Anda di halaman 1dari 62

MOTTO

³Satu-VDWXQ\DVXPEHUGDULSHQJHWDKXDQDGDODKSHQJDODPDQ´

~ Albert Einstein~

³$QGDPXQJNLQELVDPHQXQGDWHWDSLZDNWXWLGDNDNDQPHQXQJJX anda´

~Benjamin Franklin~

³.DUHQDPDVDGHSDQPXVXQJJXKDGDGDQKDUDSDQPXWLGDNDNDQKLODQJ´

~ Amsal 28:13~

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
setiap berkat, rahmat serta tuntunan-Nya selama ini sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ingin
mempersembahkan skripsi ini sebagai wujud rasa terimakasih saya kepada :
1. Tuhan yang senantiasa memberikan berkat, kesehatan, rezeki serta penyertaan
dan perlindungan-Nya kepada saya selama berada di Yogyakarta
2. Orang Tua tercinta Bapak Laurensius Waghe dan Mama Hendrika Aurelia
Beo, Kakak laki-laki tersayang Jose Copertinho Adhi dan Adik perempuan
terbaik Maria Christin Wua serta Alm. Adik manis Maria Natalia Moi atas doa,
motivasi, kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan kepada saya
dengan sangat tulus, semoga ketulusan dari bapak, mama, kakak dan adik
dibalas oleh Tuhan Yesus Kristus
3. Om Pedri Meo sekeluarga selaku keluarga di Yogyakarta
4. Kakak Perempuan tersayang dan teristimewa Alin Moi, Lin Moi, dan Elsen
Kae Esi
5. Keluarga Besar Soa Yogyakarta (KBSY) dan Keluarga Besar Ngada
Yogyakarta (KBNY) yang menjadi tempat dimana saya belajar untuk
berorganisasi
6. Sahabat seperjuangan yang sangat saya kasihi Rini Nio, Marina Nio, San Meo,
Yastin Wonga, Caca Day, Ian Moi, Mario Jody dan Risna Ghenong yang
selalu memberikan doa, kasih sayang dan motivasi, serta teruntuk orang
spesial yang namanya masih disemogakan dalam doa terimakasih atas
dukungan dari jarak jauh yang selalu kau sempatkan, semoga Tuhan Yesus
selalu menyertai kalian semua.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Berkat dan Anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
VNULSVL \DQJ EHUMXGXO ³.DSDVLWDV 3HPHULQWDK 'HVD GDODP 3HPEHUGD\DDQ 8VDKD
0LNUR.HFLO0HQHQJDK 80.0 ´GHQJDQODQFDUGDQEDLN6NULSVLLQLPHUXSDNDQ
salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam memperoleh
gelar sarjana dari Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi
3HPEDQJXQDQ0DV\DUDNDW'HVD³$30'´<RJ\DNDUWD
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak mungkin
bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas arahan dan bimbingan yang telah penulis terima selama
melakukan penyusunan skripsi ini kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi
3HPEDQJXQDQ0DV\DUDNDW'HVD³$30'´<RJ\DNDUWD
2. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu
3HPHULQWDKDQ 6HNRODK 7LQJJL 3HPEDQJXQDQ 0DV\DUDNDW 'HVD ³$30'´
Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis;
3. Dra. Sri Utami, M.Si selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan ini;
4. Dra. Tri Daya Rini, M.Si dan Drs. Sumarjono, M.Si selaku dosen penguji dan
sekalian yang memberikan saran dan kritik untuk memperbaiki skripsi penulis;
5. Bapak Analius Giawa, S.IP, M.Si selaku dosen wali yang telah membimbing
penulis dari semester awal, proses akademis hingga dalam penulisan skripsi;
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu pemerintahan Sekolah Tinggi
3HPEDQJXQDQ0DV\DUDNDW'HVD³$30'´<RJ\DNDUWa;
7. Segenap pihak pemerintah desa, lembaga desa dan masyarakat desa
Towangsan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per-satu, terimakasih

vi
banyak yang tak terhingga atas kerja sama yang baik sehingga dapat
membantu penulis dalam memberikan data-data yang dibutuhkan ;
8. Bapak, Mama serta Kakak dan Adik yang selalu memberikan motivasi dan
doa;
9. Teman-teman seperjuangan di kampus tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan
0DV\DUDNDW'HVD³$30'´<RJ\DNDUWD
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per-satu
yang telah dengan cara nya masing-masing membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 15 Februari 2021


Penulis

Maria Vinsensia Beku

vii
INTISARI
Pemerintah desa mempunyai peranan penting dalam pemberdayaan
masyarakat, sesuai dengan amanat Undang-undang pembukaan undang-undang
dasar 1945 pun secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi pembangunan pada pengembangan
sektor pemberdayaan di desa merupakan langkah kongkrit untuk mewujudkan
indonesia yang sejahtera. Hal ini tentunya berkaitan dengan kapasitas dari
pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat desa. Kapasitas diartikan
sebagai kemampuan individu, kelompok, organisasi, institusi dan masyarakat
dalam melaksanakan tugas dan fungsi, termasuk menyelesaikan masalah dan
mencapai tujuan. Dalam hubungan dengan pemerintah desa, maka kapasitas
berkaitan dengan kemampuan pemerintah desa Towangsan (kepala desa beserta
perangkat desa dan BPD yang ikut terlibat dalam pengawasan) dalam pengelolaan
dan pelaksanaan UMKM untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah
(UMKM). Maka peneliti ingin mengkaji melalui judul penelitian ³.DSDVLWDV
Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM ´
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan obyek
penelitian ini adalah kapasitas pemerintah desa dalam bidang pemberdayaan
masyarakat usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan subyek penelitian ini
terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan masyarakat pelaku UMKM.
Pada penelitian ini jumlah informan terdiri dari 9 orang, teknik pengumpulan data
terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi guna mendapatkan data dan
informasi secara tepat dan jelas. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari
reduksi data, data display, dan penarikan kesimpulan.
Adapun hasil penelitian terkait kapasitas pemerintah desa dalam
pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) menunjukan bahwa
pemerintah desa masih kurang peka, cekatan, kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan UMKM.

Kata Kunci : Kapasitas, Pemerintah Desa, Pemberdayaan, dan Usaha Mikro


Kecil Menengah (UMKM)

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Desa tidak hanya membawa sumber pendanaan

pembangunan bagi desa, namun juga memberi lensa baru pada masyarakat

untuk mentransformasi wajah desa. Undang-Undang Desa lebih pada

pendekatan pemberdayaan masyarakat yang memposisikan masyarakat desa

sebagai subyek (pelaku utama) dan tidak hanya sekedar obyek (sasaran) saja.

Melalui pemberdayaan masyarakat Desa diharapkan mampu membawa

perubahan nyata sehingga harkat dan martabat mereka pulih kembali.

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperhatikan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan

masyarakat, bermotifkan pemandirian (keberdikarian), sehingga mampu

membangkitkan kemampuan self-help. Untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat (modernisasi) yang mengacu pada cara berpikir, bersikap,

berperilaku untuk maju. Maka bidang pemberdayaan merupakan titik strategis

yang harus diperbarui dan diperluas. Sehingga esensi pemberdayaan

masyarakat di pedesaan adalah pendayagunaan sumberdaya (potensi) lokal,

meningkatkan partisipasi, memupuk kepedulian semua pihak untuk

kemandirian (berdikari) masyarakat. Desa sebagai ujung tombak pemerintahan

terbawah memiliki otonomi dalam mengatur pembangunan untuk

mensejahterakan rakyatnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya harus diawasi

1
agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai unsur pemerintahan Desa harus bisa

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai amanat Undang-Undang agar Kepala

Desa tidak terjebak dalam jeratan hukum. Maka disinilah perlu kita sadarkan

bahwa pentingnya pemberdayaan masyarakat desa dalam implementasi UU

Desa bukan hanya besaran dana desa yang diterima.

Pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, disebutkan

juga bahwa ada empat kewenangan desa yaitu 1) Penyelenggaraan

pemerintahan desa, 2) Pelaksanaan pembangunan desa, 3) Pembinaan

kemasyarakatan desa, 4) Pemberdayaan masyarakat desa. Menurut UU Nomor

6 Tahun 2014 Tentang Desa, Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 12 bahwa

pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian

dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,

keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber

daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang

sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya yaitu menerapkan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, dan

temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat desa,

meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat desa melalui pendidikan,

pelatihan, dan penyuluhan, serta pemberdayaan masyarakat mengakui dan

memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di masyarakat Desa.

2
Pemerintah desa mempunyai peranan penting dalam pemberdayaan

masyarakat, sesuai dengan amanat Undang-undang pembukaan undang-undang

dasar 1945 pun secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan

dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi pembangunan pada

pengembangan sektor pemberdayaan di desa merupakan langkah kongkrit

untuk mewujudkan indonesia yang sejahtera. Hal ini tentunya berkaitan dengan

kapasitas dari pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat desa.

Kapasitas atau capacity dapat diartikan sebagai kemampuan. Menurut Moenir

dalam Sulistia (2015: 04), kemampuan berasal dari kata mampu yang dalam

hubungan dalam tugas atau pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan)

melakukan tugas atau pekerjaan sehingga menghasilkan barang/jasa yang

diharapkan. Kapasitas dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana tindakan atau

perbuatan dari instansi pemerintah tingkat desa dalam bidang pemberdayaan

masyarakat.

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang juga membahas tentang

pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) antara lain: Analisis

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Masyarakat Desa

Melalui Program Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Untuk Membangun Ekonomi

Lokal (disusun oleh Yusup Sukmanjayadi), Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Asosiasi Mekarsari Kelurahan

Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang (disusun oleh Ayuni Lathifah),

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan

3
Menengah (UMKM) Sentra Industri Konveksi Dan Bordir (disusun oleh

Definta Aliffiana, Nina Widowati), dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

Dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan

Kemiskinan (disusun oleh Supriyanto). Kesimpulan keseluruhan mengenai isi

dari beberapa penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa pemberdayaan

masyarakat dalam mengembangkan UMKM memberikan dampak yang sangat

positif bagi masyarakat terkhusus bagi masyarakat yang kurang mampu.

Memberdayakan masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran salah

satunya adalah dengan adanya UMKM, karena UMKM merupakan salah satu

penggerak bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang memiliki

kontribusi dalam menciptakan tenaga kerja dan sumber pendapat bagi

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Desa Towangsan adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Klaten

tepatnya di Kecamatan Gantiwarno sebagian besar penduduknya adalah pelaku

UMKM dan hasil dari penjualan produk UMKM ini merupakan sumber

penghasilan penduduknya. Desa Towangsan sampai saat ini masih di hadapkan

dengan beberapa masalah yang sangat dilematis, yaitu kurangnya perhatian

dari pemerintah desa dalam pengembangan usaha mereka. Pelaku UMKM

sampai saat ini masih dihadapkan dengan tuntutan akan peningkatan hasil

produksi, yakni berkaitan dengan kebutuhan pasar yang besar namun masih

rendahnya harga jual hasil produksi dari pelaku UMKM dan tidak adanya

peran dari pemerintah untuk menyediakan pasar agar pelaku UMKM nantinya

tidak sulit untuk menjual hasil produk mereka.

4
Dalam upaya peningkatan yang dilakukan selama ini yakni dari unit

kelompok UMKM di Desa Towangsan banyak memberikan kontribusi yang

baik terhadap perekonomian di desa yakni dalam bentuk mengurangi

pengangguran, namun tentunya masih kurangnnya perhatian dan campur

tangan dari pemerintah desa yang mengakibatkan kurang cepatnya

pertumbuhan kelompok UMKM di Desa. Kelompok UMKM selama ini

cenderung berjalan sendiri, hal ini nampak dari kegiatan yang dilaksanakan

selama ini yang belum ada keterlibatan langsung dari pemerintah desa untuk

mengembangkan usaha UMKM di Desa Towangsan, mereka masih

mengandalkan modal mereka sendiri. Permasalahan lainnya berkaitan dengan

fasilitas seperti sarana dan prasarana dalam pengembangan UMKM, oleh

karenanya kelompok UMKM harus lebih diperhatikan oleh pemerintah desa.

Selain itu permasalahan yang dihadapi juga adalah seputar manajerial

pengelolaan UMKM, yang dimana manajerial atau kemampuan dalam

pengelolaan UMKM yang selama ini terjadi masih kurang maksimal dan

inovatif, maka dari itulah perlu diperdayakan UMKM itu sendiri. Dalam hal ini

lah pemerintah desa harus mengambil peran yaitu dalam konteks kapasitas

pemerintah desa dalam pemberdayaan UMKM.

Peranan dari pemerintah desa sangatlah penting yang dimana tindakan

yang diambil atau yang dilakukan oleh pemerintah desa Towangsan yaitu

dengan memfasilitasi para pelaku UMKM seharusnya berdampak pada

kesejahteraan para pelaku UMKM. Tindakan pemerintah desa yang disoroti

tidak hanya sebatas kalimat memfasilitasi, hal ini harus dipahami bahwa

5
memfasilitasi dalam bentuk apakah yang dilakukan pemerintah desa. Selain

dengan memfasilitasi pemerintah desa juga seharusnya turut terlibat dalam

pengelolaan UMKM dalam artian bahwa pemerintah desa harus tetap

mengawasi jalannya pengelolaan UMKM ini, terlepas dari hal-hal yang sudah

difasilitasi pemerintah desa kepada para pelaku UMKM tersebut. Dalam

pengawasan tentunya pemerintah desa tidak berjalan sendirian ini juga akan

melibatkan peranan dari BPD itu sendiri.

Perbuatan pemerintah memerintah atau dalam istilah lainnya yaitu

governing yang dilakukan oleh pemerintah desa Towangsan terkait dengan

pemberdayaan UMKM tersebut seharusnya memberikan kepastian kepada para

pelaku UMKM, kepastian yang dimaksudkan yaitu dengan memfasilitasi para

pelaku UMKM ini pemerintah desa juga harusnya melindungi usaha-usaha

kecil dari masyarakat ini dengan dilandaskan pada regulasi yang jelas untuk

memajukan UMKM tersebut. Hal lainnya bahwa pemerintah desa melakukan

distribusi, distribusi yang dimaksudkan disini memang tidak berupa barang

akan tetapi membuka suatu arena misalnya pasar atau bekerja sama dengan

pihak-pihak dari luar untuk mengeksplor hasil-hasil produk dari UMKM

tersebut agar hal ini dapat memotivasi bagi warga untuk ikut bergabung dalam

menumbuhkan semangat berwirausaha walaupun usaha kecil-kecilan di desa,

sehingga akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pemerintah desa

memiliki dua fungsi pokok yaitu melakukan perlindungan dan distribusi dalam

kaitannya dengan governing pemerintah desa Towangsan melakukan tindakan

untuk mempromosikan (penguatan) UMKM tersebut. Dalam situasi pandemi

6
Covid-19 sekarang ini tentunya sangat berpengaruh pada perekonomian

masyarakat, yang dimana keadaan dari para pelaku UMKM di Desa

Towangsan saat ini mengalami penurunan volume atau omset yang cukup

drastis, namun para pelaku UMKM tetap menjalankan usaha mereka walaupun

hasil pendapatan menurun. Maka dari itu fokusnya yaitu perilaku dari

pemerintah desa dalam pengelolaan UMKM ini untuk meningkatkan

pendapatan.

Hal ini tentunya berdampak juga terhadap relasi antara pemerintah desa

dan para pelaku UMKM yaitu adanya kerja sama yang dimana pemerintah desa

Towangsan benar-benar menjalankan kewajiban mereka dengan turut

memperhatikan UMKM yang ada di Desa Towangsan ini dan sebaliknya para

pelaku UMKM yang sudah difasilitasi dan diberikan kepastian oleh pemerintah

desa harus dapat mengembangkan usaha mereka agar pendapatan yang

diperoleh akan lebih baik sekaligus mengurangi angka pengangguran di desa

tersebut sehingga terwujudlah kesejahteraan masyarakat di desa Towangsan.

Maka dengan ini pemerintah Desa Towangsan mempunyai peranan

penting dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Towangsan. Khususnya

pelaku UMKM yang berkontribusi terhadap perekonomian Desa Towangsan,

untuk mewujudkan hal itu maka dibutuhkan peranan pemerintah Desa

Towangsan dalam memfasilitasi pelaku UMKM. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan instrumen RPJMDES untuk melihat seberapa besar keterlibatan

pemerintah desa dan apa saja fasilitas yang diberikan pemerintah desa

Towangsan kepada pelaku UMKM.

7
Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada masyarakat dan

pemerintah desa menghasilkan dua perspektif berbeda yaitu, masyarakat

mengungkapkan bahwa kurangnya perhatian dari pemerintah desa dalam

pengembangan UMKM sedangkan pemerintah desa mengatakan sudah

memfasilitasi dengan sebaik mungkin, salah satunya dengan memberikan

modal untuk UMKM yang ada di Desa Towangsan ini. Hal ini yang akan

diteliti lebih dalam lagi. Seharusnya, kebijakan pemberdayaan masyarakat

lebih mengarah kepada peningkatan kapasitas dalam pengembangan UMKM

yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan

sosial antara masyarakat dengan pemerintah desa.

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas maka peneliti

PHPLOLKMXGXO³Kapasitas Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan UMKM Di

Desa Towangsan, Kec. Gantiwarno, Kab. Klaten, Jawa Tengah´

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang terjadi di Desa Towangsan,

setelah di uraikan maka peneliti menetapkan rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut : ³%DJDLPDQD .DSDVLWDV 3HPHULQWDK 'HVD

'DODPSHPEHUGD\DDQ8VDKD0LNUR.HFLO0HQHQJDK 80.0 "´

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kapasitas

pemerintah desa dalam pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

8
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan

keilmuan pada kajian ilmu pemerintahan mengenai kapasitas pemerintah

desa dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang

pemberdayaan UMKM di Desa.

2. Manfaat Praktis

Bagi pemerintah desa penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dan bahan evaluasi untuk pemerintah desa Towangsan agar

mampu meningkatkan kapasitas dan memberikan pelayanan serta

pengabdian kepada masyarakat agar lebih baik. Serta lebih memperhatikan

amanat undang-undang desa tentang pemberdayaan masyarakat desa.

E. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Kapasitas

Kapasitas atau capacity dapat diartikan sebagai kemampuan.

Menurut Moenir (1998: 116), kemampuan berasal dari kata mampu yang

dalam hubungan dalam tugas atau pekerjaan berarti dapat (kata

sifat/keadaan) melakukan tugas atau pekerjaan sehingga menghasilkan

barang/jasa yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata

sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat

melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada. Kemajuan

suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia.

9
Menurut Morgan (dalam Milen, 2006), kapasitas adalah

kemampuan, keterampilan, pemahaman, sikap dan nilai-nilai, hubungan,

perilaku, motivasi, sumberdaya, dan kondisi-kondisi yang memungkinkan

setiap individu, organisasi, jaringan, kerja/sektor, dan sistem yang lebih

luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai tujuan

pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu. Selanjutnya,

UNDP (1999) mengartikan kapasitas sebagai kemampuan individu,

kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat untuk melaksanakan

fungsi mereka, termasuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan-

tujuan mereka.

Menurut Harton (2003) dalam Misener dan Doherty (2009: 458)

menyebutkan bahwa dalam kajian kapasitas organisasi terdapat lima aspek

yaitu Pertama aspek sumber daya manusia (staff members/personel),

Kedua aspek infrastruktur, teknologi, dan sumber daya keuangan

(infrastucture, technology, and financial resources), Ketiga aspek

kepemimpinan strategis (strategic leadership), Keempat aspek program

dan manajemen proses (program and process management), dan Kelima

aspek jejaring kerjasama dan hubungan dengan pihak lain (networking and

linkages) yang dimana kelima aspek ini saling berkaitan. Berdasarkan

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator penting dari konteks

kapasitas adalah kemampuan dalam arti mampu untuk melaksanakan tugas

dan fungsi pokoknya.

10
Dalam Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah, kapasitas

diartikan sebagai kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi

atau suatu sistem untuk menjalankan tugas dan fungsi serta

kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Dalam kerangka nasional pengembangan dan peningkatan kapasitas

pemerintah dalam rangka mendukung desentralisasi, kebijakan menteri

dalam negeri dan kepada Bappenas tahun 2002 disebutkan bahwa

pengembangan dan peningkatan kapasitas meliputi tiga tingkatan : 1)

Tingkat sistem, yaitu kerangka peraturan dan kebijakan-kebijakan yang

mendukung atau membatasi pencapaian tujuan-tujuan kebijakan tertentu; 2)

Tingkat kelembagaan atau entitas yaitu struktur organisasi, proses-proses

pengambilan keputusan dalam organisasi, prosedur dan mekanisme kerja,

instrumen manajemen, hubungan-hubungan dan jaringan antar organisasi;

3) Tingkat Individu, yaitu tingkat keterampilan, kualifikasi, pengetahuan

atau wawasan, sikap (attitude), etika, dan motivasi individu yang bekerja

dalam suatu organisasi. (www.bappenas.go.id).

Untuk memperkuat kapasitas desa, ada 3 hal penting yang harus

diperhatikan : Pertama, kapasitas distributif, yaitu kemampuan pemerintah

desa membagi sumber daya desa secara seimbang dan merata secara

prioritas berdasarkan kebutuhan masyarakat desa. Kedua, kapasitas

responsif, yaitu kemampuan berupa daya peka dan daya tangkap terhadap

aspirasi dan kebutuhan warga, untuk dijadikan sebagai basis dalam

perencanaan kebijakan desa dan Ketiga, kapasitas jaringan dan kerjasama,

11
yakni kemampuan pemerintah desa dan masyarakat dalam menjalin

kerjasama dan menjaga hubungan dengan pihak luar.

Dalam hubungan dengan pemerintah desa, maka kapasitas

berkaitan dengan kemampuan pemerintah desa Towangsan (kepala desa

beserta perangkat desa dan BPD yang ikut terlibat dalam pengawasan)

dalam pengelolaan UMKM, pemerintah desa tentunya sangat diharapkan

untuk memiliki kapasitas yang mendukung pelaksanaan untuk

mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Desa

Towangsan.

2. Pemerintah Desa

Istianto dalam Lasamana (2017: 13) mendefinisikan konsep

pemerintahan adalah sebagai suatu bentuk organisasi dasar dalam suatu

negara. Selanjutnya Labolo dalam Lasmana (2017: 13) mengungkapkan

bahwa tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga

suatu sistem ketertiban dimana masyarakat bisa menjalani kehidupan

secara wajar. Wastiono dan Tahir dalam Lasmana (2017: 13) juga

mendefinisikan Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum

berdasarkan adat dan hukum yang menetap dalam suatu wilayah tertentu

batas-batasannya, memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik

karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan

politik, ekenomi, sosial, dan keamanan. Memiliki susuanan pengurus yang

dipilih secara bersama. Memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan

12
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Seperti yang

dikatakan Widjaja dalam Lasmana (2017: 13) pemerintah desa terdiri dari :

a) Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asl-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomiasli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.

b) Penyelenggaraan pemerintah desa adalah subsistem dari

penyelenggaraan pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala

desa bertanggung jawab kepada badan permusyawaratan desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati.

c) Desa dapat melakukan perbutan hukum, baik hukum publik maupun

perdata, memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat

dituntut dan menuntut di pengadilan.

Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan berhadapan

langsung dalam pelayanan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat,

serta menjadi tonggak utama untuk keberhasilan semua program

pemerintah. Memperkuat desa merupakan suatu upaya untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pemerintah desa atau yang disebut

dengan kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, kepala

dukuh, kepala urusan umum dan yang lainnya bertugas membantu kepala

13
desa menjalankan visi dan misi atau tujuannya. Dengan demikian,

perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Perangkat desa

diangkat oleh kepala desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama

bupati/walikota.

Pemerintah desa sebagai unit dari lembaga pemerintah yang paling

berdekatan dengan masyarakat, posisi dan kedudukan hukumnya hingga

saat ini selalu menjadi perdebatan terutama ditinngkat elit politik.

Penerapan UU No 32/2004, kemudian diterbitkan lagi tentang Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, selain menimbulkan implikasi

pada perubahan tata hubungan desa dengan pemerintah supradesa, juga

membawa perubahan dalam relasi kekuasaan antar kekuatan politik dilevel

desa. Perubahan kearah interaksi yang demokratik itu terlihat dari

beberapa fenomena, diantaranya : 1) Dominasi peran birokrasi mengalami

pergeseran digantikan dengan menguatnya peran institusi adat dalam

proses penyelenggaraan pemerintah sehari-hari, 2) Semangat mengadopsi

demokrasi delegatif-liberatif cukup besar dalam undang-undang yang

baru. Misalnya, dengan hadirnya BPD atau yang disebut dengan nama lain.

Dimana badan legislatif yang baru ini berperan sebagai pengayom adat

istiadat, membuat Peraturan Desa bersama dengan kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah desa; dan 3) Semangat

partisipasi masyarakat sangat ditonjolkan. Artinya proses politik,

pemerintahan dan pembangunan di desa tidak lagi bermuara dari kebijakan

14
pemerintah pusat secara terpusat (top-down), melainkan berasal dari

partisipasi masyarakat. (Solekhan, 2014: 16). Pemerintah diartikan dalam

keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi negara, pemerintah

sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti

jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan yudikatif, dan jabatan supra

struktur lainnya. Pemerintah yang berisi lingkungan pekerjaan tetap

disebut pemerintahan dalam arti statis dan dapat dirtikan dinamis, yang

berisi gerak atau aktivitas berupa tindakan atau proses menjalankan

kekuasaan pemerintahan. Untuk menjalankan wewenang atau kekuasaan

yang melekat pada lingkungan jabatan harus ada pemangku jabatan yakni

pejabat. Pemangku jabatan menjalankan pemerintahan maka itu disebut

pemerintah. Menurut Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1

ayat (2) dan ayat (3) yaitu :

x Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

x Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama

lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah

desa.

Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh

pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

mengtaur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

15
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Maria,

2005: 23). Lebih lanjut menurut PP No 47 Tahun 2015 pemerintah desa

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan urusan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan NKRI. (Pasal 1 ayat (2)

PP No 47 Tahun 2015). Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

desa mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-

usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari

pemerintah dan pemerintah daerah, urusan pemerintah lainnya yang oleh

pertauran perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Selain pemerintah desa, terdapat pula BPD (Badan

Permusyawaratan Desa) dimana dalam Permendagri No. 110 Tahun 2016

tentang BPD dijelaskan bahwa fungsinya adalah untuk membahas dan

menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan

terhadap kinerja kepala desa. Dari ketiga tugas ini dapat disimpulkan

bahwa BPD adalah lembaga yang memiliki kekuatan dalam menyepakati

peraturan desa yang bakal menjadi pedoman pembangunan desa. Selain itu,

BPD juga berhak menyelenggarakan musyawarah desa (Musdes) pada

agenda-agenda yang mengharuskan adanya musdes, salah satu contohnya

adalah rencana pendirian BUMDes. Tanpa persetujuan BPD Bumdes tidak

bisa didirikan (www.berdesa.com).

16
Dalam sebuah desa dibutuhkan pemerintahan untuk menata dan

mengurus setiap hal yang berkaitan dengan desa maka dari ini pemerintah

Desa Towangsan mempunyai tugas untuk mengembangkan usaha mikro

kecil menengah (UMKM) yang ada di Desa Towangsan demi

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

3. Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan merupakan upaya membangun daya (masyarakat)

dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan. Mubyarto

(2002). Pemberdayaan terhadap ekonomi harus dilakukan oleh pemerintah

yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan

dunia perbankan. Terdapat tiga misi utama dalam pemberdayaan, yaitu (1)

pengorganisasian; (2) dukungan teknis; dan (3) pengelolaan sistem.

Sementara itu, Kartasasmita (1995) mengemukakan upaya pemberdayaan

harus dilakukan melalui tiga cara seperti berikut ini: (a) menciptakan iklim

yang kondusif masyarakat untuk berkembang; (b) memperkuat potensi

masyarakat dengan menyiapkan sarana prasarana baik fisik maupun sosial

yang mampu diakses oleh lapisan masyarakat paling bawah; dan (c)

memberdayakan dalam arti melindungi dan membela masyarakat lemah.

Pandangan Erwidodo (1999) pemberdayaan diberikan kepada pelaku

ekonomi lemah untuk meningkatkan kemampuan bisnis (kewirausahaan).

Esensi dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah memberdayakan

UMKM, koperasi, dan kelompok masyarakat agar mandiri di bidang

17
ekonomi, sehingga mampu membangun kegiatan ekonomi produktif dan

ekonomi kreatif secara berkelanjutan.

Kaitannya dengan pemberdayaan dalam bidang ekonomi maka

akan berhubungan dengan model manajemen yang dimana model

manajemen tersebut dapat diaplikasikan dalam pengelolaan usaha mikro

kecil menengah pada umumnya, yang dalam kegiatannya tidak

memperhatikan aspek fungsional perusahaan yang meliputi manajemen

keuangan, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia dan

manajemen pemasaran. Secara umum manajemen merupakan suatu seni

dalam ilmu dan pengorganisasian seperti menyusun perencanaan,

membangun organisasi dan pengorganisasiannya, pergerakan, serta

pengendalian atau pengawasan. Usaha mikro kecil menengah seringkali

dimasuki oleh para pelakunya karena kemungkinan faktor

ketidaksengajaan sehingga pelaku UMKM seringkali tidak memiliki

pengetahuan yang memahami tentang bagimana menjalankan usahanya.

Pelaku UMKM perlu untuk memiliki pengetahuan manajemen sehingga

memiliki keluasan wawasan dalam memanajemen usahanya. Pada

dasarnya fungsi dari manajemen dibagi menjadi empat yaitu antara lain:

Pertama, perencanaan (planning) adalah aktivitas strategis dengan

menyusun hal-hal yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.

Kedua, Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi

suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Ketiga,

Pengarahan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

18
semua anggota kelompok berusaha agar dapat mencapai sasaran sesuai

dengan perencanaan manajerial dan usaha. Dan keempat, evaluasi

(controlling) dilakukan setelah proses kerja dilakukan. Pada proses ini,

kinerja dinilai apakah sudah sesuai dengan perencanaan di awal (planning).

Pemberdayaan dipahami sangat berbeda menurut cara pandang

orang maupun konteks kelembagaan, politik, dan sosial-budayanya. Ada

yang memahami pemberdayaan sebagai proses mengembangkan,

memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar-menawar

masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan disegala

bidang dan sektor kehidupan.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok yang lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan dalam konteks para pelaku usaha-usaha kecil yang ada di desa

tersebut. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial masyarakat di

Desa Towangsan itu sendiri dalam usaha mikro kecil menengah yang

ditekuni.

4. Usaha Kecil Menengah (UKM)

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha ekonomi

rakyat yang perlu memperoleh perhatian serius. Usaha kecil dan menengah

(UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian di

19
Indonesia, termasuk masyarakat desa. Sebagai gambaran, UKM memberi

kontribusi sekitar 99% dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta

mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas,

14/12/2001 dalam media neliti). Namun, dalam kenyataannya selama ini

UKM mendapat perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan

pentingnya UKM dapat dikatakan barulah muncul belakangan ini saja.

Ada terdapat tiga alasan yang mendasari Negara berkembang

belakangan ini memandang penting keberadaan UKM (Berry,dkk,2001).

Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam

hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari

dinamiknya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui

investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini

bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha

besar. Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha

rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam

menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung

pendapatan rumah tangga.

Banyak diungkapkan bahwa UKM memiliki peran penting bagi

masyarakat ditengah krisis ekonomi. Dengan memupuk UKM diyakini

pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi (Kompas, 20/12/2019). Usaha

kecil sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat informal dan karena itu

relativ mudah untuk dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru.

Pendapat mengenai peran UKM atau sektor informal tersebut ada

20
benarnya setidaknya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan

dampak social dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan

hilangnya penghasilan masyarakat.

UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat

untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan

diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

Dengan hal ini maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat

tertolong dan implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan. Namun

terkadang usaha kecil menengah yang ada di desa kadang mengalami

kemerosotan daya beli masyarakat, sehingga tidak lain usaha kecil

menengah tersebut bias saja bangkrut. EkoSutoro (2005;105-108).

Entrepeneur adalah seorang yang selalu membawa perubahan,

inovasi, ide-ide baru dan aturan baru. Pemerintah memfasilitasi dan

menciptakan jiwa entrepreneur melalui pemberdayaan masyarakat dengan

penyadaran bahwa setiap orang adalah pengusaha (UKM) yang kreatif,

penuh inisatif, dan mandiri. Tujuan awal dari pemberdayaan masyarakat

adalah jadikan rakyat berdaya, mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

sendiri hingga tingkat sejahtera. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat

setiap individu dapat dianggap sebagai UKM karena kepemilikan UKM

biasanya perseorangan.

UKM yang diberdayakan dan didorong sebagai entrepreneur yang

tidak memerlukan banyak bantuan dari pemerintah agar dapat maju dan

berkembang. Bantuan tersebut tidak hanya berupa modal karena sebagian

21
besar pihak menganggap kalau bantuan itu harus berupa modal. Padahal

ada banyak lagi bantuan yang diperlukan UKM untuk berkembang pesat

selain modal. Setidaknya dari persoalan-persoalan yang bias dihadapi

UKM, seperti kurang modal, kurang promosi, kurang akses pasar, kurang

kualitas kemasan, dan lain-lain.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan UKM agar mampu

bertahan dan berkembang dengan lebih cepat. Percepatan perkembangan

UKM akan mendorong percepatan kesejahteraan. Jika diperlukan bantuan

pemerintah sifatnya adalah memperlancar. Berikut ini adalah langkah

praktis yang harus dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan UKM. Sumodiningrat Gunawan (2016: 101-105).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam hal ini usaha kecil

menengah (UKM) merupakan usaha ekonomi rakyat yang harus

diperhatikan pemerintah Desa Towangsan karena UKM ini sangat

membantu perekonomian masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja,

sehingga para pelaku UKM harus benar-benar diperhatikan bukan sekedar

hanya diberikan modal bagi para pelaku UMK tetapi juga diberikan

fasilitas dan perlindungan yang dapat membantu dalam pengembangan

usaha mereka sehingga sangat diharapkan keterlibatan langsung dari

pemerintah desanya dalam hal ini yaitu kapasitas pemerintah desa

Towangsan dalam pemberdayaan UMKM tersebut.

22
F. Ruang Lingkup

Agar lebih mudah dipahami dan sistematis, maka peneliti membatasi

ruang lingkup pada penelitian ini. Ruang lingkup tersebut meliputi :

1. Kapasitas pemerintah Desa Towangsan dalam manajemen pengelolaan dan

pelaksanaan terhadap pengembangan UMKM

2. Kapasitas pemerintah Desa Towangsan dalam upaya memberi peluang

diadakannya pameran UMKM serta menjalin kerjasama untuk

mengembangkan UMKM

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah

penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian deskriptif menurut

Wardiyanta (2006: 5) yaitu membuat deskripsi atas suatu fenomena

sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat. Penelitian yang

digunakan ini juga untuk menjawab pertanyaan mengenai peristiwa yang

sedang terjadi di masyarakat. Sejalan dengan Wardiyanta, Usman (2009: 4)

menjelaskan penelitian deskriptif bermaksud untuk membuat deskripsi

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi tertentu. Selanjutnya Usman (2009: 129) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif salah satunya adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Usman (2009: 130) berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif itu

diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat informan, apa adanya sesuai

23
dengan pertanyaan penelitian yang ditanyakan, kemudian di analisis

dengan kata-kata yang melatarbelakangi informan berperilaku seperti itu,

di reduksi, di triangulasi, disimpulkan dan di verifikasi.

Berdasarkan penjelasan penelitian deskriptif kualitatif di atas maka

peneliti menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang menjelaskan tentang suatu fenomena yang terjadi sesuai dengan fakta

secara akurat. Dalam penelitian ini yang akan dideskripsikan adalah

kapasitas pemerintah desa dalam bidang pemberdayaan masyarakat usaha

mikro kecil menengah (UMKM) di Desa Towangsan, Kecamatan

Gantiwarno, Kabupaten Klaten.

2. Unit Analisis

Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah objek dan subyek

penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini

adalah kapasitas pemerintah desa dalam bidang pemberdayaan masyarakat

usaha mikro kecil menengah (UMKM). Subyek dari penelitian ini adalah

berkaitan dengan orang/Informan yang digunakan sebagai sumber data.

Subjek adalah:

a. Kepala Desa = 1 Orang

b. Perangkat Desa = 2 Orang

c. Anggota BPD = 1 Orang

d. Masyarakat Pelaku UMKM = 5 Orang

x Produsen Tempe = 1 Orang

x Produsen Tas Kulit = 1 Orang

24
x Produsen Keripik Belut = 1 Orang

x Pengusaha Warung Kelontong = 2 Orang

Total = 9 Orang

Pemilihan informan sebanyak 9 orang menggunakan teknik

purposiv. Teknik purposive adalah teknik pengambilan sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 53). Pertimbangan yang

dimaksud adalah informan yang dianggap paling tahu tentang kapasitas

pemerintah desa di Desa Towangsan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten

Klaten.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik ini merupakan pengamatan secara langsung oleh

peneliti mengenai beberapa bentuk kegiatan atau masalah dilokasi

penelitian, kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk mendukung hasil

penelitian yang diperoleh. Dengan adanya pengamatan, peneliti akan

mengetahui fenomena di lapangan, sehingga mampu membuktikan

data yang diperoleh. Ada beberapa ahli yang memberikan pemahaman

observasi sebagai berikut.

Menurut Alwasilah C. (2003: 211), ia menyatakan bahwa

observasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana

yang diamati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan

realibilitas.

25
Menurut (Nasution, 2003: 56) mengungkapkkan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunnia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Dalam hal ini yang menjadi objek

penelitian yang akan diobservasi adalah :

x RPJM Desa Towangsan Tahun 2019

x Kondisi Desa Towangsan

x Jumlah UMKM dan Macam-macam UMKM

x Kinerja Pemerintah Desa

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik komunikasi antara interviewer

dengan interview. Terdapat sejumlah syarat bagi seorang interviewer

yaitu harus responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan

responden dan pembicaraannya harus terarah. Di samping itu terdapat

beberapa hal yang harus dilakukan interviewer ketika melakukan

wawancara yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan

pembicaraan bersifat kontinyu, jangan terlalu sering meminta

responden mengingat masa lalu, memberi pengertian kepada

responden tentang pentingnya informasi mereka dan jangan

mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.

Peneliti telah menyusun pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada informan, peneliti akan mencatat seluruh hasil wawancara

tanpa terkecuali, untuk hasil yang lebih konkrit maka penulis

26
menggunakan record yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini

peneliti mewawancarai Kepala Desa dan perangkat Desa Towangsan,

BPD, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat serta para pelaku

UMKM.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode mengumpulkan data yang

dilakukan dengan cara menyalin atau mengumpulkan data dengan

melalui catatan-catatan, buku, laporan-laporan, arsip, foto yang telah

ada kemudian mengolah menjadi laporan yang dibutuhkan dalam

penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mencari arsip-arsip, laporan

ataupun foto-foto yang ada di Desa Towangsan guna mendukung data

yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dokumen :

x RPJM Desa tahun 2019

x Data jumlah UMKM Desa Towangsan

x Profil Desa Towangsan

x Foto dan video selama penelitian

3. Teknik Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis dan deskriptif kualitatif. Teknik analisis data kualitatif

yang digunkan dalam penelitian ini adalah adalah model analisis data

kualitaif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

interaktif dari Miles dan Huberman. Dalam teknik ini ketiga komponen

27
utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang

dilakukan serentak dengan proses pengumpulan data, dalam bentuk siklus

selama proses penelitian. Untuk lebih jelasnya tiga komponen dalam

model analisis interkatif dari Miles dan Huberman dapat dijelaskan

dibawah ini yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Pengumpulan Data)

Merupakan proses seleksi dan penyederhanaan data yang

diperoleh di lapangan. Teknik ini digunakan agar data dapat digunakan

seperaktis dan seefisien mungkin, sehingga hanya data yang diperlukan

dan dinilai valid yang dijadikan sumber penelitian. Tahap ini

berlangsung secara terus-menerus dari tahap awal sampai tahap akhir.

b. Data Display (Penyajian Data)

Merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

c. Penaikan kesimpulan

Dari awal pengumpulan data peneliti harus suda mulai

mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui. Dari data yang diperoleh

di lapangan maka dapat diambil suatu kesimpulan hasil akhir

penelitian tersebut (Sutopo, 2002: 141).

28
BAB II

PROFIL DESA TOWANGSAN

A. Letak Geografi

Gambar 1.1

Peta Wilayah Administratif Desa Towangsan

K E C . JO G O N A L A N

K E C .W E D I
JU D U L P E T A

D k . T u ren
R W 06 A D M IN IS T R A S I
R W 07
D k . S em b u n g an D k . T o sad u

LO K A SI

D E S A T O W A N G S A N K E C A M A T A N G A N T IW A R N O

K ABUPATEN KLATEN
D k. Pundung

LEGENDA

K an to r D e sa

D ESA CEPORAN K E C .W E D I Jalan P o ro s D esa

Jalan L in g k u n g an

Jalan K ab u p aten

S u n g ai
R W 05
B atas D esa
D k . T itan g

D ESA CEPORAN

R W 01

D k . T an g k isan ARAH SKALA


D ESA CEPORAN U 150 M ETER
K E C .W E D I 50 0 50

R W 03 100

D k . T an g k isan
R W 02
D k . T an g k isan R W 04
PROGRAM
D k . T an g k isan

R E N C A N A P E N A T A A N P E M U K IM A N

D E S A T O W A N G S A N K E C A M A T A N G A N T IW A R N O
K A BU PA TEN K LA TEN

D k . T an g k isan

SU M BER PETA N O PETA

H A S IL S U R V E I S W A D A Y A

T IP D A N T IM C S P D M C K L A T E N
TA H U N 2010
1
D E S A JA B U N G

(Sumber: Pemetaan Swadaya Desa Towangsan tahun 2010)

29
- Ketinggian tanah : 135 mdpl

- Suhu udara : 31oC

- Topografi : Dataran rendah

- Curah hujan : 236 mm/th

Desa Towangsan adalah desa yang lumayan maju dan masyarakatnya

terbilang sopan dan ramah. Desa Towangsan terletak di Kecamatan

Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Letak desa

Towangsan tidak jauh dari perkotaan jadi desa Towangsan bukanlah desa

yang tertinggal. Balai Desa Towangsan terletak di dukuh Tangkisan, lokasi

tersebut berada di pinggiran desa. Letak Balai Desa Towangsan sangat

strategis karena bersebelahan dengan desa Titang. Ketinggian tanah di desa

Towangsan 135 meter diatas permukaan laut (MDPL) sehingga desa

Towangsan tidak mudah terkena banjir, suhu udara di desa Towangsan 31 o C,

namun yang dirasakan pada saat saya berada di desa Towangsan tersebut

ternyata lebih panas dari 31o C, dan selama saya melakukan observasi di desa

Towangsan tersebut cuaca disana terbilang tidak menentu. Topografi di desa

Towangsan yaitu dataran rendah dan curah hujan di desa Towangsan yaitu 236

milimeter/tahun. Dataran rendah ini sangat cocok dan bermanfaat bagi

masyarakat di desa Towangsan karena dengan keadaan topografi yaitu dataran

rendah, maka tanahnya terbilang subur dan lapang sehingga masyarakat yang

tinggal di desa Towangsan mempunyai kualitas hidup yang baik karena

perekonomian di daerah tersebut dapat berkembang dengan baik.

30
Dari data diatas menunjukan bahwa Desa Towangsan merupakan desa

yang sangat strategis, karena seperti yang kita ketahui Desa Towangsan

sendiri memiliki suhu udara 310 C dan terletak diketinggian 135 (MDPL), dan

Desa Towangsan sendiri tidak mudah untuk terkena banjir. Dengan kondisi

geografis di Desa Towangsan tersebut maka mayoritas masyarakat

memanfaatkan daerahnya sendiri untuk bercocok tanam atau bertani.

Masyarakat desa Towangsan memanfaatkan sebaik mungkin tanahnya yang

subur untuk bertani dan berkebun, dengan memanfaatkan tanah yang yang

subur tersebut perekonomian masyarakat desa Towangsan akan jadi lebih baik,

sejahtera dan perekonomian masyarakat desa Towangsan akan lebih

meningkat.

B. Demografi

Jumlah penduduk berdasarkan :

1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin :

Tabel 1.1

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis Jumlah Persentase


No
Kelamin (Jiwa) (%)
1 Laki-laki 1.210 49 , 83
2 Perempuan 1.218 50 , 17
Jumlah 2.428 Jiwa 100
(Sumber : IPPD Desa Towangsan)

Berdasarkan data demografis diatas yang disajikan bersumber dari

Profil Desa Towangsan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Data-

data kependudukan tersebut meliputi jumlah penduduk berdasarkan jenis

31
kelamin, agama dan usia. Jumlah penduduk Desa Towangsan berdasarkan

jenis kelamin pada tahun 2018 adalah 2.428 jiwa dengan rincian 1.210

jiwa laki-laki dan 1.218 jiwa perempuan.

2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama :


Tabel 1.2
Jumlah penduduk berdasarkan agama
Jumlah Persentase
No Agama
(Jiwa) (%)
1 Islam 2.067 85 , 13
2 Kristen 15 0 , 62
3 Katholik 346 14 , 25
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Jumlah 2.428 Jiwa 100
(Sumber : IPPD Desa Towangsan)

Berdasarkan tabel diatas penduduk Desa Towangsan mayoritas

beragama Islam, hal ini dibuktikan dengan data diatas yang menunjukan

dimana jumlah penduduk yang beragama Islam yakni sebanyak 2.067

orang, selain agama Islam adapun agama Katolik yang jumlahnya sebesar

346 orang dan agama Kristen dengan jumlah 15 orang. Sedangkan untuk

agama Hindu dan Budha tidak ada. Berdasarkan data pada tabel diatas

maka masyarakat di Desa Towangsan hanya memeluk 3 agama yaitu Islam,

Katolik dan Kristen.

32
3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia :
Tabel 1.3
Jumlah penduduk berdasarkan usia
Jumlah Persentase
No Usia Keterangan
(Jiwa) (%)
1 0 ± 3 th 71 Balita
2 4 ± 6 th 100 7 , 04
3 7 ± 12 th 198 Anak-anak 12 , 52
4 13 ± 15 th 106
5 16 ± 18 th 194 Remaja 7 , 99
6 19 -56 th 1.347 Dewasa 55 , 47
7 57-65 th 217 8 , 93
8 66 ke atas 274 Lansia 11 , 28
Jumlah 2.428 Jiwa 100

(Sumber : IPPD Desa Towangsan)

Berdasarkan tabel diatas, penduduk Desa Towangsan jika dilihat

dari segi usia paling banyak berada di tingkat dewasa dengan jumlah

keseluruhannya 1.564 orang, untuk usia tingkat balita jumlah

keseluruhannya 171 orang, untuk jumlah keseluruhan dari usia tingkat

anak-anak 304 orang, dan untuk usia ditingkat remaja hanya berjumlah

194 orang sedangkan usia di tingkat lansia berjumlah 274 orang.

4) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian :


Tabel 1.4
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
1 Tidak/ Belum Bekerja 347
2 Ibu Rumah Tangga 254
3 Pelajar/ Mahasiswa 496
4 Pensiunan 71
5 Pegawai Negeri Sipil 65
6 Tentara Nasional Indonesia 4
7 Kepolisian RI 7
8 Pedagang 52
9 Petani/ Pekebun 21
10 Peternak 2
11 Sopir 2

33
12 Karyawan Swasta 196
13 Karyawan BUMN 3
14 Karyawan Honorer 8
15 Buruh Harian Lepas 786
16 Buruh Tani/ Perkebunan 4
17 Buruh Kasar 6
18 Penjahit 12
19 Penata Rias 1
20 Mekanik 1
21 Pastor 1
22 Dosen 1
23 Guru 9
24 Dokter 3
25 Bidan 1
26 Perawat 1
27 Perangkat Desa 7
28 Kepala Desa 1
29 Wiraswasta 63
(Sumber : IPPD Desa Towangsan)

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pada tabel diatas

menunjukan bahawa profesi warga masyarakat Desa Towangsan itu

bermacam-macam. Namun terlihat jelas pada tabel diatas bahwa profesi

sebagai buruh harian lepas di desa Towangsan nyatanya memiliki jumlah

terbanyak dari profesi-profesi lainnya dengan jumlah sebesar 786. Jadi,

pada umumnya pekerjaan warga masyarakat di Desa Towangsan itu rata-

rata berprofesi sebagai buruh.

Dari data-data pada tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa data-

data kependudukan Desa Towangsan meliputi jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin, agama dan usia. Jumlah penduduk Desa

Towangsan menurut jenis kelamin pada tahun 2018 adalah 2.428 jiwa

dengan rincian 1.210 jiwa laki-laki dan 1.218 jiwa perempuan. Dan dari

segi jumlah penduduk menurut agama, di Desa Towangsan sendiri

memiliki tiga agama yang dianut atara lain Islam, Katolik, dan Kristen.

34
Dan mayoritas agama yang yang ada di Desa Towangsan menganut agama

Islam dengan persentase 85,13%. Desa Towangsan juga memiliki toleransi

yang tinggi terhadapa umat beragama, saling menghormati antara satu

dengan yang lainnya. Dan dari segi jumlah penduduk menurut usia Desa

Towangsan sendiri, secara keseluruhan memiliki jumlah penduduk 2.428

dan mayoritas usia masyarakat Desa Towangsan lebih banyak berada di

tingkat dewasa dengan jumlah 1.564 orang. Dari data diatas dengan

mayoritas lebih banyak orang dewasa akan tetapi di Desa Towangsan

sendiri untuk orang dewasa secara umum lebih memilih berkerja keluar

wilayah Desa Towangsan sendiri. Dengan pendapat dari masyarakat

setempat bahwa orang desa lebih memilih untuk bekerja di kota dari pada

menetap di daearah asalnya sendiri. Serta pada umumnya pekerjaan warga

masyarakat di Desa Towangsan itu rata-rata berprofesi sebagai buruh.

C. Luas dan Batas Wilayah

Desa Towangsan merupakan salah satu desa diantara 16 desa dalam

wilayah Kecamatan Gantiwano dengan luas wilayah 147.4070 Ha, yang terdiri

dari :

x Tanah Sawah : 106.6860 Ha

x Tanah Tegalan : -

x Tanah Pekarangan : 32.9295 Ha

x Lain-lain : 7.7915 Ha

35
Dengan batas wilayah sebagai berikut :

x Batas Utara : Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Kab. Klaten

x Batas Timur : Desa Kali Tengah, Kecamatan Wedi, Kab. Klaten

x Batas Selatan : Desa Jabung, Kecamatan Gantiwarno, Kab. Klaten

x Batas Barat : Desa Ceporan, Kecamatan Gantiwarno, Kab. Klaten

Jalan yang menghubungkan antara desa yang satu ke desa yang lain,

dari desa Towangsan bisa dikatakan cukup baik akan tetapi masih terdapat

beberapa jalan yang berlubang atau kualitas jalannya kurang bagus dan untuk

sarana transportasi kebanyakan di daerah tersebut menggunakan transportasi

pribadi jadi cukup memadai. Sehingga hal ini juga berguna bagi kelancaran

arus lalu lintas, juga perhubungan dan komunikasi yang mendukung

perkembangan, serta dinamika pemerintahan desa. Dengan demikian warga

masyarakat desa Towangsan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan

aktivitas sosial ekonomi.

D. Jarak dari Pusat Pemerintahan Daerah

Secara geografis letak Desa Towangsan terhadap pusat-pusat kota dan

pemerintahan relativ cukup jauh, jaraknya antara lain adalah :

x Jarak dari Pusat Kecamatan : 2 Km

x Jarak dari Pusat Kabupaten : 10 Km

x Jarak dari Pusat Provinsi : 120 Km

x Jarak dari Pusat Ibu Kota Negara : 600 Km

36
E. Pembagian Wilayah Desa

Desa Towangsan terdiri dari 6 (enam) Padukuhan, ada 3 (tiga) dusun, 7

(tujuh) rukun waga dan 18 (delapan belas) rukun tetangga. Dalam

menjalankan pemerintahan Desa Towangsan terbagi dalam 6 (enam)

Padukuhan yaitu :

x Padukuhan Tangkisan

x Padukuhan Titang

x Padukuhan Pundung

x Padukuhan Sembungan

x Padukuhan Tosadu

x Padukuhan Turen

F. Sosial Ekonomi

Perekonomian merupakan tulang punggung kesejahteraan masyarakat,

oleh karena itu pemerintah desa selama satu periode masa jabatan ini berusaha

meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Adapun langkah-langkah

tersebut antara lain:

1) Melaksanakan pembinaan usaha kecil dan menengah.

Dengan adanya pembinaan ini, maka para pelaku umkm akan

sangat mudah untuk mendapatkan modal. Sehingga dengan adanya

pembinaan ini pelaku umkm wajib ikut serta merta untuk mengetahui apa

apa saja yang akan di bahas melalui pembinaan ini, mungkin dari pihak

pemerintah desa juga akan lebih banyak membantu dalam pembinaan,

37
sehingga para pelaku umkm ini juga secara gampang dapat mengetahui

bagian bagian dari pembinaan khusus ini.

2) Mendorong terbentuknya badan-badan pembiayaan. Badan pembiayaan

gapoktan melayani pinjaman para petani. Badan pembiayaan nurani dan

bapermas melayani pinjaman UMKM.

Dengan terbentuknya badan-badan pembiayaan ini, maka dengan

mudah juga para pelaku umkm untuk mendapatkan pinjaman berupa

modal khusus, sehingga mereka mampu mendirikan usaha usaha kecil

mereka seperti: warung klontong dan lain sebagainya.

3) Menjalin kerjasama dengan lembaga pelatihan yang mendidik para warga

untuk dipersiapkan bekerja di luar negeri.

Dengan adanya kerjasama ini maka para warga atau lebih khusus

para pelaku umkm ini akan sangat mudah untuk mempersiapkan skill

dalam hal bekerja sesuai kemampuan dari masing-masing pelaku umkm

ini, sehingga dengan mudah juga mereka mengetahui apa saja yang akan

di kerjakan. Setelah ada nya kerjasama ini tentunya membawa dampak

yang baik pula yaitu menambah pengetahuan akan kemampuan mereka

dalam bekerja sehingga mereka juga dapat bekerja sesuai dengan yang

diinginkan.

Desa Towangsan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Gantiwarno Kabupaten Klaten, masyarakat Desa Towangsan pada umumnya

berprofesi sebagai petani, tetapi sebagian masyarakat Towangsan ada yang

berprofesi sebagai pengusaha kecil-kecilan, seperti warung klontong,

38
pengusaha keripik belut, dan pengusaha tas kulit. Kalau saya melihat dari

keseluruhan pelaku usaha ini mereka pada umumunya memiliki tingkat

pendidikan yang bagus, namun sayangnya pelaku usaha ini kurang mendapat

perhatian dari pemerintah untuk mengembangakan usaha mereka. Dari

berbagai kumpulan hasil wawancara dari setiap informan yang saya dapat

adalah pemerintah Desa Towangsan tidak sepenuhnya memberi

pertanggungjawaban bagi masyarakatnya, terlebih khusus ketiga informan

yang saya wawancarai ini. Dan mereka menyatakan bahwa kurangnya

perhatian dari pemerintah desa terhadap masyarakat sehingga mereka merasa

kurang nya kerjasama antar warga sekitar dengan pemerintah desa yang ada di

Desa Towangsan. Dan masyarakat juga menyatakan bahwa ketika ada event-

event tertentu baru masyarakatnya diundang dalam rangka mengikuti event-

event tersebut tetapi setelah itu pemerintah desanya tidak memperhatikan

masyarakatnya. Dan masyarakat juga menyatakan bahwa ketika ada diskusi

hanya sebagian saja yang di undang ke forum diskusi tetapi yang diundang itu

bukan pelaku UMKM tetapi pelaku peternakan, sedangkan pelaku peternak ini

tidak termasuk dalam pelaku UMKM, karena pelaku peternakan ini adalah

bagian dari kelompok tani.

Dari data diatas pada dasarnya sosial ekonomi Desa Towangsan, dari

segi ekonomi Desa Towangsan sendiri berusaha meningkatkan perekonomian

masyarakatnya. Desa Towangsan sendiri juga menerapkan beberapa langkah-

langkah untuk meningkatkan perekonomi masyarakat antara lain,

melaksanakan pembinaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah, mendorong

39
terbentuknya badan-badan pembiayaan, contohnya pinjaman modal bagi

masyarakat yang membutuhkan untuk mengembangkan usahannya yaitu

dengan pendanaan modal awal yang dilakukan oleh pemerintah Desa

Towangsan itu sendiri, menjalin kerja sama dengan lembaga pelatihan yang

mendidik para masyarakat untuk di persiapkan bekerja diluar negeri. Dengan

adanya kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah Desa Towangsan maka

para masyarakat khususnya para pelaku UMKM akan sangat mudah untuk

bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimilik khususnya bagi para pelaku

UMKM. Sehingga dengan mudahnya pelaku UMKM ini mengetahui apa yang

akan mereka kerjakan, dan dari Desa Towangsan sendiri pemerintah Desa

tidak sepenuhnya bertanggung jawab khusunya pada pelaku UMKM

melainkan UMKM ini berkembang dengan sendiri nya tanpa bantuan lain dari

Pemerintah Desa. UMKM ini berjalan dengan dana pribadi dan mandiri, pada

saat diadakannya rapat atau semacam pertemuan kecil para pelaku UMKM ini

jarang untuk diundang atau dilibatkan untuk hadir dalam rapat tersebut, namun

ketika kecamatan melakukan kegiatan pameran produk-produk UMKM baru

disitu lah pelaku UMKM tersebut dilibatkan oleh pemerintah desa, dengan

membawa nama Desa Towangsan. Menurut peneliti dari Pemerintah Desa

sendiri kurang peka terhadap pontensi yang dimiliki para pelaku UMKM ini,

apabila Pemerintah Desa bekerja sama dengan pelaku UMKM ini, maka ini

merupakan salah satu keuntungan bagi Pemerintah Desa Towangsan dimana

mereka memiliki ciri khas tersendiri dari hasil-hasil produk yang mereka

miliki.

40
G. Sarana Prasarana

Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Towangsan :

Desa Towangsan memiliki potensi yang hampir sama dalam hal

ketersediaan sarana dan prasarana seperti yang ada di beberapa desa lain pada

umumnya. Desa Towangsan sendiri memiliki aksesbilitas yang cukup strategis

karena letak desa yang tidak terlalu jauh dari pusat Kota Klaten. Hal ini sesuai

dengan hasil survey yang saya lakukan. Setelah melakukan pengumpulan data,

wawancara, serta survey lapangan selama melakukan observasi maka saran

dan prasarana yang ada di Desa Towangsan dapat dilihat sebagai berikut :

1) Sarana Prasarana Pemerintah Desa :

a. Kantor Desa : 1 buah

b. Balai Desa : 1 buah

c. Gedung PKK : 1 buah

d. Kantor Sekretariat BKM ³NURANI´ : 1 buah

e. Kantor Sekretariat P3A : 1 buah

f. Kantor Sekretariat BPD : 1 buah

g. Polindes : 1 buah

Berdasarkan data yang saya dapatkan dari pendapatan profil Desa

Towangsan maka uraiannya adalah Desa Towangsan memiliki Kantor

Desa satu buah, satu buah gedung khusus untuk PKK, tiga buah kantor

khusus untuk Sekretariat %.0 ³185$1,´ Sekretariat P3A dan

Sekretariat BPD serta ditambah lagi dengan satu buah Polindes. Hal ini

dapat dilihat dari balai desa ini telah dilengkapi dengan kursi yang cukup

41
untuk melakukan rapat-rapat desa atau pertemuan tingkat desa seperti

Rapat Mingguan ataupun Tahunan. Selain itu balai desa ini juga telah

dilengkapi dengan seperangkat sound system, listrik, dan toilet juga

tersedia. Kantor Desa juga ini telah dilengkapi dengan satu buah mesin

printer, dua buah leptop yang berada di ruangan perangkat desa, dan

fasilitas standar kantor lainnya. Informasi mengenai perangkat desa,

struktur organisasi, dan buku peta wilayah juga terdapat dalam Kantor

Desa.

2) Sarana Prasarana Pendidikan

a. TK : 2 buah

b. SD : 1 buah

c. SMP / SLTP : 1 buah

d. SMA / SLTA : -

Sarana dan Prasarana Pendidikan yang terdapat di Desa

Towangsan terdiri dari dua buah TK, satu buah SD, dan satu buah

SMP/SLTA. Di Desa ini terlihat bahwa tidak adanya SMA/SLTA,

sehingga jika masyarakat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang

SMA/SLTA maka mereka harus pergi ke luar dari desa.

3) Sarana Prasarana Keagamaan

a. Masjid : 4 buah

b. Langgar / Mushola : 4 buah

c. Gereja : -

d. Pura : -

42
e. Vihara : -

Desa Towangsan memiliki empat buah Masjid dan empat buah

Mushola. Mushola dan Mesjid ini menjadi tempat dimana masyarakat

yang ada di Desa Towangsan melakukan aktivitas keagamaan seperti

sholat berjamaah dan pengajian rutin. Akan tetapi dari Profil Desa Tahun

2017 yang saya dapatkan disini kita tidak melihat data bahwa adanya

sarana ibadah bagi masyarakat yang non-muslim. Hal ini mungkin karena

jumlah masyarakat non-muslim yang sangat sedikit sehingga tidak

tersedianya sarana ibadah bagi mereka yang non-muslim. Oleh sebab itu,

jika masyarakat yang non-muslim ingin beribadah maka mereka harus

pergi ke desa tetangga yang memiliki rumah Ibadah bagi mereka yang

non-muslim ataupun mereka bisa sampai ke kota untuk mencari rumah

Ibadah.

4) Sarana Prasarana Olahraga

a. Lapangan Sepak Bola : -

b. Lapangan Bulu Tangkis : 1 buah

c. Lapangan Volley Ball : 2 buah

d. Lapangan Tenis Meja : 7 buah

Di Desa Towangsan memiliki lapangan bulu tangkis satu buah,

lapangan bola volly dua buah dan lapangan tenis meja tujuh buah. Sarana

olahraga ini biasa di gunakan pada saat adanya lomba 17-an Agustus

ataupun kegiatan-kegiatan lain oleh masyarakat Desa Towangsan. Namun

di Desa Towangsan ini tidak memiliki lapangan sepak bola sama sekali,

43
yang terlihat disana bahwa kadang kala anak-anak menggunakan lahan

sawah yang setelah di panen dan dibersihkan untuk dijadikan sebagai

lapangan sepak bola mereka.

H. Sosial Budaya

Desa merupakan lingkungan yang dihirup oleh masyarakat Indonesia,

desa sendiri indentik dengan yang nama budaya dan juga lingkungannya

masih alami, sejuk dan warga mayasarakat yang di desa juga ramah-ramah ke

semua orang walaupun orang yang baru dikenal. Kemudian warga masyarakat

di desa tingkat kepedulian dan kekeluargaannya masih tinggi. Hal itu bisa

dibuktikan dengan adanya adat istiadat dan budaya yang masih kental. Salah

satunya adalah adat istiadat dan budaya yang masih kental dan masih di

junjung tinggi oleh masyarakat desa. salah satu contohnya kegiatan gotong

royong, warga masyarkat desa selalu ikut serta dalam kegiatan gotong royong

tersebut dan apabila ada salah satu keluarganya terkena musibah masyarakat

akan senantiasa saling membantu. Bagi saya kebiasaan baik ini merupakan

budaya warga masyarakat Desa Towangsan yang sampai saat ini masih terjaga

dengan baik. Dan juga ini merupakan salah satu desa yang masih sangat

menjujung tinggi yang namanya adat istiadat dan budayanya. Desa

Towangsan sendiri merupakan desa yang terletak di Kecamatan Gantiwarno,

Kabupaten Klaten, dan di Desa Towangsan ini sendiri masih sangat

memelihara budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka. Hal ini

bisa lihat dari peraturan desa yang mengatur tentang budaya yang ada di Desa

44
Towangsan. Maka dengan ini untuk tetap melestarikan budaya yang ada di

Desa Towangsan, dengan ini pemerintah Desa Towangsan adakan kegiatan

antara lain:

1) Rutin melaksanakan tradisi sadranan dan rawutan

Tradisi ini adalah mendoakan leluhur yang dilaksanakan pada

bulan ruwah

2) Melaksakan bersih desa dengan pagelaran budaya wayang kulit

Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin tiap tahunnya

3) Melakukan pembinaan pada kelompok kerawitan

Kegiatan ini juga sering dilaksankan setiap malam jumaat

Dari data diatas Desa Towangsan memilki budaya yang saling

menghormati antara lain: toleransi yang tinggi, menjunjung nilai dan norma

yang ada, dan yang sangat mencolok dari Desa Towangsan sendiri yaitu

budaya gotong-royang yang masih sangat terjaga dengan baik. Dan dari segi

kultur Desa Towangsan sendiri memiliki tradisi antara lain, tradisi sandranan

dan rawutan yaitu tradisi mendoakan leluhur yang telah mendahului yang

dilaksanakan pada bulan ruwah, pagelaran budaya wayang kulit dilakukan

secara rutin tiap tahunnya, dan pembinaan kelompok kerawitan dilaksanakan

setiap malam jumaat. Pada umumnya masyarakat Desa Towangsan memiliki

budaya gotong-royong yang sangat tinggi, menghormati nilai-nilai dan norma

yang ada di desa tersebut.

45
I. Pemerintahan Desa

Pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur pemerintah desa sesuai aturan

yang berlaku, dari aparatur pemerintah desa hingga ke tingkat RT/RW

berjalan dengan baik begitu juga dengan lembaga-lembaga desa yang ada.

Adapun lembaga-lembaga yang ada di Desa Towangsan antara lain :

1) Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa Towangsan terdiri dari Pemerintah Desa dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Aparatur Pemerintah Desa

Towangsan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.5

Struktur Organisasi Desa


Kepala Desa
(Sigit Isrutiyanto. S.Sn)

Sekretaris Desa
(H. Suryohadiyanto)

Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Urusan Ka. Urusan


Pemerintahan Kesra TU & Umum Keuangan
(Aminudin Sadewo) (Kuwat) (Wiji Sutrisno. SE) (Wiyono)

Ka. Dusun Ka. Dusun


I II
(Suwartoyo) (P. Widodo)

(Sumber : Profil Desa 2019)

46
Sedangkan untuk susunan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

adalah sebagai berikut :

x Ketua: IR. Wening.S.C.P

x Wakil Ketua: H. Sugito.S.Pdi

x Sekretaris: M. Abdul Khaliq.W

x Anggota Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa: Drs. Suranto

x Anggota Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa: Sukarjo

x Anggota Bidang Pembangunan Desa : Riyanto

x Anggota Bidang Pembinaan Masyarakat Desa: Naniek Eka. C

2) Lembaga Desa

Lembaga Desa Towangsan antara lain :

x LPMD

Merupakan lembaga desa yang berkonsentrasi pada pembangunan fisik

dan sebagai lembaga perencana pembangunan desa.

x Rukun Tetangga (RT)

Adalah lembaga desa yang bertugas membantu pelaksanaan

pemerintahan. Di Desa Towangsan terdapat 18 RT.

x Rukun Warga (RW)

Merupakan lembaga desa yang bertugas mengkoordinir RT-RT

diwilayahnya. Di Desa Towangsan terdapat 7 RW.

x Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)

47
Merupakan lembaga desa yang bertugas untuk memberdayakan kaum

perempuan dan menangani kesehatan ibu dan anak serta tim keluarga

berencana tingkat desa.

x Karang Taruna

Lembaga desa yang berkonsentrasi dalam kegiatan kepemudaan baik

dibidang olahraga, kesenian dan kegiatan lainnya tentang kepemudaan.

x Badan Keswadayaan Masyarakat

Merupakan lembaga desa yang bergerak dalam bidang peningkatan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

x Kelompok Tani

- Kelompok Tani Sri Rejeki untuk wilayah Towangsan Timur

- Kelompok Tani Sri Widodo untuk wilYh Towangsan Barat

x Perlindungan Masyarakat (LINMAS)

Perlindungan masyarakat adalah suatu keadaan dinamis dimana warga

masyarakat Towangsan yang dipilih untuk disiapkan dan dibekali

pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan

penanganan bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat

bencana, serta ikut memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban

di Desa Towangsan.

48
J. Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan Desa Towangsan yang maju dalam bidang ekonomi

sehingga terwujudnya masyarakat desa yang sejahtera, sehat, damai,

beriman dan aman yang di dukung oleh semua elemen masyarakat.

Dimana sifat kegotongan-royongan, toleransi, kemandirian, transparansi

dan kejujuran menjadi sifat sosial masyarakat Desa Towangsan.

b. Misi

Adapun misi Desa Towangsan adalah sebagai berikut :

x Peningkatan dan pembangunan masyarakat yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui pendidikan agama

sehingga terwujudnya masyarakat yang agamis dan dinamis.

x Peningkatan kapasitas pembangunan yang dilakukan bersama lembaga

desa dengan masyarakat dan menumbuhkan swadaya dan gotong-

royong agar supaya pembangunan sesuai dengan yang diharapkan.

x Meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan antara tujuan ekonomi

dan sosial dalam rangka menciptakan kemakmuran bagi masyarakat

GDODPEHQWXNSHQJHPEDQJDQ³%DGDQ8VDKD0LOLN'HVD %80'(6 ´

x Peningkatan dalam melakukan kebijakan dan keputusan yang diambil

selalu memperhatikan prinsip keadilan terhadap seluruh pihak, serta

bersifat obyektif antara lembaga dan pemerintah yang menimbulkan

konflik kepentingan.

49
x Peningkatan semangat keterbukaan dan peran masyarakat dalam

melakukan pengawasan sosial sehingga proses kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin agar pelaksanaan pemerintah desa yang bersih dan

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan ketentuan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Alwasih, C. (2003). Pokoknya kualitatif : dasar dasar merancang dan melakukan


penelitian kualitatif. Bandung: Kiblat buku utama.

Asrori A. (2014). Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintah


Desa di Kabupaten Kudus. Jurnal Bina Praja vol 6 No 2.

Asrori A. (2014). Kapasitas Perangkat Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintah


Desa di Kabupaten Kudus. Jurnal Bina Praja vol 6 No 2.

Berdesa. (2017, Oktober 11). Apa Tugas Utama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), Ini Jawabannya. Retrieved Oktober 20, 2020, from
http://www.berdesa.com: http://www.berdesa.com/apa-tugas-utama-bpd-
ini-jawabannya/

Bappenas.go.id (2002, November 06). Kerangka Nasional Pengembangan Dan


Peningkatan Kapasitas Dalam Rangka Mendukung Desentralisasi.
Retrieved Desember 02, 2020 from
http://bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10333/1979/

Berry, A., Rodriquez, E. & Sandeem, H. (2001). Small and medium enterprises
dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesia Economic Studies, 37(3),
363-384.

Core.ac.uk. (2017). Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah


(UMKM) Masyarakat Desa Melalui Program Unit Pengelolaan Kegiatan
(UPK) Untuk Membangun Ekonomi Lokal. Retrieved Februari 14, 2021
from 198427828.pdf

Dina Fitriana. (2019). Kapasitas Kepala Desa dalam Penyelenggaraan


Pemerintahan Desa. Prodi Ilmu Pemerintahan.

Erwidodo. (1999). Modernisasi dari Penguatan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.


Dalam Pembangunan Ekonomi Rakyat di Pedesaan sebagai Strategi
Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.

Edi, S. (2015). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:


Refika Aditama.

Eko, S. (2005). Manifesto Pembaharuan Desa. Yogyakarta: APMD Press.

Ejournal3.undip.ac.id. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Usaha


Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Sentra Industri Konveksi Dan
Bordir Di Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.
Retrieved Februari 14, 2021 from 19943-40532-1-SM (1).pdf

70
Gunawan, S.dan Ari, W. (2016). Membangun Indonesia dari Desa. Media
Pressindo.

Horton, D.E. (2003). Evaluating Capacity Development: Expriences From


Research And Development Organizationz Around The World. The
Netherlands; International Service for national Agricultural Research
(ISNAR); Canada; International Development Research Centre (IDRC);
The Netherlands; ACP-EU Technical Centre for Agricultural and Rural
Cooperation (CTA).

H, B, Sutopo. (2001). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas


Sebelas Maret Press.

Jurnal Entrepreneur. (2019, Desember 30). Pengertian, Fungsi, dan Unsur-Unsur


Manajemen. Retrieved Desember 07, 2020 from
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-fungsi-dan-unsur-manajemen/

Journal Ekonomi Dan Pendidikan. (2006). Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,


dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan
Kemiskinan. Retrieved Februari 14, 2021 from journal.uny.ac.id.
download. pdf

Kompas.com (2019, Desember 20). Peran UMKM dalam Perekonomian


Indonesia. Retrieved Oktober 22, 2020 from https://www.kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/20/120000469/peran-umkm-
dalam-perekonomian-indonesia.

Kecamatan Kejobong. (2011, Oktober 12). Kapasitas Aparatur Desa. Retrieved


November 02, 2020, from
(http://www.kejobongkec.blogspot.com/2011/10/kapasitas-aparatur-
desa.html).:.www.kejobongkec.blogspot.com/2011/10/kapasitas-aparatur-
desa.html).

Kartasasmita, G. (1995). Pemberdayaan Masyarakat Suatu Tinjauan Administrasi,


Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya: Bandung.

Kuncoro, M. (2000). Ekonomi Pembangunan. Teori Masalah dan Kebijakan.


Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN.

Lia Bismala. 2016. Model Manajemen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
untuk Meningkatkan Evektivitas Usaha Kecil Menengah. Volume 5 Nomor
1.

Lib.unnes.ac.id (2019). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Mikro Kecil


Menengah (UMKM) Asosiasi Mekarsari Kelurahan Kandri Kecamatan

71
Gunungpati Kota Semarang. Retrieved Februari 14, 2021, from
lib,unnes.ac.id 1201414066_Optimized.pdf

Moenir. (1998). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Milen, A. (2006). What Do We Know About Capacity Building?, An Overview of


Existing Knowledge and Good Practice, World Health Organization.
Geneva: Departement of Health Service Provision.

Misener, K.,& Doherty, A. (2009). A Case Study of Oragnizational Capacity in


Nonprofit Community Sport. Journal of Sport management Vol.23, 457-
458.

Mubyarto. (2002). Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu-Ilmu Sosial.


Yogyakarta.

Maria, E. S. (2006). Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Erlangga.

Media.neliti.com (2009, Mei 23). Pembuatan Model Teknologi Informasi Paket


Wisata UKM dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Kerakyatan. Retrieved
Desember 02, 2020 from https://media.neliti.com.

Moeleong, J. L. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Moeleong, J. L. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito.

Ni Nyoman Sunariani, dkk. 2017. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM) Melalui Program Binaan di Provinsi Bali. Volume 2
Nomor 1.

Redaksi Sinar. (2017). Peraturan lengkap desa (UU RI No. 6 Tahun 2014).
Jakarta: Sinar Grafika.

Solekhan, M. (2017). Penyelenggaraan pemerintah desa berbasis partisipasi


masyarakat. Malang: Setara Pers.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhaimi, A. (2016). Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:


Deepublish.

UNDP. (1999). Capacity Assesment and Development. Retrieved Desember 17,


2020 from http:// www.cbd.int/

72
Usman, H. (2009). Metode Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara.

Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

73

Anda mungkin juga menyukai