Anda di halaman 1dari 12

C.

Interest and interest formulas


1. Time value of money (nilai waktu uang)
Definisi
Time value of money (TVM) atau nilai waktu dari uang merupakan suatu konsep finansial
yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang lebih berharga dibandingkan dengan nilai
uang dengan jumlah yang sama di masa mendatang, karena potensi kapasitas penghasilan
uang tersebut. Secara prinsip, nilai waktu dari uang ini berbasis pada adanya potensi
pendapatan uang tersebut untuk menghasilkan bunga apabila diinvestasikan. Sebaliknya,
ada pula risiko kehilangan dalam jumlah tertentu karena penurunan nilai mata uang akibat
inflasi dan kegagalan investasi.
Formula
Formula merupakan rumusan yang digunakan untuk menghitung time value of money.
Adapun variabel dalam formula time value of money mencakup:
 Nilai uang di masa depan (future value) yang dinotasikan dengan FV.
 Nilai sekarang dari uang (present value) yang dinotasikan dengan PV.
 Suku bunga (interest) yang dinotasikan dengan i.
 Periode waktu (time) yang dinotasikan dengan n atau nPer.
 Jumlah tahun yang dinotasikan dengan t.
Dari variabel-variabel di atas, formula time value of money dapat dirumuskan menjadi
seperti berikut:
FV = PV x [1 + (i/n)](nxt)
Untuk memberikan gambaran cara menghitung nilai uang di masa depan dapat
diberikan contoh sebagai berikut.
Pak Albert menginvestasikan uangnya yang berjumlah Rp 100 juta selama satu tahun
dengan tingkat suku bunga 10%. Berapa nilai uang Pak Albert satu tahun kemudian?
Dari contoh di atas dapat dilakukan kalkulasi seperti berikut.
FV           = Rp 100.000.000 x [1 + (10%/1)](1×1)
                = Rp 100.000.000 x [1 + 0,1]1
                = Rp 100.000.000 x 1,1
                = Rp 110.000.000
Cara kerja time value of money
Nilai uang sekarang jelas akan berbeda dengan nilai uang lima atau sepuluh tahun
mendatang untuk jumlah yang sama. Dalam jangka waktu lima atau beberapa tahun,
nilai uang bisa mengalami pertambahan atau bahkan penurunan. Nilai uang bertambah
karena adanya potensi pendapatan dari uang tersebut berupa bunga majemuk jika
ditabung atau diinvestasikan. Sebaliknya nilai uang juga bisa mengalami penurunan
akibat inflasi atau kegagalan investasi.
cara kerja dari time value of money sudah tergambar dari definisinya, di mana nilai uang
saat ini lebih berharga dari nilai uang dengan jumlah yang sama di masa mendatang,
karena potensi pendapatan dari uang tersebut. Artinya, nilai uang hari ini bisa jadi
mengalami pertambahan karena adanya bunga majemuk ketika ditabung atau
diinvestasikan. Dengan demikian, nilai uang hari ini dengan lima tahun yang akan
datang jelas akan berbeda.
Pentingnya time value of money
Time value of money sangat penting dalam pengelolaan keuangan yang efektif dan
efisien. Tak bisa disangkal bahwa uang memang tidak hanya sekadar sebagai alat
pembayaran, tetapi memiliki nilai lebih untuk merencanakan keuangan di masa depan.
Dalam manajemen keuangan, time value of money tak hanya bermanfaat bagi investor
dan perusahaan-perusahaan besar yang memang membutuhkan informasi keuangan
sebagai dasar pengambilan keputusan finansial di masa yang akan datang, tetapi juga
individu.
 Bagi investor
Informasi mengenai time value of money bagi investor penting untuk mengetahui dan
menganalisis suatu investasi menguntungkan atau tidak. Time value of
money memungkinkan investor untuk membuat keputusan yang lebih tepat terkait
dengan pemanfaatan uang yang mereka miliki. Selain itu, time value of money juga bisa
menjadi sumber referensi guna mempertimbangkan opsi mana yang paling baik dan
menguntungkan untuk dipilih berdasarkan minat, inflasi, risiko, dan tingkat
pengembalian.
 Bagi perusahaan
Manfaat time value of money bagi perusahaan adalah membantu untuk menghitung dan
menyusun anggaran. Suatu perusahaan tentu tidak hanya sebatas melakukan kegiatan
produksi saja, tetapi juga pengembangan dan inovasi. Pengembangan dan inovasi ini
menjadi investasi bagi perusahaan. Sebab itu, perusahaan membutuhkan informasi
finansial terkait dengan nilai waktu dari uang agar bisa menganalisis apakah ekspansi
perusahaan atau inovasi produk yang akan dilakukan dapat memberikan keuntungan
atau tidak.
 Bagi individu
Sementara bagi individu, time value of money juga penting karena dapat digunakan
untuk membantu memahami berapa banyak uang yang harus ditabung untuk mencapai
jumlah yang diinginkan dalam periode waktu tertentu. Tak hanya itu, dengan time value
of money, Anda juga bisa terbantu dalam pengambilan keputusan pembelian suatu
barang, apakah lebih menguntungkan apabila dibeli hari ini atau beberapa tahun yang
akan datang.
2. equivalence involving interest
Misal seseorang meminjam uang sebesar Rp1.000,- dan sepakat untuk mengembalikan dalam
waktu 4 tahun dengan tingkat suku bunga 10% per tahun. Terdapat banyak cara untuk
membayarkan kembali pokok pinjaman dan bunga untuk menunjukkan konsep ekuivalensi.
Ekuivalensi disini berarti semua cara pembayaran memiliki daya tarik yang sama bagi peminjam.
Bunga Majemuk dalam Ekuivalensi
Notasi dan Diagram
Notasi yang digunakan dalam penulisan rumus-rumus perhitungan bunga majemuk antara lain:
i = tingkat suku bunga per periode bunga
n = banyaknya periode bunga
P = jumlah uang saat ini
F = nilai uang di masa depan
A = serangkaian arus kas yang besarnya sama pada setiap akhir periode selama
periode tertentu, mulai dari akhir periode pertama sampai akhir periode terakhir.

Diagram arus kas digunakan untuk membantu menjelaskan dan memberi gambaran mengenai
aliran uang yang terjadi dalam berbagai waktu yang berbeda, digambarkan menggunakan
ketentuan berikut:
Garis horisontal menggambarkan skala waktu dengan pergerakan waktu dari kiri ke
kanan.
Anak panah menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar, yang ditempatkan di
akhir periode. Anak panah yang mengarah ke atas menggambarkan arus kas masuk,
sedangkan anak panah yang mengarah ke bawah menggambarkan arus kas keluar.
F. Replacement Analysis
1. Decision criteria for making replacement decisions
Definisi
Analisis penggantian sebuah keputusan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan
maupun organisasi pemerintah adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan
dari penggunaannya, diteruskan setelah dilakukan perbaikan, atau diganti dengan aset
baru. Oleh karena itu, masalah penggantian (replacement problem) memerlukan analisis
ekonomi teknik yang sangat hati-hati agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan logis yang selanjutnya dapat memperbaiki efisiensi operasi
serta posisi persaingan perusahaan.
Kadang-kadang analisis ini berupa pertanyaan mengenai apakah kita harus
menghentikan penggunaan sebuah aset tanpa dilakukan penggantian (abandonment)
atau apakah kita tetap mempertahankan aset tersebut sebagai cadangan (back-up)
daripada sebagai penggunaan utama. Keputusan dapat berupa pertanyaan apakah
keharusan perubahan tersebut dapat dipenuhi dengan memperbesar kapasitas atau
kemampuan aset yang sudah ada saat ini atau apakah harus mengganti aset yang ada
saat ini (aset lama), yang secara deskriptif sering disebut sebagai defender, dengan
sebuah aset baru. Satu atau lebih alternatif aset pengganti (baru) kemudian disebut
sebagai penantang (challenger).
Alasan analisis penggantian
Empat alasan utama yang meringkas sebagian besar penyebab penggantian aset adalah
sbb:

1. Kerusakan (pemburukan) fisik : adalah perubahan yang terjadi pada kondisi fisik
aset. Biasanya, penggunaan berlanjut (penuaan) akan menyebabkan
pengoperasian sebuah aset menjadi kurang efisien.
2. Keperluan perubahan : aset modal (capital aset) digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginan manusia. -> kategori lain dari
keusangan (obsolescence)
3. Teknologi : Dampak perubahan teknologi terhadap berbagai jenis aset akan
berbeda-beda. Contoh : peralatan manufaktur terotomatisasi. -> kategori lain dari
keusangan (obsolescence)
4. Pendanaan : Faktor keuangan melibatkan perubahan peluang ekonomi eksternal
terhadap operasi fisik atau penggunaan aset dan akan melibatkan pertimbangan
pajak. Contoh : menyewa (mengontrak) aset mungkin akan lebih menarik
daripada memiliki aset tersebut. -> dapat dianggap sebagai bentuk keusangan
(obsolescence)
FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM ANALISIS
PENGGANTIAN
Kesalahan hasil analisis akan sangat membahayakan keputusan yang logis, sehingga ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis penggantian :
1. Kesalahan estimasi masa lalu
Setiap kesalahan estimasi yang dibuat pada analisis sebelumnya terhadap aset lama
tidaklah relevan (kecuali terdapat implikasi pajak penghasilan). Contoh : ketika nilai
buku (BV) sebuah aset lebih besar daripada nilai pasar (MV) masa sekarangnya,
perbedaannya seringkali dianggap sebagai sebuah kesalahan estimasi. ‘Kesalahan’
tersebut juga timbul ketika kapasitas tidak lagi mencukupi, biaya pemeliharaan lebih
tinggi dari yang diantipasi dst.
Faktanya adalah bhw kerugian tsb telah terjadi, mampu atau tidak mampu ditanggung,
dan kerugian ini tetap timbul tanpa melihat apakah penggantian dilakukan atau tidak.
2. Perangkap Sunk Cost (Biaya Tertanam)
Jika pajak dilibatkan, kita harus memasukkan sunk cost ke dalam analisis ekonomi
teknik. Kesalahan serius dapat terjadi dalam praktek jika sunk cost ditangani secara
tidak tepat dalam.
Sunk cost (yaitu MV-BV<0) berkaitan dengan mempertahankan aset lama tidak harus
ditambahkan pada harga pembelian alternatif terbaik yang ada. Kesalahan ini akan
menghasilkan hasil akhir yang tidak tepat yang menguntungkan alternatif
mempertahankan aset lama.
3. Nilai investasi aset lama dan pandangan pihak luar (outsider viewpoint)
“Titik pandang pihak luar (outsider viewpoint)” untuk memperkirakan jumlah investasi
aset lama (defender). Outsider Viewpoint adalah perspektif pihak ketiga yang netral
dalam menetapkan MV sebuah aset bekas secara wajar (fair). Titik pandang ini
mendorong analis untuk memfokuskan pada arus kas saat ini dan masa datang, sehingga
menghindari godaan untuk memikirkan biaya masa lalu.
MV saat ini yang dapat dicapai (dimodifikasi oleh pengaruh pajak penghasilan) adalah
jumlah investasi yang tepat untuk ditetapkan terhadap aset yang ada saat ini dalam
analisis penggantian. Salah satu cara membenarkan hal ini adalah dengan menggunakan
biaya peluang (opportunity cost) atau prinsip peluang yang hilang (opportunity forgone
principle). Artinya, jika diputuskan untuk tetap mempertahankan aset yang ada saat ini,
kita melepaskan peluang untuk memperoleh MV neto yang dapat dicapai pada waktu
tersebut. Jadi, hal ini menggambarkan opportunity cost mempertahankan aset lama
(defender).
Jika terdapat pengeluaran investasi baru, misalnya untuk pemeriksaan dan perbaikan
aset lama sehingga dapat bersaing dengan penantang (aset pengganti), maka dalam
analisis penggantian, pengeluaran ini harus ditambahkan pada MV yang dapat dicapai
saat ini untuk menentukan investasi total aset lama.
Ketika menggunakan outsider viewpoint, total investasi aset lama adalah opportunity
cost dari tidak menjual aset yang ada saat ini untuk memperoleh MV-nya, plus biaya
memperbaikinya sehingga dapat bersaing dengan penantang terbaik (semua aset baru
yang layak dipertimbangkan).
MV aset lama tidak harus dikurangi dari harga pembelian aset pengganti ketika
menggunakan outsider viewpoint untuk menganalisis masalah penggantian. Kesalahan
ini akan menggandakan MV aset lama dan membiaskan perbandingan yang
menguntungkan aset pengganti.
4. Pentingnya konsekuensi pajak penghasilan
Penggantian aset seringkali menimbulkan capital gain atau capital loss atau keuntungan
atau kerugian dari penjualan tanah atau properti yang dapat disusutkan. Untuk
memperoleh analisis ekonomi yang akurat dalam hal ini, analisis harus dibuat dengan
dasar setelah pajak (after-tax basis).
Pengaruh pajak penghasilan pada keputusan penggantian tidak dapat diabaikan. Kredit
pajak penghasilan yang hilang berkaitan dengan alternatif mempertahankan aset lama
akan menjauhkan preferensi ekonomi dari aset lama, sehingga mendorong aset
pengganti sebagai pilihan lebih baik.
5. Umur ekonomi aset baru
Umur ekonomi aset akan meminimasi ekuivalen biaya tahunan seragam (equivalent
uniform annual cost – EUAC) kepemilikan dan pengoperasian aset. Sangat penting
untuk mengetahui umur ekonomi aset baru (penantang) berdasarkan prinsip bahwa aset
baru dan aset lama harus dibandingkan berdasarkan umur ekonomi (optimum) mereka.
6. Umur ekonomi aset lama
Pembandingan aset baru dengan lama harus dilakukan secara hati-hati karena
melibatkan umur yang berbeda. Aset lama harus dianggap memiliki umur lebih lama
dibanding umur ekonomi sebenarnya sepanjang biaya marginalnya kurang dari EUAC
minimum aset baru.
2. determining the economic life of an asset
Seringkali kita kesulitan untuk menentukan berapakah umur ekonomis asset yang kita miliki.
Terkadang juga kita terlalu lama atau terlalu cepat dalam hal penentuan umur ekonomis asset
kita. Sebelum saya bahas megenai penentuan umur ekonomis, perlu kita ketahui terlebih dahulu
apa itu umur ekonomis. Umur ekonomis adalah Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi
adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur
perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk
penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Dalam penentuan umur ekonomis sebaikya mengikuti UU perpajakan supaya tidak terjadi selisih
yang mengikabatkan koreksi pada laporan perpajakannya. Dalam perpajakan, pengelompokan
umur ekonoms dibagi 4 kelompok
1. Kelompok 1
Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai maksimum 4 tahun.
2. Kelompok 2
Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai maksimum 8 tahun.
3. Kelompok 3
Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai maksimum 16 tahun.
4. Kelompok 4
Aset yang digunakan untuk operasional lembaga dengan masa pakai maksimum 20 tahun.
j. depreciation and depreciation accounting
1. types of depreciation
Jenis Metode Penyusutan Aset Perusahaan
Dalam melakukan perhitungan metode penyusutan biasanya hal ini dipengaruh oleh 3 faktor,
yakni harga perolehan (acquisition cost), nilai residu (salvage value), umur ekonomis
aset (economical life time).
Harga Perolehan
Jenis metode penyusutan yang pertama ada harga perolehan atau acquissition cost.
Dalam setiap perolehan aktiva tetap pasti akan selalu ada harga yang dialokasikan untuk
mendapatkannya.
Selain itu, jenis penyusutan dari harga perolehan ini juga akan menjadi salah satu faktor
penentu besarnya pengalokasian nilai penyusutan di setiap periode tertentu.
Perhitungan metode harga perolehan ini juga tidak hanya melihat dari harga pembelian,
melainkan juga ditambahkan dengan biaya lainnya yang ditimbulkan dari perolehan
aktiva tersebut.
Umur Ekonomis Aktiva
Faktor kedua dari jenis metode penyusutan adalah umur ekonomis. Jenis metode ini
merupakan sebuah perkiraan sampai mana aktiva tersebut dapat berkontribusi sebelum
mengalami arus.
Namun perlu diketahui bahwa umur ekonomis tidak hanya berupa waktu. Hal tersebut
juga bisa dilihat dalam bentuk hasil produksi serta jam kerja.
Bagaimana penentuan umurnya? Jadi penentuan umur ekonomis inii bisa dilihat
dari sisi fisik dan fungsional.
Suatu aktiva tetap bisa terlihat masih baik atau bagus secara fisik. Akan tetapi, jika
dilihat dari sisi fungsional aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi atau
performanya berkurang.
Contohnya sebuah mesin yang secara fisik masih baik dan masih bisa beroperasi dengan
normal tetapi ternyata mesin tersebut sudah tidak mendukung sistem kerja yang baru.
Nilai Residu
Selanjutnya ada nilai residu yang merupakan nilai sisa dari sebuah aktiva di akhir umur
ekonomisnya. Nilai ini didapatkan setelah dikurang dengan nilai penyusutannya.
Selain itu, nilai residu bisa diperoleh jika aktiva yang usia ekonomisnya telah habis ini
dijual. Namun, jika tidak nilai aktiva pun menjadi tidak memiliki nilai residu atau alias
nol.
2. consuming assets
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan
operasional pemerintah.
3. depreciation methodologies
Dalam dunia akuntansi, terdapat macam-macam metode penyusutan yang akan dibahas dalam
penjelasan di bawah ini.
1. Metode Penyusutan Garis Lurus
Metode ini dipakai untuk menghitung aset tetap dengan biaya penyusutan yang sama alias stabil
sampai dengan berakhirnya usia ekonomis aset itu. Metode ini biasanya dipakai untuk aset-aset
semacam bangunan serta peralatan di kantor yang tidak terpengaruh oleh kuantitas produksi
layaknya mesin cetak, mesin pemotong, dan lain sebagainya.
Terdapat dua cara menghitung penyusutan metode garis lurus, antara lain:
Perhitungan nilai sisa
Penyusutan = (Acquisition Cost-Nilai Sisa) : Usia Ekonomis
Perhitungan tanpa nilai sisa
Penyusutan = Acquisition Cost : Umur Ekonomis
 
2. Metode Penyusutan Saldo Menurun
Metode ini berkaitan dengan persentase harga buku aset pada suatu tahun. Rumusnya adalah:
Depresiasi = (2 x (100% : Usia Ekonomis) ) x Harga Beli/Nilai Buku Aset
 
3. Service Hours Method
Sesuai dengan namanya, metode ini erat kaitannya dengan produksi barang/jasa dalam kurun
waktu tertentu. Rumus dari metode ini adalah sebagai berikut:
Penyusutan setiap tahun = Jam Kerja Tercapai x Tarif Penyusutan/Jam
Sementara itu, tarif penyusutan/jam dapat dihitung melalui rumus:
Harga Perolehan Nilai Sisa : Total Jam Kerja dari Pemakaian Aset Tetap
 
4. Sum of the Year Digit Method
Metode ini dipakai jika kita bermaksud untuk melihat penyusutan setelah jumlah tahun yang
berlalu semenjak aset tersebut ada. Berikut rumusnya:
Penyusutan = Sisa Usia Pemakaian Aset : Jumlah  Tahun x Harga Perolehan Nilai Sisa
 
5. Metode Satuan Hasil Produksi
Metode ini merujuk pada satuan produk yang dihasilkan oleh aset tetap pada kurun waktu
tertentu, misalnya setiap satu tahun sekali atau beberapa tahun sekali. Rumus dari metode ini
adalah:
Beban Penyusutan Tahunan = Jam dari Satuan Produk x Tarif Penyusutan Setiap Produk
Cara menghitung tarif penyusutan per satuan produk adalah:
Tarif Penyusutan Per Satuan Produk = Harga Perolehan Nilai Sisa : Jumlah Produk yang
Dihasilkan
4. depletion
Pengertian Deplesi
Deplesi bisa diartikan sebagai salah satu metode penyusutan terhadap aset karena pengurangan
biaya (cost) akibat pengelolaan sumber daya menjadi bahan baku atau persediaan. Misalnya
penurunan nilai pada barang tambang dan hutan kayu. Dari pengertian deplesi tersebut, maka
bisa dipahami bahwa penyusutan suatu aset terjadi secara alamiah. 
Cara menghitung deplesi bisa dilakukan dengan mengurangkan menjumlahkan dari total aset
yang diambil dari cadangan sumber daya alam. Aset yang disusutkan dalam deplesi misalnya
kayu, barang tambang, dan lain sebagainya.
Perbedaan Deplesi dan Depresiasi
Meskipun deplesi dan depresiasi sama-sama digunakan untuk metode penyusutan aset tetap
dalam perhitungan akuntansi, namun ada perbedaan yang menonjol dari kedua metode
penyusutan tersebut.
Dari bentuk aktivanya, deplesi dipakai untuk aktiva tetap yang tidak dapat diganti langsung
setelah habis digunakan. Sementara depresiasi  bisa dipakai untuk aktiva tetap yang dapat
diperbaharui jika sudah habis manfaatnya.
Dari bentuk perolehannya, deplesi berdasarkan pengakuan langsung dari sumber daya alam yang
dijual. Sementera depresiasi hanya mengalokasikan harga perolehan aset tetap dalam
penghasilan periode bersangkutan.
Cara Menghitung Deplesi
Dalam metode perhitungan deplesi, sebenarnya terdapat beberapa cara menghitung deplesi yang
bisa digunakan. Deplesi memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan supaya dapat
menghitung penyusutan, seperti taksiran hasil ekonomi sumber daya alam yang dapat
dieksploitasi dan taksiran atas nilai sisa jika sumber daya alam tersebut sudah selesai
dieksploitasi
Selain itu, sangat penting untuk memperhatikan harga perolehan aktiva tetap dan harga
perolehan sumber daya alam. Harga perolehan meliputi setiap siklus atau proses yang dimulai
dari pengeluaran izin sampai dengan sumber daya alam tersebut bisa diambil hasilnya. Jika
ternyata diperoleh pengeluaran yang terlalu kecil, maka akan dilakukan penilaian khusus
terhadap sumber daya alam tersebut.
Untuk bisa mengetahui cara menghitung deplesi, berikut ini contoh soal deplesi untuk untuk
mengetahui penyusutan aset dalam bentuk yang cukup sederhana:
Sebuah lahan yang akan digunakan untuk tambang ditaksir memiliki harga sebesar Rp
200.000.000,00. Menurut hasil observasi pihak perusahaan, lahan tersebut diperkirakan memiliki
kandungan tambang sebesar 100.000 ton. Setelah dieksploitasi pada tahun pertama, ternyata nilai
taksirannya hanya mencapai Rp.20.000.000. Dari contoh soal deplesi tersebut, maka cara
menghitung deplesi per ton adalah sebagai berikut :
Deplesi : (Rp 200.000.000 – Rp 20.000.000) / 100.000 = Rp 1.800
Jadi, penyusutan yang diperoleh dari metode deplesi adalah sebesar Rp 1.800,00 per ton. Jika
pada eksploitasi lahan pada tahun berikutnya, ternyata lahan menghasilkan 30.000 ton, maka
deplesi pada tahun tersebut Rp1.800 x 30.000 = Rp.54.000.000.
Dalam laporan keuangan, penyusutan dengan metode deplesi akan muncul pada neraca di sisi
aset dan mengurangi nilai aktiva. Biasanya, beberapa perusahaan akan membagi dividen
sejumlah laba bersih yang ditambah dengan deplesi. Dengan demikian, kerugian yang mungkin
terjadi akibat sumber daya alam yang sudah habis dapat segera dicegah.
Selain itu, perlu dilakukan koreksi terhadap deplesi supaya kerugian-kerugian dari faktor lain
bisa dihindari. Untuk itu, sangat diperlukan software akuntansi Harmony yang bisa menyajikan
data sebagai koreksi.
Tujuan Perhitungan Deplesi
Beberapa tujuan dari perhitungan dari deplesi adalah berikut ini:
 Untuk bisa mengetahui seluruh stok sumber daya setelah dimanfaatkan ataupun karena
kerusakan
 Memaksimalkan pemanfaatan suatu sumberdaya.
 Mencegah dan juga mengurangi kelangkaan sumberdaya.
Sedangkan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menghitung deplesi adalah sebagai
berikut:
 Harga perolehan aktiva. Bila terdapat sumber daya alam, harga perolehannya adalah
pengeluaran yang dimulai sejak memperoleh izin hingga sumber daya alam tersebut bisa
diambil hasil alamnya. Bila pengeluaran tersebut memang sangat kecil, maka
dilakukanlah penilaian terhadap sumber daya alam tersebut.
 Taksiran nilai pada sisa jika sumber daya alam sudah selesai dieksploitasi
 Taksiran hasil yang secara ekonomis bisa dieksploitasi dengan baik.
 Deplesi bisa dihitung dari setiap unit pada hasil sumber daya alam.
5. capital recovery
Capital Recovery Factor (CRF) Capital Recovery Factor adalah faktor pengali (pengembalian
modal) untuk menghitung jumlah dari setiap tingkat pembayaran (A) yang terjadi pada akhir dari
setiap n periode untuk melunasi jumlah sekarang (P) pada akhir dari periode ke n pada tingkat
bunga i, Untuk menghitung besarnya depresiasi setiap tahun digunakan metode Capital Recovery
dengan perumusan : CR = P – L AP, i, n + Li
dimana : CR = Capital Recovery
P = Harga awal mesin
L = Harga akhir mesin
i = Bunga uang
n = Umur pakai mesin
AP;6,1 = Capital Recovery Factor Dalam perhitungan ini untuk mencari besarnya depresiasi,
bunga uang yang digunakan adalah sebesar i = 6 disesuaikan dengan suku bunga deposito bank

Anda mungkin juga menyukai