Anda di halaman 1dari 35

Teknologi Proses Produksi

Zat Warna Alami dari Tumbuhan

Dr. Ir. Aswati Mindaryani, MSc


Departemen Teknik Kimia, FT UGM
Peneliti INDI UGM

SADARING SERIES #6
INDONESIA NATURAL DYES INSTITUTE (INDI)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA, RABU 19 AGUSTUS 2020
1. PENGANTAR
Tabel Import (US $) tahun 2019
Tanning extracts of
1 vegetable origin

Synthetic organic
2 tanning substances

Inorganic tanning
3 substances,

Colouring matter of
veg/animal food/drink
4 ind

Colouring matter of
veg/animal origin
5 food or drink ind
Tabel Import (kg) tahun 2019

Tanning extracts of
1 vegetable origin

Synthetic organic
2 tanning substances

Inorganic tanning
3 substances,

Colouring matter of
veg/animal food/drink
4 ind

Colouring matter of
veg/animal origin
5 food or drink ind
Pewarna Alami di Iklan
Harga bahan dan produk

No Bahan Harga bahan baku Harga produk


1 Tepung bubuk Rp 775000/kg Rp 3 juta/kg
bunga telang kering
2 Indigo Rp 100.000/kg Rp 760.000/kg
3 Kayu Tingi Rp 50.000/kg

4 Kayu tegeran Rp 37000/kg


5 Spirulina powder Rp 400.000/kg
2.Proses Produksi Pewarna Alami

Solven
Uap
solven

Bahan Bubuk Pewarna


Ekstrak
baku bahan Unit Ekstraksi Unit Pemurnian Alami
Unit persiapan
Mixer settler dan Evaporasi dan
Size reduction
filtrasi Pengeringan

Residu
Tannin dari kayu
Process Flow Diagram ZWA
Kayu dibiarkan diudara
Cairan tanin bisa dijadikan Uap air dari proses drying
terbuka, akan
powder dengan spray dapat diembunkan lagi
memudahkan
drying dan digunakan kembali
pemrosesan

Pemurnian ekstrak : 1.
Kayu dikuliti dan diperkecil
diendapkan impuritiesnya Tannin siap dipacking dan
ukurannya, sehingga
bisa langsung digunakan didistribusikan untuk dijual
menaikkan luas kontak
sebagai tanin cair

Chip kayu dimasukkan ke Sisa chip bisa digunakan


dalam ekstraktor dan sebagai kayu bakar untuk
diekstraksi pada suhu sumber energi atau
tertentu menjadi arang
4. Ekstraksi

• Ekstraksi menggunakan pelarut merupakan metode yang


banyak digunakan. Tahap ekstraksi meliputi :
• 1. Solven masuk kedalam matriks padatan
• 2. Solut terlarut dalam solven
• 3. Solut akan mendifusi keluar dari matriks padatan
• 4. Ekstrak dikumpulkan
Faktor yang meningkatkan difusivitas dan kelarutan akan
menaikkan efisiensi proses ekstraksi
Sifat solven, ukuran partikel padatan, rasio solven – padatan
, suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi akan mempengaruhi
efisiensi.
• Metode Ekstraksi Konvensional : Maserasi, percolasi dan
reflux extraction, biasanya memerlukan solven organik
yang banyak dan waktu ekstraksi yang lama.
• Beberapa cara baru yang lebih ramah lingkungan seperti
Supercritical Fluid Extraction (SFC), Pressurized Liquid
Extraction (PLE) dan Microwave Assisted Extraction (MAE)
sudah dipraktekkan juga karena membutuhkan solven
yang hemat, waktu ekstraksi yang lebih singkat dan
selectivitas yang tinggi.
PEMILIHAN SOLVEN
• Koefisien distribusi (solubilitas): y/x saat keseimbangan, ini dicari
kelarutan yang paling tinggi dalam solven
• Selektivitas – jika diinginkan hanya komponen tertentu saja yang
akan diekstraksi
• Recoverability – solven mudah di ambil kembali
• Density – densitas antara solven dengan padatan berbeda
sehingga mudah dipisahkan.
• Reaktivitas Kimia -- solven sebaiknya inert dan stabil
• Viscosity, Vapor Pressure, Freezing Point – sebaiknya rendah
karena lebih mudah disimpan
• Safety -- toksisitas, flammability
• Harga
• Berdasar hukum similaritas dan intermiscibility (like
dissolves like), solven dengan polaritas yang dekat dengan
solut akan lebih baik kelarutannya. Alkohol atau etanol
merupakan solven yang sering digunakan.
• Partikel yang makin halus, akan meningkatkan perolehan
ekstrak, karena solven akan lebih mudah masuk ke matriks
padatan dan juga solut akan mendifusi keluar dari matriks
padatan lebih mudah. Tetapi partikel yang sangat halus
akan meningkatkan absorpsi solut dalam padatan dan
kesulitan pada proses filtrasi.
• Temperatur yang tinggi akan meningkatkan kelarutan dan
difusinya. Tetapi suhu yang tinggi akan menambah
kehilangan solven dan juga meningkatkan impurity paa
ekstrak dan kemungkinan dekomposisi komponen yang
tidak stabil
• Efisiensi ekstraksi akan naik dengan lamanya waktu
ekstraksi, tetapi bertambahnya waktu ekstraksi tidak akan
menaikkan yield hasil ekstraksi setelah keseimbangan
tercapai.
• Makin besar rasio solven – padatan, akan meningkatkan
yield ekstraksi. Makin besar rasio solven – padatan akan
memperbanyak pemakaian solven dan membutuhkan
waktu lama maupun lebih banyak energi pada proses
pemisahan solut dari solvennya.
Jenis solven dan metode ekstraksi
Contoh

• Antosianin memiliki struktur cincin aromatik yang memiliki


komponen polar dan residu glikosil, oleh karena itu dapat
menghasilkan molekul polar. Sifat polar pada antosianin
menyebabkan lebih mudah larut dalam air dibanding
dalam pelarut non-polar (Catrien, 2009). Selain itu,
antosianin juga dapat larut pada beberapa pelarut seperti
eter karena memiliki molekulnya dapat terionisasi dengan
baik pada pelarut polar (Catrien, 2009).
• Kandungan antosianin pada bunga telang dapat diperoleh
dengan cara ekstraksi. Ekstraksi bunga telang dilakukan
menggunakan pelarut asam. Oleh karena itu dilakukan
penelitian untuk mengidentifikasi potensi ekstrak bunga
telang sebagai pewarna alami lokal untuk industri pangan.
• Stabilitas Antosianin Bunga Telang
• Umumnya antosianin merupakan salah satu pewarna yang sangat
tidak stabil. Stabilitas tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain struktur kimianya, suhu, cahaya, aktivitas air, enzim, ion
logam, tekanan, dan keberadaan senyawa kimia lainnya (Kopjar, et al
2009; Marpaung, 2017). Namun stabilitas antosianin yang baik dapat
juga disebabkan karena dapat terpoliasilasi. Adanya sistem proteksi
secara alami yang dimiliki antosianin terpoliasilasi yang disebut
kopigmentasi intramolekuler sehingga dapat stabil pada pH 4-7.
Selain itu itu, berbagai zat yang dapat ditambahkan untuk
meningkatkan stabilitas antosianin seperti asam, gula, garam,
hidrokoloid, dan berbagai senyawa fenolik lainnya. (Kopjar et al.,
2009). Hal ini menyebabkan ekstrak bunga telang dapat stabil pada
kondisi asam hingga netral. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak bunga telang pada pH 4-5 memiliki warna ungu dan
stabilitasnya sangat baik, sehingga penyimpanan dapat bertahan
selama 2 bulan pada suhu ruang. Ekstrak bunga telang pada pH 6-7
memiliki warna yang pudar setelah beberapa hari, namun bertahan
lama hingga 6 bulan pada suhu refrigerator (Marpaung, et al 2018).
• Pemurnian
Metode drying yang dapat digunakan yaitu cabinet drying
dan freeze drying. Kelebihan penggunaan Cabinet dryer
adalah tidak membutuhkan daya tinggi sehingga harganya
murah (Fellows, 1990).
Kelebihan metode freeze drying adalah dapat
mempertahankan kualitas bahan pangan dengan mutu
lebih baik karena produk yang dihasilkan telah melalui
proses sublimasi sehingga memiliki struktur kaku, berpori
dan tidak berkerut pada keadaan kering. Namun, metode
freeze drying relatif mahal dalam penggunaannya sehingga
perlu dicari metode lain seperti cabinet drying.
Ada juga yang meneliti penambahan bahan enkapsulan
pada konsentrasi tertentu pada metode cabinet drying yang
dapat melindungi antosianin dari suhu pemanasan.
EKSTRAKSI TANIN DARI KAYU

Gustan Pary, Jurnal Penelitian Hasil Hutan,


Forest Products Research Journal, Vol. 6 , No. 8, (1990) pp.482-492
• Ekstraksi dengan pelarut air dilakukan pada suhu 60, 80 dan 100 C, dengan
ukuran 40 dan 60 mesh, perbandingan kulit kayu : air = 1: 3. Jenis kayu Pinus
Merkusii, Rhizopora Apiculata (Mangrove) dan Acacia decurrens.
• KESIMPULAN
• Ekstrak tannin terbaik diperoleh pada kulit kayu Rhizopora Apiculata 60
mesh, dengan suhu ekstraksi 80 C.
• 1. Rhizopora Apiculata , Yield = 22.75 % dan kadar tannin dalam ekstrak =
70.76 %. Kadar air dalam tanin =6.08 % dan kelarutan dalam air dingin =
2,87 %
• 2. Rendemen tanin dari kulit kayu Acacia decurrens = 15.46 %, kadar tanin =
40,77%. Kadar air dalam ekstrak = 5,07 %, kelarutan dalam air dingin = 1,3 %
• 3. Rendemen tanin dari kulit kayu Pinus Merkusii = 1,5 %, kadar tanin
=18,91%. Kadar air dalam ekstrak =8,87 %, kelarutan dalam air dingin = 1 %
No Bahan Warna Pelarut
1 ekstrak kelopak bunga rosella merah, jingga, ungu, dan air
(Hibiscus sabdariffa L) biru

2 Ekstrak kulit buah manggis coklat muda –


coklat kemerahan
3 Ekstrak daun jati dan pada biru, kemudian berwarna pH tinggi
(Harmayani dkk., 2013). violet

merah pH rendah
4 Ekstrak biji kesumba kuning hingga merah kloroform, aseton, etil
asetat dan NaOH
5 Ekstrak kayu secang (Caesalpinia berwarna merah tajam, pH netral (pH 6-7)
Sappan L) cerah

merah keunguan pH>


6 Ekstrak kulit soga tingi (Ceriops tagal) warna coklat kemerahan tanin terkondensasi tipe
procyanidin
7 Ekstrak kulit ,akar mengkudu warna coklat kehitaman pelarut air
warna coklat kemerahan metanol
8 Ekstrak Spirulina platensis warna biru pelarut asam asetat
Size reduction
Grind mill
Evaporator
Closing Remarks

• 1. Indonesia masih menjadi pengimpor zat warna alam


yang cukup besar
• 2. Kekayaan alam Indonesia sangat berlimpah untuk
bahan dasar pembuatan pigmen
• 3. Teknologi proses produksi pigmen zat warna alam relatif
sederhana
• 4. Indonesia mampu untuk menghasilkan zat warna alam
dan memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk
ekspor
• 5. INDI bekerjasama dengan berbagai pihak mampu untuk
mendorong tercapainya kedaulatan pewarna alami
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai