Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &

MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR ISI

SAMPUL……………...…………………………………………………………...i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR RUMUS ............................................................................................... iv
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum ...................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................3
TEORI DASAR ......................................................................................................3
2.1 Definisi Process Costing...........................................................................3
2.2 Karakteristik Process Costing ................................................................3
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Process Costing ........................................4
2.4 Langkah-Langkah Process Costing ........................................................5
2.5 Metode Perhitungan Process Costing ....................................................6
a. Metode Rata Tertimbang .......................................................................6
b. Metode First In, First Out (FIFO) ..........................................................8
BAB III ..................................................................................................................10
PENGOLAHAN DATA .......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

PROCESS COSTING ii
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Perhitungan Biaya Bahan Baku ............................................................10


Tabel 3. 2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung..........................................10
Tabel 3. 3 Perhitungan Biaya Bahan Baku Penolong ............................................11
Tabel 3. 4 Biaya Penyusutan Gedung Pabrik .........................................................11
Tabel 3. 5 Perhitungan Biaya Mesin ......................................................................12
Tabel 3. 6 Taksiran Jam Kerja dan Jam Kerja .......................................................12
Tabel 3. 7 Biaya Penyusutan Mesin Pabrik ...........................................................12
Tabel 3. 8 Biaya Overhead Pabrik .........................................................................13
Tabel 3. 9 Biaya Non Produksi ..............................................................................13
Tabel 3. 10 Total Biaya Produksi Pabrik ...............................................................14

PROCESS COSTING iii


MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR RUMUS

PROCESS COSTING iv
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat membuat setiap
perusahaan dituntut untuk dapat bersaing. Persaingan ini terjadi pada
perusahaan mikro, kecil, menengah dan lebih lagi pada perusahaan besar.
Sehingga mau tidak mau akan memaksa perusahaan untuk bisa meningkatkan
kinerja dan produktifitas serta kualitasnya. Dengan demikian, diharapkan
tujuan perusahaan dapat tercapai yakni mendapatkan laba semaksimal
mungkin. Laba dapat diperoleh apabila perusahaan mampu bersaing dengan
perusahaan yang sejenis. Persaingan ini selain dari mutu yang dihasilkan, juga
persaingan dalam harga jual. Salah satu point utama yang harus diperhatikan
untuk dapat bersaing dalam harga jual adalah penanganan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabriknya. Hal ini sangat penting karena
akan mempengaruhi langsung harga pokok produksi (Darno, 2019).
Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan karena selama proses masukan (bahan mentah) menjadi
keluaran (bahan jadi) begitu banyak biaya-biaya yang terjadi dalam
perusahaan. Biaya-biaya tersebut harus diperhitungkan untuk menentukan
besarnya biaya produksi dalam memproduksi suatu jenis produk pada unit
tertentu. Dikebanyakan industri manufaktur, biaya produksi
dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu metode yaitu perhitungan
biaya berdasarkan proses (process costing). Process costing adalah metode
penentuan harga pokok produksi dimana biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik dibebankan ke departemen. Metode ini
digunakan oleh industri manufaktur yang memproduksi produk dalam massa.
Contohnya perusahaan yang membuat bumbu masak, minyak kelapa sawit, dan
kertas (Wensen, dkk., 2016).
Pada praktikum di modul ketiga ini, dilakukan metode perhitungan harga
pokok produksi dengan process costing. Pada process costing ada dua metode

PROCESS COSTING 1
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

perhitungan yang dapat digunakan yakni metode rata-rata tertimbang dan


metode First In, First Out (FIFO). Pada metode rata-rata tertimbang tidak
dibedakan antara produk selesai yang berasal dari persediaan awal barang
dalam proses dengan produk selesai yang berasal dari produk baru. Sementara
metode First In, First Out (FIFO), persediaan yang pertama masuk untuk
diproses menjadi barang jadi, akan menjadi yang pertama juga untuk
dikeluarkan atau dijual. Selain hal tersebut, akan dibahas lebih mendalam hal-
hal terkait process costing, salah satunya kelebihan dan kekurangannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara menentukan harga pokok produksi menggunakan metode
process costing?
b. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari metode process costing?
1.3 Tujuan Praktikum
a. Praktikan mampu memahami dan menentukan harga pokok produksi
menggunakan metode process costing.
b. Praktikan mampu menganalisis data yang diolah dengan metode process
costing.

PROCESS COSTING 2
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Process Costing


Berikut ini adalah definisi process costing menurut para ahli dan menurut
kelompok kami:
a. Menurut Carter (dalam Rashinda, 2015), dalam perhitungan biaya
berdasarkan proses (process costing), biaya dibebankan ke departemen (atau
pusat biaya). Jika ada lebih dari satu departemen yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk itu, biaya ditransfer dari suatu departemen ke
departemen berikutnya dan akhirnya ke barang jadi.
b. Menurut Vanderbeck (dalam Wulandari, 2009), process costing adalah
metode yang sesuai digunakan untuk perusahaan yang memproduksi barang
atau jasa yang memiliki karakteristik yang serupa.
c. Menurut Siregar (dalam Adawia, 2020), process costing adalah penentuan
biaya dengan cara mengumpulkan biaya berdasarkan proses produksi atau
berdasarkan departemen.
d. Menurut Samryn (dalam Saputra, 2022), metode process costing adalah
suatu sistem penetapan harga pokok produk yang digunakan dalam industri
yang menyelenggarakan kegiatan produksi untuk suatu produk tertentu
secara berkelanjutan tanpa berdasarkan permintaan yang spesifik dari
pelanggan tertentu.
e. Berdasarkan definisi para ahli di atas, kelompok kami menyimpulkan bahwa
process costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan
mengakumulasikan biaya produksi yang dibagi ke dalam tiap departemen
produksi pada setiap periode tertentu.
2.2 Karakteristik Process Costing
Menurut Daljono (dalam Rashinda, 2015), metode perhitungan harga pokok
proses memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Biaya diakumulasikan menurut departemen atau pusat biaya (cost center).

PROCESS COSTING 3
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

b. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam proses.


Rekening ini didebit dengan biaya pemrosesan yang terjadi di departemen
yang bersangkutan, dan dikreditkan dengan harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke departemen lain atau ditransfer ke gudang barang jadi.
c. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan kembali persediaan barang
dalam proses pada akhir periode.
d. Biaya per unit ditentukan atau dihitung menurut departemen untuk setiap
periode.
e. Unit barang yang telah selesai diproses di salah satu departemen dan biaya
(harga pokok) yang berhubungan dengannya, ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke persediaan barang jadi.
f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara periodik
dijumlah, dianalisa dan dihitung dengan menggunakan laporan biaya
produksi departemen.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Process Costing
Pada metode process costing tentunya memiliki kelebihan juga
kekurangan dari berbagai aspek. Berikut ini adalah kekurangan dan kelebihan
metode ini :
a. Kelebihan Process Costing
1) Biaya setiap proses dihitung pada akhir periode (biasanya pada akhir
setiap bulan).
2) Lebih mudah memantau realisasi biaya produksi.
3) Tenaga kerja langsung yang dibutuhkan tidak perlu memiliki banyak
keterampilan.
4) Data biaya produksi dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
menentukan harga jual.
5) Perhitungan biaya rata-rata per unit lebih mudah karena produk yang
dihasilkan homogen.
(Idawati, 2012)

PROCESS COSTING 4
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

b. Kekurangan Process Costing


1) Terlalu bergantung pada data statistik dibanding melihat situasi langsung
di lapangan (Dewi dan Kristanto, 2015).
2) Biaya produksi suatu departemen produksi dapat berubah-ubah dari satu
periode ke periode lain sehingga penentuan harga produksi tidak sesuai
perkiraan (Sinurat, dkk, 2015).
3) Perhitungan biaya produksi tetap melibatkan barang yang telah jadi
maupun yang masih berproses (Idawati, 2012).
4) Pencatatan rincian biaya produksi cenderung terpisah per departemen
5) Perhitungan biaya harus berdasarkan sumber daya yang sama untuk
produksi suatu produk. Jika tidak, biaya produksi dapat berubah.
(Carter dan Usry, 2009)
2.4 Langkah-Langkah Process Costing
Perhitungan biaya berdasarkan proses menurut Carter (dalam Rashinda,
2015), mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan
departemen. Semua biaya operasi dari suatu proses selama periode waktu
tertentu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk
yang telah melewati proses tersebut selama periode itu, hasilnya adalah biaya
per unit. Adapun langkah-langkah perhitungan metode process costing adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah unit di awal proses pekerjaan
Pada langkah pertama ini, perusahaan menentukan jumlah unit mulai
dari awal proses produksi atau pada saat diterima dari departemen
sebelumnya, dimana keadaan tersebut terjadi pada saat jumlah unit tersebut
selesai dan dalam keadaan mengakhiri persediaan dalam proses.
Analisis unit fisik meliputi akuntansi untuk kedua unit, yaitu unit input
dan unit output. Unit input di dalamnya termasuk persediaan barang dalam
proses dan semua unit yang masuk ke departemen produksi selama periode
akuntansi. Unit output di dalamnya termasuk unit yang lengkap dan
ditransfer keluar dari bagian produksi serta unit dalam persediaan barang
dalam proses berakhir.

PROCESS COSTING 5
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

b. Hitung ekuivalen unit produk


Tujuan dari menghitung unit setara dengan produksi untuk bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik adalah untuk
mengukur kerja total pengeluaran produksi selama akuntansi periode. Unit
fisik yang sebagian lengkap diubah menjadi jumlah setara seluruh unit.
c. Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit biaya produksi
Total untuk setiap elemen biaya (bahan, tenaga kerja, dan overhead)
termasuk pada biaya yang dikeluarkan dan biaya persediaan unit dalam
proses awal. Besarnya biaya ini diperoleh dari permintaan resmi materi,
kartu waktu kerja, dan lembar alokasi biaya overhead pabrik. Biaya
produksi total untuk setiap elemen biaya juga disebut total biaya untuk
menjelaskan.
d. Hitung biaya per ekuivalen unit
Tujuan dari komputasi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik per ekuivalen unit produksi adalah untuk
memiliki produk yang tepat biaya dan penentuan pendapatan untuk periode
akuntansi, yang meliputi unit periode akuntansi, baik secara lengkap
maupun tidak lengkap.
e. Pertanggungjawaban terhadap biaya produk yang dipakai
Tujuan dari laporan biaya produksi untuk menentukan biaya produksi
total yang dikeluarkan untuk unit yang diselesaikan selama periode dan unit
yang masih dalam proses pada akhir.
(Sinurat, dkk., 2016)
2.5 Metode Perhitungan Process Costing
Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam penentuan harga
pokok produksi berdasarkan proses. Metode-metode tersebut, yaitu metode
rata-rata tertimbang (average) dan metode masuk pertama-keluar pertama first
in, first out (FIFO) :
a. Metode Rata Tertimbang
Metode ini menyatakan bahwa persediaan awal barang dalam proses
akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang masuk

PROCESS COSTING 6
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang
berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk selesai
yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk
selesai yang berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam harga pokok
untuk seluruh produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata tertimbang. Maka,
perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menambahkan biaya
yang melekat pada persediaan awal barang dalam proses dengan biaya yang
terjadi selama periode ini kemudian dibagi dengan ekuivalen unit.
Menurut Mulyadi (dalam Sanusi dan Efrianti, 2014), karakteristik dari
metode rata-rata tertimbang yaitu:
1) Metode biaya rata-rata tertimbang menggunakan rata-rata biaya barang
untuk menetapkan biaya
2) Biaya dalam persediaan awal periode diproses menjadi produk jadi
bersamaan dengan unit yang masuk proses periode ini.
3) Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang berasal dari work in
progress awal dengan produk selesai yang berasal dari produksi baru.
Contoh kasus perhitungan dengan metode rata-rata tertimbang, yaitu:
PT. JACO adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas
dalam kaleng, pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu
melalui departemen pengolahan. Awal September perusahaan baru mulai
beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir
September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg,
sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan
biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead
pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut
adalah:
a) Biaya Bahan Baku (BBB) = Rp6.000.000
b) Biaya Tenaga Kerja (BTK) = Rp4.740.000
c) Biaya BOP = Rp3.168.000
(1) Menghitung biaya yang dibebankan
= BBB + BTK + BOP

PROCESS COSTING 7
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

= Rp6.000.000 + Rp 4.740.000 + Rp 3.168.000


= Rp13.908.000
(2) Menghitung biaya yang dibebankan per unit
BBB BTK BOP
= + +
Jumlah BBB Jumlah BTK Jumlah BOP
Rp6.000.000 Rp4.740.000 Rp3.168.000
= + +
8.000 kg 7.900 kg 7.920 kg
= Rp1.750/kg
(3) Menghitung produk dalam proses akhir
BBBx%selesai BTKx%selesai BOPx%selesai
= 400 kg( + + )
Jumlah BBB Jumlah BTK Jumlah BOP
= 400 kg(100%xRp750/kg+25%xRp600/kg+80%xRp400/kg)
= Rp608.000
(4) Menghitung pertanggungjawaban biaya
= Biaya Produk Sudah Ditransfer + Produk dalam Proses Akhir
= 7.600 kg x Rp1.750/kg + Rp608.000
= Rp13.908.000
b. Metode First In, First Out (FIFO)
Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan lebih dahulu
diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses produk
yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah dilaporkan
serta dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang
berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan biaya produk jadi
yang berasal dari unit masuk proses pada periode yang bersangkutan.
Adanya permisahan tersebut sehingga perhitungan ekuivalen unit juga harus
dipisahkan (Sinurat, dkk., 2015).
Menurut Mulyadi (dalam Octaviandy dkk, 2021) karakteristik pada
perhitungan dengan metode FIFO yaitu:
1) Nampak pada perhitungan harga pokok barang yang menggunakan harga
dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.
2) Dalam perhitungannya harus dilakukan dengan menggunakan biaya
aktual dimulai sejak perusahaan mencoba untuk menjual persediaan lama

PROCESS COSTING 8
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

pertama kali.
3) Menyediakan persediaan barang kepada pelanggan dengan harga pokok
penjualan yang lebih konsisten dan sistematis.
Contoh kasus perhitungan menggunakan metode FIFO yaitu:
Diasumsikan persediaan awal TB. Abadi Lestari pada bulan Maret
adalah sebesar Rp. 12.000.000. Pada bulan Maret, proses bisnis perusahaan
memiliki penjualan, pembelian, retur penjualan, retur pembelian dan
persediaan akhir dengan perincian sebagai berikut :
a) Total Penjualan (TPJ): Rp158.870.000
b) Total Pembelian (TPB): Rp26.500.000
c) Total Retur Penjualan (TRPJ): Rp165.000
d) Total Retur Pembelian (TRPB): Rp3.500.000
e) Total Ongkos Biaya Angkut (TOBA): Rp3.600.000
f) Persediaan Akhir (PA): Rp29.115.000
(1) Menghitung penjualan bersih
= TPJ - (TRPJ + Potongan Penjualan)
= Rp158.870.000 - (Rp165.000 + Rp0)
= Rp158.705.000
(2) Menghitung pembelian bersih
= (TPB + TOBA) – (TRPB + Potongan Pembelian)
= (Rp26.500.000 + Rp3.600.000) -(Rp3.500.000 + Rp0)
= 26.600.000
(3) Menghitung persediaan barang
= Persediaan Awal + Pembelian Bersih
= Rp12.000.000 + Rp26.600.000
= Rp38.600.000
(4) Menghitung harga pokok produksi
= Persediaan Barang - Persediaan Akhir
= Rp38.600.000 – Rp29.115.000
= Rp9.485.000

PROCESS COSTING 9
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data


PT REGREZI merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
mebel. Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis perabot kayu, yang menjadi
produk utama digemari konsumen ialah lemari dapur. Untuk menentukan harga
jual produk tersebut, terlebih dahulu melakukan penentuan harga pokok
produksi. Harga pokok produksi dapat ditentukan atas dasar biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sehingga dapat
diketahui seberapa besar jumlah biaya yang diperlukan perusahaan untuk
menghasilkan produk tersebut.
a. Perhitungan Biaya Bahan Baku
Bahan baku langsung, yaitu semua bahan yang merupakan bagian dari
produk jadi yang dihasilkan, adapun tabel 3.1 memuat bahan baku langsung
yang digunakan dalam memproduksi produk tersebut.
Tabel 3. 1 Perhitungan Biaya Bahan Baku
No Jenis Bahan Baku Jumlah Harga Satuan Total Harga
(Rp) (Rp)
1 Triplek 400 105.051 42.020.400
2 Kayu 400 75.051 30.020.400

Total 72.040.800
Sumber : Penulis (2022)
b. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah atau gaji karyawan yang
berhubungan langsung dengan proses produksi produk. Berikut adalah biaya
tenaga kerja langsung yang telah disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jumlah Upah/Hari Total Gaji
Tenaga Hari (Rp) (Rp)
Kerja
1 Perakitan 10 20 150.051 30.010.200

Total 30.010.200
Sumber : Penulis (2022)

PROCESS COSTING 10
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. Data Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya diluar dari biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik terdiri atas
biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan gedung pabrik, dan biaya
penyusutan mesin pabrik.
1) Biaya Bahan Baku Penolong
Biaya bahan baku penolong adalah biaya yang diperlukan untuk
menunjang pembuatan suatu produk yang penggunaannya relatif kecil.
Pada tabel 3.3 telah disajikan daftar biaya bahan baku penolong
pembuatan produk tersebut.
Tabel 3. 3 Perhitungan Biaya Bahan Baku Penolong
No Jenis Barang Jumlah Harga/Satuan Total Harga
Unit (Rp) (Rp)
1 Lem Putih 20 85.051 1.701.020
2 Lem Hitam 20 63.051 1.261.020
3 Baut 20 58.051 1.161.020
4 Engsel 200 42.051 8.410.200
Total 12.533.260
Sumber : Penulis (2022)

2) Biaya Penyusutan Gedung Pabrik


Biaya penyusutan gedung pabrik adalah suatu bentuk
penyesuaian harga suatu bangunan pabrik secara terus-menerus untuk
mencerminkan penurunan kualitas atau nilai akibat seiring berjalannya
waktu atau seringnya penggunaannya .
harga perolehan - nilai residu
Biaya penyusutan = umur ekonomis
harga perolehan - nilai residu
Gedung = umur ekonomis
Tabel 3. 4 Biaya Penyusutan Gedung Pabrik
No Jenis Biaya Harga Nilai Residu Umur Biaya
Perolehan Ekonom Penyusutan
(Rp) is (Rp)
(Tahun)
1 Gedung 200.000.000 20.000.000 10 18.000.000

Total 18.000.000
Sumber : Penulis (2022)

PROCESS COSTING 11
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

3) Biaya Penyusutan Mesin Pabrik


Biaya penyusutan merupakan biaya yang muncul karena aset tetap
yang digunakan mengalami penurunan manfaat atau penurunan kualitas.
Pada tabel 3.5 telah memuat biaya penyusutan dalam pembuatan produk
tersebut.
harga perolehan-nilai residu
Biaya Penyusutan = ×jam kerja
taksiran jam kerja

Tabel 3. 5 Perhitungan Biaya Mesin


No Jenis Biaya Jumlah Harga Umur Nilai Residu
Hari Perolehan Ekonomis (Rp)
(Rp) (Tahun)
1 Mesin Amplas 3.000.000 300.000
2 Mesin Jigsaw 6.000.000 600.000
3 Mesin router 1.000.000 100.000
4 Mesin Ketam 1.000.000 100.000
5 Mesin Bor 2.000.000 200.000
Sumber : Penulis (2022)
Tabel 3. 6 Taksiran Jam Kerja dan Jam Kerja
Jenis Biaya Taksiran Jam Kerja Jam Kerja
Mesin Amplas 7.200 100
Mesin Jigsaw 7.200 100
Mesin router 7.200 100
Mesin Ketam 7.200 100
Mesin Bor 7.200 100
Sumber : Penulis (2022)
𝑅𝑝3.000.000 − 𝑅𝑝300.000
a) Mesin Amplas = 𝑥 100 = Rp37.500
7.200
𝑅𝑝6.000.000 − 𝑅𝑝600.000
b) Mesin Jigsaw = 𝑥 100 = Rp75.000
7.200
𝑅𝑝1.000.000 − 𝑅𝑝100.000
c) Mesin Routes = 𝑥 100 = Rp12.500
7.200
𝑅𝑝1.000.000 − 𝑅𝑝100.000
d) Mesin Ketam = 𝑥 100 = Rp12.500
7.200
𝑅𝑝2.000.000 − 𝑅𝑝200.000
e) Mesin Bor = 𝑥 100 = Rp25.000
7.200
Tabel 3. 7 Biaya Penyusutan Mesin Pabrik
No Jenis Biaya Harga Nilai Taksiran Jam Biaya
Perolehan Residu Jam Kerja Penyusutan
(Rp) (Rp) Kerja (Rp)
1 MesinAmplas 3.000.000 300.000 7.200 100 37.500
2 Mesin Jigsaw 6.000.000 600.000 7.200 100 75.000
3 Mesin router 1.000.000 100.000 7.200 100 12.500
4 Mesin Ketam 1.000.000 100.000 7.200 100 12.500
5 Mesin Bor 2.000.000 200.000 7.200 100 25.000
Total 162.500
Sumber : Penulis (2022)

PROCESS COSTING 12
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

d. Total Biaya Overhead Pabrik


Pada tabel berikut memuat total dari biaya overhead pabrik yaitu :
Tabel 3. 8 Biaya Overhead Pabrik
No Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah Biaya (Rp)
1 Biaya bahan baku penolong 12.533.260
2 Biaya penyusutan gedung pabrik 18.000.000
3 Biaya penyusutan mesin pabrik 162.500
Total 30.695.760
Sumber : Penulis (2022)
e. Biaya Non Produksi
(Narasi)
Tabel 3. 9 Biaya Non Produksi
No Biaya Non Produksi Harga (Rp)
1 Biaya pemasaran 1.500.000
2 Biaya administrasi 1.500.000

Total 3.000.000
Sumber : Penulis (2022)

PROCESS COSTING 13
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

f. Laporan Hasil Produksi

Data produksi
Produk dalam proses awal :0
Dimasukkan dalam proses :0
Produk jadi : 800 produk
Produk dalam proses akhir :0
Jumlah produk yang dihasilkan : 800 produk
Biaya yang dibebankan selama produksi
Biaya bahan baku : Rp72.040.800
Biaya tenaga kerja langsung : Rp30.010.200
Biaya Overhead pabrik : Rp30.695.760
Jumlah : Rp132.746.760
Tabel 3. 10 Total Biaya Produksi Pabrik
No Jenis Biaya Produksi Total Biaya Unit Biaya Satuan (Rp)
Pabrik (Rp) Ekuivalen
1 Biaya bahan baku 72.040.800 800 90.051
2 Biaya tenaga kerja 30.010.200 800 37.513
langsung
3 Biaya Overhead pabrik 30.695.760 800 38.370
Jumlah Perhitungan Biaya 165.934
Sumber : Penulis (2022)

Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produksi = unit ekuivalen × jumlah perhitungan satuan
= 800 × Rp165.934
= Rp132.747.200

g. Menentukan Break Even Point (BEP) dalam Unit


1) Menentukan Harga Jual
a) Taksiran Biaya Penuh
Taksiran biaya penuh = harga pokok produksi + biaya non produksi
= Rp132.747.200 + Rp3.000.000
= Rp135.747.200

PROCESS COSTING 14
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

b) Laba yang dikehendaki


Laba yang dikehendaki = laba% × taksiran biaya penuh
= 10% × Rp135.747.200
= Rp13.574.720
c) Presentase Mark-Up
laba yang dikehendaki+biaya overhead pabrik
%mark-up = ×100%
harga pokok produksi
Rp13.574.720+Rp30.695.760
= ×100%
Rp132.747.200

= 33.3%
d) Harga Jual dengan Metode Cost Plus Pricing
harga pokok produksi+(%mark-up×harga pokok produksi)
Harga jual = unit ekuivalen
Rp132.747.200+(33.3%×Rp132.747.200)
= 800

= Rp221.190,022

PROCESS COSTING 15
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROCESS COSTING 16
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR PUSTAKA
Adawia, P.R. 2020. “Process Costing dalam Perhitungan Cost Of Goods
Manufacture sebagai Pricing Strategy pada UMKM Produk Sepatu”. Dalam
Jurnal Manajemen Bisnis Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Tangerang. Tangerang : Universitas Bina Sarana
Informatika.
Carter, W. K., dan Usry, M. F. 2009. Akuntansi Biaya II Edisi 14. Jakarta : Salemba
Empat.
Darno. 2019. “Pengendalian Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing
pada Kerupuk Sari Udang Mbah Oerip-Sidoarjo”. dalam Jurnal Ilmiah Ilmu
Akuntansi Keuangan dan Pajak, Vol. 3, No. 1, Hlm. 40-49. Sidoarjo :
Universitas Maarif Hasyim Latif.
Dewi, S. P., dan Kristanto, S. B. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : In Media.
Idawati, W. 2012. “Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Job Order Costing,
Process Costing, Activity Base Costing, Activity Base Management”. Dalam
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 5, No. 1B. Bekasi : STIE Tri Bakti.
Rashinda, R. 2015. “Penggunaan Process Costing Method sebagai Dasar dalam
Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Berfungsi untuk Meningkatkan
Akurasi Alokasi Biaya pada UMKM Ananda Jaya Industri”. Dalam Jurnal
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Semarang : Universitas Dian
Nuswantoro.
Saputra, E. 2022. “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Penerapan
Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Jual (Studi Kasus pada
Pabrik Tahu Pak Budi)”. Dalam Skripsi Program Studi S1 Akuntansi. Riau :
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Sinurat, M., dkk. 2010. Akuntansi Biaya Edisi Pertama. Medan : Universitas HKBP
Nommensen.
Wensen, dkk. 2016. “Penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan
Harga Pokok Produksi pada PT. CONBLOC INDONESIA SURYA”. dalam
Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm. 1-10. Manado : Universitas Sam
Ratulangi.

PROCESS COSTING 17
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

Wulandari, M. R. 2009. “Analisis Terhadap Penetapan Tarif Bus Jurusan Solo-


Jakarta dengan Metode Process Costing Studi Kasus pada PO Langsung
Jaya”. Dalam Tugas Akhir Diploma III Akuntansi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.

PROCESS COSTING 18
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROCESS COSTING 19
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROCESS COSTING 20
MUTAWAKKIL SAMJAS / D071211051

Anda mungkin juga menyukai