Anda di halaman 1dari 11

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

24. Umum. Dalam perencanaan mekanik pengangkat sistem roda

belakang pada sepeda motor amfibi, dimana tenaga penggerak poros

yaitu menggunakan motor DC. Untuk beban keseluruhan sistem roda

belakang adalah 15 kg sehingga diperhitungkan torsi pada poros sistem

pengangkat tersebut. Perhitungan tersebut sebagai acuan dalam

merencanakan komponen yang ada didalam sistem mekanik pengangkat

roda belakang pada sepeda motor amfibi.

25. Beban. Pada sistem mekanik pengangkat roda belakang

pada sepeda motor amfibi ini perhitungan gaya-gaya yang bekerja adalah

sebagai berikut :

a. Gaya gravitasi (g) = 9,81 m/s2

b. Beban (F) yang diterima oleh mekanik pengangkat yang

terdiri pada roda belakang dengan mtotal sebesar 15 kg. Sehingga,

besarnya gaya yang diterima mekanik pengangkat dapat dicari

dengan pesamaan berikut.

Gambar 4.1. Kesetimbangan Gaya pada Lengan Ayun Roda


48

1) FR = mroda x g

= 15 kg x 9,81 m/s2

= 147,15 N

2) Fs x L2 = FR x (L1 + L2)

F R x ( L1 + L2 )
Fs =
L2

147,15 N x (32 cm + 10 cm)


=
10 cm

= 618,03 N

26. Perencanaan Baut Pengangkat. Dari perencanaan bahan

baut yang digunakan yaitu baja keras dengan spesifikasi sebagai berikut.

Tabel 4.1. Tekanan Permukaan yang Diijinkan pada Ulir baut


(Sumber : Sularso 2004 hal 3).
Bahan Tekanan Permukaan yang
No Diijinkan (N/mm2)
Ulir Luar Ulir Dalam Untuk Untuk
Pengikat Penggerak
1 Baja liat Baja liat
atau 30 10
perunggu
2 Baja Baja liat
keras atau 40 13
perunggu
3 Baja Besi cor
keras 15 5
49

a. Perhitungan Dimensi Baut yang Digunakan. Dari bahan

baut yang digunakan yaitu baja liat pada ulir dalam dan ulir luar dari

bahan baja keras yang digunakan memiliki kekuatan tarik sebesar

13 N/mm2. Gaya aksial yang terjadi sebesar 618,03 N. Dari data

tersebut dapat dicari diameter baut yang aman untuk digunakan

dengan persamaan berikut.

F
σt =
A
F
A =
σ t
618,03 N
=
13 N / mm 2
= 47,54 mm2

π
A = D32
4
Ax4
D32 =
π
47,54 mm 2 x 4
=
3,14
D32 = 60,56 mm2
D3 = √ 60,56 mm2
D3 = 7,78 mm

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh hasil diameter inti ulir

pada baut 7,78 mm sehingga untuk lebih aman digunakan baut

dengan diameter inti ulir (D 3) 10 mm, diameter luar (D) baut 14 mm,

dan diameter efektif ulir (D 2) pada baut yaitu 12 mm. Untuk sudut

ulir pada baut yaitu sebesar 15°.


50

b. Perhitungan Gaya pada Baut yang Digunakan. Dari data

perhitungan yang didapat diketahui besar beban yang diterima

shock breaker yaitu sebesar 618,03 N. Sudut ulir pada baut yang

digunakan yaitu sebesar 15°, sehingga untuk mencari besarnya

gaya yang diterima baut yaitu dapat dicari dengan persamaan

berikut ini.

Fulir = Fs x Cos 15°

= 618,03 N x Cos 15°

= 596,97 N

c. Torsi pada Baut. Untuk mencari torsi pada baut yang

digunakan dapat diperoleh dengan perhitungan berikut.

T = Fulir x rbaut

= 596,97 N x 12 mm

= 7.163,65 N.mm

= 7,163 N.m

d. Tegangan Tarik yang Terjadi pada Baut. Untuk dapat

mengetahui kekuatan tegangan tarik yang terjadi pada ulir inti baut

yang digunakan digunakan perhitungan sebagai berikut.

F ulir
σt =
A
596,97 N
= 3,14 x (12mm)²
4

= 5,239 N/mm2
51

Dari perhitungan tersebut didapat hasil perhitungan

kekuatan tarik pada ulir inti baut sebesar 5,239 N/mm 2, sedangkan

pada jenis bahan baut yang digunakan besar kekuatan tegangan

tarik yang diijinkan yaitu sebesar 13 N/mm 2. Karena kekuatan

tegangan tarik yang terjadi lebih kecil dari tegangan tarik yang

diijinkan makan baut tersebut aman untuk digunakan pada alat

tersebut.

27. Perhitungan Perencanaan Bantalan. Poros yang ditumpu oleh

2 buah bearing agar poros dapat berputar. Kedua buah bearing tersebut

salah satunya adalah type deep groove ball bearing yang akan dilakukan

perhitungan sesuai data di bawah ini. Adapun data perhitungannya

sebagai berikut :

a. Putaran (n) : 15 rpm.

b. Diameter poros : 25 mm.

c. Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) : 7900 N.

d. Kapasitas nominal statis spesifik (Co) : 5300 N.

e. Bantalan jenis Deep Groove Ball Bearing no : 6005.

f. Lebar bantalan (b) : 12.

g. Cincin dalam yang berputar maka V : 1.

h. Gaya radial (FR) yang terjadi pada poros : 284,375 N.

i. Gaya aksial (Fa) yang terjadi pada poros : 625 N.

j. Fa/C0 : 750 / 5300=

0,11.
52

k. Faktor beban radial yang digunakan X : 0,56.

l. Faktor beban aksial Y : 1,55.

Adapun perhitungan untuk perencanaan bantalan adalah :

a. Beban ekuivalen (Pr).

Pr = X0Fr + V0Fa

= 1,147 N + 0,0 N

= 147 N

= 15 Kg

b. Faktor kecepatan untuk bantalan luncur (Fn)

1/3
33,3
Fn = ( )
n

1/3
33,3
= ( )
110

= 0,67

c. Umur nominal bantalan (Fh).

c
Fh = Fn x
p

296
= 0,67 .
147

= 1,349

d. Umur nominal bantalan (Lh).

Lh = 500 x Fh3

= 500 x (1,349)3

= 1227,45 h

Jadi untuk satu tahun = 24 jam x 365 hari 8760 jam


53

1227,45
Umur bantalan = = 0,144 tahun = 2 bulan (apabila
8760

digunakan terus menerus 24 jam )

28. Transmisi. Perhitungan dalam perencanaan sistem

transmisi yang direncanakan pada transmisi yaitu:

Keterangan:
BC d
C
c a. Roda gigi 1

b. Roda gigi 2
A
b c. Roda gigi 3

Gambar 4.2. Rangkaian Gigi Transmisi.

Dimana :

Gaya total (F) = 596,97 N

Kecepatan putaran roda gigi 3 (n3) = 120 rpm = 2 rps

Diameter roda gigi 1 (d1) = 48 mm

Diameter roda gigi 2 (d2) = 53 mm

Diameter roda gigi 3 (d3) = 57 mm

Jumlah gigi 1 (z1) = 25

Jumlah gigi 2 (z2) = 30

Jumlah gigi 3 (z3) = 35

a. Torsi pada Roda Gigi Transmisi (T).

1) Torsi roda gigi 1 (T1)

T1 = F . r1 ( Nmm)
54

= 596,97 N . 24 mm

= 14.327 Nmm

= 14,327 Nm

2) Torsi roda gigi 2 (T2)

T2 = F x r2 ( Nmm)

= 596,97 N x 26,5 mm

= 15.819 N.mm

= 15,819 Nm

3) Torsi roda gigi 3 (T3)

T3 = F x r3 ( Nmm)

= 596,97 N x 28,5 mm

= 17.013 N.mm

= 17,013 Nm

b. Menghitung Kebutuhan Rpm. Untuk mencari Rpm pada

roda gigi penggerak (roda gigi 1) maka dapat diselesaikan dengan

rumus berikut.

Z2 n3
=
Z3 n2

n 3 x Z3
n2 =
Z2

120 Rpm x 35
n2 = = 140 Rpm
30

Z1 n2
=
Z2 n1

n 2 x Z2
n1 =
Z1
55

140 Rpm x 30
n1 = = 168 Rpm
25

c. Roda Gigi Cacing. Untuk jenis roda gigi cacing yang

digunakan diketahui spesifikasinya sebagai berikut.

1) Perbandingan reduksi (i) = 1 : 1,8

2) Diameter ulir cacing bagian luar (ds) = 10 mm

3) Diameter ulir cacing bagian dalam (ds3) = 7 mm

4) Diameter ulir efektif (ds2) = 8 mm

5) Diameter roda gigi yang digerakkan (d) = 30 mm

6) Sudut kemiringan ulir roda gigi cacing = 45º

Karena roda gigi yang digerakkan satu poros dengan roda

gigi penggerak (transmisi) maka Rpm roda gigi ini sama dengan

roda gigi penggerak (transmisi) yaitu 168 Rpm. Dengan data

perbandingan reduksi yaitu 1 : 1,8 maka untuk menggerakkan roda

gigi sebesar 168 Rpm maka roda gigi cacing harus berputar

sebanyak 168 Rpm x 1,8 = 302,4 Rpm (5,04 Rps).

Diketahui beban gaya yang diterima transmisi sebesar

596,97 N. Maka gaya yang terjadi pada ulir roda gigi cacing dapat

diketahui dengan persamaan sebagai berikut.

1) Gaya yang terjadi pada ulir roda gigi cacing.

Berikut ini merupakan perhitungan gaya yang terjadi pada

ulir roda gigi cacing.

Fulir = F x Cos 45º

= 596,97 N x Cos 45º


56

= 422,12 N

2) Torsi pada ulir roda gigi cacing.

T = Fulir x r

= 422,12 N x 8 mm

= 3.376 N.mm

= 3,376 N.m

3) Daya yang dibutuhkan motor untuk menggerakkan

roda gigi cacing.

P =2xπxnxT

= 2 x 3,14 x 5,04 Rps x 3,376 N.m

= 106,85 Watt

29. Menentukan Motor DC. Rancang bangun mekanik

pengangkat sistem roda belakang pada sepeda motor amfibi ini

menggunakan motor DC. Adapun spesifikasi untuk motor DC adalah

sebagai berikut :

1) Torsi max stepper motor = 12 k.N.

2) Step Motor = 1,8o/step.

3) Frekwensi kerja (fz) = 50 Hz.

4) Arus listrik (I) = 6.0 Ampere.

5) Tahanan (R) = 0.85 Ohm.

6) Tegangan (V) = 24 V.

7) Efisiensi motor listrik = 80 % (0,8)


57

Daya yang terjadi pada motor listrik dapat dihitung dengan

persamaan berikut.

P =VxI

= 24 Volt x 6 Ampere

= 144 Watt

Poutput = 144 Watt x 0,8

= 115,2 Watt

Karena daya motor DC yang dibutuhkan sebesar 106,85 Watt

maka daya motor DC yang digunakan (115,2 Watt) ≥ dari pada daya yang

dibutuhkan (106,85 Watt), sehingga motor DC aman untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai