Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENYETARAAN SKS KEGIATAN MAGANG MBKM

PG4201 EVALUASI EKONOMI DAN MANAJEMEN PROYEK


PT KREASI KRISPI INDONESIA
BOGOR

Oleh:
Isna Dea Fauzani (14318025)

Pembimbing:
Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati
Ricky K Chandra

SEMESTER I 2021/2022
PROGRAM STUDI TEKNIK PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
2. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 2
2.1 Capital Expenditure (CAPEX) ................................................................................ 2
2.1.1 Fixed Capital Investment (FCI) ........................................................................ 2
2.1.1 Working Capital (WC) ..................................................................................... 3
2.1.2 Biaya Lahan ...................................................................................................... 3
2.2 Cost of Manufacturing (COM) .................................................................................. 3
2.2.1 Direct Manufacturing Costs (DMC) .................................................................. 3
2.2.2 Fixed Manufacturing Cost ................................................................................ 6
2.2.3 General Manufacturing Cost ............................................................................ 7
2.3 Aliran Dana .............................................................................................................. 7
2.4 Analisis Keekonomian ............................................................................................. 7
2.4.1 Analisis Profitabilitas ....................................................................................... 7
2.4.2 Analisis Sensitivitas.......................................................................................... 8
2.4.3 Analisis Titik Impas / Break Even Point (BEP) ............................................... 8
3. Deskripsi Kegiatan .......................................................................................................... 9
4. Evaluasi Diri.................................................................................................................... 9
4.1 Luaran Mata Kuliah Poin 1 ...................................................................................... 9
4.1.1 Perhitungan Capital Expenditure (CAPEX) ................................................... 13
4.1.2 Perhitungan Cost of Manufacturing (COM)................................................... 16
4.2 Luaran Mata Kuliah Poin 2 .................................................................................... 20
4.3 Luaran Mata Kuliah Poin 3 .................................................................................... 25
5. Kesimpulan dan Saran ................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 28
Lampiran ............................................................................................................................... 29

1
1. Latar Belakang
PT Kreasi Krispi Indonesia adalah perusahaan yang memproduksi makanan ringan
berbasis sayuran hasil pertanian lokal yang berdiri pada tahun 2015. Salah satu produk yang
akan diproduksi oleh PT Kreasi Krispi Indonesia adalah Rainbow Noodle, yaitu produk mie
instan yang memiliki warna merah, hijau, biru, dan kuning dengan tambahan bubuk sayur
sebagai pewarna alami. Produk Rainbow Noodle ini telah melewati tahapan formulasi oleh
Research and Development. Selain itu, proses perancangan skala rumah produksi di PT
Kreasi Krispi Indonesia telah dilaksanakan pada program penyetaraan mata kuliah PG4101
namun belum memperhitungkan bagaimana kelayakan ekonomi. Evaluasi ekonomi perlu
dilakukan untuk memprediksi kelayakan ekonomi dari perancangan proses yang sudah
dilakukan

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Capital Expenditure (CAPEX)
Perhitungan evaluasi ekonomi untuk produk Rainbow Stick Choco mengikuti alur dari
buku referensi yaitu Analysis, Synthesis, and Design of Chemical Processes, Third Edition
karya Richard Turton dkk, 2008. CAPEX terdiri dari Fixed Capital Investment (FCI),
Working Capital (WC), dan biaya lahan.

2.1.1 Fixed Capital Investment (FCI)


Perhitungan FCI dilakukan dengan mencari nilai Bare Module Cost (CBM), nilai Total
Module Cost (CTM), dan nilai Total Grassroot Cost (CGR). Nilai CBM didapatkan dari harga
setiap peralatan yang dibutuhkan untuk produksi Rainbow Stick Choco, peralatan untuk
keperluan utilitas, dan peralatan untuk pengolahan limbah. CTM adalah biaya total
pembangunan pabrik yang diperhitungkan dari biaya tidak terduga (contingency) dan biaya
jasa (fee) seperti pemasangan dan penyambungan alat. Persentase estimasi biaya tidak
terduga sebesar 15% dan biaya jasa sebesar 3% dari Bare Module Cost. CGR adalah biaya
total pembangunan pabrik yang mencakup biaya peralatan pabrik, utilitas dan pengolahan
limbah, serta pengembangan pabrik umum. Nilai CGR berasal dari 50% nilai CBM. Nilai FCI
sama dengan hasil nilai CGR.

2
2.1.1 Working Capital (WC)
WC adalah biaya awal pabrik untuk menjalankan operasionalnya sampai mendapatkan
pemasukan pertama. Besaran working capital umumnya adalah 15%-20% dari FCI pabrik
(Turton, et al. 2012).

2.1.2 Biaya Lahan


Biaya lahan adalah biaya untuk membeli lahan kosong yang akan dibangun menjadi
pabrik.

2.2 Cost of Manufacturing (COM)


Perhitungan evaluasi ekonomi untuk produk Rainbow Stick Choco mengikuti alur dari
buku referensi yaitu Analysis, Synthesis, and Design of Chemical Processes, Third Edition
karya Richard Turton dkk, 2008. COM terdiri dari Direct Manufacturing Cost (DMC), Fixed
Manufacturing Cost (FMC), dan General Manufacturing Cost (GMC).

2.2.1 Direct Manufacturing Costs (DMC)


Biaya yang dikategorikan dalam DMC terdiri dari biaya bahan baku atau raw material
costs (CRM), biaya pengolahan limbah atau waste treatment costs (CWT), biaya utilitas atau
utility costs (CUT), upah pekerja atau cost of operating labors (COL), dan biaya tambahan.
Hal-hal yang termasuk ke dalam biaya tambahan adalah supervisory and clerical labor,
maintenance and repair, operating supplies, laboratory charges, serta patent and royalty.

CRM didapatkan dari biaya yang dibutuhkan untuk produksi Rainbow Stick Choco. CWT
dan CUT dapat ditentukan dengan merujuk pada Tabel 8.3 dari buku referensi Analysis,
Synthesis, and Design of Chemical Processes 3rd Edition. Berikut adalah tabel yang terdapat
pada buku referensi

3
Tabel 1.1 Biaya Pengolahan Limbah

4
Tabel 1.2 Biaya Utilitas

COL dapat didapatkan dengan menentukan jumlah pekerja terlebih dahulu dari buku
referensi yang sama. Buku tersebut menyebutkan bahwa jumlah pekerja dapat ditentukan
dengan menggunakan metode dari referensi Estimating Manning Levels for Process Plants
oleh Alkhayat dan Gerrard. Metode tersebut dimulai dengan menentukan jumlah unit proses
dan number of operating labors (NOL) yang diartikan sebagai jumlah operator per shift.
Selanjutnya, ada pula NNP yang didapatkan dari jumlah alat yang digunakan. Biaya tambahan
dapat ditentukan dengan menggunakan faktor perkalian yang tersedia dari buku referensi
pada Tabel 8.2. Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk menentukan masing-
masing biaya.

5
Tabel 1.3 Faktor Perkalian untuk Memperkirakan Biaya Manufaktur

2.2.2 Fixed Manufacturing Cost


FMC terdiri dari biaya depresiasi, pajak domestik dan asuransi, serta plant overhead
cost. Biaya dalam FMC merupakan proporsi dari FCI maupun COL. Biaya depresiasi adalah
biaya penyusutan dari aktiva tetap pabrik, seperti gedung, peralatan dan lainnya.
Pengurangan nilai aktiva tetap dapat terjadi karena nilai guna aset yang telah berkurang
karena digunakan dalam periode tertentu. Metode perhitungan depresiasi yang diizinkan di
Indonesia adalah garis lurus (straight line) dan saldo menurun (declining balance). Dalam hal
ini, metode garis lurus (straight line) akan digunakan. Salvage value dari aktiva tetap pada
tahun terakhir pabrik beroperasi diperkirakan bernilai nol. Biaya overhead adalah
keseluruhan biaya yang berkaitan dengan pengoperasian fasilitas tambahan untuk
mendukung proses produksi, biaya akuntansi, biaya fire protection and safety, dan pelayanan
kesehatan.

6
2.2.3 General Manufacturing Cost
GMC terdiri dari biaya administrasi, penjualan dan distribusi, serta riset dan
pengembagan. Biaya dalam GMC merupakan proporsi dari COL, FCI, maupun COM.

2.3 Aliran Dana


Aliran dana (cash flow) adalah salah satu alat atau pola pikir analisis keekonomian yang
sangat penting. Aliran dana adalah data besaran uang keluar dan masuk dalam suatu evaluasi
ekonomi pada kurun waktu tertentu. Perhitungan aliran dana ini dapat digunakan untuk
berbagai macam analisis keekonomian, seperti perhitungan nilai kini dan masa depan dari
anuitas, analisis alternatif investasi, serta perhitungan indikator-indikator kelabaan. Aliran
dana dapat dinyatakan dalam diagram. Diagram aliran dana (cash flow diagram) adalah
grafik sederhana yang sangat berguna untuk melakukan analisis keekonomian suatu proyek.

Gambar 1.1 Contoh Diagram Aliran Dana


2.4 Analisis Keekonomian
2.4.1 Analisis Profitabilitas
Bagian yang sangat penting dari analisis kelabaan proyek adalah perhitungan
indicator-indikator keekonomian. Analisis ini dibagi menjadi 2, yaitu indikator non diskonto
dan indikator diskonto. Pada kedua indikator tersebut, terdapat dasar-dasar pengukuran
kelabaan, yaitu besar potensi nilai laba, waktu modal kembali, dan efisiensi pengembalian
investasi.

Pada indikator non-diskonto, terdapat Pay Back Period (PBP), Cumulative Cash
Position (CCP), Cumulative Cash Ratio (CCR), Return on Investment (ROI), dan Gross

7
Profit Margin (GPM) PBP adalah indikator yang termasuk kriteria waktu, yaitu jangka waktu
pengembalian biaya modal tetap tanpa bunga. CCP dan CCR adalah indikator yang termasuk
kriteria posisi kas. CCP adalah nilai netto kas terakhir pada akhir operasional pabrik dan CCP
yang bernilai positif menunjukkan bahwa pabrik mengalami keuntungan dari penjualan.
CCR adalah rasio total cash flow positif dibandingkan dengan total cash flow negatif. Nilai
CCR lebih dari 1 menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan lebih banyak dibanding
pengeluaran. ROI dan GPM adalah indikator yang termasuk kriteria suku bunga. ROI adalah
uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, sedangkan GPM adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih.

Pada indikator diskonto, terdapat Discounted Pay Back Period (DPBP), Net Present
Value (NPV), Present Value Ratio (PVR), Internal Rate of Return (IRR). DPBP adalah
indikator yang termasuk kriteria waktu, yaitu jangka waktu pengembalian biaya modal tetap
atau FCI dengan bunga. NPV dan PVR adalah indikator yang termasuk kriteria kas. NPV
adalah nilai netto kas terakhir pada akhir operasional pabrik setelah dikurangi bunga bank.
PVR adalah nilai rasio total cash flow dengan bunga yang bernilai positif dibanding negatif.
Titik saat PVR bernilai 1 adalah titik Break Even Point (BEP) atau titik impas dimana total
pendapatan dan pengeluaran bernilai sama. IRR adalah indikator yang termasuk kriteria suku
bunga, yaitu perbedaan nilai sekarang dari arus kas masuk dan nilai sekarang dari arus kas
keluar selama periode tertentu dengan bunga atau dalam kata lain saat nilai NPV pada tahun
terakhir bernilai nol.

2.4.2 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas merupakan suatu prosedur untuk mengukur besaran pengaruh
perubahan parameter-parameter teknis dan ekonomis terhadap aliran dana dan kelabaan suatu
proyek. Analisis ini diperlukan karena estimasi keekonomian yang sudah diperhitungkan
mengandung ketidakpastian. Analisis sensitivitas dapat digambarkan dalam grafik Stauss.

2.4.3 Analisis Titik Impas / Break Even Point (BEP)


BEP adalah titik saat pemasukan perusahaan tepat sama dengan pengeluaran. Metode
BEP bisa digunakan untuk mengukur dampak perubahan parameter-parameter penentu

8
aliran dana seperti harga jual produk, laju produksi, komponen-komponen biaya tetap, dan
biaya variabel

3. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah analisis keekonomian dari perancangan proses produk
Rainbow Noodle yang telah dilakukan untuk penyetaraan mata kuliah PG4101 Perancangan
Proses Pangan. Analisis keekonomian dilakukan dengan melihat besar biaya investasi yang
dibutuhkan, biaya operasional pabrik, dan analisis kelayakan ekonomi. Kegiatan dilakukan
selama kurang lebih 1 bulan yaitu dari November hingga Desember. Kegiatan dimulai dari
pencarian data-data spesifikasi peralatan beserta harga belinya. Peralatan proses produksi
Rainbow Noodle telah tersedia di rumah produksi PT Kreasi Krispi Indonesia sehingga data
harga didapat dari riwayat beli perusahaan. Selain itu, data mengenai luas rumah produksi
beserta harganya dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya operasional
dengan pengumpulan data harga bahan baku dan utilitas untuk kemudian diolah dan
dianalisis kelayakan ekonominya.

4. Evaluasi Diri
4.1 Luaran Mata Kuliah Poin 1
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip & metode-metode perhitungan
keekonomian dan pembiayaan pabrik pangan
Produk Rainbow Noodle dibuat dengan melalui 8 proses yaitu pencampuran adonan,
pembentukan lembaran (roll-sheeting), pembentukan untaian mie (slitting), pemotongan mie,
pencetakan, pengeringan, pendinginan, dan pengemasan. Seluruh bahan dicampurkan dalam
horizontal mixer hingga adonan tercampur merata. Setelah itu, adonan akan dimasukan ke
dalam mesin cetak mie untuk diuleni hingga adonan kalis Pada proses ini adonan akan
terbentuk menjadi lembaran-lembaran tipis. Selanjutnya, adonan yang telah berbentuk
lembaran akan melalui proses slitting atau pembentukan untaian-untaian mie. Untaian mie
yang telah terbentuk akan dipotong sesuai dengan gramasi untuk kemudian dicetak diatas
tray. Satu cetakan mie berbentuk persegi dengan tampilan yang terdiri dari empat warna yaitu
merah, kuning, hijau, dan biru dengan perbandingan yang sama. Mie disusun di atas tray
kemudian akan dilakukan proses pengukusan selama kurang lebih 10-15 menit sebelum

9
dimasukan ke dalam dehydrator untuk dikeringkan pada suhu 68°C selama 75 menit. Setelah
melalui proses pengeringan, mie kemudian didinginkan pada suhu kamar lalu dikemas pada
mesin kemas. Block Flow Diagram (BFD) dari proses produksi Rainbow Noodle ditunjukan
oleh Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Process Flow Diagram Rainbow Noodle


Keterangan :
M01 : Mixing
K01 : Roll-Sheeting
E01 : Slitting
C01 : Cutting
S01 : Steaming
F01 : Folding
D01 : Drying
HE01 : Cooling
P01 : Packaging
P02 : Sacheting

Selain itu, neraca massa dan energi dari proses produksi Rainbow Noodle dihitung
berdasarkan Block Flow Diagram pada Gambar 4.2. Neraca massa dan energi dihitung pada

10
proses produksi Rainbow Noodle dengan memanfaatkan data formulasi dan pendekatan
melalui asumsi-asumsi tertentu yang didapat dari literatur. Pada perhitungan neraca massa,
digunakan dua asumsi. Asumsi pertama adalah pada proses pengukusan tidak terjadi
kehilangan atau penambahan kandungan air pada adonan. Asumsi kedua adalah kandungan
air pada mie setelah dikeringkan adalah 10%. Hasil perhitungan neraca massa dan energi
disajikan pada Tabel 4.1 hingga Tabel 4.3

Gambar 4.2 Block Flow Diagram Proses Produksi Rainbow Noodle

Tabel 4.1 Perhitungan Neraca Massa dan Energi Rainbow Noodle Aliran F1-F4

Aliran F1 F2 F3 F4
Temperatur
25 25 25 25
(°C)
Cp (J/g°C) 2.25 2.25 2.25 2.25
Laju Alir
30.4 30.4 30.4 30.4
(kg/batch)
Energi (J) 0 0 0 0
Massa Massa Massa Massa
Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi
Nama Bahan (kg) (kg) (kg) (kg)
Tepung Terigu 22.51 74.13% 22.51 74.14% 22.51 74.14% 22.51 74.14%
Garam 0.50 1.63% 0.50 1.63% 0.50 1.63% 0.50 1.63%
Air 7.20 23.72% 7.20 23.72% 7.20 23.72% 7.20 23.72%
Bubuk Kunyit 0.03 0.10% 0.03 0.10% 0.03 0.10% 0.03 0.10%
Bubuk Bit 0.09 0.30% 0.09 0.30% 0.09 0.30% 0.09 0.30%
Bubuk Kale 0.02 0.07% 0.02 0.07% 0.02 0.07% 0.02 0.07%
Bubuk Telang 0.01 0.03% 0.01 0.03% 0.01 0.03% 0.01 0.03%
Keju Bubuk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00%

11
Whole Milk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00%
Total 30.4 100.00% 30.4 100.00% 30.4 100.00% 30.4 100.00%

Tabel 4.2 Perhitungan Neraca Massa dan Energi Rainbow Noodle Aliran F5-F8

Aliran F5 F6 F7 F8
Temperatur
25 25 60 68
(°C)
Cp (J/g°C) 2.25 2.25 2.25 4.19
Laju Alir
30.4 30.4 30.4 4.8
(kg/batch)
Energi (J) 0 0 2393689.40 859000.38
Massa Massa Massa Massa
Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi
Nama Bahan (kg) (kg) (kg) (kg)
Tepung
Terigu 22.51 74.14% 22.51 74.14% 22.51 74.14% 0.00 0%
Garam 0.50 1.63% 0.50 1.63% 0.50 1.63% 0 0%
Air 7.20 23.72% 7.20 23.72% 7.20 23.72% 4.8 100%
Bubuk Kunyit 0.03 0.10% 0.03 0.10% 0.03 0.10% 0 0%
Bubuk Bit 0.09 0.30% 0.09 0.30% 0.09 0.30% 0 0%
Bubuk Kale 0.02 0.07% 0.02 0.07% 0.02 0.07% 0 0%
Bubuk Telang 0.01 0.03% 0.01 0.03% 0.01 0.03% 0 0%
Keju Bubuk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0 0%
Whole Milk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0 0%
Total 30.4 100.00% 30.4 100.00% 30.4 100.00% 4.8 100%

Tabel 4.3 Perhitungan Neraca Massa dan Energi Rainbow Noodle Aliran F9-F11

Aliran F9 F10 F11=F12 F13


Temperatur
(°C) 68 30 25 25
Cp (J/g°C) 1.89 1.89 1.93 1.90
Laju Alir
(kg/batch) 25.6 25.6 2.3 27.8
Energi (J) 2081818.03 242071.86 0 0
Massa Massa Massa Massa
Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi
Nama Bahan (kg) (kg) (kg) (kg)
Tepung Terigu 22.51 87.96% 22.51 87.96% 0 0.00% 22.51 80.85%
Garam 0.50 1.94% 0.50 1.94% 0 0.00% 0.50 1.78%
Air 2.43 9.50% 2.43 9.50% 0 0.00% 2.43 8.73%
Bubuk Kunyit 0.03 0.12% 0.03 0.12% 0 0.00% 0.03 0.11%
Bubuk Bit 0.09 0.35% 0.09 0.35% 0 0.00% 0.09 0.32%

12
Bubuk Kale 0.02 0.09% 0.02 0.09% 0 0.00% 0.02 0.08%
Bubuk Telang 0.01 0.04% 0.01 0.04% 0 0.00% 0.01 0.04%
Keju Bubuk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.90 40.00% 0.90 3.23%
Whole Milk 0.00 0.00% 0.00 0.00% 1.35 60.00% 1.35 4.85%
Total 25.6 100.00% 25.6 100.00% 2.3 100.00% 27.8 100.00%

Uraian proses produksi Rainbow Noodle berikut perhitungan neraca massa dan energi
ini yang mendasari perhitungan ekonomi seperti dalam penentuan biaya investasi, biaya
operasional pabrik meliputi biaya kebutuhan bahan baku, utilitas, dan biaya pengolahan
limbah, serta biaya kebutuhan operator produksi. Pada perhitungan neraca massa dan energi
yang ditampilkan pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.2 dapat terlihat laju alir produk akhir pada
aliran 13 adalah sebesar 22,51 kg/batch produksi untuk menghasilkan sekitar 600 pcs
Rainbow Noodle. Kapasitas maksimum dari pabrik Rainbow Noodle ditentukan sebanyak
1800 pcs/hari atau dapat dicapai dengan melakukan 3 batch produksi.

4.1.1 Perhitungan Capital Expenditure (CAPEX)

4.1.1.1 Fixed Capital Investment (FCI)

Penentuan FCI dilakukan dengan pembelian alat-alat yang digunakan dalam prose pabrik.
Perhitungan FCI dilakukan dengan mencari Bare Module Cost (CBM) setiap peralatan
dilanjutkan dengan perhitungan Total Module Cost (CTM) dan Total Grassroot Cost (CGR).
Setelah itu, FCI yang merupakan biaya investasi untuk membangun pabrik ditentukan dengan
melihat nilai CGR karena bernilai sama.

a. Bare Module Cost (CBM)


CBM dihitung dengan melakukan survei harga setiap peralatan produksi Rainbow
Noodle. Peralatan telah di beli oleh PT Kreasi Krispi Indonesia sehingga harga
peralatan didapatkan dari data perusahaan mengenai harga pada saat pembelian.
Jumlah alat yang diperlukan disesuaikan dengan kapasitas alat yang tersedia dan
pemenuhan target kebutuhan produksi. Penentuan kapasitas alat didasarkan pada
perancangan proses Rainbow Noodle yang memperhatikan beberapa aspek seperti
laju alir komponen yang dapat dilihat pada perhitungan neraca massa dan energi.

13
Adapun peralatan yang digunakan mengikuti pengkodean pada Flow Process
Diagram (PFD) yang disajikan pada Gambar 4.1. Adapun Tabel 4.4 menampilkan
data CBM pada peralatan proses produksi Rainbow Noodle dengan spesifikasi
peralatan disajikan pada lampiran.
Tabel 4.4 Data Bare Module Cost (CBM) dari Rainbow Noodle Plant

Nama Kapasitas Kapasitas Jumlah


Kode Harga Satuan Total Cost
Alat Total /alat Alat

Mixer
M01 30 kg 10 kg 1 Rp 11.000.000 Rp 11.000.000
horizontal

K01& Mesin
30 kg/jam 40 kg/jam 1 Rp 25.000.000 Rp 25.000.000
E01 cetak mie

D01 Dehydrator 40 tray 40 tray 1 Rp 60.000.000 Rp 60.000.000

P01 Sealer 20 kg/jam 20 kg/jam 1 Rp 7.200.000 Rp 7.200.000

S01 Steaming 40 tray 10 tray 1 Rp 20.625.000 Rp 20.625.000

1800 2400
P02 Filling 1 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000
pcs/hari pcs/jam

Bare Module Cost (CBM) Rp 219.825.000

b. Total Module Cost (CTM)


Total Module Cost adalah biaya total pembangunan pabrik yang memperhitungkan
biaya tak terduga (contingency) dan biaya jasa (fee) seperti pemasangan dan
penyambungan peralatan produksi. persentase biaya tak terduga sebesar 15% dan
biaya jasa sebesar 3% dari Bare Module Cost. Perhitungan Total Module Cost
ditampilkan pada persamaan (4.1) berikut.

14
𝑛 𝑛
𝐶𝑇𝑀 = ∑𝑖=1 𝐶𝑇𝑀,𝑖 = 1,18 ∑𝑖=1 𝐶𝐵𝑀,𝑖 ....(4.1)
Perhitungan menggunakan persamaan tersebut menghasilkan angkat Total Module
Cost (CTM) sebesar Rp 259.393.500

c. Total Grassroot Cost (CGR)


Total Grassroot Cost adalah biaya total pembangunan pabrik yang meliputi biaya
peralatan pabrik, utilitas dan pengolahan limbah, maupun pengembangan pabrik
dimana pada umumnya memiliki nilai 50% dari Bare Module Cost. Perhitungan Total
Grassroot Cost (CGR) ditunjukan oleh persamaan (4.2) berikut.
𝑛
𝐶𝐺𝑅 = 𝐶𝑇𝑀 + 0,5 ∑𝑖=1 𝐶𝐵𝑀,𝑖 ....(4.2)
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan (4.2) dihasilkan nilai Total
Grassroot Cost dari proses produksi Rainbow Noodle sebesar Rp 369.306.000

Fixed Capital Investment dapat didekati dengan nilai Total Grassroot Cost sehingga
pada proses produksi Rainbow Noodle, nilai Fixed Capital Investment adalah sebesar Rp
369.306.000

4.1.1.2 Working Capital

Working Capital (WC) merupakan biaya awal yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk menjalankan operasionalnya hingga mendapat pemasukan pertama (strat-up). Pada
umumnya, nilai dari WC ini sebesar 15% dari FCI. Perhitungan menghasilkan Working
Capital sebesar Rp 55.395.900

4.1.1.3 Biaya Lahan

Biaya lahan adalah biaya yang dibutuhkan untuk membeli lahan kosong dimana
pabrik akan dibangun. Biaya lahan disesuaikan dengan harga tanah di lokasi pabrik, yaitu di
Perumahan Bukit Cimanggu City, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor. Dengan luas pabrik
136 m2. Harga tanah dan bangunan diperkirakan mencapai Rp 7.000.000 / m2 sehingga biaya
total tanah dan bangunan sebesar Rp 952.000.000.

15
Secara keseluruhan, CAPEX dari pabrik Rainbow Noodle terlampir pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Total Capital Expenditure (CAPEX) Pabrik Rainbow Noodle
Cost Keterangan Nilai

Total Module Cost (CTM) 118% x CBM Rp 259.393.500

Grassroot Cost (CGR) CTM + 50% x CBM Rp 369.306.000

Fixed Capital Investment (FCI) Bernilai sama dengan CGR Rp 369.306.000

Working Capital (WC) 15% x FCI Rp 55.395.900

Tanah dan Bangunan 136 m2 x Rp 7.000.000 Rp 952.000.000

Legalitas 1% x FCI Rp 3.693.060

Sparepart 1% x FCI Rp 3.693.060

Total CAPEX Rp 1.439.483.920

4.1.2 Perhitungan Cost of Manufacturing (COM)


Cost of Manufacturing merupakan biaya operasional untuk menjalankan pabrik. COM
terdiri dari Direct Manufacturing Cost, Fixed Manufacturing Cost, dan General Expenses.

4.1.2.1 Direct Manufacturing Cost

Direct Manufacturing Cost merepresentasikan biaya operasional pabrik yang


bergantung pada laju produksi meliputi biaya bahan baku (CRM), biaya pengolahan limbah
(CWT), biaya operator produksi (COL) dan biaya utilitas (CUT).
Biaya bahan baku (CRM) diperhitungkan berdasarkan kebutuhan bahan baku yang
akan digunakan untuk proses produksi Rainbow Noodle selama satu tahun dengan kapasitas
produksi 1800 pcs/hari. Biaya bahan baku ditunjukan oleh Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Biaya Bahan Baku Rainbow Noodle
Komponen Jumlah Harga/Satuan Satuan Biaya
Tepung Terigu 21600 Rp 7.040 kg Rp 152.064.000

16
Garam 475,2 Rp 4.800 kg Rp 2.280.960
Air 6912 Rp 6.000 kg Rp 41.472.000
Kunyit 30,24 Rp 60.500 kg Rp 1.829.520
Bit 86,4 Rp 240.240 kg Rp 20.756.736
Kale 21,6 Rp 825.540 kg Rp 17.831.664
Telang 10,05 Rp 2.024.000 kg Rp 20.350.524
Keju 864 Rp 170.000 kg Rp 146.880.000
Whole Milk 1296 Rp 65.000 kg Rp 84.240.000
Kemasan 432000 Rp 410 pcs Rp 177.120.000
Biaya Bahan Baku (CRM) Rp 664.825.404

Selain bahan baku, pabrik Rainbow Noodle membutuhkan utilitas untuk menjalankan
prodses produksi. utilitas yang digunakan adalah listrik, air, dan gas. Biaya utilitas (CUT)
ditunjukan oleh Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Biaya Utilitas Pabrik Rainbow Noodle
No Utilitas jumlah/tahun Harga/satuan Harga total
1 Listrik (kWh) 3756 Rp 1.500 Rp 5.634.000
2 Air (m3) 120 Rp 15.000 Rp 1.800.000
3 Gas 12 kg 81 Rp 155.000 Rp 12.555.000
Biaya Utilitas (CUT) Rp 19.989.000

Suatu industri akan menghasilkan limbah saat beroperasi dimana pengolahan limbah
ini memerlukan biaya. Pada proses produksi Rainbow Noodle, limbah yang dihasilkan terdiri
dari limbah padat berupa kemasan bahan baku, hand gloves, hair net, sisa adonan, dan produk
reject, serta limbah cair berupa air yang mengandung kotoran dari pencucian peralatan.
Limbah yang dihasilkan tergolong limbah rumah tangga yang tidak memerlukan pengolahan
khusus. Biaya pengolahan limbah (CWT) diperhitungkan berdasarkan biaya pengangkutan
sampah oleh petugas di Kawasan sekitar pabrik yaitu sebesar Rp 150.000/bulan sehingga
dalam satu tahun membutuhkan biaya sebesar Rp 1.800.000

17
Selanjutnya, dalam mengoperasikan pabrik dibutuhkan operator produksi yang
jumlahnya disesuaikan dengan laju produksi pabrik. Kebutuhan operator produksi Rainbow
Noodle sebanyak 12 pekerja/hari. Nilai Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor pada
Tahun 2021 adalah Rp 4.200.000/bulan sehingga menghasilkan biaya operator produksi
(COT) sebesar Rp 604.800.000
Cost of Manufacturing (COM) dapat didekati dari keempat biaya yang telah
dipaparkan menggunakan persamaan berikut.
𝐶𝑂𝑀 = 0,28𝐹𝐶𝐼 + 2,73𝐶𝑂𝐿 + 1,23(𝐶𝑈𝑇 + 𝐶𝑊𝑇 + 𝐶𝑅𝑀 ) …. (4.3)
Berdasarkan persamaan (4.3), dihasilkan nilai COM sebesar Rp 2.598.851.762.
Namun terdapat biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menjalankan pabrik Rainbow
Noodle seperti biaya untuk upah karyawan non produksi, biaya perawatan dan perbaikan,
biaya logistic, laboratorium, serta paten dan royalti. Biaya tambahan ditunjukan oleh Tabel
4.8.
Tabel 4.8 Biaya operasional tambahan pabrik rainbow Noodle
Jenis Keterangan Biaya
Supervisory and clerical
labor 0,18*COL Rp 108.864.000
Perawatan dan perbaikan 0,06*FCI Rp 22.158.360
Operating supplies 0,009*FCI Rp 3.323.754.000
paten dan royalti 0,03*COM Rp 77.971.361,92
Total biaya tambahan Rp 212.317.475,92

Direct Manufacturing Cost dihitung sebagai total dari biaya bahan baku, biaya
utilitas, biaya pengolahan limbah, serta biaya operator pproduksi dengan biaya tambahan.
Total Direct Manufacturing Cost ditunjukan pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Rincian dan total direct manufacturing cost pabrik Rainbow Noodle
Jenis Biaya
CRM Rp 664.825.404
CWT Rp 1.800.000

18
CUT Rp 19.989.000
COL Rp 604.800.000
Biaya tambahan Rp 212.317.475,92
Total direct manufacturing
cost Rp 1.503.731.880

4.1.2.2 Fixed Manufacturing Cost

Fixed Manufacturing Cost merupakan biaya operasi pabrik yang tidak bergantung
pada laju produksi dan tetap akan ada walaupun produksi tidak dilaksanakan. Fixed
Manufacturing Cost meliputi depresiasi, pajak domestic dan asuransi, serta biaya overhead.
Fixed Manufacturing Cost hasil perhitungan ditunjukan oleh Tabel 4.10
Tabel 4.10 Fixed Manufacturing Cost
Komponen Nilai Keterangan

Depresiasi Rp 36.930.600 0,1*FCI

Pajak domestik dan asuransi Rp 11.817.792.000 0,032*FCI

Plant overhead cost Rp 441.493.416 0,708*COL+0,036*FCI

Total fixed manufacturing cost Rp 490.241.808

4.1.2.3 General Manufacturing Cost

General Manufacturing Cost merupakan biaya yang digunakan untuk menjalankan


bisnis suatu pabrik termasuk manajemen sales, financing, serta research and development.
General Manufacturing Cost ditujukkan pada Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 General Manufacturing Cost
Komponen Nilai Keterangan

Administrasi Rp 110.373.354 0,177*COL+0,009*FCI

19
Penjualan dan distribusi Rp 285.873.693,85 0,11*COM

Riset dan pengembangan Rp 129.942.588,11 0,05*COM

Total general expenses Rp 526.189.635,96

Cost of Manufacturing dihitung sebagai total dari keseluruhan biaya Direct


Manufacturing Cost, Fixed Manufacturing Cost, dan General Expenses. Perhitungan total
Cost of Manufacturing Cost ditunjukan pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Total Manufacturing Cost
Komponen Nilai

Direct Manufacturing Cost Rp 1.503.568.644

Fixed Manufacturing Cost Rp 490.241.808

General Manufacturing Cost Rp 526.189.635,96

Total COM Rp 2.520.000.088

Total COMd Rp 2.573.789.488

4.2 Luaran Mata Kuliah Poin 2


Mahasiswa mampu menilai kelayakan suatu ekonomi pabrik pangan berdasarkan
kriteria kelabaan jika diberikan deskripsi, diagram alir, serta spesifikasi dasar
peralatan utama proses

Produk Rainbow Noodle merupakan produk mie instan yang akan diproduksi oleh PT
Kreasi Krispi Indonesia. Rainbow Noodle memiliki berat bersih 45 gram dan terbuat dari
campuran bahan yang mengandung sayuran alami sebagai pewarna yang menghasilkan mie
dengan warna yang menarik. Satu kemasan Rainbow Noodle akan dijual dengan harga Rp
6.700. Penetapan harga ini mempertimbangkan harga kebutuhan bahan baku dan utilitas yang

20
digunakan serta nilai tambah dari produk yaitu merupakan produk sehat yang mengandung
bubuk sayur.
Kelayakan operasi suatu pabrik yang dirancang dapat dilakukan dengan evaluasi
keekonomian pabrik berupa analisis cashflow pabrik setiap tahunnya selama pabrik
beroperasi 15 tahun ditambah dengan 2 tahun start-up. Biaya modal tetap (Fixed Capital
Investment) akan dikeluarkan pada tahun pertama setelah pengeluaran biaya lahan pada tahun
ke-0. Working capital sebagai biaya untuk memulai pengoperasian pabrik akan dikeluarkan
pada akhir tahun ke-2. Asumsi suku bunga yang digunakan adalah sebesar 10% dengan
pendekatan suku bunga bank Indonesia pada tahun 2021 serta pajak yang perlu dikeluarkan
sebesar 22%. Pabrik ini tidak memiliki nilai salvage atau harga jual pabrik setelah pabrik
tidak beroperasi.
Analisis keekonomian yang pertama dilakukan adalah analisis Gross Profit Margin
(GPM) untuk menghitung besaran persentase laba kotor terhadap pendapatan dari penjualan
yang telah dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP). Gross Profit Marginberfungsi untuk
mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan bahan baku produksi dan tenaga kerja
yang bertugas memproduksi produk. Kapasitas produksi pabrik Rainbow Noodle per hari
adalah 1800 pcs dengan waktu operasi selama satu tahun sebanyak 240 hari. Artinya, dalam
satu tahun akan diproduksi Rainbow Noodle sebanyak 432000 pcs. Jika diasumsikan bahwa
seluruh produk Rainbow Noodle yang diproduksi habis terjual akan dihasilkan Gross Profit
Margin seperti yang disajikan pada Tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13 Gross Profit Margin Pabrik Rainbow Noodle
Sales Income Rp 2.894.400.000
Raw Material and Utilities Rp 684.814.404
Laba kotor Rp 2.209.585.596
Gross Profit Margin 76%

Nilai GPM sebesar 76% menunjukan bahwa laba kotor yang didapat oleh PT Kreasi
Krispi Indonesia dari penjualan Rainbow Noodle setelah membayar Direct Manufacturing
Cost. Keuntungan kotor sebesar Rp 2.209.585.596 bisa digunakan untuk membayar biaya
yang tidak tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti Fixed Manufacturing
Cost dan General Expenses.

21
Analisis keekonomian selanjutnya dilakukan dengan melihat cashflow selama pabrik
beroperasi dengan indikator diskonto dan non-diskonto. Perbedaannya adalah pada indikator
diskonto diperhitungkan faktor suku bunga. Kedua indikator memiliki parameter yang dapat
ditinjau untuk menentukan kelayakan investasi. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
menentukan arus kas (cashflow) dengan usia proyek selama 15 tahun dengan indikator
diskonto dan non-diskonto. Dalam penyusunan arus kas, beberapa parameter yang
dibutuhkan disajikan pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Parameter penyusunan arus kas
Jenis Keterangan Besaran
Tanah Luas tanah 136 m2 Rp 952.000.000
FCI Total Dibelanjakan 100% pada
tahun pertama Rp 369.306.000

Working Capital 15% FCI Rp 55.395.900


Penjualan Pabrik Kapasitas produksi per
Per Tahun tahun 432000 pcs dengan
harga/pcs adalah Rp 6.700 Rp 2.894.400.000

Comd Biaya operasional tanpa


depresiasi Rp 2.573.983.706
Pajak (t) Taxes on corporate income
sebesar 22% untuk tahun 22%
2021
Salvage (s) Harga jual pabrik setelah
berhenti operasi 0

Depresiasi Metode straight line


0.067
selama 15 tahun
Umur Pabrik Usia proyek 15 tahun 15 tahun
Bunga Diambil suku bunga bank
indonesia pada 2021 8%
sebesar 8%-10%

22
Parameter pada Tabel 4.14 menjadi dasar perhitungan arus kas yang disajikan pada Tabel
4.15 berikut.
Tabel 4.15 Arus Kas diskonto dan non-diskonto
Akhir Cummulative Discounted
Cashflow (non- Discounted
tahun Cashflow (non- Cummulative
discounted) Cashflow
ke- discounted) Cashflow
0 -Rp 952.000.000 -Rp 952.000.000 -Rp 952.000.000 -Rp 952.000.000
1 -Rp 369.306.000 -Rp 1.321.306.000 -Rp 341.950.000 -Rp 1.293.950.000
2 -Rp 55.395.900 -Rp 1.376.701.900 -Rp 47.493.056 -Rp 1.341.443.056
3 Rp 255.341.197 -Rp 1.121.360.703 Rp 202.698.075 -Rp 1.138.744.981
4 Rp 255.341.197 -Rp 866.019.505 Rp 187.683.403 -Rp 951.061.578
5 Rp 255.341.197 -Rp 610.678.308 Rp 173.780.928 -Rp 777.280.650
6 Rp 255.341.197 -Rp 355.337.111 Rp 160.908.267 -Rp 616.372.382
7 Rp 255.341.197 -Rp 99.995.913 Rp 148.989.136 -Rp 467.383.246
8 Rp 255.341.197 Rp 155.345.284 Rp 137.952.904 -Rp 329.430.342
9 Rp 255.341.197 Rp 410.686.481 Rp 127.734.170 -Rp 201.696.172
10 Rp 255.341.197 Rp 666.027.679 Rp 118.272.380 -Rp 83.423.792
11 Rp 255.341.197 Rp 921.368.876 Rp 109.511.463 Rp 26.087.670
12 Rp 255.341.197 Rp 1.176.710.073 Rp 101.399.503 Rp 127.487.173
13 Rp 255.341.197 Rp 1.432.051.271 Rp 93.888.428 Rp 221.375.601
14 Rp 255.341.197 Rp 1.687.392.468 Rp 86.933.730 Rp 308.309.331
15 Rp 255.341.197 Rp 1.942.733.665 Rp 80.494.194 Rp 388.803.526
16 Rp 255.341.197 Rp 2.198.074.863 Rp 74.531.661 Rp 463.335.187
17 Rp 255.341.197 Rp 2.453.416.060 Rp 69.010.798 Rp 532.345.985

Pada indikator diskonto, parameter yang dapat ditinjau untuk menentukan kelayakan
investasi adalahDiscounted Payback Period (DPBP), Net Present Value (NPV), Present
Value Ratio (PVR) dan Internal Rate of Return (IRR) yang disajikan pada Tabel 4.16
sedangkan pada indikator non-diskonto parameter yang dapat ditinjau adalah Payback Period
(PBP), Cumulative Cash Position (CCP), Cumulative Cash Ratio (CCR) dan Return on
Investment (ROI) yang disajikan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.16 Parameter Indikator Diskonto
Net Present Value (NPV) Rp 532.345.985
Discounted Payback
1,7 tahun
Period (DPBP)

23
Internal Rate of Return
52%
(IRR)
Present Value Ratio
1,40
(PVR)

Tabel 4.17 Parameter Indikator non-diskonto


Cumulative Cash Position Rp 2.494.039.720,11
(CCP)
Payback Period (PBP) 1,43 tahun
Rate of Return on
63%
Investment (ROROI)
Cumulative Cash Ratio
1,69
(CCR)

Pada indikator non-diskonto, payback period (PBP) merupakan jangka waktu


pengembalian biaya investasi tanpa memperhitungkan bunga. Berdasarkan Tabel 4.17 dapat
dilihat bahwa biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 1,43 tahun setelah
start-up. Selanjutnya, parameter cumulative cash position (CCP) menunjukkan pemasukan
kumulatif yang didapat oleh perusahaan pada akhir proyek. CCP yang bernilai positif
menunjukkan bahwa pabrik tidak mengalami kerugian dari penjualan melainkan mendapat
keuntungan. Parameter selanjutnya adalah Cumulative Cash Ratio (CCR) yang merupakan
rasio total cashflow positif dengan total cashflow negatif. Nilai CCR pada Tabel 4.17
menunjukan nilai lebih dari satu yang berarti bahwa pendapatan yang dihasilkan (cashflow
positif) lebih banyak dibandingkan dengan pengeluaran (cashflow negatif). Parameter
terakhir adalah Rate of Return on Investment (ROROI) yang menggambarkan berapa laju
pengembalian biaya investasi dalam satu tahun. Nilai ROROI pada Tabel 4.17 pada angka
63% artinya dalam satu tahun, biaya investasi akan terbayar sebanyak 63%.
Pada indikator diskonto, parameter yang menunjukan pengembalian biaya investasi
dengan memperhitungkan suhu bunga adalah Discounted Payback Period (DPBP) yang pada
Tabel 4.16 bernilai 1,7 tahun. Artinya dengan memperhitungkan suku bunga, biaya investasi
akan dikembalikan seluruhnya dalam jangka waktu 1,7 tahun setelah start-up. Parameter
berikutnya adalah Net Present Value (NPV) yang merupakan nilai netto kas pada akhir
operasional pabrik setelah dikurangi suku bunga. Nilai NPV pada Tabel 4.16 bernilai positif

24
yang menunjukan bahwa pabrik tidak mengalami kerugian dan memberikan keuntungan
pada akhir operasional pabrik sebesar Rp 532.345.985. Pada indikator diskonto, terdapat
parameter Present Value Ratio (PVR) yang menunjukan titik dimana total pendapatan dan
pengeluaran bernilai sama pada saat bernilai 1. PVR yang ditunjukan oleh Tabel 4.16 bernilai
1,4 yang berarti proyek ini memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan
pengeluarannya. Parameter terakhir pada indikator diskonto adalah Internal Rate of Return
(IRR).

Rp 2.494.039.720

ROROI =63%

PBP 1,43 tahun Cummulative Cash Ratio = 1,67 Rp 533.457.674


DPBP 1,7 tahun
Tanah dan 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Bangunan Present Value Ratio = 1,40
Non-discounted Cumulative Cashflow
FCI
Discounted Cumulative Cashlow
Tahun ke-

Gambar 4.3 Perbandingan cashflow arus kas diskonto dan non-diskonto


Analisis keekonomian yang telah dilakukan dari segi cashflow baik diskonto maupun
non-diskonto mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk dibangun walaupun keuntungan
yang didapat pada akhir pabrik beroperasi saat memperhitungkan suku bunga (diskonto)
dapat terbilang kecil untuk umur pabrik 15 tahun.

4.3 Luaran Mata Kuliah Poin 3


Mahasiswa mampu menyusun rencana dasar manajemen pabrik pangan yang
mencakup uraian kerja, penjadwalan, serta alokasi sumber daya proyek, serta
menggunakan rencana tersebut untuk memantau kemajuan pabrik pangan

25
Secara umum, proses produksi Rainbow Noodle yang akan dijalankan oleh pabrik telah
diuraikan pada poin luaran mata kuliah yang pertama beserta kapasitas produksi yang
direncanakan. Kapasitas produksi ini kemudian akan dikaitkan dengan penjadwalan harian
atau mingguan serta mencakup alternatif-alternatif seperti kerja lembur, pemindahan
personalia, dan penggantian mesin produksi. Produk Rainbow Noodle direncanakan akan
diproduksi sebanyak 1800 pcs per harinya, dimana kapasitas maksimum satu batch
pengeringan menghasilkan 600 pcs produk sehingga untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkan perlu dilakukan 3 batch pengeringan. Proses produksi Rainbow Noodle dimulai
dari tahap persiapan hingga selesai tahap pengemasan dalam satu batch diperkirakan akan
menghabiskan waktu sekitar 6-7 jam. Namun, terdapat beberapa pemrosesan yang dapat
dilakukan secara simultan sehingga untuk menjalankan 3 batch produksi hanya dibutuhkan
waktu sekitar 12 jam 45 menit. Sementara itu, kebutuhan operator produksi ditentukan
berdasarkan pengoperasian beberapa peralatan. Pada proses pencampuran adonan,
diperlukan satu operator produksi. Proses pembentukan lembaran mie dan untaian mie
dilakukan pada mesin cetak mie. Pada proses ini diperkirakan kebutuhan operator produksi
sebanyak dua. Selanjutnya pada proses cutting dan folding dibutuhkan sekitar 2-3 orang
karena kedua proses ini dilaksanakan secara manual. Proses selanjutnya dilaksanakan
setelah seluruh proses pencampuran hingga folding selesai sehingga dapat dilakukan oleh
operator produksi yang sama. Oleh karena itu, sumber daya manusia sebagai operator
produksi yang dibutuhkan pada satu batch sebanyak 5-6 orang.
Hal lain yang perlu diperhatikan dari sumber daya manusia pada manajemen pabrik
adalah bagaimana pemantauan kinerja sumber daya manusia. Berbagai evaluasi dapat
dilakukan untuk mengukur kinerja karyawan baik karyawan produksi maupun karyawan
non-produksi. Salah satu kegiatan yang dapat menjaga dan mengukur kinerja karyawan
adalah dengan pelatihan disertai dengan post test. Selain itu, evaluasi dapat dilakukan
dengan cara wawancara antara karyawan dengan supervisor untuk mengetahui kendala
yang dihadapi dan rencana pengembangan diri yang akan dilakukan.

26
Selain tenaga kerja, yang perlu dikelola selanjutnya adalah persediaan bahan baku dan
produk Rainbow Noodle yang dihasilkan. Baik bahan baku maupun finish goods dikelola
dengan sistem first in first out dimana bahan atau produk yang pertama masuk ke Gudang
akan dikeluarkan pertama kali pula. Hal ini dilakukan untuk mencegah bahan atau produk
lama tertimbun di Gudang hingga expired. Tentunya manajemen bahan baku dan produk
jadi ini menjadi penting demi keefektifan sumber daya dan pengurangan resiko kerugian.
Selanjutnya, pemeliharaan peralatan produksi perlu dilakukan secara berkala karena
peralatan produksi memiliki usia produktif dan seiring berjalannya waktu dapat rusak. Oleh
karena itu, pemeliharaan peralatan produksi perlu dijadwalkan minimal 2 minggu sekali.
Pemeliharaan ini meliputi pemeriksaan dan pembersihan komponen-komponen peralatan.
Hal ini dilakukan agar kerusakan dapat terdeteksi secara dini sehingga penggantian
peralatan dapat direncanakan pada jauh hari sebelum peralatan rusak. Tujuannya, agar
penggantian peralatan tidak menghambat produksi yang telah direncanakan sebelumnya.

5. Kesimpulan dan Saran


Kegiatan analisis keekonomian yang dilakukan pada perancangan proses Rainbow Noodle
yang mencakup perhitungan biaya investasi, biaya operasional pabrik, serta analisis
kelayakan pabrik yang beroperasi selama 15 tahun. Penerapan prinsip-prinsip dan metode-
metode perhitungan keekonomian dan pembiayaan pabrik Rainbow Noodle dilakukan
dengan menganalisis Fixed Capital Investment, Cost of Manufacturing, serta General
Expenses. Kelayakan ekonomi pabrik Rainbow Noodle ditentukan dengan menganalisis
kriteria kelabaan pada arus kas diskonto dan non-diskonto. Selain itu, rencana manajemen
pabrik perlu dilakukan diantaranya dengan melakukan penjadwalan, alokasi sumber daya
manusia beserta pemantauan kinerjanya, pengelolaan bahan baku dan produk jadi, serta
pemeliharaan peralatan produksi.

Pada kegiatan analisis ekonomi masih banyak digunakan asumsi yang didapat dari
berbagai pendekatan sehingga dihasilkan analisis yang sangat ideal. Sebaiknya analisis
kelayakan ekonomi memperhitungkan jumlah produk tidak terjual dengan pendekatan yang
perlu dikaji ulang sehingga menghasilkan analisis yang lebih realistis.

27
Daftar Pustaka
Kadim, A. 2010. Penerapan Manajemen Produksi & Operasi di Industri Manufaktur. Jakarta
: Mitra Wacana Media
Turton, Richard; Baille C., Richard; Whitting B., Wallace; Shaeiwitz, Joseph A. 2008.
Analysis, Synthesis, and Design of Chemical Processes 3rd Edition. Boston : Prentice
Hall International Series.

28
Lampiran
Tabel A.1 Mixer Horizontal
No. Alat M01
Nama Alat Mixer horizontal
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk mencampurkan
adonan menjadi
homogen
Kapasitas 10 kg
Harga Rp 11.000.000

Tabel A.2 Mesin Cetak Mie


No. Alat K01 & E01
Nama Alat Mesin Cetak
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk menguleni dan
memotong adonan mie
Kapasitas 40 kg/jam
Harga Rp 25.000.000

Tabel A.3 Mesin Steaming


No. Alat S01
Nama Alat Mesin Steaming
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk mengukus adonan
dalam lemari bertingkat
Kapasitas 10 tray
Harga Rp 20.625.000

29
Tabel A.4 Dehydrator
No. Alat D01
Nama Alat Dehydrator
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk mengurangi kadar
air atau mengeringkan
bahan makanan
Kapasitas 40 tray
Harga Rp 60.000.000

Tabel A.5 Mesin Sealer


No. Alat P01
Nama Alat Sealer
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk menyegel kemasan
Kapasitas 450 pcs/jam
Harga Rp 7.200.000

Tabel A.6 Mesin Filling


No. Alat P02
Nama Alat Filling
Deskripsi Alat yang digunakan
untuk sacheting
Kapasitas 1200 pcs/jam
Harga Rp 96.000.000

30

Anda mungkin juga menyukai