Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENULISAN SKRIPSI

TEMA :

JUDUL : INDONESIA MENUJU SMART MARITIME DIPLOMACY

Diajukan oleh :

Nama : Sevira Elda

NIM : 205190159

Program Peminatan Profesi. : Notaris

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ini mengkaji mengenai upaya diplomasi maritim Indonesia khususnya di Asia
Tenggara dan ASEAN untuk mewujudkan visi Poros Maritim Dunia (PMD). PMD adalah jargon
unggulan pemerintahan Joko Widodo yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia
sebagai negara maritim maju, mandiri, kuat serta berkontribusi positif bagi dunia. Melalui
pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif, untuk menjawab bagaimana upaya diplomasi maritim
Indonesia, data primer dikumpulkan melalui telaah terhadap laporan kinerja tahunan
Kementerian Luar Negeri serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Adapun data sekunder
diperoleh melalui penelusuran berbagai literatur yang berkaitan dengan PMD dan diplomasi
maritim Indonesia di Asia Tenggara dan ASEAN. Dengan menggunakan konseptualisasi
diplomasi maritim Christian Le Miere, artikel ini menunjukkan bahwa upaya diplomasi maritim
Indonesia mengintegrasikan antara pendekatan soft melalui kerja sama dan upaya persuasif
dengan pendekatan hard melalui tindakan koersif. Maka dari itu cara tersebut disebut sebagai
Smart Maritime Diplomacy.
Banyak sekali julukan atau sebutan masing masing personil ataupun juga untuk prajurit
yang menjaga kedaulatan negaranya pada bagian kelautan. Ambil contoh untuk Amerika serikat
yang memiliki kekuatan atau personil US NAVY, yang dimana itu adalah Angkatan laut terkuat
dan terbesar nomor dua di dunia. Untuk negara China juga memiliki personil CHINA NAVY yang
dimana personil tersebut senantiasa akan menjaga kelautan dari China sendiri agar terhindar
dari banyak permasalahan. Untuk personil China sendiri adalah Angkatan laut paling kuat
nomor tiga di dunia. Negara Indonesia memiliki personil TNI Angkatan Laut dan juga BAKAMLA
yang dimana tugas mereka adalah menjaga kelautan Indonesia. Untuk negara Indonesia sendiri,
semua fisik, mental dan juga kemampuan dari personil TNI AL sendiri sudah menjadi suatu
keunggulan dimata dunia. Akan tetapi, peralatan untuk pertempur dan juga menjaga perairan
negara Indonesia masih terbilang kurang.
Gagasan untuk menjadikan Indonesia sebagai PMD dikemukakan oleh Jokowi- Jusuf
Kalla dalam kampanyenya pada pemilihan umum tahun 2014. Gagasan itu terangkum melalui
paparan visi misi dan program aksi yang disusun setebal 41 halaman dengan judul Jalan
Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian.
Kemudian dari pada itu, perwujudan visi tersebut melahirkan tujuh misi di mana pada misi
ketiga dan keenam berkaitan dengan cita-cita untuk menjadi negara maritim. Hal ini setidaknya
memberi isyarat bahwa arah orientasi pembangunan yang hendak dilakukan adalah
pembangunan berbasis maritim sejalan dengan kondisi alamiah Indonesia sebagai negara
kepulauan (archipelagic state).
Selanjutnya, setelah ditetapkan sebagai pasangan Presiden-Wakil Presiden terpilih oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Jokowi-Jusuf Kalla menyampaikan pidato. Dalam pidato
kemenangannya yang berjudul “Saatnya Bergerak bersama”, Jokowi menegaskan pentingnya
semangat gotong-royong untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara maritim.
Setelah resmi dilantik pada 20 Oktober 2014, dalam pidato perdananya sebagai presiden,
Jokowi kembali menegaskan visi maritimnya untuk mewujudkan Jalesveva Jayamahe, yakni
untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di masa lalu sebagai negara maritim. Samudra, laut,
selat dan teluk, menurutnya, adalah masa depan peradaban Indonesia.
Pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa kebijakan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla
akan diarahkan pada pengembangan dimensi maritim dengan segala potensinya. Salah satu
langkah awal yang dilakukan ditunjukkan dengan pembentukan Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman,lembaga kementerian koordinator yang belum pernah ada sebelumnya.
Konsepsi poros maritim ini, menurut Lembong, menunjukkan adanya upaya pengarusutamaan
pembangunan nasional di laut untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim (Lembong
2015). Gagasan ini kiranya menjadi seruan untuk kembali ke jati diri Indonesia dan identitas
nasional sebagai negara kepulauan yang pernah berjaya di laut sebelum datangnya
kolonialisme.1

1
Smart Maritime Diplomacy:
Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
Najamuddin Khairur Rijal
B. Rumusan Permasalahan
1. Apa dasar hukum Indonesia menolak klaim China “ Nine Dash Line “ di perairan
natuna ?
2. Apa dasar hukum Indonesia dalam mempertahankan keamanan lautnya dan menegakan
hukum?
C. Tujuan Penelitian
1. Upaya diplomasi maritim Indonesia khususnya di Asia Tenggara dan ASEAN untuk
mewujudkan visi Poros Maritim Dunia (PMD).
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mewujudkan visi agar PMD di implementasikan melalui kerja sama, persuasi,
dan koersif dan Negara Indonesia memiliki lautan yang luas.
E. Kerangka Konsep dan Teoretis

Kerangka Konseptual
Natuna di klaim sepihak oleh negara
China tanpa ada nya dasar hukum
internasional

Pasal 47 UNCLOS 1982 dasar hukum
Internasional dan pengakuan
internasional terhadap natuna utara.
Dan Indonesia bebas menggunakan SDA
yang ada di Natuna

Natuna masuk kedalam Zona Eksklusif
Indonesia. Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia

Pasal 110 Unclos 1982 berhak
melakukan pemeriksaan terhadap
kapal-kapal asing di laut lepas
Kerangka teoritis
Pengertian analisis menurut KBBI
A.Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya)
B.Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan
C.Penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dan
sebagainya
D.Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya
E.Pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya 2

2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cetakan ke-11 (Jakarta:Kencana,2011).hlm. 93
F. Metode Penelitian
a. Pendekatan Undang-Undang(Statute Approach)
Pendekatan Undang-Undang(Statute Approach) adalah pendekatan yangdilakukan dengan
menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan
isu hukum yang ditangani dalam metode pendekatan perundang-undangan peneliti perlu
memahami hierarki, asas-asas dalam peraturan perundang-undangan.Telah di definisikan
dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2004, peraturan perundang-
undangan adalah peraturan yang tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum. Dari pengertian tersebut, secara singkat dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan statute berupa legislasi dan regulasi.
Alasan saya menggunakan metode pendekatan perundang-undangan yaitu karena dalam
penelitian yang saya lakukan ada dasar hukum internasional dan dasar hukum nasional untuk
membantu menganalisis penelitian saya.
Jenis Data
Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer yang dapat
membantu menganalisa dan memahami bahan-bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder
ini terdiri dari semua tulisan yang tidak berbentuk peraturan perundang-undangan contoh
menurut ahli atau tokoh

Bahan Hukum Primer


Bahan-bahan hukum yang erat hubungannya dalam penelitian yang saya lakukan berupa
peraturan perundang undangan

Teknik pengumpulan data ( Library Research )


Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan
(library research), yaitu dengan menggunakan teknik telaah arsip atau studi pustaka terhadap
buku-buku, jurnal, artikel, thesis atau ahli yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
G. Kesimpulan

Upaya diplomasi maritim yang dilakukan Indonesia untuk mewujudkan visinya menjadi
PMD diimplementasikan melalui kerja sama, persuasi, dan koersif. Ketiga cara atau bentuk
tersebut mengandung dua dimensi kebijakan, yakni soft dan hard mengingat ancaman keamanan
maritim membutuhkan upaya komprehensif. Namun demikian, pendekatan hard juga perlu
dilakukan oleh Indonesia secara hati-hati. Sebab, pendekatan hard dapat berpotensi menjadi
sandungan dalam mencapai kepentingan yang berusaha dipromosikan melalui upaya-upaya kerja
sama dan persuasi (soft). Keaktifan Indonesia menyampaikan gagasan, usulan, rekomendasi, dan
lainnya di berbagai forum dan kesempatan di level bilateral, trilateral, maupun multilateral
menunjukkan betapa Indonesia berusaha menegaskan kepentingannya terhadap aspek maritim.
Namun pada saat yang bersamaan, sikap agresif Indonesia di laut teritorialnya melalui kebijakan
membakar dan menenggelamkan kapal asing bisa mengusik hubungan baik Indonesia yang
berusaha dibangun dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, paparan data yang ditunjukkan terkait upaya diplomasi maritim melalui kerja
sama, persuasi, dan koersi menunjukkan bahwa domain dari diplomasi maritime bukan hanya
angkatan laut (naval maritime diplomacy), tetapi melibatkan berbagai elemen negara dan
lembaga pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi maritim Indonesia dilakukan
dengan mengintegrasikan berbagai cara dan dengan melibatkan berbagai aktor menuju pada satu
visi dan cita-cita sebagai poros maritim. 3

3
Smart Maritime Diplomacy:
Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
Najamuddin Khairur Rijal
Daftar Pustaka :

Madu, Ludiro. 2014. “Reorientasi Politik Luar Negeri Indonesia Pada Pemerintahan
Joko Widodo 2014-2019.” Transnasional: Jurnal Ilmu Hubungan Internasional
9 (2): 104–17.

Rijal, N. K. (2019). Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros
Maritim Dunia. Https://E-Journal.Unair.Ac.Id/JGS/Article/Download/10494/7160.

Riska, Ela. 2017. “Diplomasi Maritim Indonesia Terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan
Ilegal (Illegal Fishing) Oleh Nelayan China Di ZEEI Perairan Kepulauan Natuna.”
Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan 3 (2): 33–47.

Al Syahrin, M. N. 2018."Kebijakan Poros Maritim Jokowi dan Sinergitas Strategi Ekonomi dan
Keamanan Laut Indonesia". Jurnal Indonesian Perspective, Vol.3. No.1. Januari-Juni.

Edrian, M. 2017."Melihat Keamanan Maritim Indonesia". Jurnal Keamanan Maritim, Vol.2.


No.1. Juni.
ARBITASE SEBAGAI FORUM PENYELESAIAN SENGKETA TERITORI MARITIM

I. ARBITRASE INTERNASIONAL :
- Arbitrase
Selain memiliki pengertian sebagai usaha penyelesaian dua perusahaan dengan negara yang
berbeda, Arbitrase ini dapat menjadi wadah ataupun media atau alternative dispute resolution
untuk penyelesaian sengketa kemaritiman atau batas wilayah.
Dasar hukumnya ada di lampiran 7 konvensi hukum laut atau UNCLOS
Beberapa contoh Arbitrase :
1. Australia dan Selandia Baru v. Jepang (“Arbitrase Tuna Bluefin Selatan)
2. Irlandia v. UK (“Arbitrase Tumbuhan Mox”)
3. Malaysia v. Singapura(“Arbitrase Reklamasi Tanah”)
4. Barbados v. Arbitrase Pembatasan Maritim Trimidad dan Tobago
- Arbitrasi : Choice of Forum atau mandatory
- Yurisdiksi Dalam Arbitrase
II. ARBITRASE BAGIAN DARI DIPLOMASI MARITIM
- Menyelesaikan sengketa secara damai
- Prinsip win – win solution
- Putusan Arbitrase dan itikad baik
III. SENGKETA TERITORI MARITIM
- Contoh kasus
- Penyelesaian melalui arbitrase

UNSUR – UNSUR ARBITRASE


- Cara penyelesaian sengketa secara privat atau di luar pengadilan
- Atas dasar perjanjian tertulis dari para pihak
- Untuk mengantisipasi sengketa yang mungkin terjadi atau yang sudah terjadi
- Dengan melibatkan pihak ketiga (arbiter atau wasit) yang berwenang mengambil keputusan
- Sifat putusannya final dan mengikat.

ARBITRASE SEBAGAI FORUM


PENYELESAIAN SENGKETA
TERITORI MARITIM
[ARBITRASE INTERNASIONAL - ARBITRASE: CHOICE OF FORUM ATAU
MANDATORY? ]
Arbitrase untuk sengketa teritorial maritim merupakan proses default.

PENYELESAIAN SENGKETA MARITIM MELALUI ARBITRASE


- pasal 279 Konvensi Hukum Laut 1982
- pasal 33 ayat (1) Piagam PBB di dalam setiap penyelesaian sengketa antara negara pihak
- Konvensi Hukum Laut 1982 dimana arbitrase merupakan salah satu pilihannya
- Pasal 287 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982
- Bagian 15 Konvensi menetapkan sistem yang sangat inovatif untuk penyelesaian perselisihan.
- Bagian 2 menetapkan prosedur perselisihan wajib yang meliputi Pengadilan Internasional untuk
Hukum Laut (ITLOS) dalam Lampiran VI, Pengadilan Internasional (ICJ), pembentukan Pengadilan
Arbitrase di bawah Lampiran VII, dan pembentukan Pengadilan Arbitrase Khusus yang dibentuk
sebagai panel para ahli, untuk menangani perselisihan yang timbul dari area tertentu (mis.
perikanan, lingkungan laut, penelitian ilmiah, navigasi, dll.)

Yurisdiksi = ruang lingkup kewenangan arbitrase.


Instrumen hukum baik internasional atau nasional merupakan prasyarat utama untuk lahirnya
kewenangan hukum atau yurisdiksi arbitrase.

Apabila suatu badan arbitrase tidak memiliki yurisdiksi dan tetap melanjutkan pemeriksaan
sengketa dan membuat putusannya, maka salah satu pihak dapat mengajukan permohonan
untuk melawan putusan arbitrase tersebut.

Untuk putusan arbitrase internasional, ketidakadaan yurisdiksi dapat mengakibatkan tidak


dapat dilaksanakannya putusan. Atau suatu negara dapat menolak atau mengesampingkan
putusan arbitrase internasional.

Tujuan dan masalah yang harus diselesaikan badan arbitrase juga ditentukan oleh para pihak.
Faktor kesukarelaan dan kesadaran bersama merupakan landasan keabsahan ikatan perjanjian
arbitrase.

Arbitrase bisa menjadi media penyelesaian sengketa yang mewujudkan komitmen para pihak
untuk menyelesaikan sengketa secara damai.

Arbitrase mengedepankan winwin solution

Putusan Arbitrase menjadi sumber hukum yang harus ditaati para pihak dalam sengketa dengan
itikad baik.

Anda mungkin juga menyukai