing-masing”, tambahnya.

Adapun kewajiban menunjukkan kartu vaksin dikecualikan bagi kondisi kesehatan


khusus, maka wajib melampirkan surat keterangan dokter dari Rumah Sakit Pemerintah
yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti
vaksinasi Covid-19.

“Untuk sementara waktu, bagi anak-anak usia di bawah 12 (dua belas) tahun tidak
diperkenankan melakukan perjalanan dalam negeri antar batas wilayah administrasi
provinsi/kabupaten/kota”, tegas Dirjen Novie.

Surat edaran ini juga mengatur ketentuan bagi Penyelenggara Angkutan Udara,
diantaranya mewajibkan penumpang pesawat udara mencantumkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) pada saat reservasi tiket, serta menghimbau penumpang pesawat
udara untuk menggunakan Sistem Informasi Satu Data Covid-19 PeduliLindungi.

“Selama perberlakuan edaran ini, maka penyelenggara angkutan udara wajib


menerapkan physical distancing di dalam pesawat udara, maksimal 70% (tujuh puluh
persen) kapasitas angkut pesawat kategori jet transport narrow body dan wide body.
Untuk operasional bandar udara tetap wajib melayani operasional seperti angkutan
logistik, kepentingan darurat/mendesak dan technical landing”, imbuhnya.

Sebagai informasi, SE 62 Tahun 2021 ini sejalan dengan ditetapkannya Surat Edaran
Satgas Covid-19 Nomor 17 Tahun 2021. Sehingga SE sebelumnya Nomor 57 Tahun
2021 otomatis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (NF)

http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=ZDFmNDRlMmYwOWRjMTcyOTc4YTRkMzE1MWQxMWQ2M2U=
SURAT EDARAN TERBARU PERSYARATAN PERJALANAN ORANG DALAM NEGERI DE
Selasa, 27 Juli 2021
UDARA

PERJALANAN ORANG
DALAM NEGERI DENGAN
TRANSPORTASI UDARA
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (27/7/2021) – Kementerian Perhubungan kembali menyesuaikan Petunjuk
Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara Pada Masa
Pandemi Covid-19 melalui Surat Edaran Nomor SE 57 Tahun 2021. SE ini berlaku
sejak 26 Juli 2021, yang bertujuan mencegah terjadinya penyebaran dan peningkatan
penularan Covid-19 dengan cara melakukan pembatasan pelaku perjalanan dalam
negeri dengan moda transportasi udara, jelas Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Novie Riyanto hari ini, Selasa (27/7) di Jakarta.

“Syarat terbaru pelaku perjalanan Orang/Penumpang Dalam Negeri dengan


transportasi udara untuk penerbangan dari atau ke bandar udara Pulau Jawa dan Pulau
Bali, serta daerah yang ditetapkan melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai
daerah dengan kategori PPKM Level 4 dan PPKM Level 3, wajib menunjukkan kartu
vaksin (minimal vaksinasi dosis pertama) dan surat keterangan hasil negatif tes RT-
PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 2x24 jam sebelum
keberangkatan”, jelas Dirjen Novie.

Sementara itu untuk penerbangan antar bandar udara di daerah yang ditetapkan
melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai daerah dengan kategori PPKM Level 1
dan PPKM Level 2, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau
hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal
2x24 jam sebelum keberangkatan.

“Sedangkan bagi pelaku perjalanan yang berusia di bawah 12 (dua belas) tahun
dibatasi untuk sementara. Selain itu persyaratan kesehatan sebagaimana disebutkan di
atas dikecualikan bagi penerbangan Angkutan Udara Perintis, penerbangan Angkutan
Udara di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), dan pelaksanaannya sesuai
dengan kondisi daerah masing-masing”, tambahnya.

Dalam hal surat keterangan tes RT-PCR atau rapid test antigen yang menyatakan hasil
negatif namun di lapangan penumpang menunjukkan gejala indikasi Covid-19, maka
penumpang dilarang melanjutkan perjalanan dan diwajibkan untuk melakukan tes
diagnostik RT-PCR dan isolasi mandiri selama waktu tunggu hasil pemeriksaan.

Lebih lanjut Novie Riyanto mengatakan bahwa selama pemberlakuan Surat Edaran ini,
maka penyelenggara angkutan udara wajib memenuhi ketentuan mengenai penerapan
prinsip jaga jarak (physical distancing) di dalam pesawat udara.

“Untuk pesawat udara kategori jet transport narrow body dan wide body yang
digunakan untuk kegiatan angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, sesuai
dengan konfigurasi tempat duduk dan pengaturan kursi penumpang berdasarkan
karakteristik penumpang, maksimal 70% (tujuh puluh persen) kapasitas angkut. Dan
untuk operasional bandar udara tetap wajib melayani operasional karena kondisi
tertentu seperti angkutan logistik, kepentingan darurat/mendesak dan technical
landing”, ujarnya.

“Dengan berlakunya Surat Edaran Nomor SE 57 Tahun 2021 yang merupakan


tindaklanjut dari Surat Edaran Satgas Covid-19 Nomor 16 Tahun 2021, maka SE
Kementerian Perhubungan Nomor SE 45 dan SE 53 Tahun 2021 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku”, tegas Novie Riyanto. (NF)
http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=Yzc5M2IzYmU4ZjE4NzMxZjJhNGM2MjdmYjNjNmM2M2Q=
Senin, 19 Juli 2021 SE 53 TAHUN 2021 : ATURAN BARU PERJALANAN ORANG DALAM NEGERI DENGAN

PERJALANAN ORANG
DALAM NEGERI DENGAN
TRANSPORTASI UDARA
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (19/7/2021) - Surat Edaran Nomor SE 53 Tahun 2021 merupakan Perubahan
Atas Surat Edaran Nomor SE 45 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang ditetapkan Kementerian Perhubungan,
mulai berlaku 19 Juli 2021. SE ini bertujuan melakukan pembatasan pelaku perjalanan
dalam negeri dengan moda transportasi udara, khususnya selama masa libur hari raya
Idul Adha 1442 Hijriah mulai tanggal 18 - 25 Juli 2021.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menjelaskan poin penting


perubahan surat edaran sebelumnya, terkait persyaratan kesehatan yang harus
dipenuhi pelaku perjalanan dalam negeri.

“Untuk penerbangan antar bandar udara di Pulau Jawa, penerbangan dari atau ke
bandar udara di Pulau Jawa dan Pulau Bali, wajib menunjukkan kartu vaksin pertama
dan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun
waktu maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan. Sedangkan untuk penerbangan
selain Pulau Jawa dan Pulau Bali wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes
RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 2x24 jam atau hasil
negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1x24
jam sebelum keberangkatan”, jelas Novie Riyanto di ruangan kerjanya, Senin (19/7).

Novie Riyanto menambahkan, khusus selama masa libur hari raya Idul Adha 1442
Hijriah pada 19 - 25 Juli 2021, perjalanan orang/penumpang termasuk pelaku
perjalanan dibawah 18 tahun dibatasi untuk sementara dan hanya dikecualikan bagi
pelaku perjalanan dengan keperluan aktivitas bekerja di sektor esensial dan kritikal,
keperluan mendesak seperti pasien dengan kondisi sakit keras, ibu hamil didampingi 1
(satu) orang anggota keluarga, kepentingan persalinan dengan didampingi maksimal 2
(dua) orang, dan pengantar jenazah non Covid-19 dengan jumlah maksimal 5 (lima)
orang.

“Bagi pelaku perjalanan yang bekerja di sektor esensial dan kritikal diwajibkan juga
menunjukkan Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP) atau Surat Keterangan dari
Pemerintah Daerah setempat atau Surat Perintah Tugas dari Pimpinan Instansi
setingkat Eselon II. Sementara itu untuk pelaku perjalanan orang/penumpang dengan
keperluan mendesak, juga wajib menunjukan surat keterangan perjalanan antara lain
surat rujukan dari Rumah Sakit, surat pengantar dari perangkat daerah setempat
seperti Surat Keterangan Kematian atau surat keterangan lainnya”, tambah Dirjen
Novie.

Surat Edaran 53 Tahun 2021 ini juga mengecualikan menunjukkan kartu vaksin bagi
pelaku perjalanan dengan kepentingan khusus medis karena alasan medis berdasarkan
keterangan dari dokter spesialis penyakit dalam, pasien dengan kondisi sakit keras dan
ibu hamil yang didampingi oleh 1 (satu) orang anggota keluarga.

“Kami terus memperbarui Surat Edaran petunjuk perjalanan orang sesuai dengan SE
terbaru dari Satgas Covid-19 yaitu SE Nomor 15 Tahun 2021. Semoga dengan adanya
pembatasan mobilitas masyarakat dan pembatasan kegiatan peribadatan/tradisi selama
Idul Adha di masa pandemi ini dapat ditaati oleh masyarakat, sehingga usaha kita
dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tidak sia-sia”, ujarnya. (NF)
http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=M2Q4ZTAzZThiMTMzYjE2ZjEzYTU4NmYwYzAxYjY4NjY=
Sabtu, 03 Juli 2021 KEMENHUB RILIS ATURAN BARU PERJALANAN ORANG DENGAN TRANSPORTAS

ORANG DENGAN
TRANSPORTASI UDARA
Kembali ke Beranda | Indeks Berita
Jakarta (03/07/2021) - Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara menetapkan Surat Edaran (SE) Nomor 45 Tahun 2021 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara
Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang berlaku mulai 5 Juli
2021, dengan tujuan untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia dengan
melakukan pembatasan mobilitas orang.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menegaskan bahwa pembatasan


ini hanya berlaku untuk mobilitas orang, sedangkan angkutan logistik tetap berjalan
seperti biasa.

"Surat Edaran ini merupakan tindaklanjut dari SE Satuan Tugas Covid-19 Nomor 14
Tahun 2021 yang dirilis pada Jumat (02/07). Aturan terbaru ini berlaku untuk mengatur
pembatasan mobilitas orang saja, sedangkan untuk angkutan logistik tetap berjalan
seperti biasa", ujarnya.

Bagi pelaku perjalanan yang melakukan penerbangan antar bandar udara di Pulau
Jawa, dan penerbangan dari atau ke bandar udara di Pulau Jawa dan Pulau Bali, wajib
menunjukkan kartu vaksin (minimal vaksin pertama) dan surat keterangan negatif tes
RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 2x24 jam.

"Aturan baru bagi calon penumpang jasa transportasi udara wajib menunjukkan surat
keterangan vaksin dan surat keterangan negatif tes RT-PCR berlaku 2x24 jam sebelum
keberangkatan untuk penerbangan antar bandar udara di Pulau Jawa, dan
penerbangan dari atau ke bandar udara di Pulau Jawa dan Pulau Bali”, tegasnya.

Sementara itu, aturan mengenai pelaku perjalanan yang akan melakukan mobilitas
selain di Pulau Jawa dan Bali, maka diwajibkan untuk menunjukkan surat keterangan
hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 2x24
jam atau hasil negatif Rapid Test Antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu
maksimal 1x24 jam sebelum keberangkatan.

“Masyarakat yang hendak bepergian, hendaknya menyesuaikan persyaratan perjalanan


transportasi udara, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat
beberapa masyarakat ada yang belum melakukan vaksinasi. Khusus bagi yang belum
vaksinasi dikarenakan alasan medis, maka wajib membawa surat keterangan dari
dokter spesialis yang bersangkutan”, ujar Dirjen Novie.

Dirjen Novie terus mengajak masyarakat untuk menaati peraturan yang berlaku dan
tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat. “Sejalan dengan arahan Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi, agar semua pihak menjaga ketat protokol kesehatan,
mengurangi mobilitas jika tidak ada hal yang mendesak”, ujarnya mengakhiri
pernyataan. (PW/NF)
http://hubud.dephub.go.id/website/berita.php?
id=M2Q4ZTAzZThiMTMzYjE2ZjEzYTU4NmYwYzAxYjY4NjY=

Anda mungkin juga menyukai