Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
D. Teori-Teori Kapitalisasi
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Time Value of Money adalah nilai waktu dari uang, didalam pengambilan
keputusan jangka panjang, nilai waktu memegang peranan penting. Seiring dengan
pesatnya perkembangan bisnis, konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
telah mendapat tempat yang demekian penting, berikut adalah beberapa contoh
terapan yang terkait dengan konsep nilai waktu dari uang:
- Tabungan
- Pinjaman bank
Konsep nilai waktu uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil
keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan
keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan dipilih. Suatu
jumlah uang tertentu yang diterima waktu yang akan datang jika dinilai sekarang
maka jumlah uang tersebut harus didiskon dengan tingkat bunga tertentu
(discountfactor). Suatu jumlah uang tertentu saat ini dinilai untuk waktu yang akan
datang maka jumlah uang tersebut harus digandakan dengan tingkat bunga tertentu.
PEMBAHASAN
Time value of money adalah sebuah konsep kalkulasi nilai uang berdasarkan
waktu. Konsep ini diterapkan karena nilai nominal uang pada saat ini dapat berbeda
dengan nilai nominal uang di masa yang akan datang. Dengan kata lain, dalam hal ini,
waktu berubah menjadi fungsi dari uang.
Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan, atau
nilai waktu dari uang, di dalam pengambilan keputusan jangka panjang, nilai waktu
memegang peranan penting.
Konsep nilai waktu uang (time value of money concept) merupakan konsep
yang dipahami sebagian besar orang di dunia. Teorinya: uang yang ada sekarang lebih
tinggi nilainya dibandingkan jumlah yang sama dimasa depan.
1. Anwar Iqbal Qureshi (1991) yang dikutip Syafii Antonio (2001:74) menjelaskan
mengenai fenomena bunga dengan rumusan yang dikenal “ menurunnya nilai barang
di waktu mendatang dibanding dengan nilai barang di waktu kini.” Singkatnya,
kalangan ini menganggap bahwa “sebagai agio atau selisih nilai yang diperoleh dari
barang-barang pada waktu sekarang terhadap perubahan atau penukaran barang di
waktu yang akan datang.”
2. Salah satu penyebab dari pengurangan nilai uang di masa mendatang ialah inflasi
(kenaikan biaya). Hal ini bisa jadi didasarkan pada teori ekonomi yang pernah
dikemukakan oleh seorang ekonom asal Austria, Eugen von Böhm-Bawerk (1851–
1914). Menurut beliau, terdapat tiga alasan di balik berkurangnya nilai suatu barang di
masa depan, yakni:
2) Rasa puas manusia terhadap suatu keinginan atau kehendak yang hadir di masa kini
dianggap lebih bernilai dibandingkan rasa puas akan keinginan atau cita-cita di masa
depan.
Time value of money bagi investor bisa digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasi, dengan mempertimbangkan inflasi, suku bunga, resiko dan
tingkat pengembaliannya.
Time value of money bagi perusahaan bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun
anggaran yang akan berpengaruh pada penyesuaian arus kas atau cash flow. Selain itu
membantu penghitungan aset riil serta keuangan yang cenderung mengalami
pertumbuhan.
3. Bagi Individu
Time value of money bagi individu akan sangat bermanfaat sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan target dalam investasi atau menabung dan menentukan target
untuk dana pensiun. Yang dalam hal ini juga mempertimbangkan inflasi, bunga, dan
tingkat pengembalian.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai uang untuk saat ini akan lebih berharga dibandingkan
dengan nilai yang sama di masa mendatang. Perubahan yang terjadi pada nilai uang tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini:
1. Inflasi
Adanya peningkatan inflasi pada suatu negara akan berpengaruh pada depresiasi nilai
mata uang. Demikian juga sebaliknya, jika negara memiliki tingkat inflasi yang
rendah maka hal itu menunjukkan nilai mata uang yang naik.
2. Suku Bunga
Perubahan suku bunga akan berpengaruh pada nilai uang suatu negara, biasanya
terhadap dollar. Suku bunga, tarif perdagangan uang (forex) serta inflasi semuanya
saling berhubungan.
3. Stabilitas Politik
Tidak dipungkiri bahwa stabilitas politik dan ekonomi suatu negara akan berpengaruh
pada kekuatan nilai mata uangnya. Kondisi politik yang tidak stabil akan
memungkinkan terjadinya depresiasi nilai mata uang.
Jika average rate of return lebih tinggi dari laba yang diharapkan → layak
2. Metode Net Present Value (NPV)
- Menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (operasiona maupun terminal cash flow) di masa
yad.
- Menentukan tingkat bunga yang relevan.
- Apabila NPV penerimaan-penerimaan kas dimasa yang akan datang lebih besar dari
NPV investasi, maka proyek tersebut menguntungkan
- Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan kas bersih
-Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih
dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi
Time value of money adalah konsep penghitungan keuangan yang terdiri dari
beberapa rumus untuk penghitungan nilai uang sekarang, masa depan, serta anuitas
(pembayaran secara bertahap. Berikut ini adalah rumus beserta beberapa contoh
soalnya:
Nilai uang sekarang merupakan nilai nominal sejumlah uang yang dimiliki saat ini
dan dapat dibungakan guna meraih jumlah uang yang lebih besar pada masa depan.
Rumus kalkulasi present value tersebut, yaitu:
Rumus: Pv = Fv / (1 + i) n
Keterangan:
n = jumlah tahun
Jawab;
Pv = Fv / (1 + i) n
Pv = Rp 10.000.000 / (1 + 0,10) 2
Pv = Rp10.000.000 / (1,21)
Pv = Rp 8.264.463
Future value dalam time value of money adalah nominal uang yang akan diterima di
masa depan dari uang yang disimpan saat ini, ditambah tingkat suku bunga tertentu.
Ciri-ciri dari future value adalah terdapatnya kemungkinan jumlah uang menjadi
berkali-kali lipat. Rumus matematis yang diterapkan sama dengan rumus present
value:
Rumus: Fv = Pv (1 + i) n
Ibu Y menyimpan uangnya di bank tahun ini sebesar Rp10.000.000 dengan tingkat
suku bunga hingga 5% dalam setahun. Maka, untuk mengetahui total nilai tabungan
Ibu Y pada dua tahun ke depan adalah seperti diuraikan di bawah.
Jawab:
Fv = Pv (1 + i) n
Fv = Rp 10.000.000 (1 + 0,05) 2
Fv = Rp 10.000.000 (1,1025)
Fv = Rp 11.025.000
3. Anuitas (Annuity)
Anuitas ialah suatu pembayaran yang dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan. Anuitas dapat didefinisikan sebagai sebuah kontrak saat
suatu perusahaan asuransi membayar imbalan premi kepada nasabahnya secara
berkala. Ada 2 macam anuitas yaitu:
1. Anuitas biasa (ordinary annuity), Anuitas biasa atau juga disebut anuitas tertunda
merupakan anuitas dari suatu pembayaran yang dilakukan pada akhir periode untuk
setiap periode tertentu.
2. Anuitas jatuh tempo (due annuity) ialah, apabila pembayaran dilakukan pada awal
periode, maka rangkaian pembayaran tersebut dinamakan anuitas jatuh tempo.
Konsep anuitas biasa dan anuitas jatuh tempo dapat diterapkan dengan konsep
pemajemukan baik untuk nilai yang akan datang (nilai masa depan) maupun nilai
sekarang.
2.4 Biaya Modal
D. Asumsi-asumsi Dasar
Struktur dasar dari biaya modal dibuat dengan beberapa asumsi yang
berhubungan dengan risiko dan pajak :
E. Konsep Dasar.
Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai
pengertian tinggkat keuntungan yang disyaratkan (requiret rate of
return).Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari
dua pihak yaitu pihak investor dan pihak perusahaan .Dari sisi investor,
tinggi rendahnya requiret rate of return merupakan tingkat keuntungan
(rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang
dimiliki.
Jika investasi baru menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih
besar dari pada biaya modal, maka nilai perusahaan akan meningkat.
Sebaliknya apabila investasi baru tersebut menberikan tingkat keuntungan
yang lebih rendah dari pada biaya modal, maka nilai perusahaan akan
menurun.
Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal),
besarnya requiret rate of return merupakan biaya modal (cost of capital)
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya utang
misalnya, tidak sama dengan bunga yang dibayarkan kepada kreditur
karena untuk mendapatkan utang tersebut tidak hanya bunga yang harus
dikeluarkan perusahaan, tetapi juga ada biaya-biaya seperti biaya notaris,
biaya provisi, biaya materai, dan lain-lain.
b. Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang
digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang
kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
b. Kebijakan Dividend.
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-
babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
c. Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang
berrisiko. Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi
biaya modal
Seperti biaya saham biasa , biaya modal dari laba ditahan dapat
dihitung dengan menggunakan 3 model pendekatan :
a) Model Pendiskontoan Aliran Kas.
Model ini dihitung dengan mengestimasikan biaya modal
de-ngan mendiskontokan aliran kas, yaitu dari dividen yang
diha-rapkan akan diterima pemegang saham.
Ke = Kr = atau Kr = + g
b) Model Penentuan Harga Aktiva (CAPM)
Biaya modal dihitung dengan memperhatikan premium
risiko pasar dan beta saham.
Ri = Rf + ( Rm – Rf) βi
Ri = Biaya modal
Rf = Pendapatan bebas resiko
Rm = Tingkat pendapatan pasar
βi = Beta saham
Semakin berisiko obligasi, maka biaya modalnya akan menjadi lebih tinggi pula
1. Hutang Obligasi:
Jumlah pendanaan sebesar Rp. 500.000.000,-, dengan nilai nominal Rp.
500.000 per lembar. Bunga yang ditawarkan sebesar 20% per tahun dan
jangka waktu obligasi 5 tahun. Harga jual obligasi Rp. 462.500,- per lembar
dan tingkat pajak 30%.
2. Saham Preferen:
Besarnya pendanaan saham preferen adalah Rp. 400.000.000,-. Harga jual
saham preferen sebesar Rp. 31.250,- setiap lembar dengan dividen sebesar
Rp. 4.500,- per lembar.
3. Saham Biasa:
Jumlah pendanaan dari modal saham biasa sebesar Rp. 1.100.000.000,-.
Harga jual saham Rp. 22.500,- dengan dividen sebesar Rp. 3.125,- setiap
lembar dengan pertumbuhan 5%.
Dari informasi di atas hitunglah:
1. Biaya modal secara individual
2. Biaya modal keseluruhan
Penyelesaiannya:
1. Biaya modal secara individual:
1). Biaya modal hutang obligasi
I = Rp. 500.000 x 20%
= Rp. 100.000,-
sehingga:
kd = I+(N-Nb)/n
(Nb+N)/2
(462.500 + 500.000)/2
kd = 107.500 kd = 22,34%
481.250
l;
Selanjutnya ka disesuaikan dengan tingkat pajak sehingga :
ki = kd (1 – t)
kihy = 22,34% (1 - 0,30)
ki = 22,34% (0,70) =15,64%
kp = 4.500 / 31.250
kp = 0.144 =14,40%
ke = (Dl / PO) + g
ke = (3.125 / 22.500) + 5%
Jadi biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-ratanya adalah 17,18%
Kesimpulannya :
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat
menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi
tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-
kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan.
Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun
untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu
perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal terdiri dari biaya modal hutang jangka panjang . biaya modal saham
preferen , biaya modal saham biasa , biaya modal saham laba ditahan dan biaya modal
saham rata-rata tertimbang . Tapi dari seluruh komponen biaya modal biaya modal
yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang (Weighted Cost of
Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam
menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak diperhitungkan dalam
perhitungan WACC. Yang diperhitungkan dalam WACC adalah Perimbangan hutang
jangka panjang , saham preferen , saham biasa ,dan laba ditahan .
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu
menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana
dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal
telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait
dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima.
Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari
informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya.
Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya
berasal dari laporan keuangan perusahaan.
Rumusan Masalah
1. Apa saja pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam struktur
modal
2. Apa saja pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal
3. Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam
pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva
yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001). Modal pada
dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa struktur modal merupakan proporsi keuangan antara utang jangka
pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan belanja perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan
perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah
struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun
dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya.
Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana
perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.
Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para
kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari
kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik
merupakan modal sendiri. Kebijakan mengenai ktur melibat rade off antara dan
tingkat pengembalian.
1. Modal Asing
Modal asing atau utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal
yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam
pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan
besarnya biaya tetap yang muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan
semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat
pengambilan bagi para pemegang saham.
Modal asing menurut Bambang Riyanti (2008:227) Modal asing adalah yang
berasal dari luar perusaahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan
dari luar perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada
saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau utang sendiri dibagi menjadi tiga
golongan diantaranya:
Utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu
tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yaitu kredit
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.
Utang jangka menengah merupakan utang yang jangka waktunya adalah lebih dari
satu tahun atau kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka
menengah adalah:
- Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang
dari 10 tahun.
- Leasing merupakan suatu alat atau cara mendapatkan service dari suatu aktiva tetap
yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk
mendapatkan service dan hak milik atas aktiva tersebut, bedanya pada leasing disertai
hak milik.
Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, pada
umumnya lebih dari 10 tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang
jangka panjang antara lain:
- Pinjaman obligasi merupakan pinjaman untuk jangka waktu yang panjang, untuk
debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh
dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
memiliki jatuh tempo.
Modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2008:228) modal yang berasal dari
pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tentu lamanya. Jadi modal sendiri merupakan modal yang digunakan oleh perusahaan
untuk kegiatan operasionalnya yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut. Modal
sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan terdiri dari:
a. Modal saham, adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu
perseroan.
b. Cadangan, dimaksukan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun
berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri adalah:
- Cadangan ekspansi
sebelumnya
c. Laba ditahan, keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan
keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentukah cadangan
sebgaimana yang terlah diuraian. Apabila perushaan belum mempunyai tujuan
tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut
merupakan "keuntungan yang ditahan".
Rasio antara sumber dana dari pihak ketiga terhadap ekuitas disebut debt to
equity ratio (DER). Rasio ini dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan
dimana semakin tinggi DER, maka semakin tinggi risiko perusahaan, karena
pendanaan (financing) dari hutang semakin besar.
Menurut Brigham (1983) investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER
tertentu yang besarnya kurang dari satu, karena jika lebih besar dari satu
menunjukkan risiko perusahaan yang lebih tinggi. Menurut Van Horne (1998),
perusahaan dalam melakukan financing yang berkaitan dengan modal sendiri (equity)
harus memperhatikan dua hal, (1) Apabila perusahan ingin mempertahankan posisi
solvabilitas dan likuiditas diperlukan modal sendiri yang memadai, (2) pertumbuhan
modal sendiri yang berlebihan dapat menurunkan rentabilitas modal sendiri dan juga
akan meningkatkan biaya modal sendiri. Kenaikan DER sampai tingkat tertentu akan
meminimumkan biaya modal, tapi bila pertambahan terlalu berlebihan justru akan
berakibat meningkatnya biaya modal yang berupa biaya bunga.
Selanjutnya variabel struktur aktiva dimana semakin besar nilainya maka semakin
mencukupi aset yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Weston dan
Copeland, 1997).
Struktur modal merupakan topik yang kompleks dan salah satu faktor yang
menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani & Miller (1958) mempublikasi-kan
isu tersebut, struktur modal menjadi salah satu topik yang menarik minat penelitian
dari para akademisi dunia. Lebih dari setengah abad, berbagai riset dilakukan untuk
menjelaskan hubungan struktur modal dengan nilai perusahaan, bagaimana
perusahaan menentukan struktur modalnya, dan berapa banyak yang harus dipinjam
dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Dengan tetap
menghormati teori lainnya, maka selama ini terdapat 3 teori besar di struktur modal
yang menjadi dasar penelitian di struktur modal, yaitu trade-off theory, pecking order
dan agency cost theory.
1. Trade-off theory
Teori ini dibangun untuk memperbaiki teori struktur modal Modigliani dan
Miller dengan kondisi terdapat pajak, dimana penggunaan utang akan memberikan
manfaat penghematan pajak. Dalam pandangan teori ini, penerbitan saham akan
menjauhkan dari titik optimal dan akan memberikan kabar buruk bagi investor.
Menurut Myers (1984), perusahaan yang mengadopsi teori ini seharusnya menetapkan
target debt-to-value ratio dan secara bertahap berusaha untuk mencapainya. Namun
Myers (1984) juga menyarankan bahwa manager akan menolak untuk menerbitkan
saham bila dirasakan sahamnya telah mengalami undervalue di pasar.
Konsekuensinya adalah investor mempersepsikan penerbitan saham hanya akan
terjadi bila saham tersebut sesuai atau lebih tinggi dari nilai pasar. Hal ini berdampak
pada kecenderungan investor untuk bereaksi negatif terhadap penerbitan saham dan
manajemen akan menolak untuk menerbitkan saham.
Sementara itu teori pecking order yang didasarkan pada temuan dari Myers &
Majluf (1984) menyarankan bahwa perusahaan memiliki preferensi dalam memilih
sumber pendanaannya. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai
penggunaan dana internal dari pada eksternal dalam rangka membiayai
pengembangan usahanya. Bila sumber pendanaan internal yang berasal dari financial
slack tidak mencukupi, maka barulah dipergunakan sumber pendanaan eksternal. Bila
sumber pendanaan eksternal dibutuhkan, maka pilihan utama akan diambil dari
penggunaan utang dengan cara menerbitkan obligasi. Penerbitan saham baru
dilakukan sebagai upaya terakhir dari perusahaan bila sumber pendanaan internal dan
utang tidak mencukupi (Brealey & Myers, 2003). Keuntungan dari pendanaan internal
adalah tidak memerlukan biaya penerbitan dan tidak perlu memberikan informasi
keterbukaan (disclosure) mengenai kondisi keuangan perusahaan yang mungkin saja
meliputi kesempatan investasi yang potensial dan keuntungan yang diharapkan bila
kesempatan investasi tersebut diambil.
O. Agency Theory
Dari teori yang dikemukakan oleh Hanafi, selanjutnya dijelaskan hanya pada
teori pendekatan tradisional dan teori asimetri informasi dan signaling, yaitu :
7. Pendekatan Tradisional
Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimentri mengatakan
bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai inforamsi
yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai
informasi yang leboh baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai
informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa
dikatakan terjadi asimetri informasi antara mangemen dan investor. Teori signaling
adalah model dimana struktur modal (pengguna utang) merupakan signal yang
disampaikan oleh manajer kepasar. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa
mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani
menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal
tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demian
utang merupakan atau signal positif.
D. Teori-teori kapitalisasi
1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal
yang di investasikan, atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada
fair rate of return.
2. Jumlah nilai sekuritas yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.
1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis
lainya.
2. Jumlah nilai securitas yang tercantum dalam neraca jauh lebih kecil daripada nilai
riil dari pada assetnya.
1. Tingkat Penjualan
2. Struktur Aktiva
Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dapat menggunakan hutang
relatif besar.
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan; laba ditahan → hutang
→ jual → saham baru (untuk menghindari pengawasan eksternal).
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6. Skala Perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada korelasi
positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio.
Saat yang tepat menjual saham atau obligasi; tingkat bunga pasar rendah dan pasar
bursa sedang bullish (lawan dari bearish)
1. Teori pendekatan laba bersih (net income approach) NI Pendekatan ini dapat
diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi (Ko) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya
dengan tingkat biaya utang (Kd) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan
karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin
besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin
kecil.
2. Teori pendekatan laba operasi bersih (operating net income approach) NOI Teori
ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang (Ke) konstan, berapapun jumlah
utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda.
Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan juga harus
meningkat, konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan
struktur modal menjadi tidak penting.
Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif
pendanaan terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan EBIT (Earning Before
Interest and Tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih
sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) dibagi jumlah lembar saham perusahaan
yang beredar. Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan
cara:
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu, dan
= Jumlah saham Jumlah saham (EBIT* C1) (1-T) (EBIT* - C2) (1-T)
= S1 S2
Dimana:
T = Tingkat pajak
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif
pendanaan terhadap rasio-rasio leverage (penggunaan hutang). Manajemen kemudian
dapat membandingkan rasio-rasio yang ada saat ini dan rasio-rasio pada alternatif
pendanaan tertentu dengan rasio-rasio industri sejenis. Rasio Leverage terdiri dari (1)
Rasio Hutang (debt ratio), dan (2) Rasio Jaminan (coverege ratio).
2. Rasio Jaminan:
(2) posisi keuangan perusahaan dengan alternatif alternatif pendanaan yang ada
seperti 100% modal sendiri, 100% hutang dan sebagainya. Rasio rasio tersebut
kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan tersebut,
manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi
perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan rasio yang
sama dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri
adalah jika perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang
dari rasio industri, ia harus memiliki alasan yang kuat.
Metode ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas
perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan
persiapan suatu seri anggaran kas pada (1) kondisi perekonomian yang berbeda, (2)
struktur modal yang berbeda. Arus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat
dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap perusahaan (pokok pinjaman, bunga,
sewa dan dividen saham preferen) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar beban tetap bisa mengakibatkan
"financial insolvency".
Rumus berikut mendifinisikan CBr, saldo kas yang diharapkan perusahaan pada akhir
periode resesi.
Dimana:
Manajer perusahaan, khusunya yang menyediakan produk dan jasa yang penting,
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan jasa yang berkesinambungan. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
b. Konsevatisme manajemen
c. Pengawasan
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari pihak
kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenaut). Pengawasan ini dapat
mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat keputusan perusahaan.
d. Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan hutang cenderung
menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya, perusahaan real estate
cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang bergerak
pada bidang riset teknologi.
e. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya tinggi cenderung
kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya
hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko bisnis ini dapat dilihat antara lain dari
stabilitas harga dan unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating
leverage, dan lain-lain.
f. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan modal yang besar.
Karena biaya penjualan (flotation cost) untuk hutang pada umumnya lebih rendah dari
fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung menggunakan lebih banyak hutang disbanding dengan perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan rendah.
g. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan
pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin
tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak.
Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal akan meningkat.
Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan hutang yang masih
memberikan kemungkinan menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang
relatif rendah.
b) Ada kenyataan bahwa walaupun struktur modal perusahaan dianggap jauh dari
optimal, tapi dampaknya pada nilai perusahaan tidak terlalu besar. Dengan kata lain
keputusan tentang struktur modal tidaklah sepenting keputusan investasi, yang
memiliki dampak yang lebih besar terhadap nilai perusahaan.
- Keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis "trade-off" antara risiko dan
keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko perusahaan, tapi juga
meningkatkan keuntungan perusahaan oleh karena itu, struktur modal yang optimal
akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan.
Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat
keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko
(tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :
Kesimpulannya:
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal
yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang
terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
dibandingkan soal no.1 dan no.3