Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN MATERNITAS III

Asuhan Keperawatan Intranatal Patologis

Dosen pengampu :

Ns. Lili Fajria, S.Kep., M. Biomed

Oleh : Kelompok 6

FEBI SAGITARIA (1611315001)

ULFHA PUTRI RAHMI (1711312021)

POPPY WAHYU PRATAMA (1711312037)

INDAH MARDIANI (1711313045)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG/ 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas III.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
mata kuliah Keperawatan Maternitas III yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 30 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................1
1.4.Manfaat.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................3
2.1 Distorsia................................................................................3
2.2 Disfungsi Persalinan.............................................................8
2.3 Normali Struktur Maternal Disproporsi Cephalopelvic........9
2.4 Fetal Distress.........................................................................13
2.5 Gangguan Plasenta................................................................18
BAB III ANALISIS JURNAL ........................................................20
BAB IV PENUTUP..........................................................................23
4.1 Kesimpulan...........................................................................23
4.2 Saran.....................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................24

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melaui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan terkadang
dapat menimbulkan beberapa kemungkinan munculnya komplikasi baik pada ibu ataupun
pada bayi. Biasanya lebih banyak ditemukan ibu dan bayi sehat dan selamat pada
persalinan pervaginam.

Untuk mengatasi hal hal yang tidak diinginkan terhadap ibu dan bayi, perawat
maternitas harus memiliki kemampuan untuk membantu dan mendukung ibu secara bio-
psiko-sosio dan spiritual dalam memberikan pertolongan bagi ibu dan janin. Perlunya
dilakukan asuhan keperawatan sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi
berupa infeksi pada bayi maupun ibu, perawat harus mampu mengidentifikasi masalah
yang mungkin terjadi pada masa intranatal serta kegawatdaruratan dalam persalinan
sehingga angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi menurun.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Distosia?
2. Apa itu disfungsi persalinan?
3. Apa dan bagaimana normali struktur maternal disproporsi cephalopelvic itu?
4. Apa itu fetal distress?
5. Apa dan bagaimana gangguan plasenta itu?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah maternitas
III, dan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap aseuhan keperawatan
intranatal patologis.

1
1.4 Manfaat
1. Untuk memahami Apa itu Distosia
2. Untuk memahami Apa itu disfungsi persalinan
3. Untuk memahami Apa dan bagaimana normali struktur maternal disproporsi
cephalopelvic
4. Untuk memahami Apa itu fetal distress
5. Untuk memahami Apa dan bagaimana gangguan plasenta

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DISTOSIA

A. Definisi

Distosia adalah persalinan yang berjalan tidak normal. Persalinan berlangsung lebih lama,
lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada mekanisme persalinan,
tenaga/kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis. Distosia
merupakan indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio sesarea, yang diperkirakan
terjadi pada sekitar 50% pelahiran dengan pembedahan (Sokol et al, 1994).

B. Penyebab

Faktor – Faktor Penyebab Distosia

Faktor Temuan Diagnosis

Jalan lahir - Palpasi luar menunjukkan bagian terbawah Kesempitan pintu atas
janin belum masuk pintu atas panggul panggul
- Diameter anteriorposterior lebih kecil dari
normal atau pintu atas panggul berbentuk
segitiga
- Promontorium sangat menonjol
- Dinding samping panggul menyempit dan Kesempitan panggul
Krista iliaka sangat menonjol tengah
- Arcus pubis kurang dari 90
- Sacrum melengkung kedepan dan coccygeus Kesempitan pintu
mengarah pada sumbu jalan lahir bawah panggul.

Bayi - Taksiran berat badan bayi sangat ekstrim Makrosomia

- Presentasi muka (bagian terbawah) Presentasi muka

- Dagu berada di belakang dan dasar panggul Mentoposterior


persistens

3
- Sutura sagitalis melintang dengan parietal Asinklitismus
tertahan dipromontorium
- Teraba tangan atau lengan disamping kepala Presentasi majemuk
atau bokong
- Teraba rusuk dan atau lengan dengan posisi Letak lintang
kepala di lateral
- Bahu pada posisi anteroposterior dan Distosia bahu
tertahan pada dasar panggul
Tenaga - Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi Inersia uteri Ibu
ekspulsi - Ibu tidak mampu atau tak dapat membuat kelelahan
posisi efektif untuk mengedan
- Lingkaran konstriksi Disproporsi feto-pelvik

Faktor Predisposisi

1. Bayi:

• Kepala janin yang besar

• Hidrosefalus

• Presentasi wajah, bahu, alis

• Malposisi persisten

• Kembar yang terkunci (terkunci pada daerah leher)

• Kembar siam

2. Jalan lahir:

• Panggul kecil karena malnutrisi

• Deformitas panggul karena trauma atau polio

• Tumpor daerah panggul

• Infeksi virus di perut atau uterus

4
• Jaringan parut (dari sirkumsisi wanita)

C. Kriteria Diagnostik dan Penatalaksanaan Distosia

Pola persalinan Nulipara Multipara Terapi di rumah


sakit

Kelainan pembukaan - Dukungan dan


serviks terapi
ekspektatif
- Kemajuan
< 1,2 cm/jam < 1,5 cm / jam - Seksio sesarea
pembukaan
bila CPD atau
(dilatasi)
obstruksi
serviks pada
fase aktif
- Kemajuan
turunnya
bagian
terendah < 1 cm/jam < 2 cm / jam

Partus macet - Infus


oksitosin, bila
- Fase Deselerasi >3 jam >1 / jam
tidak ada
memanjang
kemajuan,
- Terhentinya
lakukan seksio
pembukaan >2 jam >2 jam
sesarea
(dilatasi)
- Seksio sesarea
- Terhentinya
bila CPD atau
penurunan
Obstruksi
bagian
>1 jam >1 jam
terendah
- Kegagalan
penurunan
bagian
terendah
5
Tidak adanya Tidak adanya
penurunan pada fase penurunan pada fase
deselerasi atau kala 2 deselerasi atau kala 2

1. Tatalaksana Umum

Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan seksio sesarea.

2. Tatalaksana khusus
a. Tentukan penyebab persalinan lama
 Tenaga (Power) : Kontraksi uterus mungkin tidak cukup kuat atau tidak
terkoordinasi secara tepat selama kala satu persalinan untuk menyebabkan
pembukaan dan penipisan serviks. Selama kala dua, kombinasi mengejan
volunteer dengan kontraksi uterus mungkin tidak cukup untuk menyebabkan
penurunan dan ekspulsi (pengeluaran) janin.
 Jalan lahir (Passageway) : Variasi bentuk dan ukuran tulang panggul, atau
abnormalitas lainnya pada saluran reproduksi, seperti ukuran panggul yang
tidak sempurna atau deformitas, dapat mengganggu masuknya bagian
terendah
 Psikis (Psyche) : Faktor maternal, seperti kecemasan, kurangnya persiapan,
dan rasa takut, dapat berinteraksi dengan factor lainnya, atau kadang-kadang
terjadi secara tunggal, atau memperpanjang persalinan.
3. Tatalaksana
a. Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi.
b. Prinsip umum :
 Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan atau amniotomi bila
terdapat gangguan Power.
 Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk
gangguan Passenger dan atau Passage, serta untuk gangguan Power yang
tidak dapat diatasi oleh augmentasi
6
c. Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio sesarea.
 Pantau tanda-tanda gawat janin
 Catat hasil analisi dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan pada
ibu dan keluarga hasil analisi serta rencana tindakan selanjutnya.
4. Komplikasi
1) Komplikasi ibu
- Perdarahan
- Trauma/cedera jalan lahir
- Infeksi
2) Komplikasi janin
- Asfiksia berat
- Ekskoriasi kepala
- Sefalhematoma
- Perdarahan subgaleal dan icterus neonatorum berat
- Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia dikemudian hari

7
2.2 DISFUNGSI PERSALINAN

A. Definisi

Persalinan disfungsional merupakan suatu istilah yang umum digunakan untuk


menjelaskan kontraksi uterus yang tidak normal yang memengaruhi kemajuan normal
persalinan. Disfungsi uterus disertai dengan persalinan yang lama dapat menyebabkan
komplikasi pada ibu dan janin. Infeksi intrauterus, komplikasi yang umum terjadi pada
maternal, terutama jika ketuban telah pecah dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan
infeksi dan kematian pada janin dan bayi baru lahir, bahkan apabila antibiotic telah
digunakan untuk mengobati wanita tersebut (Cunningham, et al., 1993). Kelelahan dan
dehidrasi pada ibu juga dapat terjadi jika persalinan memanjang.

B. Etiologi

Disfungsi uterus dapat terjadi jika terdapat gangguan pada factor yang
meningkatkan kontraktilitas uterus, seperti kurangnya stimulus atau hambatan yang kuat.
Gangguan kontrol intraselular pada serat oto uterus dapat terjadi.

Penyebab paling umum terjadinya disfungsi uterus adalah kontraktur panggul


derajat sedang dan malposisi janin bahkan pada derajat kecil sekalipun. Jika aktivitas
uterus seblumnya normal pada fase aktif persalinan dan kemudian melemah, CPD
seharusnya disingkirkan sebagai kemungkinan penyebab keletihan uterus sebelum
diberikan stimulasi secara farmakologis secara uterus. Pada lebih dari 50% kasus,
penyebab disfungsi uterus tidak tampak secara klinis. Namun, fartor-faktor farmakologis
dan fisik berikut telah terbukti turut menyebabkan terjadinya disfungsi uterus
(Cunningham, et al., 1993):

1. Distensi berlebihan pada uterus, disebabkan oleh janin yang besar, kehamilan
kembar, atau polihidramnion
2. Kekakuan serviks yang dihubungkan dengan fibrosis serviks dan nulipara yang
berusia lanjut

8
3. Klien yang sangat gemuk (berhubungan dengan persalinan yang lebih lambat dan
lebih tidak konsisten)
4. Usia maternal yang lanjut (pengerasan taut jaringan ikat antara komponen tulang
panggul yang dihubungkan dengan memanjangnya kala dua persalinan)
5. Terdapatnya cincin retraksi patologis (diatasi dengan relaksasi uterus dan seksio
smesarea)
6. Pemberian analgesic yang berlebihan (fase laten memanjang, namun bukan
prediksi terjadinya distosia di akhir kehamilan)
7. Anestesi epidural (dihubungkan dengan penurunan kontraktilitas uterus sementara
selama 10 sampai 30 menit)
C. Klasifikasi

Persalinan disfungsional juga telah diklasifikasikan menurut pola dan waktu


terjadinya gangguan kemajuan persalinan. Menurut karya klasik yang dilakukan oleh
Friedman (1978), disfungsi persalinan dapat diklasifikasikan menurut lamanya fase
persalinan, daripada menurut kualitas kontraksinya. Friedman menggambarkan pelebaran
serviks dan derajat penurunan janin terhadap berlalunya waktu persalinan pada sebuah
grafik, yang menunjukkan suatu pola normal persalinan yang dikenal dengan istilah
kurva berbentuk huruf ‘S’. Kategori keterlambatan kemajuan persalinan, menurut
Friedman, dibagi menjadi fase laten yang memanjang, protraction disorder, dan arrest
disorder (Gbr, 36-1; Friedman, 1978).

2.4 Normali Struktur Maternal : Disprorporsi Cephalopelvic

A. Definisi

Cephalopelvic disproportion (CPD atau disproporsi kepala panggul yaitu suatu


keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan
kepala janin disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat
melewati panggul ataupun kombinasi keduanya.

B. Tipe/Karakteristik Panggul

Tipe panggul menurut Caldwell-Moloy (Rachimhadhi, 2009) :

9
 Tipe gynaecoid

Bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang kiri-kanan, hampir mirip
lingkaran. Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversal.
Diameter transversal terbesar terletak ditengah. Dinding samping panggul lurus.
Ditemukan pada 45% perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal wanita
(female type).

 Tipe anthropoid

Bentuk pintu atas panggul seperti elips membujur anteroposterior. Diameter


anteroposterior lebih panjang daripada diameter transversal. Dinding samping
panggul lurus. Ditemukan pada 35% perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal
golongan kera (ape type).

 Tipe android

Bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak
di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang
makin sempit ke arah bawah. Bagian belakangnya pendek dan gepeng, bagian
depannya menyempit ke depan. Ditemukan pada 15% perempuan. Merupakan
jenis panggul tipikal pria (male type).

 Tipe platypelloid

Bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal". Dinding samping
panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah. Jenis ini ditemukan
pada 5% perempuan.

10
C. Penyebab
a. Faktor panggul ibu

Keterangan :

Diameter anteroposterior = 12 cm

Diameter transversal = 12,5-13 cm

Diameter obliqua = 13 cm

b. Faktor janin
 Janin Besar

Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37 minggu-42 minggu)
berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin besar apabila >4.000 gram.
Janin dapat terlahir besar karena beberapa faktor, yaitu pada ibu dengan diabetes
gestational, post term atau pascamaturitas, faktor herediter, multiparitas. Janin
besar disebut juga makrosomia atau bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk
persalinan pervaginam dilakukan pada janin dengan lingkar kepala <37 cm.

11
 Malpresentasi Kepala

Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose dan menghasilkan
sikap fleksi. Pada sikap ini akan menghasilkan presentasi belakang kepala.
Dengan adanya malpresentasi kepala, seperti presentasi puncak kepala (defleksi
ringan), presentasi dahi (defleksi sedang), dan presentasi muka (defleksi
maksimum), maka kemungkinan akan menimbukan kemacetan dalam persalinan.
Hal ini disebabkan karena kepala tidak dapat masuk pintu panggul karena
diameter kepala pada malpresentasi lebih besar dari diameter panggul.

Diameter kepala janin dan presentasinya

No Diameter Panjang Presentasi


1 Suboksipito bregmatika 9,5 cm Fleksi vertex
2 Suboksipito frontal 10,5 cm Defleksi vertex parsial
3 Oksipito frontal 11,5 cm Defleksi vertex
4 Mento vertical 13 cm Dahi
5 Submento bregmatika 9,5 cm Wajah

D. Penatalaksanaan
a. Partus Percobaan

Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau tidaknya
disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus percobaan. Pada panggul
sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk
serta ukuran ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin
dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan
dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk molase kepala janin.

Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi perubahan pada
pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan posisi kepala (rotasi). Jika tidak
terjadi perubahan tersebut maka disebut partus tidak maju. Apabila terjadi kegagalan,
partus dihentikan dengan indikasi dan harus dilakukan seksio sesarea.
12
b. Seksio sesarea

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah
suatu histerotomia melahirkan janin dari dalam rahim. Seksio sesarea di lakukan
untuk mencegah hal – hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Seksio sesarea elektif
direncanakan lebih dulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang

cukup berat/absolut atau karena terdapat disproporsi kepala panggul yang cukup
nyata. Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus percobaan dianggap gagal
atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syaratsyarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi.

c. Simfisiotomi

Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar kapasitas pelvis dengan


memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian depan pelvis.

2.4 Fetal Distress (Gawat Janin)

A. Definisi

Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per
menit dan air ketuban hijau kental. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang
cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam jangka
waktu yang lama atau akut.

B. Penyebab

Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau
prolapsus tali pusat

a. Persalinan berlangsung lama

13
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida
dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Nugrahaeni, 2010). Persalinan lama dapat
mengakibatkan ibu menjadi Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi
cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Bandle
Ring, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

b. Induksi persalinan dengan oksitosin

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil belum inpartu baik secara
operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga
terjadi persalinan. Akibat pemberian oksitosin yang berlebih-lebihan dalam
persalinan dapat mengakibatkan relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian
plasenta.

c. Ada perdarahan

Perdarahan yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena solusio plasenta.
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
tersebut kemudian terbelah sehingga meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium. Sebagai akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal akan terdiri dari
pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

d. Infeksi

Infeksi, yang disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama dapat
membahayakan ibu dan janin,karena bakteri didalam amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin. Pneomonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya (Prawirohadjo, 2009).

e. Insufisiensi plasenta
 Insufisiensi uteroplasenter akut

14
Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus plasenta dalam
waktu singkat, berupa: aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonika uterus,
dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena
kava, posisi terlentang, perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusio
plasenta.

 Insufisiensi uteroplasenter kronis

Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus plasenta dalam
waktu yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi.

f. Kehamilan Postterm

Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat
yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin pada
intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion. Penurunan cairan amnion
biasanya terjadi ketika usia kehamilan telah melewati 42 minggu, mingkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada
sindrom aspirasi mekonium.

C. Tanda dan Gejala


a. DJJ abnormal
 DJJ normal, dapat melambat sewaktu his, dan segera kembali normal setelah
relaksasi.
 Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya
hipoksia.
 DJJ lambat (kurang dari 100 per menit), saat tidak ada his, menunjukkan
adanya gawat janin.
 DJJ cepat (lebih dari 180 per menit) yang disertai takikardi ibu, dapat karena
ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu
normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda
gawat janin.

15
b. Mekonium (tinja pertama bayi)
 Adanya mekonium pada cairan ketuban lebih sering terlihat saat janin
mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda
gawat janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan ada denyut
jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
 Mekonium kental merupaakn tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnio
yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat
dan penanganan mekonium pada saluran nafas atau neonates untuk mencegah
aspirasi mekonium.
 Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibat
kompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda
kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.
D. Penatalaksanaan
a. Umum
 Pasien dibaringkan miring ke kiri
 Berikan oksigen
 Hentikan infuse oksitosin (jika sedang diberikan)
b. Khusus

Jika DJJ diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada
cairan amnion, lakukan hal seperti berikut:

1) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan
yang sesuai.
2) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari
penyebab gawat janin:
 Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,
pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
 Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret, vagina berbau tajam)
berikan antibiotic untuk amnionitis.
16
 Jika tali pusat terletak dibawah bagian bawah janin atau dalam vagina,
lakukan penanganan prolaps tali pusat.
3) Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat
janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakanlah persalinan:
 Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 diatas
simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0,
lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum.
 Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5
di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas
stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesaria.

17
2.5 Gangguan Placenta

(gambar plasenta normal dan solusio plasenta)

Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum


janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa
jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan
uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang,
darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus
serta menyebabkanperdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau
parsial. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan
tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi
mulai dari solutio ringan hingga berat.

Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali
pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa
inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa

18
faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui
mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan
klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari
solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution
plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini
sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio
plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan.
Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah
berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap
menonjol.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta


previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan
jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu
berada dalam keadaan syok

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5%
disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia
ibu.

Penatalaksanaan dari solution plasenta dapat dilakukan secara konservatif dan


secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi
keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

19
BAB 3

ANALISIS JURNAL

1. Judul Jurnal : Penatalaksanaan Ekstraksi Vakum pada Multigravida dengan Riwayat


Seksio Sesarea Atas Indikasi Letak Lintang

Sumber : Medula Jurnal

Pembahasan :

Distosia merupakan persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Ekstraksi vakum merupakan suatu tindakan
obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. Penatalaksanaan kasus pada jurnal dilakukan
secara ekstraksi vakum. Dalam hal ini, kerjasama dan kemampuan ibu untuk
mengekspresikan bayinya merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan
akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Indikasi dilakukannya
ekstraksi vakum adalah untuk memperpendek kala II pada penyakit jantung kompensata
atau pada penyakit paru fibrotik, kala II yang memanjang dan adanya gawat janin. Kontra
indikasi dari ekstraksi vakum adalah ruptur uteri, penyakit yang mempersulit ibu untuk
mengejan seperti preeklamsia berat, janin preterm dan letak muka. Sedangkan syarat-
syarat ekstraksi vakum yaitu pembukaan lebih dari 7cm (pada multigravida), penurunan
kepala janin boleh pada Hodge II dan harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga
mengejan.

2. Judul Jurnal : Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea atas Indikasi Disproporsi
Kepala Panggul dengan Penyerta Tumor Paru, Kekurangan Energi Kronik dan Anemia
Berat

Sumber : Medula Jurnal

Pembahasan :
20
Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan
ketidakseimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar
melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar atau keduanya. Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan diagnosa medis
digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi
ialah panggul sempit secara fungsionil artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Persalinan percobaan ialah percobaan untuk persalinan pervaginam pada wanita-wanita
dengan panggul sempit relatif. Sedangkan seksio sesaria dapat dilakukan pada wanita-
wanita yang memiliki panggul sempit absolut. Prognosis persalinan dengan panggul
sempit tergantung pada berbagai faktor antaranya bentuk panggul, ukuran panggul, jadi
derajat kesempitan, kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul, besarnya
kepala dan kesanggupan moulage kepala, presentasi dan posisi kepala, dan his..

3. Judul Jurnal : Techniques Of Pain Reduction In The Normal Labor Process : Systematic
Review

Sumber : Jurnal Endurance

Pembahasan :

Dalam upaya mengurangi rasa nyeri persalinan terdapat berbagai metode yang
dapat digunakan dalam memberikan asuhan kebidanan dalam proses persalinan.
Berdasarkan systematic review ini dapat disimpulkan bahwa banyak metode pengurangan
rasa nyeri yang dapat digunakan dalam mengurangi nyeri proses persalinan adalah
metode counter pressure dan abdominal lifting, hypnobirthing, music religi dan murottal,
music klasik dan music daerah, relaksasi, kompres, minuman jahe hangat, akupressur,
TENS, account dan aromatherapy.

4. Judul Jurnal : Reducing the risk of fetal distress with sildenafil study (RIDSTRESS): a
double-blind randomised control trial

Sumber : Journal of Translational Medicine

Pembahasan :
21
Morbiditas dan mortalitas perinatal yang terkait dengan hipoksia janin
intrapartum berlanjut sebagai tantangan kesehatan global. Saat ini tidak ada perawatan
untuk ini selain pengiriman operatif yang mendesak, fasilitas yang tidak selalu segera
tersedia di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Studi RIDSTRESS akan
menguji kemanjurannya SC untuk mengurangi kebutuhan untuk operasi caesar darurat
ketika diduga hipoksia janin intrapartum. Jika SC kami percaya untuk memberikan
manfaat terapeutik bahwa itu bisa memberikan tambahan yang aman dan terjangkau
manajemen intrapartum di semua pengaturan sumber daya.

22
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melaui jalan lahir atau dengan jalan lain. Intranatal care adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Komplikasi persalinan
berkembang secara cepat dan tiba-tiba. Komplikasi ini bisa berupa infeksi pada saat
persalinan yang diakibatkan karena pecahnya ketuban sebelum pembukaan lengkap.

4.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam
penanganan Intranatal Patologis karena. Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan penatalaksanaan sesuai dengan prosedur agar dapat menurunkan resiko
terjadinya komplikasi akibat hal hal yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin

23
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th edition.
Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-


ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan.2012.Patologi Kebidanan.Yogyakarta; Nuha Medika

Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby
Inc

24

Anda mungkin juga menyukai