Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

FARMAKOTERAPI III

DISUSUN OLEH :

Nama : Margareta Alvita Putri


NIM : 52019050020
Kelas : 3A/Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/ 442 993
Tahun 2019/2020
LAPORAN RESMI
FARMAKOTERAPI III
Rekonsiliasi

DISUSUN OLEH :

Nama : Margareta Alvita Putri


NIM : 52019050020
Kelas : 3A/Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/ 442 993
Tahun 2019/2020
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
2. Mahasiswa mampu melakukan Rekonsiliasi Obat

II. Dasar Teori


Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Dengan demikian, secara umum peran apoteker di rumah sakit adalah peran
manajerial dan pelayanan klinis. Apoteker yang melaksanakan Asuhan Kefarmasian
(Pharmaceutical Care) di Rumah Sakit memiliki 3 tugas pokok yaitu (1)
mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat, (2) mengatasi masalah terkait
penggunaan obat yang sudah terjadi, dan (3) mencegah masalah terkait penggunaan
obat yang berpotensi untuk terjadi. Salah satu kegiatan untuk mendapatkan data
penggunaan obat oleh pasien adalah dengan melakukan penleusuran Riwayat
pengobatan melalui data rekam medik, wawancara pasien atau keluarganya. Kegiatan
ini memudahkan Apoteker untuk mengidentifikasi alergi obat oleh pasien, kepatuhan
penggunaannya hingga efek samping yang muncul dari penggunaan obat sebelumnya.
Kegiatan ini membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif dan dilakukan
secara sistematis agar diperoleh data dan informasi yang memadai. Rekonsiliasi
adalah proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat (resep dan non-resep)
yang sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci, termasuk dosis, frekuensi,
sebelum masuk RS dan membandingkannya dengan resep/instruksi pengobatan ketika
admisi, transfer, dan pulang.
Tahapan dalam melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat yang sistematis
adalah:
1. Memperkenalkan diri kita
2. Menanyakan kepada pasien/keluarga panggilan apa yang lebih disukai. Hal ini
dapat membuat pasien merasa dihargai dan dapat mencairkan su asana menjadi
lebih bersahabat.
3. Menjelaskan kepada pasien/keluarga maksud dan tujuan wawancara.
4. Menyepakati hal hal apa yang akan dibahas selama wawancara. Dengan cara ini
baik kita maupun pasien/keluarga mengetahui ruang lingkup wawancara dan
menjadi acuan untuk kembali jika isi wawancara sudah bergeser ke topik yang
tidak perlu dibahas.
5. Menanyakan tentang data demografi (alamat, nomor telepon, umur, dll)
6. Menanyakan obat obat yang pernah digunakan baik berupa obat dari resep dokter
maupun obat tanpa resep, obat herbal/jamu dan suplemen. Perlu ditanyakan nama
obat (nama generik dan nama dagang), dosis/aturan pakai, berapa lama obat digun
akan, bagaimana obat digunakan (dengan jadwal teratur, kadang kadang, jika
timbul gejala saja, dll). Seringkali pasien/keluarganya tidak mengetahui atau lupa
nama obat yang pernah dan sedang digunakannya, sehingga ada baiknya meminta
mereka untuk membawa serta obat obat yang masih tersisa dan memperlihatkannya
kepada kita. Ada 3 pertanyaan utama yang perlu ditanyakan kepada pasien/keluarga
tentang obat yang digunakan: (1). Apa yang pasien/keluarga ketahui tentang khasiat
obat yang digunakan, (2). Apa yang pasien/keluarga ketahui tentang aturan pakai obat
yang digunakan dan (3). Apa yang pasien/keluarga ketahui tentang efek yang aturan
pakai obat yang digunakan dan (3). Apa yang pasien/keluarga ketahui tentang efek
yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan dari obat yang digunakan. Kesulitan
yang mungkin diharapkan dan efek yang tidak diharapkan dari obat yang digunakan.
Kesulitan yang mungkin timbul adalah kadang pasien tidak dapat mtimbul adalah
kadang pasien tidak dapat mengungkapkan dengan jelas apa yang dirasakannya.
engungkapkan dengan jelas apa yang dirasakannya. Pasien/keluarga perlu dipandu
dalam mengungkapkan apa yang dirasakan/dialami selama Pasien/keluarga perlu
dipandu dalam mengungkapkan apa yang dirasakan/dialami selama menggunakan
obat, Pertanyaan bisa berdasarkan sistem organ seperti sistem sirkulasi, saraf,
pernafasan, pencernaan, tulang, otot, dll. Contoh: pada pasien yang mendapatkan
kodein untuk menghilangkan nyeri, perlu ditanyakan apakah mengalami kesulitan
untuk buang air besar.besar.
7. Menanyakan riwayat alergi atau reaksi obat yang tidak diharapkan (riwayat alergi
atau reaksi obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug Reaction). Jika pasien
mempunyai riwayat ini, maka perlu ditelusuri nama obat (nama generik dan nama
dagangnya), bentuk sediaannya, dosisnya, cara pemberiannya, kapan terjadinya,
selang waktu antara obat digunakan dengan timbulnya reaksi yang tidak
diharapkan, obat-obat lain yang digunakan bersamaan dengan obat yang dicurigai.
8. Mencatat informasi yang diberikan pasien/keluarga dalam suatu formulir. dalam
suatu formulir. Sebaiknya formulir dirancang sederhana namun bisa memuat
informasi yang lengkap, sehingga dapat dijadikan dasar dasar untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah yang terkait dengan penggunaan obat.
Sedangkan Langkah-langkah rekonsiliasi obat adalah sebagai berikut:
1. Dapatkan Riwayat Penggunaan Obat
2. Konfirmasi Riwayat penggunaan obat dengan cara memverifikasi beberapa
sumber data (admisi sebelumnya, catatan pengambilan obat di apotek, obat
yang dibawa pasien)
3. Bandingkan Riwayat penggunaan dengan resep/ instruksi pengobatan
4. Jika ada diskrepansi , laukan klarifikasi dengan penulis resep
5. Catat hasil klarifikasi
6. Komunikasikan dengan penanggung jawab pasien
7. Berikan dan edukasi obat kepada pasien dan/
keluarganya. *Form RPO dan Rekonsiliasi (Terlampir)
Metformin adalah obat untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes tipe 2. Agar pengobatan lebih efektif, penderita diabetes disarankan untuk
menerapkan pola hidup sehat dengan rajin berolahraga, dan mengonsumsi makan
yang bergizi seimbang. Metformin bekerja dengan cara meningkatkan kerja dan
aktivitas hormon insulin, menurunkan pembentukan gula darah di dalam hati, dan
menurunkan penyerapan gula di dalam usus. Cara kerja ini akan membantu
menurunkan kadar gula di dalam darah.

Glimepiride adalah obat untuk mengendalikan kadar gula darah yang tinggi
pada penderita diabetes tipe 2. Untuk meningkatkan efektivitasnya, penggunaan
glimepiride harus disertai dengan pengaturan pola makan dan olahraga yang teratur.
Glimepiride termasuk ke dalam obat antidiabetes golongan sulfonylurea. Obat ini
bekerja dengan cara mendorong pankreas untuk memproduksi insulin dan membantu
tubuh memaksimalkan kerja insulin. Dengan begitu, kadar gula darah dapat lebih
terkontrol dan risiko komplikasi akibat diabetes tipe 2 dapat dikurangi.

Vitamin B kompleks adalah kombinasi vitamin penting larut air yang berperan
penting bagi tubuh. Terdiri dari vitamin B-1, B-2, B-3, B-5, B-6, B-7, B-9, dan B-12.
Atau yang dikenal sebagai thiamine, riboflavin, niacin, pantothenic acid, pyridoxine,
biotin, folic acid, dan cobalamin. Manfaat vitamin ini adalah untuk meningkatkan
kesehatan fungsi saraf, energi, melancarkan proses metabolisme, mencegah penuaan
dini, menurunkan kadar kolesterol, hingga meningkatkan fungsi otak. Secara lebih
spesifik, vitamin B kompleks juga berkhasiat untuk mengobati arthritis,
mengoptimalkan sendi, dan mencegah peradangan, menjaga metabolisme sel dan
daya tahan tubuh. Mengatasi atau mencegah defisiensi vitamin B. Bagi wanita,
vitamin B berguna khususnya bagi ibu hamil dan menyusui. Vitamin ini membantu
perkembangan otak janin dan mengurangi resiko cacat lahir.

Dextrose adalah cairan infus untuk mengatasi hipoglikemia atau kondisi kadar
gula darah terlalu rendah. Obat ini juga digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi
kebutuhan gula dan cairan pada pasien dengan kondisi medis tertentu. Dextrose
adalah bentuk senyawa gula yang secara alami diproduksi oleh hati. Dextrose
merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk bisa menjalankan
fungsinya dengan baik.

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Formulir rekonsiliasi
2. Pulpen
Bahan :
-
IV. Prosedur Kerja
Melakukan

wawancara pasien/ Melakukan analisis


keluarganya tentang Melakukan
alergi dan efek
Riwayat rekonsiliasi obat
samping obat yang
penggunaan obat sebelum admisi
sebelumnya (di mungkin terjadi
rumah)

V. Kasus

Seorang perempuan, berusia 43 tahun, pada tanggal 7 maret 2021 dilarikan ke IGD
rumah sakit dengan kondisi tidak sadarkan diri. Setelah dilakukan pemeriksaan lab
diketahui GDS ( Gula Darah Sewaktu ) pasien 21 mg/dl. Dokter segera melakukan
tindakan emergency,pasien diberikan inj bolus D40% 2 flakon, dan kondisi pasien
membaik, pasien didiagnosis Hipoglikemia dan memerlukn Rawat inap

VI. Lembar Rekonsiliasi Obat

FORMULIR REKONSILIASI OBAT SAAT ADMISI

IDENTITAS
Nama : Ny. Ika

Tanggal Lahir/Umur : 7 Agustus 1978 / 43 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Nomor RM. : 2314

Ruang :-

Alergi obat :-

Pengguaan Obat Sebelum Admisi :


( ) ya, dengan rincian sebagai berikut : ( ) tidak menggunakan obat sebelum admisi

REKONSILIASI OBAT SAAT ADMISI

(Meliputi: obat resep & non resep)


DARI : KE :

No. Nama Obat Jumlah Aturan Rute Tindak Rekomendasi DPJP


Pakai/Waktu (po, iv, Lanjut
Terakhir oleh
im, sc,
Pemberian DPJP
ue)

1. Metformin 10 3 x sehari, 1 Po ( ) lanjut, Untuk penggunaan


butir (1 tablet aturan metformin dihentikan
stripe) Jam 6 pagi pakai karena fungsi dari obat
sama metformin adalah
( ) lanjut, menurunkan gula darah

aturan
pakai
berubah
(*) stop

( ) obat

baru

2. Glimepiride 10 1 x sehari, 1 Po ( ) lanjut, Penggunaan glimepiride


butir (1 tablet aturan juga dihentikan karena
stripe) Jam 6 pagi pakai fungsinya juga untuk
sama mengendalikan gula darah
( ) lanjut,

aturan
pakai
berubah
(*) stop

( ) obat

baru

3. Vit B 10 1 x sehari, 1 Po (*) lanjut, Dilanjut untuk membantu


kompleks butir (1 tablet aturan tubuh menghasilkan energy
stripe) Jam 6 pagi pakai
sama
( ) lanjut,
aturan
pakai
berubah
( ) stop

( ) obat

baru

4. Dextrose 2 Iv ( ) lanjut,
( D40%) flakon aturan
(50ml) pakai
sama
( ) lanjut,

aturan
pakai
berubah
( ) stop

(*) obat

baru

Tanggal/Pukul : 7 Maret 2021 / 09:00 pagi Rekonsiliasi obat saat admisi


Membandingkan antara :
Apoteker Yang Melakukan Rekonsiliasi Obat :
- Daftar penggunan obat sebelum

admisi dengan resep/intruksi


pengobatan saat admisi
Margareta Alvita Putri

VII. Pembahasan
Pada praktikum hari ini saya melakukan praktikum Farmakoterapi III dengan bab
Rekonsiliasi obat pada pasien di IGD rumah sakit dengan scenario kasus seorang
perempuan, berusia 43 tahun, pada tanggal 7 maret 2021 dilarikan ke IGD rumah
sakit dengan kondisi tidak sadarkan diri. Setelah dilakukan pemeriksaan lab diketahui
GDS ( Gula Darah Sewaktu ) pasien 21 mg/dl. Dokter segera melakukan tindakan
emergency,pasien diberikan inj bolus D40% 2 flakon, dan kondisi pasien membaik,
pasien didiagnosis Hipoglikemia dan memerlukn Rawat inap. Pada saat pasien datang
ke IGD hal pertama yang kita lakukan adalah Rekonsiliasi obat dan menggali
informasi kepada keluarga pasien karena pada saait tersebut pasien tidak sadarkan diri
Dari informasi dan obat yang dibawa oleh keluarga pasien saya dari mendapati
bahwa pasien mengkonsumsi obat Metformin dengan aturan pakai 3x sehari 1 tablet
dengan jumlah 10 butir (1 stripe ), Glimepirid dengan aturan pakai 1x sehari 1 tablet
dengan jumlah 10 butir (1 stripe), dan Vit B Kompleks dengan aturan 1x sehari 1 tablet
dengan jumlah 10 butir (1 stripe) dan terakhir mengkonsumsi obat tersebut adalah jam 6
pagi dan setelah itu pasien dibawa ke IGD rumah sakit sudah tidak sadarkan diri
dikarenakan GDS rendah merupakan efek dari mengkonsumsi Metformin dan
Glimepiride karena fungsi Metformin adalah untukmenurunkan kadar gula darah dan
Glimepiride untuk mengendalikan gula darah dalam tubuh. Untuk pemakaian Vit B
kompleks boleh dilanjytkan karena untuk membantu tubuh menghasilkan energy.
Pada saat sampai IGD pasien diberikan inj. Bolus D40% 2 Flakon (50ml) untuk
menaikan kadar gula darah yang rendah, pada saat pemberian dextrose ini saya
merekomendasikan untuk setiap 15 menit sekali dilakukan pengecekan GDS bila
GDS pasien belum mencapai batas normal dengan pemberian bila GDs <50 mg/dL →
+ bolus Desktrosa 40% mL IV, bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25
mL IV, bila GDs 100-200 mg/dL → tanpa bolus Dekstrosa 40%, bila GDs >200
mg/dL → pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%.

VIII. Kesimpulan
Pada praktikum hari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa efek samping dari
Metformin dan Glimeperide adalah Hipoglikemia dikarenakan fungsi utama
metformin adalah untuk menurunkan gula darah pada tubuh dan Glimepiride adalah
untuk mengendalikan gula darah dalam tubuh.

IX. Daftar pustaka

Anonim, 2009a, PP No. 51 tahun 2009, Tentang Pekerjaan Kefarmasian,


Depkes RI, Jakarta.
M. Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, 2003, Farmasi Klinis, Elex
Media Komputindo, Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting:
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
LAPORAN RESMI
FARMAKOTERAPI III
Analisis DRP

DISUSUN OLEH :

Nama : Margareta Alvita Putri


NIM : 52019050020
Kelas : 3A/Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/ 442 993
Tahun 2019/2020
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan Analisis DRP
2. Mahasiswa mampu memberikan rencana Rekomendasi terapi yang rasional
kepada pasien

II. Dasar Teori


Drug Related Problem (DRP) adalah kejadian atau kondisi terkait dengan terapi
penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu efek/ luaran yang diharapkan dari
obat tersebut. Adapun klasifikasi DRP ialah sebagai berikut:
1. Obat yang diperlukan
o Obat diindikasikan tapi tidak diresepkan
o Obat diresepkan namun tidak diminum/ kepatuhan
2. Obat tidak sesuai
o Obat tanpa indikasi
o Indikasi yang belum diterapi
o Problem medik sudah tidak ada, namun masih diresepkan
o Duplikasi terapi
o Obat tidak tercantum dalam formularium
o Gagal memperhitungkan kondisi (populasi khusus)
o Obat bebas yang dibeli pasien sendiri tidak tepat
3. Dosis salah
o Overdose
o Underdose
o Interval pemberian tidak benar
4. Efek obat berlawanan
o Efek samping obat
o Alergi
o Drug-induced disease
5. Interaksi obat
o Interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-reagen kimia

Apoteker memiliki tanggungjawab kepada pasien secara langsung


sehingga outcome yang ingin dicapai tidak hanya kesembuhan teta[I lebih dari itu
yakni meningkatkan kualitas hidup pasien. Analisis DRP diawali dengan
Menyusun database pasien dengan menggunakan metode Subyektif, Obyektif,
Assessment, Plan (SOAP). Data subyektif adalah data yang bersumber dari pasien
atau keluarganya yang tidak dapat dikonfirmasi secara independent. Sedangkan
data obyektif adalah data yang bersumber dari hasil observasi, pengukuran yang
dilakukan oleh profesi lain yang mengkonfirmasi problem medik. Assessment
dilakukan apoteker terhadap suatu problem medik pasien dan terapi yang akan
diperoleh dengan mengkaitkannya sesuai prinsip farmakoterapi nasional,
guideline terapi, dan EBM terkait. Pasangkan tiap problem medik dengan data S,
O yang mendukung selanjutnya disandingkan dengan terapi obat yang diberikan.
Apoteker harus mampu menganalisis DRP yang terjadi atau berpotensi akan
terjadi. Apoteker Menyusun rekomendasi lalu mengkomunikasikan DRP pada
dokter atau klinisi yang lain. Komunikasi yang dilakukan juga harus
terdokumentasi dan dicantumkan pada rekam medik.

Melena adalah tinja berwarna hitam atau gelap akibat perdarahan pada
saluran cerna bagian atas. Melena bisa menjadi kondisi gawat darurat bila
perdarahan terjadi secara tiba-tiba dalam jumlah banyak, hingga menimbulkan
syok. Melena terjadi apabila ada perdarahan di salah satu organ dari saluran
pencernaan bagian atas, yaitu kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Sebagian
besar penyebab perdarahan pada saluran pencernaan atas adalah tukak atau luka
pada lambung. Penyebab lain yang banyak ditemui adalah pecahnya varises atau
pelebaran pembuluh darah vena pada kerongkongan (esofagus).

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Formulir analisis DRP
2. Pulpen
Bahan :
-

IV. Prosedur Kerja

Melakukan Melakukan Melakukan Analisa


wawancara pasien/ DRP dari problem
penelusuran rekam keluarganya tentang medik yang terjadi
medik pasien keluahan yang dengan terapi yang
dimiliki diberikan

Melakukan Melakukan rencana


pencatatan/ Melakukan rencana
Rekomendasi terapi
dokumentasi yang Monitoring terapi
pada pasien
sistematis
V. Kasus
Anda sedang melakukan pemantauan terapi obat pada pasien Tn. Dani, usia 67 tahun
(BB 41 kg/TB 148 cm). 5 hari yang lalu, pasien MRS dengan keluhan nyeri dada seperti
ditindih benda berat yang menjalar ke leher, dan sesak. Hasil pemeriksaan EKG 12
sadapan adanya depresi segmen ST. berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium
pasien didiagnosis imfark miokard tanpa elevansi segmen ST (NSTEMI). Hari ke 4 dan 5
pasien mengalami melena (BAB Berdarah). Sejak 1 tahun lalu, pasien memiliki riwayat
imfark miokard (IM) dan dyslipidemia dan rutin mengkonsumsi isosorbide dinitrate
10mg/hari, aspirin 80 mg/hari dan simvastatin 10 mg/hari.
Hasil pemeriksaan tekanan darah dan suhu dalam batas normal (dbn),namun ada peningkatan pada
detak jantung dan laju pernafasan pasien. Hasil pemeriksaan lab pasien sebagai berikut :
PEMERIKSAAN Nilai normal Hari-1 Hari-4 Hari-5

WBC 4-10X 10³/L dbn dbn Dbn

RBC 4-6.2X 10₆μ/L dbn dbn Dbn

Hb 13,8 g/dL 12 11 10

Kolesterol total mg/dL dbn dbn Dbn

Kreatinin kinase 30-200 IU/L 400 - -

Troponin I 3-8 mg/dL 16 - -

Keterangan : hari 2&3 tidak dilakukan pemeriksaan lab


Selain terapi cairan, selama 2 hari pasien mendapatkan terapi sebagai berikut :
R/ Nitrogliserin 500 mcg No. VI
S 1-2 dd 1 tab
R/ Aspirin 80 mg No. V
S 1 dd 2 tab
R/ Klopidogrel 75 mg No. V
S 1 dd 1 tab
R/ Bisoprolol 2,5 mg No. V
S 1 dd 1 tab
R/ Simvastatin 10 mg No. V
S 1 dd 1 tab
VI. Lembar Analisis DRP
FORMULIR PENATALAKSANAAN KASUS
Nama Apoteker : Margareta Alvita Putri
Kode Kasus :C
Assessment Plan Penatalaksanaan

Problem Subyektif Obyektif


Medik DRP Uraian DRP

Melena Nama : Tn. Dani WBC : Interaksi  Aspirin +  Aspirin


(BAB Umur : 67 tahun dbn obat Bisoprolol : diturunkan
berdarah) Bb : 41 kg RBC : aspirin dosisnya
Tb : 148 cm dbn menurunkan karena terjadi
Keluhan : Hb : hari efek kerja dari interaksi obat
Nyeri dada seperti 1:12 Bisoprolol dengan
ditindih benda berat Hari (Tatro, 2012) Bisoprolol
yang menjalar 4:11  Bisoprolol + dan
keleher dan sesak Hari Aspirin : dapat Clopidogrel
Riwayat penyakit : 5:10 meningkatkan  Penurunan
 Imfark Kolesterol kalium serum dosis aspirin
miokard total : dbn (Medscape atau
 Dyslipidemia Kreatinin 2021) mengganti
Riwayat obat : kinase :  Aspirin + dengan agen
 Isosorbide hari 1 : clopidogrel : Antiplatelet
dinitrate 10 400 dapat lainnya
mg/hari Troponin meningkatkan karena
 Aspirin 80 I : hari – toksisitas yang Aspirin dan
mg/hari 1: 16 lain dengan Clopidrogel
 Simvastatin sinergisme adalah
10 mg/hari farmakodinamik golongan
(Medscape obat
2021) Antiplatelet
Dapat semakin sehingga jika
meningkatkan keduanya
resiko dikonsumsi
pendarahan bersama
dapat
meningkatkan
resiko
pendarahan

VII. Pembahasan

Pada praktikum hari ini saya melakukan praktikum Farmakoterapi III dengan bab
Analisis DRP dengan scenario kasus seperti berikut : Anda sedang melakukan
pemantauan terapi obat pada pasien Tn. Dani, usia 67 tahun (BB 41 kg/TB 148 cm). 5
hari yang lalu, pasien MRS dengan keluhan nyeri dada seperti ditindih benda berat yang
menjalar ke leher, dan sesak. Hasil pemeriksaan EKG 12 sadapan adanya depresi segmen
ST. berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium pasien didiagnosis imfark miokard
tanpa elevansi segmen ST (NSTEMI). Hari ke 4 dan 5 pasien mengalami melena (BAB
Berdarah). Sejak 1 tahun lalu, pasien memiliki riwayat imfark miokard (IM) dan
dyslipidemia dan rutin mengkonsumsi isosorbide dinitrate 10mg/hari, aspirin 80 mg/hari
dan simvastatin 10 mg/hari. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil WBC,
RBC dan kolesterol total pada pemeriksaan hari ke- 1, hari ke- 4 dan hari ke- 5 dalam
batas normal tetapi pada hemoglobin mengalami penurunan.
Untuk penggunaan Aspirin bersamaan dengan Bisoprolol dan Clopidogrel dapat
menyebabkan interaksi obat misalnya Aspirin + Bisoprolol : aspirin menurunkan efek
kerja dari Bisoprolol (Tatro, 2012). Bisoprolol + Aspirin : dapat meningkatkan kalium
serum (Medscape 2021). Aspirin + clopidogrel : dapat meningkatkan toksisitas yang lain
dengan sinergisme farmakodinamik (Medscape 2021). Dapat semakin meningkatkan
resiko pendarahan. Saya merekomendasikan dokter untuk penggunaan Aspirin
diturunkan dosisnya karena terjadi interaksi obat dengan Bisoprolol dan Clopidogrel.
Penurunan dosis aspirin atau mengganti dengan agen Antiplatelet lainnya karena Aspirin
dan Clopidrogel adalah golongan obat Antiplatelet sehingga jika keduanya dikonsumsi
bersama dapat meningkatkan resiko pendarahan ditandai dengan pada hari ke-4 dan ke-5
pasien mengalami Melena (BAB berdarah).

VIII. Kesimpulan

Pada praktikum hari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Aspirin + Bisoprolol : aspirin menurunkan efek kerja dari Bisoprolol (Tatro, 2012)
2. Bisoprolol + Aspirin : dapat meningkatkan kalium serum (Medscape 2021)
3. Aspirin + clopidogrel : dapat meningkatkan toksisitas yang lain dengan sinergisme
farmakodinamik (Medscape 2021). Dapat semakin meningkatkan resiko pendarahan
dikarenakan Aspirin dan Clopidogrel merupakan agen antiplatelet sehingga jika
digunakan bersama dapat meningkatkan resiko pendarahan.
IX. Daftar pustaka

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Winter, M.E., 1994, Basic Clinical Pharmacokinetics, 3rd edition, Applied
Therapeutics Inc., Vancouver, Washington

Cohen, M.R., 1999, Medication Error, American Pharmaceutical


Association, Washington
M. Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, 2003, Farmasi Klinis, Elex Media
Komputindo, Jakarta
LAPORAN RESMI
FARMAKOTERAPI III
Konseling dan KIE

DISUSUN OLEH :

Nama : Margareta Alvita Putri


NIM : 52019050020
Kelas : 3A/Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/ 442 993
Tahun 2019/2020
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan konseling obat kepada pasien/keluarganya
2. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang baik dengan tenaga Kesehatan
yang lain

II. Dasar teori


Konseling adalah proses interaktif antara apoteker dengan pasien/ keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Apoteker juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
terhadap sesama tenaga Kesehatan lain terutama dengan dokter yang nantinya akan
kita berikan rekomendasi terapi terkait dengan permasalahan pasien.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
Ada 3 jenis diabetes utama yang berkembang, yaitu:
1. Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun. Pada kondisi ini, sistem kekebalan
tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas, tempat insulin dibuat. Hal
tersebut kemudian menyebabkan tubuh gagal memproduksi insulin. Orang dengan
diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin buatan. Mereka harus
mengonsumsi insulin buatan setiap hari untuk tetap bisa bertahan hidup.
2. Pada diabetes tipe 2, tubuh bisa memproduksi insulin. Hanya saja, sel-sel tubuh
tidak merespons terhadap insulin tersebut. Akibatnya, glukosa menumpuk dalam
darah. Diabetes tipe 2 lebih umum dibanding diabetes tipe 1. Menurut he National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases AS, diabetes tipe 2
memiliki hubungan kuat dengan obesitas.
3. Diabetes gestasional terjadi pada perempuan hamil. Ketika hamil, beberapa orang
menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Hal tersebut kemudian mengembangkan
kondisi diabetes gestasional. Namun, perlu diingat, diabetes gestasional tidak
terjadi pada semua perempuan. Selain itu, kondisi ini biasanya sembuh setelah
melahirkan

Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah tinggi yang umumnya terjadi pada
pengidap diabetes melitus. Kondisi kadar gula darah yang tinggi terjadi saat tubuh
kekurangan atau tidak dapat menggunakan hormon insulin dengan baik. Gula darah
yang terus tinggi dan dibiarkan bisa menyebabkan komplikasi diabetes yang
memerlukan perawatan darurat, seperti ketoasidosis diabetik, sindrom hiperglikemi
hiperosmolar (HHS), dan koma diabetik. Dalam jangka panjang, hiperglikemia yang
dibiarkan (meski tidak parah) dapat menyebabkan komplikasi yang merusak mata,
ginjal, saraf, dan jantung. Beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko
hiperglikemia penderita diabetes adalah pola hidup yang kurang sehat, stres, hingga
tidak menjalani pengobatan diabetes sesuai.
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas untuk membantu
mengendalikan gula darah. Hormon ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang
menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) dan kadar gula darah rendah
(hipoglikemia), termasuk penyakit diabetes melitus. insulin adalah hormon yang
berfungsi membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh untuk
mengendalikan gula darah. Glukosa sendiri biasanya berasal dari makanan yang
mengandung karbohidrat, dan diubah tubuh menjadi sumber energi utama. Setiap sel
pada tubuh memerlukan energi untuk bekerja. Namun, sel-sel tidak dapat langsung
mengubah glukosa menjadi energi. Itu sebabnya, tubuh membutuhkan bantuan
hormon ini. Hormon insulin dibuat di sel beta yang terdapat dalam pankreas.
Fungsinya adalah mengatur kadar gula dalam darah tetap normal. Hormon ini juga
membantu proses pemindahan glukosa dari darah ke dalam hati, sel-sel otot, dan sel-
sel lemak untuk disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi. Selain
membantu mengatur gula darah, hormon ini juga dapat memengaruhi organ hati
mengubah glukosa dan glikogen menjadi lemak.

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pulpen
2. Formular konseling obat
Bahan :
-

IV. Prosedur Kerja


Melakukan

Melakukan komunikasi dengan


Melakukan dokter terkait
penyiapan obat
konseling kepada dengan analisis DRP
pulang yang akan
pasien/keluarganya dan rekomendasi
diterima pasien terapi yang akan
diberikan
V. Kasus
Apoteker melakukan bedside counseling pada pasien bernama Ny. Lastri (45 tahun,
bb 90 kg, tb 160 cm ) yang dirawat dibangsal penyakit dalam. Pasien didiagnosa
dokter, DM sejak 5 tahun yang lalu dan 2 bulan belakangan ini menggunakan
metformin yang dikombinasikan dengan glimepiride tidak menurunkan kadar gula
daragnya. Pasien masuk rumah sakit karema kondisi hiperglikemia, sehingga dokter
memutuskan untuk memberikan Insulin Detemir sehari sekalidengan dosis 10 unit.
Sekarang apoteker akan menyerahkan obat insulin tersebut kepada pasien.

VI. Lembar Kerja


Permisi bu, selamat pagi, perkenalkan saya Margareta Alvita putri sebagai
apoteker penanggungjawab pagi ini. Kalau boleh tau benar ini dengan pasien atas
nama ibu Lastri ?. gini bu, inikan ibu sudah ada riwayat Diabetes Melitus sejak 5
tahun terakhir ya bu, terus 2 bulan terakhir ada konsumsi obat Metformin dan
Glimepiride tetapi tidak ada perubahan ya bu. Tadi dokter sudah meresepkan insulin
detemir untuk ibuk dan penggunaannya dilakukan secara mandiri ya bu tapi jangan
khawatir disini saya akan membantu menjelaskan cara menggunakannya
Penggunaan Insulin Detemir ini disuntikkan pada saat makan malam atau sebelum
tidur, dengan dosisi 10 unit.
Cara penggunaannya :
1. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun agar bersih
2. Mengecek insulin apakah jenisnya sudah benar, dilihat tanggal kedaluarsanya,
terus juga masih dalam kondisi bening atau tidak
3. Menarik tutup insulin dan menggulungnya ditangan selama 5-10 detik, dan
pasang jarum baru
4. Lepaskan penutup jarumnya
5. Pastikan insulin siap digunakan
6. Mengatur dosisnya (10 unit)
7. Suntikkan insulin kebagian tubuh yaitu di perut, tahan selama 5-10 detik
kemudian lepaskan jarum dari tubuh
8. Lepaskan jarum yang sudah digunakan dan dikumpulkan pada satu tempat agar
tidak terkena orang

Untuk cara penyimpanannya insulin yang sudah digunakan tadi sisanya disimpan
di lemari es bagian bawah bukan difreezer dan kalau mau digunakan kembali
keluarkan dulu insulin selam 30 menit sebelum digunakan

Untuk mengimbangi terapi insulin yang sudah diberikan dokter, ibu bisa menjaga
pola hidup sehat, pola makan yang dijaga, olahraga rutin, dan kurangi untuk makan
makanan yang manis
Jika nanti timbul gatal, bengkak, atau kemerahan itu tidak masalah karena hal
tersebut merupakan efek dari bekas suntikkan.

VII. Pembahasan

Pada praktikum hari ini saya melakukan praktikum Farmakoterapi III dengan Bab
konseling dan KIE disini saya mendapatkan scenario kasus seperti ini: Apoteker
melakukan bedside counseling pada pasien bernama Ny. Lastri (45 tahun, bb 90 kg,
tb 160 cm ) yang dirawat dibangsal penyakit dalam. Pasien didiagnosa dokter, DM
sejak 5 tahun yang lalu dan 2 bulan belakangan ini menggunakan metformin yang
dikombinasikan dengan glimepiride tidak menurunkan kadar gula daragnya. Pasien
masuk rumah sakit karema kondisi hiperglikemia, sehingga dokter memutuskan untuk
memberikan Insulin Detemir sehari sekalidengan dosis 10 unit. Sekarang apoteker
akan menyerahkan obat insulin tersebut kepada pasien.
Pada tahap pertama yang dilakukan adalah memberi salam kepada pasien dan
memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien dan juga menggali informasi dari
pasien, setelah itu menyampaikan maksud dan tujuan mendatangi pasien,
menjelaskan dosis dan aturan pakai, menjelaskan cara penggunaan, cara menyimpan,
dan juga memberi saran terapi non farmakologis. Tujuan pemberian Insulin Detemir
ini bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah tinggi agar tetap rendah dan stabil.

VIII. Kesimpulan

Dari praktikum hari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa memberikan konseling
dan KIE pada pasien itu sangat penting untuk memberitahu aturan pakai atau dosis
dan juga cara menggunakan obat yang tepat dan baik agar obat dapat memberikan
efek yang baik dalam proses penyembuhan suatu penyakit. Dan insulin detemir ini
menjaga agar kadar gulla darah tinggi agar tetap rendah dan stabil

IX. Daftar pustaka

Anonim, 2004, Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik, Depkes RI, Jakarta.
a
Anonim, 2009 , PP No. 51 tahun 2009, Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.
M. Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, 2003, Farmasi Klinis, Elex Media
Komputindo, Jakarta
Melanie, J.R., 1997, Talking with Patient, A guide to Patient Counseling,
William&Wilkins
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Winter, M.E., 1994, Basic Clinical Pharmacokinetics, 3rd edition, Applied
Therapeutics Inc., Vancouver, Washington

Anda mungkin juga menyukai