Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RAHMI MAULIDZA

NIM : 4191131006
KELAS : PSPK B 2019
KELOMPOK :4
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPU : Dr. NURMAYANI, M.Ag.
TUGAS RUTIN 12
PERTANYAAN DARI KELOMPOK 5
1. Rizkina Hakiki
Apakah Islam punya konsep khusus tentang politik dan bagaimana kedudukan wanita
dalam politik menurut islam?

Penyaji yang menjawab : Budi Harianto


Jawaban :
Islam mempunyai konsep khusus tentang politik antara lain kepemimpinan
oleh penerus Nabi, yang disebut sebagai Khalifah (Imam dalam Syiah); pentingnya
mengikuti hukum Syariah; kewajiban bagi pemimpin untuk berkonsultasi dengan
dewan Syura dalam memerintah negara; dan kewajiban menggulingkan pemimpin
yang tidak adil.
Secara penuh wanita diberi hak berpolitik, boleh menempati sebagai kepala
negara walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini, dan menguasaai urusan
hukum, serta boleh berpartisipasi dalam memilih kepala negara atau pemimpin
ummat. Ia boleh berperanserta dalam aktivitas politik dan sosial sebagaimana
partisipasi kaum pria. Wanita juga boleh berpartisipasi mengelola yayasan, organisasi
dan partai. Selain itu ia tidak dilarang menempati kursi kementerian. Parlemen dan
kursi politik yang lain.
Jadi, menurut Islam wanita dapat menikmati hakekat kewanitaannya sesuai
undang-undang dan memikul tanggung jawab sendiri, lepas dari ikatan ayah, suami
atau lainnya. Di zaman Rasulullah Saw., wanita pun ikut berhijrah dengan tujuan
politik. Berjihad dalam peperangan dengan memberi minum para prajurit, melayani,
mengobati orang terluka, serta mengantarkan orang terluka dan terbunuh ke Madinah.
PERTANYAAN DARI KELOMPOK 6
1. Firda Nur Hidayah
Ada beberapa konflik mengenai posisi wanita dalam sistem politik, jadi menurut
pandangan Islam, bagaimana peran/posisi wanita dalam sistem politik?

Penyaji yang menjawab : Budi Harianto


Jawaban :
Di kalangan fuqoha, peran wanita dalam politik selalu mengundang
perdebatan dan perbedaan pendapat. Ini terjadi karena secara eksplisit, Al-Qur’an dan
Al-Sunnah tidak menyebutkan dengan tegas perintah maupun larangan bagi wanita
untuk menjadi pemimpin. Mayoritas ulama fiqh terutama dari kalangan salaf hampir
sepakat melarang wanita untuk menjadi pemimpin mereka, dengan alasan firman
Allah yang menegaskan bahwa “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi perempuan, dan
hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari menyatakan bahwa “Tidak akan
beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya kepada seorang
perempuan”. Lain halnya dengan pandangan fuqoha kontemporer kenamaan pada
abad ini Yusuf al-Qardhawi yang melihat bahwa dalil-dalil di atas tidak sebatas
tekstual, melainkan harus diperhatikan pula konteknya, sehingga menurutnya,
penerapan dalil tersebut tidak pada tempatnya. Karena itu, beliau memandang bahwa
wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan pria dalam hal bernegara (equal in
state). Pendapatnya ini sekurang-kurangnya menimbulkan pertanyaan; Bagaimana
kedudukan wanita dalam sistem politik menurut Yusuf al-Qardhawi? Dan bagaimana
manhaj al-Qardhawi dalam memberikan fatwa tentang status wanita di dalam politik
Islam? Untuk mengetahui pemikiran politik al-Qardhawi yang sementara ini dianggap
kontroversial dengan pendapat ulama salaf, maka metode yang digunakan adalah
metode subyektif dan metode obyektif dengan melalui studi perpustakaan dan analisis
data. Diharapkan dengan melalui metode dan studi tersebut dapat mengungkap
pemikiran al-Qardhawi yang menyatakan, kesejajaran pria dan wanita dalam masalah
politik adalah sama karena keduanya sebagai manusia mukallaf yang diberi tanggung
jawab secara utuh.
Manhaj yang ditempuh al-Qardhawi sebenarnya sama seperti salaf al-Shalih lainnya,
hanya saja sangat teliti dalam mengkaitkan dan menitikberatkan dalil yang diteliti
dengan konteksnya, karena menurutnya, ayat-ayat al-Qur’an yang bertalian dengan
hukum selalu sejalan dengan peristiwa yang terjadi pada masa itu
PERTANYAAN DARI KELOMPOK 10
1. Siti Zubaidah
Tadi ada salah satu nilai dasar yaitu keharusan menunaikan amanat dan menetapkan
hukum secara adil. Mengapa hal tersebut penting adanya didalam nilai dasar politik?

Penyaji yang menjawab : Nisa Mailani Lubis


Jawaban :
Untuk keadilan dalam urusan pemerintahan, Allah memerintahkan kepada
para pejabat atau pemimpin untuk melaksanakan amanat dan tanggung jawab mereka
dan memutuskan suatu perkara hukum dengan adil. Allah berfirman, "Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat."
(QS An Nisa:58).
Menyampaikan 'amanat' yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
melaksanakan jabatan yang dipercayakan kepada para pemimpin sebaik-baiknya.
Allah memerintahkan untuk melaksanakan jabatan itu bagi kepentingan rakyat, dan
kepentingan publik. Memperlakukan secara sama terhadap semua penduduk yang
dipimpinnya, tidak mengutamakan sebagiannya dan meminggirkan yang lainnya.
Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW mengingatkan kepada para pemimpin-
siapa pun dan dalam jabatan apa pun pemimpin itu--untuk melaksanakan dengan
sebaik-baiknya, penuh amanah dan tanggung jawab. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang hamba
yang Allah beri amanat kepemimpinan, dan tidak melaksanakannya dengan baik,
selain tak akan mendapatkan bau surga."
PERTANYAAN DARI KELOMPOK 11
1. Nabila Amalia
Ketika kita berbicara mengenai politik, pasti berhubungan dengan partai politik.
Bagaimana hubungan partai politik dengan Islam? Serta bolehkah kita berdakwah
atau menyebarkan agama Islam melalui partai kelompok? Berikan jawaban penyaji
berserta dengan dalil untuk memperkuat jawaban!

Penyaji yang menjawab : Nola Sari


Jawaban :
Theori and Practice in Europe and America mendefinisikan partai politik
sebagai : “sekelompok manusia yang terorganisir secara setabil dengan tujuan untuk
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang sifatnya ideal serta material”. Artinya di dalam sistem kapitalis
identik dengan adanya partai oposisi dan partai yang berkuasa. Itu yang pertama.
Kedua, partai dalam system kapitalis memang di setup untuk kemaslahatan keluarga
besar partai tersebut, bukan untuk rakyat. Di dalam Islam keberadaan partai politik,
berdasarkan surah Ali Imran ayat 104, adalah wajib kifa’i. Pengertian “Umat” dalam
ayat tersebut menurut Imam Ath- thabari diatas adalah jama’ah, menurut Syeikh
Muhammad Ali Ash-shabuni dalam tafsirnya Shafwah At-tafasir adalah jama’ah atau
Hizb. Apakah aktifitas partai di dalam Islam juga dalam rangka merebut kekuasaan
atau untuk mempertahankan kekuasaan? Tentu tidak... Partai di dalam Islam
aktifitasnya adalah mengajak pada al-khair yakni mengajak pada Al-qur’an dan As-
sunnah, yakni mengajak pada Islam dan (menerapkan) syariatnya, serta amar makruf
nahi munkar.
“Ini menyalahi manhaj dakwah para nabi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam ditawari harta, wanita, dan kekuasaan, dengan syarat harus meninggalkan
dakwah tauhid. Akan tetapi, beliau menolaknya. Beliau tetap memilih jalan dakwah,
yaitu membangun pondasi, memulai dengan masyarakat, menanamkan tauhid di hati
masyarakat. Allah berfirman, ‘Dialah yang mengutus, kepada kaum yang buta huruf,
seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-
Sunnah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.’ (QS. Al-Jumu’ah:2).

2. Rida Hammanda
Ketika ulama terjun dalam partai politik dikhawatirkan ulama akan kehilangan
"keulamaannya" dan akhirnya terkooptasi oleh urusan kekuasaan dan kepentingan,
bagaimana agar hal itu tidak terjadi?

Penyaji yang menjawab : Laila Sapariah


Jawaban :
Tidak sedikit orang beranggapan, ulama identik dengan dunia dakwah dan
tarbiyah,memberikan mauidhah kepada umat dan mengawal moral masyarakat.
Sehingga, sebagian orang menilai ulama tak sepatutnya terjun ke dunia politik praktis,
di mana pernah dalam masa perjalanan bangsa ini, politik identik dengan
ketidaksucian.
Padahal, sebagai pewaris Nabi, ulama semestinya mampu menjalankan tugas
apa pun, termasuk terjun ke dunia politik praktis dengan satu catatan penting,
bulatnya tekad dan sucinya niat, semata-mata demi menegakkan keadilan dan
menciptakan kemakmuran bagi rakyat demi mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala.
Namun Ulama harus bisa menegakkan syariat islam dan berpegang teguh kepada
Alquran dan Hadist dalam pengambilan keputusan kebijakan pemerintahan

3. Safrida Fitri Harahap


Saat ini partai politik identik dengan ‘hanya’ concern terhadap urusan kekuasaan, lalu
bagaimana dalam Islam apakah peran partai politik di tengah umat memang seperti itu
atau bagaimana?

Penyaji yang menjawab : Nola Sari


Jawaban :
Memang dalam sistem Kapitalis partai memang “harus” concern dengan
kekuasaan. Itu konsekuensi ideologis. Ketika pemilu mereka berlomba untuk jadi
pemenang pemilu baik sendiri maupun berkoalisi. Tapi ketika kalah ya menjadi
oposisi dengan harapan pada pemilu berikutnya menjadi pemenang dan menjadi partai
yang berkuasa. Lazimnya untuk mencapai tujuan tersebut, tidak ada cara yang
diharamkan, semua boleh. Money politics, konspirasi dsb. Sehingga ada guyonan di
sebagian Pesantren, kalau di Pesantren pakai Tafsir Jalalain, tapi kalau di Partai
Politik pakai tafsir jalan lain. Ini adalah sarkasme. Sekali lagi di dalam Islam tidak
dikenal adanya partai pemerintah atau partai oposisi.
PERTANYAAN DARI KELOMPOK 13
1. Oktri Indah Sari
Bagaimana islam memposisikan diri dalam hal politik?
Penyaji yang menjawab : Laila Sapariah
Jawaban :
Di kalangan pakar politik Islam, terdapat tiga arus besar pendapat mengenai
Islam memposisikan diri dalam hal politik diantaranya sebagai berikut.
 Pertama, bahwa Islam secara empirik telah menjadi dasar berdirinya negara-
negara Islam, tetapi Islam tidak membakukan bentuk dan sistem negara Islam.
Islam telah memberikan etos politik yang bersifat universal dan prinsip-prinsip
nilai yang dapat diterapkan dalam sistem pemerintahan dan bentuk negara yang
mungkin berbeda-beda, sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.
 Kedua, Islam merupakan agama dan negara (al-Islam din wa daulah). Alasannya
kekuasaan pemerintahan negara merupakan instrumen strategis dalam
mewujudkan kemaslahatan manusia. Oleh karena itu tidak ada pemisahan antara
agama dengan negara. Karena masalah negara dan sistem pemerintahan itu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Islam, maka tidak ada reka-reka
politik yang dapat membuat sistem-sistem baru yang tidak sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para khalifahnya.
 Ketiga, Islam itu hanya mengurus agama (din fahasbu). Argumentasinya bahwa
dakwah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW hanya dakwah diniyah
semata, tidak dicampuri oleh urusan politik dan tidak pula bertujuan membentuk
negara.

2. Salsabila Hirza
Jelaskan bagaimana hubungan islam dengan politik di Indonesia?

Penyaji yang menjawab : Budi Harianto


Jawaban :
Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami
sebagai sarana menata kebutuhan hidup rnanusia secara menyeluruh. Islam tidak
hanya dijadikan kedok untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat
semata. Politik juga tidak hanya dipahami sekadar sebagai sarana menduduki posisi
dan otoritas formal dalam struktur kekuasaan. Politik yang hanya dipahami sebagai
perjuangan mencapai kekuasaan atau pemerintahan, hanya akan mengaburkan
maknanya secara luas dan menutup kontribusi Islam terhadap politik secara umum.
Sering dilupakan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi kultural dan politik.
Pemahaman terhadap term politik secara luas, akan memperjelas korelasinya dengan
Islam. Dalam konteks Indonesia, korelasi Islam dan politik juga menjadi jelas dalam
penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Ini bukan berarti menghapus cita-cita
Islam dan melenyapkan unsur Islam dalam percaturan politik di Tanah Air. Sejauh
mana unsur Islam mampu memberikan inspirasi dalam percaturan politik, bergantung
pada sejauh mana kalangan muslimin mampu tampil dengan gaya baru yang dapat
mengembangkan kekayaan pengetahuan sosial dan politik untuk memetakan dan
menganalisis transformasi sosial.
3. Sindy Ariyanti
Mengapa muncul fenomena atau bahkan ada upaya oleh segelintir orang yang
mencoba memisahkan Islam dengan politik?

Penyaji yang menjawab : Nisa Mailani Lubis


Jawaban :
Ada dua hal yang menjelaskan mengapa muncul fenomena atau bahkan ada
upaya oleh segelintir orang yang mencoba memisahkan Islam dengan politik yaitu
Pertama, propaganda sekularisasi yang dilakukan oleh Kafir Barat di dunia Islam baik
secara langsung maupun tidak langsung, melalui ghazwul fikri yang diikuti dengan
ghazwul ‘askari dan ghazwu as-siyasi. Tentu agar umat Islam memperlakukan Islam
layaknya mereka memperlakukan agama Kristen. Mereka telah bekerja sangat keras
untuk mengupayakan hal itu. Kongkritnya mereka mengupayakan secara sangat
sistematis dan sophisticated untuk menjauhkan kaum Muslim dengan Islam, dengan
cara menjauhkan mereka dengan sumber Islam, yakni Al-qur’an dan As- sunnah.
Kedua, karena tiadanya gambaran yang clear tentang Islam, bilkhusus sistem
pemerintahan dan sistem ekonomi. Malah bisa dikatakan bahwa gambaran sistem
pemerintahan, serta sistem ekonomi dalam Islam tersebut telah lama lenyap dari
benak sebagian besar kaum Muslim.

Kesimpulan :
Politik dalam Islam di kenal dengan as-siyasah adalah segala aktifitas manusia yang
berkaitan dengan penyelesaian berbagai konflik dan menciptakan keamanan bagi masyarakat.
Sedangkan pemimpin seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Berangkat dari sini maka perempuan itu diperbolehkan menjadi pemimpin
dalam suatu organisasi, perusahaan dan bahkan negara dalam perspektif islam
Pandangan ajaran dasar Islam terhadap wanita, yaitu al-Qur’an menerangkan bahwa
laki-laki dan wanita diciptakan Allah dalam derajat yang sama. Tidak ada isyarat bahwa
wanita pertama (Hawa) yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang mempunyai
martabat lebih rendah dari laki-laki pertama (Adam). Hal ini ditegaskan al-Qur’an dalam
surat an-Nisa’ ayat 1: “Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari jenis yang sama dan dari padanya Allah telah menciptakan pasangan
dan pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan wanita yang banyak.” Ayat
ini merupakan penegasan, bahwa bahan untuk penciptaan manusia tidak ada perbedaan, baik
bahan yang digunakan untuk menciptakan wanita maupun laki-laki keduanya berasal dari
jenis yang sama.

Anda mungkin juga menyukai