Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

Rizky Midira Adhyaksa (01010582024052)

Desta Berliana (01010582024058)

Rahayu Ningtyas (01010582024063)

Nabilah Putri Surahman (01010582024064)

Dosen Pengampu: Iwan Efriandy, S.E., M,.SI, AK

Abukosim, SE, MM, AK

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Nilai Waktu Dari Uang...................................................................................4

A. Pengertian Nilai Waktu Dari Uang................................................................4

B. Nilai Waktu Dari Uang Menurut Pakar..........................................................4

C. Manfaat Konsep Nilai Waktu Uang ..............................................................5

D. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Waktu Dari Uang....................................5

E. Metode-Metode Nilai Waktu Dari Uang........................................................6

F. Rumus Nilai Waktu Dari Uang Dan Contoh Soal..........................................7

2.5 Struktur Modal.............................................................................................

A. Pengertian Struktur Modal

B. Komponen Struktur Modal

C. Teori Struktur Modal

D. Teori-Teori Kapitalisasi

E. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

F. Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal

G. Keputusan Struktur Modal Dalam Praktik

H. Analisis Subyektif Dalam Manajemen Struktur Modal

I. Contoh Soal Struktur Modal

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Time Value of Money adalah nilai waktu dari uang, didalam pengambilan
keputusan jangka panjang, nilai waktu memegang peranan penting. Seiring dengan
pesatnya perkembangan bisnis, konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
telah mendapat tempat yang demekian penting, berikut adalah beberapa contoh
terapan yang terkait dengan konsep nilai waktu dari uang:

- Tabungan

- Pinjaman bank

- Asuransi penilaian proyek

Konsep nilai waktu uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil
keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan
keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan dipilih. Suatu
jumlah uang tertentu yang diterima waktu yang akan datang jika dinilai sekarang
maka jumlah uang tersebut harus didiskon dengan tingkat bunga tertentu
(discountfactor). Suatu jumlah uang tertentu saat ini dinilai untuk waktu yang akan
datang maka jumlah uang tersebut harus digandakan dengan tingkat bunga tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu nilai waktu dari uang
2. Apa manfaat nilai waktu dari uang
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nilai waktu dari uang
4. Bagaimana cara menggunakan rumus nilai sekarang
5. Bagaimana cara menyelesaikan contoh soal nilai masa depan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai Waktu Dari Uang (Time Value Of Money)

A. Pengertian Nilai Waktu Dari Uang

Time value of money adalah sebuah konsep kalkulasi nilai uang berdasarkan
waktu. Konsep ini diterapkan karena nilai nominal uang pada saat ini dapat berbeda
dengan nilai nominal uang di masa yang akan datang. Dengan kata lain, dalam hal ini,
waktu berubah menjadi fungsi dari uang.

Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan, atau
nilai waktu dari uang, di dalam pengambilan keputusan jangka panjang, nilai waktu
memegang peranan penting.

Konsep nilai waktu uang di perlukan oleh manajer keuangan dalam


mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan
pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan di
pilih. Suatu jumlah uang tertentu yang di terima waktu yang akan datang jika di nilai
sekarang maka jumlah uang tersebut harus di diskon dengan tingkat bunga tertentu
(discount factor).

Konsep nilai waktu uang (time value of money concept) merupakan konsep
yang dipahami sebagian besar orang di dunia. Teorinya: uang yang ada sekarang lebih
tinggi nilainya dibandingkan jumlah yang sama dimasa depan.

B. Nilai Waktu Dari Uang Menurut Para Pakar

1. Anwar Iqbal Qureshi (1991) yang dikutip Syafii Antonio (2001:74) menjelaskan
mengenai fenomena bunga dengan rumusan yang dikenal “ menurunnya nilai barang
di waktu mendatang dibanding dengan nilai barang di waktu kini.” Singkatnya,
kalangan ini menganggap bahwa “sebagai agio atau selisih nilai yang diperoleh dari
barang-barang pada waktu sekarang terhadap perubahan atau penukaran barang di
waktu yang akan datang.”
2. Salah satu penyebab dari pengurangan nilai uang di masa mendatang ialah inflasi
(kenaikan biaya). Hal ini bisa jadi didasarkan pada teori ekonomi yang pernah
dikemukakan oleh seorang ekonom asal Austria, Eugen von Böhm-Bawerk (1851–
1914). Menurut beliau, terdapat tiga alasan di balik berkurangnya nilai suatu barang di
masa depan, yakni:

1) Keuntungan yang akan diperoleh di masa mendatang dipertanyakan kepastiannya,


sementara keuntungan di masa kini dianggap sangat jelas.

2) Rasa puas manusia terhadap suatu keinginan atau kehendak yang hadir di masa kini
dianggap lebih bernilai dibandingkan rasa puas akan keinginan atau cita-cita di masa
depan.

3) Barang-barang yang tersedia di waktu sekarang dinilai lebih bermanfaat dan


dibutuhkan daripada barang-barang yang masih diprediksikan kelak muncul di masa
depan.

C. Manfaat Konsep Nilai Waktu Dari Uang


Dengan konsep time value of money tersebut, maka manfaat yang bisa
didapatkan adalah bisa membantu untuk merencanakan pengelolaan keuangan di
masa yang akan datang. Biasanya konsep ini diterapkan dalam manajemen keuangan
perusahaan.
Berdasarkan manfaat tersebut, maka seorang manajer keuangan di perusahaan
harus memahami konsep value of money dengan baik. Tujuannya adalah agar dapat
megambil keputusan finansial yang tepat, seperti misalnya saat akan menjalankan
investasi atau mencari sumber dana untuk pinjaman. Selain yang telah disebutkan di
atas, berikut ini adalah manfaat time value of money bagi investor, pelaku bisnis serta
individu.
1. Bagi Investor

Time value of money bagi investor bisa digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasi, dengan mempertimbangkan inflasi, suku bunga, resiko dan
tingkat pengembaliannya.

2. Bagi Pelaku Bisnis/Perusahaan

Time value of money bagi perusahaan bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun
anggaran yang akan berpengaruh pada penyesuaian arus kas atau cash flow. Selain itu
membantu penghitungan aset riil serta keuangan yang cenderung mengalami
pertumbuhan.

3. Bagi Individu

Time value of money bagi individu akan sangat bermanfaat sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan target dalam investasi atau menabung dan menentukan target
untuk dana pensiun. Yang dalam hal ini juga mempertimbangkan inflasi, bunga, dan
tingkat pengembalian.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Time Value Of Money

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai uang untuk saat ini akan lebih berharga dibandingkan
dengan nilai yang sama di masa mendatang. Perubahan yang terjadi pada nilai uang tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini:

1. Inflasi

Adanya peningkatan inflasi pada suatu negara akan berpengaruh pada depresiasi nilai
mata uang. Demikian juga sebaliknya, jika negara memiliki tingkat inflasi yang
rendah maka hal itu menunjukkan nilai mata uang yang naik.

2. Suku Bunga

Perubahan suku bunga akan berpengaruh pada nilai uang suatu negara, biasanya
terhadap dollar. Suku bunga, tarif perdagangan uang (forex) serta inflasi semuanya
saling berhubungan.

3. Stabilitas Politik

Tidak dipungkiri bahwa stabilitas politik dan ekonomi suatu negara akan berpengaruh
pada kekuatan nilai mata uangnya. Kondisi politik yang tidak stabil akan
memungkinkan terjadinya depresiasi nilai mata uang.

E. Metode-Metode Nilai Waktu Dari Uang

1. Metode Average Rate Of Return (ARR)


- Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan yang diperoleh suatu investasi atau
laba/inestasi.

- Kelemahan metode ARR yaitu Mengabaikan nilai waktu uang.

Jika average rate of return lebih tinggi dari laba yang diharapkan → layak
2. Metode Net Present Value (NPV)
- Menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (operasiona maupun terminal cash flow) di masa
yad.
- Menentukan tingkat bunga yang relevan.
- Apabila NPV penerimaan-penerimaan kas dimasa yang akan datang lebih besar dari
NPV investasi, maka proyek tersebut menguntungkan
- Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan kas bersih

Jika NPV + → layak

3. Metode Payback Period

- Mengukur seberapa cepat investasi itu kembali

- Kriteria penilaian investasi : Semakin cepat semakin baik

- Kelemahan Metode payback period : Mengabaikan nilai waktu uang, Mengabaikan

CF setelah investasi kembali

4. Metode Profitability Index (PI)

-Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih
dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi

Jika PI lebih dari 1 → layak

5. Metode Internal Rate Of Return (IRR)


Tingkat discount faktor yang menyamakan nilai sekarang investasi dan nilai sekarang
penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang

Jika IRR > tk bunga atau laba yang disyaratkan → layak

F. Rumus Cara Menghitung Time Value of Money dan Contohnya

Time value of money adalah konsep penghitungan keuangan yang terdiri dari
beberapa rumus untuk penghitungan nilai uang sekarang, masa depan, serta anuitas
(pembayaran secara bertahap. Berikut ini adalah rumus beserta beberapa contoh
soalnya:

1. Present Value (Nilai Uang Sekarang)

Nilai uang sekarang merupakan nilai nominal sejumlah uang yang dimiliki saat ini
dan dapat dibungakan guna meraih jumlah uang yang lebih besar pada masa depan.
Rumus kalkulasi present value tersebut, yaitu:

Rumus: Pv = Fv / (1 + i) n

Keterangan:

Pv = present value (nilai uang sekarang)

n = jumlah tahun

Fv = future value (nilai uang masa depan) di tahun ke-n

i = interest (tingkat suku bunga)

Contoh Perhitungan Present Value:

Vicenzo hendak menabung uangnya di bank dengan tujuan mendapatkan uang


sejumlah Rp 10.000.000 setelah dua tahun menabung. Jika tingkat suku bunga yang
didapatkan sebesar 10%, penghitungan uang yang Vicenzo harus tabungkan adalah:

Jawab;
Pv = Fv / (1 + i) n

Pv = Rp 10.000.000 / (1 + 0,10) 2

Pv = Rp10.000.000 / (1,21)

Pv = Rp 8.264.463

2. Future Value ( Nilai Uang Masa Depan)

Future value dalam time value of money adalah nominal uang yang akan diterima di
masa depan dari uang yang disimpan saat ini, ditambah tingkat suku bunga tertentu.
Ciri-ciri dari future value adalah terdapatnya kemungkinan jumlah uang menjadi
berkali-kali lipat. Rumus matematis yang diterapkan sama dengan rumus present
value:

Rumus: Fv = Pv (1 + i) n

Contoh Perhitungan Future Value:

Ibu Y menyimpan uangnya di bank tahun ini sebesar Rp10.000.000 dengan tingkat
suku bunga hingga 5% dalam setahun. Maka, untuk mengetahui total nilai tabungan
Ibu Y pada dua tahun ke depan adalah seperti diuraikan di bawah.

Jawab:

Fv = Pv (1 + i) n

Fv = Rp 10.000.000 (1 + 0,05) 2

Fv = Rp 10.000.000 (1,1025)

Fv = Rp 11.025.000

3. Anuitas (Annuity)
Anuitas ialah suatu pembayaran yang dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan. Anuitas dapat didefinisikan sebagai sebuah kontrak saat
suatu perusahaan asuransi membayar imbalan premi kepada nasabahnya secara
berkala. Ada 2 macam anuitas yaitu:

1. Anuitas biasa (ordinary annuity), Anuitas biasa atau juga disebut anuitas tertunda
merupakan anuitas dari suatu pembayaran yang dilakukan pada akhir periode untuk
setiap periode tertentu.

2. Anuitas jatuh tempo (due annuity) ialah, apabila pembayaran dilakukan pada awal
periode, maka rangkaian pembayaran tersebut dinamakan anuitas jatuh tempo.
Konsep anuitas biasa dan anuitas jatuh tempo dapat diterapkan dengan konsep
pemajemukan baik untuk nilai yang akan datang (nilai masa depan) maupun nilai
sekarang.
2.4 Biaya Modal

A. Pengertian Dari Asumsi Dasar, Konsep dan Sumber-sumber Dari Modal


Yang Mendasari Biaya Modal

Pengertian Biaya Modal


Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai
perusahaan. Setiap dana yang digunakan oleh perusahaan mempunyai biaya
modal yang harus ditanggung.

Madal (capital) merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dan


seperti faktor-faktor produksi lainnya, modal mempunyai biaya. Biaya
setiap komponen disebut biaya komponen (component cost) dari jenis
modal tertentu.
Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan
terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Modal asing adalah modal yang
berasal dari pinjaman para kreditur suplier dan perbankan. Sedangkan
modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan baik
dari pemilik perusahaan (pemengang saham) maupun laba yang tidak
dibagikan (laba ditahan). Apabila perusahaan menjual surat berharga
kepada investor, maka perusahaan berkewajiban memberikan hasil (return)
yang dikehendaki oleh investor tersebut, bagi perusahaan merupakan biaya
yang disebut biaya modal seperti :biaya bunga, biaya penurunan surat
berharga, dan biaya lain yang berkaitan dengan perolehan modal tersebut.
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya rill yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik dari hutang,
saham preferen atau saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai
suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal
ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya rill yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Menurut Agus Sartono dalam bukunya Manajemen Keuangan
(1998:217) mengatakan bahwa biaya modal adalah biaya yang harus
dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal baik yang berasal
dari utang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan untuk
membiayai investasi perusahaan.
Lebih lanjut Agus Sartono mengatakan bahwa saham preferen
pada umumnya lebih beresiko dibandingkan dengan utang obligasi.
Jaminan atas modal yang ditanamkan dan pembayaran laba bagi pemegang
saham preferen adalah setelah para pemegang obligasi dibayar. Dengan
demikian juga pembayaran deviden saham preferen dibayarkan setelah
pembayaran bunga utang. Konsekuensinya investor saham preferen akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari pada pemegang obligasi.
Oleh sebab itu, ketidakpastian pembayaran deviden saham biasa
menjadi semakin besar dibandingkan dengan bunga dan deviden saham
preferen. Perlu diperhatikan bahwa penentuan besarnya biaya modal
perusahaan sangat penting karena ada tiga alasan.
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mensyaratkan adanya minimalisasi
semua biaya input termasuk biaya modal.
2. Keputusan investasi yang tepat mensyaratkan estimasi biaya modal
yang tepat.
3. Beberapa keputusan lain seperti leasing, pembelian kembali obligasi
perusahaan dan manajemen modal kerja memerlukan estimasi biaya
modal.
Perusahaan yang mengunakan dana dari laba ditahan juga ada
biaya walaupun laba ditahan berasal dari hasil usaha perusahaan. Biaya
modal yang berasal dari laba ditahan disebut sost of retained earning.Biaya
tersebut sebesar tingkat keuntungan investasi(rate of retun) yang
disyaratkan diterima oleh investor. Hal ini karena apabila modal
tersebutdiinvestaskan pada perusahaan lain maka akan mendapatkan
keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut sama dengan besarnya
keuntungan apabila perusahan menginvestasikan dana laba ditahan tersebut
atau sama besarnya dengan rate of return yang diharapkan diterima dari
investasi pada saham(expected rate of return on the stock).
Apabila investor memperkirakan tingkat keuntungan yang terjadi
tinggi, yang berarti menurunya daya beli uang yang dimiliki, maka ia akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk investasinya. Begitu
juga apabila diperkirakan permintaan dana meningkat maka terjadi
kelebihan permintaan kemudian mengakibatkan investor meminta
keuntungan yang lebih tinggi juga, sehinga dicapai titik keseimbangan pada
tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Dua faktor tersebut yang sangat mempengaruhi return pada surat
berharga bebas resiko reguired rate of return bagi surat berharga juga akan
dipengaruhi oleh risk free securities tersebut. Bagi surat berharga yang
spesifik terdapat empat komponen resiko yang menentukan risk premium,
keempat komponen itu adalah :
(1). Business risk,
(2). Financial risk,
(3). Marketabiliti risk atas surat berharga kemudian,
(4). Interest rate risk.
Biaya modal juga dapat diukur dengan rate of return minimum dari
investasi baru yang dilakukan perusahaan, tentu dengan asumsi bahwa
tingkat resiko investasi baru tersebut sama dengan resiko aktiva yang
dimiliki perusahaan saat ini dan pengertian biaya modal adalah biaya modal
rata-rata tertimbang.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-
masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal
individu tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal.Namun
apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya
modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yang
digunakan. Sekali lagi bahwa konsep biaya modal dimaksudkan untuk
menentukan besar biaya nyata atau (rill) dari penggunaan dana dari masing-
masing sumber dana.

B. Faktor – Faktor Yang Menentukan Biaya Modal

Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:


a. Keadaan-keadaan umum perekonomian.
Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa
risiko.
b. Daya jual saham suatu perusahaan.
Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para
investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
c. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat
manajemen.
Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau
memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat
risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta
tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal
perusahaan meningkat pula.
d. Besarnya pembiayaan yang diperlukan.
Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya
modal perusahaan.

C. Dasar-Dasar Biaya Modal


Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dicapai
perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar
sahamnya. Biaya modal dapat juga dianggap sebagai tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh penyedia dana untuk menarik dananya kedalam
perusahaan. Jika risiko konstan maka apabila pelaksanaan proyek dengan
tingkat pengembalian diatas biaya modal akan meningkatkan nilai
perusahaan, dan apabila pelaksanaan proyek dengan tingkat pengembalian
dibawah biaya modal akan menurunkan nilai perusahaan.

D. Asumsi-asumsi Dasar

Struktur dasar dari biaya modal dibuat dengan beberapa asumsi yang
berhubungan dengan risiko dan pajak :

a) Risiko bisnis, risiko dimana perusahaan tidak dapat menutup biaya


operasional perusahaan. Risiko ini diasumsikan tidak berubah.
b) Risiko keuangan, risiko dimana perusahaan tidak mampu untuk
menutup kewajiban keuangan seperti bunga, biaya pembayaran sewa
guna usaha, dan dividen saham preferen. Risiko ini diasumsikan tidak
berubah.
c) Biaya setelah pajak merupakan biaya yang relevan, dengan perkataan
lain biaya modal diukur dengan dasar setelah pajak.

E. Konsep Dasar.
Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai
pengertian tinggkat keuntungan yang disyaratkan (requiret rate of
return).Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari
dua pihak yaitu pihak investor dan pihak perusahaan .Dari sisi investor,
tinggi rendahnya requiret rate of return merupakan tingkat keuntungan
(rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang
dimiliki.
Jika investasi baru menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih
besar dari pada biaya modal, maka nilai perusahaan akan meningkat.
Sebaliknya apabila investasi baru tersebut menberikan tingkat keuntungan
yang lebih rendah dari pada biaya modal, maka nilai perusahaan akan
menurun.
Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal),
besarnya requiret rate of return merupakan biaya modal (cost of capital)
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya utang
misalnya, tidak sama dengan bunga yang dibayarkan kepada kreditur
karena untuk mendapatkan utang tersebut tidak hanya bunga yang harus
dikeluarkan perusahaan, tetapi juga ada biaya-biaya seperti biaya notaris,
biaya provisi, biaya materai, dan lain-lain.

F. Biaya dari Sumber Modal


Biaya modal dihitung untuk sumber dana jangka panjang yang
tersedia bagi perusahaan sebab sumber tersebut menyediakan pembiayaan
yang permanen. Pembiayaan jangka panjang mendukung investasi dalam
aktiva tetap, yang diasumsikan dipilih dengan menggunakan teknik
‘capital budgeting’ yang sesuai.
Budget merupakan laporan resmi mengenai sumber-sumber
keuangan yang telah disediakan untuk membiayai pelaksanaan aktivitas
tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Budget adalah sarana yang
digunakan paling luas untuk perencanaan dan pengendalian aktivitas di
tiap-tiap bagian perusahaan. Budget mengindikasi pengeluaran, penghasilan
atau laba yang direncanakan dalam kurun waktu tertentu dikemudian hari.
Angka-angka yang direncanakan menjadi standar untuk pencapaian prestasi
kerja dimasa mendatang.

G. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Modal


i. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.
a. Tingkat Suku Bunga.
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya
utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar
pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk
memperoleh modal utang.

b. Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang
digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang
kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.

ii. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.


a. Kebijakan Struktur Modal.
Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-
nen modal dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika
struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.

b. Kebijakan Dividend.
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-
babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.

c. Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang
berrisiko. Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi
biaya modal

H. Biaya Modal Pinjaman Jangka Panjang


Biaya Modal pinjaman jangka panjang adalah biaya sesudah pajak
saat ini untuk mendapatkan dana panjang melalui pinjaman. Contoh : dana
yang diperoleh melalui penerbitan dan penjualan obligasi.
Permintaan dana jangka panjang umumnya berasal dari perusahaan
yang dilakukan dengan menerbitkan instrumen keuangan (sekuritas)
berjangka panjang, seperti saham dan obligasi. Dikatakan berjangka
panjang karena dana yang tertanam dalam saham berarti akan tertanam
selamanya dalam perusahaan tersebut, sedangkan untuk obligasi umumnya
paling tidak memerlukan waktu lima tahun baru dilunasi. Saham
menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan obligasi merupakan surat tanda
hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan dengan nilsi
nominal tertentu , jangka waktu tertentu , dan memberikan bungan
(coupon). Untuk menghitung besarnya biaya modal hutang janka panjang
dapat digunakan dua cara yaitu :
a Metode Short Cut/ Ringkas/Approksimasi
Kdb =
i = Bunga bersih (kupon obligasi)
M =Nilai pinjaman pada masa pelunasan ( nilai nominal)
P =Nilai bersih pinjaman setelah dipotong biaya flotasi (harga
emisi)
n =Umur pinjaman
b Metode Akurat / Interpolarisasi / Present Value
Kdb = – P = 0
Hal-hal yang berkaitan dengan biaya hutang jangka panjang atau
pinjaman jangka panjang serta obligasi antara lain , yaitu :
A. Hasil bersih (net proceeds)
Kebanyakan hutang jangka panjang perusahaan diperoleh
melalui penjualan surat obligasi. Hasil bersih (net proceeds) adalah
dana yang sebenarnya diterima dari penjualan surat-surat berharga.
Flotation cost adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan untuk
menerbitkan dan menjual surat-surat berharga yang mengurangi hasil
bersih (net proceeds) dari penjualan obligasi, apakah dijual dengan
premi, diskon atau pada nilai nominalnya (par/face value).
B. Biaya hutang sebelum pajak
Biaya hutang sebelum pajak, untuk obligasi dapat diperoleh
dengan 3 cara yaitu berdasarkan penetapan, perhitungan biaya dan
perkiraan biaya.
C. Biaya hutang sesudah pajak
Biaya modal harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak.
Bunga pinjaman dapat mengurangi pajak karenanya mengurangi
pendapatan kena pajak. Pengurangan pendapatan kena pajak adalah
sebesar perkalian bunga pinjaman dan tingkat pajak. Biaya hutang
sesudah pajak adalah biaya hutang sebelum pajak dikali satu dikurangi
tingkat pajak.

I. Biaya Modal Saham Preferen

Saham preferen merupakan bentuk kepemilikan perusahaan yang


pemegangnya menerima dividen sebelum pendapatan perusahaan dibagikan
kepada pemegang saham biasa. Dividen saham preferen dinyatakan dalam
mata uang pertahun atau dinyatakan dalam persentase pertahun.
Saham preferen sebagian besar membayar dividen tetap pada
interval waktu yang teratur (setahun, setengah tahun, kuartalan, atau
bulanan). Saham preferen tidak mempunyai batasan waktu (jatuh tempo)
dan memberi pembayaran dividen. Oleh karena itu, digunakan pendekatan
dalam penilaian saham preferen.
Saham preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap
besarnya. Besarnya dividen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh
perusahaan. Sayangnya pembayaran dividen saham preferen tidak dapat
dipakai sebagai pengurang pajak. Dengan kata lain, pembayaran dividen
saham preferen dilakukan terhadap laba setelah pajak. Kadang saham
preferen memberikan dividen yang kumulatif. Artinya apabila pada tahun
lalu perusahaan rugi, maka besarnya dividen akan ditunda untuk
dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini. Kadang-kadang saham preferen
juga mempunyai participating feature. Artinya, setelah para pemegang
saham preferen menerima dividen sebesar Rp. 160, dan ternyata pemegang
saham biasa memperoleh dividen sebesar Rp. 250, maka para pemegang
saham preferen akan mendapat tambahan dividen sebesar Rp. 90. Berapa
lama periode kumulatif dan ada tidaknya participating feature akan
ditentukan dalam rapat pemegang saham. Umumnya pemegang saham
preferen tidak berhak memberikan suara dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS). Meskipun demikian, variasi mungkin dijumpai sesuai
dengan anggaran dasar perusahaan.
Dalam prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang
diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham. Laba ini di
tunjukkan dalam laporan rugi laba sebagai baris terakhir dalam laporan
keuangan (karenanya disebut sebagai bottom line), dan disebut sebagai laba
setelah pajak (Eernings After Taxes, EAT).
Dividen tunai merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen saham adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada
pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan
kapitalisasi laba secara permanen. Pemegang saham menerima tambahan
saham sebagai pengalihan saldo laba ke akun modal.
Untuk menentukan besarnya biaya modal saham preferen dihitung
dengan menggunakan rumus , yaitu sebagai berikut :
Kp = x 100%
Dp = Dividen saham preferen
Pm = Harga pasar saham preferen
Bila perusahaan menarik saham preferen baru , maka perusahaan
mengeluarkan biaya flotasi , sehingga rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Kpr = x 100% ; f = biaya flotasi
atau
Kpr = x 100%
Ppm adalah harga bersih yang diterima emiten saham preferen
setelah dikurangi biaya flotasi .
J. Biaya Modal Saham Biasa
Saham biasa adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang tidak
mempunyai hak – hak istemewa seperti saham preferen . Bila saham
preferen , dividen yang dibayarkan secara tetap baik perusahaan laba atau
rugi , sedangkan hak pemegang saham biasa dalam mendapatkan dividen
dibayar bila perusahaan mendapatkan laba , bial rugi tidak akan
mendapatkan dividen . Oleh karena itu , untuk menentukan biaya modal
saham biasa didasarkan pada harapan pemegang saham terhadap dividen
yang akan diterima setiap tahunnya . Untuk menentukan required ror
common stock Ke dan cost of common stock Ks digunakan tiga asumsi
mengenai pertumbuhan dividen dan satu metode , yaitu sebagai berikut :
a) Asumsi dividen tidak tumbuh (g = 0)
Ke = x 100% atau Ks = x 100%
D = dividen saham biasa
D = dividen payout x EPS
F = biaya flotasi
Po = harga jual saham biasa
EPS =

b) Constant growth valuation model (Gordon Model) atau


asumsi dividen tumbuh konstan
Constant growth valuation model, menggunankan dasar
pemikiran bahwa nilai saham sama dengan nilai sekarang dari
semua dividen yang akan datang (yang diasumsikan pada
tingkat pertumbuhan konstan) yang diharapkan diperoleh terus
dalam waktu yang tidak terbatas. Rumus untuk menentukan
biaya saham biasa dengan asumsi atau model ini adalah
sebagai berikut :
Ke = + g atau Ks = + g
D1 = Do (1 + g)
Po = harga pasar dari saham pada t = 0
g = tingkat pertumbuhan
c) Asumsi dividen tumbuh variabel
Dalam asumsi dividen tumbuh variabel biaya saham biasa
dapat dihitung dengan menggunakan dua metode , yaitu :
i. Metode Ringkas
Ke = [n (g1-g2) + (1+g2)] + g2
ii. Metode Interpolasi
Pn = + x
d) Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Model CAPM merupakan model penetapan biaya modal
dengan menganalisi hubungan antara tingkat return saham
yang diharapkan dengan return pasar yang terjadi . Besarnya
tingkat return saham yang diharapkan oleh investor ini
merupakan biaya modal yang harus dikeluarkan oleh emiten.
Untung menghitung biaya modal dengan pendekatan CAPM
digunakan rumus , yaitu :
Ri = Rf + ( Rm – Rf) βi
Ri = Biaya modal
Rf = Pendapatan bebas resiko
Rm = Tingkat pendapatan pasar
βi = Beta saham

K. Biaya Modal laba ditahan


Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibayarkan sebagai cash dividen
, yang merupakan hak milik pemegang saham .Biaya laba ditahan (the cost of
retained earnings) bagi perusahaan adalah sama seperti biaya penerbitan
penuh atas tambahan saham biasa (fully subscribed issue of additional
common stock), yang diukur oleh biaya modal sendiri saham biasa. Hal ini
berarti laba ditahan meningkatkan modal sendiri dengan cara yang sama
seperti penerbitan baru saham biasa.

Penyisihan pendapatan dapat diterima hanya jika diharapkan dapat


menghasilkan tingkat pengembalian yang diinginkan dari dana yang
direinvestasikan. Dengan memandang laba ditahan sebagai biaya penerbitan
penuh dari tambahan saham biasa, maka biaya laba ditahan adalah sama
dengan biaya modal sendiri saham biasa.

Seperti biaya saham biasa , biaya modal dari laba ditahan dapat
dihitung dengan menggunakan 3 model pendekatan :
a) Model Pendiskontoan Aliran Kas.
Model ini dihitung dengan mengestimasikan biaya modal
de-ngan mendiskontokan aliran kas, yaitu dari dividen yang
diha-rapkan akan diterima pemegang saham.
Ke = Kr = atau Kr = + g
b) Model Penentuan Harga Aktiva (CAPM)
Biaya modal dihitung dengan memperhatikan premium
risiko pasar dan beta saham.
Ri = Rf + ( Rm – Rf) βi
Ri = Biaya modal
Rf = Pendapatan bebas resiko
Rm = Tingkat pendapatan pasar
βi = Beta saham

c) Model Bond Yield Premium Risk.


Model ini biasanya digunakan oleh para analis yang tidak
mem-percayai CAPM. Model ini lebih subyektif, hanya
menambah-kan premi risiko mereka sendiri sebesar 3 sampai
dengan 5 poin persentase.

ke = Hasil Obligasi + Premi Risiko.

Semakin berisiko obligasi, maka biaya modalnya akan menjadi lebih tinggi pula

L. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital-


WACC)

Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of


Capital’-WACC) mencerminkan rata-rata biaya modal dimasa akan datang
yang diharapkan. Biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh dengan
menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan
proporsinya pada struktur modal perusahaan.
Skema penimbangan yang bisa digunakan dalam perhitungan biaya
modal rata-rata tertimbang adalah berdasarkan:
a) Penimbangan nilai buku (book value weight), penimbangan yang
menggunakan nilai akunting untuk mengukur bagian setiap jenis
modal dalam struktur keuangan perusahaan.
b) Penimbangan nilai pasar (market value weight), penimbangan
yang menggunakan nilai pasar untuk mengukur bagian setiap jenis
modal dalam struktur keuangan perusahaan. Penimbangan dengan
nilai pasar menarik sebab nilai pasar surat berharga mendekati
nilai rupiah yang sebenarnya diterima dari penjualan surat
berharga. Biaya dari berbagai jenis modal dihitung dengan
menggunakan harga pasar umum sehingga beralasan
menggunakan penimbangan dengan nilai buku.
c) Penimbangan historis (historic weight), penimbangan nilai buku
atau nilai pasar didasarkan pada bagian struktur modal yang
sebenarnya. Misalnya, nilai buku yang lama atau yang berlaku
dapat digunakan untuk membuat penimbangan historis. Demikian
pula nilai pasar yang lalu atau yang berlaku dapat digunakan untuk
membuat penimbangan historis.
d) Penimbangan target (target weights), penimbangan nilai buku atau
nilai pasar didasarkan pada bagian struktur modal yang diinginkan.
Perusahaan menggunakan penimbangan target sebagai dasar untuk
mencapai struktur modal yang optimal. Dari sudut pandang
teoritis penimbangan yang lebih disukai adalah penimbangan
target dengan nilai pasar.
Untuk menghitung biaya modal rata – rata tertimbang dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
K = Wd.Kd +Wpr.Kpr + Ws.Ks + Wr.Kr
Wd = Perimbangan pinjaman jangka panjang
Wpr = Perimbangan saham preferen
Ws = Perimbangan saham biasa
Wr = Perimbangan laba ditahan
Biaya modal secara keseluruhan dapat dihitung juga dengan rumus :
K = x 100%

M. Keputusan Investasi dan Biaya Marjinal


Biaya modal rata-rata tertimbang merupakan input utama dalam proses
pembuatan keputusan investasi. Perusahaan akan hanya melakukan investasi jika
pengembalian yang diharapkan lebih besar daripada biaya modal rata-rata
tertimbang. Tentu saja untuk suatu waktu tertentu, biaya keuangan perusahaan
dan pendapatan dari investasi akan dipengaruhi oleh volume pembiayaan atau
investasi yang dilakukan.

N. Contoh Soal Biaya Modal

PT Marcel membutuhkan modal yang akan digunakan dalam pendanaan


investasinya sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang terdiri atas beberapa sumber
dana. Berikut ini jumlah dari masing-masing sumber pendanaan tersebut:

1. Hutang Obligasi:
Jumlah pendanaan sebesar Rp. 500.000.000,-, dengan nilai nominal Rp.
500.000 per lembar. Bunga yang ditawarkan sebesar 20% per tahun dan
jangka waktu obligasi 5 tahun. Harga jual obligasi Rp. 462.500,- per lembar
dan tingkat pajak 30%.
2. Saham Preferen:
Besarnya pendanaan saham preferen adalah Rp. 400.000.000,-. Harga jual
saham preferen sebesar Rp. 31.250,- setiap lembar dengan dividen sebesar
Rp. 4.500,- per lembar.
3. Saham Biasa:
Jumlah pendanaan dari modal saham biasa sebesar Rp. 1.100.000.000,-.
Harga jual saham Rp. 22.500,- dengan dividen sebesar Rp. 3.125,- setiap
lembar dengan pertumbuhan 5%.
Dari informasi di atas hitunglah:
1. Biaya modal secara individual
2. Biaya modal keseluruhan

Penyelesaiannya:
1. Biaya modal secara individual:
1). Biaya modal hutang obligasi
I = Rp. 500.000 x 20%
= Rp. 100.000,-
sehingga:

kd = I+(N-Nb)/n
(Nb+N)/2

kd = biaya modal hutang obligasi


I = Bunga hutang jangka panjang (obligasi) satu tahun dalam rupiah
N = Harga nominal obligasi atau nilai obligasi pada akhir umurnya
Nb = Nilai bersih penjualan obligasi
n = Umur obligasi
jadi

kd = 100.000 + (500.000 - 462.500)/5

(462.500 + 500.000)/2

kd = 107.500  kd = 22,34%
481.250

l;
Selanjutnya ka disesuaikan dengan tingkat pajak sehingga :
ki = kd (1 – t)
kihy = 22,34% (1 - 0,30)
ki = 22,34% (0,70) =15,64%

2). Biaya modal saham preferen


kp = Dp / PO
kp = Biaya saham preferen
Dp = Dividen saham preferen
PO = Harga saham preferen saat penjualan

kp = 4.500 / 31.250

kp = 0.144 =14,40%

c. Biaya modal saham biasa

ke = (Dl / PO) + g

ke = biaya modal saham biasa


Di = dividen
P0 = harga penjualan saham saat ini
g = Grow/ pertumbuhan

ke = (3.125 / 22.500) + 5%

ke = 0,1389 + 0,05% = 0,1889% = 18,89%

2. Biaya modal keseluruhan (weighted average cost of capital, WACC)


Biaya modal keseluruhan dengan menghitung besarnya WACC, sebagai berikut:
Sumber Dana Jumlah Dana (Rp) Proporsi Biaya Modal Biaya Tertimbang
(1) (2) (3) (4) (5) = (3)x(4)
Obligasi 500.000.000 25% 15,64% 3,91%
Saham Preferen 400.000.000 20% 14,40% 2,88%
Saham Biasa 1.100.000.000 55% 18,89% 10,39%
JUMLAH 2.000.000.000 17,18%

Jadi biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-ratanya adalah 17,18%

Kesimpulannya :

Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat
menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi
tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-
kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan.
Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun
untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu
perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.

Biaya modal terdiri dari biaya modal hutang jangka panjang . biaya modal saham
preferen , biaya modal saham biasa , biaya modal saham laba ditahan dan biaya modal
saham rata-rata tertimbang . Tapi dari seluruh komponen biaya modal biaya modal
yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang (Weighted Cost of
Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam
menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak diperhitungkan dalam
perhitungan WACC. Yang diperhitungkan dalam WACC adalah Perimbangan hutang
jangka panjang , saham preferen , saham biasa ,dan laba ditahan .

Perlu diperhatikan bahwa penentuan besarnya biaya modal perusahaan sangat


penting karena ada tiga alasan, yaitu :
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mensyaratkan adanya minimalisasi semua
biaya input termasuk biaya modal.
2. Keputusan investasi yang tepat mensyaratkan estimasi biaya modal yang tepat.
3. Beberapa keputusan lain seperti leasing, pembelian kembali obligasi
perusahaan dan manajemen modal kerja memerlukan estimasi biaya modal.
Selain itu biaya modal pun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan yang terdiri dari tingkat suku bungan
dan pajak serta faktor yang dapat dikendalikan perusahaan yang teridiri dari kebijakan
struktur modal , kebijakan dividen dan kebijakan investasi .

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu
menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana
dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal
telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait
dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima.
Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari
informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya.
Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya
berasal dari laporan keuangan perusahaan.

Rumusan Masalah

1. Apa saja pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam struktur
modal
2. Apa saja pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal
3. Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik

2.5 Struktur Modal


A. Pengertian Struktur Modal

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam
pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva
yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001). Modal pada
dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).

Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam


operasi perusahaan. Struktur modal menurut Sartono (2010:225) didefinisikan sebagai
berikut: "Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang
bersifat permanent, utang jangka panjang saham preferen dan saham biasa."

Menurut Irham Fahmi (2011:106) mendefinisikan struktur modal merupakan


gambaran dari bentuk proporsi finansial Perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki
yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilties) dan modal sendiri
(share holder's equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa struktur modal merupakan proporsi keuangan antara utang jangka
pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan belanja perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan
perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah
struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun
dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya.
Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana
perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.

Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para
kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari
kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik
merupakan modal sendiri. Kebijakan mengenai ktur melibat rade off antara dan
tingkat pengembalian.

Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga


memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat
membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur
modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara
risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Brigham dan
Houston, 2001).

B. Komponen Struktur Modal


Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan
bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Komponen struktur modal
menurut Bambang Riyanto (2008:227) terdiri dari 2 yaitu:

1. Modal Asing

Modal asing atau utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal
yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam
pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan
besarnya biaya tetap yang muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan
semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat
pengambilan bagi para pemegang saham.

Modal asing menurut Bambang Riyanti (2008:227) Modal asing adalah yang
berasal dari luar perusaahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan
dari luar perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada
saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau utang sendiri dibagi menjadi tiga
golongan diantaranya:

a. Utang jangka pendek (Short-term Debt)

Utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu
tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yaitu kredit
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.

b. Utang jangka menengah (Intermediate-term Debt)

Utang jangka menengah merupakan utang yang jangka waktunya adalah lebih dari
satu tahun atau kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka
menengah adalah:

- Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang
dari 10 tahun.
- Leasing merupakan suatu alat atau cara mendapatkan service dari suatu aktiva tetap
yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk
mendapatkan service dan hak milik atas aktiva tersebut, bedanya pada leasing disertai
hak milik.

c. Utang jangka panjang (Long-term Debt)

Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, pada
umumnya lebih dari 10 tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang
jangka panjang antara lain:

- Pinjaman obligasi merupakan pinjaman untuk jangka waktu yang panjang, untuk
debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.

- Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang


(kreditur) diberi hak hipotik pada suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur
tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dari hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh
dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
memiliki jatuh tempo.

Modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2008:228) modal yang berasal dari
pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tentu lamanya. Jadi modal sendiri merupakan modal yang digunakan oleh perusahaan
untuk kegiatan operasionalnya yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut. Modal
sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan terdiri dari:

a. Modal saham, adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu
perseroan.
b. Cadangan, dimaksukan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun
berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri adalah:

- Cadangan ekspansi

- Cadangan modal kerja

- Cadangan selisih kurs

- Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga

sebelumnya

c. Laba ditahan, keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan
keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentukah cadangan
sebgaimana yang terlah diuraian. Apabila perushaan belum mempunyai tujuan
tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut
merupakan "keuntungan yang ditahan".

Struktur modal (capital structure) sangat penting dalam membiayai aktifitas


operasional perusahaan. Besarnya struktur modal sangat tergantung dari komposisi
sumber daya yang diperoleh dari pihak eksternal maupun internal perusahaan, yang
berupa hutang dan modal sendiri. Makin besar modal yang disetorkan oleh pemegang
saham, makin leluasa bagi manajemen untuk kebutuhan operasionalnya, sebab tidak
ada kewajiban kepada kreditor.

Komponen modal sendiri atau equity pada perusahaan yang berbentuk


Perseroan Terbatas (PT) antara lain berupa modal disetor, agio saham, laba ditahan
dan laba tahun berjalan. Struktur modal merupakan perbandingan hutang dan ekuitas
(Husnan, 1998). Keinginan untuk mewujudkan struktur modal yang optimal sudah
menjadi perhatian para praktisi dan akademisi.

Rasio antara sumber dana dari pihak ketiga terhadap ekuitas disebut debt to
equity ratio (DER). Rasio ini dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan
dimana semakin tinggi DER, maka semakin tinggi risiko perusahaan, karena
pendanaan (financing) dari hutang semakin besar.

Menurut Brigham (1983) investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER
tertentu yang besarnya kurang dari satu, karena jika lebih besar dari satu
menunjukkan risiko perusahaan yang lebih tinggi. Menurut Van Horne (1998),
perusahaan dalam melakukan financing yang berkaitan dengan modal sendiri (equity)
harus memperhatikan dua hal, (1) Apabila perusahan ingin mempertahankan posisi
solvabilitas dan likuiditas diperlukan modal sendiri yang memadai, (2) pertumbuhan
modal sendiri yang berlebihan dapat menurunkan rentabilitas modal sendiri dan juga
akan meningkatkan biaya modal sendiri. Kenaikan DER sampai tingkat tertentu akan

meminimumkan biaya modal, tapi bila pertambahan terlalu berlebihan justru akan
berakibat meningkatnya biaya modal yang berupa biaya bunga.

Sejalan dengan aktifitas sehari-harinya, perusahaan memerlukan modal


tambahan yang tidak sedikit. Adanya kekurangan dana ini dapat mengakibatkan
terhentinya kegiatan perusahaan seperti pembelian bahan, produksi distribusi dan lain-
lain, sehinga tambahan dana sangat diperlukan. Menurut sifatnya ada dua macam tipe
pendanaan yaitu pendanaan dari luar berupa pinjaman dan dapat juga dengan menjual
surat berharga melalui pasar modal dan pendanaan dari dalam yang berasal dari laba
ditahan. (Ang, 1997) Dalam menetapkan sumber dana manakah yang akan dipilih,
perusahaan harus menghitungnya dengan matang agar diperoleh kombinasi struktur
modal yang optimal yang berarti meminimalkan risiko dan memaksimalkan
keuntungan perusahan.

Perusahaan yang memiliki srtuktur modal optimal akan menghasilkan tingkat


pengembalian yang optimal pula sehingga bukan perusahaan yang memperoleh
keuntungan, tapi para pemegang saham pun akan memperoleh keuntungan tersebut.
Dalam menentukan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,
perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga
dapat diharapkan mendapat struktur modal yang optimal, hal ini disebabkan struktur
modal yang optimal dapat meminimalkan biaya modal dan memaksimalkan nilai
perusahaan (Brigham dan Gapenski, 1996)

Aydin Oskan (2001) menyatakan bahwa struktur modal berkembang secara


dinamis dan berubah dari waktu ke waktu, akibatnya selalu terjadi perubahan struktur
modal dan juga faktor faktor yang mempengaruhinya, hal ini disebabkan karena
dalam operasional perusahaan selalu terjadi berbagai kepentingan berkenaan
pendanaan yang berakibat pada dinamika DER. Dengan demikian maka perlu diteliti
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

Keputusan manajemen untuk mendapatkan hutang dari kreditur ada beberapa


variabel yang diduga mempengaruhi kreditur untuk mengucurkan hutang terhadap
debitur yaitu variabel pertumbuhan penjualan diduga mempengaruhi kreditur dalam
memberikan pinjaman dimana perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan
dinilai mempunyai prospek baik dalam perkembangannya dan ini mengurangi resiko
(Sofiati, 2001).

Selanjutnya variabel struktur aktiva dimana semakin besar nilainya maka semakin
mencukupi aset yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Weston dan
Copeland, 1997).

Variabel profitabilitas dimana kreditur bisa menilai apakah perusahaan


(debitur) mampu membayar hutang yang dilihat dari keuntungan perusahaan (Titmen
dan Wessel, 1998). Dan yang terakhir variabel firm size dimana semakin
meningkatnya perhatian kreditor terhadap perusahaan maka sangat dimungkinkan
jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah hutang yang relatif lebih
besar daripada modal sendiri akan meningkatkan debt to equity ratio (Ang, 1997).

C. Teori Struktur Modal

Struktur modal merupakan topik yang kompleks dan salah satu faktor yang
menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani & Miller (1958) mempublikasi-kan
isu tersebut, struktur modal menjadi salah satu topik yang menarik minat penelitian
dari para akademisi dunia. Lebih dari setengah abad, berbagai riset dilakukan untuk
menjelaskan hubungan struktur modal dengan nilai perusahaan, bagaimana
perusahaan menentukan struktur modalnya, dan berapa banyak yang harus dipinjam
dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Dengan tetap
menghormati teori lainnya, maka selama ini terdapat 3 teori besar di struktur modal
yang menjadi dasar penelitian di struktur modal, yaitu trade-off theory, pecking order
dan agency cost theory.

1. Trade-off theory

Teori trade-off berusaha menemukan rasio utang yang optimal dengan


mempertimbangakan antara manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Teori ini
menyatakan bahwa struktur modal optimal akan tercapai bila manfaat nilai tambah
dari penggunaan utang yang berupa penghematan pajak dapat menutupi peningkatan
biaya financial distress sehubungan dengan penggunaan utang (Bradley et al., 1984).
Teori trade-off yang sering juga disebut teori yang berdasarkan pajak menyatakan
bahwa pada struktur modal yang optimal akan diperoleh keuntungan bersih dari
penggunaan pajak seimbang dengan biaya financial distress dan kebangkrutan.

Teori ini dibangun untuk memperbaiki teori struktur modal Modigliani dan
Miller dengan kondisi terdapat pajak, dimana penggunaan utang akan memberikan
manfaat penghematan pajak. Dalam pandangan teori ini, penerbitan saham akan
menjauhkan dari titik optimal dan akan memberikan kabar buruk bagi investor.
Menurut Myers (1984), perusahaan yang mengadopsi teori ini seharusnya menetapkan
target debt-to-value ratio dan secara bertahap berusaha untuk mencapainya. Namun
Myers (1984) juga menyarankan bahwa manager akan menolak untuk menerbitkan
saham bila dirasakan sahamnya telah mengalami undervalue di pasar.
Konsekuensinya adalah investor mempersepsikan penerbitan saham hanya akan
terjadi bila saham tersebut sesuai atau lebih tinggi dari nilai pasar. Hal ini berdampak
pada kecenderungan investor untuk bereaksi negatif terhadap penerbitan saham dan
manajemen akan menolak untuk menerbitkan saham.

2. Pecking order Theory

Sementara itu teori pecking order yang didasarkan pada temuan dari Myers &
Majluf (1984) menyarankan bahwa perusahaan memiliki preferensi dalam memilih
sumber pendanaannya. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai
penggunaan dana internal dari pada eksternal dalam rangka membiayai
pengembangan usahanya. Bila sumber pendanaan internal yang berasal dari financial
slack tidak mencukupi, maka barulah dipergunakan sumber pendanaan eksternal. Bila
sumber pendanaan eksternal dibutuhkan, maka pilihan utama akan diambil dari
penggunaan utang dengan cara menerbitkan obligasi. Penerbitan saham baru
dilakukan sebagai upaya terakhir dari perusahaan bila sumber pendanaan internal dan
utang tidak mencukupi (Brealey & Myers, 2003). Keuntungan dari pendanaan internal
adalah tidak memerlukan biaya penerbitan dan tidak perlu memberikan informasi
keterbukaan (disclosure) mengenai kondisi keuangan perusahaan yang mungkin saja
meliputi kesempatan investasi yang potensial dan keuntungan yang diharapkan bila
kesempatan investasi tersebut diambil.

O. Agency Theory

Sedangkan teori keagenan menyatakan bahwa pemilihan komposisi struktur


modal tergantung pada keberadaan biaya keagenan yang dihadapi perusahaan. Teori
ini mengasumsikan bahwa keberadaan utang dengan kewajiban tetapnya yang harus
dipenuhi perusahaan berupa cicilan pokok dan bunga, akan membuat aliran cash flow
perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penggunaan cash flow
perusahaan tersebut akan mencegah manajer untuk menggunakan sumber daya
perusahaan secara serampangan (Jensen & Meckling, 1976).

Penggunaan utang akan mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham


dan manajer, namun dengan penerbitan utang ini juga akan memungkinkan timbulnya
konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Teori keagenan untuk
struktur modal menyatakan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan
meminimalkan biaya konflik yang mungkin terjadi antar pihak yang terlibat. Jensen
dan Meckling (1976) berargumen bahwa biaya keagenan memainkan peran penting
dalam dalam keputusan pendanaan karena konflik yang mungkin terjadi antara
pemegang saham dan pemegang obligasi atau utang. Bila perusahaan mengalami
kesulitan keuangan, pemegang saham dapat mendorong manajemen untuk mengambil
tindakan, yang mungkin dapat berdampak pada perpindahan dana atau expropriasi
dari pemegang obligasi atau utang ke pemegang saham. Pemegang obligasi atau utang
yang menyadari hal tersebut akan menuntut tingkat hasil yang lebih tinggi apabila
terlihat adanya potensi transfer kekayaan tersebut.

Namun utang dan pembayaran bunga dapat mengurangi konflik keagenan


antara pemegang saham dan manajer. Pemegang obligasi atau utang memiliki hak
legal untuk meminta ganti rugi bila manajemen gagal dalam membayar bunga ketika
jatuh tempo, sehingga manajemen akan menghadapi kemungkinan kehilangan
pekerjaan bila mereka gagal menjalankan perusahaan secara efisien. Hal ini akan
mendorong konvergensi antara tujuan pemegang saham dan manajer untuk
meningkatkan kekayaan pemegang saham (Buferna et al., 2005).

Menurut Hanafi (2012) teroti mengenai struktur modal terdiri dari :

1. Pendekatan tradisional 2. Pendekatan modigiliani dan Miller (MM)

3. Teori Trade off

4. Model Miller dengan Pajak dan Personal

5. Pecking Order Theory

6. Teori Asimentri: Informasi dan Signaling

Dari teori yang dikemukakan oleh Hanafi, selanjutnya dijelaskan hanya pada
teori pendekatan tradisional dan teori asimetri informasi dan signaling, yaitu :

7. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal.


Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Struktur modal bisa diubah-ubah agat bisa diperoleh nlai perusahaan yang optimal.
8. Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimentri mengatakan
bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai inforamsi
yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai
informasi yang leboh baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai
informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa
dikatakan terjadi asimetri informasi antara mangemen dan investor. Teori signaling
adalah model dimana struktur modal (pengguna utang) merupakan signal yang
disampaikan oleh manajer kepasar. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa
mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani
menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal
tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demian
utang merupakan atau signal positif.

D. Teori-teori kapitalisasi

Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Berdasarkan pendapatan atau earning nilai suatu perusahaan dapat ditentukan


berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer
tertentu.

2. Berdasarkan pengeluaran atau cost kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost


dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

Over dan under capitalization

- Over capitalization akan terjadi apabila:

1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal
yang di investasikan, atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada
fair rate of return.

2. Jumlah nilai sekuritas yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.

- Under capitalization terjadi apabila:

1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis
lainya.

2. Jumlah nilai securitas yang tercantum dalam neraca jauh lebih kecil daripada nilai
riil dari pada assetnya.

E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

1. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, sehingga dapat


menggunakan hutang relatif besar.

2. Struktur Aktiva

Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dapat menggunakan hutang
relatif besar.

3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk


ekspansi.
P. Profitabilitas

Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan; laba ditahan → hutang
→ jual → saham baru (untuk menghindari pengawasan eksternal).

Q. Variabel Laba dan Perlindungan Pajak (Tax Shield)

Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.

6. Skala Perusahaan

Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada korelasi
positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio.

7. Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Makro

Saat yang tepat menjual saham atau obligasi; tingkat bunga pasar rendah dan pasar
bursa sedang bullish (lawan dari bearish)

F. Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal

1. Teori pendekatan laba bersih (net income approach) NI Pendekatan ini dapat
diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi (Ko) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya
dengan tingkat biaya utang (Kd) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan
karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin
besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin
kecil.

2. Teori pendekatan laba operasi bersih (operating net income approach) NOI Teori
ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang (Ke) konstan, berapapun jumlah
utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda.

a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih.

b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat.

Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan juga harus
meningkat, konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan
struktur modal menjadi tidak penting.

G. Keputusan Struktur Modal dalam Praktik

a. Analisis EBIT - EPS

Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif
pendanaan terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan EBIT (Earning Before
Interest and Tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih
sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) dibagi jumlah lembar saham perusahaan
yang beredar. Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan
cara:

1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu, dan

2. Mengulang langkah pertama untuk EBIT yang berbeda-beda. Hasilnya kemudian


digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.

Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam


memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference
point, perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan
saham akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika
actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil
keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard (tingkat
variabilitas) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari
dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta
dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, manajemen
harus lebih hati-hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya.
Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT
cukup jauh di atas indifference point.
EAT (saham) EAT (hutang)

= Jumlah saham Jumlah saham (EBIT* C1) (1-T) (EBIT* - C2) (1-T)

= S1 S2

Dimana:

EBIT* = Indifferent point

CI = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1

C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2

S1= Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1

S2= Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2

T = Tingkat pajak

b. Perbandingan Rasio - Rasio Leverage

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif
pendanaan terhadap rasio-rasio leverage (penggunaan hutang). Manajemen kemudian
dapat membandingkan rasio-rasio yang ada saat ini dan rasio-rasio pada alternatif
pendanaan tertentu dengan rasio-rasio industri sejenis. Rasio Leverage terdiri dari (1)
Rasio Hutang (debt ratio), dan (2) Rasio Jaminan (coverege ratio).

Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kewajiban jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan untuk
membayar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung rasio
hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung rasio
jaminan, informasi dari laporang rugi-laba yang dipergunakan.

Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sebagi berikut:


1. Rasio Hutang:

- Total hutang/Total aktiva

- Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)

- Total hutang/ Modal sendiri

2. Rasio Jaminan:

- Time interest earned EBIT/Biaya bunga

- Debt service coverage = EBIT / [biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1-


pajak)]

Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan :

(1) posisi keuangan perusahaan pada saat ini,

(2) posisi keuangan perusahaan dengan alternatif alternatif pendanaan yang ada
seperti 100% modal sendiri, 100% hutang dan sebagainya. Rasio rasio tersebut
kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan tersebut,
manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi
perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan rasio yang
sama dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri
adalah jika perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang
dari rasio industri, ia harus memiliki alasan yang kuat.

c. Analisis Arus Kas Perusahaan

Metode ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas
perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan
persiapan suatu seri anggaran kas pada (1) kondisi perekonomian yang berbeda, (2)
struktur modal yang berbeda. Arus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat
dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap perusahaan (pokok pinjaman, bunga,
sewa dan dividen saham preferen) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar beban tetap bisa mengakibatkan
"financial insolvency".

Gordon Donaldson dari Harvard University menyarankan bahwa kapasitas


beban tetap perusahaan sebaiknya tergantung pada arus kas bersih perusahaan yang
diharapkan dapat terwujud pada saat perekonomian mengalami resesi. Dengan kata
lain, target struktur modal ditentukan dengan membuat rencana untuk menghadapi
"kondisi terburuk yang mungkin terjadi".

Rumus berikut mendifinisikan CBr, saldo kas yang diharapkan perusahaan pada akhir

periode resesi.

CBr = Co+ NCFr - FC

Dimana:

Co = Saldo ka pada awal resesi

NCFr = Arus kas bersih dari operasi selama resesi

FC = Beban tetap perusahaan

H. Analisis Subyektif Dalam Manajemen Struktur Modal

Dalam menentukan struktur modal perusahaan, manajemen juga menerapkan


analisis subyektif (judgment) bersama dengan analisis kuantitatif yang telah dibahas
didepan. Berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang
struktur modal adalah:
a. Kelangsungan hidup jangka panjang (Long-run viability)

Manajer perusahaan, khusunya yang menyediakan produk dan jasa yang penting,
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan jasa yang berkesinambungan. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.

b. Konsevatisme manajemen

Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang yang


"konservatif pula (sediki hutang) dari pada berusaha memaksimumkan nilai
perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.

c. Pengawasan

Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari pihak
kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenaut). Pengawasan ini dapat
mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat keputusan perusahaan.

d. Struktur aktiva

Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan hutang cenderung
menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya, perusahaan real estate
cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang bergerak
pada bidang riset teknologi.

e. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya tinggi cenderung
kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya
hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko bisnis ini dapat dilihat antara lain dari
stabilitas harga dan unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating
leverage, dan lain-lain.

f. Tingkat pertumbuhan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan modal yang besar.
Karena biaya penjualan (flotation cost) untuk hutang pada umumnya lebih rendah dari
fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung menggunakan lebih banyak hutang disbanding dengan perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan rendah.

g. Pajak

Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan
pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin
tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak.

h. Cadangan kapasitas peminjaman

Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal akan meningkat.
Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan hutang yang masih
memberikan kemungkinan menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang
relatif rendah.

I. Beberapa Catatan Tentang Kebijakan Struktur Modal

- Pada pertemuan tahunan Financial Management Association (FMA) pada tahun


1989, disimpukan beberapa hal mengenai struktur perusahaan.
a) Dalam praktik sangat sulit menentukan titik struktur modal yang optimal. Bahkan
untuk membuat suatu range untuk struktur modal yang optimal pun sangat sulit. Oleh
karena itu, kebanyakan perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu
banyak menggunakan hutang atau tidak.

b) Ada kenyataan bahwa walaupun struktur modal perusahaan dianggap jauh dari
optimal, tapi dampaknya pada nilai perusahaan tidak terlalu besar. Dengan kata lain
keputusan tentang struktur modal tidaklah sepenting keputusan investasi, yang
memiliki dampak yang lebih besar terhadap nilai perusahaan.

- Berdasarkan hal-hal di atas, sebaiknya perusahaan lebih memfokuskan diri pada


suatu tingkat hutang yang hati-hati (prudent) dari pada rusaha mencari tingkat hutang
yang optimal. Tingkat hutang yang "prudent" harus dapat memanfaatkan keuntungan
dari penggunaan hutang dan tetap menuju:

a) Mempertahankan risiko finansial pada tingkat yang masih terkendali.

b) Menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan.

c) Mempertahankan "credit rating" perusahaan.

- Keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis "trade-off" antara risiko dan
keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko perusahaan, tapi juga
meningkatkan keuntungan perusahaan oleh karena itu, struktur modal yang optimal
akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan.

I. Contoh Kasus Struktur Modal

1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba


operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat
kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar
11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut :

O Laba bersih operasi Rp 10.000.000


F Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000(-)
E Laba tersedia untuk pemegang saham Rp 8.500.000

ke Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)


S Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Persh Rp107.277.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,32 %
V Rp 107.277.000

Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham


= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850

2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham.Nilai obligasi pd


soal.1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lb, maka diperlukan maka
diperlukan Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lb.

Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat
keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko
(tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :

O Laba operasi Rp 10.000.000


F Bunga Rp 0 (-)
E Laba tersedia untuk Rp 10.000.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,10 (:)
S Nilai pasar saham Rp100.000.000
B Nilai pasar obligasi Rp 0 (+)
V Nilai keseluruhan persh Rp100.000.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp10.000.000 x 100% = 10%
V Rp100.000.000

Sehinga harga saham menjadi


= Rp 100.000.000 = Rp 84.750,-
(850 + 330)

Dengan demikian harga saham turun karna perubahan struktur modal.

3. Misalkan sekarang (dari contoh no.1) perusahaan menambah modal asingnya


dengan Rp 30.000.000 lagi, sehingga menjadi Rp 60.000.000,- dan saham akan
berkurang sebesar 330 lembar (Rp30.000.000 : Rp 90.910), shg saham tinggal 520 lb
(850lb – 330lb) Dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar
meningkat 6%. Sehingga besarnya ko(tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat dihitung
sebagai berikut :

O Laba bersih operasi Rp 10.000.000


F Bunga 6% x Rp 60.000.000 Rp 3.600.000(-)
E Keuntungan untuk Rp 64.000.000
pemegang saham biasa
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,14 (:)
S Nilai pasar saham Rp 45.714.000(+)
V Nilai Keseluruhan Rp105.714.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,46%
V Rp 105.714.000

Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,-


520

Kesimpulannya:

Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal
yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang
terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
dibandingkan soal no.1 dan no.3

Anda mungkin juga menyukai