Anda di halaman 1dari 24

T R 1 L 2 2 BL 0 3 TH 2 0 2 1

Nomor: 01/TR/L 2.2/WBS 2.0/ WP 2.2/KIKLPKS/PPIMTE/PKT/BPPT/III/2021

KAJIAN KLASTER INDUSTRI KOMPONEN LOKAL


PENYEDIA KOMPONEN SPKLU
(CHARGING STATION)
TECHNICAL REPORT – TAHUN 2021

TECHNICAL REPORT 1
Identifikasi dan studi literatur

WB 2
Pengkajian Kesiapan Teknologi dan Manufaktur

WP 2.2
Pengkajian Kesiapan Manufaktur

PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI MANUFAKTUR


TELEMATIKA DAN ELEKTRONIKA
KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
MARET 2021

DIBUAT OLEH: DIPERIKSA OLEH: DISETUJUI OLEH:

Leader Group Leader Chief Engineer


Wahyu Purnawirawan Ramos Hutapea Setyo Margo Utomo
15/03/2021 15/03/2021 15/03/2021

1
I. PENGANTAR
Sebagai bagian dari Program Pengkajian dan Penerapan Industri
Manufaktur, Telematika dan Elektronika (PPIMTE) dan Kajian Klaster
Industri Komponen Lokal Penyedia Komponen SPKLU (Charging Station),
Work Package (WP) 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur merupakan
turunan kegiatan dari Work Breakdown Structer (WBS) 2.0 Pengkajian
Kesiapan Teknologi dan Manufaktur.

Technical Report 1 (TR1) ini, dikerjakan pada kurun waktu tanggal 15 - 22


Maret 2021, dengan maksud memberikan masukan terhadap kegiatan
khususnya di WBS 2 terkait manufaktur. Kajian ini dilakukan terhadap
industri, litbangjirap serta perguruan tinggi yang melakukan pengembangan
SPKLU

II. LATAR BELAKANG, TUJUAN, SASARAN, RUANG LINGKUP


2.1 Latar Belakang

Dalam upaya percepatan pengembangan kendaraan bermotor listrik,


pemerintah telah mengeluarkan PERPRES 55/2019, dimana didalamnya
telah dirinci langkah langkah percepatan untuk kendaraan bermotor listrik
berbasis baterai. Dalam Perpres tersebut disebutkan, bahwa percepatan
program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai untuk
transportasi jalan diselenggarakan melalui:

1) Percepatan pengembangan industri KBL Berbasis Baterai dalam


negeri;
2) Pemberian insentif;
3) Penyediaaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarif
tenaga listrik untuk KBL Berbasis Baterai;
4) Pemenuhan terhadap ketentuan teknis KBL Berbasis Baterai; dan
5) Perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Ke 5 (lima) point pada pasal tersebut menunjukkan garis besar dari langkah
langah yang akan dilakukan pemerintah dalam rangka percepatan program
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang akan dikembangkan di
Indonesia. Selain itu, Perpres ini menegaskan, bahwa perusahaan industri

2
komponen kendaraan bermotor dan/atau perusahaan industri komponen
kendaraan bermotor, wajib mendukung dan melakukan kerja sama dengan
industri KBL Berbasis Baterai dalam negeri, seperti industri Charging
Station.

BPPT sebagai salah satu lembaga litbang pemasok teknologi nasional


berkoordinasi dengan berbagai lembaga terkait mendapat mandat
pemerintah yang dituangkan dalam Program Flagship BPPT terkait Inovasi
Teknologi Sistem Charging Station.

WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur berkontribusi pada Program Kajian


Klaster Industri Komponen Lokal Penyedia Komponen SPKLU dengan
melakukan kajian dan pengukuran terhadap kesiapan manufaktur, mulai dari
Identifikasi Industri, litbangjirap dan perguruan tinggi yang melakukan
pengembangan, hingga proses dan peralatan yang digunakan untuk
memproduksi SPKLU.

Penulisan Technical Report 1 (TR1) ini bertujuan untuk menyampaikan :

1. Latar belakang

2. Hasil studi literatur

3. Penetapan metodologi

4. Kerangka pikir kegiatan

2.2 Tujuan

Kegiatan Kajian Kesiapan Manufaktur bertujuan melihat sejauh mana


industri, litbangjirap dan perguruan tinggi melakukan pengembangan serta
mampu memanufaktur SPKLU, dalam upaya mendukung percepatan
pengembangan kendaraan bermotor listrik sebagaimana tertuang dalam
PERPRES 55/2019 khususnya dalam penyediaaan infrastruktur pengisian
listrik.

2.3 Sasaran

Untuk mencapai tujuan diatas, maka sasarannya adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi industri litbangjirap dan perguruan tinggi yang


mengembangkan produk dan atau komponen SPKLU;

3
b. Melakukan pengukuran kesiapan manufaktur industri SPKLU
menggunakan metode Manufacturing Readiness Level (MRL);

c. Analisis kesiapan manufaktur industri SPKLU;

d. Penyusunan strategi pengembangan dalam rangka memperkuat kesiapan


manufaktur industri SPKLU.

2.4 Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur dibatasi


sebagaimana berikut:

 Penetapan metode pengukuran kesiapan manufaktur industri SPKLU

 Pemetaan industri, litbangjirap dan perguruan tinggi yang melakukan


pengembangan dan manufaktur SPKLU

 Pengukuran Kesiapan Manufaktur menggunakan Manufacturing


Readiness Level (MRL)

 Perumusan rekomendasi kebijakan peningkatan kemampuan


manufaktur industri SPKLU

III. KEGIATAN
Kegiatan yang dilakukan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur Industri
SPKLU pada triwulan I ini adalah menyusun desain studi. Dalam hal ini,
menyusun metodologi dan rencana kegiatan serta rencana topic/tema catatan
teknis (TN) selama satu tahun ini (2021), pemaetaan terhadap industry,
litbangjirap dan perguruan tinggi yang melakukan pengembangan
manufaktur SPKLU. Selain itu, juga melakukan pendalaman pemahaman
akan konsep metode pengukuran berupa Manufacturing Readiness Level
(MRL).

3.1 Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan


Manufaktur akan diuraikan dalam bentuk tahapan kegiatan, pengumpulan
data, dan pengolahan serta analisis data.

4
3.1.1 Tahapan Kegiatan

Flowchart tahapan atau urutan kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan


Manufaktur SPKLU ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

TAHAP PERSIAPAN

Studi Literatur&Pustaka Desain Instrumen Survei

Teori Jurnal Dokumen Panduan Wawancara Kuesioner MRL

TAHAP SURVEI LAPANGAN

TAHAP PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

TAHAP PENGOLAHAN DATA TAHAP ANALISIS DATA

Data Sekunder Data Kualitatif

Data Primer Data Kuantitatif Pemahaman Kondisi


Eksisting

Gap Analysis

Perumusan masalah
Manufaktur

Perumusan
Rekomendasi

3.1.2 Metode Pengumpulan Data

Kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur Industri SPKLU


merupakan hasil pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
berasal dari elemen/aktor klaster industri yakni industri CS/SPKLU,
perguruan tinggi, lembaga litbang dan kelembagaan terkait seperti PT. PLN
Persero, Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perhubungan dll. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan diskusi
dengan menggunakan panduan dan kuesioner. Sedangkan data sekunder

5
diikumpulkan melalui buku, internet, jurnal-jurnal dan dokumen lain terkait.
Data primer yang dikumpulkan meliputi data:

 Update industri manufaktur CS/SPKLU yang ada saat ini (dalam dan
luar negeri yang produknya beredar di pasar domestik/Indonesia)

 Kemampuan dan kapasitas industri manufaktur SPKLU

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data:

 Roadmap penguasaan/kemampuan industri manufaktur SPKLU di


Indonesia.

3.1.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur Industri SPKLU


merupakan hasil kombinasi beberapa metode analisis, sehingga diperoleh
hasil akhir berupa strategi pengembangan dalam rangka memperkuat
kesiapan manufaktur industri SPKLU. Metode analisis yang digunakan ialah
metode pengukuran MRL.

3.2 Rencana Kegiatan

Tabel 1. Rencana Kegiatan WP 2.2

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV


No. Rencana Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I TAHAP PERSIAPAN
1 Penetapan metodologi
2 Pematangan metodologi
a Penyusunan instrumen dan desain survei
berdasarkan metodologi yang ditetapkan
3 Penajaman metodologi melalui studi literatur
a Konsep MRL
b Gambaran umum & teknologi CS
c Updating peraturan perundangan dan standar
d Benchmarking peraturan perundangan dan
industri CS/KBL di negara lain
II TAHAP PENGUMPULAN DATA & SURVEI
1 Pengumpulan data
a Pemetaan Industri, Litbangjirap dan
Perguruan Tinggi Manufaktur Industri SPKLU

6
b Kemampuan/kesiapan industri & industri
CS/SPKLU
2 Survei lapangan & FGD
a Industri & industri pendukung CS/SPKLU
b Lembaga pemerintah terkait termasuk PT.
PLN Persero
c Lembaga litbang & perguruan tinggi terkait
III TAHAP PENGOLAHAN & ANALISIS DATA
1 Pengolahan data
a Rekapitulasi hasil pengumpulan data & survei
2 Analisis data
a Pemetaan sistem/klaster industri CS
b Observasi ekosistem CS/KBL
c Analisis kemampuan/kesiapan Industri,
Litbangjirap dan Perguruan Tinggi Manufaktur
Industri SPKLU
d Analisis Gap kemampuan Industri,
Litbangjirap dan Perguruan Tinggi Manufaktur
Industri SPKLU
IV TAHAP PERUMUSAN REKOMENDASI
1 Usulan strategi pengembangan kemampuan
Industri, Litbangjirap dan Perguruan Tinggi
Manufaktur Industri SPKLU melalui FGD
2 Rekomendasi kebijakan strategi pengembangan
kemampuan Industri, Litbangjirap dan Perguruan
Tinggi Manufaktur Industri SPKLU
3 Penyusunan laporan akhir kegiatan (konsinyering)

7
3.3 Rencana Topik/Tema Catatan Teknis

Tabel 2. Topik/Tema Catatan Teknis (TN) Setiap ES Dalam Satu Tahun

ES TN 1 TN 2 TN 3 TN 4 TN 5 TN 6 TN 7 TN 8 TN 9 TN 10 TN 11 TN 12
ES 2.2.1 Melakukan Identifikasi Explorasi Explorasi Penyesuaian Observasi Eksplorasi Benchmarking Lesson learn Analisis GAP Roadmap Analisis
studi literature Litbangjirap Litbangjirap lanjutan Metode pengukuran kesesuaian pengembanga pola hilirisasi kemampuan penguasaan perumusan
mengenai dan Perguruan dan Perguruan Litbangjirap pengukuran MRL berupa standar, pasar n dan hasil manufaktur manufaktur strategi
metode Tinggi yang Tinggi yang dan Perguruan MRL terhadap expert choice yang menjadi kemampuan pengembanga Litbangjirap SPKLU oleh peningkatan
pengukuran mengembangk mengembangk Tinggi yang sasaran terhadap referensi Litbangjirap n SPKLU dari dan Perguruan litbangjirap kemampuan
Manufacturing an produk dan an produk dan mengembangk eksplorasi kemampuan kemampuan dan Perguruan Litbangjirap, Tinggi SPKLU dan Perguruan dan
Readiness atau atau an produk dan (Litbangjirap Litbangjirap manufaktur Tinggi yang dan Perguruan Tinggi penguasaan
Level komponen komponen atau dan Perguruan dan Perguruan Litbangjirap mengembangk tinggi kepada manufaktur
SPKLU SPKLU komponen Tinggi yang Tinggi yang dan Perguruan an produk dan Industri terkait SPKLU oleh
SPKLU mengembangk mengembangk Tinggi SPKLU atau di Luar Negeri litbangjirap
an produk dan an produk dan komponen dan Perguruan
atau atau SPKLU di Luar Tinggi
komponen komponen Negeri
SPKLU) SPKLU
ES 2.2.2 Melakukan Identifikasi Eksplorasi Eksplorasi Penyesuaian Observasi Eksplorasi Benchmarking Perkembanga Analisis GAP Roadmap Analisis
studi literature Industri Industri yang lanjutan Metode pengukuran kesesuaian pengembanga n manufaktur kemampuan penguasaan perumusan
mengenai manufaktur mengembangk Industri yang pengukuran MRL berupa standar, pasar n dan SPKLU dari kemampuan manufaktur strategi
metode SPKLU an produk dan mengembangk MRL terhadap expert choice yang menjadi kemampuan tahun-ke tahun manufaktur SPKLU oleh peningkatan
pengukuran atau an produk dan sasaran terhadap referensi Industri yang yang Industri Industri dalam kemampuan
Manufacturing komponen atau eksplorasi kemampuan kemampuan mengembangk dihasilkan SPKLU negeri dan
Readiness SPKLU komponen (Industri yang Industri yang manufaktur an produk dan industry di penguasaan
Level SPKLU mengembangk mengembangk Industri atau seluruh dunia manufaktur
an produk dan an produk dan SPKLU komponen (roadmap SPKLU oleh
atau atau SPKLU di Luar kedepan jika Industri
komponen komponen Negeri ada)
SPKLU) SPKLU

8
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan rencana kegiatan tahunan yang telah ditargetkan pada bagian
sebelumnya, pada triwulan I ini terdapat 2 (dua) aktivitas utama yang
dilakukan, yaitu:

1. Penetapan serta penajaman metodologi pengukuran kesiapan manufaktur


menggunakan MRL

2. Identifikasi Industri Manufaktur SPKLU.

4.1 Penetapan dan Penajaman Metodologi

Untuk mencapai output kegiatan, khususnya di WBS 2 yaitu Rekomendasi


Peningkatan Kesiapan Teknologi dan Manufaktur Industri Komponen CS,
terdapat beberapa pendekatan atau metode yang digunakan. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengukur level kesiapan industri
manufaktur ialah dengan Manufacturing Readiness Level (MRL) sehingga
dalam melakukan proses produksinya, teknologi dan kemampuan
manufaktur yang belum matang dapat dikelola secara efektif [1].

Tingkat Kesiapan Manufaktur (MRL - Manufacturing readiness Level)


adalah metode pengukuran yang dirancang untuk menilai kematangan
teknologi tertentu, sistem, subsistem, atau komponen dari calon manufaktur.
MRL dapat digunakan untuk mendefinisikan level kematangan manufaktur
pada setiap tahapan dan dikaitkan dengan biaya dan risiko.

Terdapat beberapa permasalahan dalam industri manufaktur yang


melatarbelakangi pembuatan alat ukur MRL diantaranya yaitu:

a. Biaya manufaktur teknologi modern yang sangat besar,

b. Keberlanjutan system teknologi modern terlalu mahal,

c. Sistem teknologi modern memakan waktu relative lama.

Kesiapan manufaktur dan kesiapan teknologi berjalan seiring. MRL, dalam


hubungannya dengan TRL, adalah ukuran utama yang menentukan risiko
ketika sebuah teknologi atau proses menjadi matang dan dialihkan ke suatu
sistem produksi. Proses manufaktur tidak akan dapat matang sampai
teknologi produk dan desain produk stabil. MRL juga dapat digunakan untuk
menentukan kesiapan dan risiko manufaktur di sistem atau tingkat

9
subsistem. Oleh karena itu, kriteria MRL dirancang untuk memuat tingkat
kesiapan teknologi nominal sebagai prasyarat pada setiap tingkat kesiapan
manufaktur.

TRL menyediakan metrik / sistem pengukuran untuk menilai kematangan


teknologi tertentu. Pendekatan TRL telah digunakan selama bertahun-tahun
Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) dan merupakan
pendekatan yang digunakan untuk mengukur kematangan teknologi. TRL
terutama digunakan sebagai alat untuk membantu pengawasan teknologi
dalam pengembangan dan transisinya menuju proses produksi.

Terdapat sepuluh level MRL yang berhubungan dengan sembilan TRL yang
digunakan. Tingkat terakhir (MRL 10) mengukur aspek praktik lean dan
peningkatan berkelanjutan untuk sistem produksi. Gambar 1 menunjukan
hubungan antara MRL dengan aspek lainnya.

Gambar 1. Hubungan MRL dengan Poin Keputusan, Milestones, Tinjauan


Teknis, dan TRL

MRL memiliki penomoran pada setiap levelnya yang mewakili skala ordinal
non-linier yang mengidentifikasi seperti apa status kematangan yang dimiliki,
menunjukan posisi dari siklus akuisisi teknologi yang sedang dilakukan.
Berikut 10 (sepuluh) level MRL yang menjadi dasar pengukuran kesaiapan
Manufaktur :

MRL 1 : Implikasi Manufaktur Dasar di identifikasi

Ini adalah tingkat kesiapan manufaktur terendah. Fokusnya adalah untuk


mengatasi kekurangan manufaktur dan peluang yang ada untuk mencapai

10
tujuan program. Dasar penelitian (yaitu, didanai oleh anggaran kegiatan)
dimulai dalam bentuk studi.

MRL 2 : Konsep Manufaktur Teridentifikasi

Level ini dicirikan dengan mendeskripsikan penerapan konsep manufaktur


baru. Penelitian terapan menerjemahkan penelitian dasar yang menjadi
solusi untuk didefinisikan secara luas sesuai kebutuhan. Biasanya tingkat
kesiapan ini mencakup identifikasi, studi makalah, dan analisis material dan
proses. Tampak pemahaman tentang kelayakan manufaktur dan risiko yang
dihadapi.

MRL 3 : Kemampuan untuk menghasilkan teknologi di lingkungan


laboratorium

Level ini memulai validasi konsep manufaktur melalui analitis atau


percobaan laboratorium. Tingkat kesiapan ini merupakan tipikal dari
teknologi penerapan Penelitian dan Pengembangan Lanjutan. Karakteristik
bahan dan / atau proses telah dilakukan, untuk manufakturabilitas dan
ketersediaan namun demikian evaluasi lebih lanjut dan demonstrasi masih
diperlukan. Model perangkat keras eksperimental telah dikembangkan di
lingkungan laboratorium yang mungkin memiliki fungsi terbatas.

MRL 4 : Kemampuan untuk menghasilkan teknologi di lingkungan


laboratorium

Tingkat kesiapan ini berfungsi sebagai kriteria Analisis Solusi Material.


Menunjukan fase mendekati keputusan Milestone A. Teknologi seharusnya
sudah matang hingga minimal TRL 4. Tingkat ini menunjukkan bahwa
teknologi siap untuk Tahap Pematangan & Pengurangan Risiko akuisisi. Pada
titik ini diperlukan investasi, seperti pengembangan teknologi manufaktur
telah diidentifikasi. Proses dilakukan untuk memastikan manufakturabilitas,
produksibilitas, serta kualitas memadai dan cukup untuk menghasilkan demo
teknologi. Risiko manufaktur telah diidentifikasi, membangun prototipe dan
rencana mitigasi sudah siap. Manufaktur, material, dan biaya persyaratan
khusus penggerak telah diidentifikasi, dan biaya ketidakpastian penggerak
telah telah dihitung. Penilaian produktivitas konsep desain telah diselesaikan.
Parameter kinerja utama telah diidentifikasi serta perkakas khusus apa pun,

11
penanganan khusus, keahlian manufaktur, dan persyaratan tenaga kerja serta
ketersediaan fasilitas.

MRL 5 Kemampuan untuk menghasilkan prototype komponen


pada lingkungan produksi yang relevan

Tingkat kematangan ini berada pada titik tengah dalam proses pengukuran
Pematangan Teknologi & Risiko Pengurangan Fase akuisisi, atau dalam kasus
teknologi utama, mendekati titik tengah sebuah proyek Advanced
Technology Demonstration (ATD). Teknologi seharusnya memiliki batas
minimum hingga TRL 5. Penilaian basis industri seharusnya dimulai untuk
mengidentifikasi sumber potensial manufaktur. Strategi manufaktur
dikembangkan untuk Milestone (A) Strategi Akuisisi telah disempurnakan
dengan teknologi pematangan kontraktor dan diintegrasikan ke dalam
rencana manajemen risiko. Identifikasi ketersediaan teknologi utama dan
komponen telah selesai dilakukan. Rilis data produk diperlukan untuk
pembuatan komponen prototipe, evaluasi desain untuk menentukan
Karakteristik Utama telah dimulai. Bahan prototipe telah didemonstrasikan
pada komponen dalam lingkungan produksi yang relevan, tetapi banyak
proses manufaktur dan prosedur masih dalam pengembangan. Upaya
pengembangan teknologi manufaktur, serta penilaian produktivitas teknologi
dan komponen utama mulai dilakukan.

MRL 6 Kemampuan menghasilkan prototipe sistem atau


subsistem dalam suatu produksi lingkungan yang relevan

MRL ini terkait dengan kesiapan untuk keputusan Milestone (B) untuk
memulai program akuisisi dengan masuk ke tahap Engineering and
Manufacturing Development (EMD) Fase akuisisi. Teknologi seharusnya
sudah matang setidaknya hingga TRL 6. Dapat dilihat sebagai tingkat
kesiapan manufaktur yang menunjukkan penerimaan desain sistem awal.
Pendekatan manufaktur awal telah dikembangkan. Proses manufaktur telah
ditentukan dan dikarakterisasi, namun masih dapat terjadi perubahan teknik
dan / atau desain yang signifikan dalam sistem itu sendiri. Desain awal telah
diselesaikan dan penilaian produktivitas serta studi perdagangan teknologi
dan komponen utama telah selesai. Proses manufaktur dan solusi teknologi
manufaktur, material, perkakas dan alat uji, serta keterampilan personel telah

12
dibuktikan pada komponen, subsistem, dan / atau system dalam lingkungan
produksi yang relevan. Analisis biaya, hasil, dan tarif telah dilakukan untuk
menilai bagaimana data prototipe dibandingkan dengan tujuan sasaran, dan
program telah mengembangkan strategi pengurangan risiko yang tepat untuk
mencapai persyaratan biaya. Studi perdagangan produktivitas dan
pertimbangan produktivitas telah membentuk system rencana
pengembangan. Penilaian kapabilitas industri untuk Milestone B telah
lengkap. Elemen timbal panjang dan rantai pasokan utama telah
diidentifikasi. Untuk jangka panjang elemen rantai pasokan utama telah
diidentifikasi.

MRL 7 Kemampuan menghasilkan sistem, subsistem, atau


komponen dalam lingkungan perwakilan produksi

Tingkat kesiapan manufaktur ini tipikal dengan titik tengah dari proses
Engineering and Manufacturing Development (EMD) yang mengarah ke
tahap Critical Design Review (CDR). Teknologi seharusnya dinilai pada level
minimal TRL 7. Aktivitas desain detail sistem hampir selesai. Spesifikasi
material telah disetujui dan material tersedia untuk memenuhi jadwal
pembangunan jalur percontohan yang direncanakan. Proses dan prosedur
pembuatan telah didemonstrasikan dalam lingkungan yang mewakili system
produksi sebenarnya. Studi terperinci tentang produkibilitas telah selesai dan
peningkatan produktivitas serta penilaian risiko sedang berlangsung. Model
biaya telah diperbarui dengan desain rinci yang diproduksi di produksi
lingkungan yang relevan, dimasukan pada tingkat sistem, serta dilacak target
yang dialokasikan. Upaya pengurangan biaya unit telah diprioritaskan dan
sedang dilakukan. Analisis hasil dan tarif telah diperbarui dengan data
sample produksi. Rantai pasokan dan jaminan kualitas pemasok telah dinilai
dan bertahan lama, rencana pengadaan sudah siap. Rencana manufaktur dan
target kualitas telah ditetapkan. Perkakas produksi dan desain alat uji dan
upaya pengembangan dimulai, serta validasi untuk Peralatan Uji Khusus /
Peralatan Inspeksi Khusus (STE / SIE) telah lengkap.

13
MRL 8 : Kemampuan jalur percontohan ditunjukkan; siap untuk
memulai Low Rate Initial Production (LRIP)

Level ini terkait dengan kesiapan untuk keputusan Milestone (C), dan masuk
ke LRIP atau produksi awal. Teknologi harus sudah matang setidaknya
hingga TRL 7 atau 8. Terperinci desain sistem sudah lengkap dan cukup stabil
untuk memasuki produksi tingkat rendah. Semua bahan, tenaga kerja,
perkakas, peralatan uji, dan fasilitas dibuktikan di jalur percontohan dan
tersedia untuk memenuhi jadwal produksi tingkat rendah yang direncanakan.
STE / SIE telah divalidasi sebagai bagian dari validasi jalur percontohan
sesuai dengan rencana validasi. Proses dan prosedur manufaktur dan kualitas
telah dibuktikan dalam uji coba dan terkendali serta siap untuk produksi
dengan kapasitas rendah. Risiko produktivitas dan masalah yang diketahui
tidak menimbulkan tantangan yang signifikan untuk produksi kapasitas
rendah. Model biaya dan hasil Analisis tingkat produksi telah diperbarui
berdasarkan hasil jalur percontohan, Pengujian kualifikasi pemasok dan
inspeksi peluncuran pertama telah diselesaikan. Basis industri telah dinilai
untuk Milestone C dan menunjukkan kapabilitas industri dibangun untuk
mendukung LRIP.

MRL 9 : Produksi kapasitas rendah di demonstrasikan;


Kemampuan produksi telah berada pada kondisi yang siap untuk
Full Rate Production (FRP)

Pada level ini, sistem, komponen, atau item sedang dalam produksi, atau telah
berhasil mencapai produksi awal dengan kapasitas rendah. Teknologi
seharusnya sudah matang hingga TRL 8 atau 9. Tingkat kesiapan ini biasanya
dikaitkan dengan kesiapan untuk masuk ke FRP. Semua persyaratan rekayasa
/ desain sistem harus dipenuhi dengan hanya sedikit perubahan sistem. Fitur
desain sistem utama stabil dan telah dibuktikan dalam uji operasional dan
evaluasi. Bahan, suku cadang, tenaga kerja, perkakas, peralatan uji, dan
fasilitas tersedia untuk memenuhi produksi tingkat dengan jadwal yang
direncanakan. Validasi STE / SIE dipertahankan dan divalidasi ulang
seperlunya. Kemampuan proses Manufaktur dalam lingkungan produksi
kapasitas rendah berada pada tingkat kualitas yang sesuai untuk memenuhi
toleransi Key Characteristic (KC). Risiko dan masalah dipantau secara

14
pararel dengan proses yang sedang berlangsung. Target biaya LRIP telah
terpenuhi, dan kurva pembelajaran telah dianalisis dengan data aktual. Model
biaya telah diperbarui untuk FRP dan mencerminkan dampak dari perbaikan
berkelanjutan yang dilakukan.

MRL 10 : Tingkat Produksi Penuh didemonstrasikan dan Lean


production di terapkan

Ini adalah tingkat kesiapan manufaktur tertinggi. Teknologi seharusnya


sudah matang hingga TRL 9. Tingkat produksi ini biasanya dikaitkan dengan
Produksi & Fase Penerapan atau Operasi & Keberlanjutan dari siklus hidup
akuisisi. Perubahan teknik / desain sedikit dan umumnya terbatas pada
peningkatan berkelanjutan perubahan atau masalah keusangan. Sistem,
komponen, dan item dalam skala produksi penuh dan memenuhi semua
persyaratan teknik, kinerja, kualitas, dan keandalan. Kemampuan proses
manufaktur berada pada tingkat kualitas yang sesuai. Semua bahan,
perkakas, inspeksi dan peralatan uji, fasilitas dan tenaga kerja tersedia dan
telah dipenuhi sepenuhnya menilai persyaratan produksi. Validasi STE / SIE
dipertahankan dan divalidasi ulang jika diperlukan. Tingkat biaya unit
produksi sesuai yang diharapkan, dan pendanaan cukup untuk produksi
dengan harga yang sesuai. Proses perbaikan berkelanjutan terus dilakukan.

4.2 Identifikasi Industri Manufaktur SPKLU

Kebutuhan akan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum diprediksi akan


terus meningkat setiap tahun. Hal ini sejalan dengan program percepatan
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk transportasi jalan
sebagaimana yang tertuang pada perpres No 55 Tahun 2019. Berdasarkan
regulasi tersebut, BPPT memiliki peranan dalam merumuskan kebijakan
roadmap SPKLU hingga tahun 2024 (target pemerintah dan target investasi
swasta). Keterlibatan BPPT sebagai PIC salah satu regulasi turunan dapat
dilihat pada gambar 2 dibawah.

15
Sumber : Kemenkomarves

Gambar 2. Regulasi Turunan dan PIC

Hingga Januari 2021, jumlah SPKLU yang telah dibangun di seluruh


Indonesia sejumlah 100 unit di 72 lokasi berbeda, dan tentunya akan terus
bertambah. Gambar 3 menunjukan sebaran charging station yang telah
dibangun diseluruh Indonesia.

Sumber : Kementerian ESDM

Gambar 3 Infrastruktur charging station di Indonesia (update Januari 2021)

16
Melalui penugasan, PT PLN Persero bertugas untuk melakukan penyediaan
infrastruktur pengisian listrik untuk KBL berbasis Baterai. Berdasarkan hal
ini, PT PLN telah melakukan estimasi kebutuhan SPKLU per tahun
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4 berikut.

Sumber : PT PLN

Gambar 4 Estimasi Kebutuhan SPKLU per Tahun

Berdasarkan gambar diatas, estimasi yang dilakukan mencakup level Fast


Charging dan juga Medium Charging. Estimasi juga merupakan total
kebutuhan nasional, baik yang akan disediakan PLN maupun badan usaha
lainnya. Pemenuhan ketersedian SPKLU juga harus memperhatikan standar
atau tipe plug socket-oulets SPKLU yang akan digunakan. Dari beberapa
rapat yang dilaksanakan antara Ditjen Ketenagalistrikan ESDM bersama para
stakeholders diputuskan tipe plug socket-outlets SPKLU yang digunakan,
antara lain:

a. Type 2 AC Charging

b. DC Charging CHAdeMO

c. DC Charging Combo Type CCS2

17
Gambar 5 Type Socket yang disepakati

Melihat populasi kendaraan listrik yang sudah terjual di pasar domestik,


hingga 2020 pabrikan asal korea selatan mendominasi penjualan mobil listrik
di Indonesia, diikuti BMW dan Toyota. Hyundai IONIQ sebagai salah satu
tipe terlaris pada tahun 2020 (81 unit terjual termasuk unit yang dipakai
untuk Grab) menggunakan Socket AC Type 2 didalam pengisian ulang baterai
nya. Gambar 6 menunjukan jenis mobil listrik yang cukup laris terjual pada
tahun 2020.

Gambar 6 Penjualan mobil listrik tahun 2020

18
Berdasarkan tren penggunaan mobil listrik dan estimasi kebutuhan SPKLU
inilah yang menjadi daya tarik bagi industri manufaktur untuk
mengembangkan dan memproduksi SPKLU memenuhi kebutuhan dalam
negeri.

4.2.1 Industri SPKLU di Indonesia

Terdapat beberapa perusahaan yang sudah melakukan pemasangan SPKLU


pada sejumlah wilayah di Indonesia. Perusahaan tersebut berasal dari dalam
dan luar negeri termasuk industri otomotif yang membawa platform charging
station mereka kesini seperti Tesla, Mitsubishi dan BMW. Berikut penyedia
SPKLU di Indonesia:

Nama Merk
No Plugs, Type, Power Lokasi
Perusahaan Produk
 AC Type 2, up to 43
kW
Circutor  DC CCS 2, up to 50 Tangerang,
1 HS Power/ELMCO
(Spanyol) kW Banten
 DC CHAdeMO, up to
50 kw
 AC Type 2, 33 kW
 DC CCS 2, 20 kW
Factory:
PT ABB Sakti ABB  DC CHAdeMO, 20
2 Tangerang,
Industri (Eropa) kw
Banten
 DC Portable (CCS2,
CHAdeMO) 20 kW
 AC Type 2, up to 43
kW
PT Tri Energy DELTA  DC CCS 2, up to 50
3
Berkarya (Taiwan) kW
 DC CHAdeMO, up to
50 kw
 AC Type 2, up to 43
kW
 DC CCS 2, up to 50 Bandung,
4 PT LEN License
kW Jawa Barat
 DC CHAdeMO, up to
50 kw
 DC CHAdeMO, 53
Powerindo/ Tangerang,
5 China kw
Proteksindo Banten
 AC Type 1

19
 AC Type 2
PT Robert Bosch Bosch Bekasi, Jawa
6  AC Type 1 & 2
Automotive (Jerman) Barat
PT Tirta Jaya Phoenix  AC Type 2 Kedoya,
7
Primakarsa Contact  CCS Jakarta Barat
Wenzhou Bluesky Bluesky  AC – DC Charger, up
8
Energy Tech., Co (China) to 240 kW
PT Anugerah SETEC AC – DC Charger, up to Gresik, Jawa
9
Buana Seraya (China) 240 kW Timur
 AC Type 1 dan 2, 7
kW
 AC Type 1 dan 2, 43
kW
 CCS dan CHAdeMO,
20 kw
PT Optima Integra
10 China  CCS dan CHAdeMO,
Tehnika
50 kw
 CCS + CHAdeMO +
AC Type 2, 100 kW
 CCS + CHAdeMO +
AC Type 2, lebih dari
100 kW
 AC Type 2, up to 7
kW (wall & floor
mounting)
 AC Type 2, up to 22
kW (floor mounting) Rungkut
Besen
11 PT Bambang Djaja  CCS, AC Type 2, Industri III,
(China)
CHAdeMO, up to 50 Surabaya
kW
 CCS, AC Type 2,
CHAdeMO, up to
150 kW

4.2.2 Identifikasi Litbangjirap dan Perguruan Tinggi yang


Mengembangkan Produk dan atau Komponen SPKLU

Dalam mendukung kegiatan inovasi, Lembaga penelitian, pengembangan,


pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap) dan Perguruan Tinggi berperan
dalam penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, serta
kegiatan inovasi, dan bahkan pada batas-batas tertentu mencakup pula
kegiatan pengembangan produk. [1] Lembaga Litbangjirap dan Perguruan
Tinggi memiliki peran penting dalam pengembangan SPKLU (Charging

20
Station). Berikut beberapa Lembaga Litbangjirap dan Perguruan Tinggi yang
mengembangkan produk dan atau komponen SPKLU (Charging Station).

Tabel 1. Lembaga Litbangjirap dan Perguruan Tinggi Pengembang Produk


dan atau Komponen SPKLU
Litbangjirap/
No. Produk dan atau Komponen SPKLU
Perguruan Tinggi
1. B2TKE BPPT Type 2 AC charger 22 kW, DC Charger
50 kW (CCS2/Chademo/AC Type 2)
2. UNS Charging Station yang terhubung
dengan Sistem Photovoltaic
3. ITB ChadeMo dan CCS dilengkapi dengan
Sistem Photovoltaic

A. Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE – BPPT)


B2TKE mengembangkan Charging Station dari tahun 2020. Tipe charging
station yang dikembangkan B2TKE adalah Type 2 AC charger 22 kW dan DC
Charger 50 kW (CCS2/Chademo/AC Type 2). Pada saat ini, telah terpasang
CS BPPT di beberapa lokasi, yaitu: Serpong, Thamrin dan PT LEN Bandung.
Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan charging station yang dikembangkan oleh
BPPT.

21
Gambar 7. Charging Station di BPPT Thamrin

Gambar 8. Charging Station di BPPT Serpong

Gambar 9. Charging Station di PT LEN, Bandung [2]

22
B. Universitas Sebelas Maret (UNS)
UNS telah lama melakukan penelitian dan pengembangan terkait KBLBB,
khususnya teknologi baterai. Saat ini, fokus penelitian dan pengembangan
baterai terpusat melalui Pusat Unggulan IPTEK (PUI) PT Teknologi
Penyimpanan Energi Listrik Baterai Lithium UNS. Salah satu fasilitas yang
dikembangkan adalah charging station yang juga digunakan dalam rangka
pengujian baterai. [3] Gambar 10 menunjukkan charging station yang ada di
UNS dengan dilengkapi sistem photovoltaic.

Gambar 10. Charging Station di UNS [4]


C.Institut Teknologi Bandung (ITB)
Charging station yang dikembangkan oleh Tim ITB memanfaatkan energi
surya sebagai sumber energi listriknya. Charging station tersebut juga
didukung dengan manajemen pengisian dengan teknologi smart grid.
Komponen-komponen utama charging station yang dikembangkan adalah
Electric Vehicle Supply Equipment (EVSE), sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS), sistem baterai dan hybrid inverter serta sistem
Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) berbasis Internet of
Things (IoT). Konsep pengembangan charging station yang dikembangkan
ITB dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut.

23
Gambar 11. Konsep Charging Station yang Dikembangkan ITB

V. REKOMENDASI
Beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk dapat dilajutkan pada Triwulan
kedua adalah:
 studi literatur teknologi yang digunakan pada CS/SPKLU;
 penyusunan instrumen dan desain survei berdasarkan metodologi berupa
panduan wawacara dan kuesioner;
 benchmarking kemempuan dan kapasitas industri CS/KBL di negara lain;
dan
 pengumpulan data dan informasi terkait kemampuan/kesiapan industri
& industri pendukung CS/KBL dan kemampuan/kesiapan

VI. REFERENSI
[1]. MRL Deskbook. 2018. OSD Manufacturing Technology Program.
[2] Gaikindo
[3] Presentasi Kementerian ESDM
[4] Presentasi KemenkoMarves

24

Anda mungkin juga menyukai