Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS

DESAIN INSTRUKSIONAL JEROLD E. KEMP DALAM MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SEMESTER GENAP MTs NEGERI
GORONTALO

Hasriati Lauto, Hamzah B. Uno, Lukman A.R Laliyo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk menghasilkan modul pembelajaran matematika berdasarkan
model Jerold E. Kemp yang baik sehingga layak digunakan sebagai bahan ajar matematika di Kelas
VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo dan (2) Untuk mengetahui keefektifan modul pembelajaran
matematika yang dikembangkan berdasarkan model Jerold E. Kemp dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada matematika di Kelas VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo. Metode dalam penelitian ini
adalah Research and Depelopment (R & D). Dimana, pengembangan menghasilkan produk berupa modul
pembelajaran matematika, sedangkan risetnya adalah untuk melihat keefektifan modul yang dihasilkan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pengembangan modul pembelajaran matematika
menggunakan model Jerold E. Kemp yang memiliki 8 tahapan yaitu : (1) menentukan judul dan tujuan
pembelajaran umum, (2) menganalisis karakteristik siswa, (3) menentukan tujuan pembelajaran khusus,
(4) menentukan materi pembelajaran, (5) menentukan pre test, (6) menentukan kegiatan belajar mengajar,
(7) koordinasi sarana pendukung, dan (8) evaluasi. Dan penelitian memodifikasi model Jerold E. Kemp
menjadi 7 tahapan yakni: (1) menentukan judul dan standar kompetensi, (2) menganalisis karakteristik
siswa, (3) menentukan kompetensi dasar, (4) menentukan materi pembelajaran, (5) menentukan pre test, (6)
menentukan kegiatan belajar mengajar, dan (7) evaluasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa model Jerold
E. Kemp efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa hal ini dibuktikan dengan validasi akhli dan uji
statistik.

PENDAHULUAN
Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting. Disemua negara, matematika
merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak duduk dibangku Sekolah
Dasar hingga di perguruan tinggi. Mata pembelajaran matematika di Sekolah menjadi
salah satu hal penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu
disebabkan matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan, banyak kegiatan sehari-hari yang melibatkan matematika.
Contoh sederhana adalah dalam proses jual beli. Selain itu penerapan matematika pun
banyak digunakan bidang-bidang lainnya, seperti sains, ekonomi, sosial, pertanian,
bahkan teknologi dan komputer sendiri pun berdasar dari matematika. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik kalau ingin berhasil dalam pelajaran lain maka
harus menguasai pelajaran matematika dengan baik. Soedjadi (1994), (dalam Abbas,
2000: 2) menyatakan bahwa melalui pelajaran matematika diharapkan dapat ditumbuhkan
kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang
diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan.
Dalam kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspk pengetahuan,
aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama
di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS,
PPKn, dan sebagainya, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 197


standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan
di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Pendidik harus mampu memilih
dan menyiapkan materi ajar sesuai prinsip pengembangannya agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan. Harapan tersebut ternyata belum sepenuhnya
terwujud, temuan penelitian dalam beberapa tahun terakhir memberikan bukti kuat
tentang pentingnya kontrol peserta didik terhadap proses belajar yang mereka jalani
secara keseluruhan (McLoughlin & Lee, 2010).
Zaman (2010: 10) menguraikan bahwa “Modul adalah salah satu sarana pembelajaran
yang berisikan materi, definisi, batasan-batasan dan cara mengevaluasi.” Selaras dengan
itu, Suprawoto (2009: 2) menjelaskan bahwa “modul adalah alat atau sarana pembelajaran
yang berisi materi, metode, batasan- batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan
belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri”.
Berdasarkan penuturan yang disampaikan oleh seorang guru matematika sekaligus
menjabat sebagai humas di MTs Negeri Gorontalo, bahwa kurangnya ketersediaan bahan
pustaka, kurangnya buku matematika khusunya buku matematika berbasis K-13. Belum
lagi pembahasan materi dalam buku K-13 susah untuk dipahami, olehnya guru sendiri harus
mengamati setiap pokok bahasan yang ada dalam buku K-13. Akibatnya hasil belajar sebagian
besar peserta didik pada mata pelajaran matematika dapat dikategorikan cukup rendah.
Beberapa faktor di atas yang kemudian melatar belakangi peneliti untuk mengambil
judul penelitian “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan Desain
Instruksional Jerold E. Kemp dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII
Semester Genap MTs Negeri Gorontalo”.

Rumusan Masalah
Pertama Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran matematika berdasarkan
desain instruksional Jerold E. Kemp yang baik sehingga layak digunakan dalam
pembelajaran matematika di Kelas VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo?
Kedua Apakah modul pembelajaran matematika yang di kembangkan berdasarkan desain
instruksional Jerold E. Kemp efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas
VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo?

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


Teori Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika
Menurut Purwanto, dkk (2007: 9), “Modul adalah bahan belajar yang dirancang secara
sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran
terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu”. Pandangan
tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Du Bois, et. Al. (dalam Sukmadinata,
2012: 97), “A module consist of a series of readings, assignments, experiences, and similar
activities centered aroud a unifying theme designed for about two weeks of work”. Makna dari
kutipan ini adalah sebuah modul merupakan suatu satuan atau unit terkecil berkenaan dengan
sesuatu topic atau masalah yang berisi bahan bacaan serta berbagai bentuk tugas dan latihan
yang dikerjakan dalam waktu tertentu.

198 || PROSIDING 2016


Konsep Pengembangan Model Jerold E. Kemp
Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktifitas revisi.
Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik manapun dalam siklus tersebut (Kemp,
et al 1994: 10). Secara keseluruhan prosedur penelitian dengan model Jerold E. Kemp
dapat dilihat dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bagan Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp

Prosedur desain instruksional Jerold E. Kemp yang terdiri dari delapan langkah di atas
akan diuraikan di bawah ini:
1) Menentukan judul dan tujuan pembelajaran umum
Menentukan tujuan instraksional umum (TIU) atau kompetensi dasar, yaitu tujuan umum
yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan.
2) Menganalisis karakteristik siswa
Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk
mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan
untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil.
3) Menentukan Tujuan Pembelajaran Khusus
Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur. Dengan
demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan
apa ukurannya bahwa ia telah berhasil.

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 199


4) Menentukan materi pembelajaran
Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus
(indikator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi guru-guru adalah
begitu banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas.
Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan
di sajikan kepada para siswa.
5) Menentukan pre test
Menetapkan penjajagan atau tes awal (preassessment). Ini diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi persyaratan belajar yang dituntut
untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6) Menentukan kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar
Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Kriteria umum untuk
memilih strategi pebelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator)
tersebut, adalah efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan, melalui suatu analisis
alternatif.
7) Koordinasi sarana pendukung
Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan melputi biaya, fasilitas, peralatan,
waktu dan tenaga.
8) Evaluasi
Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontrol dan mengkaji keefektifan modul pembelajaran
matematika yang menjadi produk dalam penelitian ini.

Pembelajaran Matematika
James and James (dalam Suherman, 2001: 16) mengatakan “bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam
tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri”.

Prototype Produk yang Dihasilkan


Dalam pengembangan modul pembelajaran ini, peneliti mengembangkan modul
pembelajaran matematika materi semester genap kelas VIII MTs. Sesuai dengan kurikulum
yang berlaku di MTs Negeri Gorontalo yaitu K-2013, mata pelajaran matematika
untuk materi semester genap kelas VIII terbagi menjadi 6 pokok bahasan yaitu Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, Persamaan Kuadrat, Lingkaran, Bangun Ruang Sisi
Datar, Perbandingan, dan Peluang.

Hipotesis (Produk yang Dihasilkan)


1. Prosedur pengembangan modul melalui langkah-langkah
Adapun yang menjadi langkah-langkah prosedur pengembangan modul pembelajaran
matematika berdasarkan model Jerold E. Kemp yang telah dimodifikasi oleh peneliti
adalah sebagai berikut: 1) Menentukan judul dan standar kompetensi. 2) Menganalisis
karakteristik siswa. 3) Menentukan Kompetensi dasar. 4) Menentukan materi pembelajaran.

200 || PROSIDING 2016


5) Menentukan pre test. 6) menentukan kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar. 7)
Evaluasi. Alasannya, tujuan umum pembelajaran dan standar kompetensi mata pelajaran
merupakan deskripsi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai
setelah siswa mempelajari mata pelajaran tersebut. Keduanya memiliki arti yang sama
hanya saja di masa sekarang dalam dunia pendidikan lebih digunakan standar kompetensi.
Sehingganya, peneliti mengambil standar kompetensi supaya lebih familiar di telinga
para peserta didik. Begitu pula dengan menentukan tujuan khusus pembelajaran dan
kompetensi dasar. Berikut ini adalah uraiannya.
2. Desain Pengembangan (Gambar Desain Yang Digunakan)

Gambar 2.2. Prosedur Desain Instruksional Jerold E. Kemp yang telah


dimodifikasi sesuai Kebutuhan Peserta Didik.

PROSEDUR PENELITIAN
Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau Research and Development (R
& D). Yang meliputi tahap: (1) pengembangan produk, dalam hal ini modul pembelajaran
matematika yang di rancang dengan menggunakan model Jerold E. Kemp. Yang peneliti
telah analisis dan modivikasi dan tahap (2) penelitian (riset) untuk melihat keefektifan
produk yang dirancang apakah benar- benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika di kelas VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo. Dengan

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 201


demikian terdapat 2 tahapan penelitian yang metode penelitiannya dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Metode Penelitian Tahap I


1. Populasi, sampel dan sumber data
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2013: 117), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Ary, dkk.,
(1985: 138) population is all members of well defined class of people, events or objects.
Dan populasi menurut Babbie 1983 (dalam Sukardi, 2011: 53). Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil peserta didik sebagai populasi. Maka, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII semester genap Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Negeri Gorontalo yang berjumlah 261 peserta didik. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi
jumlah siswa yang peneliti jadikan populasi dan didapatkan dari seorang dewan guru di
MTs Negeri Gorontalo :
Tabel 3.1. Rekapitulasi Jumlah Siswa Kelas VIII Semester Genap MTs Negeri
Gorontalo Tahun Pelajaran 2015/2016

Sumber : Dewan Guru MTs Negeri Gorontalo

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populsasi tersebut
(Sugiyono, 2013: 118). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik
di kelas VIII.1 (Arab 1) yang berjumlah 30 peserta didik dan kelas VIII.4 (English 1)
berjumlah 30 peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Gorontalo, Jadi total jumlah
sampel 60 peserta didik.
c. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu: (1) Sumber primer merupakan data yang diperoleh
dari peserta didik kelas VIII di MTs Negeri Gorontalo. (2) Sumber Sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari Kepala Sekolah, bagian Kesiswaan, para dewan Guru, dan Staf di
sekolah MTs Negeri Gorontalo yang jelas mengetahui kondisi dan jumlah peserta didik.

202 || PROSIDING 2016


2. Tekhnik pengumpulan data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 222), metode pengumpulan data adalah cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk teknik pengumpulan data. Untuk mengumpulkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dilakukan dgn cara: (a) Observasi/
pengamatan, (b) Teknik Angket, dan (c) Dokumentasi
3. Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: angket minat belajar siswa, angket
motivasi belajar siswa, dan angket ahli modul. pre test, dan Post test.
4. Analisis data
Data yg di analisis meliputi, a) angket minat belajar siswa, b) angket motivasi belajar siswa,
c) angket ahli modul, d) pre test, e) Post test. Kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis kuantitatif.
5. Metode pengembangan desain produk
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Research and Development
(R & D). Menurut Sugiono (2007: 407), R & D adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk.
6. Validasi desain
Dalam penelitian ini terdapat angket minat belajar siswa, angket motivasi belajar siswa,
angket ahli modul, pre test, dan Post test yang kemudian akan divalidasi.

Metode Penelitian Tahap II


1. Model Rancangan Experimen Untuk Menguji Keefektifan Produk atau
Keterlaksanaan Produk Di Lapangan
Metode penelitian tahap 2 ini intinya adalah melakukan riset untuk menerapkan modul yang
telah disusun berdasarkan model Jerold E. Kemp yang telah dianalisis dan dimodivikasi
oleh peneliti. Oleh karena sifatnya menguji kefektifan produk dimana, kelas VIII.1 (Arab
1) peneliti menjadikan kelaseksperimen yang diterapkan pembelajaran menggunakan
modul pembelajaran matematika, sedangkan kelas VIII.4 (English 1) menjadi kelas
kontrol yang diterapkan bahan pembelajaran yang telah tersusun pada buku teks K-13.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di MTs Negeri Kota Gorontalo
yang jumlah peserta didik laki-laki sebanyak 107 dan jumlah peserta didik perempuan
berjumlah 154, jadi total populasi dalam penelitian ini adalah 261 peserta didik. Sampel
dalam penelitian ini adalah peserta didik di kelas VIII.1 (Arab 1) yang berjumlah 30
peserta didik dan kelas VIII.4 (English 1) berjumlah 30 peserta didik di MTs Negeri
Gorontalo, Jadi total sampel 60 peserta didik.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam tahap II ini yaitu, peneliti mengambil data dari angket
pre test dan post test di kelas eksperimen dan lembar nilai akhir siswa di kelas kontrol.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tahap II ini adalah pre test, Post test, dan
lembar nilai akhir di kelas kontrol. Terlampir.

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 203


5. Tekhnik Analisis Data
Tekhnik analisis data dalam tahap II ini meliputi pre test, Post test untuk menguji
keefektifan sedangkan lembar nilai akhir untuk membandingkan nilai akhir dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Terlampir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Desain Produk (Penjelasan dan Gambar)
Desain produk merupakan rancangan yang dibuat dalam penyusunan modul pembelajaran
matematika di kelas VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo yang disusun berdasarkan
model Jerold E. Kemp yang telah dimodivikasi oleh peneliti. Secara umum model Jerold
E. Kemp yang telah dimodivikasi terdiri dari tujuh langkah yaitu : 1) menentukan Judul
dan standar kompetensi, 2) menganalisis karakteristik siswa, 3) menentukan kompetensi
dasar, 4) menentukan materi pembelajaran, 5) menentukan pre test, 6) menentukan
kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar, 7) evaluasi.

Hasil Pengujian Pertama


1. Uji coba kelompok kecil
Uji coba tahap pertama ini dilakukan terhadap 5 orang peserta didik MTs yang semuanya
diberikan modul pembelajaran matematika serta instrumen berupa angket yang harus
diisi setelah pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika dengan
hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

204 || PROSIDING 2016


Pengujian Tahap ke Dua
1. Uji coba lapangan
Uji coba tahap kedua ini, dilakukan uji coba lapangan terhadap peserta didik Kelas VIII.1
(Arab 1) dan kelas VIII.4 (English 1) MTs Negeri Gorontalo yang keseluruhan jumlahnya
60 peserta didik. dan 4 orang guru mata pelajaran Matematika MTs/SMP. Semua peserta
didik dan guru mata pelajaran matematika diberikan modul pembelajaran matematika
dan angket/kuisioner yang harus diisi setelah pembelajaran dengan menggunakan modul
pembelajaran matematika telah selesai. Berdasarkan hasil uji coba lapangan yang telah
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.8.Hasil Uji Coba Lapangan

Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini bertolak dari upaya mengatasi kesulitan belajar peserta didik akibat
dari keterbatasan bahan ajar yang tersedia sehingga berdampak pada hasil belajar
matematika peserta didik. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan sarana
pembelajaran berupa bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran matematika, karena
modul pembelajaran adalah salah satu sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, 1) Bagaimana mengembangkan
modul pembelajaran matematika berdasarkan desain instruksional Jerold E. Kemp
yang baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran matematika di Kelas VIII

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 205


semester genap MTs Negeri Gorontalo? 2) Apakah modul pembelajaran matematika
yang di kembangkan berdasarkan desain instruksional Jerold E. Kemp efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas VIII semester genap MTs Negeri Gorontalo?
Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
modul pembelajaran matematika yang melalui 7 tahapan yaitu: (1) menentukan judul dan
standar kompetensi, (2) menganalisis karakteristik siswa, (3) menentukan kompetensi
dasar, (4) menentukan materi pembelajaran, (5) menentukan pre test, (6) menentukan
kegiatan belajar mengajar, dan (7) evaluasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil validasi dan uji coba baik itu yang
dilakukan pada tahap pertama maupun tahap kedua nampak ada perubahan/peningkatan
yang cukup signifikan terhadap aspek atau komponen-komponen yang terdapat pada draft
modul pembelajaran yang telah disusun pada tahap penyusunan draft.
Dari hasil validasi, nampak bahwa pada awalnya draft modul pembelajaran
matematika masih terlihat banyak kekurangan terutama dalam hal perumusan peta konsep
materi, penjelasan-penjelasan yang terdapat pada uraian materi, contoh soal yang terdapat
pada setiap kegiatan pembelajaran dan pretest dan tes yang mengukur keefektivan produk
(Posttest).
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa aspek/indicator dari modul
pembelajaran yang dinilai masih kurang seperti struktur kalimat yang digunakan dalam
modul pembelajaran yang masih belum sesuai dengan tingkat perkembangan mental
peserta didik dan ilustrasi pada tampilan modul yang masih kurang. Hal itu bisa dilihat
pada hasil uji coba kelompok kecil dimana banyak kalimat-kalimat pada uraian materi
yang tidak dimengerti oleh sebagian besar peserta didik, sedangkan untuk ilustrasi dan
tampilan pada modulmasih ada sebagian peserta didik yang tidak tertarik. Kelemahan
tersebut memang diakui karena dalam penulisan uraian-uraian materi pada modul
pembelajaran tersebut, peneliti tidak mengkonsultasikan dengan para akhli bahasa.
Salah satu yang sangat nampak dari pengembangan modul pembelajaran ini yakni
adanya struktur materi pada setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat menuntun
peserta didik untuk belajar secara mandiri sesuai dengan alur materi yang terdapat pada
peta konsep materi tersebut. Menurut Suprawoto (2009: 2) “modul merupakan alat atau
sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran,
petunjuk kegiatan belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara
mandiri.” Hal tersebut menunjukkan bahwa modul pembelajaran matematika yang telah
disusun telah memenuhi indikator-indikator suatu bahan ajar sehingga dapat digunakan
sebagai bahan ajar matematika di kelas VIII semester genap MTs/SMP.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan modul pembelajaran matematika
berdasarkan desain instruksional Jerold E. Kemp kelas VIII semester genap MTs
Negeri Gorontalo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama Penelitian
pengembangan modul pembelajaran matematika ini berdasarkan model Jerold E. Kemp

206 || PROSIDING 2016


yang telah dimodivikasi yakni ada 7 tahapan: (1) menentukan judul dan standar kompetensi,
(2) menganalisis karakteristik siswa, (3) menentukan kompetensi dasar, (4) menentukan
materi pembelajaran, (5) menentukan pre test, (6) menentukan kegiatan belajar mengajar,
dan (7) evaluasi. Kedua Hasil penelitian diperoleh bahwa model Jerold E. Kemp efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa hal ini dibuktikan dengan validasi akhli dan uji
statistik.

Saran
Bagi yang ingin melakukan penelitian yang berorientasi pada penerapan modul
pembelajaran matematika di sekolah, modul ini dapat dijadikan acuan untuk digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Nurhayati. (2006). Hubungan Kemampuan Awal Matematika dan Cara
Mengajar Guru Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Peserta Didik Di SMA Kota Gorontalo. Disertasi Universitas Negeri Jakarta.
Arends, Richard I. (2008). Learning To teach 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Anne Anastasi & Susana Urbina. (1997). Psychological Testing. USA: Prentice- Hall.
Berdie dan Murphy “Theory of Interest” dalam Milton L. Blum dan Benjamin
Balinsky. (1973) Educational Measurement: Occupational Information. New Yersey:
Englewood Cliffe Prentice Hill Inc.
Clive Shepherd, “Objects of Interest”. (2000). (http://www.fastrak- consulting.co.uk/
tactix/features/objects/ objects. htm).
Conny Semiawan Stamboel. (1990). Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian
didalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Crow, Lester D. And Crow, Alice. (1963). Educational Psychology. New York: Little
Field Adam & Co.
David R. Couston. (1993). Matematika Dasar untuk Biologiwan, Terjemahan oleh
Subanar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Depdikbud RI. (1984). Akta Mengajar IV. Proses Belajar Mengajar. Jakarta.
Dick. W. and Carrey, L. (1985). The Systematic Design of Instruction. Second edition.
Glenview, Illinois: Scott. Foreman and Company.
Elizabeth B. Hurlock. (1981). Child Development. New Jersey: Mc. Graw Hill.
Gary L. Musser, Willin F. Burger. (1994) Mathematics for Elemantary Teacher, A
Contemporary Approach. New York: Macmillan College Publishing Company.
Gilbert Sax. (1980). Principles of Educational and Psychological Measurement and
Evaluation. Wadsworth Publishing Company.
Ibrahim. (2007). Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam
Matematika Melaui Pendekatan Advokasi Dengan Penyajian Masalah Open-
Ended. Tesis pada PSS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Joseph Newmark dan Frances Lake. (1982). Mathematics a Second Language.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 207


John A. Van De Walle. (1994) Elementery School Mathematics: Teaching
Developmentally 2nd ed. New York & London: Longman.
Lewis R. Aiken. (1985). Psychological Testing and Assessment. New York: Publishimg
Company.
Mary A. Bany and Louis V. Johnson. Educational Social psychology (New York:
MacMillan Publishing Co.1975)
Morris Kline, “Matematika” dalam Jujun S. Suriasumanteri (ed). (1991). Ilmu dalam
Prespektif. Jakarta: PT. Gramedia.
M. Ward dan C.E. Hardgrove. (1965) Modern Elementery Mathematics. London:
Addison-Wesley Publishing Company.
Norman E. Gronlund. (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. New York:
Publishing Company.
Pawit M. Yusup. (1990). Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ralph L. Pounds dan Robert L. Garretson. (1962) Principles of Modern Education New
York: The Macmillan Company.
Reigeluth. (1983). Instrucsional-Design Theories and Models: An Averview of their
Current Status. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sudaryono, Gaguk Margono, Wardani Rahayu. (2013). Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&. Bandung: Alfabeta, cv.
Sukardi. (2011). Metodoligi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sumanto. (1996). Mengembangkan Minat Belajar Senirupa. Jakarta: Sekolah Dasar
Tahun 5 No 1, Mei.
Supinah. (2008). Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Matematika SD dalam Rangka Pengembangan KTSP.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Matematika.
Suriasumateri, Studies in Critical Thinking Philosophical Materials for High School
Teachers and Students, Journal Of Technology Education, (10), 2 Spring 1999.
The Liang Gie. (1989). Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty. Thomas L.
Good & Jere E. Brophy. (1990). Educational Psychology. A Realistic Approach. New
York: Longman Ltd.
Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Uno, Hamzah. (2014). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

208 || PROSIDING 2016


Uno, Hamzah. (2014). Variabel Penelitian dalam Pendidikan dan Pembelajaran.
Jakarta: Ina Publikatama.
Uno, Hamzah. (2014). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah. (2012). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Uno, Hamzah. (1993) Disain Pembelajaran Mata Kuliah Statistika Deskriptif. Malang.
Walgito, Bimo. (1981) Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM Yogyakarta.
Witherington, H. C. (1957). Educational Psychology. Boston: Gin and Company.
Y.B. Sudarmanto. (1993). Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Inovasi Pendidikan di ERa Big Data dan Aspek PSIKOLOGINYA || 209


210 || PROSIDING 2016

Anda mungkin juga menyukai