Anda di halaman 1dari 1

CUT NYAK DHIEN

Cut Nyak Dhien berasal dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh. Pada usianya
yang ke-12 tahun dia sudah menjalani bahtera rumah tangga bersama Teuku Ibrahim Lamnga.

Kebenciannya pada pasukan kolonial Belanda mulai timbul semenjak Belanda


menyerang Aceh untuk pertama kalinya pada 26 Maret 1873. Kemarahan Cut Nyak Dhien makin
tersulut saat sang suami gugur di medan perang melawan Belanda.

Dia pun bersumpah akan menikah dengan pria yang bersedia membantunya
membalaskan kematian sang suami. Selama menjanda, Cut Nyak Dhien memimpin sendiri
pasukannya. Hingga 2 tahun setelah kematian Teuku Ibrahim Lamnga, dia bertemu Teuku Umar
yang juga merupakan pahlawan nasional. Keduanya pun menikah.

Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bergerilya melawan penjajahan Belanda. Hingga
akhirnya Teuku Umar wafat, Cut Nyak Dhien yang harus menjanda 2 kali tetap berjuang.

Menjelang akhir hidupnya, Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. 6
November 1908 dia mengembuskan napas terakhirnya di kota itu. Atas perjuangannya, nama Cut
Nyak Dhien disahkan sebagai pahlawan nasional lewat SK Nomor 106 Tahun 1964.

Anda mungkin juga menyukai