Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi Diet pada Gangguan

Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi“

OLEH :
KELOMPOK 3
Anila Luqma (203310682)
Aqilah Khairifka Zain (203310685)
Cetrine Sal Sabila (203310689)
Figo Rahmadia (203310694)
Haniifa Waila Musafri (203310697)
Salsa Billa (203310711)
Wisye Novia Arman (203310717)
Yolanda Eka Putri (203310719)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Sila Dewi Anggreni, SPd,M.Kep,Sp.KMB

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi
Diet pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bu Ns. Sila
Dewi Anggreni, SPd,M.Kep,Sp.KMB pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Patofisiologi, Farmakologi
dan Terapi Diet pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi bagi para pembaca dan juga
bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada buNs. Sila Dewi Anggreni, SPd,M.Kep,Sp.KMB,


selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 16 September 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................2

C.  Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Patofisiologi Hipertensi........................................................................................................3

B. Farmakologi Hipertensi........................................................................................................4

C. Terapi Diet Hipertensi..........................................................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................................10

A. KESIMPULAN..................................................................................................................10

B. SARAN..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular. Hipertensi adalah kondisi
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent killer”
karena orang dengan penyakit hipertensi tidak menampakan tanda dan gejala yang jelas.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan gagal ginjal. Hipertensi bisa
menyerang siapa saja baik laki - laki maupun perempuan usia 30 - 60 tahun (Agung, 2015).
Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat dikontrol seperti
riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh. Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka
mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti jantung (infark
miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif),
ginjal (gagal ginjal kronis), mata (retinopati hipertensif) (Agnesia, 2012).

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan dimana keadaan ini tidak dapat


disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup. Pola makan adalah salah satu faktor
resiko yang dapat diubah, akan tetapi ketidaktahuan menjadi salah satu penyebab seseorang
salah dalam memilih makanan. Pengetahuan tentang hubungan penyakit dengan berbagai
kebiasaan hidup dapat digunakan untuk mencegah penyakit secara efektif. Diantaranya
adalah hal umum yang terjadi pada penderita hipertensi yaitu kurangnya pengetahuan
tentang hipertensi maupun konsumsi natrium (Rijanti, 2015). Kepatuhan pada penderita
1
hipertensi sebaiknya dapat menjalankan diet rendah garam sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit hipertensi. Pada penderita hipertensi dapat membatasi konsumsi garam
setiap harinya. Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap kestabilan tekanan darah dan kandungan zat gizi lemak dan sodium memiliki kaitan
munculnya hipertensi. Selain itu, penderita hipertensi dapat patuh pada diet rendah garam
dengan mengurangi makanan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan
yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahragadan adanya dukungan dari petugas
kesehatan dan dukungan keluarga (Agung, 2015).

Pasien hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet rendah garam agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Pasien hipertensi tetap menjalankan diet
rendah garam setiap hari dengan ada atau tidaknya dan sakit gejala yang timbul. Hal ini
dimaksudkan agar keadaan tekanan darah pasien hipertensi tetap stabil sehingga dapat
terhindar dari penyakit hipertensi dan komplikasinya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini yaitu :

1. Bagaimana patofisiologi hipertensi?

2. Bagaimana farmakologi pada penderita hipertensi?

3. Bagaimana terapi diet pada penderita hipertensi?

C.  Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :


1. Patofisiologi hipertensi

2. Farmakologi pada penderita hipertensi

3. Terapi diet pada penderita hipertensi


2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
3
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi,
2008).
Menurut Kowalak. Welsh. Mayer (2003) patofisiologi hipertensi ialah: tekanan darah
arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah jantung. Curah jantung meningkat
karena meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer
meningkat karena faktor – faktor yang meningkatkan viskositas darah atau yang
menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khusunya pembuluh arteri. Beberapa teori
membantu menjelaskan terjadinya hipertensi.

Teori-teori tersebut meliputi:

1. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriola yang menyebabkan


peningkatan resistensi perifer;
Peningkatan tonus otot pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dari dalam
pusat sistem vasomotor, peningkatan tonus ini menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, penambahan volume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau
hormonal;
2. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer. Pelepasan renin yang abnormal sehingga
terbentuk angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume
darah;
3. Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi
peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk meningkatkan kekuatan
kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi ventrikel kiri sehingga kebutuhan
jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung
dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung
yang memadai;
4. Karena hipertensi memicu proses arterosklerosis arteri koronaria, maka jantung jantung
dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah darah kedalam
miokardium sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakain mempercepat proses
4
arterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cidera retina, gagal ginjal, stroke, dan
aneurisma serta diseksi aorta
B. Farmakologi Hipertensi

Berdasarkan JNC 7, terapi farmakologis antihipertensi diberikan berdasarkan


pertimbangan berat ringannya derajat hipertensi. Pasien dengan hipetensi derajat 1 memulai
terapi dengan monoterapi. Kebanyakan dimulai dengan terapi tiazid diuretik karena selain
efektif pada hipertensi derajat ringan, tiazid diuretik juga relatif terjangkau, atau dapat juga
dipertimbangkan monoterapi dari golongan lain (ACE inhibitor, ARB, BB, CCB). Apabila
masih belum mencapai target terapi, dapat dilakukan optimalisasi dosis. Namun bila masih
tetap tidak mencapai target terapi dapat dipertimbangkan terapi kombinasi dengan 2
golongan obat yang berbeda. Sedangkan untuk hipertensi derjat 2, terapi inisial dimulai
dengan kombinasi dua macam obat (tiazid diretik + ACE inhibitor/ARB/BB/CCB). Pasien
dengan compelling indication terapinya akan disesuaikan dengan jenis compelling indication
yang dimilikinya.
Pasien hipertensi dengan angina pektoris stabil, pilihan obat yang baik biasanya BB.
Sebagai alternative dapat diberikan CCB. Pada pasien dengan sindroma koronaria akut,
terapi antihipertensi dapat dimulai dengan BB dan ACE inhibitor. Pasien dengan post infark
miokard dianjurkan penggunaan ACE inhibitor, BB dan aldosteron inhibitor. Pada pasien
hipertensi dengan diabetes, kombinasi dua sampai tiga jenis obat dibutuhkan untuk mencapai
target terapi. Tiazid diuretik, ACE inhibitor, ARB, BB, dan CCB bermanfaat dalam
menurunkan resiko PKV. ACE inhibitor atau ARB baik untuk diabetic nefropati dan
menurunkan albuminuria dan ARB dapat menurunkan progresi makroalbuminuria.
Keuntungan memberikan terapi antihipertensi pada stroke akut masih belum jelas
manfaatnya. Namun untuk penegahan stroke berulang, kombinasi ACE inhibitor dan diuretik
tiazid dapat bermanfaatTerapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga
mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan
pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi
antihipertensi sudah dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap
bulan hingga target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG
dan elektrolit. 5

Jenis obat antihipertensi:


1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini
adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat
yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah
Catopril, enalapril, dan lisinopril.
3. Calsium channel blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya
pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat
yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine.
4. ARB Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
5. Beta blocker Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta
blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta metoprolol.

C. Terapi Diet Hipertensi

Terapi diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek yang
serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Purwanti, 1997). Hanya saja banyak
orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang merepotkan dan tidak
menyenangkan. Banyak makanan kesukaan bisa masuk daftar terlarang, misalnya garam
penyedap, pop corn asin, dan kentang. Tujuan terapi diet hipertensi menurut (Purwanti, 1997)
sebagai berikut :

6
- Mengurangi Asupan Garam
Mengurangi asupan garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium,
magnesium, dan kalium. Umumnya kita mngkonsumsi lebih banyak garam daripada yang
dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja
atau sekitar 5 gram per hari.
- Memperbanyak Serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat akan memperlancar
buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi
menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikhwatirkan
mengandung banyak pengawet dan kurang serat,misalnya semangkok seral mengandung
7 gr serat.
- Menghentikan Kebiasaan Buruk
Menghentikan rokok, kopi, dan alcohol dapat mengurangi beban jantung, sehingga
jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan
pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner,
sehingga jantung bekerja lebih keras. Sedangkan alcohol dapat memacu tekanan darah.
Selain itu kopi dapat memacu detak jantung.
- Perbanyak Kalsium
Misalnya makanan yang mengandung kalium seperti pisang, sari jeruk, jagung, dan
brokoli.
- Penuhi Kebutuhan Magnesium
Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium misalnya kacang tanah, kacang
polong, dan makanan laut.
- Lengkapi Kebutuhan Kalsium
Mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Makanan yang mengandung
kalsium misalnya keju rendah lemak dan ikan salmon.
- Manfaatkan Sayuran dan Bumbu Dapur
Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah, seperti:
tomat, wortel, seledri, bawang putih, dan kunyit

Terapi diet hipertensi menurut Febry (2013)


7 antara lain :

1. Rendah Garam
Terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Diet Garam Rendah I ( 200-400 mg Na )
Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanan tidak ditambahkan garam. Dihindari
bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
b. Diet Garam Rendah II (600-1200 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi tidak berat, pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I.
Pada pengolahan boleh menggunakan setengah sendok teh garam dapur (2g).
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I.
Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur.
2. Rendah Kolesterol dan Lemak Berbatas
Dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigeserida, dan pospolipid.
Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari sintesis dalam hati.
Kolesterol dapat menjadi berbahaya lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh tubuh,
peningkatan kolesterol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
tinggi mengandung kolesterol dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25-50% dari setiap
makanan yang masuk.
3. Tinggi Serat
Diet tinggi serat juga sangat penting bagi penderita hipertensi, serat terdapat dua jenis
yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan
serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat, seperti kentang, beras, dan singkong.
Serat kasar berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu
mengikat kolesterol dan asam empedu dan selanjutnya akan dibuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar
yang cukup tinggi.
8
4. Rendah Kalori
Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau
obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang
berusia 40 tahun ke atas akan mudah sekali terkena hipertensi.

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari
dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark
jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

- Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
- Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanan kering yang asin).
- Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
- Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
- Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
ayam).
- Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
- Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan
menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit
hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia dengan
persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di
keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2 dengan
jumlah kasus 19.743.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan atau
diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat
sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan. Salah satu tujuan tata laksana hipertensi
adalah untuk memperbaiki kualitas hidup dan 10 mencegah terjadinya komplikasi. Diet/nutrition
care pada pasien hipertensi memeran peranan penting dalam tata laksananya.

Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui
monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada
dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta
petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan
gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi
optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.

B. SARAN

Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita menerapkan
pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, mengatur pola makan,
mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi
sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman seperti Makanan yang
berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah
dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan
keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan
sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang), Susu full
cream,  mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi
kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti
kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol
seperti durian, tape.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus.

Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC

The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the management of high blood
pressure in adults-Report from the panel members appointed to the eight joint national
commitee. 2014.

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/3141/3/BAB%202.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/5351/3/BAB%202.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/penelitian/DIET+BAGI+PENDERITA+HIPERTEN
SI.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/1218/1/62%20ELA%20MARLINDA.pdf

Anda mungkin juga menyukai