Anda di halaman 1dari 110

PERHITUNGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS, DAN

PROFITABILITAS PADA CV APOTEK MITRA BANJARMASIN

TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK
NEGERI BANJARMASIN

OLEH:

NUR SAFITRI A03150049

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2018

i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Safitri

NIM : A03150049

Tempat dan Tanggal Lahir : Bule, 12 September 1997

Agama : Islam

Alamat : Jln Perdagangan Komplek Perdagangan


Permai II Nor 27 Kota Banjarmasin

Nama Orang Tua (Ayah) : Idris

(Ibu) : Rina Triani

Riwayat Pendidikan : 1. TK. Aisyiyah Bustnul Athfal (2003)

2. SDN 141 Bule (2009)

3. SMP Negeri 2 Anggeraja Kabupaten Enrekang (2012)

4. SMAN 1 Malua Kabupaten Enrekang (2015)

5. Praktek Kerja lapang di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Selatan.

iv
MOTTO

USAHA TIDAK AKAN MENGHIANATI HASIL

DAN RIDHO KEDUA ORANG TUA YANG TERPENTING

v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alikum Wr,Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhannahu wata’ala yang telah memberikan

Rahmat dan HidayahNya, dan tak lupa kita panjatkan Sholawat dan Salam kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Tugas Akhir dengan Judul “Perhitungan Rasio Likuiditas dan Rasio

Solvabilitas Pada CV Apotek Mitra Banjarmasin”. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah

untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Pada Jurusan

Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.

Akhirnya dengan selesainya Tugas Akhir ini, dengan tulus dan rendah hati penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda Idris dan Ibunda Rina Triani serta saudara-saudara saya yang sudah

berjuang keras untuk membiayai dan memberikan semangat serta do’anya kepada

penulis sampai dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Edy Yohanes ST. MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin

3. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

Banjarmasin.

4. Ibu Hj. Nurul Mukhlisah, SE, MM selaku Ketua Prodi Akuntansi.

5. Ibu Hj. NurulL Qolbiah, SE, AK, MM Selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Rusman Irwansyah, SE, MM Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

vii
Tugas Akhir ini.

7. Ibu Noor Safrina, SE, MM, M SA dan Ibu Widya Ais Sahla, SE, M.Sc, Ak selaku

dosen wali kelas yang telah memberikan ilmu dan dukungan, sehingga penulis bisa

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Ibu Lea Emilia Farida, SE, MM selaku Dosen Jurusan Akuntansi yang selalu

memberikan semangat dan motivasinya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

9. Ibu Wasila, S. Farm, Apt selaku Apoteker Penanggung jawab di CV Apotek Mitra

Banjarmasin yang memberikan izin penelitian dan banyak membantu penulis dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

10. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin yang telah

memberikan bekal ilmu bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11. Seluruh Staf Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin yang telah

membantu penulis selama menimba ilmu di kampus ini.

12. Seluruh pengurus dan karyawan CV Apotek Mitra Banjarmasin atas segala bantuan

yang diberikan.

13. Seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan

yang tak pernah henti selama penyusunan tugas akhir ini.

14. Seluruh anggota 5 serangkai yaitu Dhea Ayu Anwari, Reka Yunita, Nurul Latifa dan

Pahriah yang telah memberika dukungan dan semangat kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

15. Seluruh Sahabat di Kelas 6B Akuntansi yang selalu memberi semangat, doa, maupun

dukungan disaat penyusunan tugas akhir ini.

viii
Penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

dan menambah pengetahuan pembaca pada umumnya dan kepada penulis khususnya.

Tugas Akhir ini sangatlah jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun kelak menjadi pembelajaran bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Waramatullahi Wabarakatu

Banjarmasin, Juli 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR BAGAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
ABSTARAK xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 3
C. Batasan Masalah 3
D. Tujuan Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Landasan Teori 5
1. Pengertian Laporan Keuangan 5
2. Tujuan Laporan keuangan 5
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan 6
4. Analisis Laporan Keuangan 10
5. Rasio Keuangan 10
6. Jenis-Jenis Rasio Keuangan 10
B. Hasil penelitian terdahulu 22
x
BAB III METODOLIGI PENELITIAN 24
A. Identifikasi dan pemberian definisi operasional variable 24
B. Jenis penelitian 25
C. Jenis dan sumber data 25
D. Teknik pengumpulan data 27
E. Teknik Analisis Data 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELIAN 30
A. Hasil penelitisn 30
B. Pembahasan hasil penelitian 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 70
A.Simpulan 70
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Table 1 CV Apotek Mitra Banjarmasin Neraca Tahun 2013 ...................................................... 34


Table 2 CV Apotek Mitra Banjarmasin Neraca Tahun 2014 ....................................................... 35
Table 3 CV Apotek Mitra Banjarmasin Neraca Tahun 2015........................................................ 36
Table 4 CV Apotek Mitra Banjarmasin Neraca Tahun 2016........................................................ 37
Table 5 CV Apotek Mitra Banjarmasin Laporan Laba/Rugi Tahun 2013 .................................... 38
Table 6 CV Apotek Mitra Banjarmasin Laporan Laba/Rugi Tahun 2014 .................................... 39
Table 7 CV Apotek Mitra Banjarmasin Laporan Laba/Rugi Tahun 2015 .................................... 40
Table 8 CV Apotek Mitra Banjarmasin Laporan Laba/Rugi Tahun 2016 .................................... 41
Table 9 CV Apotek Mitra Banjarmasin Rasio Lancar .................................................................. 43
Table 10 CV Apotek Mitra Banjarmasin Rasio Cepat.................................................................. 46
Table 11 CV Apotek Mitra Banjarmasin Rasio Perputran Kas .................................................... 48
Table 12 CV Apotek Mitra Banjarmasin Inventory To Net Working Capital ............................. 50
Table 13 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perkembangan Rasio Likuiditas .................................. 52
Table 14 CV Apotek Mitra Banjarmasin Debt to Asset Ratio...................................................... 53
Table 15 CV Apotek Mitra Banjarmasin Debt to Equity Ratio .................................................... 55
Table 16 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perkembangan Rasio Solvabilitas ............................... 57
Table 17 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perputaran Sediaan ...................................................... 58
Table 18 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perputaran Modal Kerja .............................................. 60
Table 19 CV Apotek Mitra Banjarmasin Fixed Asset Turn Over ................................................ 62
Table 20 CV Apotek Mitra Banjarmasin Total Asset Turn Over ................................................. 64
Table 21 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perkembangan Rasio Aktivitas ................................... 66
Table 22 CV Apotek Mitra Banjarmasin Profit Margin On Sales ................................................ 67
Table 23 CV Apotek Mitra Banjarmasin Perkembangan Rasio Profitablitas ............................... 69

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 PT ADIL SEMARANG Laporan Posisi Keuangan.......................................................... 7

Bagan 2 PT ADIL SEMARANG Laporan Laba/Rugi ................................................................... 8

Bagan 3 PT ADIL SEMARANG Laporan Arus Kas ..................................................................... 9

Bagan 4 Struktur organisasi CV Apotek Mitra Banjarmasin........................................................ 30

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat balasan izin penelitian dari CV Apotek Mitra Banjarmasin

3. Surat Izin Usaha Perdagangan atau SIUP

4. NPWP CV Apotek Mitra Banjarmasin

5. Denah/ Peta CV Apotek Mitra Banjarmasin

6. Foto CV Apotek Mitra Banjarmasin

7. Lembar Bimbingan (I dan II)

8. Lembar penguji sidang proposal TA

9. Lembar penguji sidang Tugas Akhir

10. Lembar laporan keuangan neraca tahun 2013-2016

11. Lembar laporan keuangan laba rugi tahun 2013-2016

xiv
ABSTARAK

Nur Safitri / A03150049 / PERHITUNGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILTAS,


AKTIVITAS DAN PROFITABILITAS PADA CV APOTEK MITRA BANJARMASIN /
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN / PERHITUNGAN RASIO / CV APOTEK MITRA
BANJARMASIN

Tujuan penulis penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil perhitungan rasio keuangan
pada CV Apotek Mitra Banjarmasin berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi periode
2013 s.d 2016.

Kerangka pemikiran (teoritis) penlitian ini adalah mengukur rasio keuangan CV Apotek
Mitra Banjarmasin penulis menggunakan perhitungan rasio keuangan yang terdiri dari rasio
likuiditas dan rasio solvabilitas.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perhitungan rasio likuiditas rasio likuiditas CV
Apotek Mitra Banjarmasin yang terdiri dari Current Ratio, Quik Ratio, Cash Turn Over, Inventory
to Net Working Capital selama empat tahun berturut-turut dapat dikatakan bahwa CV Apotek
Mitra Banjarmasin dalam keadaan mampu melunasi kewajiban. Perhitungan rasio solvabilitas CV
Apotek Mitra Banjarmasin menggambarkan Debt Ratio, sebesar 23%, 24%, 41% dan 35%. Dan
Debt to Equity Ratio sebesar 46%, 32%, 70% dan 53%. Perhitungan rasio aktivitas CV Apotek Mitra
Banjarmasin menggambarkan, Perputaran Sediaan tinggi, Perputaran modal kerja menunjukkan
kenaikan modal kerja bersih, Perputaran aktiva tetap sudah mampu memaksimalkan, Perputaran
Total aktiva menunjukkan pendapatan tidak sebesar total aktiva yang miliki. Perhitungan rasio
profitabilitas CV Apotek Mitra Banjarmasin menggambarkan bahwa dapat memperoleh
keuntungan setiap tahunnya dengan rasio yang cukup rendah pada Profit Margin on sales.

Kata Kunci: Laporan Neraca, laporan Laba Rugi, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio
Aktivitas, Rasio Profibilitas.

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif menuntut

setiap perusahaan atau UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dalam bidang

perdagangan, jasa maupun manufaktur berupaya menjadi perusahaan yang

lebih profesional. Oleh karena itu perusahaan diharuskan untuk selalu

berusaha menampilkan yang terbaik, baik dalam segi kinerja maupun

strategi dalam segala segi menyajikan masa keuangan yang tepat termasuk

dalam laporan keuangan. (Kasmir 2012:20)

Menurut kasmir (2012:66). Laporan keuangan adalah laporan

keuangan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

suatu periode tertentu. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

mengatasi masalah-masalah keuangan perusahaan serta mengambil

keputusan yang cepat dan tepat, maka perlu adanya perhitungan rasio

keuangan.

Untuk membantu menajemen perusahaan mengetahui utang-utang

jangka pendek, yang segera jatuh tempo diperlukan perhitungan rasio

likuiditas. Perhitungan rasio likuiditas diperlukan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan seperti kreditor, investor dan pemerintah untuk menilai

kondisi keuangan perusahaan dan perkembangan dari perusahaan tersebut.

Perusahaan memerlukan alat bantu guna dapat mengukur tingkat keuangan

yaitu menganalisis rasio keuangan.

1
2

Untuk membantu menajemen perusahaan melunasi utang yang

sudah jatuh tempo diperlukan perhitungan rasio solvabilitas. Perhitungan

rasio solvabilitas diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti

pemilik perusahaan, supplier dan kreditor untuk meninjau pengaruh utang

perusahaan terhadap pengelola aktiva apakah berpengaruh signifikan atau

tidak.

Jika suatu perusahaan tidak mampu menilai kinerja manajemen

perusahaan ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena dianggap

berhasil atau gagal dan tidak mengetahui langkah-langkah perbaikan apa

saja yang perlu dilakukan kedepannya berkaitan dengan posisi keuangan

saat ini.

Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidak mampuan


perusahaan untuk membayar kewajiban tersebut sebenarnya adalah
akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Seandainya perusahaan sudah memperhitungkan rasio
yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat
mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan
sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk
mencarikan jalan keluarnya. Perhitungan rasio keuangan yang
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang
atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas.
Kasmir (2012: 128-129)

Dengan melakukan kombinasi dari masing-masing jumlah sumber


dana. Besarnya penggunaan masing-masing sumber dana harus
dipertimbangkan agar tidak membebani perusahaan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Dengan kata lain, penggunaan dana
yang bersumber dari pinjaman harus dibatasi. Kombinasi dari
penggunaan dana dikenal dengan nama rasio penggunaan dana
pinjaman atau utang atau dikenal dengan nama rasio solvabilitas
atau rasio leverage. Kasmir (2012: 151)

CV Apotek Mitra Banjarmasin adalah badan usaha menengah yang

bergerak di bidang apotek (penjualan obat). Badan usaha ini merupakan


3

perusahaan yang memiiki volume penjualan yang cukup besar, yang

dituntut untuk mempu menilai kondisi dan perkembangan perusahaan

melalui perhitungan rasio laporan keuangan agar dapat mengetahui utang

jangka pendek, dan melunasi utang yang sudah jatuh tempo, sehingga

dibutuhkannya perhitungan rasio laporan keuangan seperti rasio likuiditas

dan solvabilitas.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menulis

laporan tugas akhir mengenai, “ Perhitungan Rasio Likuiditas, Solvabilitas,

Aktivitas dan Profitabilitas Pada CV Apotek Mitra Banjarmasin”

B. Permasalahan

Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana perhitungan rasio likuiditas dan rasio

solvabilitas pada CV Apotek Mitra Banjarmasin?

C. Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah untuk penyusunan laporan keuangan

periode 2013 s.d 2016. Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui

keuangan perusahaan dengan melakukan perhitungan Rasio Likuiditas

Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quik Ratio), Rasio Perputaran

Kas (Cash Turn Over), Inventory to Net Working Capital (NWC) dan Rasio

Solvabilitas Debt to Asset Ratio (Debt Ratio), Debt to Equity Ratio, Rasio

Aktivitas Perputaraan Sediaan (Inventory Turn Over), Perputaran Modal

Kerja (Working Capital Turn Over), Fixed Assets Turn Over, Total Assets

Turn Over, Rasio Profitabilitas Profit Margin Of Sales.


4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil

perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas pada CV Apotek Mitra

Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kewajiban untuk

memenuhi salah satu syarat diploma III khususnya Jurusan Akuntansi

pada Politeknik Negeri Banjarmasin sekaligus menerapkan ilmu semasa

perkulihaan.

2. Bagi Politeknik Negeri Banjarmasin

Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi bagi

mahasiswa tingkat akhir berikutnya dengan topik yang sama.

3. Bagi CV Apotek Mitra Banjarmasin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi CV Apotek

Mitra Banjarmasin dan menjadi bahan masukkan untuk mengetahui

utang jangka pendek, dan dapat melunasi utang yang sudah jatuh tempo

untuk masa mendatang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Laporan Keuangan

“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan,

pengelolaan dan pemerikasaan dari transaksi finansial dalam suatu badan

usaha yang dirancang untuk membuat keputusan baik dalam maupun luar

perusahaan mengenai posis keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Novi

(2013: 5)

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK) 2015, laporan


keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan
arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Secara umum
laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Wiratna (2017: 1).

2. Tujuan Laporan keuangan

Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan

antara lain:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

5
6

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan jumlah

pendapatan yang di peroleh pada suatu periode tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode.

g. Informasi keuangan lainnya.

Kasmir (2012:10-11)

3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

“Ada 3 (tiga) macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Disamping

ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti

laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi oleh pihak

manajemen”. Mamduh (2016 : 49)


7

a) Laporan Posis Keuangan (Neraca)

Neraca dapat kita jabarkan sebagai laporan keuangan yang


menunjukkan apakah sebuah bisnis bernilai pada suatu waktu.
Neraca diturunkan dari istilah “balance sheet” , “Statement of
Financial Conditions”, “Statement of Resources and Liabilities”.
Neraca ini merupakan laporan tentang posisi keuangan suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Oleh karena itu, neraca sering
disebut sebagai potret dari posis keuangan perusahaan, karena
kondisi keuangan yang disajikan pada neraca tersebut hanya terjadi
pada tanggal tertentu, yaitu tanggal penyusunan neraca. Diluar
tanggal penyusunan neraca, kondisi keuangan tersebut bisa diubah.
Arfan (2016 : 23)
Contoh laporan posisi keuangan dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan 1
PT ADIL SEMARANG
Laporan Posisi Keuangan
Untuk Periode Per 31 Desember 2012

ASET LIABILITAS
Kas 1,650,000 Utang usaha 1,240,000
Piutang Usaha 1,240,000 Utang hipotek 3,000,000
Supplies kantor 40,000 Utang iklan 20,000
Dibayar dimuka beban - Dibayar dimuka pendapatan usaha30,000
Sewa Kantor 120,000 Utang pajak penghasilan 40,000
Total aset lancar 3,050,000 Total liabilitas 4,330,000
Kendaraan 4,300,000 EKUITAS
Akumulasi bbn penyusutan (200,000) Modal saham 4,000,000
Nilai buku kendaraan 4,100,000 Saldo laba 170,000
Peralatan kantor 1,500,000 Total ekuitas 4,170,000
Akumulasi bbn penyusutan (150,000)
Nilai buku peralatan 1,350,000
total aset tidak lancar 5,450,000
TOTAL ASET 8,500,000 TOTAL LIABILITAS & EKUITAS 8,500,000

Sumber: Sony Warsono (2013 : 117)


8

b) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan pendapatan dan beban selama


periode waktu tertentu berdasarkan konsep pembandingan
(matching concept). Konsep ini diterapkan dengan membandingkan
beban dengan pendaptan yang dihasilkan selama periode terjadinya
beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan
pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini
disebut laba besih atau keuntungan bersih (net income atau net
profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih.
Arfan Ikhsan (2016 : 34)
Contoh laporan laba rugi dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan 2
PT ADIL SEIMBANG
Laporan Laba/Rugi
Untuk periode s/d 31 Desember 2012
Penghasilan operasional :
Pendapatan Usaha 990,000
Beban Operasinal :
Beban Gaji 200,000
beban supplies kantor 130,000
Beban penyusutan Kendaraan 200,000
Beban Penyusutan peralatan kantor 150,000
Beban Iklan 50,000
Beban sewa kantor 60,000
Total Beban (790,000)
Laba/(Rugi)* operasional 200,000
Penghasilan non-operasional 130,000
Beban non-operasional (20,000)
Laba/(Rugi)* non-operasional 110,000
Laba/(Rugi)* sebelum pajak 310,000
(-) Beban pajak penghasilan (40,000)
Laba/(Rugi)* bersih setelah pajak 270,000

Sumber: Sony Warsono (2013 : 113)


9

c) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua


aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas
harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
Laporan kas terdiri arus kas masuk (chas in) dan arus kas keluar
(chas out) selama periode tertentu. Ksas masuk terdiri uang yang
masuk ke perusahaan, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah
jumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya, seperti
pembayaran biaya operasional perusahaan. Kasmin (2012 : 29-30)
Contoh laporan arus kas dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan 3
PT ADIL SEIMBANG
Laporan Arus Kas
Untuk periode s/d 31 Desember 2012

Saldo Awal, 1 Januari 2012 1,000,000


Arus Kas Dari Aktiva Operasi:
Aliran masuk: Penjualan tunai dll 130,000,000
Aliran keluar: Gaji Karyawan dll (122,350,000)
Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Operasi 7,650,000

Arus Kas Dari Aktiva Investasi:


Aliran masuk: Penjualan Mesin dll 16,000,000
Aliran keluar: Pembelian Mesin tunai dll (19,000,000)

Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Investasi (3,000,000)

Arus Kas Dari Aktiva Pendanaan:


Aliran masuk: Pinjaman hipotek dll 23,000,000
Aliran keluar: Pelunasan dan angsuran pinjaman dll (27,000,000)

Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Pendanaan (4,000,000)

Saldo Akhir, 31 Desember 2012 1,650,000


Sumber: Sony Warsono (2013: 119)
10

4. Analisis Laporan Keuangan

Definisi analisis laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh


pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posis
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang. Arfan (2016 : 43)

Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh


pertimbangkan dalam rangka membantu mengevalusi posisi
keuangan dan hasil operasi peusahan pada masa sekarang dan masa
lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahan pada masa
mendatang. Analisis laporan keuangan sebenarnya banyak sekali
namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisis rasio
keuangan karena analisis ini lebih sering digunakan dan lebih
sederhana. Soemarso (2012 : 87)

5. Rasio Keuangan

Rasio digunakan untuk membantu sebuah entitas bisnis dalam


mengevaluasi hasil keuangan dan ekonomi dari orientasi laba
operasi sepanjang periode akuntansi. Rasio sendiri adalah angka
sederhana dan kelihatannya memiliiki sedikit nilai, rasio tidak
secara langsung menunjukkan hasil yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Arfan (2016: 73)

Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang


manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi
keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-
hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan
jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan
keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi. Irawati
(2013: 22)

6. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk


mengsiagakan kas atau asset lain yang dapat segera diubah menjadi
11

kas dalam rangka memenuhi beragam liabilitas jangka pendek yang


harus dipenuhi perusahaan. Semakin tinggi rasio likuiditas
perusahaan maka dapat diintepretasikan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sony
Warsono (2013: 260)

“Secara umum, rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan

antara total aktivitas lancar dengan total utang lancar. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka

pendeknya dengan aktiva lancar”. Samaryn (2015: 216)

“Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity rasio)

merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban (utang), jangka pendek. Artinya apabila

perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang

tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo”. Kasmir (2012; 129)

Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan

untuk mengukur kemampuan, yaitu:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

“Rasio Lancar atau Current Ratio merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan”.

Rumus yang digunakan mencari rasio lancar atau current

ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Aktiva Lancar (Current Assets)


Current Ratio =
Utang Lancar (Current Liabilities)
12

2) Rasio Cepat (Quick Ratio)

“Rasio Cepat (Quick Ratio) atau rasio sangat lancar atau acid
test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
uatang lancar (utang jangka pendek) dengan aktivitas lancar
tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory)”.

Rumus yang digunakan mencari rasio cepat atau (quick


ratio) dapat digunakan sebagai berikut:

Current Assets−Inventory
Quick Ratio =
Current Liabilities

Atau:

Kas+Bank+Efek+Piutang
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Current Liabilities

3) Rasio Kas (Cash Ratio)

“Rasio Kas atau Cash Ratio merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang”.

Rumus yang digunakan mencari rasio kas atau cash ratio

dapat digunakan sebagai berikut:

Cash or Cash equivalent


Cash ratio =
Current Liabilities

Atau:

Kas+Bank
Cash ratio =
Current Liabilities
13

4) Rasio Perputaran Kas

Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over)


berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan
(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas

dapat digunakan sebagai berikut:

Penjualan Bersih
Rasio Perputaran Kas =
Modal Kerja Beersih

5) Inventory to Net Working Capital

“Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur atau membandingan antara jumlah

sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan”.

Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital

dapat digunakan sebagai berikut:


Inventory
Inventory to NWC =
Current Assets−Current Liabilities

b. Rasio Solvabilitas

“Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan

melunasi semua utang-utangnya pada saat jatuh tempo”. Sony warsono-

bin-hardono (2013 : 262)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang


digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahan dibiayai
14

dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung


perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan
bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Kasmir
(2012: 151).

Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara

lain:

1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

“Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk


mengukur perbandingan total utang dengan aktiva. Dengan kata
lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiyai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolan aktiva”.

Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai


berikut:

Total Debt
Debt to asset ratio =
Total Asset

2) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk


menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untuk mengetahui rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.

Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan

perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai

berikut:

Total Utang (Debt)


Debt to Equity Ratio =
Ekuitas (Equity)
15

3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

“LTDtER merupakan rasio antara utang jangka penjang


dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan”.

Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio

adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka

penjang dengan modal sendiri, yaitu:

Long tern debt


LTDtER =
Equity

4) Times Interest Earned

Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned


merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan
dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu
karena tidak mampu mambayar biaya bunga tahunannya.
Apabila perusahan tidak mampu mambayar bunga, dalam
jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor. Bahkan ketidak mampuan menutup biaya tidak
menutup kemungkinan akan mengakibatkan adanya tuntutan
hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan
perusahaan menuju kearah pailit semakin besar.

Rumus untuk mencari times interest earned dapat digunakan

dengan dua cara sebagai berikut:

EBIT
Times Interest Earned =
Biaya Bunga (interest)
16

Atau:

EBIT+Biaya Bunga
Times Interest Earned =
Biaya Bunga (interest)

5) Fixed Charge Coverage (FCC)

“Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap


merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned
Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan
apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau
menyewa aktiva berdasarkan kontak sewa (lease contaract).
Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban
tahunan atau jangka panjang”.

Rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage (FCC) adalah

sebagai berikut:

EBIT+Biaya Bunga+Kewajiban sewa (lease)


FCC =
Biaya Bunga (interest)+kewajiban sewa (lease)

c. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


tingkat efisiensi atas pemaanfaat sumber daya yang dimiliki
perusahaan, atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini dikenal juga sebagai
rasio pemanfaatan asset, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai
efektivitas dan intensitas asset perusahaan dalam menghasilkan
penjualan. Hery (2015:168)

Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva

yang dimilikinya. Kasmir (2012:172)

Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio aktivitas antara lain:
17

1) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa lama penagih piutang selama satu periode atau

berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam

satu perode.

Rumus untuk mencari Receivable Turn Over adalah sebagai

berikut:

Penjualan Kredit
Receivable Turn Over =
Rata−Rata Piutang

Atau:

Penjualan Kredit
Receivable Turn Over =
Piutang

2) Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

“Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur berapa kali dana yang ditahan dalam sediaan
(inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini
dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory
turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan
merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah
barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio
ini, semakin jelek demikian pula.”
Rumus untuk mencari Inventory Turn Over adalah sebagai

berikut:

Harga pokok barang yang dijual


Inventory Turn Over =
Sediaan
18

Atau:

Penjualan
Inventory Turn Over =
Sediaan

3) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over

merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai

keefektifitas modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

Rumus untuk mencari Working Capital Turn Over adalah

sebagai berikut:

Penjualan Bersih
Working Capital Turn Over =
Modal Kerja Rata−Rata

Atau:

Penjualan Bersih
Working Capital Turn Over =
Modal Kerja

4) Fixed Assets Turn Over

Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva

tetap berputar dalam satu periode.

Rumus untuk mencari Fixed Assets Turn Over adalah

sebagai berikut:
19

Penjualan
Fixed Assets Turn Over =
Total Aktiva Tetap

5) Total Assets Turn Over

Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki

perusahaan dalam mengukur berapa jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai

berikut:

Penjualan
Total Assets Turn Over =
Total Aktiva

d) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan


perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas menajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahan. Kasmir (2012:196)
Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam Rasio profitabilitas antara

lain:

1) Profit Margin on Sales

Profit Margin on sales atau Ratio Profit Margin atau margin


laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba
20

bersih setelah pajak dengan penjulan bersih. Rasio ini juga


dikenal dengan nama profit margin.
Rumus untuk mencari Profit Margin on sales adalah sebagai

berikut:

Untuk margin laba kotor dengan rumus:

Penjualan Bersih−Harga pokok Penjualan


Profit Margin on sales =
Sales

Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Earning After Interest and Tax (EAIT)


Profit Margin on sales =
Sales

2) Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investasi/ROI)

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan


nama Return on Investment (ROI) atau return total assets
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga
merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengeolah investasinya.
Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai

berikut:

Earning After interest and tax


Return on Investment (ROI) =
Total assets
21

3) Hasil Pengembalian Investasi (ROI) dengan Pendekatan Du

Pont

Untuk mencari hasil pengembalian investasi, selain dengan

cara yang sudah dikemukakan di atas, dapat pula kita

menggunakan pendekatan Du Pont. Hasil yang diperoleh antara

cara seperti rumus diatas dengan pendekatan Du Pont adalah

sama.

Rumus untuk mencari pengembalian investasi dengan

pendekatan Du Pont adalah sebagai berikut:

ROI = Margin laba bersih X Perputaran total aktiva


22

B. Hasil penelitian terdahulu

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitain ini adalah:

Indentitas peneliti Aulia Fitri Wulandari Novi Erliani


Nim A03120006 A03130041
Politeknik Negeri Politeknik Negeri
Aspek Banjarmasin Banjarmasin
Judul Analisis Rasio Likuiditas Analisis Rasio Likuiditas,
dan Rasio Solvabilitas Solvabilitas dan
Pada PT Artha Mulia Maju Rentabilitas Terhadap
Jaya Banjarmasin Laporan Keuangan Pada
Koperasi TKBM Samudera
Nusantara Pelabuhan
Banjarmasin
Insitusi / Perusahan PT Artha Mulia Maju Jaya Koperasi TKBM Samudera
yang diteliti Banjarmasin Nusantara Pelabuhan
Banjarmasin
Permasalahan Dari latar belakang Sesuai dengan latar
masalah diatas, maka belakang masalah yang
penulis dapat merumuskan telah diuraikan
masalah sebagai berikut: sebelumnya, maka yang
1. Bagaimana menjadi pokok
Analisis Rasio permasalahan dalam
Likuditas pada PT enelitian ini adalah
Artha Mulia Maju Bagaimana Analisis Rasio
Jaya Banjarmasin Likuiditas, Solvabilitas
2. Bagaimana Dan Rasio Rentabilitas
Analisis Rasio Terhadap Laporan
Solvabilitas pada Keuangan Pada Koperasi
PT Artha Mulia TKBM Samudera
Maju Jaya Nusantara Pelabuhan
Banjarmasin Banjarmasin
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hasil Penelitian ini dilaksanakan
analisis rasio dengan tujuan menegtahui
likuiditas pada PT bagaimana analisis Rasio
Artha Mulia Maju Likuiditas, Solvabilitas
Jaya Banjarmasin Dan Rasio Rentabilitas
2. Mengetahui hasil Terhadap Laporan
penelitian analisis Keuangan Pada Koperasi
rasio solvabilitas TKBM Samudera
pada PT Artha Nusantara Pelabuhan
Banjarmasin
23

Mulia Maju Jaya


Banjarmasin
Metode Penelitian Metode yang digunakan Metode yang digunakan,
studi kasus, wawancaran wawancaran dan
dan dokumentasi terhadap dokumentasi terhadap
Analisis Rasio Likuiditas analisis Rasio Likuiditas,
dan Rasio Solvabilitas Solvabilitas Dan Rasio
Rentabilitas Terhadap
Laporan Keuangan Pada
Koperasi TKBM Samudera
Nusantara Pelabuhan
Banjarmasin
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil laporan Analisis rasio likuiditas
tahun 2012 hingga 2014 Current Ratio tahun 2013
maka dapat dianalisis dari sampai 2015 masing-
rasio likuiditas perusahan masing sebesar 31,90,
sebagai berikut: 201,43 dan 51,33. Selisih
Current Ratio nilai 3 (tiga) tahun berturut-
Dari pembahsan diatas turut adalah dari tahun
dapat disimpulkan pada 2013 ke tahun 2014
umumnya current ratio PT mengalami kenaikan yang
Artha Mulia Maju Jaya signifikan sebesar 169,53
Banjarnasin dapat dan dari tahun 2014 ke
dikatakan sangat likuid tahun 2015 mengalami
meskipun terdaat penurunan sebesar 150.10.
penurunan pada tahun Rasio Solvabilitas
2013. Untuk tahun 2013 sampai
Berdasarkan hasil laporan dengan 2015 masing-
tahun 2012 hingga 2014 masing adalah total debt to
maka dapat dianalisis dari equty ratio 0,0286, 0,0044
rasio likuiditas perusahan dan 0,01774. Selisih 3
sebagai berikut: (tiga) tahun berturut-turut
Total Debt to Total Assets adalah dari tahun 2013 ke
Ratio 2014 mengalami
Dari pembahasan diatas penurunan sebesar 0,0242
dapat disimpulkan bahwa yang berarti rasio 2014
ratio solvabilitas lebih kecil dari pada tahun
perusahan terjadi penuruan 2013. Tahun 2014 ke 2015
kinerja perusahan dari mengalami kenaikan
atahun 2012 sebsar 17,2% sebesar 0,0130.
dan tahun 2014 sebesar
1,94%

Sumber: Aulia Fitri Wulandari (2013), Novi Erliani (2014)


BAB III

METODOLIGI PENELITIAN

A. Identifikasi dan pemberian definisi operasional variable

Berikut ini identifikasi dan pemberian definisi operasional variabel

adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mengsiagakan kas atau asset lain yang dapat segera diubah menjadi kas

dalam rangka memenuhi beragam liabilitas jangka pendek yang harus

dipenuhi perusahaan. Semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan maka

dapat diintepretasikan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sony Warsono (2013 : 260)

2. Rasio likuiditas pada CV Apotek Mitra Banjarmasin adalah rasio yang

menggambarkan kemapuan CV Apotek Mitra Banjarmasin untuk

membayar utang jangka pendek.

3. Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahan dibiayai dengan utang.

Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). sKasmir (2012; 151)

24
25

4. Rasio solvabilitas pada CV Apotek Mitra Banjarmasin adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan CV Apotek Mitra Banjarmasin

membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka

panjang.

B. Jenis penelitian

“Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang rinci mengenai

suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam

dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya”. Husein

Umar (2005: 23)

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk studi kasus pada

CV Apotek Mitra Banjarmasin periode 01 Desember 2017 s.d 31 Desember

2017. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data dari hasil

dokumentasi dan wawancara, berupa data atau angka sebagaimana yang ada

pada CV Apotek Mitra Banjarmasin.

Dengan metode penelitian studi kasus, yaitu perhitungan rasio

likuiditas dan solvabilitas dari laporan keuangan berupa neraca pada CV

Apotek Mitra Banjarmasin

C. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini tergolong dalam 2

(dua) kelompok, yaitu:


26

a. Data Kualitatif

“Data kulitatif adalah data yang bersifat alamiah yang

berbentuk kata, kalimat, gambar, dan menggambarkan keadaan,

proses, peristiwa tertentu”. Sugiyono (2012: 14)

Data yang berupa kalimat yang berupa sejarah singkat

perusahan, Struktur organisasi CV Apotek Mitra Banjarmasin.

b. Data Kuantitatif

“Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka

dan analisis menggunakan statistic”. Sugiyono (2012:12)

Data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung dan

disamakan sebagai alat ukur dalam pembahasan dan pemecahan

masalah yang dihadapi. Data tersebut antara lain laporan keuangan

berupa neraca dan laba rugi tahun 2013 s.d tahun 2016 yang terjadi

pada CV Apotek Mitra Banjarmasin .

Adapun sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang secara

langsung memberikan data kepada pemgumpul data.

Sugiyono (2012:23)

Data primer yaitu data yang secara langsung dari CV

Apotek Mitra Banjarmasin tanpa perantara, berupa hasil

dokumentasi dan wawancara yang diolah kembali oleh


27

penulis, seperti laporan keuangan berupa neraca dan laba

rugi.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang

tidak memberikan informasi secara langsung kepada

pengmpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil

pengolahan lebih lanjut dari data primer. Yang disajikan

dalam bentuk lain atau dari orang lain. Sugiyono (2012:225)

Data sekunder yaitu data yang sudah jadi, langsung

diambil oleh penulis dari CV Apotek Mitra Banjarmasin,

seperti surat ijin usaha (SIUP)- Menengah, NPWP, sejarah

singkat perusahan, Struktur organisasi dan data lain.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Wawancara

Penulis menanyakan secara langsung kepada pihak CV

Apotek Mitra Banjarmasin seputar sejarah, kegiatan operasi,

struktur organisasi Apotek serta informasi mengenai tentang

kepemilikan usahanya sehari-hari yang berkaitan dengan

permasalahan pada penelitian ini.

2) Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu data berupa dokumen-dokumen atau

laporan keuangan atau catatan akuntansi di CV Apotek Mitra


28

Banjarmasin pada tahun 2013 s/d 2016 yang diperlukan yang

berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas seperti bukti

laporan keuangan CV Apotek Mitra Banjarmasin.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif

karena pemecahan masalah yang diteliti oleh penulis sama dengan keadaan

objek yang diteliti. Berupa laporan keuangan seperti neraca, laba / rugi

dengan tahap-tahap sesuai prosedur. Kemudian hasilnya digunakan untuk

mengemukakan kesimpulan dan saran yang akan menjadi bahan masukkan

bagi CV Apotek Mitra Banjarmasin agar dapat menerapkannya. Dengan

menggunakan perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas.

Adapun tahapan-tahapan yang penulis lakukan dalam pengukuran

perhitungan rasio laporan keuangan sebagai dasar pengukuran berupa

laporan neraca dan laba rugi adalah:

1. Pengumpulan data seperti laporan posisi keuangan dan laporan laba

rugi.

2. Menganalisis data.

3. Menghitung rasio keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas dan

rasio solavabilitas.

4. Menginterprestasikan data hasil penelitian pehitungan rasio laporan

keuangan pada CV Apotek Mitra Banjarmasin. Menginterprestasikan

berarti menggunakan hasil analisis untuk memperoleh arti atau makna

dari masalah pada CV Apotek Mitra Banjarmasin. Dalam hal ini peneliti
29

melakukan interprestasi deskriptif, karean peneliti ingin mengartikan

atau menggambarkan kepada pembaca mengenai hasil perhitungan rasio

likuiditas dan rasio solvabilitas pada CV Apotek Mitra Banjarmasin.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELIAN

A. Hasil penelitisn

1. Sejarah perusahaan

CV Apotek Mitra Banjarmasin berada di Jalan Letjend S. Parman

No 48 Banjarmasin. Sebelum tahun 1987 CV Apotek Mitra Banjarmasin

dimiliki oleh Hj. Astuti. Setelah tahun 1987 sampai sekarang dipindah

tangankan kepada H. Hasan Awad.

2. Struktur organisasi perusahaan


Bagan 4
Struktur Organisasi
CV Apotek Mitra Banjarmasin

PEMILIK SARANA APOTIK (PSA)


H. HASAN AWAD

APOTEKER PENANGGUNG JAWAB


WASILA, S. Farm, Apt

ASISITEN APOTEKER:
1. YUNITA KASIR:
2. MEGA 1. INAS
3. RIKA 2. YULI
4. MUTIA

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin

30
31

Adapun tugas dari masing-masing bagian yang ada pada struktur organisasi

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemilik Sarana Apotek (SPA)

Tugas pemilik sarana apotek (SPA) yaitu:

a. Sebagai sumber data pendirian CV Apotek Mitra Banjarmasin.

2. Apoteker Penanggung Jawab

Tugas Apoteker Penanggung Jawab yaitu:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non

teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang

berlaku.

b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi kasir.

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil

yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan

omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah

mungkin.

d. Melakukan pengembangan usaha apotek.

3. Asisten Apoteker

Tugas Asisten Apoteker yaitu:

a. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggungjawabdan standar

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani

penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

b. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan atau

pemakaian obat yang akan diserahkan pada pasien dan juga memberikan
32

informasi mengenai penggunaan secara tepat, benar, rasional, serta

mudah dimengerti pasien atau masyarakat.

4. Kasir

Tugas kasir apotek yaitu:

a. Menjalankan proses penjualan dan pembayaran.

b. Melakukan pencatatan atas semua transaksi.

c. Membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai suatu

produk.

d. Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli serta melakukan

pembungkusan.

e. Melakukan pengecekan atas jumlah barang pada saat penerimaan

barang.

f. Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada

atasan.

g. Melakukan pengecekan atas stok bulanan.


33

B. Hasil Penelitian

Untuk mengevaluasi kondisi keuangan CV Apotek Mitra

Banjarmasin, perlu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

likuiditas dan rasio solvabilitas, maka akan diperoleh suatu informasi

tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Apotek Mitra

Banjarmasin.

1. Laporan keuangan

Laporan keuangan CV Apotek Mitra Banjarmasin yang disajikan

meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi tahun 2013 s.d 2016 yang

akan digunakan sebagai dasar dalam menghitung rasio likuiditas dan rasio

solvabilitas.
34

Laporan neraca tahun 2013 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada tabel

1 berikut:

Table 1
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Neraca
Untuk Periode 31 Desember 2013

AKTIVA RINCIAN JUMLAH


AKTIVA LANCAR:
KAS & BANK Rp 29,426,493
PIUANG USAHA Rp 37,300,865
PIUTANG KARYAWAN Rp -
PERSEDIAAN BARANG / STOCK BARANG Rp 563,825,832
PPh Pasal 22/23 Rp -
PPh PASAL 25 Rp 1,641,000
SUB JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 632,194,190

AKTIVA TETAP:
HARGA PEROLEHAN Rp 75,312,360
AKUMULASI PENYUSUTAN Rp (75,312,360)
NILAI BUKU Rp -
TOTAL AKTIVA SELURUHNYA Rp 632,194,190

PASIVA RINCIAN JUMLAH


HUTANG LANCAR:
HUTANG USAHA Rp 199,310,994
HUTANG LAIN-LAINNYA Rp -
SUB JUMLAH HUTANG LANCAR Rp 199,310,994

HUTANG JANGKA PANJANG:


HUTANG PADA BANK Rp -

MODAL PEMILIK:
MODAL DISETOR Rp 404,710,496
LABA TAHUN BAERJALAN Rp 28,172,700
Rp 432,883,196
TOTAL PASIVA SELURUHNYA Rp 632,194,190

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin


35

Laporan neraca tahun 2014 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada tabel

2 berikut:

Table 2
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Neraca
Untuk Periode 31 Desember 2014

AKTIVA RINCIAN JUMLAH


AKTIVA LANCAR:
KAS/ BANK Rp 128,951,565
PIUANG USAHA Rp 93,252,500
PIUTANG KARYAWAN Rp 4,250,000
PERSEDIAAN BARANG / STOCK BARANG Rp 352,178,000
PPh PASAL 25 Rp -
PPh PASAL 4 AYAT (2) Rp 3,966,485
SUB JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 582,598,550

AKTIVA TETAP:
HARGA PEROLEHAN Rp 66,000,000
AKUMULASI PENYUSUTAN Rp (34,500,000)
NILAI BUKU Rp 31,500,000
TOTAL AKTIVA Rp 614,098,550

PASIVA RINCIAN JUMLAH


HUTANG LANCAR:
HUTANG USAHA Rp 149,483,560
HUTANG LAIN-LAINNYA Rp -
SUB JUMLAH HUTANG LANCAR Rp 149,483,560

HUTANG JANGKA PANJANG:


HUTANG PADA BANK Rp -

MODAL PEMILIK:
MODAL DISETOR Rp 432,883,190
LABA TAHUN BAERJALAN Rp 31,731,800
Rp 464,614,990
TOTAL PASIVA Rp 614,098,550
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin
36

Laporan neraca tahun 2015 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada

tabel 3 berikut:

Table 3
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Neraca
Untuk Periode 31 Desember 2015

AKTIVA RINCIAN JUMLAH


AKTIVA LANCAR:
KAS/ BANK Rp 355,426,098
PIUANG USAHA Rp 152,325,800
PIUTANG KARYAWAN Rp 8,150,000
PERSEDIAAN BARANG / STOCK BARANG Rp 405,005,700
PPh PASAL 25 Rp -
PPh PASAL 4 AYAT (2) Rp 12,593,152
SUB JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 933,500,750

AKTIVA TETAP:
HARGA PEROLEHAN Rp 66,000,000
AKUMULASI PENYUSUTAN Rp (39,000,000)
NILAI BUKU Rp 27,000,000
TOTAL AKTIVA SELURUHNYA Rp 960,500,750

PASIVA RINCIAN JUMLAH


HUTANG LANCAR:
HUTANG USAHA Rp 395,140,560
HUTANG LAIN-LAINNYA Rp -
SUB JUMLAH HUTANG LANCAR Rp 395,140,560

HUTANG JANGKA PANJANG:


HUTANG PADA BANK Rp -

MODAL PEMILIK:
MODAL DISETOR Rp 464,614,990
LABA TAHUN BAERJALAN Rp 100,745,200
Rp 565,360,190
TOTAL PASIVA SELURUHNYA Rp 960,500,750
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin
37

Laporan neraca tahun 2016 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada tabel

4 berikut:

Table 4
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Neraca
Untuk Periode 31 Desember 2016

AKTIVA RINCIAN JUMLAH


AKTIVA LANCAR:
KAS/ BANK Rp 512,985,341
PIUANG USAHA Rp 170,995,800
PIUTANG KARYAWAN Rp 10,350,000
PERSEDIAAN BARANG / STOCK BARANG Rp 345,255,000
PPh PASAL 25 Rp -
PPh PASAL 4 AYAT (2) Rp 17,334,309
SUB JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 1,056,920,450

AKTIVA TETAP:
HARGA PEROLEHAN Rp 66,000,000
AKUMULASI PENYUSUTAN Rp (43,500,000)
NILAI BUKU Rp 22,500,000
TOTAL AKTIVA SELURUHNYA Rp 1,079,420,450

PASIVA RINCIAN JUMLAH


HUTANG LANCAR:
HUTANG USAHA Rp 375,385,860
HUTANG LAIN-LAINNYA Rp -
SUB JUMLAH HUTANG LANCAR Rp 375,385,860

HUTANG JANGKA PANJANG:


HUTANG PADA BANK Rp -

MODAL PEMILIK:
MODAL DISETOR Rp 565,360,190
LABA TAHUN BAERJALAN Rp 138,674,400
Rp 704,034,590
TOTAL PASIVA SELURUHNYA Rp 1,079,420,450
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin
38

Laporan laba rugi tahun 2013 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada

tabel 5 berikut:

Table 5
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode 31 Desember 2013

KETERANGAN RINCIAN JUMLAH

PENDAPATAN JASA Rp 386,127,480

HARGA POKOK PENJUALAN :


Persediaan Awal Barang Rp 485,161,200
Pembelian Barang Rp 361,954,990
Persediaan Untuk Dijual Rp 847,116,190
Persediaan Akhir Barang Rp 563,825,832
HPP Rp 283,290,358
LABA / RUGI BRUTO USAHA Rp 102,837,122

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM


Baiya Gaji Karyawan / Staff Rp 44,800,000
Biaya Penyusutan Aktiva Rp -
Biaya Asministrasi Kantor Rp 4,051,000
Biaya Rekening Listrik Rp 15,575,318
Biaya Rekening Telpon Rp 1,682,554
Biaya Rekening PDAM Rp -
Baiya Transportasi / Angkutan Rp 5,133,800
Beban Lain-Lain Rp 3,151,750
Rp 74,664,422
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 28,172,700
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin
39

Laporan laba rugi tahun 2014 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada

tabel 6 berikut:

Table 6
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode 31 Desember 2014

KETERANGAN RINCIAN JUMLAH

PENDAPATAN DARI JASA Rp 396,648,500

HARGA POKOK PENJUALAN :


Persediaan Awal Barang Rp 563,825,830
Pembelian Barang Rp 84,585,870
Persediaan Untuk Dijual Rp 648,411,700
Persediaan Akhir Barang Rp (352,178,000)
HPP Rp 296,233,700
LABA / RUGI BRUTO USAHA Rp 100,414,800

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM


Baiya Gaji Karyawan / Staff Rp 36,200,000
Biaya Penyusutan Aktiva Rp 4,500,000
Biaya Asministrasi Kantor Rp 3,443,500
Biaya Rekening Listrik Rp 16,398,190
Biaya Rekening Telpon Rp 1,656,242
Biaya Rekening PDAM Rp 1,242,368
Baiya Transportasi / Angkutan Rp 2,563,800
Beban Lain-Lain Rp 2,678,900
Rp 68,683,000
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 31,731,800

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin


40

Laporan laba rugi tahun 2015 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada

tabel 7 berikut:

Table 7
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode 31 Desember 2015

KETERANGAN RINCIAN JUMLAH

PENDAPATAN JASA Rp 1,259,315,250

HARGA POKOK PENJUALAN :


Persediaan Awal Barang Rp 1,126,111,980
Pembelian Barang Rp 352,178,000
Persediaan Untuk Dijual Rp 1,478,289,980
Persediaan Akhir Barang Rp 405,005,700
HPP Rp 1,073,284,280
LABA / RUGI BRUTO USAHA Rp 186,030,970

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM Rp 85,285,770

LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 100,745,200

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin


41

Laporan laba rugi tahun 2016 CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat dilihat pada

tabel 8 berikut:

Table 8
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode 31 Desember 2016

KETERANGAN RINCIAN JUMLAH

PENDAPATAN JASA Rp 1,733,430,974

HARGA POKOK PENJUALAN :


Persediaan Awal Barang Rp 405,005,700
Pembelian Barang Rp 1,411,994,500
Persediaan Untuk Dijual Rp 1,817,000,200
Persediaan Akhir Barang Rp 345,255,000
HPP Rp 1,471,745,200
LABA / RUGI BRUTO USAHA Rp 261,685,774

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM


Baiya Gaji Karyawan / Staff Rp 58,200,000
Biaya Penyusutan Aktiva Rp 4,500,000
Biaya Asministrasi Kantor Rp 10,250,500
Biaya Rekening Listrik Rp 21,759,527
Biaya Rekening Telpon Rp 4,467,850
Biaya Rekening PDAM Rp 2,096,497
Baiya Transportasi / Angkutan Rp 9,612,000
Beban Lain-Lain Rp 12,125,000
Rp 123,011,374
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 138,674,400

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin

2. Perhitungan rasio keuangan pada CV Apotek Mitra Banjarmasin

Untuk mengetahui keadaan atau kondisi keuangan CV Apotek Mitra

Banjarmasin maka perlu dilakukan perhitungan untuk memperoleh

gambaran tentang perkembangan kondisi keuangan CV Apotek Mitra

Banjarmasin. Adapun yang berkempentingan terhadap posisi keuangan


42

dan perkembangan CV Apotek Mitra Banjarmasin adalah pemilik sarana

apotek, apoteker penanggung jawab, asisten apoteker, kasir dan pemerintah.

Berikut ini adalah perhitungan rasio terhadap laporan keuangan CV

Apotek Mitra Banjarmasin:

a) Rasio Likuiditas, yaitu meliputi:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (Current Ratio) adalah rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

secara keseluruhan.

Untuk mencari rasio lancar (current ratio) dapat digunakan

rumus berikut:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)


Current Ratio =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Current ratio dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat dilihat

pada tabel 9 berikut:


43

Table 9
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Rasio Lancar (Current Ratio)
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Tahun Aktiva Lancar Utang Lancar Current Ratio

1 2013 Rp 632.194.190,00 Rp 199.310.994,00 3,17

2 2014 Rp 582.598.550,00 Rp 149.483.560,00 3,90

3 2015 Rp 933.500.750,00 Rp 395.140.560,00


2,36

4 2016 Rp 1.056.920.450,00 Rp 375.385.860,00 2,82


Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat Current Ratio CV

Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013 sebanyak 3,17 kali

dan pada tahun 2014 Current Ratio mengalami kenaikan sebesar

0,73 kali dari 3,17 kali menjadi 3,90 kali. Kenaikan ini

disebabkan karena terjadinya penurunan utang lancar juga

mengalami penurunan sebesar Rp49.827.434,00 yang lebih

besar dibandingkan penurunan aktiva lancar pada tahun 2014

sebesar Rp49.595.64,00.

Dari perhitungan tahun 2013 jumlah aktiva lancar sebanyak

3,17 kali utang lancar atau setiap Rp1,00 utang lancar dijamin

oleh Rp3.17,00 harta lancar atau 3,17:1 aktiva lancar dengan

utang lancar. Pada tahun 2014 Current Ratio menjadi 3,90 kali

yang artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 3,90 kali utang

lancar atau setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp3.90,00

harta lancar atau 3,90: 1 aktiva lancar dan utang lancar.


44

Pada tahun 2015 Current Ratio mengalami penurunan

sebesar 1,53 kali dari 3,90 kali menjadi 2,36 kali. Hal ini

disebabkan karena terjadinya kenaikan utang lancar pada tahun

2015 sebesar Rp245.657.000,00 yang jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan kenaikan aktiva lancar yang juga

mengalami kenaikan sebesar Rp350.902.200,00. Rasio ini

berarti jumlah aktiva lancar tahun 2015 sebanyak 2,36 kali

utang lancar atau setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh

Rp2.36,00 harta lancar atau 2,36:1 aktiva lancar dengan utang

lancar.

Pada tahun 2016 Current Ratio mengalami kenaikan sebesar

0,45 kali dari 2,36 kali menjadi 2,82 kali, hal ini disebabkan

karena terjadinya kenaikan aktiva lancar pada tahun 2016

sebesar Rp123.419.700,00 dan utang lancar mengalami

penurunan sebesar Rp19.754.700,00 artinya jumlah aktiva

lancar sebanyak 2,82 kali utang lancar atau setiap Rp 1,00 utang

lancar dijamin oleh Rp2.82,00 harta lancar atau 2,82:1 aktiva

lancar dengan utang lancar.

Rata-rata Current Ratio CV Apotek Mitra Banjarmasin

antara tahun 2013 s.d 2016 berada di atas 2:1 sehingga dapat

dikatakan bahwa CV Apotek Mitra Banjarmasin dalam keadaan

likuid atau CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat menjamin

semua utang lancar dengan aktiva lancar yang ada, dengan kata
45

lain CV Apotek Mitra Banjarmasin ini mampu melunasi

kewajiban yang segera jatuh tempo.

2) Rasio Cepat (Quik Ratio)

Rasio cepat (Quik Ratio) adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar

kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan

aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan

(inventory).

Untuk mencari rasio Rasio cepat (Quik Ratio) dapat

digunakan rumus berikut:

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Quik Ratio dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat dilihat pada

tabel 10 berikut:
46

Table 10
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Rasio Cepat (Quik Ratio)
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

Rasio
No Tahun Aktiva Lancar Persediaan Utang Lancar
Cepat

1 2013 Rp 632.194.190,00 Rp 563.825.832,00 Rp 199.310.994,00 0,34

2 2014 Rp 582.598.550,00 Rp 352.178.000,00 Rp 149.483.560,00 1,54

3 2015 Rp 933.500.750,00 Rp 405.005.700,00 Rp 395.140.560,00


1,34
4 2016 Rp 1.056.920.450,00 Rp 345.255.000,00
Rp 375.385.860,00 1,90
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat Quik Ratio CV

Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013 sebanyak 0,34 kali.

Quik Ratio pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,20

kali dari 0,34 kali menjadi 1,54 kali. Hal ini disebabkan karena

terjadinya penurunan persediaan pada tahun 2014 yang cukup

besar yaitu sebesar Rp211.647.832,00 dan utang lancar juga

mengalami penurunan sebesar Rp49.827.434,00. Jadi meskipun

aktiva lancar mengalami penurunan, yaitu sebesar

Rp49.595.640,00 hal ini tidak berdampak pada penurunan Quik

Ratio tahun 2014.

Dari perhitungan Quik Ratio tahun 2013 berarti setiap

Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp0.34,00 harta lancar tanpa

persediaan. Pada tahun 2014 jumlah harta lancar tanpa


47

persediaan 1,54 utang lancar atau setiap Rp1,00 utang lancar

dijamin oleh Rp1.54,00 harta lancar tanpa persediaan.

Pada tahun 2015 Quik Ratio mengalami penurunan sebesar

0,20 kali dari 1,53 kali menjadi 1,34 kali. Penurunan ini

disebabkan karena terjadinya kenaikan persediaan tahun 2015

sebesar Rp52.827.700,00 dan kenaikan utang lancar sebesar

Rp245.657.000,00. Jadi meskipun aktiva lancar mengalami

kenaikan, yaitu sebesar Rp350.902.200,00 hal ini tidak

mempengaruhi pada kenaikan quik ratio pada tahun 2015. Dari

Quik Ratio tahun 2015 berarti aktiva lancar tanpa persediaan

sebanyak 1,34 kali utang lancar atau Rp1,00 utang lancar

dijamin oleh Rp1.34,00 harta lancar tanpa persediaan.

Pada tahun 2016 Quik Ratio mengalami kenaikan sebesar

0,54 kali dari 1,34 kali menjadi 1,90 kali, kenaikan ini

disebabkan karena terjadi kenaikan aktiva lancar sebesar

Rp123.419.700,00 penurunan persediaan sebesar

Rp59.750.700,00 dan penurunan utang lancar sebesar

Rp19.754.700,00 artinya jumlah aktiva lancar tanpa pesediaan

sebanyak 1,90 kali utang lancar atau setiap Rp1,00 utang lancar

dijamin oleh Rp1.90,00 harta lancar tanpa pesediaan.


48

3) Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)

Rasio perputaran kas (cash turn over) adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk

membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan

dengan penjualan.

Untuk mencari rasio perputaran kas (cash turn over) dapat

digunakan rumus berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Rasio Perputaran Kas =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Cash turn over dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat dilihat

pada tabel 11 berikut:

Table 11
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

Modal Kerja Bersih Rasio Perputaran


No Tahun Penjualan Bersih
Aktiva Lancar Utang Lancar Kas

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp 632.194.190,00 Rp 199.310.994,00 89 %

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 582.598.550,00 Rp 149.483.560,00 92 %

3 2015 Rp 933.500.750,00 Rp 395.140.560,00 234 %


Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 1.056.920.450,00 254 %
Rp 1.733.430.974,00 Rp 375.385.860,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)
49

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat Cash

Turn Over CV Apotek Mitra Banjarmasin tahun 2013 sebanyak

89 %, dan tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan sebanyak 3%

dari 89% menjadi 92%. Kenaikan ini terjadi karena kenaikan

penjualan bersih pada tahun 2014 sebesar Rp10.521.020,00

yang lebih besar dibandingkan kenaikan modal kerja bersih

sebesar Rp231.794,00. Artinya tidak terjadi kenaikan Cash Turn

Over CV Apotek Mitra Banjarmasin tahun 2013 untuk

membayar tanggungan dan biaya-biaya penjualan sebesar 89%.

Pada tahun 2015 Cash Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin menagalami kenaikan yang cukup besar sebanyak

142 % dari 92% menjadi 234 %. Kenaikan ini terjadi karena

kenaikan penjualan bersih sebesar Rp862.666.750,00 yang jauh

lebih besar dibandingkan kenaikan modal kerja bersih yang

hanya sebesar Rp105.245.200,00. Artinya terjadi kenaikan Cash

Turn Over CV Apotek Mitra Banjarmasin tahun 2015 untuk

membayar tanggungan dan biaya-biaya penjualan sebesar 234%.

Pada tahun 2016 Cash Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin sebanyak 254%. Kenaikan ini terjadi karena

penjualan bersih yang mengalami sedikit kenaikan sebesar

Rp474.115.724,00 sedikit lebih besar dibandingkan kenaikan

modal kerja bersih sebesar Rp143.174.400,00. Artinya Artinya

terjadi kenaikan Cash Turn Over CV Apotek Mitra Banjarmasin


50

tahun 2016 untuk membayar tanggungan dan biaya-biaya

penjualan sebesar 254%.

4) Inventory to Net Working Capital (NWC)

Inventory to net working capital (NWC) adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur atau membandingan antara jumlah

sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

Untuk mencari Inventory to net working capital (NWC)

dapat digunakan rumus berikut:

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
Inventory to NWC =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Inventory to net working capital dari tahun 2013 s.d tahun

2016 dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Table 12
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Inventory to Net Working Capital (NWC)
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Tahun Persediaan Aktiva Lancar Utang Lancar NWC

1 2013 Rp 563.825.832,00 Rp 632.194.190,00 Rp 199.310.994,00 130 %

2 2014 Rp 352.178.000,00 Rp 582.598.550,00 Rp 149.483.560,00 81 %

3 2015 Rp 405.005.700,00 Rp 933.500.750,00 Rp 395.140.560,00 75 %

4 2016 Rp 345.255.000,00 Rp 1.056.920.450,00 51 %


Rp 375.385.860,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)
51

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat Inventory

to net Working Capital CV Apotek Mitra Banjarmasin tahun

2013 sebesar 130 %, artinya rasio antara pesediaan dan modal

kerja CV Apotek Mitra Banjarmasin sebsar 130%. Pada tahun

2014 Inventory to net Working Capital mengalami penurunan

sebanyak 49% dari 130% menjadi 81%. Penurunan ini terjadi

karena penurunan persediaan tahun 2014 sebesar

Rp221.647.832,00 jauh lebih besar jika dibandingkan penurunan

aktiva lancar sebesar Rp49.595.640,00 dan penurunan utang

lancar sebesar Rp49.827.434,00. Artinya rasio antara pesediaan

dan modal kerja CV Apotek Mitra Banjarmasin sebesar 81%.

Pada tahun 2015 Inventory to net Working Capital CV

Apotek Mitra Banjarmasin turun menjadi 75%. Penurunan ini

disebabkan karena aktiva lancar mengalami kenaikan yang

cukup besar yaitu sebesar Rp350.902.500,00. Jadi meskipun

pesediaan mengalami sedikit kenaikan sebesar

Rp52.827.700,00 dan utang lancar mengalami kenaikan sebesar

Rp245.657.000,00 hal ini tidak berpengaruh pada penurunan

Inventory to Net Working Capital (NWC). Artinya rasio antara

pesediaan dan modal kerja CV Apotek Mitra Banjarmasin

sebesar 75%.

Pada tahun 2016 Inventory to net Working Capital CV

Apotek Mitra Banjarmasin mengalami penurunan yang cukup


52

besar dari 75% menjadi 51%. Penurunan ini disebabkan karena

persediaan mengalami penurunan sebesar Rp59.750.700,00

sedangkan aktiva lancar mengalami kenaikan utang lancar

sebesar Rp123.419.700,00 dan utang lancar mengalami

penurunan sebesar Rp19.745.700,00. Artinya rasio antara

pesediaan dan modal kerja CV Apotek Mitra Banjarmasin

sebesar 51%.

Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas di atas, maka

perubahan Current Ratio, Quik Ratio, Cash Turn Over,

Inventory to Net Working Capital. dapat dilihat pada tabel 13

sebagai berikut:

Table 13
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Perkembangan Rasio Likuiditas
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Jenis Rasio 2013 2014 2015 2016

1 Current Ratio 3,17 3,90 2,36 2,76

2 Quik Ratio 0,34 1,54 1,34 1,90

3 Cash Turn Over 89% 92% 234% 254%

4 Inventory to NWC 130% 81% 75% 51%

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data dibuat oleh penulis)


53

b) Perhitungan Rasio Solvabilitas, yaitu meliputi:

1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur perbandingan total utang dengan

aktiva.

Untuk mencari Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) dapat

digunakan rumus berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
Debt to asset ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) dari tahun 2013 s.d tahun

2016 dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Table 14
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Tahun Total Utang Total Aktiva Debt Ratio

1 2013 Rp 199.310.994,00 Rp 632.194.190,00 32 %

2 2014 Rp 149.483.560,00 Rp 614.098.550,00 24 %

3 2015 Rp 395.140.560,00 Rp 960.500.750,00 41 %

4 2016 Rp 375.385.860,00 Rp 1.079.420.450,00 35 %

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

Berdasarkan tabel 14 di atas Debt Ratio CV Apotek Mitra

Banjarmasin tahun 2013 sebesar 32% dan tahun 2014 Debt Ratio
54

mengalami penurunan sebanyak 8% dari 32% menjadi 24%, hal

ini disebabkan karena penurunan total utang tahun 2014 sebesar

Rp49.827.434,00 lebih besar dibandingkan penurunan total

aktiva sebesar Rp18.095.640,00. Artinya Debt Ratio tahun 2013

sebesar 32% menunjukkan bahwa 32% pendanaan CV Apotek

Mitra Banjarmasin dibiaya dengan utang , artinya setiap

Rp100,00 pendanaan CV Apotek Mitra Banjarmasin Rp32,00

dibiaya oleh utang. Debt Ratio tahun 2014 menunjukkan bahwa

24% pendanaan CV Apotek Mitra Banjarmasin dibiaya dengan

utang, artinya setiap Rp100,00 pendanaan CV Apotek Mitra

Banjarmasin Rp24,00 dibiaya oleh utang.

Pada tahun 2015 Debt Ratio mengalami kenaikan sebanyak

17% dari 24% menjadi 41%, hal ini menunjukkan bahwa 41%

pendanaan CV Apotek Mitra Banjarmasin dibiaya dengan utang,

artinya bahwa setiap Rp100,00 pendanaan CV Apotek Mitra

Banjarmasin Rp41,00 dibiaya oleh utang. Tahun 2016 Debt

Ratio mengalami penurunan sebanyak 6% dari 41% menjadi

35% hal ini menunjukkan bahwa 35% pendanaan CV Apotek

Mitra Banjarmasin dibiaya dengan utang, artinya bahwa setiap

Rp100,00 pendanaan CV Apotek Mitra Banjarmasin Rp35,00

dibiaya oleh utang.


55

2) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara

membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar

dengan seluruh ekuitas.

Untuk mencari Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) dapat

digunakan rumus berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)


Debt to Equity Ratio =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)

Debt to Equity Ratio dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 15 berikut:

Table 15
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Debt to Equity Ratio
Periode tahun 2013 s.d 2016

Equity
No Tahun Total Utang Total Ekuitas
Ratio

1 2013 Rp 199.310.994,00 Rp 423.883.196,00 46 %

2 2014 Rp 149.483.560,00 Rp 464.614.990,00 32 %

3 2015 Rp 395.140.560,00 Rp 565.360.190,00 70 %

4 2016 Rp 375.385.860,00 Rp 704.034.590,00 53 %

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)


56

Berdasarkan tabel 15 di atas Debt to Equity Ratio CV Apotek

Mitra Banjarmasin tahun 2013 sebesar 46%, namun tahun 2014

debt to equity ratio mengalami penurunan sebanyak 14% dari

46% menjadi 32%. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya

penurunan total utang sebesar Rp49.827.43,00 dan kenaikan

total ekuitas sebesar Rp31.731.794,00.

Tahun 2013 Debt to Equity Ratio sebesar 46% menunjukkan

bahwa kreditor menyediakan Rp 46 untuk setiap Rp100,00 yang

disediakan pemilik modal, atau CV Apotek Mitra Banjarmasin

dibiaya oleh utang sebanyak 46%. Debt to Equity Ratio tahun

2014 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp 32 untuk

setiap Rp100,00 yang disediakan pemilik modal atau CV Apotek

Mitra Banjarmasin dibiayai oleh utang sebanyak 32%.

Pada tahun 2015 Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan

38% dari 32% menjadi 70%. Kenaikan ini terjadi karena

kenaikan total utang tahun 2015 sebesar Rp245.657.000,00 jauh

lebih besar dibandingkan total ekuitas sebesar

Rp100.745.200,00 yang artinya kreditor menyediakan Rp70,00

untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemilik modal, atau CV

Apotek Mitra Banjarmasin dibiayai oleh utang sebanyak 70%.

Pada tahun 2016 Debt to Equity Ratio penurunan sebanyak

17% dari 70% menjadi 53%. Penurunan ini terjadi karena


57

penurunan total utang tahun 2016 sebesar Rp19.754.700,00 dan

total ekuitas mengalami kenaikan sebesar Rp138.647.400,00.

Artinya kreditor menyediakan Rp53,00 untuk setiap Rp100,00

yang disediakan pemilik modal, atau CV Apitek Mitra

Banjarmasin dibiayai oleh utang sebanyak 53%

Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas tersebut, maka

perkembangan atau perubahan Debt Ratio, Debt to Equity Ratio

yang dapat dilihat pada tabel 16 berikut:

Table 16
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Perkembangan Rasio Solvabilitas
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Jenis Rasio 2013 2014 2015 2016

1 Debt Ratio 32% 24% 41% 35%

2 Debt to equity ratio 46% 32% 70% 53%

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

3) Perhitungan Rasio Aktivitas yaitu meliputi:

1) Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

Inventory Turn Over merupakan rasio yang menunjukkan

berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun.

Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula.

Untuk mencari Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

dapat digunakan rumus berikut:

Penjualan
Inventory Turn Over =
Sediaan
58

Inventory Turn Over dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 17 berikut:

Table 17
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Inventory Turn Over
Periode tahun 2013 s.d 2016

Inventory
No Tahun Penjualan Bersih Persediaan Turn Over

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp 563.825.832,00 0,68

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 352.178.000,00 1,13

3 2015 Rp 405.005.700,00 3,11


Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 345.255.000,00 5,02
Rp 1.733.430.974,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

Berdasarkan tabel 17 di atas dapat dilihat Inventory Turn

Over CV Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013 sebanyak

0,68 kali. Inventory Turn Over pada tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 0,44 kali dari 0,68 kali menjadi 1,13 kali. Hal

ini disebabkan karena terjadinya penurunan persediaan pada

tahun 2014 yang cukup besar yaitu sebesar Rp211.647.832,00

dan penjualan bersih mengalami kenaikan sebesar

Rp10.521.020,00. Dari perhitungan Inventory Turn Over tahun

2013 berarti setiap Rp1,00 persediaan dijamin oleh Rp0.68


59

penjualan bersih. Pada tahun 2014 jumlah persediaan 1,13 kali

penjualan bersih atau setiap Rp1,00 persediaan dijamin oleh

Rp1.15 penjualan bersih.

Pada tahun 2015 Inventory Turn Over mengalami kenaikan

sebesar 1,98 kali dari 1,13 kali menjadi 3,11 kali. kenaikan ini

disebabkan karena terjadinya kenaikan persediaan tahun 2015

sebesar Rp52.827.700,00 dan kenaikan penjualan bersih sebesar

Rp862.666.750,00. Dari Inventory Turn Over tahun 2015 berarti

persediaan sebanyak 3,11 kali penjualan bersih atau Rp1,00

persediaan dijamin oleh Rp3.11,00 penjualan bersih.

Pada tahun 2016 Inventory Turn Over mengalami kenaikan

sebesar 1,91 kali dari 3,11 kali menjadi 5,02 kali. kenaikan ini

disebabkan karena terjadinya kenaikan penjualan bersih tahun

2015 sebesar Rp59.750.700,00 dan kenaikan penjualan bersih

sebesar Rp474.115.724,00. Dari Inventory Turn Over tahun

2015 berarti persediaan sebanyak 5,02 kali penjualan bersih atau

Rp1,00 persediaan dijamin oleh Rp5.02,00 penjualan bersih.

2) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over

merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai

keefektifitas modal kerja perusahaan selama periode tertentu.


60

Untuk mencari Perputaran modal kerja (Working Capital

Turn Over) dapat digunakan rumus berikut:

Penjualan Bersih
Working Capital Turn Over =
Modal Kerja

Working Capital Turn Over dari tahun 2013 s.d tahun 2016

dapat dilihat pada tabel 18 berikut:

Table 18
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Working Capital Turn Over
Periode tahun 2013 s.d 2016

Modal Kerja Bersih Working Capital


No Tahun Penjualan Bersih
Aktiva Lancar Utang Lancar Turn Over

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp 632.194.190,00 Rp 199.310.994,00 0,89

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 582.598.550,00 Rp 149.483.560,00 0,92

3 2015 Rp 933.500.750,00 Rp 395.140.560,00 2,34


Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 1.056.920.450,00 2,54
Rp 1.733.430.974,00 Rp 375.385.860,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

Berdasarkan tabel 18 di atas dapat dilihat Working Capital

Turn Over CV Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013

sebanyak 0,89 kali, dan tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan

sebanyak 0.02 kali dari 0,89 kali menjadi 0,92 kali. Kenaikan ini

terjadi karena kenaikan penjualan bersih pada tahun 2014

sebesar Rp10.521.020 yang lebih besar dibandingkan kenaikan


61

modal kerja bersih sebesar Rp231.794,00. Dari perhitungan

Working Capital Turn Over tahun 2013 berarti setiap Rp1,00

penjualan bersih dijamin oleh Rp0.89,00 modal kerja bersih.

Pada tahun 2014 penjualan bersih 0,92 kali modal kerja bersih

atau setiap Rp1,00 penjualan bersih oleh Rp0,92,00 modal kerja

bersih.

Pada tahun 2015 Working Capital Turn Over CV Apotek

Mitra Banjarmasin mengalami kenaikan yang cukup besar

sebanyak 1,42 kali dari 0,92 kali menjadi 2,34 kali. Kenaikan ini

terjadi karena kenaikan penjualan bersih sebesar

Rp862.666.750,00 yang jauh lebih besar dibandingkan kenaikan

modal kerja bersih yang hanya sebesar Rp105.245.200,00. Dari

perhitungan Working Capital Turn Over tahun 2015 berarti

setiap Rp1,00 penjualan bersih dijamin oleh Rp2.34,00 modal

kerja bersih.

Pada tahun 2016 Cash Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin sebanyak 2,54 kali. Kenaikan ini terjadi karena

penjualan bersih yang mengalami sedikit kenaikan sebesar

Rp474.115.724,00 sedikit lebih besar dibandingkan kenaikan

modal kerja bersih sebesar Rp143.174.400,00. Dari perhitungan

Working Capital Turn Over tahun 2016 berarti setiap Rp1,00

penjualan bersih dijamin oleh Rp2.54,00 modal kerja bersih.


62

3) Fixed Assets Turn Over

Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva

tetap berputar dalam satu periode.

Untuk mencari Fixed Assets Turn Over dapat digunakan

rumus berikut:

Penjualan
Fixed Assets Turn Over =
Total Aktiva Tetap

Fixed Assets Turn Over dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 19 berikut:

Table 19
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Fixed Assets Turn Over
Periode tahun 2013 s.d 2016

Total Aktiva Fixed


No Tahun Penjualan Bersih Assets Turn
Tetap Over

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp - -

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 31.500.000,00 12.59

3 2015 Rp 27.000.000,00 46,64


Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 22.500.000,00 77,04
Rp 1.733.430.974,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)
63

Berdasarkan tabel 19 di atas dapat dilihat Fixed Assets Turn

Over CV Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013 sebanyak

0 kali atau total aktiva tetapnya nol dan tahun 2014 nialnya tetap

tidak mengalami kenaikan atau pun penurunan sebanyak 12,59

kali. Kenaikan ini terjadi karena kenaikan penjualan bersih pada

tahun 2014 sebesar Rp10.521.020,00 yang lebih besar

dibandingkan aktiva tetap sebesar Rp31.500.000,00. Dari

perhitungan Fixed Assets Turn Over Pada tahun 2014 penjualan

bersih 12,59 kali aktiva tetap atau setiap Rp1,00 penjualan bersih

dijamin oleh Rp 12.59,00 aktiva tetap.

Pada tahun 2015 Fixed Assets Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin mengalami kenaikan yang cukup besar sebanyak

34,05 kali dari 12,59 kali menjadi 46.64 kali. Kenaikan ini

terjadi karena kenaikan penjualan bersih sebesar

Rp862.666.750,00 yang jauh lebih besar dan penurunan aktiva

tetap sebesar Rp4.500.000,00. Dari perhitungan Fixed Assets

Turn Over tahun 2015 berarti setiap Rp1,00 penjualan bersih

dijamin oleh Rp 46.64,00 modal kerja bersih.

Pada tahun 2016 Fixed Assets Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin sebanyak 77,04 kali. Kenaikan ini terjadi karena

penjualan bersih yang mengalami sedikit kenaikan sebesar

Rp474.115.724,00 sedikit lebih besar dan penurunan aktiva

tetap sebesar Rp4.500.000,00. Dari perhitungan Fixed Assets


64

Turn Over tahun 2016 berarti setiap Rp1,00 penjualan bersih

dijamin oleh Rp 77.04,00 modal kerja bersih.

4) Total Assets Turn Over

Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki

perusahaan dalam mengukur berapa jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Untuk mencari Total Assets Turn Over dapat digunakan

rumus berikut:

Penjualan
Total Assets Turn Over =
Total Aktiva

Total Assets Turn Over dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 20 berikut:

Table 20
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Total Assets Turn Over
Periode tahun 2013 s.d 2016

Total Assets
No Tahun Penjualan Bersih Total Aktiva
Turn Over

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp 632.194.190,00 0,61

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 614.098.550,00 0,65

3 2015 Rp 960.500.750,00 1,31


Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 1.079.420.450,00 1,61
Rp 1.733.430.974,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)
65

Berdasarkan tabel 20 di atas dapat dilihat Total Assets Turn

Over CV Apotek Mitra Banjarmasin pada tahun 2013 sebanyak

0,61 kali, dan tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan sebanyak

0,04 kali dari 0,61 kali menjadi 0,65 kali. Kenaikan ini terjadi

karena kenaikan penjualan bersih pada tahun 2014 sebesar

Rp10.521.020,00 dan penurunan jumlah aktiva sebesar

Rp18.095.640,00. Dari perhitungan Total Assets Turn Over

tahun 2013 berarti setiap Rp1,00 penjualan bersih dijamin oleh

Rp0.61,00 jumlah aktiva. Pada tahun 2014 penjualan bersih

0,65 kali modal kerja bersih atau setiap Rp1,00 penjualan bersih

oleh Rp0.65,00 jumlah aktiva.

Pada tahun 2015 Total Assets Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin mengalami kenaikan yang cukup besar sebanyak

0,67 kali dari 0,65 kali menjadi 1,31 kali. Kenaikan ini terjadi

karena kenaikan penjualan bersih sebesar Rp862.666.750,00

yang jauh lebih besar dibandingkan kenaikan jumlah aktiva

sebesar Rp346.402.200,00. Dari perhitungan Total Assets Turn

Over tahun 2015 berarti setiap Rp1,00 penjualan bersih dijamin

oleh Rp1.31,00 jumlah aktiva.

Pada tahun 2016 Total Assets Turn Over CV Apotek Mitra

Banjarmasin sebanyak 1,61 kali. Kenaikan ini terjadi karena

penjualan bersih yang mengalami sedikit kenaikan sebesar

Rp474.115.724,00 sedikit lebih besar dibandingkan kenaikan


66

jumlah aktiva sebesar Rp118.919.700,00. Dari perhitungan

Total Assets Turn Over tahun 2016 berarti setiap Rp1,00

penjualan bersih dijamin oleh Rp1.61,00 modal kerja bersih.

Berdasarkan perhitungan rasio aktivitas tersebut, maka

perkembangan atau perubahan Inventory Turn Over, Working

Capital Turn Over, Fixed Assets Turn Over, Total Assets Turn

Over yang dapat dilihat pada tabel 21 berikut:

Table 21
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Perkembangan Rasio Solvabilitas
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Jenis Rasio 2013 2014 2015 2016

1 Inventory Turn Over 0,68 1,13 3,11 5,02

2 Working Capital Turn Over 0,89 0,92 2,34 2,54

3 Fixed Assets Turn Over - 12,59 46,64 77,04

4 Total Assets Turn Over 0,61 0,65 1,31 1,61

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

4) Perhitungan Rasio Profitabilitas yaitu meliputi:

2) Profit Margin on Sales

Profit Margin on sales atau Ratio Profit Margin atau

margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang

digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.

Untuk mencari Profit Margin on sales dapat digunakan

rumus berikut:
67

Penjualan Bersih−Harga pokok Penjualan


Profit Margin on sales =
Sales

Profit Margin on sales dari tahun 2013 s.d tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 22 berikut:

Table 22
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Profit Margin on sales
Periode tahun 2013 s.d 2016

No Tahun Penjualan Bersih Harga Pokok penjualan Penjualan Bersih NWC

1 2013 Rp 386.127.480,00 Rp 283.290.358,00 Rp 386.127.480,00 27 %

2 2014 Rp 396.648.500,00 Rp 296.233.700,00 Rp 396.648.500,00 25 %

3 2015 Rp 1.073.284.280,00 15 %
Rp 1.259.315.250,00 Rp 1.259.315.250,00
4 2016 Rp 1.471.745.200,00 15 %
Rp 1.733.430.974,00 Rp 1.733.430.974,00
Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)

Berdasarkan tabel 22 di atas Profit Margin on sales CV

Apotek Mitra Banjarmasin tahun 2013 sebesar 27%, namun

tahun 2014 Profit Margin on sales mengalami penurunan

sebanyak 2% dari 27% menjadi 25%. Penurunan ini disebabkan

karena terjadinya kenaikan penjualan bersih sebesar

Rp10.521.000,00 dan kenaikan harga pokok penjualan sebesar

Rp12.943.342,00.
68

Tahun 2013 Profit Margin on sales sebesar 27%

menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp27,00 untuk

setiap Rp100,00 yang disediakan pemilik modal, atau CV

Apotek Mitra Banjarmasin sebanyak 27%. Profit Margin on

sales tahun 2014 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan

Rp25,00 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemilik modal

atau CV Apotek Mitra Banjarmasin sebanyak 25%.

Pada tahun 2015 Profit Margin on sales mengalami

penurunan sebanyak 11% dari 25% menjadi 15%. penurunan ini

terjadi karena kenaikan penjualan bersih tahun 2015 sebesar

Rp862.666.750,00 jauh lebih besar dibandingkan kenaikan

harga pokok penjualan sebesar Rp777.050.580,00 yang artinya

kreditor menyediakan Rp15,00 untuk setiap Rp100,00 yang

disediakan pemilik modal, atau CV Apotek Mitra Banjarmasin

sebanyak 15%.

Pada tahun 2016 Profit Margin on sales tidak mengalami

perubahan baik turun maupun naik sebanyak 15%. Hal ini terjadi

karena kenaikan penjualan bersih tahun 2016 sebesar

Rp474.115.724,00 dan harga pokok penjualan mengalami

kenaikan sebesar Rp398.460.920,00. Artinya kreditor

menyediakan Rp15,00 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan

pemilik modal, atau CV Apitek Mitra Banjarmasin sebanyak

15%
69

Berdasarkan perhitungan rasio profitabilitas tersebut, maka

perkembangan atau perubahan Profit Margin on sales yang

dapat dilihat pada tabel 23 berikut:

Table 23
CV Apotek Mitra Banjarmasin
Perkembangan Rasio Solvabilitas
Periode tahun 2013 s.d tahun 2016

No Jenis Rasio 2013 2014 2015 2016

1 Profit Margin on sales 27% 25% 15% 15%

Sumber: CV Apotek Mitra Banjarmasin (Data diolah oleh penulis)


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkenan dengan

perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas terhadap laporan

keuangan CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat diambil simpulan sebagai

berikut:

1. Dari perhitungan rasio likuiditas CV Apotek Mitra Banjarmasin

yang terdiri dari Current Ratio, Quik Ratio, Cash Turn Over,

Inventory to Net Working Capital selama empat tahun berturut-turut

dapat dikatakan bahwa CV Apotek Mitra Banjarmasin dalam

keadaan likuid atau CV Apotek Mitra Banjarmasin dapat menjamin

semua utang lancar dengan aktiva lancar yang ada, dengan kata lain

CV Apotek Mitra Banjarmasin ini mampu melunasi kewajiban yang

segera jatuh tempo.

2. Dari perhitungan rasio solvabilitas CV Apotek Mitra Banjarmasin

selama empat tahun berturut-turut menggambarkan sebagai berikut:

a. Debt Ratio, CV Apotek Mitra Banjarmasin dari tahun 2013

s.d. 2016 sebesar 23%, 24%, 41% dan 35%.

b. Debt to Equity Ratio CV Apotek Mitra Banjarmasin dari

tahun 2013 s.d. 2016 sebesar 46%, 32%, 70% dan 53%

70
71

3. Dari hasil perhitungan rasio aktivitas CV Apotek Mitra Banjarmasin

selama empat tahun berturut-turut menggambarkan sebagai berikut:

a. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over) CV Apotek Mitra

Banjarmasin tinggi dikarenakan penjualan bersih dalam

persediaan dapat dikatakan sudah memuaskan.

b. Perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over)

menunjukkan CV Apotek Mitra Banjarmasin sedang

megalami kenaikan modal kerja bersih.

c. Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over) CV Apotek

Mitra Banjarmasin sudah mampu memaksimalkan aktiva

tetap yang dimiliki.

d. Perputaran Total aktiva (Total Assets Turn Over)

menunjukkan bahwa pendapatan yang mampu dihasilkan

CV Apotek Mitra Banjarmasin tidak sebesar total aktiva

yang miliki.

4. Dari perhitungan rasio profitabilitas CV Apotek Mitra Banjarmasin

selama empat tahun berturut-turut menggambarkan bahwa CV

Apotek Mitra Banjarmasin dapat memperoleh keuntungan setiap

tahunnya dengan rasio yang cukup rendah pada Profit Margin on

sales.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan juga simpulan diatas, maka penulis akan

memeberikan saran agar dapat berguna bagi CV Apotek Mitra


72

Banjarmasin. Adapun saran yang penulis kemukakan adalah sebagai

berikut:

1. Ditinjau dari rasio likuiditas, sebaiknya CV Apotek Mitra

Banjarmasin dapat mempertahankan kondisi tersebut, yaitu

mampu membayar hutang jangka pendeknya.

2. Ditinjau dari rasio solvabilitas, CV Apotek Mitra Banjarmasin

perlu mempertahankan kondisi saat ini karena modal sendiri CV

Apotek Mitra Banjarmasin dapat menutupi seluruh utang.

3. Ditinjau dari rasio aktivitas, CV Apotek Mitra Banjarmasin

berusaha meningkatkan lagi kondisi saat ini.

4. Ditinjau dari rasio profitabilitas, CV Apotek Mitra Banjarmasin

harusnya berusaha meningkatkan lagi kondisi saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Mamduh M. dan Abdul Halim. 2016. Analisis Laporan Keuanagn Edisi
Kelima. Yogyakarta: Upp Stim Ykpn
Hardono Sony Warsono-bin. Dkk. 2013. Akuntansi Pengantar 1 Sistem Penghasil
Informasi Keuangan Adaptasi IFRS. Yogyakarta: Ab Publisher
Hery, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan pertama. Yogyakarta:CAPS.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. SAK Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil dan Menegah, Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Iksan, Arfan dkk. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Medan: Madenatera

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Depok: Kharisma Putra Utama Offeset.

Priyati, Novi, 2013. Pengantar Akuntansi. Jakarta: PT Indeks.

Sujarweni, V. Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan Teori, Aplikasi, dan


Hasil Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Samryn, L. M. 2015. Pengantar Akuntansi Mudah Membuat Jurnal Dengan
Pendekatan Siklus Transaksi edisi IFRS. Depok: Kharisma Putra Utama
Offeset.
Sasongko, Catur. Dkk. 2015. Akuntansi suatu Pengantar Buku 1 Berbasis PSAK..
Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian. Bandung : Alfabetis
Denah Perusahan / Instansi yang diteliti
Nama Instansi : CV Apotek Mitra Banjarmasin

Alamat : Jalan. Letjend S. Parman, Belitung Selatan No 48

Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin Kalimantan

Selatan 70114

Telepon : (0511) 3354074

Email :-

Koordinat : -3.3105159.114.5892396

a. Denah/Peta
b. Foto CV Apotek Mitra Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai