Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERISTIWA YANG DILEWATI TEUKU UMAR

Disusun oleh :
Kelompok 8
Yudhi Syahputra Napitupulu 2105903020019
Azkal Azkiya 2105903020018
Azzurril Furqan 2105903020017

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peristiwa yang dilewati Teuku Umar”. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Kepemimpinan
Teuku Umar yaitu ibu MARLINDA S.Pd M.Pd.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah


Kepemimpinan Teuku Umar atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan
makalah, serta berterimakasih kepada teman-teman yang telah aktif dalam
pengerjaan makalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya

Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat


bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
perjalanan yang dilewati Teuku Umar, khususnya bagi penulis. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik dan benar.

Medan, 22 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Peristiwa HOK CANTON...............................................................................4
2.2 Penyerahan diri................................................................................................5
BAB 3. PENUTUP................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN

Suri tauladan yang diberikan aleh para pahlawan yang telah gugur membela
negara dan bangsa perlu kita ketahui, agar kita sebagai generasi penerus mengenal
contoh- contoh perbuatan yang dilakukan oleh para pahlawan terhadap bangsa dan
negaranya. Dengan mengetahui biodata dan perjalanan hidup para pahlawan
tersebut sekurang-kurangnya kita akan dapat memetik pelajaran sebagai bekal dan
pegangan hidup untuk mengisi kemerdekaan negara Indonesia dengan
pembangunan diberbagai sektor sesuai dengan bidang dan ketrampilannya
masing- masing. Dengan membaca biografi para pahlawan, kita akan tahu sampai
sejauh mana semangat juang dan kerelaan berkorban jiwa raga untuk membela
bangsa dan negara. Untuk itulah maka penulisan biografi para pahlawan nasional
sangatlah penting. Salah satu dan sekian banyak pahlawan nasional yang patut
diteladani di antaranya yaitu Teuku Umar, seorang pahlawan pejuang melawan
kolonialisme Belanda di Aceh yang berlangsung sejak 1873 hingga menjelang
masuknya Jepang di Indonesia tahun 1942. Sedangkan perjuangan Teuku Umar
berlangsung dari tahun 1875 - 1899.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Peristiwa “HOK CANTON”


Pada tahun 1883 di Aceh terjadi suatu peristiwa yang sangat
menggemparkan, yaitu berita mengenai Teuku Umar menyerahan diri dan
memihak kepada Belanda. (Rusdi Sufi, 1994: 88). Rakyat Aceh marah dan banyak
yang mengutuk sebagai pengkhianat diantara mereka ada pula yang menghendaki
agar Teuku Umar dibunuh oleh rakyat sendiri. Sementara itu, Belanda sangat
gembira menerima penyerahan diri Teuku Umar. Dengan menyerahnya Teuku
Umar, Belanda berharap dapat dengan mudah menaklukkan seluruh rakyat Aceh.

Setelah menyerahkan diri, maka Teuku Umar mendapat kepercayaan dari


Belanda. la diserahi tugas yang penting-penting untuk melaksanakan keinginan
Belanda menumpas perlawanan rakyat Aceh. Pada mulanya tugas yang diberikan
kepada Teuku Umar adalah melatih tentara Belanda bertempur di hutan belantara
dan mengajarkan teknik perang gerilya. Teuku Umar melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya, tetapi di dalam hatinya ia memegang teguh siasat perang yang
telah ditetapkan bersama dengan para pemimpin pejuang Aceh beberapa waktu
sebelumnya.

Ketika sebuah kapal Inggris yang bernama "Nicero" terdampar dan


dirampas oleh raja Teunom, kapten dan awak kapalnya disandera. Raja Teunom
menuntut kepada pemilik kapal, bahwa sandera akan dibebaskan jika pemilik
kapal sanggup menebusnya dengan uang tunai sebesar 10.000 dolar. Oleh
Pemerintah Kolonial Belanda Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal
tersebut. Pembebasan kapal milik Inggris ini harus dilakukan pihak Belanda
karena perampasan kapal tersebut telah mengakibatkan ketegangan hubungan
antara Inggris dengan Belanda.

Pada waktu menerima tugas tersebut Teuku Umar menyatakan bahwa


merebut Kapal "Nicero" dari raja Teunom merupakan pekerjaan yang berat sebab
tentara Raja Teunom sangat kuat, wajarlah kalau Inggris sendiri tidak dapat
merebut kembali kapal tersebut. Namun ia sendiri dengan pasukan Belanda yang
dipimpinnya sanggup merebut kembali kapal itu asal ia diberi perbekalan dan
persenjataan yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang
lama.

Setelah memperoleh perbekalan perang yang cukup banyak, berangkatlah


Teuku Umar dengan kapal "Bengkulen" ke Aceh Barat membawa 32 orang
tentara Belanda dan beberapa orang panglimanya. Beberapa waktu setelah
upacara pemberangkatan tersebut, kalangan Belanda dikejutkan oleh sebuah
berita yang
menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ditugaskan untuk merebut
kembali kapal "Nicero" telah dibunuh di tengah laut oleh Teuku Umar bersama
anak buahnya. Seluruh senjata dan amunisi beserta perlengkapan perang lainnya
dirampas. (H.M. Zainuddin, 1972 : 5). Sejak saat itu Teuku Umar kembali
memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Selain itu, Teuku Umar
menyarankan Raja Teunom supaya jangan sekali-kali mau mengurangi
tuntutannya.

Kalangan Belanda menjadi goncang akibat siasat Teuku Umar itu. Belanda
sangat marah terhadapnya. Sejak saat itu Pemerintah Kolonial Belanda
mengumumkan bahwa Belanda akan membayar upah senilai 25.000 dolar kepada
siapa saja yang sanggup menculik Umar dan membawanya ke Banda Aceh hidup
atau mati. Efek pengumuman ini di kalangan rakyat tidak ada sama sekali, karena
memang tidak ada yang berani berbuat demikian sebab telah diperhitungkan tidak
akan berhasil.(Moehammad Said, 1985 : 228).

Sementara itu Teuku Umar yang telah kembali ke pihak Aceh menerima
sambutan hangat dari seluruh rakyat. Semua senjata hasil rampasan segera dibagi-
bagikan kepada tentara Aceh. Sejak saat itu, Teuku Umar memimpin perlawanan
rakyat menentang Belanda. Serangan pasukan Aceh yang dipimpin oleh Teuku
Umar berhasil dengan gemilang merebut daerah 6 Mukim dari tangan Belanda.

Sejak saat itu Nanta Setia, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar kembali ke
daerah 6 Mukim dan tinggal di Lampisang. (Achmad Effendi, 1975 : 43-44).
Kemudian rumah Teuku Umar di Lampisang tersebut dijadikan markas besar bagi
para pejuang kemerdekaan Aceh. Pada suatu pertemuan antara para pemipin
pejuang di bawah pimpinan Teuku Umar dapat dicapai keputusan penting untuk
memperkuat persenjataan. Untuk keperluan tersebut, tentara Aceh harus dapat
merebut senjata Belanda dengan cara apa saja. Kendatipun juga harus diusahakan
dengan mendatangkan senjata gelap dari para penyelundup yang sanggup
menembus blokade di seputar perairan Aceh. Mengingat penjagaan pantai seputar
Aceh dan Selat Malaka yang dilakukan oleh kapalkapal perang Belanda tidak
cukup banyak, maka perdagangan senjata gelap masih dapat lolos dari
pengawasan.

2.2 Penyerahan Diri Kembali

Teuku Umar sendiri merasa perang ini sangat menyengsarakan rakyat.


Rakyat tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya, petani tidak dapat lagi
mengerjakan sawah ladangnya. Teuku Umar pun mengubah taktik dengan cara
menyerahkan diri kembali kepada Belanda.
September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri
kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaraja bersama 13 orang Panglima
bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. Teuku
Umar dihadiahi gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland.
Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan
suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.
Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat
meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan
menyenangkan. Ia selalu memenuhi setiap panggilan dari Gubernur Belanda di
Kutaraja, dan memberikan laporan yang memuaskan, sehingga ia mendapat
kepercayaan yang besar dari Gubernur Belanda.
Kepercayaan itu dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan perjuangan
rakyat Aceh selanjutnya. Sebagai contoh, dalam peperangan Teuku Umar hanya
melakukan perang pura-pura dan hanya memerangi Uleebalang yang memeras
rakyat (misalnya Teuku Mat Amin). Pasukannya disebarkan bukan untuk
mengejar musuh, melainkan untuk menghubungi para Pemimpin pejuang Aceh
dan menyampaikan pesan rahasia.
Pada suatu hari di Lampisang, Teuku Umar mengadakan Pertemuan
rahasia yang dihadiri para pemimpin pejuang Aceh, membicarakan rencana Teuku
Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan
perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar
bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara dihadapan Belanda untuk
mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan gaji yang diberikan
Belanda secara diam-diam dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk
membiayai perjuangan.
Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer
Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000
butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar.
Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda.
Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter. Tentara baru
segera didatangkan dari Pulau Jawa. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar,
untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau
memenuhi tuntutan itu. maka pada tanggal 26 April 1896 Teuku Johan Pahlawan
dipecat sebagai Uleebalang Leupung dan Panglima Perang Besar Gubernemen
Hindia Belanda.
Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi
Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah
pimginan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima
Pang Laot, dan mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad
Daud. Pertama kali dalam sejarah perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu
komando.
Pada bulan Februari 1898, Teuku Umar tiba di wilayah VII
Mukim Pidie bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan
Panglima Polem. Pada tanggal 1 April 1898, Teuku Panglima Polem bersama
Teuku Umar dan para Uleebalang serta para ulama terkemuka lainnya
menyatakan sumpah setianya kepada raja Aceh Sultan Muhammad Daud Syah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Teuku Umar adalh pahlawan nasional yang berasal dari Aceh, tepatnya di
Meulaboh. Ia merupakan putra dari Achmad Mahmud. Teuku Umar sangat di
banggakan oleh warga Aceh karena sifat keberaniannya melawan Belanda di usia
yang cukup muda.
Teuku Umar adalah pahlawan yang sangat berjasa di Aceh. Teuku Umar
juga memiliki sifat berani, dermawan, disiplin, cerdik, sopan, dll. Sehingga rakyat
Aceh sangat percaya kepada beliau. Dengan itu kita wajibmenerapkan sifat-sifat
beliau kedalam diri kita masing-masing. Perjuangan beliau sangatlah berdampak
bagi rakyat Aceh, karena beliau Belanda bisa di pukul mundur dengan
kecerdikannya dalam berperang.
DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Umar

media.acehprov.go.id/uploads/Teuku_Umar

Anda mungkin juga menyukai