Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih besar dari 140 mmHg atau diastolik lebih besar dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan istirahat atau tenang. Menurut WHO ( 2011 ) batas normal
tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan
kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
Badan penelitian kesehatan dunia WHO pada tahun 2012
menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 982 juta orang atau 26,4%
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta
warga dunia setiap tahunnya. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang
didapat sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%) Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%) Secara khusus di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2011 jumlah
kasus hipertensi berada pada peringkat kedua dari sepuluh penyakit yang
menonjol dengan jumlah 20.202 ( RISKESDAS, 2013 ).
Menurut profil kesehatan Jawa Tengah prevalensi kejadian
hipertensi di Jawa Tengah mengalami penurunan dari 26,32% tahun 2008
menjadi 21,26% pada tahun 2009 dan 17,35% pada tahun 2010, namun
pada tahun 2011 prevalensinya meningkat menjadi 19,60% dan tahun
2012 sebesar 16,37%. Kota Magelang menduduki peringkat pertama
dengan jumlah kasus hipertensi terbanyak di Jawa Tengah dari tahun 2009
sampai tahun 2011 ( Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2013).
Seseorang yang mengalami darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan serta tidak dikontrol secara teratur, maka hal ini akan

1
2

membawa penderita kedalam kasus-kasus serius, bahkan bisa


menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko
serangan jantung,gagal ginjal, stroke, dan gagal ginjal (Wahdah, 2011).
Pengobatan dengan farmakologi menurut data Badan Pusat
Statistik pada 2012 di Indonesia masih mencapai angka 91,04%, yaitu
dengan obat-obat anti hipertensi yaitu dengan diuretik, beta bloker,
vasodilator, penghambat ACE antagonis kalsium. Penanganan secara
farmakologis dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu penanganan
farmakologis juga mempunyai efek samping. Efek samping tersebut
bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan atau yang paling
popular adalah berefek pada kerusakan ginjal.
Menurut Nurrahmani (2012) bahwa penanganan secara
nonfarmakologis sangat diminati masyarakat karena cukup mudah untuk
dipraktekkan oleh orang awam dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu
banyak. Tetapi menurut data BPS tahun 2012 untuk pengobatan
nonfarmakologi di Indonesia hanya 24,33% yang menggunakannya
Sebagai contohnya yaitu mengontrol pola makan, meningkatkan konsumsi
potasium dan magnesium, makanan sejenis padi-padian, berhenti merokok
dan hindari konsumsi alkohol yang berlebihan ataupun terapi herbal
seperti menggunakan senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan senam lansia dan teknik
relaksasi nafas dalam untuk menurunkan hipertensi dan membedakan
kecepatan dari efektivitas senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan hipertensi. Hasil penelitian (Nugroho, 2008) bahwa
senam lansia dapat menurunkan hipertensi sehingga ada pengaruh
pemberian senam terhadap penurunan hipertensi karena senam lansia
memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa
gembira dan semangat serta beban yang rendah. Selain itu membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena dapat melatih tulang menjadi
kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang ada di tubuh. Disamping senam lansia, teknik relaksasi
3

nafas dalam juga bertujuan untuk menurunkan hipertensi. Hal ini


dibuktikan oleh (Heryanto,2004) bahwa ada pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam karena teknik relaksasi nafas dalam sangat baik untuk
dilakukan setiap hari oleh penderita tekanan darah tinggi, agar membantu
relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah sehingga mampu
mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti adakah
perbedaan pengaruh penggunaan senam lansia dan teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan hipertensi pada lansia di Desa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Perbedaan Efektivitas Senam
Lansia Dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Di Desa ?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan efektifitas senam lansia dan
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah di Desa
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi lamanya penurunan tekanan darah setelah
diberikan senam lansia pada penderita hipertensi di Desa.
b. Mengidentifikasi lamanya penurunan tekanan darah setelah
diberikan relaksasi nafas dalam pada penderita hipertensi di Desa.
c. Menganalisis efektifitas senam lansia dan teknik relaksasi
distraksi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah di Desa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang efektifits senam lansia dan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah di desa
Ngasem dan memberikan informasi penelitian selanjutnya yang dapat
4

digunakan sebagai materi pembelajaran ilmu keperawatan yaitu


efektifitas senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa Ngasem.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk menyusun program
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam upaya
peningkatan Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
efektivitas senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah sehingga dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut.
a. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam
memberikan konseling pada penelitian hipertensi.
b. Bagi Perawat / Petugas Kesehata
Memberikan tambahan informasi tentang efektivitas
senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah sehingga dapat dijadikan bahan untuk diberikan
sosialisasi pada masyarakat tentang manfaat senam lansia dan
teknik relaksasi nafas dalam.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan informasi khususnya pada penderita
hipertensi / tekanan darah tinggi tentang manfaat efektivitas
senam lansia dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah.
E. Penelitian Terkait
1. Astari, Putu Dyah dkk (2011). Dengan judul Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada
Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sestan Denpasar Selatan.
Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan
pendekatan one-group pretest-posttest. Peneliti mengambil populasi
5

pasien yang menderita hipertensi.Hasil uji pre test dan post test
dilakukan dengan menggunakan non parametric test wilcoxon
dengan tujuan mengetahui pengaruh senam lansi terhadap peubahan
tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi. Hasil perhitungan
statistic nilai P= 0,000 berarti terdapat perbedaan antara hasil pre test
dan post test. Nilai p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut
signifikan. Analisis perbedaan tekanan darah diastolic pre test dan
post test dilakukan dengan menggunakan non parametik test wilcoxon
dengan tujuan mengetahui pengaruh senam lansia terhadap perubahan
tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi.hasil perhitungan
statistic nilai p = 0,000 berarti terdapat perbedaan antara hasil pre test
dan post test. Nilai p< 0,05 yang berarti perbedaan tersebut signifikan.

2. Elrita Tawaang, Mulyadi,Henry Palandeng (2013). Dengan judul


Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Diruang
Irina C Blu Prof.Dr.R.Kandau Manado. Jenis penelitian ini
menggunakan desain Quasy eksperimen dengan rancangan Non
Equivalent Control Group. Responden berjumlah 30 orang, terdiri dari
15 kelompok eksperimen, 15 kelompok kontrol, dipilih menggunakan
teknik purposive sampling. Mula-mula, tekanan darah responden
diukur dengan sphygmomanometer clock dan stetoskop dewasa lalu
dicatat. Teknik relaksasi napas dalam di ajarkan kepada responden
kelompok eksperimen selama 15 menit, lalu tekanan darah diukur
kembali dan dicatat. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan,
hanya pengukuran tekanan darah awal dan 15 menit setelah
pengukuran tekanan darah awal. Analisa dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test (á=0,05). Hasil rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik melakukan teknik relaksasi napas
dalam sebesar 165,77 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah
diastolik sebesar 90,00 mmHg hari ke-1 dan hari ke-2 sebesar 149,33
6

mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik 84,00 mmHg.


Kesimpulan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi sedang-berat.

Anda mungkin juga menyukai