Anda di halaman 1dari 20

KOMPRESOR

1 Dasar Teori Kompresor


1.1 Pengertian Kompresor
Kompresor adalah mesin fluida yang berfungsi untuk memampatkan udara atau gas.
Prinsip kerjanya adalah merubah energi mekanik menjadi energi tekanan pada fluida yang
dikompresi.

1.2 Sifat-sifat fisik udara


a. Massa jenis udara
Massa jenis udara adalah massa udara tiap satu satuan volume dengan satuan kg/m3.
Massa jenis udara dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya.
b. Panas jenis udara
Panas jenis udara di definisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gram udara sebesar 1oC. Panas jenis udara atau gas terdiri atas panas jenis pada
tekanan tetap (Cp) dan panas jenis pada volume tetap (Cv).
c. Kelembaban udara
Derajat kekeringan/kebasahan udara dalam atmosfer disebut kelembapan. Kelembapan
dapat dinyatakan menurut 2 cara yaitu :
- Kelembaban mutlak/kelembapan absolute : massa uap air tiap satu satuan volume udara
lembap.
- Kelembaban relatif : perbandingan antara jumlah uap air di udara terhadap jumlah uap air
yang ada pada udara jenuh pada temperatur yang sama dan dinyatakan dalam %
d. Tekanan Udara
1. Tekanan gas
Jika suatu gas/udara menempati suatu bejana tertutup, maka pada dinding bejana
tersebut bekerja suatu gaya. Gaya normal persatuan luas dinding ini dinamakan tekanan.

2. Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer yang bekerja di permukaan bumi dapat dipandang sebagai berat
kolom udara mulai dari permukaan bumi sampai batas atmosfer yang paling atas. Untuk
kondisi standar, gaya berat udara kolom ini pada setiap 1cm2 luas permukaan bumi adalah
1,033 kgf. Tekanan atmosfer juga bisa dinyatakan dengan tinggi kolom air raksa (mmHg)
dimana 1 atm = 760 mmHg.
e. Kekentalan/viskositas
Kekentalan atau viskositas merupakan ketahanan fluida terhadap gaya geser.
Kekentalan juga dapat didefinisikan sebagai kelengketan suatu fluida yang mempengaruhi
pergerakan fluida di dalam atau di luar saluran.
f. Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah tingkat kemampuan perubahan volume dari suatu massa fluida
yang terjadi dikarenakan perubahan tekanan.

1.3 Klasifikasi Kompresor


Secara umum kompresor dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Positive Displacement Compressor
Positive displacement compressor adalah kompresor yang mengkonversi energi
mekanik berupa gerakan piston/torak menjadi energi tekanan pada fluida (udara) bertekanan.
Kompresor jenis ini menghisap sejumlah udara dalam chambernya, kemudian ukuran chamber
berkurang menjadi lebih kecil sehingga udara menjadi bertekanan. Contohnya adalah
reciprocating compressor dan rotary compressor.
• Reciprocating compressor

Gambar 2.1 Reciprocating compresor


Sumber: Pomala (2015)
Kompresor ini menggunakan piston yang dikendalikan oleh crankshaft untuk
menghasilkan tekanan udara. Piston ini bergerak di dalam tabung untuk mendorong dan
memberi tekanan pada udara sehingga udara tersebut mempunyai tekanan yang lebih tinggi.
Single act compresor menggunakan piston yang biasa digunakan pada otomotif yang
dihubungkan pada crankshaft. Pada model ini kompresi udara terjadi pada bagian atas piston.
Pendinginan yang digunakan pada kompresor ini dapat berupa pendingin udara maupun
pendingin air. Pelumasan pada kompresor jenis ini diatur oleh pompa oli.
Untuk double act reciprocating, piston yang digunakan berjumlah 2 buah. Kompresi
udara pada kompresor ini terjadi pada kedua bagian piston. Proses kompresi ini terdiri dari
2 buah piston, batang piston, crosshead, batang penghubung dan crankshaft.
Pada diaphragm compresor, kompresi udara dilakukan dengan menggunakan
membran yang bergerak berputar untuk menarik udara masuk ke daerah kompresi dan
memberinya tekanan untuk selanjutnya disimpan pada bagian tabung penyimpanan.
• Rotary Compresor (Rotary Screw Compressor)

Gambar 2.2 Rotary Screw Compressor


Sumber: Pomala (2015)

Kompresor jenis ini memampatkan udara dengan cara mengkonversikan energi


mekanik dari penggerak awal (contoh : motor listrik) menjadi energi tekan pada udara.
Terdiri atas 2 (dua) buah helical rotor yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Ketika rotor yang satu berputar searah jarum jam maka rotor yang lain berputar dengan arah
berlawanan jarum jam. Akibatnya udara terperangkap diantara kedua helical rotor dimana
volumenya udara menjadi lebih rendah sehingga tekanannya bertambah.
b. Dynamic Compressor
Dynamic compressor adalah kompresor yang merubah energi mekanik menjadi energi
kinetik (kecepatan) fluida, kemudian kecepatan fluida dikurangi sehingga tekanannya menjadi
lebih besar. Contoh dari kompresor dynamic adalah centrifugal compressor dan axial
compressor.
• Centrifugal Compressor
Kompresor sentrifugal adalah suatu mesin, yang kerjanya didapat dari kerja
poros (energi mekanik) yang dihubungkan oleh motor listrik. Prinsip kerja kompresor
sentrifugal adalah dimulai dengan memberikan daya dari luar kepada poros
kompresor untuk memutar impeler di dalam konstruksi kompresor. Maka udara yang
ada di dalam impeler, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena timbul gaya
sentrifugal maka udara mengalir dari tengah impeler ke luar melalui saluran di antara
sudu-sudu. Pada tahap ini tekanan udara bertambah besar begitu pula dengan
kecepatan alirannya (energy kinetik) bertambah besar karena udara mengalami
percepatan. Udara yang keluar dari impeler ditampung oleh saluran berbentuk volut
(spiral) di keliling impeler dan disalurkan ke luar kompresor melalui nozzle. Di dalam
nozzle ini sebagian energi kinetik diubah menjadi energi tekanan.

Gambar 2.3 Centrifugal compressor


Sumber: Pomala (2015)

• Axial Compresor
Gambar 2.4 Axial compressor
Sumber: Pomala (2015)

Pada kompresor aksial, udara masuk dan keluar sejajar dengan poros (shaft)
kompresor. Dimana kompresor jenis ini terdiri atas rotor yang berputar dan stator yang tidak
berputar. Mekanisme kerja dari kompresor aksial dimulai saat rotor berputar, blade pada
masing-masing piringan pada rotor menekan udara ke dalam daerah diantara kumpulan
blade dari stator.
Udara menumbuk blade yang diam sampai dapat diambil oleh blade pada piringan
rotor berikutnya. Bersamaan dengan rotor menekan lebih banyak udara ke dalam blade yang
diam, tekanan udara naik dan udara mengambil ruang yang lebih kecil. Tekanan dari masing-
masing kumpulan blade yang diam lebih tinggi daripada tekanan pada kumpulan blade
sebelumnya. Kompresor mengambil energi mekanik dari penggerak seperti motor listrik.
Energi mekanik ini lalu dikonversikan menjadi putaran dari rotor kompresor. Energi kinetik
kemudian ditambahkan ke udara oleh kompresor.
Kesimpulannya, di dalam kompresor aksial blade yang berputar (rotor) menambah
energi kinetik pada udara sedangkan blade yang diam (stator) merubah energi kinetik pada
udara menjadi energi tekan.

2 Kompresor Torak dan Prinsip Kerjanya


2.1 Bagian-bagian Kompresor Torak
a. Silinder dan kepala silinder
Silinder mempunyai bentuk silindris dan merupakan bejana kedap udara dimana torak
bergerak bolak-balik untuk menghisap dan memampatkan udara. Silinder harus cukup kuat
untuk menahan tekanan yang ada. Tutup silinder (atau kepala silinder) terbagi menjadi dua
ruangan, satu sebagai sisi isap dan yang lain sebagai sisi keluar. Sisi isap dilengkapi dengan
katup isap dan pada sisi keluar terdapat katup keluar.
Gambar 2.5 Silinder dan Kepala Silinder Dengan Pendingin Udara
Sumber: Pomala (2015)

b. Torak dan cincin torak


Torak sebagai elemen yang menghisap gas/udara pada saat suction (pemasukan) dan
mendorong fluida pada proses pengeluaran. Cincin torak dipasang pada disekeliling torak
dengan fungsi mencegah kebocoran.

Gambar 2.6 Torak dan Cincin Torak


Sumber: Pomala (2015)

c. Katup isap dan katup keluar


Katup isap dan katup keluar dapat membuka dan menutup sendiri sebagai akibat dari
perbedaan tekanan yang terjadi antara bagian dalam dan bagian luar silinder.
Gambar 2.7 Katup Cincin
Sumber: Pomala (2015)

d. Poros engkol (crank shaft)


Berfungsi sebagai menggubah gerakan putar menjadi gerakan bolak balik.

Gambar 2.8 Poros Engkol


Sumber: Pomala (2015)

e. Kepala silang (cross head )


Berfungsi meneruskan gaya dari batang penghubung ke batang torak. Kepala silang
dapat meluncur pada bantal luncurnya.

Gambar 2.9 Kepala Silang


Sumber: Pomala (2015)
f. Batang Penghubung
Berfungsi meneruskan gaya dari poros engkol ke batang torak melalui kepala silang,
batang penghubung harus kuat sehingga mampu menahan beban pada saat kompresi.

2.2 Prinsip Kerja Kompresor Torak


Prinsip kerja dari kompresor torak adalah merubah kerja pada poros torak menjadi energi
tekanan pada fluida yang keluar dari kompresor. Kompresor torak atau kompresor bolak-balik
pada dasarnya dibuat sedemikian rupa sehingga gerakan putar pada poros motor dengan
menggunakan poros engkol dan batang penggerak menjadi gerakan bolak-balik pada torak.
Gerakan torak ini menghisap udara ke dalam silinder, kemudian volume silinder (dan udara yang
terdapat di dalamnya) dimampatkan, sehingga tekanan udara meningkat. Adapun proses
pengkompresian udara pada kompresor torak adalah sebagai berikut:
1. Proses Isap
Bila poros engkol bekerja dalam arah panah torak bergerak ke bawah oleh tarikan
engkol maka terjadilah tekanan negatif (di bawah tekanan atmosfer) di dalam silinder. Maka
katup isap terbuka oleh perbedaan tekanan sehingga udara terhisap dan mengalir masuk
memenuhi silinder. Pada saat proses isap, katup keluar tertutup.

Gambar 2.10 Proses isap


Sumber: Pomala (2015)

2. Proses Kompresi
Setelah torak mencapai titik mati bawah, katup isap dan keluar tertutup. Torak bergerak
ke atas, volume udara dalam silinder berkurang (termampatkan) sehingga tekanannya naik.
Gambar 2.11 Proses kompresi
Sumber: Pomala (2015)

3. Proses Keluar
Bila torak bergerak ke atas, tekanan di dalam silinder akan naik. Maka katup
buang/keluar akan terbuka oleh tekanan udara/gas, dan udara/gas akan keluar.

Gambar 2.12 Proses keluar


Sumber: Pomala (2015)

4. Proses Ekspansi
Sesaat setelah udara terkompresi keluar, torak bergerak ke bawah sebelum proses isap

Gambar 2.13 Proses ekspansi


Sumber: Pomala (2015)
2.3 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan
2.3.1 Persamaan Kontinuitas
Hukum kontinuitas mengatakan bahwa untuk aliran fluida incompressible tanpa gesekan,
steady yang bergerak sepanjang stream line berlaku jumlah massa alir yang masuk kontrol volum
(titik 1) sama dengan massa alir fluida yang keluar kontrol volum (titik 2) adalah sama,
dirumuskan :
𝑚̇1 = 𝑚̇2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 .........................................................................................(2-1)
𝜌. 𝑄1 = 𝜌. 𝑄2 .......................................................................................................(2-2)
𝜌1 . 𝐴1 . 𝑉1 = 𝜌2 . 𝐴2 . 𝑉2 .........................................................................................(2-3)
Keterangan:
ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
Q = debit fluida (m3/detik)
A = luas penampang (m²)
V = Kecepatan aliran fluida(m/s)

2.3.2 Hukum Termodinamika (I, II dan III)


A. Hukum Termodinamika I
Bila kita berikan sejumlah panas sebesar dQ pada suatu sistem, maka sistem tersebut
akan berekspansi melakukan suatu kerja luar yang sebesar dW. Di samping itu, pemanasan
terhadap sistem juga akan menimbulkan hal-hal:
1. Pertambahan kecepatan molekul dari sistem.
2. Pertambahan jarak antar molekul karena sistem berekspansi sehingga panas dQ yang
diberikan akan menyebabkan terjadi :
a. Pertambahan energi dalam sistem
b. Pertambahan energi kinematik molekul
c. Pertambahan energi potensial
d. Pertambahan energi fluida
Persamaan energi hukum termodinamika I
dQ = dU + dEK + dEP + dEF + dW .....................................................(2-4)
Bila pada sistem nilai EK, EP dan EF konstan (dEK = 0, dEP = 0, dEF = 0) maka disebut
sistem diisolasi sehingga hukum termodinamika I :
dQ = dU + dW ...................................................................................................(2-5)
B. Hukum Termodinamika II
Hukum termodinamika II merupakan batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu
proses dan memberikan kriteria apakah proses itu reversibel atau irreversibel. Salah satu akibat
dari hukum termodinamika II adalah konsep entropi. Perubahan entropi menentukan arah yang
dijalani suatu proses untuk melakukan perpindahan kerja W dari suatu sistem pada kalor. Maka
kalor yang harus diberikan kepada suatu sistem selalu lebih besar.
Q (Energi) diserap > W (kerja) yang dihasilkan
η siklus< 100%

C. Hukum Termodinamika III


Hukum termodinamika III terikat dengan temperatur nol absolut. Semua proses akan
berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga merupakan bukti
bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
D. Proses-proses pada hukum termodinamika
a. Hukum Termodinamika I
- Proses Isobarik
Bila batas sistem bisa bergerak, tekanan gas akan tetap konstan bila dipanaskan.
Pada proses ini berlaku persamaan:
𝑇2 𝑉
= 𝑉2 ...................................................................................................(2-6)
𝑇1 1

Perubahan entalpi pada proses ini sama dengan kalor yang dimasukkan ke sistem yaitu:
ℎ2 − ℎ1 = 𝑞 = 𝑐𝑝 (𝑇2 − 𝑇1 ) ...............................................................(2-7)
Perubahan energi dalam pada proses ini adalah:
𝑢2 − 𝑢1 = 𝑐𝑣 (𝑇2 − 𝑇1 ) ......................................................................(2-8)
Kerja yang dilakukan sistem ini adalah:
𝑊 = 𝑃(𝑉2 − 𝑉1 ) ..................................................................................(2-9)
𝛥𝑊 = 𝛥𝑄 − 𝛥𝑈 = 𝑚. (𝑐𝑝 – 𝑐𝑣 ). (𝑇2 − 𝑇1 ) ................................. (2-10)
- Proses Isokhorik/isovolumetrik
Pada proses ini volume pada sistem konstan.
Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan
𝑇2 𝑃
= 𝑃2 .................................................................................................(2-11)
𝑇1 1
Tidak ada kerja yang dilakukan selama proses ini, ΔV = 0 » W = 0. Besar panas yang
keluar atau masuk sistem dinyatakan dengan:
𝛥𝑄 = 𝑈2 − 𝑈1 » 𝛥𝑄 = 𝛥𝑈 » 𝛥𝑈 = 𝑚. 𝑐𝑣 (𝑇2 − 𝑇1 ) ....................(2-12)
- Proses Isotermik
Selama proses temperatur sistem konstan, pada sistem ini berlaku persamaan:
𝑃1 . 𝑉1 = 𝑃2 . 𝑉2 .................................................................................... (2-13)
Dalam proses ini tidak terjadi perubahan energi dalam ataupun perubahan entalpi.
Kerja yang dilakukan oleh sistem ini sebesar:
𝑉 𝑉
𝑊 = 𝑃1 . 𝑉1 . (𝑙𝑛 𝑉2 ) = 𝑃2 . 𝑉2 . (𝑙𝑛 𝑉2 ) .................................................... (2-14)
1 1

- Proses Adiabatik
Selama proses tidak ada panas yang keluar/masuk sistem jadi △Q = 0. Pada sistem
ini berlaku persamaan:
𝑃1 . 𝑉1𝑘 = 𝑃2 . 𝑉2𝑘 ....................................................................................(2-15)

b. Hukum Termodinamika II

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝑊 𝑄2 −𝑄1 𝑄


𝜂= =𝑄 = = 1 − 𝑄1 ......................................(2-16)
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 2 𝑄2 2

Menurut Carnot, untuk efisiensi mesin Carnot berlaku:


𝑇
𝜂 = (1 − 𝑇1) 𝑥100% ............................................................................ (2-17)
2

Keterangan:
T = suhu
η = efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha

2.4 Kurva Performansi Kompresor Teoritis


Performansi kompresor dapat digambarkan dalam bentuk kurva kapasitas (volume), daya
poros, efisiensi volumetris, dan efisiensi adiabatis keseluruhan terhadap tekanan keluar kompresor
(discharge pressure) seperti pada gambar 2.14. Kurva seperti ini sangat berguna untuk
membandingkan performansi satu kompresor terhadap yang lain.

Gambar 2.14 Kurva Performansi Kompresor Teoritis


Sumber : Sularso (2000)

Pada kurva ditunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan buang kompresor maka volume
udara dan efisiensi volumetris akan semakin menurun. Sedangkan efisiensi adiabatis keseluruhan
akan mengalami kenaikan sampai pada titik maksimumnya kemudian akan mengalami penurunan.

2.5 Proses Kompresi Gas


Kompresi gas dapat dilakukan menurut tiga cara yaitu dengan proses isotermal, adiabatik,
dan politropik. Adapun perilaku masing – masing proses ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Kompresi isotermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka berarti ada energi mekanik yang diberikan dari luar
kepada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga temperatur gas akan naik jika
tekanan semakin tinggi. Namun, jika proses kompresi ini diikuti dengan pendinginan untuk
mengeluarkan panas yang terjadi, temperatur dapat dijaga tetap. Kompresi isotermal
merupakan suatu proses yang sangat berguna dalam analisis teoritis, namun untuk perhitungan
kompresor tidak banyak kegunaannya. Hubungan antara P dan v pada proses isotermik ini
dapat dirumuskan sebagai

𝑃1 . 𝑉1 = 𝑃2 . 𝑉2 ............................................................................................. (2-18)

2. Kompresi adiabatik
Jika silinder diisolasi secara sempurna terhadap panas, maka kompresi akan berlangsung
tanpa ada panas yang keluar dari gas atau masuk ke dalam gas. Proses semacam ini disebut
adiabatik.
Dalam praktek, proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna karena isolasi
terhadap silinder tidak pernah dapat sempurna pula. Namun proses adiabatik sering dipakai
dalam pengkajian teoritis proses kompresi.

𝑃1 . 𝑉1𝑘 = 𝑃2 . 𝑉2k ........................................................................................ (2-19)

Jika rumus ini dibandingkan dengan kompresi isotermal dapat dilihat bahwa untuk
pengecilan volume yang sama, kompresi adiabatik akan menghasilkan tekenan yang lebih
tinggi dari pada proses isotermal.
3. Kompresi politropik
Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses isotermal maupun
adiabatik. Jadi kompresi sesungguhnya, ada di antara keduanya dan disebut kompresi
politropik. Hubungan antara P dan v pada proses politropik ini dapat dirumuskan sebagai

𝑃1 . 𝑉1𝑛 = 𝑃2 . 𝑉2n ........................................................................................ (2-20)

Disini n disebut indeks dan harganya terleak antara 1 (proses isotermal) dan k (proses
adiabatik). Jadi : 1 < n < k. Untuk kompresor biasa, n = 1,25 – 1,35.

2.6 Efisiensi Volumetrik dan Efisiensi Adiabatik Keseluruhan


2.6.1 Efisiensi Volumetrik
Perhatikan sebuah kompresor torak dengan diameter silinder D (m)., langkah tokrak S (m)
dan putaran N (rpm). Dengan ukuran seperti ini kompresor akan memampatkan volume gas
sebesar Vs = (π/4)D2 x S (m3) untuk setiap langkah kompresi yang dikerjakan dalam setiap putaran
poros engkol. Jumlah volume gas yang dimampatkan per menit disebut perpindahan torak. Jadi
jika poros kompresor mempunyai putaran N (rpm) maka perpindahan torak
 2
Vs = .Dc .S .N ...................................................................................................(2-21)
4

Gambar 2.15 Langkah torak untuk kerja tunggal


Sumber : Sularso (2000)

Dapat dilihat bahwa volume gas yang diisap tidak sebesar volume langkah torak sebesar
Vs melainkan lebih kecil, yaitu hanya sebesar volume isap antara titik mati atas dan titik mati
bawah karena terdapat sisa volume antara sisi atas torak dengan kepala silinder sebesar Vc.

Gambar 2.16 Diagram P-V dari kompresor


Sumber : Sularso (2000:)
Besarnya efisiensi volumetris ini dapat dihitung secara teoritis berdasarkan volume gas
yang dapat diisap secara efektif oleh kompresi pada langkah isapnya berdasarkan rumus berikut
Qs
v = .......................................................................................................(2-22)
Qth

Dimana :
Qs = debit aliran udara pada sisi isap

Qth = kapasitas teoritis kompresor [m3/min]

2.6.2 Efisiensi Adiabatik Keseluruhan


Efisiensi adiabatik keseluruhan didefinisikan sebagai daya yang diperlukan untuk
memampatkan gas dengan siklus adiabatik (menurut perhitungan teoritis), dibagi dengan daya
yang sesungguhnya diperlukan oleh kompresor pada porosnya.
Lad
 ad = .....................................................................................................(2-23)
Ls
Dimana :
Lad = daya input kompresor [kW]
Ls = daya input kompresor [kW]

Dari tabel terlihat bahwa daya yang diperlukan untuk kompresi 2 tingkat harganya lebih
kecil dari pada kompresi 1 tingkat. Harga yang lebih rendah ini diperoleh pada kompresor 2 tingkat
harganya lebih kecil dari pada kompresi 1 tingkat. Harga yang lebih rendah ini diperoleh pada
kompresor 2 tingkat yang menggunakan pendingin antara (inter-cooler) di antara tingkat pertama
dan tingkat kedua. Penggunaan pendingin antara akan memperkecil kerja kompresi.

Tabel 2.1
Perbandingan daya kompresi 1 tingkat dengan 2 tingkat
Sumber : Sularso (1987)

Semakin tinggi efiesiensi adiabatik keseluruhan sebuah kompresor, berarti semakin kecil
daya poros yang diperlukan untuk perbandingan kompresi dan kapasitas yang sama. Namun
setinggi – tingginya efisiensi ini tidak akan mencapai 100%. Efisiensi adiabatik keseluruhan
merupakan petunjuk bagi baik buruknya performansi dan ekonomi sebuah kompresor.

2.7 Rumus Perhitungan


𝑇 = 273 + 𝑡𝑠 (𝐾) ..................................................................................... (2-24)

8314.34 𝐽
𝑅= ( )
28.97 𝑘𝑔. 𝐾
(8314 ,34)
= (kgm) /( kg .K )
(28,97  9,8) .................................................................. (2-25)

𝑃𝑠= 𝑃𝑏𝑎𝑟 . 13,6. (𝑚𝐻2 𝑂) ............................................................................(2-26)


𝑃 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 . 𝑔. 𝑃𝑠 (𝑘𝑔. 𝑚−2 ) .............................................................................(2-27)
𝑃 𝑘𝑔
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑅.𝑇 (𝑚3 ) .........................................................................................(2-28)

 =
(P + SG.g.h ) k
air
1
. (kg .m − 3 )
saluran 
1 k 

udara .....................................................(2-29)
P

Keterangan :
T = temperatur ruangan (K)
ts = temperatur ruangan(oC)
R = konstanta gas universal
ρudara = rapat massa udara pada sisi isap (kg.m-3)
ρsaluran = rapat massa udara pada saluran (kg.m-3)
SG = spesifik gravity
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑆𝐺 = ...................................................................................................(2-30)
𝜌𝑎𝑖𝑟

X = kelembaban relatif (%)


Pbar = tekanan barometer (mmHg)
Ps = tekanan atmosfer pada sisi isap (mH2O)
P = tekanan atmosfer (kg.m-2)
g = percepatan gravitasi (m.s-2)
hair = beda tekanan antara sebelum dan sesudah orifice (mH2O)
k = konstanta adiabatik = 1,4
1. Kapasitas aliran massa udara lewat orifice
W =     A{(2  g   saluran (  air  hair )}1/ 2  60(kg  menit −1 ) ...............................(2-31)

Keterangan:
W = kapasitas aliran massa udara [kg/menit]
 = koefisien kerugian pada sisi buang (coeffisient ofdischarge)=0,613852
 = faktor koreksi adanya ekspansi udara=0,999
A = luas penampang saluran pipa [ m 2 ];d=0,0175 m
g = percepatan gravitasi bumi=9,81 [m/ s 2 ]
hair = beda tekanan antara sebelum dan sesudah orifice [ mH 2 O ]

 air = rapat massa air [kg  m −3 ]


 saluran = rapat massa udara pada sisi isap [kg  m −3 ]
2. Debit aliran udara pada sisi isap
W
Qs = [m 3 / menit] ................................................................................(2-32)
 udara
Keterangan:
Qs = debitaliran udara pada sisi isap

W = kapasitas aliran massa udara [kg/menit]


 udara = massa jenis udara [kg/ m 3 ]

3. Daya udara adiabatik teoritis

k P  Qs  Pd  k −1 / k 
Lad =    − 1 ...............................................................(2-33)
k − 1 6120  P  
Pd = Pdgage x 104 + 1,033 x 104 [kg m-2] ........................................................(2-34)
Keterangan:
Lad = daya udara adiabatik teoritis [kW]
Pd = tekanan absolut udara pada sisi buang kompresor [kg m-2abs]
Pdgage= tekanan udara pada sisi buang kompresor [kg cm-2]
4. Efisiensi adiabatik keseluruhan
Lad
 ad = ......................................................................................................(2-35)
Ls

Ls = Nm x m [kW] ......................................................................................(2-36)
Keterangan:
Ls = daya input kompresor [kW]
Nm = daya input motor penggerak [kW]
m = efisiensi motor penggerak
5. Efisiensi volumetrik
Qs
v = .........................................................................................................(2-37)
Qth

Qth = Vc x Nc [m3/min] ..................................................................................(2-38)


 2
Vc = .Dc .Lc .nc [m3] ....................................................................................(2-39)
4
Keterangan:
Qth = kapasitas teoritis kompresor [m3/min]
Vc = volume langkah piston [m3]
Dc = diameter silinder = 0,065 [m]
Lc = langkah piston = 0,065 [m]
nc = jumlah silinder = 2
Nc = putaran kompresor [rpm]

Anda mungkin juga menyukai