Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &

MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah dari bahan
baku menjadi barang jadi dan memasarkan hasil produksinya tersebut. Ada
tiga fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran dan fungsi administrasi dan umum (Dian Indah Sari, 2018).
Bagian yang dibetuk untuk melaksanakaan fungsi produksi dibagi
menjadi dua kelompok yaitu bagian yang mengolah secara langsung bahan
baku menjadi produk jadi dan bagian yang membantu menyediakan jasa
untuk memperlancar proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Pada kelompok pertama disebut departemen produksi dan kelompok kedua
disebut departemen pembantu (Dian Indah Sari, 2018).
Secara garis besar proses pengolahan produk dalam perusahaan
manufaktur dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu proses produksi
berdasarkan pesanan dan proses produksi massa. Perusahaan yang proses
produksinya berdasarkan pesanan mengumpulkan biaya produksinya dengan
metode kos pesanan. Perusahaan yang proses produksinya berupa produksi
masssa mengumpulkan biaya produksinya dengan metode kos proses (Dian
Indah Sari, 2018).
Akuntansi biaya dalam perhitungan harga pokok produksi berperan
menetapkan, menganalisa dan melaporkan pos-pos biaya yang mendukung
laporan keuangan sehungga dapat menunjukkan data yang wajar. Akuntansi
biaya menyediakan data-data biaya untuk berbagai tujuan maka biaya-biaya
yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan dan dicatat dengan
sebenarnya, sehingga memungkinkan perhitungan harga pokok produksi
secara teliti (Pradana Setiadi, dkk, 2014)
Perhitungan harga pokok produksi adalh hal yang perlu diperhatikan
dalam penentuan harga jual sauatu produk. Perhitungan harga pokok produksi
yang tepat dan akurat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap
perusahaan, karena tanpa adanya perhitungan harga pokok produksi yang

PROCESS COSTING 1
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

tepat dan akurat, perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan mengalami


masalah. Kegiatan produksi memerlukan pengorbanan sumber ekonomi
berupa berbagai jenis biaya untuk menghasilkan produk yang akan
dipasarkan. Biaya biaya ini akan menjadi dasar dalam penentuan Harga
Pokok Produksi (HPP) (Pradana Setiadi, dkk, 2014)
1.2 Tujuan Praktikum
a. Praktikan mampu memahami dan menentukan harga pokok produksi
b. Praktikan mampu memahami jenis-jenis biaya
c. Praktikan mampu memahami penggunaan metode Process Costing
d. Praktikan mampu menganalisa data yang diolah dengan metode Process
Costing

PROCESS COSTING 2
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Harga Pokok Produksi
2.1.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Para Ahli
a. Menurut Dewi dan Kristanto (2013), Harga pokok produksi (cost of
goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntasi
berjalan. Semua biaya ini adalah biaya persediaan.
b. Menurut Mulyadi (2010), harga pokok merupakan pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, selain itu harga pokok
juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi
dalam pengolahan bahan baku menjadi produk.
c. Menurut Malue (2013), harga pokok produksi adalah pembebanan
unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu
proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk
jadi dan persediaan barang dalam proses.
d. Menurut Supriyono (2013:16), harga pokok produksi adalah jumlah
yang dapat diukur dalam uang dalam bentuk kas yang dibayarkan,
atau nilai aktiva lainnya yang diserahkan atau dikorbankan, atau nilai
jasa yang diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul,
atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang
diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang
telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan
yang akan terjadi).
e. Menurut Hansen dan Mowen (2010:162), harga pokok produksi
adalah biaya dari bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung pada produk dengan penelusuran langsung dengan
dibebankan biaya overhead pabrik secara spesifik menggunakan
penelusuran penggerak aktivitas tingkat unit dan alokasi.
f. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan harga pokok
produksi sebagai harga pokok barang yang diproduksi meliputi

PROCESS COSTING 3
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung serta biaya
produksi tidak langsung, dengan perhitungan saldo awal dan saldo
akhir barang dalam pengolahan.
g. Harga pokok produksi menurut Bastian dan Nurlela (2010) adalah
kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah
persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan
produk dalam proses akhir.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produksi merupakan keseluruhan dari biaya-biaya yang dikorbankan
sehubungan dengan proses produksi barang tersebut sehingga menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Biaya-biaya tersebut terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Harga pokok mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan harga jual produk. Penetapan biaya yang lebih tepat akan
menghasilkan harga pokok produksi/jasa yang lebih akurat. Oleh
karena itu, perusahaan harus benar-benar serius menangani harga pokok
produksinya (Suratinoyo, 2013).
2.1.2 Tujuan Harga Pokok produksi (HPP)
Tujuan dari penentuan harga pokok produksi (HPP) menurut Mulyadi
(2009) adalah:
a. Menentukan nilai persediaan barang jadi dan biaya overhead pabrik
yang tercantum dalam neraca dan laporan laba rugi pada akhir
periode akuntansi.
b. Sebagai alat untuk pengendalian biaya. Biaya yang sesungguhnya
terjadi dibandingkan dengan rencana biaya yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selanjutnya, dapat dilakukan tindakan perbaikan atau
koreksi yang diperlukan. Dengan demikian dapat diukur tingkat
efisiensi pada proses produksi tersebut.

PROCESS COSTING 4
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. Sebagai alat untuk menentukan harga jual barang jadi dan


menetapkan profit (keuntungan) yang akan diperoleh perusahaan
jika menjual barang tersebut.
d. Untuk mengetahui pos-pos biaya, agar tidak ada kesalahan dalam
mengalokasikan biaya sehingga harga pokok produksi menjadi
akurat dan harga jual produk dapat bersaing dengan kualitas yang
lebih baik.
e. Sebagai dasar penetapan tindakan/cara produksi pada suatu
perusahaan.
2.1.3 Manfaat Harga Pokok Produksi (HPP)
Menurut Daljono (2011:35), dengan mengetahui harga pokok produk,
manajer dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan antara
lain:
a. Menentukan harga jual.
b. Mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan.
c. Memantau realisasi biaya.
d. Menghitung laba/rugi tiap produk.
e. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang akan disajikan di neraca.
2.2 Unsur-unsur biaya harga pokok produksi
Dalam memproduksi suatu produk, akan diperlukan beberapa biaya
untuk mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya produksi menurut
Mulyadi (2000:14) dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku menurut Daljono (2007:17), adalah bahan mentah
yang digunakan untuk memproduksi barang jadi, yang secara fisik
dapat diidentifikasi pada barang jadi. Contohnya kayu dalam
pembuatan meja kayu, kain dalam perusahaan konveksi, dll.

PROCESS COSTING 5
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2. Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja menurut Mulyadi (2000:343), adalah harga yang
dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia. Sehingga biaya
tenaga kerja adalah biaya yang timbul akibat penggunaan tenaga kerja
manusia untuk pengolahan produk. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja
tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam proses produksi. Sedangkan biaya tenaga
kerja tidak langsung adalah biaya yang tidak terlibat langsung dengan
proses produksi, biaya tenaga kerja tidak langsung ini termasuk dalam
biaya overhead.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik menurut Hansen dan Mowen (2004:51), adalah
semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja
langsung dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut ongkos
overhead. Contoh biaya overhead pabrik mancakup biaya bahan baku
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi
perusahaan, biaya komersial, dll.
2.3 Process Costing
2.3.1 Pengertian Process Costing Menurut Para Ahli
a. Menurut Carter (2009:124) metode pengumpulan harga pokok
produksi berdasarkan proses, yaitu mengakumulasikan biaya
berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen.
b. Menurut Supriyono (2010:37) harga pokok proses adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk
setiap satuan waktu tertentu misalnya bulan, triwulan, semester atau
setahun.
c. Menurut Sodikin (2015:69), metode penentuan biaya proses adalah
metode pengumpulan biaya produk berdasar proses. Metode ini
digunakan oleh perusahaan pemanfakturan yang membuat produk
massa.

PROCESS COSTING 6
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

d. Menurut Daljono (2007:73), pembebanan harga pokok proses


merupakan sistem pengumpulan biaya produksi menurut
departemen atau pusat biaya (cost center) selama satu periode.
e. Metode harga pokok proses (process costing) menurut Mulyadi
(2012) adalah suatu cara menentukan harga pokok produk di mana
biaya produksi dikumpulkan dan dihitung untuk suatu periode
tertentu dan dibebankan kepada proses yang bersangkutan.
2.3.2 Tujuan Process Costing
Dalam kebanyakan perusahaan manufaktur, biaya produksi
dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem
akumulasi biaya, pertama sistem perhitungan biaya berdasarkan
pesanan dan kedua sistem perhitungan biaya berdasarkan proses
(process costing). Tujuan penting dari sistem perhitungan biaya
manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan (Dewi dan Kristanto, 2015).
2.3.3 Manfaat Process Costing
Manfaat perhitungan harga pokok dengan metode process costing
menurut Daljono (2007:75), yaitu:
a. Menentukan harga jual.
b. Memantau realisasi biaya produksi.
c. Menghitung laba/rugi bruto periode tertentu.
d. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok
persediaan barang dalam proses yang disajikan di neraca.
2.3.4 Input dan Output Process Costing
a. Input dari process costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dari setiap departemen
produksi.
b. Output dari process costing adalah berupa harga pokok produksi
yang diperoleh dari harga produksi per departemen.

PROCESS COSTING 7
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.4 Langkah-Langkah Perhitungan Process Costing


Perhitungan biaya berdasarkan proses menurut Carter (2009:124)
mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan
departemen. Semua biaya operasi dari suatu proses selama periode waktu
tertentu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk
yang telah melewati proses tersebut selama periode itu, hasilnya adalah biaya
per unit (Rashinda, 2015). Langkah-langkah perhitungan process costing
adalah sebagai berikut:
2.4.1 Menentukan jumlah unit di awal proses pekerjaan, yang jumlah unit
mulai ke produksi (atau diterima dari departemen sebelumnya), jumlah
unit selesai, dan jumlah unit dalam mengakhiri persediaan dalam
proses.
Analisis unit fisik meliputi akuntansi untuk kedua input dan unit output.
Unit Masukan termasuk persediaan barang dalam proses dan semua unit
yang masuk departemen produksi selama periode akuntansi. Unit
keluaran termasuk unit yang lengkap dan di transfer keluar dari bagian
produksi dan unit dalam persediaan barang dalam proses berakhir.
2.4.2 Hitung ekuivalen unit produk.
Tujuan dari menghitung unit setara dengan produksi untuk bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik adalah
untuk mengukur kerja total pengeluaran produksi selama akuntansi
periode. Unit fisik sebagian lengkap diubah menjadi jumlah setara
seluruh unit.
2.4.3 Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit biaya produksi.
Total untuk setiap elemen biaya (bahan, tenaga kerja, dan overhead)
termasuk saat ini biaya yang dikeluarkan dan biaya persediaan unit
dalam proses awal. Besarnya biaya ini diperoleh dari permintaan resmi
materi, kartu waktu kerja, dan lembar alokasi biaya overhead pabrik.
Biaya produksi total untuk setiap elemen biaya juga disebut total biaya
untuk menjelaskan.

PROCESS COSTING 8
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.4.4 Hitung biaya per ekuivalen unit.


Tujuan dari komputasi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik per ekuivalen unit produksi adalah untuk
memiliki produk yang tepat biaya dan penentuan pendapatan untuk
periode akuntansi, yang meliputi unit baik lengkap dan tidak lengkap.
2.4.5 Biaya produk yang dipakai.
Tujuan dari laporan biaya produksi untuk menentukan biaya produksi
total yang dikeluarkan untuk unit diselesaikan selama periode dan unit
yang masih dalam proses pada akhir (Sinurat, dkk, 2016).
2.5 Metode Perhitungan dalam Process Costing
Dalam perhitungan pemakaian bahan baku, ada dua metode yang dapat
digunakan dalam penentuan harga pokok produksi. Metode-metode tersebut,
yaitu metode rata-rata tertimbang (average) dan metode masuk pertama-
keluar pertama (first in, first out/FIFO) (Dewi dan Kristanto, 2015).
2.5.1 Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode ini menyatakan bahwa persediaan awal barang dalam proses
akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang
masuk proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk
selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan
produk selesai yang berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam
harga pokok untuk seluruh produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata
tertimbang. Maka, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan
menambahkan biaya yang melekat pada persediaan awal barang dalam
proses dengan biaya yang terjadi selama periode ini kemudian dibagi
dengan ekuivalen unit.
2.5.2 Metode First In, First Out (FIFO)
Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan terlebih dahulu
diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses
produk yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah
dilaporkan dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses.
Biaya yang berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan

PROCESS COSTING 9
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

biaya produk jadi yang berasal dari unit masuk proses pada periode
yang bersangkutan. Adanya pemisahan tersebut sehingga perhitungan
ekuivalen unit juga harus dipisahkan (Sinurat, dkk, 2015).
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Process Costing
Setiap metode penentuan harga pokok produksi memiliki kelebihan
maupun kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari process costing,
yaitu:
2.6.1 Kelebihan process costing adalah sebagai berikut.
a. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam
proses (Daljono, 2009).
b. Data biaya produksi dapat digunakan sebagai perimbangan dalam
menentukan harga jual produksi (Daljono, 2009).
c. Membutuhkan pencatatan yang relatif lebih sedikit berarti relatif
murah untuk dioperasikan (Dewi dan Kristanto, 2015).
d. Produk-produk relatif sejenis melalui proses berurutan dan
menerima biaya produksi yang hampir sama (Sinurat, dkk, 2015).
2.6.2 Kekurangan process costing adalah sebagai berikut.
a. Terlalu bergantung pada data statistik daripada melihat langsung di
lapangan (Dewi dan Kristanto, 2015).
b. Biaya produksi suatu departemen dapat berubah dari satu periode ke
periode lain sehingga penentuan harga produksi bisa meleset
(Sinurat, dkk, 2015).

PROCESS COSTING 10
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Pembuatan Lemari
Perhitungan harga pokok produksi melewati beberapa proses
perhitungan, dimana setiap perhitungan sangat mempengaruhi. Berikut
perhitungan biaya-biaya dalam pembuatan lemari PT Maju Mundur.
3.1.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku
Pada PT Betul Betul membutuhkan biaya bahan baku yaitu kayu
seharga Rp81.000,00 /satuan dan triplek ukuran 10 mm seharga
Rp61.000,00/satuan.
Tabel 3.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku
Harga Satuan Total Harga
No. Jenis Bahan Baku Jumlah
(Rp) (Rp)
1. Kayu 416 81.000 33.696.000
2. Triplek 10 mm 166 61.000 10.126.000
Total 43.822.000

3.1.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung pada PT Betul Betul terdiri atas
pemotongan seharga Rp66.000,00/hari, perakitan seharga
Rp46.000,00/hari, pengecatan seharga Rp116.000,00/hari, dan
penghalusan kayu seharga Rp91.000,00/hari.
Tabel 3.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jumlah
Jumlah Upah/Hari Total Gaji
No. Jenis Pekerjaan Tenaga
Hari (Rp) (Rp)
Kerja
1. Pemotongan 17 26 66.000 29.172.000
2. Perakitan 15 26 46.000 17.940.000
3. Pengecatan 12 26 116.000 36.192.000
4. Penghalusan Kayu 19 26 91.000 44.954.000
Total 128.258.000

3.1.3 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik


Biaya bahan baku penolong pada PT Betul Betul terdiri atas cat seharga
Rp66.000,00/satuan, grendel seharga Rp31.000,00/satuan, lem besi
seharga Rp51.000,00/satuan, lem putih seharga Rp41.000,00/satuan,
lem kuning seharga Rp51.000,00/satuan, sekrup seharga
Rp23.000,00/satuan, paku kayu seharga Rp26.000,00/satuan, venear

PROCESS COSTING 11
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

seharga Rp96.000,00/satuan, kunci laci seharga Rp21.000,00/satuan,


dan engsel seharga Rp21.000,00/satuan.
Tabel 3.3 Perhitungan Biaya Bahan Baku Penolong
Harga/Satuan Total Harga
No. Jenis Barang Jumlah
(Rp) (Rp)
1. Cat 196 66.000 12.936.000
2. Grendel 66 31.000 2.046.000
3. Lem besi 26 51.000 1.326.000
4. Lem putih 18 41.000 738.000
5. Lem kuning 17 51.000 867.000
6. Sekrup 169 23.000 3.887.000
7. Paku kayu 366 26.000 9.516.000
8. Veneer 19 96.000 1.824.000
9. Kunci laci 66 21.000 1.386.000
10. Engsel 116 21.000 2.436.000
Total 1059 36.962.000

Biaya overhead pabrik terdiri atas biaya bahan baku penolong, biaya
gedung pabrik, biaya mesin, biaya peralatan, biaya listrik, biaya air,
serta biaya gaji pemilik usaha.
Tabel 3.4 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Harga Umur Nilai
No. Jenis Biaya Jumlah Perolehan Ekonomis Residu
(Rp) (tahun) (Rp)
1. Bahan Baku Penolong 1059 36.962.000 - -
2. Gedung 1 15.000.000 20 -
Mesin
3. Mesin jigsaw 5 3.000.000 3 250.000
4. Mesin amplas 2 2.750.000 2 80.000
5. Mesin bor 3 1.000.000 5 53.000
6. Mesin ketam 2 816.000 4 20.000
7. Mesin trimmer 1 716.000 5 18.000
8. Mesin router 1 516.000 5 12.000
9. Meja gergaji 3 1.150.000 5 130.000
Peralatan
10. Paku tembak 5 71.000 10 -
11. Spray gun 4 136.000 10 33.000
12. Listrik - 2.000.000 - -
13. Telepon 2 316.000 - -
14. Gaji pemilik usaha 1 4.500.000 - -

Tabel 3.5 Taksiran Jam Kerja dan Jam Kerja


No. Taksiran Jam Kerja Jam Kerja
3. 7.200 301
4. 6.696 279
5. 6.000 250
6. 5.520 230
7. 3.600 150
8. 4.272 178
9. 7.500 320

PROCESS COSTING 12
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

3.1.4 Biaya Penyusutan Gedung Pabrik


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
Biaya Penyusutan = 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
15.000.000 − 0
a. Gedung = = 750.000
20
Tabel 3.6 Biaya Penyusutan Gedung Pabrik
Harga Umur Biaya
Nilai
No. Jenis Biaya Perolehan Ekonomis Penyusutan
Residu
(Rp) (tahun) (Rp)
1. Gedung 15.000.000 - 20 750.000
Total 750.000

3.1.5 Biaya Penyusutan Mesin Pabrik


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
Biaya Penyusutan = × 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
3.000.000−250.000
a. Mesin jigsaw = × 300
7.200
2.750.000−80.000
b. Mesin amplas = × 279
6.696
1.000.000−53.000
c. Mesin bor = × 250
6.000
816.000−20.000
d. Mesin ketam = × 230
5.520
716.000−18.000
e. Mesin trimmer = × 150
3.600
516.000−12.000
f. Mesin router = × 178
4.272
1.150.000−130.000
g. Meja gergaji = × 320
7.500
Tabel 3.7 Biaya Penyusutan Mesin Pabrik
Harga Nilai Taksiran Jam Biaya
No. Jenis Biaya Perolehan Residu Jam Kerj Penyusuta
(Rp) (Rp) Kerja a n
1. Mesin jigsaw 3.000.000 250.000 7.200 300 114.583,33
2. Mesin amplas 2.750.000 80.000 6.696 289 111.250,00
3. Mesin bor 1.000.000 53.000 6.000 250 39.458,33
4. Mesin ketam 816.000 20.000 5.520 230 33.166,67
5. Mesin trimmer 716.000 18.000 3.600 150 29.083,33
6. Mesin router 516.000 12.000 4.272 178 21.000,00
7. Meja gergaji 1.150.000 130.000 7.500 320 43.520,00
Total 392.061,66

PROCESS COSTING 13
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

3.1.6 Biaya Penyusutan Peralatan


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
Biaya Penyusutan = 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
56.000 − 0
a. Paku Tembok = = 5.600
10
121.000 − 53.000
b. Spray gun = = 6.800
10
Tabel 3.8 Biaya Penyusutan Peralatan
Harga Biaya
Nilai Residu Umur
No. Jenis Biaya Perolehan Penyusutan
(Rp) Ekonomis
(Rp) (Rp)
1. Paku tembok 71.000 - 10 7.100
2. Spray gun 136.000 33.000 10 10.300
Total 17.400

3.1.7 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik pada PT Betul Betul mencakup biaya
penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin pabrik, biaya
penyusutan peralatan, biaya listrik, biaya telepon, dan biaya gaji
pemilik usaha.
Tabel 3.9 Biaya Overhead Pabrik
No. Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya bahan baku penolong 36.962.000.00
2. Biaya penyusutan gedung pabrik 750.000,00
3. Biaya penyusutan mesin pabrik 392.061,66
4. Biaya penyusutan peralatan 17.400,00
5. Biaya listrik 2.000.000,00
6. Biaya Telepon 316.000,00
7. Biaya gaji pemilik usaha 4.500.000,00
Total 44.937.461,66

3.1.8 Harga Pokok Produksi PT Betul Betul


Harga pokok produksi didapatkan dengan mengakumulasikan biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
a. Biaya bahan baku = RP43.822.000,00
b. Biaya tenaga kerja langsung = Rp128.258.000,00
c. Biaya overhead pabrik = Rp7.975.461,66
Tabel 3.10 Harga Pokok Produksi PT Maju Mundur
No. Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya bahan baku 43.822.000,00
2. Biaya tenaga kerja langsung 128.258.000,00
3. Biaya overhead pabrik 44.937.461,66
Total 217.017.461,66

PROCESS COSTING 14
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan Harga pokok Produksi

PROCESS COSTING 15
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

6.2 Saran
1. Laboratorium
2. Asisten

PROCESS COSTING 16
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR PUSTAKA

Amorita Dewi, 2009, Penerapan Metode Process Costing System Dalam


Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin PT. Alkarin
Mariendal. Medan : Universitas Sumatera Utara
Bustami, Bastian dan Nuerlela, 2008, Akuntansi Biaya. Jakarta : Mitra Wacana
Media
Carter, W. K. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
Daljono. 2007. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
______. 2009. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
______. 2011. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
Dewi, S. P. dan S. B. Kristanto. 2013. Akuntansi Biaya. In Media. Yogyakarta.
Dian Indah Sari, 2018, Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Harga
Pokok Proses Pada PT. Persada, Moneter, 2(5):163.
Hansen dan Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Salemba
Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2000. Analisis Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2009. Analisis Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2010. Analisis Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2012. Analisis Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2015. Analisis Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Pradana Setiadi, David P.E. Saerang, Treesju Runtu, 2016, Perhitungan Harga
Pokok Produksi Dalam Penentuan Harga Jual Pada Cv. Minahasa Perkasa,
Jurnal Berkala Ilmiah Efesiensi, 14(2):71
Sinurat, Mangasa dkk. Akuntansi Biaya. Universitas HKBP Nommensen. Medan.

PROCESS COSTING 17
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM &
MANAJEMEN INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

Sodikin, S. S. dan B. A. Riyono. 2014. Akuntansi Pengantar 1. Edisi kesembilan.


Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Supriyono, R. A. 2010. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Yogyakarta.
Supriyono, R. A. 2013. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Yogyakarta.
Suratinoyo, A. W. 2013. ‘Penerapan Sistem ABC untuk Penentuan Harga Pokok
Produksi Pada Bangun Wenang Beverage’. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 3. Hal.
658-668.
Rashinda, R. 2015. ‘Penggunaan Process Costing Method sebagai Dasar dalam
Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Berfungsi untuk Meningkatkan
Akurasi Alokasi Biaya pada UMKM Ananda Jaya Industri’. Universitas Dian
Nuswantoro. Hal. 3-5.

PROCESS COSTING 18
MAULA SIDI MUHAMMAD/D07111016

Anda mungkin juga menyukai