Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT DAERAH MAYJEND HM.
RYACUDU KOTABUMI

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Mayjend HM. Ryacudu Yogyakarta merupakan rumah sakit
khusus mata yang didirikan oleh Dr. Yap Honh Tjoen pada tahun 1923. Pada awalnya
rumah sakit ini merupakan sebuah klinik yang melayani pengobatan bagi penduduk
pribumi yang pada saat itu banyak mengalami gangguan mata akibat penyakit trakoma.
Seiring dengan perkembangan jaman, maka klinik tersebut berubah menjadi sebuah
rumah sakit khusus mata karena makin banyaknya pasien yang datang ke tempat ini.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga
merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI 2009)
Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit adalah pelayanan instalasi gawat
darurat (IGD), dimana IGD rumah sakit adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan kebijakan mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 untuk
mengatur standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit.
RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta saat ini sudah melengkapi dengan fasilitas
pelayanan IGD khusus mata yang beroperasional selama 24 jam penuhsetiap harinya.
IGD RS Mata “Dr. Yap” salah satu fungsinya adalah melakukan pelayanan pada
pasien-pasien yang mengalami kegawatdaruratan mata yang membutuhkan
pertolongan secara cepat dan tepat sehingga permasalahan mata yang dihadapi pasien
dapat tertangani dan tidak berakibat pada kecacatan fungsi mata pasien.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum

2
Memberikan gambaran umum tentang pelayanan yang dilakukan oleh Instalasi
Gawat Darurat (IGD)

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan petunjuk bagi setiap staf yang ada di IGD dalam melakukan
pelayanan kepada pasien di IGD
b. Meningkatkan mutu pelayanan IGD
c. Menjamin keselamatan staf IGD dalam menjalankan tugasnya serta keselamatan
pasien IGD

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan IGD meliputi :
1. Pelayanan Pasien IGD Pra Rumah Sakit
2. Pelayanan Pendaftaran Pasien IGD
3. Pelayanan Screening atau Triase Pasien IGD
4. Pelayanan Pemeriksaan Dokter IGD
5. Pelayanan Pemeriksaan Alat Penunjang Diagnostik IGD
6. Pelayanan Obat Pasien IGD
7. Pelayanan Administrasi Keuangan Pasien IGD
8. Pelayanan Pasien Rawat Inap dari IGD
9. Pelayanan Pasien Dirujuk Menetap Ke Luar RS dari IGD

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Pasien IGD Pra Rumah Sakit
Merupakan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit untuk memberikan
informasi kepada pasien yang akan datang ke RS Mata “Dr. Yap” untuk melakukan
periksa tetapi pasien belum datang di RS Mata “Dr. Yap”.
2. Pelayanan Pendaftaran Pasien IGD
Merupakan rangkaian proses kegiatan yang menjelaskan tentang tata cara proses
mendaftar sebagai pasien di IGD
3. Pelayanan Screening atau Triase Pasien IGD
Merupakan rangkaian proses kegiatan untuk mengidentifikasi, memilah, dan
mengelompokkan pasien yang datang di IGD berdasarkan tingkat
kegawatdaruratannya, sehingga dapat ditangani sesuai dengan prioritas
kegawatdaruratannya
4. Pelayanan Pemeriksaan Dokter IGD
3
Merupakan rangkaian proses pemeriksaan baik allo anamnesa ataupun pemeriksaan
fisik yang dilakukan oleh staf medis yang berjaga di IGD

5. Pelayanan Pemeriksaan Alat Penunjang Diagnostik IGD


Merupakan rangkaian proses pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien dengan
menggunakan alat-alat penunjang diagnostik di IGD
6. Pelayanan Obat Pasien IGD
Merupakan rangkaian kegiatan untuk memberikan obat-obatan kepada pasien di
IGD
7. Pelayanan Administrasi Keuangan Pasien IGD
Merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan penyelesaian biaya pemeriksaan
pasien di IGD
8. Pelayanan Pasien Rawat Inap dari IGD
Merupakan tata cara pasien yang harus dirawat inapkan untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan berkelanjutan di ruang rawat inap
9. Pelayanan Pasien Dirujuk Menetap Ke Luar RS dari IGD
Merupakan tata cara bagaimana IGD RS Mata “Dr. Yap” melakukan rujukan
menetap ke RS lain oleh karena fasilitas di RS Mata “Dr. Yap” yang tidak tersedia,
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasien

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Permenkes RI No 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit
4. Permenkes 161/Menkes/PER/VIII/2011 tentang keselamatanpPasien rumah sakit
5. Kepmenkes nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
6. Pedoman Depkes tahun 2012 tentang teknis bangunan IGD rumah sakit
7. Surat Keputusan Direktur RS Mata “Dr. Yap” nomor 184/RSM/SK/XI/2010
tentang kebijakan penamaan kode ruang RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


No. Jenis Tenaga Pendidikan Formal Sertifikasi Jumlah
S1 Kedokteran + Profesi STR dan SIP
Ka. Instalasi Gawat
1 atau Spesialis Mata atau 1 orang
Darurat (Ka. IGD)
Spesialis Anestesi
S1 Keperawatan atau S1
2 Ka. Ruang IGD Keperawatan+Ners atau STR dan SIP 1 orang
D3 Keperawatan
Spesialis Mata atau dokter STR, SIP, sertifikat
3 Dokter Jaga IGD 1 orang
umum ACLS atau GELS
S1 Keperawatan atau S1
4 Perawat Jaga Keperawatan+Ners atau STR dan SIP 1 orang
D3 Keperawatan
Dokter Jaga
5 Spesialis Mata STR atau SIP 1 orang
Konsultan

Distribusi Ketenagaan
Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah
Di dalam Jam Kerja Dokter Jaga : Spesialis 1 Orang
Pelayanan RS Mata
(Pukul 08.00-21.00) Perawat Jaga rawat jalan 1 Orang

Di luar Jam Kerja Dokter Jaga : dokter 1 Orang


Pelayanan RS umum
(Pukul 21.00-08.00) Perawat Jaga rawat inap 1 Orang

Di dalam dan di luar jam Dokter Jaga Konsultan : 1 Orang


kerja Pelayanan RS Spesialis Mata
(24 jam) Perawat Jaga 1 Orang

B. Pengaturan Jaga
Secara umum pengaturan jaga di IGD dapat dibedakan menjadi Jaga di dalam jam
kerja pelayanan RS (08.00-21.00) dan Jaga di luar jam kerja pelayanan RS (21.00-
08.00). IGD RS Mata “Dr. Yap” melakukan pelayanan selama 24 jam penuh setiap
hari senin sampai minggu.
1. Dokter Jaga dan Perawat Jaga di Dalam Jam Kerja Pelayanan RS

5
a. Dokter jaga IGD di dalam jam kerja pelayanan RS diampu olerh salah satu
dokter spesialis mata yang sedang praktek di rawat jalan ruang 06.
b. Perawat jaga IGD di dalam jam kerja pelayanan RS diampu oleh salah satu
perawat yang sedang jaga di rawat jalan ruang 06.
2. Dokter Jaga dan Perawat Jaga di Luar Jam Kerja Pelayanan RS
a. Dokter jaga IGD di luar jam kerja pelayanan RS diampu oleh dokter umum yang
sedang jaga rawat inap
b. Perawat jaga IGD di luar jam kerja pelayanan RS diampu oleh perawat jaga
rawat inap
3. Dokter Jaga Konsulan IGD
Dokter jaga konsulan IGD adalah dokter Spesialis mata yang sudah ditunjuk oleh
RS untuk menjadi dokter konsultan dari dokter jaga IGD jika dokter jaga IGD
mengalami hambatan atau kesulitan dalam menangani pasien. Dokter jaga konsulan
ini dijagakan selama 24 jam lewat on call
Hari Dokter Jaga Konsulan Nomor Telepon
Senin Dr. Firman Setya Wardhana, Sp.M, M.Sc 08122097347
Selasa Dr. Purjanto Tepo Utomo, Sp.M (K) 08122710211
Rabu Dr. Erin Arsianti, Sp.M, M.Sc 08179441885
Kamis Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M (K), M.Sc 08112692681
Jumat Dr. Tatang Talka Gani, Sp.M 081578840000
Sabtu Bergantian sesuai jadwal -
Minggu Bergantian sesuai jadwal -

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Ruang IGD RS Mata “Dr. Yap” terletak di bagian depan rumah sakit, tepatnya
bersebelahan dengan pintu masuk utama rumah sakit, sehingga akses kendaraan

6
pengantar pasien atau ambulance bisa langsung parkir di dekat ruang IGD (berhenti di
lobby rumah sakit). Adapun denah ruang IGD adalah sebagai berikut :

Lampirkan denah ruangan disini (floor plan)


(minta IPSP) (Tidak memerlukan ruang kerja yang spesifik)
B. STANDAR FASILITAS
1. Gedung
Ruang IGD RS Mata “Dr. Yap” terletak di bagian depan rumah sakit, tepatnya
bersebelahan dengan pintu masuk utama rumah sakit. Ruang IGD terdiri dari 1
ruangan berukuran 6 m x 5 m yang terbagi dalam beberapa fungsi lokasi, yakni :
a. Lokasi untuk melakukan pendaftaran pasien
b. Lokasi untuk melakukan anamnesa, triase, pemeriksaan vital sign dan
pemeriksaan visus
c. Lokasi untuk pelayanan administrasi keuangan dan pelayanan obat pasien IGD
d. Lokasi untuk ruang tunggu pasien
e. Lokasi untuk pemeriksaan dokter masih ikut ruang pemeriksaan dokter rawat
jalan di ruang 06
f. Lokasi pemeriksaan alat penunjang diagnostik masih ikut di rawat jalan ruang
06
2. Ventilasi
Ruang IGD tidak mempunyai ventilasi, seperti jendela tetapi ruang IGD difasilitasi
dengan AC untuk pemenuhan sirkulasi udaranya.
3. Penerangan
Sumber penerangan utama berasal dari pencahayaan listrik. Untuk penerangan
ruangan menggunakan listrik plafon, sedangkan untuk tempat anamnesa dilengkapi
dengan lampu tindakan operasi monir.

4. Air Mengalir Bersih


Dalam ruang IGD sendiri tidak tersedia sumber air mengalir, karena ruang IGD ini
bersebelahan dengan ruang periksa rawat jalan ruang 06 yang ada fasilitas air
mengalir, yaitu wastafel dan kran putar. Jika petugas membutuhkan air bersih
mengalir maka mereka mengambil dari wastafel yang ada di ruang 06 (cuci tangan
dll)
7
5. Daya Listrik
Sumber listrik langsung dari PLN, tetapi jika dari PLN mengalami gangguan (mati)
maka sumber listrik dapat langsung digantikan oleh genset yang otomatis langsung
menyala setelah kurang dari 10 detik listrik PLN mati. Daya listrik yang ada di
rumah sakit sekitar 240 KVA.
6. Tata Ruang
Ruang IGD terdiri dari 1 ruangan berukuran 6 m x 5 m yang terbagi dalam beberapa
fungsi lokasi, yakni :
a. Lokasi untuk melakukan pendaftaran pasien
b. Lokasi untuk melakukan anamnesa, triase, pemeriksaan vital sign dan
pemeriksaan visus
c. Lokasi untuk pelayanan administrasi keuangan dan pelayanan obat pasien IGD
d. Lokasi untuk ruang tunggu pasien
e. Lokasi untuk pemeriksaan dokter masih ikut ruang pemeriksaan dokter rawat
jalan di ruang 06
f. Lokasi pemeriksaan alat penunjang diagnostik masih ikut di rawat jalan ruang
06
7. Tempat Penampungan / Pengelolaan Limbah Cair
Tempat penampungan / pengolahan limbah cair secara khusus di ruang IGD tidak
tersedia. Saat ini pembuangan limbah cair (bekas cairan irigasi mata langsung
dibuang tempat wastafel ruang 06) sedangkan untuk cairan dari pasien (urine)
langsung di buang di kamar mandi.
8. Tempat Penampungan / pengolahan limbah padat
Tempat penampungan / pengolahan limbah padat benda tajam (jarum suntik, iv
cath, kaca vial, kaca ampul) dimasukkan dalam safety box warna kuning.
Tempat penampungan limbah bahanberbahaya dan beracun (B3) umum, seperti batu
baterai, bola lampu, dimasukkan dalam tempat penampungan limbah B3 umum
sesuai dengan sifat dan karateristiknya.

9. Jenis Peralatan
a. Ruang IGD
Di dalam ruang IGD difasilitasi alat-alat :
1) Perkantoran :
 Status rekam medis
 Telepon
8
 Alat tulis kantor
 Kwitansi pembayaran
 AC
 Kursi tunggu pasien
2) Keperawatan
 Stetoskope
 Tensimeter digital
 Tiang infus
 Tempat tidur tindakan medis sederhana
 Lampu tindakan minor
 Bengkok
 Oksigen mobile tabung kecil
 Set hecting minor, kassa steril, plester hipavix
 Senter
 Loupe 4 D
 Senellen card
 Timbangan BB
 APD : masker, sarung tangan
3) Alat Pemeriksaan Medis
Alat pemeriksaan medis masih menggunakan fasilitas di ruang 06, seperti
slit lamp, oftalmofcope direct, buku ishihara, pinset kilmann, tonometer,
retinometer, autorefraktometer
4) Floor Stock Obat IGD
No Nama Obat Jumlah Sediaan
1 LFX MD 5 Minidose
2 Tobro MD 3 Minidose
3 Cendo Xitrol 2 Minidose
4 Cendo Timol 0,5 % 2 Minidose
5 Cendo Cenfresh 4 Minidose
No Nama Obat Jumlah Sediaan
6 Cendo Tropin 1 % 2 Minidose
7 EDTA 1 Minidose
8 Floxa 4 Minidose
9 Tobroson 5 Minidose
10 Noncort 3 Minidose
11 Fenicol eo 5 Tube
12 Gentamicin eo 3 Tube
13 Mycos eo 5 Tube
14 Amoxan 500 mg 30 Tablet
15 Ciprofloxacin 500 mg 30 Tablet
16 Dextamin 30 Tablet
9
17 Kalmetason 30 Tablet
18 Paracetamol 10 Tablet
19 Na Diclofenac 50 mg 20 Tablet
20 Adona 20 Tablet
21 Kalnex 250 mg 20 Tablet
22 Glaucon 30 Tablet
23 Aspar K 15 Tablet
24 Lameson 4 mg 30 Tablet
25 Mefenal 500 mg 10 Tablet
26 Amoxan Syrup 1 Botol
27 Proris Syrup 1 Botol
28 Lyters ed 4 Botol

5) Emergensi Kit
No Nama Obat Nama Dagang Satuan Jumlah
1 Aminofilin inj 24 mg/mL - amp 10mL 1
2 Amiodarone inj 50 mg/mL Cordarone amp 3mL 1
3 Atropin sulfat Inj 0,25 mg/mL - amp 1mL 5
4 Dexamethasone Inj 5 mg/mL Cortidex amp 1mL 3
5 Dobutamin Inj. 25 mg/mL Inotrop amp 10mL 1
6 Dopamin inj 20 mg/mL Dopamin Gluini amp 10mL 1
7 Epinefrin inj 0,1% - amp 1mL 5
8 Kalsium Glukonat Inj 100 mg/mL - amp 10mL 1
9 Lidocaine Inj 2% (10 mg/mL) - amp 2mL 5
10 Midazolam Dormicum / Miloz amp 5mL 1
11 Norepinefrin Inj. 1 mg/mL Vascon amp 4mL 2
CAIRAN
No Nama Cairan Satuan Jumlah
1 D40 Flabot 25mL 1
2 D5 Flabot 500mL 1
3 NS Flabot 500mL 1
4 RL Flabot 500mL 1
ALAT KESEHATAN
No Nama Alkes Satuan Jumlah
1 3-way stop cock (tailed) Unit 1
2 Alkohol swab Sachet 10
3 Cannule oksigen anak Unit 1
4 Cannule oksigen dewasa Unit 1
5 Endotracheal tube (Cuffed) No 5 Unit 1
6 Endotracheal tube (Cuffed) No 7 Unit 1
7 Gunting Buah 1
8 Handscoen steril 7 Unit 1
9 Handscoen steril 7,5 Unit 1
10 Hypafix Kotak 1
11 Infus set anak Unit 1

10
12 Infus set dewasa Unit 1
13 IV catheter 20G Unit 2
14 IV catheter 22G Unit 2
15 IV catheter 24G Unit 2
16 Laryngeal Mask No 2 Unit 1
17 Laryngeal Mask No 4 Unit 1
18 Laryngoscope Set 1
19 Magil Forsef anak Buah 1
20 Magil Forsef dewasa Buah 1
21 Masker Non-Rebreathing Unit 1
22 Masker Rebreathing Unit 1
23 Mayo / Guedel Anak Unit 1
24 Mayo / Guedel Bayi Unit 1
25 Mayo / Guedel Dewasa Unit 1
26 Plester Buah 1
27 Resusitator (Ambu Bag) anak Unit 1
28 Resusitator (Ambu Bag) dewasa Unit 1
29 Spuit 3 cc Unit 2
30 Spuit 5 cc Unit 2
31 Spuit 10 cc Unit 2
32 Stilet anak Buah 1
33 Stilet dewasa Buah 1
34 Suction Catheter 12 Fr Unit 1
35 Suction Catheter 8 Fr Unit 1
36 Torniquet Buah 1

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Pasien IGD Pra Rumah Sakit


Pelayanan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi fasilitas yang ada di RS
Mata “Dr. Yap”. Pemberian informasi ini dilakukan melalui telepon. Proses pemberian
informasi melalui telepon ini akan dilakukan ketika ada telepon dari luar rumah sakit
yang masuk dan menanyakan tentang pelayanan yang ada IGD RS Mata “Dr. Yap”
diterima oleh petugas operator (dalam jam kerja pelayanan RS) dan akan diterima
petugas satpam (di luar jam kerja pelayanan RS) kemudian petugas penerima telepon
akan menyambungkan ke perawat rawat jalan ruang 06 (saat dalam jam kerja
pelayanan RS) atau perawat rawat inap (saat di luar jam kerja pelayanan RS), sehingga
yang memberikan informasi ini adalah perawat di ruang 06 atau di rawat inap.
Pelayanan ini juga dapat berfungsi sebagai screning terhadap pasien yang akan
melakukan pemeriksaan di IGD RS Mata “Dr. Yap”, apakah IGD ini dapat melayani
atau tidak. Untuk mendapatkan Pelayanan IGD Pra RS, pasien atau keluarga dapat
menghubungi ke nomor 0274-562054 atau 547448 ext 161 atau 145
B. Pelayanan Screening atau Triase Pasien IGD
Tujuan triase pada prinsipnya lebih untuk mengetahui apakah pasien memang
masuk true emergensi atau false emergensi. Jika pasien memang masuk true emergensi
maka dapat dilakukan pemeriksaan di ruang IGD, tetapi jika pasien masuk false
emergensi maka pemeriksaan dapat dilakukan di rawat jalan (saat di dalam jam kerja
pelayanan RS). Pada saat di luar jam kerja pelayanan RS, maka pasien yang masuk
false atau true emergensi dilakukan pemeriksaan di ruang IGD.
Proses pelayanan screening atau triase ini sudah dapat dilakukan pada saat pasien
masih di luar rumah sakit (pelayanan pasien IGD pra RS) melalui komunikasi lewat
telepon. Jika IGD rumah sakit bisa memenuhi kebutuhan pasien yang akan datang
periksa maka perawat dapat menganjurkan agar pasien datang ke RS, tetapi jika IGD
tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, maka perawat dapat menganjurkan

12
atau memberi alternatif agar pasien menuju ke rumah sakit lain yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Pelayanan screening atau triase dapat juga dilakukan pada saat pasien tiba di IGD,
proses triase dilakukan dengan cara visual, yaitu melihat secara langsung kondisi
pasien dan melakukan pemeriksaan baik allo anamnesa maupun pemeriksaan fisik.
Petugas triase visual ini adalah seorang perawat triase atau dokter jaga IGD yang sudah
berpengalaman.
Metode triase yang digunakan di IGD RS Mata “Dr. Yap” mengacu pada Australian
Triage Scale (ATS), dimana tingkat kegawatdaruratan pasien dibagi menjadi 4 level,
yaitu :
Kategori Respon Deskripsi Klinis
I Kondisi mengan- Kondisi yang anca- Pasien harus dialokasikan
cam kehidupan man terhadap kehi- ke kategori triase yang
dupan (atau risiko be- lebih tinggi
sar akan kerusakan)
dan memerlukan tin-
dakan segera
II Penilaian dan Berpotensi meng-  Luka bakar kimia (asam
pengobatan dalam ancam fungsi mata atau basa), memerlukan
waktu 10 menit atau penurunan kondi- tindakan irigasi dengan
si visual segera.
 Penetrating eye injury
(PEI)
 Kehilangan penglihatan
mendadak – oklusi arteri
retina,(<6/60)
 Nyeri mata hebat –
kemungkinan glaukoma
akut
III Penilaian dan Berpotensi menyebab-  Hilangnya penglihatan
pengobatan dalam kan outcome yang je- dengan nyeri minimal/
waktu 30 menit lek, atau sembuh de- tanpa nyeri sebelumnya –
ngan distress berat oklusi vena retina central
 Riwayat yang menunjuk-
kan penetrating eye inju-
ry (PEI)
 Hypopyon
 Hyphaema (total)
IV Penilaian dan me- Berpotensi menyebab-  Benda asing – tidak
mulai pengobatan kan outcome yang je- penetrasi
dalam waktu 60 lek atau menyebabkan  Mata merah nyeri
menit ketidaknyamanan dan  Flash burn
distress  Hyphaema kecil
13
 Keluhan mata panas/ter-
bakar
 Keluhan floaters yang
tiba-tiba bertambah ter-
utama jika ada riwayat
gangguan retina.
V Penilaian dan mu- Tidak urgent, kondisi  Conjunctivitis
lai pengobatan da- kronis atau minor, ha-  Blepharitis
lam waktu 2 jam sil klinis akhir tidak a-  Kalazion
kan terpengaruh oleh  Mata kering
terapi yang terlambat  Riwayat lama keluhan
floaters (tanpa riwayat
kelainan retina sebelum-
nya)
 Benda asing di subtarsal
– tanpa keluhan mata
merah

Prioritas pelayanan tentunya akan diprioritaskan sesuai urutan levelnya, yakni level
I, II, III, V dan V. Pelayanan IGD RS Mata “Dr. Yap” dilakukan pada pasien yang
masuk kategori triase level II, III, IV dan V. Untuk pasien level I, ditangani untuk
menstabilkan keadaan umum pasiennya terlebih dulu dan untuk pertolongan
selanjutnya akan dilakukan rujukan menetap ke RS lain yang dapat memenuhi
kebutuhan pasien.
C. Pelayanan Pendaftaran Pasien
Pelayanan pendaftaran pasien di IGD dilakukan pada saat pasien sudah ada di RS Mata
“Dr. Yap”. Proses pendaftaran pasien dapat dibedakan menjadi 2 waktu, yaitu :
1. Dalam Jam Kerja Pelayanan RS
Pada saat pasien datang di dalam jam kerja pelayanan RS, maka pasien yang masuk
kriteria true ataupun false emergensi dapat langsung melakukan pendafatran sebagai
pasien IGD di loket pendafaran pasien rawat jalan. Jika pasien masul level III, IV
dan V, maka pasien dapat melakukan pendaftaran sendiri ke loket pendaftaran rawat
jalan, tetapi jika pasien masuk level I-II, maka sebaiknya yang mendaftar adalah
pengantar pasien
2. Di luar Jam Kerja Pelayanan RS
Pada saat pasien datang di luar jam kerja pelayanan RS, maka baik pasien yang
masuk kriteria true ataupun false emergensi dapat langsung melakukan pendaftaran
di ruang IGD. Petugas pendaftaran IGD dilakukan oleh perawat rawat inap yang
sudah dipanggil oleh petugas satpam jika ada pasien di luar jam kerja pelayanan RS.

14
Proses pendaftaran pasien :
1. Pasien Baru
 Pasien/keluarga mengisi formulir pengkajian data awal pasien rawat
jalan
 Petugas melakukan input data pasien ke dalam SIM RS
 Petugas mencetak berkas rekam medis pasien, kemudian rekam medis
langsung didistribusikan ke ruang IGD
 Pasien/keluarga mendapatkan kartu identitas berobat setelah pasien
ditangani/menyelesaikan administrasi keuangan di IGD
2. Pasien Lama
 Petugas pendaftaran menanyakan KIB pasien, jika tidak membawa maka
petugas pendafataran mencari data melalui SIM RS
 Setelah data ditemukan, petugas pendafatran melakukaninput data saat
ini ke SIM RS
 Petugas pendaftaran mencarikan berkas rekam medis pasien, dan setelah
ketemu maka segera mengirim ke ruang IGD
D. Pelayanan Pemeriksaan Dokter
Pelayanan pemeriksaan dokter di IGD berkaitan erat dengan triase atau asesmen
awal medis yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pasiennya. Dalam hal kasus
true emergensi maka asesmen awal lebih dititikberatkan pada asesmen keluhan utama,
riwayat alergi, riwayat penyakit dahulu, riwayat penggunaan obat, dan kronologi
kejadian, sedangkan untuk asesmen yang lain dapat dilengkapi kemudian, bisa di ruang
IGD atau dilanjutkan di rawat inap. Pasien dengan true emergensi akan lebih
diprioritaskan penanganannya daripada pasien false emergensi
1. Dalam Jam Kerja Pelayanan RS
Pasien false emergensi pada saat di dalam jam kerja pelayanan RS akan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan dokter melalui rawat jalan yang sedang berpraktek
Pasien true emergensi pada saat di dalam jam kerja pelayanan RS akan dilakukan
pemeriksaan di ruang 06 oleh dokter jaga IGD
2. Di Luar Jam Kerja Pelayanan RS
Pasien true dan false emergensi di luar jam kerja pelayanan RS akan tetap dilakukan
pemeriksaan dokter di ruang 06 oleh dokter jaga IGD
3. Tindakan Medis Sederhana
Tindakan medis sederhana dapat dilakukan di ruang IGD, seperti tindakan irigasi
akibat trauma kimia, amotio corpal konjungtiva/kornea, pemeriksaan fluoresin,
hecting minor, USG. Sebelum dokter melakukan tindakan medis, pasien harus
15
dijelaskan mengenai tujuan, prosedur yang akan dilakukan, efek samping tindakan
medis yang akan dilakukan. Setelah dilakukan tindakan medis sederhana ini pasien
akan diperbolehkan pulang untuk kemudian dilakukan tindak lanjut dengan kontrol
kembali tergantung dari kondisi sakitnya.

4. Tindakan Medis Sedang atau Berat


Tindakan medis sedang atau berat disini adalah tindakan medis yang memerlukan
tempat dan persiapan khusus, seperti pasien yang direncanakan operasi. Sebelum
dokter melakukan tindakan medis, pasien harus dijelaskan mengenai tujuan,
prosedur yang akan dilakukan, efek samping tindakan medis yang akan dilakukan.
Pada kasus seperti ini, maka pasien akan dianjurkan untukkk dilakukan rawat inap
guna menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk tindakan operasi.
E. Pelayanan Pemeriksaan Alat Penunjang Diagnostik
Pelayanan pemeriksaan dengan alat penunjang diagnostik dilakukan jika diperlukan
untuk menegakkan diagnosis, seperti USG, tonometer, autorefraktometer,
oftalmoscope, dll. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas alat yang
ada di ruang 06, hal ini dikarenakan lokasi antara rawat jalan ruang 06 dengan ruang
IGD sangat berdekatan
F. Pelayanan Obat Pasien IGD
Di ruang IGD juga dilengkapi dengan fasilitas floor stock obat seperti yang sudah
disebutkan di atas, hal ini dimaksudkan agar pelayanan obat pasien IGD dapat tercapai
dengan baik karena instalasi farmasi di RS Mata “Dr. Yap” tidak buka selama 24 jam,
jadi pelayanan obat pasien di IGD hanya dilakukan pada saat di luar jam kerja
pelayanan RS.
Setelah pasien diperiksa oleh dokter jaga IGD, maka pasien akan mendapatkan resep
obat. Jika masih dalam jam kerja pelayanan RS, maka pelayanan obat untuk pasien
IGD akan dilayani seperti pasien rawat jalan biasa, yaitu di instalasi farmasi. Jika di
luar jam kerja pelayanan RS, maka pelayanan obat untuk pasien IGD akan dilakukan di
ruang IGD dan sebagai pelaksananya adalah perawat jaga IGD.
Pelayanan obat di IGD juga harus menerapkan prinsip 6 benar, yakni benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar frekuensi/waktu pemberian, benar rute pemberian, dan
benar dokumentasi.
G. Pelayanan Administrasi Keuangan Pasien IGD
Administrasi keuangan pasien IGD, di RS Mata “Dr. Yap” tidak boleh diberlakukan
pemungutan uang muka. Mengenai tarif pemeriksaan dan tindakan sederhana di ruang

16
IGD sudah ada daftar tarifnya, sedangkan untuk biaya tindakan medis sedang dan berat
maka penjelasannya biayanya akan dijelaskan perkiraannya oleh perawat jaga IGD.
Pembayaran administrasi keuangan pasien IGD di dalam jam kerja pelayanan RS
akan dilayani di kassa BNI Syariah, sedangkan pada saat di luar jam kerja pelayanan
RS akan dilayani di ruang IGD oleh perawat jaga dengan bukti pembyaran berupa
kwitansi manual, hal ini berlaku untuk pasien yang boleh rawat jalan, sedangkan untuk
pasien rawat inap biaya pemeriksaan di IGD akan ditagihkan menjadi satu dalam
tagihan rawat inap.
H. Pelayanan Pasien Rawat Inap dari IGD
Pasien IGD yang sudah diperiksa selain diperbolehkan untuk rawat jalan, bisa juga
dianjurkan untuk rawat inap, seperti pada pasien yang diperlukan tindakan medis
sedang atau berat serta perawata lebih lanjut di rawat inap atau bisa juga dirujuk
menetap ke RS lain jika RS Mata “Dr. Yap” tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
diperlukan pasien.
Pada saat dalam jam kerja pelayanan RS, proses pendaftaran rawat inap input data
akan dilakukan di tempat pendaftaran pasien rawat inap (TPPRI), sedangkan pada saat
di luar jam kerja pelayanan RS maka input data dilakukan di rawat inap. Apabila ruang
rawat inap penuh, maka pasien ditawarkan untuk dilakukan observasi dulu di ruang
observasi rawat inap/ruang observasi di IGD atau dirujuk ke rumah sakit lain.
Persyaratan untuk rawat inap hampir sama dengan pasien rawat inap yang berasal
dari rawat jalan, seperti mengisi surat pernyataan bersedia rawat inap, surat jaminan
biaya rawat inap dan lain-lain. Untuk pasien yang berstatus jaminan maka
dipersilahkan untuk melengkapi persaratan jaminan dalam waktu 3x24 jam setelah
pasien masuk rawat inap.
I. Pelayanan Pasien Dirujuk Menetap ke RS Lain dari IGD
Rujuk menetap ke RS lain dilakukan jika IGD RS Mata “Dr. Yap” tidak dapat
memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasien karena kondis pasien
yang masuk level I dan II atau atau atas permintaan pasien sendiri.
Proses untuk rujuk menetap adalah sebagai berikut :
 Pasien yang datang di IGD dengan kondisi umum pasien yang mengancam
keselamatan jiwa (Level I) akan distabilkan dulu di IGD, baru setelah
kondisi umum pasien stabil akan dirujuk ke RS lain. Hal ini dilakukan
karena RS Mata “Dr. Yap” tidak mempunyai fasilitas peralatan untuk
menangani pasien-pasien dengan kondisi seperti ini.
 Sebelum dirujuk, maka perawat jaga IGD akan mencarikan rumah sakit
yang punya fasilitas untuk dapat menangani pasien, misalkan dengan
17
melakukan telepon ke RS yang lebih lengkap seperti IGD RSUP DR.
Sardjito, IGD RS Panti Rapih dan IGD RS Bethesda. Jika IGD RS tersebut
dapat menerimanya, maka dokter jaga akan menjelaskan kepada pasien atau
pengantar untuk dirujuk setelah mendapat informasi yang pasti dari perawat
jaga.
 Pada saat dirujuk, dalam kondisi umum yang mengancam jiwa, maka wajib
bagi RS Mata “Dr. Yap” menyediakan fasilitas ambulan gawat darurat
dengan perlengkapan emergensi kit dan didampingi oleh dokter terlatih
ACTLS/GELS dan atau perawat terlatih BTCLS, tergantung dari kondisi
pasien.
 Pada saat mau berangkat merujuk, perawat jaga harus melakukan klarifikasi
ulang apakah pasien sudah dapat dirujuk ke IGD RS yang dituju atau belum.
Selama perjalanan merujuk kondisi pasien harus diobservasi secara berkala
dan terdokumentasi dalam lembar observasi.

18
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
1. Obat Floor Stock IGD
Perencanaan kebutuhan logistik obat floor stock dilakukan setiap satu tahun
sekali dengan mengacu pada laporan hasil rekapan penggunaan obat floor stock
ruang IGD setiap bulannya. Kepala Instalasi IGD akan mengajukan permintaan
penyediaan obat-obat yang dibutuhkan ruang IGD kepada direktur RS, kemudian
permohonan tersebut akan ditindaklanjuti oleh instalsi farmasi untuk penyediaan
obat-obat floor stock.
2. Obat Kit Emergensi
Perencanaan kebutuhan logistik obat kit emergensi ini dilakukan dengan
koordinasi bersama antara kepala instalasi IGD, kepala instalasi farmasi dan dokter
anestesi. Dari hasil koordinasi bersama tersebut akan dibuat usulan permintaan
kepada rumah sakit untuk penyediaan obat-obat yang diperlukan dalam kit
emergensi. Saat usulan sudah disetujui maka instalasi farmasi akan menyediakan
obat-obat yang diperlukan dalam kit emergensi
B. Permintaan & pengadaan
1. Obat Floor Stock IGD
Permintaan dan pendataan obat floor stock IGD mengacu pada resep obat dari
pasien yang periksa di ruang IGD. Perawat jaga akan menyerahkan resep obat
pasien yang sudah diperiksa ke instalasi farmasi, kemudian instalasi farmasi akan
mengembalikan jumlah obat yang keluar sesuai resep tersebut sehingga jumlah
obat dalam floor stock IGD dapat terpenuhi kembali
3. Obat Kit Emergensi
Obat Kit Emergensi ini akan selalu dalam kondisi tertutup dan tersegel jika
tidak ada penggunaan, jika kit emergensi ini terbuka segelnya maka dapat
dikatakan bahwa obat-obat dalam kit emergensi ada yang terpakai. Permintaan
obat kit emergensi mengacu pada lembar permintaan obat pasien yang dilakukan
penanganan menggunakan obat dalam kit emergensi, biasanya pada pasien yang
dilakukan resusitasi untuk life saving. Perawat akan menyerahkan lembar
permintaan obat pasien kepada instalasi farmasi, kemudian instalasi farmasi akan
mengembalikan jumlah obat yang keluar sesuai resep tersebut sehingga jumlah
obat dalam kit emergensi IGD dapat terpenuhi kembali.

19
C. Monitoring & evaluasi
1. Obat Floor Stock IGD
Monitoring ketersediaan obat floor stock IGD dilakukan oleh perawat jaga
IGD dengan menyerahkan resep obat yang masuk dari pasien IGD di luar jam kerja
pelayanan RS. Untuk evaluasi penggunaan obat floor stock IGD, instalasi farmasi
melakukan stock opname dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan berkala. Dari
hasil stock opname tersebut akan dievaluasi apakah ada jumlah obat sudah sesuai,
apakah ada obat-obat yang kadaluwarsa, dll.
2. Obat Kit Emergensi
Monitoring ketersediaan obat kit emergensi juga dilakukan oleh perawat
jaga IGD setiap shift kerja, hal ini untuk menjamin kelengkapan ketersediaan obat
pada saat terjadi kejadian yang membutuhkan obatdalam kit emergensi.
Monitoring dapat dilakukan dengan melihat kondisi kit emergensi yang tertutup
dan tersegel (segel belum terbuka) berarti obat dalam kit emergensi masih lengkap,
jika segel telah terbuka maka perawat jaga melakukan pengecekan jumlah obat,
kalau ditemukan ada jumlah obat yang berkurang maka perawat jaga melaporkan
kepada instalasi farmasi nuntuk dilengkapi jumlah obat sesuai daftar obat kit
emergensi dan ditutup dengan segel kembali.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Instalasi Gawat Darurat melaksanakan upaya-upaya dalam rangka mempertahankan


keselamatan pasien sesuai dengan enam sasaran keselamatan pasien, yaitu :
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua alat identifikasi, yaitu nama dan
nomer tanggal lahir.
b. Pasien diidentifikasi pada saat kontak pertama dengan pasien, sebelum pemberian
obat, tindakan medis, pengambilan sampel, pemberian gizi, pemberian transfusi
darah, dan pemberian informasi kesehatan.
d. Identifikasi dilakukan sesuai dengan pedoman identifikasi yang telah ditetapkan
rumah sakit
2. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
a. Komunikasi efektif dilakukan baik lisan maupun tertulis
b. Dalam dokumentasi rekam medis berupa penulisan secara lengkap atas :
1) Instruksi tindakan maupun pengobatan yang diberikan oleh dokter baik secara
lisan maupun alat komunikasi lain
2) Pelaporan atas kondisi khusus pasien
3) Pelaporan hasil lab kritis
c. Penerima pesan menggunakan prinsip Tulis Baca Konfirmasi Kembali
(TBKK), yaitu perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
d. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
e. Komunikasi efektif dilaksanakan sesuai dengan panduan komunikasi efektif
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
3. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)
a. Kebijakan dan/atau prosedur yang dibuat agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label high allert, dan penyimpanan obat high alert
dan elektrolit konsentrat.
b. Pengawasan terhadap implementasi kebijakan dan prosedur.
c. Elektrolit konsentrat yang disimpan di IGD diberi label yang jelas, dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted)

21
d. Dilakukans sesuai dengan panduan high alert yang telah diberlakukan di rumah
sakit
4. Sasaran IV : kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat- pasien operasi
Secara langsung IGD tidak terkait dengan sasaran IV dari keselamatan pasien, hal
ini dikarenakan semua pasien yang akan menjalani tindakan operasi akan dipersiapkan
tindakan pre operasi di ruang rawat inap
5. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Universal precaution/kewaspadaan universal
Kegiatan yang dilakukan di IGD dalam menerapkan universal precaution adalah :
1) Kebersihan tangan/handhygiene.
Dilakukan dengan metode 6 langkah dari WHO dan prinsip “five moment of
hand hygiene”
2) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Dilakukan dengan menyesuaikan pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi serta kondisi yang dihadapi saat itu, bisa memakai masker, sarung
tangan, baju apron, kacamata google.
3) Desinfeksi dan Sterilisasi alat
Dilakukan sesuai dengan panduan desinfeksi dan sterilisasi
4) Hygiene respirasi/Etika batuk
Dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit.
5) Tindakan invasif sesuai SPO
Memasang IV cateter, melakukan injeksi intravena, melakukan pengobatan,
adalah contoh tindakan invasif yang harus dilakukan dengan dengan cara yang
steril, penggunaan alat kesehatan yang bersifat invasif menggunakan single use.
b. Transmission precaution/kewaspadaan berdasarkan transmisi :
1) Pasien-pasien yang dicurigai berisiko mengidap penyakit menular, seperti HIV,
TBC, maka petugas wajib memakai APD yang tepat, kemudian pasien juga
diharuskan memakai APD yang tepat pula
2) Pasien yang udah pasti menderita penyakit menular akan diberikan label khusus
di status rekam medisnya
6. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
1) IGD menerapkan proses asesmen awal yang salah satunya mengkaji tentang risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi signifikan.
2) Assesment menggunakan metode yang telah ditetapkan rumah sakit
22
3) Melakukan intervensi dengan langkah-langkah pencegahan dan pengawasan
diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko jatuh.
4) Langkah-langkah tersebut dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
5) Tanda diberikan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi jatuh, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Penanganan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali
tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau
yang berkaitan dengannya. Di IGD ada beberapa hal yang berpotensi untuk
menimbulkan kecelakaan kerja bagi petugas IGD, seperti : angkat junjung pasien,
terinfeksi penyakit menular, sebagian lantai di kawasan instalasi rawat inap licin saat
hujan sehingga berisiko menimbulkan jatuh, perawat sering melakukan rindakan
infus/injeksi berisiko tertusuk jarum, petugas cleaning yang membersihkan limbah
infeksisa bisa terjadi infeksi karena kontak dengan limbah infeksius dan masih banyak
lagi.Secara umum sumber bahaya dapat dibagi dalam kategori :
 Bahaya Fisik : suhu panas, dingin dan kebisingan
 Bahaya Kimia : dapat berupa Chlorine, desinfektan, dan obat seperti mytomicin
 Bahaya Biologi : berupa adanya resiko infeksi oleh virus atau bakteri baik yang
berasal dari pasien maupun lingkungan
 Bahaya Ergonomi : dapat disebabkan oleh cara kerja dan posisi tubuh yang salah,
misalnya pada saat mengangkat atau memindahkan pasien.
 Bahaya psikososial : dapat berupa beban kerja yang tinggi, sistem kerja shift yang
tidak proporsional, serta jam kerja yang berlebihan
 Bahaya mekanik : dapat berupa terjepit, tertusuk, tertimpa, atau terjatuh pada saat
bekerja
 Bahaya listrik
 Kecelakaan
 Limbah berbahaya RS
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan keadaan darurat, baik untuk karyawan,
lingkungan rumah sakit bahkan lingkungan luar rumah sakit. Keadaan darurat adalah
berubahnya suatu keadaan atau kegiatan atau situasi yang semula normal menjadi tidak
normal sebagai akibat dari suatu peristiwa/ kejadian yang tidak diduga atau tidak di
kehendaki. Adapun klasifikasi keadaan darurat :
1. Keadaan darurat tingkat I
Yaitu keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa dan harta benda (aset)
yang secara normal dapat diatasi oleh personil juga dari suatu instalasi atau pabrik
dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan
24
2. Keadaan darurat tingkat II
Yaitu suatu kecelakaan dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan
peralatan dan meterial yang tersedia di instalasi atau pabrik tidak mampu lagi
mengendalikan keadaan darurat tersebut seperti: kebakaran besar, ledakan dahsyat,
kebocoran B3 yang kuat, dan lain-lain yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungan dan aset dari instalasi atau pabrik tersebut atas dampak bahaya pada
karyawan atau daerah dan masyarakat sekitarnya. Bantuan yang diperlukan berasal
dari lingkungan sekitar atau pemerintah setempat.
3. Keadaan darurat tingkat III
Yaitu keadaan darurat berupa malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat jauh
lebih besar dibandingkan dengan tingkat II dan memerlukan bantuan koordinasi
pada tingkat nasional
Dari 3 kategori diatas, kemungkinan besar yang dapat masuk untuk di rawat inap
adalah kategori keadaan darurat tingkat I dan II
Sistem Pertolongan Kecelakaan Kerja
Sistem pertolongan kecelakaan kerja merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
suatu sistem management dan kebijakan perusahaan tentang tahapan tentang tahapan
pertolongan, perawatan rehabilitasi medis dalam menangani korban akibat kecelakaan
kerja atau keadaan darurat medis di lingkungan tempat kerja. Adapun sistem
penaganan kecelakaan kerja di instalasi rawat inap adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
1) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut
dengan P3K di tempat kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama
secara cepat dan tepat kepada orang lain yang berada di tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja, seperti :
 Perawat Tertusuk Jarum : segera dicuci area yang tertusuk tersebut dengan
air steril/bersih mengalir sambil memencet-mencet daerat yang tertusuk agar
darahnya keluar
 Petugas Pantri tersengat kompor : segera dibilas dengan air dingin bersih
mengalir untuk mencegah meluasnya area yang terbakar
2) Melaporkan Kejadian Kecelakaan Kerja
Kepala Instalasi melaporkan kejadian kepada Panitia K3RS pelaporan kejadian
kecelakaan kerja menjelaskan tentang laporan urutan jika terjadi kecelakaan di
tempat kerja mulai dari korban mengalami kecelakaan sampai pada korban di
beri pertolongan pertama.
25
3) Pertolongan Tindak Lanjut
Pertolongan tindak lanjut akan dilakukan setelah Panitia K3RS melaporkan
kepada Direktur RS Mata ”DR. Yap”. Penanganan Darurat Medis jika terjadi
kecelakaan di tempat kerja, petugas medis bertanggung jawab untuk melakukan
pertolongan kepada korban dengan melakukan observasi jenis luka yang
diderita, lalu melakukan penanganan sampai pada tahapan yang diperlukan.
Penanganan kecelakaan kerja ini ditujukan agar korban tidak mengalami cidera
yang lebih parah dan segera mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat
(Pedoman Praktis K3LH, 2009).
4) Perawatan Rehabilitasi
Perawatan rehabilitasi diperlukan untuk menjamin karyawan dalam penanganan
kecelakaan yang dialami di tempat kerja. Karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja berhak mendapat pelayanan kesehatan sampai tuntas hingga
karyawan tersebut dapat kembali seperi semula ke tempat karyawan bekerja.
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Untuk penanganan Darurat Tingkat II, maka diperlukan koordinasi dengan badan
penanggulangan bencana daerah, seperti tim pemadam kebakaran, tim pusbakes
118.
5) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pada prinsipnya pernggunaan APD harus dilakukan secara tepat, seperti :
1. Sarung Tangan harus dipakai saat melakukan tindakan infasif, membersihkan
peralatan keperatawan atau alat pemeriksaan penunjang, mengganti linen yang
terkerna cairan pasien
2. Masker digunakan saat kita berhadapan dengan seseorang yang batuk atau petugas
terkena penyakit influenza/batuk, mengganti linen yang berdebu
3. Kacamata Google digunakana saat mendampingi pemeriksaan yang menggunakan
sinar laser misalkan yag laser atau laser foto koagulasi
4. Sepatu anti selip digunakan saat cuaca hujan yang menyebabkan lantai licin
5. Baju Apron digunakan saat mencuci alat-alat keperawatan atau mengganti linen
yang terkena tumpahan cairan pasien/bahan berbahaya
6) Program Pemeriksaan Kesehatan
Pajanan yang kemungkinan terjadi mengenai petugas di rawat inap adalah cairan tubuh
pasien, tertusuk jarum suntik, kontak dengan pasien batuk
1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja ini sudah dilakukan sejak awal perekrutan
pegawai, meliputi foto rontgen thorak, pemeriksaan mata dan pemeriksaan HBSAg
26
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan Kesehatan Berkala ini sudah dilakukan setriap tahun oleh SDM, untuk
petugas rawat inap, khususnya perawat setiap tahun dilakukan pemeriksaan foto
thorak, pemeriksaan mata, laborat darah dan general check up
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan Kesehatan Khusus ini juga sudah dilakukan di instalasi rawat inap,
seperti pemeriksaan EKG untuk usia > 40 tahun, HBSAg
4. Pemeriksaan Kesehatan di Akhir Masa Kerja
Pemeriksaan Kesrehatan di Akhir Masa Kerja ini sepertinya belum pernah
dilakukan pada karyawan yang menjelang purna tugas

27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat dilakukan oleh pihak luar rumah sakit, dengan berkoornasi bersama
seksi pelayanan medis, khususnya penunjang medis. Sampai saat ini alat-alat
pemeriksaan penunjang yang ada di IGD hampir semua belum dilakukan kalibrasi,
kecuali timbangan berat badan.
B. Preventive Maintenance Alat
Perawatan alat-alat dilakukan langsung oleh penunjang medis secara berkala, ada
yang 1 minggu sekali, dan sebulan sekali. Bukti perawatan yang dilakukan dengan
adanya kartu perawatan yang tertempel pada alat-alat tersebut.
C. Corrective Maintenance Alat
Untuk kerusakan alat yang terjadi perawat IGD atau rawat jalan ruang 06 akan
berusaha memperbaikinya terlebih dulu, jika perbaikan tidak berhasil dilakukan maka
perawat akan melaporkan ke bagian penunjang medik.
Untuk alat yang milik sendiri akan dicoba diperbaiki oleh penunjang medis, jika
tidak bisa maka penunjang medis akan melaporkan kepada kepala seksi pelayanan
medis, kemudian kepala seksi pelayanan medis akan mengusulkan untuk memanggil
tukang servisce alat tersebut.
Untuk alat yang KSO akan dicoba diperbaiki oleh penunjang medis, jika tidak bisa
maka penunjang medis akan melaporkan kepada kepala seksi pelayanan medis,
kemudian kepala seksi pelayanan medis akan mengusulkan untuk memanggil tukang
servisce alat tersebut kepada wadir yandik.
D. Pendidikan dan Pelatihan staf
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh staf IGD pada dasaranya dapat
dibedakan menjadi pendidikan / pelatihan inhouse dan ekshouse training.
1. Customer Service Exellent
Pelatihan Customer service exellent ini wajib diikuti oleh semua staf di
bagian instalasi rawat inap. Tujuan diadakan pelatihan ini adalah untuk
menumbuhkan rasa “caring” setiap staf di rawat inap dalam memberikan
pelayanan sehingga pasien dan keluarga akan merasa puas bahkan merasa
kepuasaan yang didapatkan melebihi dari yang mereka harapkan. Pelatihan ini
dilakukan secara in house training minimal 1 tahun sekali

28
2. Outbond
Pelatihan outbond ini wajib diikuti oleh semua staf di bagian IGD. Tujuan
outbond ini adalah untuk menumbuhkan rasa kerjasama, kreativitas,
pengorganisasian, memberikan kepuasaan kepada pelanggan dan masih banyak
lagi tujuan dari outbond ini, sehingga dalam memberikan pelayanan kepada pasien
dan keluarga kita adalah satu kesatuan yang saling melengkapi sesuai dengan
fungsi dan peran masing-masing.
3. Handle Komplain
Pelatihan handle komplain ini hanya dilakukan oleh staf IGD yang ditunjuk
oleh rumah sakit. Tujuan pelatihan ini adalah untuk mengelola komplain dan
menangani komplain yang masuk sehingga komplain tidak sampai keluar ke publik
atau bahkan menjadi ranah hukum.
4. Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan BTCLS/ACTLS/GELS
Pelatihan BHD ini wajib diikuti oleh semua staf di IGD, baik staf klinis
maupun non klinis. Tujuan pelatihan ini agar semua staf IGD dapat memberikan
pertolongan bantuan hidup dasar jika terjadi kasus emergensi yang mengancam jiwa
baik yang menimpa pasien/keluarga pasien atauapun karyawan rumah sakit sendiri.
BTCLS/PPGD diwajibkan bagi semua staf perawat IGD, karena tidak menutup
kemungkinan pasien yang datang di IGD RS Mata “Dr. Yap” juga mengalami
kondisi yang mengancam keselamatan jiwa pasien, sehingga perawat IGD dapat
melakukan penanganan basic kasus emergensi umum.
ACTLS/GELS diwajibkan bagi semua staf dokter IGD, karena pasien yang datang
dengan kondisi yang mengancam keselamatan jiwa harus dilakukan pertolongan
“advance” sehingga pasien dapat terselamatkan sampai tempat rujukan
5. Manajemen Nyeri
Pelatihan manajemen nyeri ini hanya diikuti oleh semua staf klinis IGD, hal
ini bertujuan agar semua staf klinis rawat inap dapat melakukan pengelolaan
manajemen nyeri terhadap semua pasien yang dilakukan perawatan atau observasi
di IGD
6. Hand Hygiene
Pelatihan hand hygiene ini wajib diikuti oleh semua staf di IGD, baik staf
klinis maupun non klinis, hal ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
kejadian infeksi nosokomial yang mungkin dapat terjadi antara petugas dengan
pasien ataupun sebaliknya

29
7. Identifikasi Pasien
Pelatihan Identifikasi pasien ini wajib diikuti oleh semua staf IGD baik staf
klinis maupun non klinis, hal ini bertujuan untuk keselamatan pasien sehingga tidak
terjadi kesalahan tindakan terhadap pasien
8. Komunikasi Efektif
Pelatihan komunikasi efektif ini wajib diikuti oleh semua staf klinis di IGD,
hal ini bertujuan untuk keselamatan pasien juga. Dengan komunikasi yang efektif
akan menghindarkan terjadinya salah persepsi terhadap instruksi yang diterima baik
yang melalui instruksi lisan lewat telpon, SMS, medsos (BBM, WA) dan juga
instruksi tertulis, sehingga tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan pada pasien.
Metode yang diterapkan dengan TBKK
9. Alat Pelindung Diri (APD)
Pelatihan penggunaan APD ini wajib diikuti oleh semua staf IGD baik staf
klinis maupun staf non klinis, hal ini bertujuan untuk kesehatan dan keselamatan
kerja bagi karyawan, sehingga karyawan terhindar paparan bahan infeksius, bahan
berbahaya dll.
10. Pengelolaan Limbah
Bahan Beracun dan Berbahaya
Pelatihan pengelolaan B3 ini wajib diikuti oleh semua staf IGD baik klinis
maupun non klinis, hal ini bertujuan untuk kesehatan dan keselamatan kerja bagi
karyawan dan pasien ataupun keluarga pasien
11. Pelatihan Risiko Jatuh
Pelatihan risiko jatuh wajib diikuti oleh semua staf klinis IGD, hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya insiden pasien jatuh, sehingga keselamatan
pasien dapat tercapai. Pelatihan ini berisi tentang cara pengkajian/penilaian pasien
dengan risiko jatuh kemudian memberikan intervensi untuk mencegah insiden
pasien jatuh selama dilakukan perawatan
12. Pelatihan High Allert
Medication
Obat high allert adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi
menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat ( drugs
that bear a heightened risk of causing significant patient harm when they are used in error.
Pelatihan ini wajib diikuti oleh semua staf klinis yang ada di IGD, hal ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan kepada semua staf klinis agar mengetahui obat-
obat mana saja yang masuk dalam obat high allert sehingga saat staf klinis
memberikan obat high allert mereka akan melakukan penjelasan dan pendidikan
30
tentang obat yang diberikan serta akan melakukan observasi ke pasien pasca
pemberian obat high allert. Pelatihan ini sangat penting sekali karena insiden
terkait salah obat, salah pemberian obat, salah dosis obat dll sering terjadi di
lapangan.
13. Pelatihan Penggunaan
Alat Pemadan Api Ringan (APAR) dan Evakuasi Bencana
Pelatihan APAR dan Evakuasi Bencana ini wajib diikuti oleh semua staf
IGD baik staf klinis maupun non klinis, hal ini bertujuan agar semua staf IGD
dapat melakukan pemadaman api dengan menggunakan APAR jika terjadi
kebakaran kecil dan juga dapat melakukan evakuasi pasien jika terjadi bencana di
lingkungan rumah sakit ataupun rawat inap.
14. Pendidikan Ilmu Penyakit
Mata dan yang berkaitan dengan Penyakit Mata (DM, Hipertensi, Saraf)
Pendidikan ilmu penyakit mata umum dan kegawatdaruratan mata serta
penyakit sistemik yang berhubungan dengan penyakit mata (DM, hipertensi, saraf)
wajib diikiuti oleh semua staf klinis IGD terutama staf perawat, dengan tujuan
agar perawat mampu melakukan asesmen awal dengan tepat dan cepat (triase
dengan baik), memberikan pelayanan kesehatan dengan berdasarkan pada ilmu
terkini sehingga tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan standart

E. Indikator mutu pelayanan


Judul Indikator : Respon time pelayanan pasien gawat darurat mata level 2
DefinisiOperasional : Ketepatan waktu pasien gawat darurat mata level 2 ditangani oleh tenaga
medis atau perawat kurang dari 10 menit
Bagian/Unit : Instalasi Gawat Darurat
Person In Charge : Kepala Instalasi Gawat Darurat
KebijakanMutu : ...............................
Rasionalisasi : Kecepatan respon time penanganan pasien gawat darurat mata akan
dapat meminimalkan kejadian sentinel (cacat permanen/kebutaan)
Formula Kalkulasi :

X 100%

Numerator : Jumlah pasien gawat darurat mata level 2 yang ditangani kurang dari
10 menit dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah semua pasien gawat darurat mata level 2 dalam 1 bulan
Kriteriainklusi : Semua pasien gawat darurat mata level 2
KriteriaEksklusi : Pasien gawat darurat mata selain level 2
MetodologiPengumpulan : Concurrent
data
TipePengukuran : Proses dan Outcome
31
Sumber Data : Form asesmen gawat darurat mata
WaktuPelaporan : paling lambat tanggal 5 setiap bulan berjalan
FrekuensiPelaporan : 1 bulan sekali
Target Kinerja : 100 %
JumlahSampel : Total populasi
Area Monitoring : Ruang Gawat Darurat
RencanaKomunikasikestaf : morning tea, morning meeting
Referensi : - SPM
- SK Direktur tentang Penetapan Sasaran Mutu di RS. Mata “Dr. Yap”

Judul Indikator : Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Gawat Darurat Mata


Definisi Operasional : Pasien gawat darurat mata rumah sakit yang menyatakan puas terhadap
pelayanan gawat darurat mata menggunakan emoticon
Bagian/Unit : Instalasi Gawat Darurat
Person In Charge : Kepala Instalasi Gawat Darurat
KebijakanMutu : ..............................
Rasionalisasi : Tingkat kepuasaan pasien digunakan untuk mengetahui bagus tidaknya
pelayanan yang diberikan oleh petugas gawat darurat mata
Formula Kalkulasi :

X 100%

Numerator : Jumlah pasien gawat darurat mata yang menyatakan puas dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah pasien gawat darurat mata dalam 1 bulan
Kriteriainklusi : Semua pasien gawat darurat mata
KriteriaEksklusi : Pasien bukan gawat darurat mata
MetodologiPengumpulan : Concurrent
data
TipePengukuran : Outcome
Sumber Data : Hasil survey tingkat kepuasaan pasien gawat darurat
WaktuPelaporan : paling lambat tanggal 5 setiap bulan berjalan
FrekuensiPelaporan : Satu bulan sekali
Target Kinerja : >80%
JumlahSampel : Total populasi
Area Monitoring : Ruang Gawat Darurat
RencanaKomunikasikestaf : Meeting morning
Referensi : - SPM
- SK Direktur tentang Penetapan Sasaran Mutu di RS. Mata “Dr. Yap”

32
BAB IX
PENUTUP

Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai salah satu komponen pelayanan dalam
rumah sakit yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan, memegang peranan penting
dalam terselenggaranya operasional rumah sakit yang bermutu. Pedoman pelayanan IGD
memberikan kerangka pelayanan, dan dibuat dengan harapan menjadi acuan dan pegangan
dalam kegiatan operasional terutama kegiatannya untuk memberikan pelayanan yang
terbaik. Semoga pedoman pelayanan pelayanan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.

33

Anda mungkin juga menyukai