Anda di halaman 1dari 27

TUGAS TRANSFORMASI GEOMETRI

DOSEN PENGAMPU: Dr. Michrun Nisa Ramli, M.PMat

DISUSUN OLEH:
NUR INDAH HIDAYATI (208180091)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2021
TRANSFORMASI GEOMETRI

Transformasi geometri merupakan perubahan suatu bidang geometri yang meliputi posisi,
besar dan bentuknya sendiri. Jika hasil transformasi kongruen dengan bangunan yang
ditranformasikan, maka disebut transformasi isometri. Transformasi isometri sendiri memiliki
dua jenisnya itu transformasi isometri langsung dan transformasi isometri berhadapan.
Transformasi isometri langsung termasuk translasi dan rotasi, sedangkan transformasi isometri
berhadapan termasuk refleksi.
Transformasi Geometri dalam Kehidupan Sehari-hari
Dapatkah kalian menyebutkan contoh penerapan transformasi geometri?

Contoh penerapan transformasi geometri dapat dengan mudah kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari karena dalam kegiatan sehari-hari tentu kita melakukan aktivitas yang
melibatkan perubahan posisi seperti berjalan, berlari, melompat, dan pergerakan lainnya yang
melibatkan perubahan posisi.

Contoh Soal Transformasi Geometri dan Pembahasan

Contoh Soal 1

Persamaan peta garis 3x – 4y = 12, karena refleksi terhadap garis y – x = 0, dilanjutkan oleh

transformasi yang bersesuaian dengan matriks    adalah… (UAN ’03)

Pembahasan 1:

Diketahui matriksnya:

Rotasi = 

Transformasi = 
Persamaan garis direfleksi kemudian ditransformasi adalah:

Kemudian disubstitusikan:

Hasilnya:

Contoh Soal 2

Pencerminan terhadap sumbu x adalah A, pencerminan terhadap sumbu y adalah B dan rotasi
180o terhadap puasat O adalah H. Tentukan matriks B(A(HA)). (UMPTN ’90)
Pembahasan 2:

Diketahui:

 Pencerminan terhadap sumbu 

 Pencerminan terhadap sumbu  


 Rotasi 180o, 
Maka:
Contoh Soal 3

Oleh matriks  , titik   dan titik Q masing-masing ditransformasikan

ke titik   dan  . Tentukan koordinat titik Q. (SPMB’04)

Pembahasan 3:

Mencari nilai a dari transformasi P:

Sehingga matriksnya:

Mencari titik Q:

Sehingga:

Transformasi merupakan suatu pemetaan titik pada suatu bidang ke himpunan titik pada
bidang yang sama. Jenis-jenis dari transformasi yang dapat dilakukan antara lain :
1. Translasi
Translasi adalah perubahan objek dengan cara menggeser objek dari satu posisi ke posisi
lainnya dengan jarak tertentu. Penentuan hasil objek melalui translasi yaitu cukup mudah.
Caranya kita hanya dengan menambahkan absis dan ordinat dengan jarak tertentu sesuai
dengan ketentuannya. Untuk lebih jelasnya mengenai proses translasi ini, kita dapat
mengamati pada gambar di bawah ini.
Sebagai contoh:

Titik A, B, dan C, masing-masing ditranslasikan ke titik AI, BI, dan CI dengan jarak dan arah
yang sama.
Suatu translasi dapat ditinjau terhadap sumbu x dan sumbu y. Pergeseran sejauh a sejajar sumbu
x (bergeser ke kanan a>0, ke kiri a<0) dan pergeseran sejauh b sejajar sumbu y (bergeser ke atas
b>0, ke bawah b<0) dinyatakan sebagai:

Dengan a dan b adalah komponen translasi. Bentuk-bentuk translasi sejauh   sebagai berikut:

Posisi
Awal Posisi Akhir Pergeseran

Translasi Titik

 AI (x+a, y+b)
A(x, y) Dengan x dan y adalah koordinat
Translasi Garis
 m(x + a) + n(y + b) = c
Dengan m dan n adalah koefisien dan c
mx+ny=c konstanta
Translasi Kurva

y = mx2 + Dengan m dan k adalah koefisien dan l


kx + l konstanta
Translasi Lingkaran

x2 + y2 = 
c Dengan c adalah konstanta

2. Refleksi (Pencerminan)
Pencerminan atau yang lebih sering disebut dengan refleksi. Seperti halnya bayangan
benda yang terbentuk dari sebuah cermin. Sebuah objek yang mengalami refleksi akan
memiliki bayangan benda yang dihasilkan oleh sebuah cermin. Hasil dari refleksi dalam
bidang kartesius tergantung sumbu yang menjadi cerminnya. Pembahasan materi refleksi
yang akan diberikan ada tujuh jenis. Jenis-jenis tersebut antara lain adalah refleksi terhadap
sumbu x, sumbu y, garis y = x, garis y = -x, titik O (0,0), garis x = h, dan garis y = k. Berikut
ini adalah ringkasan daftar matriks transformasi pada refleksi/pencerminan.
Selanjutnya, mari perhatikan uraian matriks transformasi untuk setiap jenisnya.
Pencerminan terhadap sumbu x

Pencerminan Terhadap Sumbu y

Pencerminan terhadap Garis y = x


Pencerminan terhadap Garis y = – x

Pencerminan terhadap Titik Asal O(0,0)

Pencerminan terhadap Garis x = h


Pencerminan terhadap Garis y = k

Transformasi pada bidan cartesius


Contoh 1
Pencerminan terhadap titik O(0, 0)

Pencerminan terhadap sumbu-x

Pencerminan terhadap garis sumbu-y

Pada bidang kartesius, terdapat suatu titik yang terletak pada koordinat (2, -1). Tentukan hasil
pencerminannya jika titik tersebut dicerminakn terhadap titik O (0,0), terhadap sumbu – x,
terhadap sumbu-y, terhadap garis y = x, dan terhadap garis y = -x.

pembahasaan

Pencerminan terhadap garis y = x

Pencerminan terhadap garis y = -x

Contoh 2
Terdapat suatu titik (3, 0) dalam bidang kartesius. Jika titik tersebut dirotasi dengan pusat rotasi
(0, 0) dan sudut rotasi 60o, maka bayangan hasil rotasinya adalah
pembahasan

3. Rotasi (Perputaran)
Rotasi atau perputaran merupakan perubahan kedudukan objek dengan cara diputar
melalui pusat dan sudut tertentu. Besarnya rotasi dalam transformasi geometri sebesar +alpha
disepakati untuk arah yang berlawanan dengan arah jalan jarum jam. Jika arah perputaran
rotasi suatu benda searah dengan jarum jam, maka sudut yang dibentuk adalah -alpha. Hasil
rotasi suatu objek tergantung dari pusat dan besar sudut rotasi. Perhatikan perubahan letak
kedudukan segitiga yang diputar sebesar 135^{o} dengan pusat O(0,0) pada gambar di
bawah :

Mendapatkan hasil rotasi dengan cara menggambarnya terlebih dahulu akan sangat tidak
efektif. Ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukakn hasil objek hasil rotasi, yaitu
dengan menggunakan rumus transformasi geometri untuk rotasi. Simak lebih lanjut rumusnya
pada pembahasan di bawah.
Rotasi dengan Pusat O(0,0) sebesar ∝
a. Rotasi dengan Pusat (0,0) Sebesar ∝

b. Rotasi dengan Pusat (m,n) Sebesar ∝

c. Rotasi dengan pusat P(m,n) sebesar ∝kemudian sebesar β

4. Dilatasi
Dilatasi disebut juga dengan perbesaran atau pengecilan suatu objek. Jika transformasi
pada translasi, refleksi, dan rotasi hanya mengubah posisi benda, maka dilatasi melakukan
transformasi geometri dengan merubah ukuran benda. Ukuran benda dapat menjadi lebih
besar atau lebih kecil. Perubahan ini bergantung pada skala yang menjadi faktor pengalinya.
Rumus dalam dilatasi ada dua, yang dibedakan berdasarkan pusatnya. Selanjutnya perhatikan
uraian rumus untuk transformasi geometri pada dilatasi di bawah.
a. Dilatasi titik A(a, b) terhadap pusat O(0,0) dengan faktor skala m
Rumus dilatasi pusat O

b. Dilatasi titik A(a, b) terhadap pusat P(k,l) dengan faktor skala m


Rumus dilatasi dengan pusat P

Konsep dilatasinya:
Faktor Dilatasi Bentuk Dilatasi

k>1

0<k<1

k < -1

-1 < k < 0
Dengan ketentuan:

 k adalah titik dilatasi


 A salah satu titik geometri
 AI hasil dilatasi titik A
Dalam diagram cartesius, bentuk-bentuk rotasi sebagai berikut:
Matriks Transformasi

Secara umum, transformasi geometri dapat dinyatakan dalam bentuk matriks   yang
memetakan titik (x,y) ke titik (x’,y’ ) dengan persamaan:

Atau

Bentuk-bentuk matriks transformasi sebagai berikut:


5. Isometri
Isometri adalah suatu transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi
(pergeseran), dan Rotasi (perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak
(panjang suatu ruas garis).
Secara matematis, Isometri didefinisikan sebagai berikut :

Definisi 2.1
Misalkan T suatu transformasi, transformasi T ini disebut isometri jika dan
hanya jika untuk setiap pasangan titik P dan Q anggota dari bidang Euclid v
berlaku bahwa P’Q’ = PQ dimana P’ = T(P) dan Q’ = T(Q).

Contoh 2.1 :
Misalkan diketahui garis g pada bidang v. Anda pandang transformasi T yang ditetapkan
sebagai berikut.
a. Jika P ϵ g maka T (P) = P
b. Jika P ∉ g maka T (P) = P’ sehingga g sumbu dari PP’. Apakah transformasi T
ini suatu isometri atau bukan?
Penyelesaian:
Sesuai definisi 2.1, ambil sembarang dua titik yaitu P dan Q anggota dari v. Selanjutnya
kita misalkan T(P) = P’ dan T(Q) = Q’. Dari permisalan T(P) = P’ dan T(Q) = Q’ kita
memperoleh dua hal yaitu
a. g sumbu dari PP’ , misalkan g ∩ PP’ ={N} maka PN = NP’
b. g sumbu dari QQ’, misalkan g ∩ QQ’ = {M} maka QM = MQ’
Sekarang perhatikan gambar, hubungkan masing-masing P dan Q, P’ dan Q’, P dan M
serta P’ dan M.
Kemudian pandang ∆PQM dengan ∆P’Q’M’
Karena PN = NP’, ∠ PNM ¿ ∠ P’NM (sudut siku-siku) dan NM = NM maka

Δ PNM ¿ Δ P’NM. Akibatnya:

1. PM = P’M dan
2. ∠ PMN ¿ ∠ P’MN

Sekarang pandang ∆PQM dengan ∆ P’Q’M


PM = P’M (1)
∠ NMQ ¿ ∠ NMQ’ (siku-siku)

∠ PMN ¿ ∠ P’MN

∠ PMQ ¿ ∠ NMQ - ∠ PMN

∠ P’MQ’ = ∠ NMQ’ - ∠ P’MN

= ∠ NMQ - ∠ PMN
Akibatnya: ∠ PMQ ¿ ∠ P’MQ’ (2)
QM = Q’M (3)

Dari (1),(2) dan (3) disimpulkan Δ PQM ¿ Δ P’Q’M akibatnya PQ = P’Q’.


Karena P dan Q diambil sebarang titik pada v maka anda dapat menyimpulkan bahwa
untuk setiap pasangan titik P dan Q pada v berlakau P’Q’ = PQ. Sehingga transformasi T
yang ditetapkan seperti di atas memenuhi definisi 2.1.
Jadi, dapat disimpulkan transformasi T merupakan suatu isometric

SIFAT – SIFAT ISOMETRI


Setiap isometri mempunyai sifat, seperti tertuang pada teorema berikut :
Teorema 2.1
Sebuah isometri bersifat :
Bukti :
1. Memetakan garis menjadi garis.
2.1. Mengawetkan
Ambil isometri sebarang
besarnya T antara
sudut dan garis g. Akan ditunjukkan bahwa T(g) berupa
dua garis.
sebuah garis. kesejajaran
3. Mengawatkan Perhatikan dua
gambar dibawah, ambil dua titik sebarang A dan B pada
garis.
garis g. misalkan T(A) = A’ dan T(B) = B’ dan garis lurus yang menghubungkan
A’ dan B’, namakanlah sebagai h.

T
B B ’
X Y
A A’
T (g )
g h

Kemudian ditetapkan T(g) = {Y | y = T(X), X ϵ g}, akibatnya A’, B’ ϵ T(g). untuk


mencapai tujuan bahwa T(g) berupa garis lurus maka harus ditunjukkan T(g) = h,
artinya harus ditunjukkan
a) T(g) ⊂ h dan
b) h ⊂ T (g).
Untuk ini akan dibuktikan T(g) ⊂ h dan h ⊂ T (g).

a) Untuk T(g) ⊂ h
Ambil sebarang titik Y ∈ T(g), hal ini berakibat tiga kasus, yaitu Y ∈ T(g)
terletak antara A’ dan B’ atau (A’YB’), Y ∈ T (g) diluar daerah antara A’ dan B’,
tetapi dibagian A’(B’A’Y) atau Y ∈ T(g) diluar daerah antara A’ dan B’, tetapi
dibagian B’ atau (A’B’Y).
Ambil kasus pertama, yaitu Y ∈ T(g) dan (A’YB’) maka ada X ∈ g dan X antara
A dan B atau (AXB). Karena A, X dan B kolinier maka berlaku :
AX + XB =AB (1)
Karena A’ = T(A), B = T(B) dan Y = T(X) dan T suatu transformasi maka
A’Y = AX, YB’ = XB dan A’B’ = AB (2)
Apabila (2) disubstitusikan pada (1), didapat hubungan,
A’Y + YB’ = A’B’ (3)
Akibat dari (3) A’, Y dan B’ kolinier, artinya Y ∈ h. karena untuk sebarang Y ∈
T(g) ternyata Y ∈ h, dapat disimpulkan bahwa T(g) ⊂ h.

b) Untuk h ⊂ T (g)
Untuk sebarang C’ ∈ h, seperti pada a) akan terdapat juga tiga kasus, yaitu C’
antara A’ dan B’ atau (A’C’B’), C’ diluar daerah antara A’ dan B’ dipihak A’ atau
(B’A’C’), atau C’ di luar daerah antara A’ dan B’ dipihak B’ atau (A’B’C’). tetapi
karena setiap kasus pada pembuktiannya serupa maka hanya ditunjukkan untuk
kasus (A’C’B’). karena C’ ∈ h dan h ∈ v maka C’ ∈ v. karena T suatu
transformasi dan C’ ∈ v maka ada C ∈ v sehingga C’ = T(C). Selanjutnya, kita
andaikan bahwa C bukan ∈ g. Perhatikan gambar dibawah
Karena C bukan ∈ g diperoleh hubungan
AC + CB ≠ AB (1)

T
B B’
C C’
A A’
T (g )
g h
Tetapi karena C’ = T(C), A’ = T(A), dan B’ = T(B) dan T suatu isometri maka
didpat A’C’ = AC, C’B’ = CB, dan A’B’ =AB. Apakah hal ini disubstitusikan
pada (1) diperoleh hubungan
A’C’ + C’B’ ≠ A’B’ (3)
Tetapi karena A’, B’ dan C’ terletak pada garis lurus h dan C’ antara A’ dan B’
maka di dapat hubungan
A’C’ + C’B’ = A’B’ (4)
Terjadinya kontradiksi antara (3) dan (4), karena terjadi hal ini, artinya
pengandaian bahwa C bukan ∈ g bernilai salah. Akibatnya haruslah C ∈ g. karena
C ∈ g maka C’ ∈ T(g) (perhatikan ketentuan T(g)). Karena untuk sebarang C’ ∈
h, dapat ditunjukkan bahwa C’ ∈ T(g) maka h ⊂ T(g). karena T(g) ⊂ dan h ⊂
T(g), hal ini berakibat bahwa T(g) = h. karena h suatu garis lurus maka T(g) juga
garis lurus.

2. Ambil sebuah ∠ ABC

Andaikan A' = T (A), B' = T (B), C' = T (C)


Menurut (a), maka A' B' dan B' C' adalah garis lurus.
Oleh karena itu ∠ ABC = BA ¿ BC maka ∠ A' B' C' = B' A' ¿ B' C'
sedangkan A' B' = AB,
B' C' = BC, C' A' = CA.
Sehingga Δ ABC ¿ Δ A' B' C'. Jadi ∠ A' B' C' = ∠ ABC.

Sehingga suatu isometri dapat mengawetkan besarnya suatu sudut.

3. Kesejajaran Dua Garis


Kita harus memperlihatkan a' // b'.
Andaikan a' memotong b' di sebuah titik P'. Jadi P' ∈ a' dan P ∈ b. Oleh
karena T sebuah transformasi maka ada P sehingga T(P) = P' dengan P ∈ a dan
P ∈ b.
Ini bearti bahwa a memotong b di P, jadi bertentangan dengan yang diketahui
bahwa a // b.
Maka pengandaian bahwa a' memotong b' salah.
Jadi haruslah a' // b'.
Akibat : salah satu akibat dari sifat (b) teorema 2.1 ialah bahwa apabila a ¿ b
maka T(a) ¿ T (b) dengan T sebuah isometri.
Teorema 2.2

Apabila garis g dan h saling tegak lurus dan T suatu isometri maka
T(g) dan T(h) juga saling tegak lurus.

Bukti :
Karena sudut yang dibentuk oleh g dan h adalah siku - siku dan T suatu isometri,
berdasarkan teorema 2.1 bagian b) mengakibatkan bahwa sudut yang dibentuk oleh T(g)
dan T(h) juga siku-siku. Dengan kata lain T(g) dan T(h) saling tegak lurus

Teorema 2.3

Komposisi dua buah isometri adalah sebuah isometri.


Bukti :
Ambil dua isometri, namakalah mereka dengan T 1 dan T2 terjadilah komposisi dari T1
dan T2 yaitu a) T1 o T2 dan b) T2 o T1. Dalam uraian diatas akan ditunjukkan salah satu saja,
yaitu untuk T1 o T2 adalah isometri. Ambil dua titik sebarang A, B ∈ v, misalkan T2(A) =
A1, T2(B) = B1 dan T1(A1) = A’, T1(B1) = B’. berdasarkan permisalan ini, dapat dicari
(T1 o T2)(A) = T1[T2(A)] = T1(A1) = A’
(T1 o T2)(B) = T1[T2(B)] = T1(B1) = B’
Karena T2 isometri maka A1B1= AB dan T1 siometri maka B’A’ = A1B1. Karena A’B’ =
A1B1 dan A1B1 = AB maka A’B’ = AB jadi, T1 o T2 suatu isometri.

ISOMETRI LANGSUNG DAN ISOMETRI LAWAN

Definisi 2.2 :
Misalkan (P, Q, R) adalah ganda tiga titik yang koliniear (tidak segaris).
Apabila urutan perputaran P, Q, R sesuai dengan perputaran jarum jam maka P,
Q R di sebut memiliki orientasi negatif. Sedangkan apabila urutan perputaran P,
Q, R berlawanan dengan arah perputaran jarum jam maka P, Q, R memilki
orientasi positif.

Contoh 2.2

Misalkan diberi enam buah titik (lihat gambar) karena urutan perputaran A, B, dan C
berlawanan dengan perputaran jarum lonceng maka (A, B, C) berorientasi positif
sedangkan urutan perputaran (P, Q, dan R) berorientasi negatif.

C
P
B
Q A
R
Definisi 2.3
Suatu Transformasi T disebut langsung jika dan hanya jika transformasi itu
mempertahankan orientasi. Sedangakan Transformasi T disebut transformasi
lawan jika dan hanya jika transformasi itu mengubah arah orientasi.

Definisi 2.4
Misalkan T suatu transformasi. T disebut mempertahankan orientasi apabila
untuk setiap ganda tiga titik A, B, C yang kolinear orientasinya sama dengan
orientasi dari petanya. Sedangkan lainnya disebut mengubah orientasi.

Definisi 2.5
Isometri langsung adalah isometri yang merupakan transformasi langsung,
sedangkan isometri lawan adalah isometri yang merupakan transformasi lawan.

Isometri Lawan
Misalnya sebuah refleksi (pencerminan)
∆PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan ∆P'Q'R' searah dengan jarum jam
(-).

Isometri Langsung
Misalnya sebuah rotasi (perputaran)

∆PQR berlawanan dengan jarum jam (+) sedangkan ∆P'Q'R' tetap berlawanan dengan
jarum jam (+).

Sifat yang penting dalam geometri transformasi ialah :


1. Setiap refleksi (pencerminan) pada garis adalah suatu isometri lawan.
2. Akan tetapi tidak setiap isometri adalah isometri lawan, ini dapat dilihat pada
gambar di atas yaitu rotasi (perputaran) adalah isometri langsung.
3. Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah isometri lawan.

ISOMETRI SEBAGAI GRUP

Definisi 2.6
Suatu himpunan S ≠ Ø dan operasi o yang di notasikan dengan (S,o) di sebut
grup, jika memenuhi aksioma-aksioma berikut :
1. S tertutup terhadap operasi o, artinya ∀ a, b ∈ S , a o b ∈ S
2. Operasi o asosiatif pada S, artinya ∀ a, b , c ∈ S , (a o b) o c = a o (b o c)
3. Ada unsur Identitas, untuk setiap anggota S , artinya ∃ e ϵ S , ∀ a ϵ S → a o
e = e o a = a.
4. Untuk setiap anggota S, mempunyai balikan di S, artinya :
∀ a ϵ S , ∃b ∈ S →a o b = b o a = e
Aksioma 1 :

Ambil T1 dan T2 di S. Menurut teorema, komposisi T2 O T1 adalah juga transformasi . Oleh


karena itu T2 O T1 ∈ S, jadi aksioma ketertutupan di penuhi.
Aksioma 2 :
Ambil T1 , T2 dan T3 di S, menurut teorema , komposisi transformasi bersifat asosiatif ,
yaitu (T1 O T2 ) o T3 = T1 O (T2 o T3 ). Jadi aksioma kedua di penuhi
Aksioma 3 :
Ada transformasi identitas 1 yang didefinisi 1 (P) = P ∀ P ϵ v . jelas 1ϵ S. Maka untuk
semua transformasi 1ϵ S berlaku T o 1 = 1 o T= T ( menurut teorema. Jadi eksistensi
identitas untuk operasi komposisi dipenuhi.
Aksioma 4 :
Ambil T S . Menurut teorema, setiap transformasi mempunyai balikan , sehingga T o T-1 =
T-1 o T = 1. Atau untuk ∀ T ε S , ∃T-1 ε S sehingga To T-1 = T-1 o T = 1. Jadi , eksistensi
balikan dipenuhi.

Karena keempat aksioma grup di atas di penuhi (S,o) adalah grup. Grup (S,o) di sebut pula
grup transformasi sebab S merupakan transformasi- transformasi.
Pengertian Komposisi Transformasi

Sudah kita ketahui bahwa terdapat empat jenis transformasi yaitu:

1. Translasi
2. Refleksi
3. Rotasi
4. Dilatasi
Jenis-jenis transformasi tersebut ternyata juga dapat digabungkan antara satu jenis
transformasi dengan transformasi lainnya. Misal menggabungkan antara translasi dengan
refleksi, atau rotasi dengan dilatasi. Gabungan dari dua atau lebih transformasi itu yang
kita sebut dengan komposisi transformasi.

Penyelesaiam komposisi transformasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemetaan
dan matriks. Pada kesempatan kali ini saya hanya akan menjelaskan penyelesaiaan
dengan cara pemetaan sedangkan dengan cara matriks akan dijelaskan pada artikel
berikutnya. Penyelesaian komposisi transformasi dengan pemetaan dilakukan langsung
secara bertahap dan dan berturut-turut terhadap titik yang ditransformasikannya.
Misalkan titik A ditransformasikan oleh transformasi T1 kemudian dilanjutkan T2,
bayangannya dapat diperoleh dengan cara mencari bayangan A terhadap T1 terlebih
dahulu (misal A′) dilanjutkan mencari bayangan A′ terhadap T2 (misal A″).

Dalam bentuk notasi pemetaan, bayangan dari A dapat ditulis sebagai berikut:

A→T1A′→T2A″
Contoh
1. Di ketahui translati

Tentukanlah bayangan titik P(5, –3) oleh ( T1 o T2 )


Jawab
(  T1 o  T2 )(5, –3) = T1 [ T2 (5, –3)]
= T1 [ (5 + 1, – 3 + 3) ]
= T1 (6, 0)
= (6 + (–2), 0 + 4)
= (4, 4)
02. Diketahui translasi

dan M yaitu pencerminan terhadap garis y = x. Tentukanlah bayangan titik P(–4, 1) oleh T
oM
Jawab
(T o M )(-4, 1) = T [ M (–4, 1)]
= T (1, –4)
= (1 + 3, –4 + 5)
= (4, 1)

03. Jika M1 adalah pencerminan terhadap garis x = 2 dan M2  adalah pencerminan


terhadap garis x = 4, maka tentukanlah bayangan titik A(5, -2) oleh tranformasi
M2 dilanjutkan dengan M1
Jawab

04. Tentukanlah bayangan titik (4, 3) oleh pencerminan terhadap garis y = –x dilanjutkan
oleh dilatasi dengan pusat O(0, 0) dan skala –2
Jawab
05. Tentukanlah bayangan titik (-8, 4) oleh rotasi dengan pusat O(0, 0) dan sudut 450
dilanjutkan rotasi dengan pusat yang sama dengan sudut 1350.
Jawab

Anda mungkin juga menyukai