Anda di halaman 1dari 29

T R 2 L 2 2 BL 0 6 TH 2 0 2 1

Nomor: 02/TR/L 2.2/WBS 2.0/ WP 2.2/KIKLPKS/PPIMTE/PKT/BPPT/VI/2021

KAJIAN KLASTER INDUSTRI KOMPONEN LOKAL


PENYEDIA KOMPONEN SPKLU
(CHARGING STATION)
TECHNICAL REPORT – TAHUN 2021

TECHNICAL REPORT 2
Eksplorasi Permasalahan Pengembangan SPKLU oleh litbang dan
Industri Manufaktur

WB 2
Pengkajian Kesiapan Teknologi dan Manufaktur

WP 2.2
Pengkajian Kesiapan Manufaktur

PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI MANUFAKTUR


TELEMATIKA DAN ELEKTRONIKA
KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
JUNI 2021

DIBUAT OLEH: DIPERIKSA OLEH: DISETUJUI OLEH:

Leader Group Leader Chief Engineer


Wahyu Purnawirawan Ramos Hutapea Setyo Margo Utomo

1
I. PENGANTAR
Sebagai bagian dari Program Pengkajian dan Penerapan Industri
Manufaktur, Telematika dan Elektronika (PPIMTE) dan Kajian Klaster
Industri Komponen Lokal Penyedia Komponen SPKLU (Charging Station),
Work Package (WP) 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur merupakan
turunan kegiatan dari Work Breakdown Structer (WBS) 2.0 Pengkajian
Kesiapan Teknologi dan Manufaktur.

Technical Report 2 (TR2) ini, dikerjakan pada kurun waktu tanggal 15 - 22


Juni 2021, dengan maksud memberikan masukan terhadap kegiatan
khususnya di WBS 2 terkait manufaktur. Kajian ini dilakukan terhadap
industri, litbangjirap serta perguruan tinggi yang melakukan pengembangan
SPKLU

II. LATAR BELAKANG, TUJUAN, SASARAN, RUANG LINGKUP


2.1 Latar Belakang

Dalam upaya percepatan pengembangan kendaraan bermotor listrik,


pemerintah telah mengeluarkan PERPRES 55/2019, dimana didalamnya
telah dirinci langkah langkah percepatan untuk kendaraan bermotor listrik
berbasis baterai. Dalam Perpres tersebut disebutkan, bahwa percepatan
program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai untuk
transportasi jalan diselenggarakan melalui:

1) Percepatan pengembangan industri KBL Berbasis Baterai dalam


negeri;
2) Pemberian insentif;
3) Penyediaaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarif
tenaga listrik untuk KBL Berbasis Baterai;
4) Pemenuhan terhadap ketentuan teknis KBL Berbasis Baterai; dan
5) Perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Ke 5 (lima) point pada pasal tersebut menunjukkan garis besar dari langkah
langah yang akan dilakukan pemerintah dalam rangka percepatan program
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang akan dikembangkan di

2
Indonesia. Selain itu, Perpres ini menegaskan, bahwa perusahaan industri
komponen kendaraan bermotor dan/atau perusahaan industri komponen
kendaraan bermotor, wajib mendukung dan melakukan kerja sama dengan
industri KBL Berbasis Baterai dalam negeri, seperti industri Charging
Station.

BPPT sebagai salah satu lembaga litbang pemasok teknologi nasional


berkoordinasi dengan berbagai lembaga terkait mendapat mandat
pemerintah yang dituangkan dalam Program Flagship BPPT terkait Inovasi
Teknologi Sistem Charging Station.

WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur berkontribusi pada Program Kajian


Klaster Industri Komponen Lokal Penyedia Komponen SPKLU dengan
melakukan kajian dan pengukuran terhadap kesiapan manufaktur, mulai dari
Identifikasi Industri, litbangjirap dan perguruan tinggi yang melakukan
pengembangan, hingga proses dan peralatan yang digunakan untuk
memproduksi SPKLU.

Penulisan Technical Report 2 (TR2) ini bertujuan untuk menyampaikan :

1. Menetapkan lembaga litbangjirap dan industri yang menjadi target


survei MRL pengembangan SPKLU.

2. Melaksanakan survei terhadap lembaga litbangjirap dan industri yang


telah ditetapkan, untuk memetakan kegiatan pengembangan SPKLU
dan komponen SPKLU, serta mengumpulkan data dan informasi
permasalahan tingkat kesiapan manufaktur SPKLU dan komponen
SPKLU.

3. Melaksanaan kajian awal permasalahan tingkat kesiapan manufaktur


SPKLU dan komponen SPKLU pada lembaga litbangjirap dan industri
yang melakukan pengembangan produk SPKLU.

4. Memetakan kebutuhan fasilitas pengujian SPKLU dan ketersediaanya


di dalam negeri, dan lembaga tempat pengujian dan fasilitas yang
dimiliki.

5. Memetakan syarat pengujian SPKLU yang diperlukan untuk proses


sertifikasi menurut SNI dan IEC.

3
6. Mengkaji fasilitas pengujian SPKLU untuk proses sertifikasi yang
belum tersedia saat ini.

7. Memetakan komponen SPKLU yang sudah dibuat di dalam negeri

2.2 Tujuan

Kegiatan Kajian Kesiapan Manufaktur bertujuan melihat sejauh mana


industri, litbangjirap dan perguruan tinggi melakukan pengembangan serta
mampu memanufaktur SPKLU, dalam upaya mendukung percepatan
pengembangan kendaraan bermotor listrik sebagaimana tertuang dalam
PERPRES 55/2019 khususnya dalam penyediaaan infrastruktur pengisian
listrik.

2.3 Sasaran

Untuk mencapai tujuan diatas, maka sasarannya adalah sebagai berikut:

1. Ditetapkannya lembaga litbangjirap dan industri yang menjadi target


survei MRL pengembangan SPKLU.

2. Terlaksananya survei terhadap lembaga litbangjirap dan industri yang


telah ditetapkan, untuk memetakan kegiatan pengembangan SPKLU
dan komponen SPKLU, serta mengumpulkan data dan informasi
permasalahan tingkat kesiapan manufaktur SPKLU dan komponen
SPKLU.

3. Tersusunnya kajian awal permasalahan tingkat kesiapan manufaktur


SPKLU dan komponen SPKLU pada lembaga litbangjirap dan industri
yang melakukan pengembangan produk SPKLU.

4. Terpetakannya kebutuhan fasilitas pengujian SPKLU dan


ketersediaanya di dalam negeri, dan lembaga tempat pengujian dan
fasilitas yang dimiliki.

5. Terpetakannya syarat pengujian SPKLU yang diperlukan untuk proses


sertifikasi menurut SNI dan IEC.

6. Teridentifikasi fasilitas pengujian SPKLU untuk proses sertifikasi yang


belum tersedia saat ini.

7. Terpetakannya komponen SPKLU yang sudah dibuat di dalam negeri

4
2.4 Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan WP 2.2 Pengkajian Kesiapan Manufaktur dibatasi


sebagaimana berikut:

 Penetapan metode pengukuran kesiapan manufaktur industri SPKLU

 Pemetaan industri, litbangjirap dan perguruan tinggi yang melakukan


pengembangan dan manufaktur SPKLU

 Pengukuran Kesiapan Manufaktur menggunakan Manufacturing


Readiness Level (MRL)

 Perumusan rekomendasi kebijakan peningkatan kemampuan


manufaktur industri SPKLU

III. KEGIATAN
Sesuai dengan rencanan kegiatan yang dilakukan WP 2.2 Pengkajian
Kesiapan Manufaktur Industri SPKLU dari Triwulan I sampai dengan
Triwulan IV yang telah disusun sebelumnya (lihat TR 1), maka pada Triwulan
II ini dilakukan kegiatan pengumpulan informasi data sekunder. Secara rinci
kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pematangan metodologi

a) Penyusunan instrumen dan desain survei berdasarkan metodologi


yang telah ditetapkan

2. Penajaman metodologi melalui studi literatur

a) Studi literatur gambaran umum dan industri manufaktur charging


station;

3. Pengumpulan data sekunder

a) lembaga litbangjirap dan industri yang menjadi target survei MRL


pengembangan SPKLU;

b) fasilitas pengujian SPKLU dan ketersediaanya di dalam negeri, dan


lembaga tempat pengujian dan fasilitas yang dimiliki;

c) syarat pengujian SPKLU yang diperlukan untuk proses sertifikasi


menurut SNI dan IEC;

5
d) komponen SPKLU yang sudah dibuat di dalam negeri.

Mengenai pelaksanaan kegiatan survei lapangan dan FGD, dikarenakan


adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh provinsi Indonesia dan
kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diambil
pemerintah Indonesia untuk menekan penularannya dengan penerapan
social distancing dan phisical distancing secara ketat, untuk triwulan kedua
ini tidak dapat dijalankan sebagaimana dilakukan selama ini, yaitu melalui
kunjungan langsung maupun pertemuan langsung. Cara yang dipilih adalah
dengan mengirimkan daftar pertanyaan ke target survei, dan ditambah
dengan rapat virtual untuk mengkonfirmasi dan memverifikasi hasil survei.
Untuk FGD juga pelaksanaannya diganti dengan Webinar. Diharapkan di
triwulan ketiga, kunjungan dan pertemuan langsung sudah dapat
dilaksanakan. Selain itu, pengumpulan data dilakukan juga dengan mencari
dan mempelajari bahan-bahan yang diperoleh melalui internet maupun
tulisan-tulisan dalam makalah dll.

6
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pematangan Metodologi

Kegiatan penyusunan instrumen dan desain survei dilakukan agar data dan
informasi yang dikumpulkan dari target survei akurat dan sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, telah dilakukan diskusi dengan Group Leader WBS 2
bersama Troika untuk penyempurnaan kuesioner tersebut dalam rapat
koordinasi kegiatan. Berikut adalah daftar pertanyaan yang secara garis besar
terdiri dari dua topik pertanyaan, yaitu mengenai kesiapan manufaktur pada
Tahap Persiapan Produksi dan Produksi Masal.

Kuesioner Survei Pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan


Listrik Umum

Tanggal : ____________________________
Nama Perusahaan/Lemlitbang : ____________________________
Nama /Jabatan Responsden : ____________________________
Lokasi : ____________________________
Level Pengukuran : Sistem/sub-sistem/komponen*
MRL (MANUFACTURING READINESS LEVEL)

PERSIAPAN PRODUKSI (LOW RATE PRODUCTION)

1. Apakah layout komponen dirancang sendiri? Bila tidak, darimana layout


komponen diperoleh?

__________________________________________________

2. Apakah ada kesulitan dalam mengintegrasikan komponen-komponen?


Jika ya, tuliskan kesulitan yang dialami!

__________________________________________________

3. Apa yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan komponen yang


digunakan, tetapkan urutannya (misal: harga, ketersediaan, produk
lokal, kompatibilitas, mutu produk, dll)?

__________________________________________________

4. Apakah design proses produksi dirancang sendiri? Bila tidak, darimana


design proses produksi diperoleh?

7
__________________________________________________

5. Ada berapa banyak station dalam proses produksi yang direncanakan


tersebut diatas?

__________________________________________________

6. Apakah waktu produksi optimal (tact time) ditetapkan?

__________________________________________________

7. Apakah dalam merealisasikan proses produksi tersebut, memerlukan


peralatan baru?

__________________________________________________

8. Apakah dalam merealisasikan proses produksi tersebut, memerlukan


SDM (operator, manajer lapangan dll) baru?

__________________________________________________

9. Apakah dalam merealisasikan proses produksi tersebut, memerlukan


keahlian/pelatihan baru?

__________________________________________________

10. Apakah dilakukan verifikasi kapasitas penyediaan/supply chain


komponen pendukung? Berapa persen dari kebutuhan (full scale)?

__________________________________________________

11. Apakah rencana bisnis (analisis market) sudah ada?

__________________________________________________

12. Apakah target biaya produksi sudah bisa ditentukan?

__________________________________________________

13. Apa yang menjadi pertimbangan dalam merancang biaya produksi?

__________________________________________________

14. Standar mutu apa yang diacu?

__________________________________________________

15. Peralatan uji (QA machine) apa yang diperlukan dalam melakukan
proses produksi?

8
__________________________________________________

16. Apakah dalam melaksanakan pengujian tersebut, memerlukan


keahlian/pelatihan baru?

__________________________________________________

17. Apakah pengujian oleh pihak luar diperlukan? Seberapa banyak


pengujian itu dilakukan?

__________________________________________________

18. Apakah sudah dilakukan proses produksi low rate production?

__________________________________________________

PRODUKSI MASSAL (FULL RATE PRODUCTION)

Quality

1. Bagaimana menjamin kualitas komponen/bahan baku dari pemasok?

__________________________________________________

2. Bagaimana manajemen mutu proses produksi dilakukan?

__________________________________________________

3. Pengujian apa saja yang diperlukan dalam proses produksi dan


bagaimana pengujian tersebut dilakukan (random/100%)?

__________________________________________________

4. Bagaimana prosedur (SOP) pengelolaan alat uji dilakukan?

__________________________________________________

Cost

1. Apakah manajemen biaya produksi mencapai target biaya yang


ditetapkan? Bila tidak tercapai, apa penyebabnya?

__________________________________________________

2. Bagaimana cara mereduksi biaya produksi secara terus menerus?

__________________________________________________

9
Delivery

1. Bagaimana peningkatan efisiensi produksi secara terus menerus


dilakukan?

__________________________________________________

2. Bagaimana stok bahan baku dijaga agar dapat memenuhi jadwal


produksi yang direncanakan?

__________________________________________________

3. Apakah sudah dilakukan mitigasi (manajemen risiko) terhadap


permasalahan yang akan terjadi seperti pasokan bahan baku,
komponen, SDM, dsb?

__________________________________________________

4.2 Gambaran Umum Industri Manufaktur SPKLU

Setidaknya terdapat lebih dari 300 (tiga ratus) industri manufaktur yang
memperoduksi SPKLU mensupply kebutuhan infrastruktur pengisian
kendaraan listrik di dunia. Sebagian besar industri yang ada melakukan
design serta menghasilkan teknologi kunci untuk peningkatan efisiensi
energi, unit control dan pengukuran kualitas daya serta system proteksi
kelistrikan.

10
Gambar Beberapa Produsen SPKLU di Dunia

Produk SPKLU yang dihasilkan industri harus mampu memenuhi standar


minimum dari segi fungsi dan design. Faktor keamanan, kehandalan serta
ketahanan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pabrikan
SPKLU dalam menghasilkan produknya. Tabel dibawah menunjukan
beberapa spesifikasi teknis minimum yang harus dipenuhi oleh sebuah
SPKLU.

Tabel 1. Karakteristik Teknis yang harus dimiliki produk SPKLU

No Spesifikasi Model Karakteristik Teknis

1 Desain User Interface OCCP*/Emergency button, Led


Fungsional indicator, Card payment,
available for OCPP

Security Overvoltage protection,


undervoltage protection,
Overload protection, Leakage
Protection, Ground protection,

11
Over temperature protection,
Lightning protection

Safety Standard IEC 61851-1, IEC 61851-22


(untuk AC), IEC 61851-23
(untuk DC).

Charging Plug Soket Pengisi Daya

Komponen Instalasi Hang gun empty socket, floor


pillar

2 Lingkungan Applicable indoor/outdoor (connect to


Operasi environment internet by Ethernet, GPRS, 3G,
4G, WIFI, PLC)

Relative temperature -30° C~+55° C

Relative humidity 5% ~ 95% Tanpa kondensasi

Altitude <2000meters

Protection level IP65

Cooling Natural cooling

3 Fitur Penampilan Struktur Interface/screen


Tambahan

Material yang digunakan

Dimensi SPKLU (Berat, panjang


kabel konektor)

Electrical indicators Input voltage

Output frequency

Rated power

Measurement accuracy

Output voltage

Output current
Efficiency

12
*OCPP adalah protokol aplikasi untuk komunikasi antara stasiun pengisian
kendaraan Listrik (EV) dan sistem manajemen pusat, juga dikenal sebagai
jaringan stasiun pengisian, mirip dengan telepon seluler dan jaringan telepon
seluler.

Industri SPKLU yang ada di dunia sudah cukup banyak menghasilkan produk
dengan spesifikasi yang ditetapkan, bahkan ditambahkan beberapa fitur atau
dilakukan inovasi guna menambah nilai jual dan daya saing, seperti
penggunaan material bodi, proteksi terhadap UV, serta layanan purna jual.
Sebagian besar pabrikan SPKLU melakukan design serta memproduksi
komponen-komponennya sendiri untuk kemudian di integrasikan, adapula
industri yang melakukan integrasi ataupun manufaktur produk dengan
komponen yang berasal dari industri yang berbeda-beda, disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan, salah satu tujuan hal ini dilakukan ialah untuk
menekan biaya produksi. Gambar dibawah menunjukan pabrikan SPKLU
Luar Negeri yang melakukan design serta pengembangan komponen untuk
kemudian di integrasikan sendiri.

Gambar contoh pabrikan SPKLU LN yang melakukan design serta


pengembangan komponen untuk kemudian di integrasikan sendiri

13
Gambar komponen SPKLU brand Lovato Electric

4.3 Lembaga litbangjirap dan industri dalam negeri tujuan


pengukuran MRL

4.3.1 B2TKE

Lembaga litbangjirap yang dimaksud adalah B2TKE (Balai Besar


Teknologi Konversi Energi) BPPT. B2TKE mengembangkan desain CS tipe
AC. Pengembnagan dilakukan sendiri dari konsep/filosofi kemudian
direkayasa ke engineering sesuai dengan keunggulan dan standar dengan
mengoptimalkan ketersediaan komponen di pasaran. CS tipe AC ini
dimulai dengan reverse engineering, kemudian dibuat desain yang baru.

Sub sistem terdiri dari main controller, display, accessories, enclosure, plug
in, protection system, data communication modul, BMS dan converter. Sub
sistem yang didesain sendiri adalah display dan enclosure. Desain panel
enclosure dilakukan sendiri.

14
Sumber : Dedi dkk (2020)

Sumber : Dedi dkk (2020)

Pembuatan prototype CSMS sudah selesai proses intgerasinya. Pengujian


fungsi sudah dilakukan dan menunjukkan prototipe dapat berfungsi.
Berdasarkan data informasi hasil litbang, analisis kondisi output dan
aktivitas pengujian yang telah dilakukan. CSMS ini masih dalam tahap
pengembangan fungsi akurasi dan kinerja kontrol. Untuk meningkatkan
kemampuan maka diperlukan perbaikan terhadap desain fungsi yang
optimal dan percepatan yang didukung oleh kebijakan riset kolaboratif
dengan Lembaga litbangjirap lain termasuk industri. CSMS ini potensial
dikerjasamakan dengan PT PLN & PT Pertamina.

15
4.3.2 PT Powerindo Prima Perkasa

Industri yang dibahas adalah PT Powerindo Prima Perkasa. Perusahaan ini


merupakan perusahaan yang membuat selungkup (enclosure) berbagai
peralatan listrik. Pada tahun 2018, pada saat acara Asian Games, PT
Powerindo mencari supplier teknologi yang mau menjual sub system
utama saja. Dari beberapa supplier, hanya PowerCore Technology Co. Ltd
yang bersedia. Selanjutnya kedua perusahaan menjalin kerjasama lisensi
teknologi selama 5 tahun. PowerCore bersedia menyuplai teknologi dan
memberikan dukungan teknis dan menyerahkan distribusi CS di Indonesia
ke PT Powerindo dengan keharusan membeli komponen controller untuk
tipe AC dan komponen controller, converter, current, voltage dan CTR
untuk tipe DC.

9 (Sembilan) komponen charging station, yang terdiri dari controller


termasuk data communication module, converter termasuk temperature
control, plug in (soket dan kabel), display, protection system,
billing&monitoring software, komponen aksesori (push button, pilot lamp,
fan dll), kabel listrik dan enclosure. Dari 9 komponen tersebut, yang
diproduksi sendiri adalah enclosure. Pengadaan protection system,
billing&monitoring software, komponen aksesori (push button, pilot lamp,
fan dll) dan kabel listrik didapat dari perusahaan lain di dalam negeri.
Sedangkan komponen lain harus diimpor.

Untuk pengembangan SPKLU kedepan, PT Powerindo Prima Perkasa saat


ini sedang mencari supplier untuk komponen plug in (soket dan kabel).
Terutama kabel untuk plug in yang terdiri dari 7 kabel, semua sudah dibuat
di Indonesia tetapi belum ada industri yang merangkainya menjadi satu.
Demikian juga untuk komponen controller diharapkan kedepan dapat
komponen yang diperoleh dari luar negeri hanya chip nya saja, sementara
mother board dan komponen elektronik lain dipasok dari dalam negeri.

16
4.4 Hasil Kajian sementara permasalahan yang dihadapi litbangjirap
dan industri manufaktur dalam pengembangan produk SPKLU
(Charging Station) adalah sebagai berikut:

a. Roadmap yang disusun oleh berbagai pihak terkait target peningkatan


jumlah SPKLU yang terinstall masih belum dapat terealisasi sepenuhnya
dikarenakan populasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
(KBLBB) masih sedikit, sehingga kebutuhan akan SPKLU dirasa masih
belum banyak.

b. Masih lemahnya struktur industri hulu, dalam hal ini industri komponen
dalam negeri yang mampu memasok kebutuhan industri inti (integrator)
guna menghasilkan produk SPKLU yang tinggi nilai kandungan dalam
negeri nya.

c. Kesulitan dalam mengintegrasikan komponen-komponen (komunikasi


antar komponen), seperti controller dll. Sehingga perlu melakukan trial
and error. B2TKE melakukan kerjasama industri dengan PT LEN dan PT
Pindad Engineering Indonesia (PEI).

d. Belum ada lembaga pengujian yang diakui khususnya dalam negeri.

4.5 Fasilitas Pengujian SPKLU dan Ketersediannya di dalam Negeri

Pengujian terhadap produk SPKLU diperlukan guna memastikan pengisi


daya sesuai dengan standar keamanan tertinggi yang diamanatkan standar
internasional dan sepenuhnya kompatibel dengan semua kendaraan listrik
sesuai dengan tipe pengisian yang digunakan.

Salah satu standard internasional yang digunakan adalah standard


CHAdeMO yang merupakan satu-satunya protokol dan standar pengisian
cepat dengan sertifikasinya sendiri di dunia. Produk tersertifikat CHAdeMO
berarti pengisi daya sesuai dengan standar keamanan tertinggi yang
diamanatkan oleh CHAdeMO dan sepenuhnya kompatibel dengan semua EV
CHAdeMO.

Lembaga penelitian atau industri SPKLU yang telah tersertifikasi produknya


oleh CHAdeMO dapat dipastikan bahwa kompatibilitas antara infrastruktur
dengan kendaraan listrik yang menggunakan plug tipe CHAdeMO sudah

17
sesuai dan terjamin kualitasnya. Website resmi CHAdeMO menampilkan list
produk SPKLU yang sudah tersertifikasi, sehingga pengguna kendaraan
listrik dapat memastikan fasilitas pengisian baterai yang digunakan sudah
terjamin kehandalan dan keamanannya. Untuk memperoleh sertifikat
CHAdeMO harus melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Melakukan pendaftaran sebagai anggota reguler CHAdeMO untuk


kemudian mendapatkan dokumen spesifikasi;

2. Melakukan pengembangan produk berdasarkan spesifikasi yang


ditetapkan CHAdeMO;

3. Mengajukan permohonan untuk dapat dilakukan test sertifikasi;

4. Tes sertifikasi dilakukan di salah satu organisasi sertifikasi pihak ketiga


terakreditasi yang diakui CHAdeMO (lihat gambar dibawah).
Pengembang produk dapat memilih salah satu badan sertifikasi yang
terdaftar. Rincian tes sertifikasi seperti jadwal, tempat, pengaturan
pengujian dan biaya harus ditentukan antara pemohon dan lembaga
sertifikasi;

5. Jika produk lulus tes, pemohon akan menerima sertifikat CHAdeMO.

Gambar lembaga sertifikasi yang diakui CHAdeMO

Pemenuhan fasilitas pengujian SPKLU dalam negeri diperlukan untuk


membantu pihak pengembang dan produsen SPKLU dalam melakukan test
performa sehingga dihasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan

18
minum/standar internasional yang telah ditetapkan, sebelum dilakukan tes
sertifikasi yang disyaratkan oleh pemegang licensi teknologi.

Pengujian produk yang saat ini telah dilakukan sediri oleh pihak industri
adalah uji fungsi, uji megger (arus bocor) dan uji dimensi sedangkan
pengujian lain dilakukan oleh Pusharlis milik PT PLN.

4.6 Syarat pengujian SPKLU yang diperlukan untuk proses sertifikasi


menurut SNI dan IEC

Sesuai Pasal 25 Permen ESDM No. 13 tahun 2020 tentang Penyediaan


Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
Baterai, kewajiban pemenuhan ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
infrastruktur pengisian listrik untuk KBL berbasis baterai meliputi :

a. Produk peralatan dan/atau pemanfaat pengisian listrik untuk KBL


Berbasis Baterai yang tanda SNI-nya dan/atau tanda kesesuaiannya
telah diberlakukan secara wajib, wajib memiliki sertifikat produk;

b. Tenaga teknik yang bekerja pada SPKLU dan SPBKLU wajib


memenuhi ketentuan sertifikasi kompetensi;

c. Badan usaha jasa penunjang tenaga listrik yang melaksanakan


pekerjaan jasa penunjang tenaga listrik untuk SPKLU wajib memenuhi
ketentuan perizinan usaha jasa penunjang tenaga listrik;

d. Instalasi Listrik Privat, instalasi SPKLU, dan instalasi SPBKLU wajib


memenuhi ketentuan sertifikasi laik operasi.

SPKLU wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan. Sertifikasi


instalasi SPKLU dilakukan oleh Lembaga Inspeksi Teknik, dan kesesuaian
standar produk SPKLU oleh Lembaga Sertifikasi Produk.

Sertifikasi Produk adalah kegiatan penilaian kesesuaian suatu produk


terhadap persyaratan yang ditentukan dalam SNI melalui serangkaian
kegiatan audit, pengujian, dan/atau inspeksi. Kegiatan Penilaian Kesesuaian
dilakukan oleh Lembaga Penilai Kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Produk dan
Laboratorium Uji) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.
Produk yang dinyatakan memenuhi ketentuan dalam SNI, diberikan sertifikat
kesesuaian (Sertifikat Produk) sebagai keterangan tertulis bahwa produk

19
tersebut telah memenuhi persyaratan SNI. Produk peralatan tenaga listrik
yang telah memiliki sertifikat produk, dibubuhi tanda SNI, sedangkan produk
pemanfaat tenaga listrik yang telah memiliki sertifikat produk dibubuhi tanda
SNI dan tanda keselamatan.

Lingkup teknis SPKLU adalah sebagai berikut:

Sumber: Dirjen Ketenagalistrikan (2019)

Adapun yang terkait dengan sistem instalasi SPKLU adalah sebagai berikut:

Sumber: Dirjen Ketenagalistrikan (2019)

20
Sedangkan yang terkait dengan produk SPKLU adalah sebagai berikut:

Sumber: Dirjen Ketenagalistrikan (2019)

Standarisasi SPKLU adalah sebagai berikut:

Sumber : BSN (2021)

Sumber : BSN (2021)

21
Gambar SNI Terkait SPKLU

Sumber : BSN (2021)

PT PLN melalui SPLN D3.030: 2017 saat ini telah menerapkan Standar
Spesifikasi Peralatan Pengisian (charging) baterai untuk kendaraan listrik
yang mewajibkan semua pengguna peralatan pengisian baterai yang
digunakan dalam pengisian baterai kendaraan listrik untuk melakukan
tahapan uji yang telah ditetapkan. Standar ini juga dibuat sebagai ketentuan
persyaratan teknis pada pengadaan dan pemesanan, acuan desain dan
pembuatan bagi pabrikan serta ketentuan uji bagi pabrikan dan institusi
penguji.

Standar ini berlaku juga untuk peralatan suplai kendaraan listrik yang
disuplai dari onsite storage system misalnya baterai cadangan (buffer
battery).

Yang termasuk dalam lingkup standar ini adalah:

a) Karakteristik dan kondisi operasi dari peralatan catu daya kendaraan


listrik;
b) Spesifikasi sambungan antara peralatan catu daya kendaraan listrik
dengan kendaraan listrik;
c) Persyaratan untuk keselamatan kelistrikan peralatan catu daya
kendaraan listrik.

22
Tabel 2. Daftar Mata Uji yang harus dipenuhi pabrikan

23
4.6.1 Pengujian Jenis

Pengujian jenis dilakukan oleh laboratorium PLN. Untuk keperluan


pengujian jenis pabrikan harus menyerahkan kepada laboratorium
dokumen dan informasi yang terkait dengan baterai pengisian kendaraan
listrik, antara lain:

a. Merek, tipe dan nama pabrik;


b. Arus pengenal dan tegangan pengenal;
c. Laporan uji jenis: tusuk kontak dan kotak kontak dari laboratorium
independen;
d. Gambar konstruksi, diagram pengawatan;
e. Sertifikat komunikasi yang digunakan pada kendaraan listrik;
f. Laporan hasil uji rutin.

4.6.2 Pengujian Rutin

Pengujian rutin harus dilakukan sesuai dengan Tabel 2 kolom 5 dan


dilakukan oleh pabrikan.

4.6.3 Pengujian Serah Terima

Pengujian serah terima hanya dapat dilakukan bila tipe uji jenis yang
diserahkan telah lulus uji jenis dan uji rutin sesuai dengan Tabel 2 kolom
6. Jumlah contoh pengujian serah terima sesuai Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Sampel Uji Serah Terima

Level inspeksi yang digunakan adalah Level II. Laboratorium dapat


menerapkan Level Inspeksi I dengan mempertimbangkan rekam jejak
suatu pabrikan pada uji serah terima Level II, namun tidak diperbolehkan

24
ada sampel yang gagal. Dalam hal terjadi kegagalan pada saat uji level
inspeksi 1, maka uji serah terima harus menerapkan sepenuhnya ketentuan
level inspeksi 2. Semua sampel yang gagal pada saat penerimaan barang
harus diganti dengan barang baru yang bermutu baik.

4.7 Komponen SPKLU Yang Sudah Dibuat di dalam Negeri

Saat ini B2TKE – BPPT telah berhasil menghasilkan produk SPKLU hasil
pengembangan sendiri khususnya stasiun pengisian AC Tipe 2, namun
demikian sebagian besar komponen yang digunakan masih bersumber dari
industri komponen luar negeri terlebih teknologi kunci.

Gambar SPKLU AC Tipe 2 yang dikembangkan B2TKE - BPPT

Gambar BOM SPKLU AC 22kW

25
Tabel Industri Komponen SPKLU Dalam dan Luar Negeri

Nama Hasil Jenis Standar


No Keterangan
Perusahaan Produksi Produk Produk
1 PT. Supreme Kabel Listrik Low, Medium SPLN, Dalam
Cable and High SNI-IEC Negeri
Manufacturing Voltage
& Commerce
Tbk
2 PT. Voksel Kabel Listrik Low, Medium SPLN, Dalam
Electric, Tbk and High SNI-IEC Negeri
Voltage
3 PT. Tamco Switchgear Kontrol IEC Dalam
Indonesia Switch Board 62271- Negeri
Low Voltage - 100 IEC
Distribution 62271-
Board 200 IEC
Incoming 61439
Feeder,220V,
Up to 630A,
25kA
4 PT. Powerindo Control Main SPLN, Dalam
Prima Perkasa Panel Distribution SNI-IEC Negeri
Panel, Sub
Distribution
Panel
5 Kabel Sinyal
6 PT. Timur Mur Baut High Tensile ASTM, Dalam
Megah Steel Strength Bolt, JIS, DIN, Negeri
High Tensile ISO,
Strength Nut,
High Tensile
Stud Bolt
7 PT Schneider Contactors Contactors to Luar Negeri
Indonesia and control (SE)
Protection motors up to
Relays

26
150 A (75 kW
/ 400 V)
8 PT Schneider Pushbuttons, Luar Negeri
Indonesia switches, (SE)
pilots lights
9 PT Schneider Terminal Linergy Luar Negeri
Indonesia block and passthrough (SE)
bar terminal block
- 2.5mm²
10 Eastron Basic Energy Modular Luar Negeri
Electronic Co., Meters Power Meter
Ltd
11 RCD Residual Luar Negeri
Current
Devices -
RCDs
12 PT Schneider RCBO Residual Luar Negeri
Indonesia Current
Circuit-
Breakers with
over current
protection
13 PT Schneider Surge modular surge Luar Negeri
Indonesia Protection arrester - with
Devices - remote
SPDs transfert
14 DC Power Luar Negeri
Supply 12 V
15 Bender GmbH AC Charger Luar Negeri
& Co. KG Controller
16 Bender GmbH Current Luar Negeri
& Co. KG Transformer
17 Shanghai RFID Module Luar Negeri
HuaYuan
Electronic Co.
Ltd

27
18 Litemax LCD Display Luar Negeri
19 Mini PC Luar Negeri
20 Router Luar Negeri
21 Besen Co. Ltd Charging Plug Luar Negeri

Diperlukan upaya serta dukungan dari berbagai pihak guna menumbuh-


kembangkan industri pemasok komponen SPKLU khususnya, sehingga
struktur industri elektronik dalam negeri pada umunya menjadi lebih kuat.

V. REKOMENDASI
Beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk dapat dilajutkan pada Triwulan
ketiga adalah:
 Verifikasi data serta survey terhadap industry inti produk SPKLU dalam
negeri;
 Melengkapi peta permasalahan yang dialami litbangjirap dan industry
pengembang SPKLU;
 Analisis data hasil survey; dan
 Rekomendasi awal tentang peningkatan kesiapan industry manufaktur
SPKLU dalam negeri.

VI. REFERENSI

 Suhendri, Dedi, dkk. 2020. Kesiapan Teknologi dalam Pengembangan


Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik. Pusat Sistem Audit Teknologi-
BPPT.
 SPLN D3.030: 2017. Standar Spesifikasi Peralatan Pengisian (charging)
baterai untuk kendaraan listrik. PT PLN (Persero)
 Catatan Hasil Diskusi tim WBS2 Kegiatan Kajian Klaster Industri Komponen
Lokal penyedia Komponen SPKLU (Charging Station) dengan tim B2TKE. 21
Mei 2021.
 Catatan Hasil Diskusi tim Kegiatan Kajian Klaster Industri Komponen Lokal
penyedia Komponen SPKLU (Charging Station) dengan tim PT Powerindo
Prima Perkasa. Maret 2021.

28
 Laporan Kunjungan Tim (CE, GL WBS 1, GL WBS 2) ke PT Powerindo Prima
Perkasa. Februari 2021.
 Permen ESDM No. 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur
Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan. Kebijakan dan Strategi Pasokan Energi untuk Kendaraan
Bermotor Listrik. 21 Agustus2019.
 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan. Kesiapan dan Kecukupan Pasokan Listrik untuk Dukung
Pengembangan Kendaraan Listrik. 5 September 2019.
http://alpha.djk.esdm.go.id/index.php/detail-berita?ide=4609
 https://en.wikipedia.org/wiki/Open_Charge_Point_Protocol
 https://www.chademo.com/activities/certification/
 https://www.b2bev.com/listings/?fwp_keyword=hyundai&fwp_category_3=electric
-vehicles-manufacturers
 http://www.cnchargepoint.com/product/intelligent-ac-charging-pile.html
 https://gatrik.esdm.go.id/frontend/download_index/?kode_category=sprd
 http://sispk.bsn.go.id/PanitiaTeknis/DetilPantek/148

29

Anda mungkin juga menyukai