Disusun oleh :
Amelia Agustina
NIM. 1562401092
ii
2.7 Harga Jual Produk ................................................................................................... 22
2.7.1 Pengertian Harga Jual Produk ...................................................................... 22
2.7.2 Penetapan Mark Up...................................................................................... 23
III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................................................... 27
3.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................................. 27
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................................... 27
3.1.2 Struktur Organisasi ................................................................................... 28
3.1.3 Proses Produksi ......................................................................................... 30
3.2 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 31
3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 31
3.2.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 32
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.2.4 Teknik Analisis Data................................................................................. 33
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis dan Harga Roti pada Alfasa Bakery ................................................... 27
Tabel 3.2 Jadwal pemasaran produk Alfasa Bakery ................................................... 28
Tabel 3.3 Jenis Biaya yang Diperlukan dalam Pembuatan Roti ................................. 33
Tabel 3.4 Biaya Overhead Pabrik ............................................................................... 34
Tabel 3.5 Klasifikasi Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas .......................................... 34
v
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan dalam
setiap aktivitas bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Selain itu, adanya
kecenderungan lingkungan yang semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat,
daur hidup produk semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, dan
standar kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat. Salah satu yang
terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah proses produksi,
yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan teknologi ini, maka proporsi biaya
overhead dalam elemen harga pokok produksi akan menempati porsi yang lebih besar
sehingga diperlukan kalkulasi dan pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai
dengan proporsi aktivitas yang dikonsumsi.
Dalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya tradisional kurang
sesuai lagi untuk diterapkan di era teknologi yang modern seperti saat ini. Menurut
Rudianto (2013) dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisioal mulai
dirasakan tidak mampu menghasilkan biaya produk yang akurat lagi. Tujuan
keakuratan adalah untuk mengukur dan membebankan biaya sumber-sumber yang
dikonsumsi oleh suatu objek biaya. Menurut Rudianto (2013) Biasanya biaya bahan
baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan ke suatu jenis produk
tertentu dapat dihitung dengan akurat. Hal itu karena biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung dapat diidentifikasi dengan jelas untuk setiap jenis produk
yang dihasilkan. Tetapi dalam hal alokasi biaya overhead pabrik ke setiap jenis
produknyang dihasilkan perusahaan, tidak semudah dan seakurat biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Hal itu disebabkan karena biaya overhead
merupakan biaya pendukung dalam proses menghasilkan suatu produk, sehingga
secara langsung tidak melekat dalam kegiatan produksi.
Hal yang sering dihadapi dalam sistem Activity Based Costing (ABC) adalah
pembebanan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu diperlukan pembebanan biaya
1
overhead pabrik ke setiap jenis produk pada aktivitas yang tepat. Menurut Hansen
(2011) pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan melalui 2 tahap yaitu:
pertama, biaya overhead dikumpulkan dalam kelompok pada tingkat pabrik atau
departemen. Kedua, setelah kelompok didefinisikan, overhead dibebankan pada
produk dengan dikelompokkan pada tingkat unit, yang paling umum adalah dengan
jam tenaga kerja langsung.
Penetapan harga pokok produksi yang lengkap dan akurat sangat dibutuhkan
sebagai dasar atau pedoman dalam menentukan harga jual untuk dapat bersaing dalam
pasar. Jika perhitungan harga pokok produksi tidak tepat maka penentuan harga jual
produk juga tidak tepat. Perhitungan harga pokok produksi yang tidak tepat karena
tidak termasuk komponen biaya overhead pabrik akan menyebabkan harga jual terlalu
tinggi atau rendah sehingga perusahaan tidak bisa bersaing di pasar.
Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya
tradisional dengan ABC adalah jumlah Cost driver (pemicu biaya) yang digunakan
dalam metode ABC lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya
tradisional. Menurut Supriyono (2007) perhitungan harga pokok produksi dengan
sistem ABC sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan ketelitian dalam
pembebanan biaya produksi. Sistem ABC tidak hanya meningkatkan ketelitian
pembebanan biaya, namun juga menyediakan informasi tentang biaya berbagai
aktivitas sehingga memungkinkan manajemen memfokuskan diri pada aktivitas-
aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya dengan cara
menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien,
menghilangkan aktivitas yang tak bernilai tambah dan sebagainya.
Usaha Alfasa Bakery merupakan usaha yang bergerak dalam bidang produksi
roti tawar dan roti manis. Usaha ini berdiri pada awal tahun 2015 dan memproduksi 2
jenis produk yang berbeda yaitu roti tawar dan roti manis. Usaha ini masih
menggunakan sistem perhitungan konvensional dalam menghitung biaya produksinya
untuk menentukan harga roti yang dijual yang dipasarkan usaha ini.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi dapat
mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau
2
terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk
sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan
mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua hal tersebut dapat
diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual yang tepat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terlebih dahulu dengan pemilik usaha,
dalam menjalankan usaha pabrik roti Alfasa Bakery memproduksi roti berdasarkan
produksi massa. Dalam perhitungan harga pokok produksi, Alfasa Bakery masih
menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional, yaitu jumlah biaya overheadnya
langsung dibagi dengan jumlah seluruh volume produksinya dan tidak dibebankan
berdasarkan aktivitas untuk masing-masing produk. Alfasa Bakery belum
memperhitungkan harga jual untuk setiap produknya. Hal ini akan berdampak pada
penetapan harga jual setiap produk yang tidak tepat. Pabrik roti Alfasa Bakery masih
menggunakan harga pasar sebagai acuan dalam menetapkan harga jual produknya.
Jika usaha yang menggunakan beberapa teknologi sebagai
penunjang proses produksinya dalam melakukan diversifikasi produk, maka
pembebanan biaya overhead pabrik harus dilakukan dengan akurat agar tidak
menyebabkan distorsi dan tidak tercapainya cost effective yang pada akhirnya akan
membahayakan posisi usaha sendiri. Dengan tuntutan itu maka pemilik memerlukan
informasi mengenai biaya produksi yang digunakan dalam rangka memproduksi
produk yang akan ditawarkan ke pasaran. Dengan mempelajari biaya produksi maka
harapan bagian keuangan akan dapat melakukan penghematan dan
pengendalian biaya produksi dalam rangka untuk dapat menciptakan harga jual yang
kompetitif. Penerapan metode ABC sangat tepat diterapkan pada usaha Alfasa Bakery
ini. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Penerapan Activity Based Costing System dalam Menetapkan Harga Jual Produk pada
Alfasa Bakery”.
3
1.2 Rumusan Masalah
Batasan masalah yang ingin di teliti penulis dalam penelitian ini adalah
perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem ABC. Data yang digunakan
adalah data dari bulan Januari hingga Desember tahun 2017.
1. Bagi penulis
a. Dapat mengetahui cara menghitung harga pokok produksi menggunakan
sistem ABC;
b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Politeknik Caltex Riau.
2. Bagi usaha
a. Memberi gambaran pada usaha tentang sistem ABC;
b. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan sebagai dasar membuat
kebijaksanaan mengenai pengembangan usaha selanjutnya.
3. Bagi pihak lain
4
a. Diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dan pengetahuan di
bidang Akuntansi Biaya.
b. Sebagai acuan pembuatan penelitian- penelitian selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Guna memberikan gambaran singkat mengenai penelitian ini maka penulis akan
menggambarkan sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab yang berkaitan
satu dengan yang lainnya. Berikut adalah sistematika penulisan:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan ada empat sub bab yang akan menguraikan tentang
gambaran umum mengenai harga pokok produksi, sistem akuntansi
tradisional, dan sistem ABC.
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam BAB ini akan digambarkan secara umum tentang hal-hal yang
menyangkut tentang usaha yang akan diteliti.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB ini menguraikan pembahasan yang diteliti terkait bagaimana cara
perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dan perbedaannya
dengan metode tradisional.
BAB V : PENUTUP
BAB ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang dianggap
perlu yang dibuat oleh penulis.
5
II TINJAUAN PUSTAKA
6
aktivitas dan menggunakan pemicu biaya lebih dari satu untuk mengalokasikan ke
setiap produk.
2.2.1 Biaya
7
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari :
a. Biaya Bahan Baku
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
c. Biaya Overhead
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan :
a. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3. Penggolongan biaya berdasarkan penelusuran ke objek biaya :
a. Biaya langsung
Biaya langsung (dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya) adalah
biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada,
maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung (tidak dapat dengan mudah ditelusuri ke objek
biaya) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibayarinya.
4. Penggolongan biaya menurut perubahan volume aktivitas :
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang secara total selalu mengalami
perubahan sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
b. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung biaya variabel dan biaya
tetap, perubahan ini tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semifixed
8
Biaya semifixed adalah biaya yang totalnya tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap untuk suatu periode tertentu
dan per unitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan
tertentu.
5. Penggolongan biaya berdasarkan jangka waktu dan manfaatnya :
a. Pengeluaran modal (capital expenditure)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun
kalender).
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
9
Akuntansi biaya menghasilkan informasi untuk memenuhi berbagai macam tujuan
penentuan kos produksi, pengendalian biaya dan tujuan pengambilan keputusan.
10
2.4.3 Komponen Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2015), didalam penentuan kos produksi dipengaruhi oleh
pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang
diperhitungkan dalam kos produksi : metode full costing dan metode variabel costing.
Dalam metode full costing, biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos
produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Dalam metode
variabel costing, biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos produksi
adalah hanya terdiri dari biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Dunia dan Abdullah (2012) mengatakan bahwa kegiatan manufaktur merupakan
proses transformasi atas bahan-bahan menjadi barang dengan menggunakan tenaga
kerja dan fasilitas pabrik. Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan
manufaktur ini disebut dengan biaya produksi. Biaya ini diklasifikasi dalam tiga
elemen utama sehubungan dengan produk yang dihasilkan yaitu :
1. Biaya Bahan Langsung (direct material cost).
Menurut Bustami dan Nurlela (2013) biaya bahan baku langsung adalah
bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk
selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Jadi, dapat
dikatakan bahwa biaya bahan baku langsung adalah biaya yang keluar dari
pemakaian suatu bahan baku untuk membuat suatu produk. Merupakan biaya
perolehan dan seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral yang
membentuk barang jadi (finished goods).
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labour cost)
Menurut Bustami dan Nurlela (2013) tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi
produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai..
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja langsung
adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.
11
3. Biaya Overhead Pabrik (factory overhead)
12
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan
ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan
biaya amortisasi kerugian trialrun.
6) Biaya Overhead Pabrik Lain yang Secara Langsung Memerlukan
Pengeluaran Uang Tunai.
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
Berdasarkan unsur-unsur harga pokok produksi yang dinyatakan
oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur harga
pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut perilakunya
dalam hubungan dengan perubahan volume produksi Biaya Overhead
Pabrik dilihat dari perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume
produksi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1) Biaya Overhead Pabrik tetap
Biaya Overhead Pabrik tetap adalah Biaya Overhead Pabrik yang
totalnya tetap dan per unitnya berubah-ubah dalam perubahan volume
kegiatan tertentu.
13
pengendalian biaya, Biaya Overhead Pabrik semivariabel dibagi
menjadi dua yaitu:
a) Biaya tetap
b) Biaya variabel
c) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut hubungannya
dengan departemen
Dilihat dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada
di pabrik, Biaya Overhead Pabrik dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a) Biaya Overhead Pabrik langsung departemen (direct departmental
overhead expenses)
b) Biaya Overhead Pabrik tidak langsung departemen (indirect
departmental overhead expenses)
14
biaya produksinya. Biaya pemasaran serta administrasi dan umum tidak
diperhitungkan ke dalam kos produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan
dikurangkan langsung dari laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha. Oleh karena
itu, dalam Sistem Konvensional biaya produknya terdiri dari Biaya Bahan Baku (BBB),
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) dan Biaya Overhead Pabrik (BOP).
15
ABC System ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih terus
berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan tentang ABC System.
Selain itu Menurut Wasilah (2012) mendefenisikan ABC sebagai “suatu sistem
pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada
di perusahaan”. Sedangkan Siregar dkk (2014) mengemukakan bahwa ABC
merupakan “metode penentuan biaya produk yang pembebanan biaya overhead
berdasarkan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam kaitannya dengan proses
produksi”.
Menurut Mulyadi (2014) ABC yaitu sistem informasi biaya yang berorientasi
pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel
perusahaan melakukan pengolahan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini
menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara
akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.
Berdasarkan pendapat beberapa menurut para ahli tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa ABC merupakan perhitungan biaya yang menekankan pada
aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih banyak sehingga dapat
mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat
membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan keputusan
perusahaan. Sistem ABC tidak hanya difokuskan dalam perhitungan kos produk secara
akurat, namun dimanfaatkan untuk mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi
tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.
16
2. Menyediakan informasi untuk pemberdayaan karyawan agar menjadi
business people, tidak sekedar karyawan gajian (hired hands).
3. Menyediakan informasi biaya untuk kepentingan customer-nya-operating
personnel.
4. Menyediakan informasi biaya multidimensi bagi operating personnel.
17
Gambar 2.1 Falsafah yang melandasi sistem ABC
18
kegiatan memproduksi suatu produk. Aktivitas-aktivitas terdiri dari empat
kategori yaitu:
1) Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities)
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
memproduksi setiap unit. Biaya yang timbul pada aktivitas ini adalah
biaya-biaya yang akan meningkat setiap satu unit di produksi. Pemicu
berdasarkan unit adalah tolok ukur yang akan berubah sejalan dengan
jumlah unit yang diproduksi, jika produksi ditingkatkan maka biaya juga
akan bertambah besar. Contohnya jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga
kerja langsung, jam mesin dan sebagainya.
2) Aktivitas tingkat batch(Batch-Level Activities)
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini
dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas
yang termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas penjadwalan
produksi dan aktivitas pengolahan bahan.
3) Aktivitas tingkat produk (Product-Level Activities)
Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung diproduksinya berbagai macam produk dalam suatu
perusahaan.Aktivitas tingkat produk tidak dipengaruhi oleh produksi dan
oleh penjualan batch atau unit.Biaya pada tingkat produk adalah biaya-
biaya yang terjadi untuk mendukung diproduksinya sejumlah produk yang
berbeda, contohnya biaya pengembangan produk.Pemicu berdasarkan
produk adalah tolok ukur aktivitas yang berbeda sejalan dengan jumlah
produk yang diproduksi berbeda.
4) Aktivitas tingkat fasilitas (Facility-Level Activities)
Aktivitas berlevel fasilitas disebut juga sebagai aktivitas penopang
fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur
secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas
pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini
19
tidak berhubungan dengan volume produksi. Contoh aktivitas ini yaitu:
Kebersihan pabrik, pemeliharaan pabrik, dan penyusutan pabrik.
b. Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas
c. Menentukan kelompok-kelompok biaya (Cost pool) yang homogen
Dalam langkah ini, berbagai biaya overhead diklasifikasi menjadi
kelompok-kelompok biaya homogen dimana masing-masing kelompok terdiri
dari biaya-biaya yang tergantung pada satu faktor pemicu biaya (Cost driver).
Cost driver adalah faktor-faktor penyebab terjadinya biaya overhead.
d. Penentuan tarif (pool rate)
Langkah ini merupakan langkah akhir dalam alokasi tahap pertama yaitu
menentukan pool rate yang dihitung dengan cara membagi total biaya overhead
untuk kelompok aktivitas tertentu dengan dasar pengukur aktivitas tertentu
(Cost driver).
Tarif = Total biaya overhead per kelompok aktivitas
Pemicu biaya
2. Alokasi tahap kedua (second stage allocation)
Alokasi tahap kedua yaitu proses dimana tarif aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya ke produk dan pelanggan dalam sistem ABC. Langkah-
langkah dalam tahap ini adalah:
a. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan
ukuran aktivitas. Tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya produk
dan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan cara mengalikan tarif overhead per
kelompok biaya dengan besarnya pemicu biaya yang digunakan.
Overhead yang dibebankan = tarif x unit pemicu biaya kelompok yang
digunakan
Kemudian biaya overhead per unit dihitung dengan menggunakan rumus:
20
2.6.4 Manfaat Penerapan Sistem ABC
Manfaat penerapan sistem ABC menurut Ahmad Dunia dan Wasilah (2012),
yaitu:
1. Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi dalam proses
produksi, baik per departemen, per produk ataupun per aktivitas. Hal ini
mungkin dilakukan dengan proses ABC, mengingat penerapan sistem ABC
harus dilakukan melalui analisis atas aktivitas yang terjadi di seluruh
perusahaan.
2. Membantu pengambilan keputusan dengan baik karena perhitungan biaya
atas suatu objek biaya menjadi lebih baik karena perhitungan biaya atas
suatu objek biaya menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan karena perusahaan
lebih mengenal perilaku biaya overhead pabrik dan dapat membantu
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk objek yang
lebih menguntungkan.
3. Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada
level individual dan level departemental. Hal ini dapat dilakukan mengingat
ABC lebih focus pada biaya per unit (unit cost) dibandingkan total biaya.
Sedangkan menurut Mulyadi (2012), manfaat ABC system adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi customer.ABC
system menjadikan aktivitas sebagai titik pusat perhatian personel
organisasi. Berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas diidentifikasi
dan disediakan bagi personel untuk memungkinkan personel memahami
hubungan antara produk dan jasa dengan aktivitas dan hubungan antara
aktivitas dengan sumber daya. Berdasarkan pemahaman ini, personel dapat
mengelola secara efektif sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas
dan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk dan jasa.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis
aktivitas (activity-based budget). ABC system menyediakan informasi
21
berlimpah tentang aktivitas yang memampukan personel untuk
merencanakan improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk
memberikan layanan bagi customer. Berdasarkan informasi tentang aktivitas
ini (misalnya informasi tentang resource drivers), personel juga dapat
memprakirakan cost reduction target secara akurat sebagai hasil
improvement yang direncanakan. Oleh karena cost reduction target disusun
berdasarkan rencana pengurangan atau penghilangan yang jelas terhadap
non-value added activities, maka kemungkinan keberhasilan pencapaiannya
akan semakin tinggi, karena perhatian dan usaha personel ditujukan ke
penyebab terjadinya biaya, yaitu aktivitas.
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana
pengurangan biaya
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut Wiwik & Dhyka (2017) harga merupakan cerminan pemahaman yang
mendalam pihak perusahaan mengenai konsumen, kompetitor, dan biaya perusahaan
itu sendiri. Kemampuan untuk menentukan harga jual yang tepat akan menentukan
nasib penjualan produk di pasaran. Menurut Wiwik & Dhyka (2017) dalam proses
penetapan harga jual suatu produk, perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang
terdiri dari enam langkah pokok, yaitu:
1. Memilih Sasaran Harga
Sasaran berorientasi pada volume penjualan dilakukan perusahaan dengan
mengatur harga sedemikian rupa untuk meningkatkan volume penjualan.
Perusahaan mengasumsikan bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan
menghasilkan biaya per unit lebih rendah dan laba jangka panjang lebih tinggi serta
berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga.
2. Menentukan Permintaan
22
Perusahaan menentukan permintaan yang akan memperlihatkan jumlah produk
yang akan dibeli di pasar dalam periode tertentu, pada berbagai tingkat harga.
Makin inelastis permintaan, makin mampu perusahaan menaik-turunkan
harganya. Jika permintaan hampir tidak berubah dengan adanya perubahan kecil
terhadap harga, maka permintaan itu disebut inelastis, tetapi jika permintaan itu
berubah banyak maka permintaan itu disebut elastis.
3. Memperkirakan Biaya
Perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada berbagai tingkat produksi dan
perilaku biaya kurva pengalamannya. Perusahaan perlu mengetahui bagaimana
biaya bervariasi dengan berbagai tingkat produksi agar dapat menetapkan harga
yang tepat.
4. Menganalisis Biaya, Harga, dan Penawaran Pesaing.
Dengan mengetahui biaya, harga dan kualitas, perusahaan dapat menggunakan
sebagai titik orientasi untuk menetapkan harga. Jika ada pesaing utama, maka
perusahaan pelu menetapkan harga dekat dengan harga pesaing.
5. Memilih Metode Penetapan Harga
Perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode harga.
6. Memilih Harga Akhir
Harga merupakan keputusan penting perusahaan yang menyangkut banyak hal,
antara lain: kemampuan menutup biaya, kinerja, dan kemampuan pasar.
23
Jadi mark-up tersebut dipakai untuk menutup biaya overhead dan laba bagi
perusahaan. Biasanya mark-up ini ditentukan dengan persentase dari biaya
produk atau harga jualnya. Biasanya para produsen menentukan mark-up nya
berdasarkan biaya.
Harga Jual = Total Biaya Produk + (1 + % mark up)
Menurut Kotler & Keller (2012), salah satu alasan menggunakan mark up
pricing adalah karena kurangnya ketidakpastian pada biaya daripada permintaan.
Dengan mendasarkan pada biayanya, penetapan harga ini menjadi lebih
sederhana dan penjual tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap
permintaan.
2. Penetapan Harga Break Even (Break Even Pricing)
Dalam Break-Even Pricing dapat diketahui tentang bagaimana satu satuan
produk itu dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam
dalam produk tersebut.
dimana :
TBE = titik break even P = penjualan
BTT = biaya tetap total H = harga jual per unit
BV = biaya variabel BVR = biaya variabel rata-rata
Untuk meninjau break-even pricing secara lebih mendalam kita bisa
mengadakan analisa tabuler. Volume break-even diperoleh dari pembagian
antara biaya tetap total dengan marjin yang ada pada setiap tingkat harga.
Kemungkinan masalah yang paling serius dalam penetapan harga break-
even ini adalah masalah kurangnya permintaan. Penentuan harga yang optimal
sangat dipengaruhi oleh hubungan antara harga jual eceran dengan jumlah
produk X yang akan dibeli oleh konsumen. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ini antara lain:
24
a. Faktor saingan
b. Pengalaman dalam penetapan harga.
c. Kondisi dan produk yang ditawarkan.
3. Penetapan Harga Rate of Return (Rate of Return Pricing)
Kebijaksanaan penetapan harga untuk mencapai tingkatan pengembalian
investasi (rate of return on investment) merupakan kebijaksanaan yang banyak
dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar. Faktor utama untuk dapat
dilaksanakannya prosedur tersebut adalah Estimasi permintaan dan Penggunaan
fasilitas.
Tingkat pengembalian pada Investasi (return on investment) dapat dicari
dengan rumus :
ROI = Laba x 100 %
Investasi
Adapun masalah-masalah yang dihadapi dalam rate of return pricing,
adalah :
a. Pengestimasian penjualan yang dipakai untuk menentukan harga
meskipun jumlah unit yang terjual itu sendiri merupakan fungsi harga.
b. Rate of return pricing ini dapat menimbulkan fluktuasi dalam
keuntungan karena jumlah penghasilan yang diterima langsung
dipengaruhi oleh estimasi penjualan.
4. Penetapan Harga Biaya Variabel (Variabel Cost Pricing)
Penetapan harga biaya variabel ini didasarkan pada suatu ide bahwa biaya
total tidak selalu harus ditutup untuk menjalankan kegiatan bisnis yang
menguntungkan. Sistem penetapan harga biaya variabel ini dapat dipakai untuk
menentukan harga minimum yang dapat dikuasai.
Penetapan harga biaya variabel ini sering dijumpai dalam situasi dimana
biaya tetap merupakan bagian yang besar dalam biaya total. Perusahaan
angkutan kereta api dan perusahaan penerbangan adalah dua contoh industri
yang memerlukan biaya tetap tinggi dan sering memakai penetapan harga biaya
25
variable untuk meningkatkan volumenya. Sebagai contoh, mereka sering
memberikan reduksi kepada anak-anak sekolah atau rombongan tertentu.
26
III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
27
Harga dari Harga Pasar
Nama Produk Roti
Pabrik (Rp) (Rp)
7 Nenas 9.000 10.000
8 Varian 3 rasa (Sarikaya, Cokelat, Kelapa) 9.000 10.000
9 Kelapa isi 5 (bulat) 5.000 6.000
10 Kelapa isi 6 (panjang) 5.000 6.000
(Sumber: Alfasa Bakery)
Setiap harinya, Alfasa Bakery mendistribusikan produknya ke dalam kota
Pekanbaru maupun luar kota Pekanbaru menggunakan mobil APV milik Alfasa
Bakery. Setiap harinya, dua orang pegawai Alfasa Bakery melakukan distribusi produk
roti ke berbagai daerah sesuai dengan hari yang di tentukan. Berikut adalah jadwal
pemasaran produk Alfasa Bakery.
Tabel 3.2 Jadwal pemasaran produk Alfasa Bakery
28
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Alfasa Bakery
(Sumber: Alfasa Bakery)
Adapun penjelasan tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pemilik
Pemilik perusahaan memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Sebagai pimpinan tertinggi yang mengawasi dan mengontrol kegiatan
produksi yang terjadi di pabrik roti tersebut.
b. Membuat kebijakan dan keputusan terhadap kemajuan perusahaan.
2. Bagian Distribusi/Pemasaran
Bagian pemasaran memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Mengantarkan dan memasarkan hasil produksi Alfasa Bakery ke daerah
Pekanbaru dan Luar Pekanbaru
b. Mengambil pendapatan dari hasil penjualan disetiap toko-toko atau
swalayan yang dititipkan roti.
3. Bagian Produksi
Bagian produksi merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi, adapun tugas dan wewenang bagian produksi yaitu:
29
a. Melaksanakan pembuatan roti mulai dari pengadonan hingga
pengemasan.
b. Mengawasi dan mengatur kegiatan produksi.
Bagian produksi memiliki 3 departemen/ bagian utama untuk membantu
kegiatan produksi. Keempat bagian ini terdiri dari:
1) Bagian Pengadonan
a) Membuat resep yang telah distandarkan dari perusahaan untuk setiap
produk.
b) Menentukan standar penggunaan bahan baku dan membuat adonan
untuk memproduksi roti tawar dan roti manis.
Pada bagian ini terdapat 2 orang karyawan yang dipercaya untuk
menetapkan resep.
2) Bagian Pencetakan
Pada bagian ini dilakukan pencetakan roti tawar dan roti manis secara
manual tanpa menggunakan mesin.
3) Bagian Pemanggangan
Setelah kedua roti tersebut dicetak, kemudian roti tersebut dipanggang
sesuai standar operasionalnya oleh bagian pemanggangan.
30
2. Penyiapan loyang
Sebelum adonan roti tersebut dioven, karyawan terlebih dahulu mempersiapkan
nampan dan loyang agar steril sebelum digunakan. Untuk kegiatan ini perusahaan
hanya membutuhkan 2 (dua) orang untuk mencuci dan membersihkan nampan/
loyang.
3. Proses pencetakan
Setelah adonan roti tersebut selesai, kemudian adonan tersebut dipotong-potong
secara manual dengan mengukur berat dari adonan tersebut. Setelah dicetak, adonan
tersebut disusun di dalam loyang yang telah disediakan. Khusus untuk produk roti
manis, proses dilanjutkan dengan mengisi selai/rasa dengan varian rasa yang
bermacam-macam secara manual.
4. Proses Pengembangan Adonan
Pada proses ini, adonan yang telah dicetak, selanjutnya adonan dikembangkan
didalam loyang dengan cara ditutup menggunakan plastik agar suhu udara yang
dibutuhkan dalam proses pengembangan didapatkan.
5. Proses pemanggangan
Adonan yang telah dicetak dan disusun didalam loyang, kemudian dipanggang
dengan menggunakan mesin oven dan dipanggang selama kurang lebih 20 menit.
Dalam 1 mesin oven dapat dimasukkan hingga 18 loyang sekaligus.
6. Proses Pendinginan dan Pengemasan
Roti yang telah dipanggang, didinginan terlebih dahulu menggunakan kipas
angin. Setelah dingin, dikemas dengan rapi. Sebelum roti tawar dikemas, terdapat
kegiatan tambahan yaitu khusus untuk produk roti tawar kupas harus di potong
pinggiran roti tersebut dengan menggunakan mesin kupas.
31
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2015) data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data ini perlu dicari melalui
narasumber, yaitu orang yang kita jadikan sebagai perantara untuk mendapatkan
informasi ataupun data. Data ini bersumber dari Alfasa Bakery, adapun data yang
diperlukan adalah data biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead, dan perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan sistem
akuntansi tradisional pada tahun 2017.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2015) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Penelitian ini membutuhkan sebagian
data sekunder berupa informasi dari buku para ahli untuk memenuhi kebutuhan
kajian pustaka dan literatur metode penelitian.
32
Tabel 3.3 Jenis Biaya yang Diperlukan dalam Pembuatan Roti
33
1. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari perusahaan. Berikut data-data
yang dibutuhkan:
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik
Berikut data-data biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk penelitian:
Tabel 3.4 Biaya Overhead Pabrik
34
Level Aktivitas Komponen BOP
Level Batch -
Aktivitas Level Fasilitas Biaya sewa bangunan
b. Pembebanan biaya ke aktivitas
Menentukan berapa banyak biaya untuk melakukan tiap aktivitas. Hal ini
membutuhkan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap aktivitas.
Pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dengan menggunakan
penelusuran langsung dan penggerak biaya. Jika sumber daya dibagi oleh
beberapa aktivitas, maka pembebanan dilakukan melalui penelusuran
penggerak yang disebut penggerak sumber daya. Penggerak sumber daya
adalah faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktivitas.
c. Pembebanan biaya pada produk
Setelah biaya dialokasian ke masing-masing aktivitas, maka biaya
tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan
aktivitas penggunaannya.
d. Menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC.
3. Menghitung Harga Jual per unit.
Harga Jual = Total biaya (produksi dan non produksi) x (1+%Mark Up)
35